Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmuwan terus mengobservasi mengenai perubahan-perubahan di bumi
dan kemudian muncul berbagai teori pembentukan bumi. Salah satunya
yang paling terkenal dan terus dikaji adalah Teori Tektonik Lempeng yang
dikemukakan oleh Alfred Wegener, seorang ahli meteorologi dan fisika
 berkebangsaan Jerman. Teori tersebut menerangkan proses dinamika bumi
tentang pembentukan pegunungan, gunung api, gempa bumi, dan cekungan
di muka bumi oleh pergerakan lempeng. Ada dua jenis kerak bumi,
yaitu kerak samudera dan kerak benua. Kerak samudera tersusun oleh
 batuan bersifat basa, lebih tipis daripada kerak benua dan memiliki densitas
 besar. Kerak benua tersusun oleh batuan bersifat asam, memiliki ketebalan
yang besar dan memiliki densitas yang lebih kecil daripada kerak samudera.
Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, dan akibat dari aliran panas
di dalam astenosfer kerak bumi kemudian pecah menjadi beberapa bagian
yang lebih kecil dan disebut lempeng kerak bumi. Lempeng-lempeng
litosfer bergerak di atas lapisan astenosfer.

Afred Wegener pada tahun 1912 telah mengemukakan tentang konsep


 pengapungan benua dalam bukunya “The Origin of Continent’s and
Ocean’s.”. Teorinya adalah benua di bumi awalnya terdiri dari satu
benua yang besar (supercontinet), yaitu benua Pangaea. Kemudian benua
tersebut
 pecah menjadi benua-benua lebih kecil dan terus bergerak hingga menjadi
seperti saat ini. Teori ini didukung dengan bukti kesamaan garis pantai, fosil,
struktur dan batuan antar benua. Namun, pada periode 1960-an muncul
kritik yang mempertanyakan bagaimana mungkin massa benua yang begitu
 besar dan berat bergeser di atas dasar lautan yang keras. Pada tahun 1967
munculah hipotesa baru yang menyempurnakan teori-teori sebelumnya,
yaitu Teori Lempeng Tektonik. Menurut teori Tektonik Lempeng,bagian
luar dari kulit Bumi atau litosfer terpecah menjadi beberapalempeng besar

1
terdiri dari 10lempeng utama yang bergerak satu sama lain dengan
kecepatan berkisar antara 1 - 10 cm/tahun yaitugerakan divergen (saling
menjauh), gerakan konvergen (saling mendekat), dan transform (saling
 berpapasan).

Gambar 1. Batas-batas lempeng: Konvergen, Divergen dan Transforms.

1.2 Rumusan Masalah 


Masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

a.  Apakah pengertian Tektonik lempeng ?


 b.  Apakah factor pembentuk gunungapi ?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah : 
a.  Sebagai tugas mata kuliah Petrologi Batuan Gunung Api
 
 b. Agar mahasiswa mengetahui pengertian tektonik lempeng
c.  Agar mahasiswa memahami bagaiman terbentuknya gunungapi

1.4 Metode Penulisan


Metode yang dipakai dalam penyusunan makalah ini adalah :
1.  Mengumpulkan data dari berbagai sumber terkait di internet.
2.  Menyusun makalah sesuai dengan format yang benar.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Gerakan Konvergen


