Anda di halaman 1dari 15

Makalah Sejarah Korea Kontemporer

“Peran Penting Park Chung Hee Dalam Sejarah Korea”

Nama : Victor Samuel Pasanea

NPM : 202007416050

Dosen Pengampu : Zaini, S. Sos, M.A

Jl. Sawo Manila, Pejaten

Ps. Minggu Jakarta 12520Telp: (021) 7806700

Faks: (021) 7802718

Email: info@unas.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya dan perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Peran
Penting Park Chung Hee dalam Sejarah Korea.” Tugas ini disusun dengan maksud
untuk memenuhi tugas ke 1 (Satu) mata kuliah Sejarah Korea Kontemporer.

Kami berharap tugas ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami, dan umumnya
bagi teman-teman. Semoga dengan adanya tugas dari makalah ini dapat menambah
wawasan mengenai peran penting Park Chung Hee dalam sejarah Korea.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran serta kritik yang membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi semua pihak yang membaca makalah ini.

Jakarta, 4 November 2021

Penyusun

i
Daftar Isi
Kata Pengatar ............................................................................................................. i
Daftar Isi ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Makalah...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Korea Selatan menjelang Pemerintahan Park Chung Hee .................... 3
2.2 Kebijakan-Kebijakan Ekonomi Era Park Chung Hee.......................................... 5
2.3 Posisi Negara dalam mendorong Korea Selatan menjadi Negara
Industri Baru ........................................................................................................... 8
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 11
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional tentu saja tidak lepas dari peran pemimpin. Ini juga berlaku
untuk Korea. Setelah dianggap sebagai salah satu negara termiskin, Korea telah
muncul dan berkembang menjadi seperti sekarang ini. Tentu saja, Republik Korea
tidak akan melupakan jasa Presiden Lee. Presiden yang mengubah Korea dari negara
agraris menjadi negara industri meskipun diktator. Nama Presiden yang saya hormati
adalah Park Chung-hee. Presiden Park Chung-hee lahir pada tahun 1917 dari keluarga
miskin di Gumi, Gyeongsangbuk-do. Meski dibesarkan dalam keluarga miskin di
bawah penjajahan Jepang, Park Chung-hee tidak menyurutkan semangatnya untuk
belajar. Dengan semangat yang besar, ia mampu melanjutkan pendidikan hingga ke
jenjang universitas. Setelah bekerja sebagai guru selama beberapa waktu, Park
Chung-hee memutuskan untuk mendaftar di militer dan pergi ke Manchuria untuk
menjadi tentara Jepang. Salah satu prajurit terbaik, Park Chung-hee kembali ke Korea
pada tahun 1946 dan menjadi tentara Korea Selatan. Park Chung-hee berpartisipasi
dalam pertahanan Korea Selatan selama invasi Korea Utara yang memicu Perang
Saudara pada tahun 1950, dan dipromosikan menjadi Brigadir Jenderal sebagai
pengakuan atas pengabdiannya. Pada tahun 1960-an, ketika protes mahasiswa pecah
dan situasi di negara itu tidak stabil, presiden yang menjabat saat itu mau tidak mau
mengundurkan diri. Pada saat yang sama, presiden baru dipilih. Setahun kemudian,
semuanya berjalan lancar sampai Park Chung-hee, bersama dengan militer,
menggulingkan pemerintah saat ini dan menjadi presiden pada tahun 1961. Seorang
pemimpin bergaya militer, Park Chung-hee dianggap sebagai pemimpin yang sangat
tegas dan tegas. Namun demikian, di bawah kepemimpinannya yang kuat, ia mampu
memulihkan situasi ekonomi Korea menjadi lebih baik. Pemerintahannya sangat
mendukung industrialisasi, terutama di pasar ekspor dan munculnya chaebol Korea.
Pada saat yang sama, Park Chung-hee mengirim pekerja kemanusiaan ke Amerika
Serikat selama Perang Vietnam untuk membawa pemerintah lebih dekat ke Amerika
Serikat. Selain itu, Park memulihkan hubungan baik dengan Jepang, yang pernah
menjajah Korea. Meskipun banyak perubahan di Korea, kepemimpinan otokratisnya
menyebabkan banyak protes mahasiswa. Protes dengan cepat menyebar ke seluruh
provinsi.

1
Pada saat yang sama, pada Oktober 1972, Park Chung-hee mendeklarasikan
perlindungan amandemen konstitusi yang dikenal sebagai Konstitusi Yushin.
Konstitusi terbaru saat itu menyatakan bahwa kepemimpinannya akan terus berlanjut.
Sejak itu, dia menggunakan konstitusi terbaru untuk memenjarakan lawan politik
yang mengkritiknya. Hingga 1979, tuntutan pengunduran diri Park Chung-hee terus
berlanjut. Pada tahun 1979, protes besar-besaran menuntut pengunduran diri Presiden
Park Chung-hee, yang telah berkuasa selama 18 tahun.