Gerakan konvergen adalah pergerakan lempeng yang terjadi pada dua
 bagian lempeng yang bergerak saling mendekat hingga akhirnya bertumbukan.
Gerakan ini menyebabkan salah satu lempeng yang bertabrakan akan menunjam
(subduction) ke bawah lempeng lainnya. Daerah lempeng bumi yang mengalami
 peristiwa pergerakan konvergen disebut dengan batas konvergen. Batas lempeng
konvergen dapat berupa batas Subduksi (Subduction) atau Obduksi (Obduction).
Batas subduksi adalah batas lempeng yang berupa tumbukan lempeng
dimana lsalah satu empeng menyusup ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya
terangkat ke permukaan. Contoh batas lempeng konvergen dengan tipe subduksi
adalah Kepulauan Indonesia sebagai bagian dari lempeng benua Asia Tenggara
dengan lempeng samudra Hindia –A  ustralia di sebelah selatan Sumatra-Jawa-
 NTB dan NTT. Batas kedua lempeng ini berupa suatu zona subduksi yang terletak
di laut yang berbentuk palung (trench) yang memanjang dari Sumatra, Jawa,
hingga ke Nusa Tenggara Timur. Contoh lainnya adalah kepulauan Philipina,
sebagai hasil subduksi antara lempeng samudra Philipina dengan lempeng
samudra Pasifik. Obduksi adalah batas lempeng yang merupakan hasil tumbukan
lempeng benua dengan benua yang membentuk suatu rangkaian pegunungan.
Contoh batas lempeng tipe obduksi adalah pegunungan Himalaya yang
merupakan hasil tumbukan lempeng benua India dengan lempeng benua Eurasia.
Fenomena-fenomena yang sering terjadi akibat pergerakan lempeng konvergen
adalah :
  Terbentuk palung laut pada titik tumbukan lempeng benua dan lempeng
samudera, atau lempeng samudera dan lempeng samudera;
  Aktivitas vulkanisme berupa intrusi maupun ekstrusi gunung api;
  Aktivitas seismik yang besar;
  Terbentuknya batuan sedimen campuran yang dinamakan batuan
melange.
Ada 3 kemungkinan terjadi pada batas lempeng yang saling bertumbukan :
a.  Tumbukan Lempeng Samudera Dengan Lempeng Samudera
Tumbukan antara lempeng samudera dengan samudera mengakibatkan
salah satu lempeng tersubduksi ke arah mantel, karenanya di daerah tersebut akan
terbentuk parit di dasar laut dan deretan gunung api yang tak jarang juga terbentuk
di dasar laut.
Apabila gunung api tersebut terus ‘tumbuh’ maka akan terbentuk serangkai
kepulauan gunung api baru sebagai busur gunung api (volcanic arc) yang letaknya
 beberapa ratus kilometer dari palung laut dimana kedua lempeng tersebut bertemu.
Contoh pertemuan lempeng ini adalah kepulaun Aleutian, Mariana dan Tonga.
Apabila aktifitas gunung api berlangsung terus dalam jangka waktu lama disertai
intrusi batuan beku maka akan membesar dan tinggi membentuk busur kepulauan
seperti kepulauan Filipina dan Jepang.

Gambar 2. Tumbukan Lempeng Samudera dengan Samudera. Sumber: Carlson,


Diane H. Dkk. 2011. Physical Geology Ninth Edition. Penerbit: McGraw-Hill

Pertemuan lempeng yang seperti ini biasanya terjadi daerah laut dalam
dengan kedalaman lebih dari 11 kilometer. Puncak sebagian gunung berapi ini ada
yang timbul sampai ke permukaan, membentuk gugusan pulau vulkanik (volcanic
island chain).
 b.  Tumbukan Lempeng Benua Dengan Lempeng Samudera
Tumbukan antara lempeng samudera dengan lempeng benua akan
mengakibatkan lempeng samudera tersubduksi ke arah mantel dan menyebabkan
terbentuknya gunung-gunung api aktif di daratan benua. Ketika suatu lempeng
samudera menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng ini masuk ke lapisan
astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian meleleh. Pada lapisan litosfer tepat
di atasnya, terbentuklah deretan gunung berapi (volcanic mountain
range). Sementara di dasar laut tepat di bagian terjadi penunjaman, terbentuklah
parit samudera (oceanic trench).
Dasar palung merupakan tempat perusakan lempeng benua akibat
 pergesekan dua lempeng dan terjadi pula pengendapan batuan yang berasal dari laut
dalam maupun yang diendapkan dari darat. Endapan campuran itulah yang
dinamakan batuan bancuh atau mélange.

Gambar 3. Tumbukan Lempeng Benua dengan Lempeng Samudera. Sumber:


Carlson, Diane H. Dkk. 2011. Physical Geology Ninth Edition. Penerbit:
McGraw-Hill

Pada daerah tipe konvergen seperti ini yang memiliki aktivitas seismik yang
cukup tinggi, bahkan kebanyakan gelombang tsunami yang terjadi akibat aktivitas

seismik pada tipe ini yang ditimbulkan dari gempa-gempa besar yang dapat memicu
terjadinya tsunami. Contoh tipe ini terdapat di daerah zona penyusupan di sepanjang
 pantai barat Sumatera dan di sepanjang pantai selatan Jawa. Selain itu, tipe
 pergerakan ini terdapat pada Pegunungan Andes di Amerika Selatan, terbentuk dari
konvergensi antara Lempeng Nazka dan Lempeng Amerika Selatan. Karakteristik
Zona subduksi antara lain :
  Busur Kepulauan (Island Arc) 
Busur kepulauan terbentuk sepanjangzona subduksi yang letaknya sejajar

dengan palung samudera dan berjarak 100  –  400 km dan bergantung sudut
 penunjaman.
  Busur Magmatik (Magmatic Arc) 
Busur Magmatik akan terbentuk sepanjang zona subduksi merupakan
rangkaian aktifitas gunung api strato. Apabila gunung api strato terbentuk di benua
maka dinamakan busur vulkanik kontinental.
  Bancuh (Melange) 
Bancuh ( Melange) merupakan salah satu karakteristik dari batas konvergenyang
terdiri dari batuan yang kacau (Chaotic) pecahan berbagai batuan danteranjakkan.
Bancuh ( Melange) terbentuk dari sedimen muda dalam palung samudera
yangtertekan oleh litosfir yang bergerak dan terseret dalam blok-blok yang
dibatasioleh sesar-sesar terajakan (thrusted)  .
  Busur punggungan
Punggungan busur depan ( Fore arc ridge); biasanya alasnya adalah
melange,terbentuk oleh penebalan kerak akibat sesar-sesar anjakan pada
ujunglempeng yang ditabrak.
  Cekungan
Cekungan Busur Depan (fore arc basin); merupakan daerah rendah
yangterletak antara palung samudera dan busur magmatik. Cekungan Busur
Belakang (Back arc basin); terbentuk karena kecepatanlempeng yang menabrak
lebih besar daripada lempeng yang ditabrak sehinggamenyebabkan tensional
stress dan menarik bagian belakang ini ke bawah dan terbentuk cekungan.
c.  Tumbukan Lempeng Benua Dengan Lempeng Benua
Pertemuan atau tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng benua akan
mengakibatkan kedua lempeng benua tersebut saling bertabrakan (continental
collision)  sehingga menyebabkan terjadinya lipatan yang semakin lama areanya
semakin luas dan semakin tinggi.

Gambar 4. Tumbukan Lempeng Benua Dengan Lempeng Benua. Sumber :


Carlson, Diane H. Dkk. 2011. Physical Geology Ninth Edition. Penerbit:
McGraw-Hill

Salah satu lempeng benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya.


Karena keduanya adalah lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat dan tidak
cukup berat untuk tenggelam masuk ke astenosfer dan meleleh. Wilayah di bagian
yang bertumbukan mengeras dan menebal, membentuk deretan pegunungan non
vulkanik (mountain range). Contohnya adalah pembentukan pegunungan Himalaya
dan daerah dataran tinggi Tibet, terbentuk dari konvergensi antara Lempeng India
dan Lempeng Eurasia.