Namun, berita mengejutkan tiba bahwa Presiden Park Chung-hee ditemukan


tertembak dan terbunuh di Blue House. Pelakunya tidak lain adalah Kim Jae-gyu,
kepala Badan Intelijen Pusat. Akhirnya, pada tanggal 26 Oktober 1979, perjalanan
panjang Presiden Park Chung-hee berakhir.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana kondisi Korea Selatan menjelang pemerintah Park Chung Hee?


b. Apa saja kebijakan-kebijakan ekonomi Park Chung Hee?
c. Bagaimana posisi negara dalam mendorong Korea Selatan menjadi negara
industri baru?

1.3 Tujuan Makalah

Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah
Korea Kontemporer, dengan harapan agar para pembaca dapat memiliki manfaat dari
pengetahuan mengenai topik yang dibahas, yakni mengenai “Peran Penting Park
Chung Hee dalam sejarah Korea.”

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Korea Selatan menjelang Pemerintahan Park Chung Hee

Situasi ekonomi di Korea terus memburuk akibat melemahnya sektor industri


dalam negeri akibat praktik-praktik seperti korupsi, kolusi dan tirani, dan aktivitas
impor yang aktif. Hal ini menyebabkan peningkatan pengangguran dan kemiskinan
di Korea. Hal ini menyebabkan protes oleh mahasiswa Korea. Protes berlangsung
pada 19 April 1960. Protes juga membantu menggulingkan Presiden Rhee Syngman.
Setelah Syngman Rhee mengundurkan diri sebagai presiden, sebuah pemerintahan
demokratis didirikan. Tapi dia berusia kurang dari satu tahun. Pada tanggal 16 Mei
1961, terjadi kudeta yang dipimpin oleh Jenderal Park Jong-hee dan rekannya,
Kolonel Kim Jong-pil. Setelah kudeta, Park Chung-hee mengambil alih kursi
kepresidenan. Menariknya, menarik untuk dicatat bahwa pada awalnya Amerika
Serikat sangat tidak suka menjadi presiden Korea Selatan setelah kudeta di mana Park
Chung-hee menjadi presiden. Apalagi, di masa lalu, Park Geun-hye adalah kerangka
komunis. Amerika Serikat, yang saat itu diperintah oleh Presiden John F. Kennedy,
tidak menyukai Kennedy karena dia adalah presiden yang progresif. Namun
pemerintah AS akhirnya bisa menerimanya. Namun, Presiden Park juga harus
menyetujui sejumlah persyaratan Amerika, seperti pembentukan kembali
pemerintahan sipil berdasarkan persepsi publik, pengakuan atas kemampuan pasukan
PBB untuk mengendalikan militer Korea Selatan, dan implementasi keuangan dan
ekonomi. reformasi oleh militer yang berkuasa. Presiden Park tidak dapat
menciptakan sistem politik demokratis yang diinginkan Amerika Serikat, tetapi
menerima persyaratannya. Namun Presiden Park bertekad untuk membangun
ekonomi Korea. Inilah lahirnya negara tertib baru. Bahkan sebelum berdirinya
pemerintahan Park Chung-hee, negara Korea Selatan masih sangat penting dan
menjadi masalah yang harus dipecahkan. Jika Anda memikirkan banyak hal yang
dilalui Korea sebelum datang ke pemerintahan Park Chung-hee. Kondisi Korea
sebelum pemerintahan Park Chung-hee adalah sebagai berikut :

1. Ketika baru merdeka, Korea masih merupakan negara agraris. Tanah dikuasai
oleh para tuan tanah. Yang dikuasai oleh orang-orang Jepang, dirampas dan

3
dibagikan kepada para petani pada tahun 1948. Pada tahun 1949, UU Land
Reform diloloskan. Maka, sejak tahun 1950 sampai berakhirnya Perang
Korea pada tahun 1953, para tuan tanah praktis sudah berhasil diberantas.
2. Pada waktu Syngman Rhee, para birokrat negara bersama kelompok tuan
tanah menguasai kehidupan ekonomi dan politik. Pemerintah Amerika
Serikat pada dasarnya tidak terlalu mendukung pemerintah ini, akrena
pemerintah Rhee gagal membentuk sebuah pemerintahan yang bersih dan
demokratis, yang bisa melaksanakan pembangunan ekonomi. Tapi, karena
adanya Perang Korea, Amerika Serikat terpaksa berpihak kepada Rhee.
3. Dengan berhasilnya dilaksanakan Land Reform, tingkat kehidupan di
pedesaan meningkat. Ini meningkatkan daya beli petani, yang nantinya akan
berguna sebagai pendukung dari proses industrialisasi.