2.2 Gerak Divergen 


Divergen adalah pergerakan lempeng tektonik yang saling menjauh
satu sama lainnya atau dapat dapat disebut (break apart)
atau terpecah. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik (tensional
force) yang mengakibatkan naiknya magma kepermukaan dan membentuk
material baru berupa lava yang kemudian berdampak pada lempeng yang
saling menjauh. Contoh yang paling terkenal dari batas lempeng jenis divergen
adalah Punggung Tengah Samudra ( Mid Oceanic Ridges) yang berada di dasar
samudra Atlantik, disamping itu contoh lainnya adalah rifting yang terjadi antara
 benua Afrika dengan Jazirah Arab yang membentuk laut merah. Ketika lempeng
tektonik terpecah, lapisan lithosfer menipis dan akan terbelah membentuk
 batas divergen. Bila pergerakan ini terjadi pada lempeng samudra, akan
menyebabkan pemekaran lempeng samudra yang menghasilkan palung laut.
 Namun bila pergerakan terjadi pada permukaan lempeng benua, maka akan
menghasilkan lembah retakan akibat kedua lempeng saling berjauhan. Kedua
 bentuk pergerakan tersebut pada akhirnya akan membuahkan benua dan samudra
yang baru.
Gerakan divergen umumnya terjadi pada punggungan samudera.
Dimana lempeng saling menjauhi sumbu punggungan samudera sehingga
terbentuk celah yang segera terisi oleh lelehan batuan yang terinjeksi dari
astenosfir dibawahnya. Material ini perlahan-lahan mendingin dan
membentuk lantai samudera yang baru, mendorong lantai samudera yang
lama sudah terbentuk sebelumnya mejauhi pusat pemekaran. Mekanisme ini
 berulang dan berlangsung terus sejak 165 juta tahun yang lalu dan disebut
 pemekaran lantai samudera (sea floor spreading)  menjadi lantai samudera
Altlantik. Kecepatan pemekaran ini antara 2 sampai 10 cm/tahun.
Mungkin yang paling terkenal dari batas-batas divergent adalah Mid-
Atlantic Ridge, yang terdapat sepanjang Lautan Artik hingga ujung Afrika
sehingga batas divergent ini mengelilingi setengah bagian bumi. Kecepatan
 penyebaran Mid Atlantic Ridge sekitas 2,5 cm/tahun, atau 25 km dalam 1 juta
tahun. Kecepatan ini mungkin rendah bagi standar manusia, tapi karena
 proses ini telah terjadi jutaan tahun maka lempeng telah bergerak ratusan
kilometer. Penyebaran lempeng benua selama 100 hingga 200 juta tahun telah
menyebabkan Lautan Altantik berkembang dari daerah perairan kecil diantara
lempeng Europa, America dan Afrika menjadi samudera luas seperti
sekarang.
Gambar 5. Beberapa Mid Ocean Ridge di dunia. Sumber: Carlson, Diane
H.Dkk. 2011. Physical Geology Ninth Edition. Penerbit: McGraw-Hill

Islandia adalah negara volkanik yang mengembang disebabkan oleh Mid


Atlantic Ridge, pulau ini menjadi laboratorium alam para ilmuan untuk mempelajari
 proses pemisahan pada zona divergen. Islandia terpisah sepanjang pusat
 pemisahannya di antara Lempeng Eurasia dan Amerika.

Gambar 6. Mid-Atlantic Ridge memisahkan Islandia dan memisahkan America


Utara dan Eurasia. Sumber: USGS. 2014. Understanding Plate Motion.
http://pubs.usgs.gov/

Hasil dari pergerakan lempeng terlihat dengan mudah disekitar Gunung Api

Krafla, disebelah timur laut dari Iceland. Disana terdapat rekahan tanah yang
melebar, dan setiap bulan muncul suatu rekahan tanah yang baru. Dari tahun
1975 hingga 1984 beberapa kejadian pemisahan terjadi di zona rekahan di Krafla.
Beberapa kejadian perekahan ini disebabkan oleh aktifitas vulkanik, rata-rata
tanah bergerak sekitar 2 meter sebelum tiba-tiba berhenti, aktifitas ini menjadi
sinyal akan terjadinya erupsi. Disekitar tahun 1975 hingga 1984, perpindahan
yang disebabakan oleh perekahan tanah sekitar 7 meter.

Gambar 7. Semburan lava (dengan ketinggian 10 m) erupsi gunung api Krafla


 pada Oktober 1980 (Foto oleh Gudmundur E. Sigvaldason, Nordic
Volcanological Institute, Reykjavik, Islandia.)

2.3 Gerak Transform 


Batas transform adalah batas antar lempeng yang saling berpapasan dan
saling bergeser satu dan lainnya menghasilkan suatu sesar mendatar jenis Strike Slip
 Fault.  Pada tipe ini tidak ada pembentukan lapisan astenosfer baru atau terjadinya
 penyusupan yang dilakukan oleh salah satu lempeng terhadap lainnya, contohnya
adalah yang terjadi antara lempeng samudera dengan lempeng samudera yang
disebabkan karena patahnya jalur pemekaran dasar laut (seafloor spreading) yang
mengakibatkan terbentuknya tipe ini, daerahnya biasa disebut sebagai pematang-
tengah dasar laut atau Mid-Ocean Ridges.
Gambar 8. Skema Pergerakan Lempeng Transform. Sumber: Carlson, Diane H.
Dkk. 2011. Physical Geology Ninth Edition. Penerbit: McGraw-Hill

Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga yang
 berada di daratan, salah satunya adalah Sesar San Andreas (San Andreas Fault )
di California, USA. Sesar ini merupakan pertemuan antara Lempeng Amerika
Utara yang bergerak ke arah tenggara, dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke

arah barat laut. Berdasarkan teori tektonik lempeng, lempeng-lempeng yang


ada saling bergerak dan berinteraksi satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng
lempeng tersebut juga secara tidak langsung dipengaruhi oleh rotasi bumi pada
sumbunya. Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan rotasi yang terjadi bola bumi
akan akan semakin cepat ke arah ekuator.
Gambar 9. San Andreas Fault (Sesar San Andreas), California. Sumber: Carlson,
Diane H. Dkk. 2011. Physical Geology Ninth Edition. Penerbit: McGraw-Hill

Fenomena-fenomena yang sering terjadi akibat pergerakan lempeng transform


adalah :

  Aktivitas vulkanisme yang lemah;


  Aktivitas seismik yang tidak terlalu besar;
  Gejala pergeseran yang tampak pada tanggul dasar samudera yang tidak
 berkesinambungan, melainkan terputus-putus.

2.4 Tatanan Tektonik


Tatanan tektonik yang ada disuatu wilayah sangat dipengaruhi oleh posisi
tektonik yang bekerja di wilayah tersebut. Sebagaimana sudah dijelaskan pada
sub bab sebelumnya, interaksi antar lempeng yang terjadi pada batas-batas
lempeng konvergen, divergen dan transform akan menghasilkan tatanan tektonik
tertentu (gambar 9).
Gambar 9. Foto udara area sekitar Thingvellir, Islandia, memperlihatakan zona
retakan. (Foto oleh: Oddur Sigurdsson, National Energy Authority, Islandia.)

Di Afrika Utara, proses pemisahan terjadi hingga antara sebagian lempeng


Afrika dengan lempeng Arab, sehingga membentuk Laut Merah. Aktifnya
 pemisahan antara Lempeng Afrika dan Lempeng Arabian disebut dengan triple
 junction, dimana laut merah bertemu dengan Teluk Aden. Pusat pemisahan baru
 berkembang di Afrika sepanjang zona East African Rift, Dimana kerak benua
membentang melewati batasnya sehingga retakan akibat regangan mulai terjadi
 pada permukaan benua. Magma naik dan mengisi sepanjang retakan, terkadang
membentuk pegunungan vulkanik. Magma yang naik menyebabkan tambahan
tekanan dan menyebabkan terjadinya retakan sehingga pasti terjadi pemisahan
(volcanic arc) yang arahnya sejajar / simetri dengan arah palung (trench).
Cekungan Busur Belakang (Back Arc Basin) berkembang dibagian belakang
 busur gunungapi (gambar 10). Contoh kasus dari model ini adalah rangkaian
gunungapi di kepulauan Philipina yang merupakan hasil tumbukan lempeng
laut Philipina dengan lempeng samudra Pasifik.

Gambar 10. Tatanan Tektonik pada Batas Lempeng Konvergen (lempeng


samudra dan lempeng samudra)

Pada batas lempeng konvergen, dimana terjadi tumbukan antara lempeng


samudra dan lempeng benua (gambar 11), maka tatanan tektoniknya dicirikan oleh
Palung (Trench), Prisma Akresi (Accretion Prism), Cekungan Busur Muka (Forearc
Basin), Busur Kepulauan Gunungapi (Volcanic Island Arc), dan Cekungan Busur
Belakang (Backarc Basin ) Contoh klasik dari batas lempeng konvergen, dimana

terjadi tumbukan antara lempeng samudra dan lempeng benua adalah kepulauan
Indonesia, khususnya jalur pulau-pulau: Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat,
 Nusa Tenggara Timur, dan berakhir di kepulauan Banda. Pada gambar 12
diperlihatkan batas konvergensi antara lempeng India-Australia dan lempeng
 benua Eurasia (pulau Sumatra). Kedua lempeng dibatasi oleh suatu lajur yang
dikenal sebagai Palung Laut Subduksi (Subduction Trench) yang merupakan
hasil subduksi antara kedua lempeng tersebut diatas.
Gambar 11 Komponen komponen pada Zona Subduksi (lempeng samudra dan
lempeng benua) : Palung (Trench), Struktur Tinggian / Prisma Akresi (Structural
High); Cekungan Busur Muka (Forearc Basin), Jalur Busur Gunungapi (Volcanic
Arc); dan Cekungan Busur Belakang (Back arc Basin.

Gambar 13 memperlihatkan tatanan tektonik pulau Sumatra yang tersusun


dari Prisma Akrasi/Accretionary Wedge (Pulau Siemelue, P.Nias, P. Telo,
P.Engganau, P. Batu, P. Mentawai); Cekungan Busur Luar / Muka (Forearc Basin);
Busur Gunungapi (Volcanic Arc) dan Cekungan Busur Belakang (Backarc Basin).
Batas lempeng konvergen yang berupa batas suture dapat kita lihat antara
 pertemuan lempeng benua India dengan lempeng benua Eurasia. Kedua lempeng
tersebut dibatasi oleh suatu jalur pegunungan yang dikenal dengan pegunungan
Himalaya. Pada gambar 5-8 ditandai oleh garis warna biru. Tatanan tektonik pada
 batas lempeng Divergen, dimana lempeng benua mengalami pemekaran

(continental rifting) dengan terbentuknya laut baru dapat kita lihat terutama di
Pematang Tengah Samudra (Pemisahan Benua Amerika dan Afrika), Laut Merah
(Benua Afrika dan Semenanjung Sinai / Jazirah Arab) serta Rifting yang terjadi di
Afrika Timur Bagian Utara (gambar 14 )
Gambar 12 Batas Lempeng Konvergen (Lempeng Benua India-Australia
dan Lempeng Benua Eurasia diwakili oleh pulau Sumatra) 

Gambar 13. Tatanan Tektonik Pulau Sumatra: Palung Sunda (Sunda Trench),
Jalur Prisma Akresi (P.Simelue, P. Nias, P. Nias, P. Enggano), Cekungan
Busur Muka (Forearc Basin), Jalur Gunungapi (Volcanic Arc), dan
Cekungan Busur Belakang (Backarc Basin.
.

Gambar 14. Zona Suture sebagai batas lempeng konvergen (Lempeng


Benua India dan Lempeng Benua Eurasia)

Gambar 15 Pembentukan rift di benua Afrika Timur Bagian


Utara (Ethiopian Rift; East African Rift)
KESIMPULAN

Bumi telah mengalami suatu perubahan dari waktu ke waktu, baik perubahan
 bentuk permukaan bumi, susunan, lapisan bumi maupun perubahan-perubahan
yang terjadi di dalam bumi sendiri. Proses-proses geologi yang berkaitan dengan
dinamika bumi adalah bekerjanya gaya-gaya yang menyebabkan perubahan-
 perubahan pada bumi, yaitu gaya endogen dan eksogen. Gaya endogen yang sangat
 berpengaruh adalah pergerakan lempeng yang disebabkan oleh aliran konveksi
 panas pada mantel. Aliran koneveksi panas ini menghasilkan 3 (tiga) jenis
 pergerakan lempeng, yaitu konvergen, divergent dan transform.
DAFTAR PUSTAKA

Clara, Ruth. Divergen, Konvergen, Transform.


http://www.academia.edu/11476403/Divergen_Konvergen_Transform.
Munir. Moch. 2003. Geologi Lingkungan. Malang. Bayumedia
Turcotte. Donald L, Schubert. Gerald. Geodynamics Application of Continuum
Physics to Geological Problems. New York. John Wiley & Sons, Inc.
Carlson, Diane H. Dkk. 2011. Physical Geology, Ninth Edition. New York:
McGraw-Hill.
USGS. 2014. Understanding Plate Motion.
s://unpak.academia.edu/DjauhariNoor

Anda mungkin juga menyukai