Pada mulanya, pemerintahan baru dibawah pimpinan presiden Park mengalami


kesulitan. Hal itu dikarenakan Amerika Serikat masih mencurigai latar belakang Park
Chung Hee. Akan tetapi, demi mendapatkan kepercayaan rakyatnya, dan
kepercayaan Amerika Serikat, Park fokus untuk meneruskan misinya. Terutama
dalam hal perbaikan perekonomian negara. Maka lahirlah sebuah orde baru di Korea
Selatan. Park Chung Hee memiliki beberapa program kerja yang ia fokuskan pada
negaranya. Dengan berfokus pada perbaikan perekonomian negara, Park
mencanangkan beberapa program kerja yang sesuai untuk perkembangan Korea
Selatan pada saat itu. Park juga menaruh fokus pada perkembangan sektor industri
untuk memajukan perekonomian negara. Tidak hanya untuk perkembangan
perekonomian pada saat itu saja akan tetapi untuk masa panjang.

Rencana pembangunan lima tahun (1967-1971) menjadi salah satu program yang
digerakkan oleh Park Chung Hee. Program ini dilaksanakan bertahap dengan durasi
waktu lima tahun setiap programnya. Yang pertama dilaksanakan pada 1962-1966,
yang kedua pada 1967-1971 bertujuan untuk membangun industri Korea Selatan, dan
yang ketiga pada 1972-1976 untuk menciptakan keseimbangan antara pembangunan
industri dan pertanian, yang keempat pada 1977-1981 untuk pembangunan ekonomi
yang mandiri dan pemerataan hasil-hasil pembangunan (A. Budiman 1991).

Serta masih ada program lainnya yang telah Park Chung Hee realisasikan dan terbukti
membawa efek baik bagi perkembangan negaranya. Program-program tersebut yakni

4
Economic Planning Board (EPB), Kebijakan Export-Oriented Industrilization (EOI),
Kebijakan Heavy Chemical Industry (HCI), dan yang terakhir adalah Gerakan
Saemaul Undong (Darini 2009).

2.2 Kebijakan-Kebijakan Ekonomi Era Park Chung Hee

Presiden Park Chung Hee adalah salah satu presiden Republik Korea yang
meletakkan dasar yang kokoh bagi pembangunan ekonomi Korea. Presiden Park
tidak berhasil mengubah Korea menjadi negara demokratis seperti yang diinginkan
Amerika Serikat, tetapi dia berhasil mengembangkan ekonomi Korea. Berawal dari
salah satu negara termiskin di dunia, Korea dikenal sebagai salah satu negara maju
dengan banyak keunggulan terutama di bidang industri. Saat itu, kesuksesan Korea
tidak lebih dari membangun fondasi yang kokoh. Berikut ini merupakan di balik
fondasi yang kokoh ini, yaitu kebijakan-kebijakan yang di adakan oleh Park Chung
Hee :

1. Program Economic Planning Board (EPB) serta Rencana Pembangunan Lima


Tahun (Five Years Economic Development Plan)

Pemerintah membentuk Economic Planning Board (EPB) yang


bertanggung jawab atas Repelita (Rancangan Pembangunan Lima Tahun). Program
Repelita disusun dalam empat tahap yang dimulai pada tahun 1962. Tahap pertama
dan kedua difokuskan pada pembangunan industri. Tahap ketiga (1972-1976)
difokuskan untuk menciptakan keseimbangan antara pembangunan industry dan
pertanian. Kemudian tahap keempat (1977-1981) adalah pembangunan ekonomi
secara mandiri dan pemerataan hasil pembangunan. EPB membuat rancangan target
dari semua variable terpenting ekonomi yang di dalamnya termasuk investasi,
konsumsi, tabungan, ekspor-impor, serta alokasi rinci dari sektor industri.

Presiden Park juga berperan aktif dalam mengarahkan sektor swasta


khususnya chaebol agar mewujudkan agenda pembangunan yang telah disusun.
Pemerintah memberikan kemudahan dalam perkreditan bagi para eksportir. Selain
itu, Korea Selatan berhasil mendapatkan pinjaman luar negeri dari Jepang dan
Amerika Serikat. Di tahun 1970-an pemerintah member prioritas pada perkembangan
industry berat dan kimia, misalnya industry pembuatan kapal. Rencana ini
merupakan usaha agar kekuatan industri Korea Selatan lebih mandiri. Para chaebol

5
dalam usaha melaksanakan kegiatan ekspor mendapatkan pinjaman dana tanpa bunga
untuk mendirikan pabrik.

Keberhasilan pembangunan ekonomi kemudian menimbulkan masalah sosial,


dimana tingkat pertumbuhan ekonomi daerah sektor pertanian tertinggal jauh dengan
daerah sektor industri. Sehingga, untuk mengurangi kesenjangan sosial serta
mengembangkan dan memodernisasikan desa, maka dibuatlah gerakan Saemul
Undong. Gerakan ini bertujuan untuk membangkitkan semangat kemerdekaan dan
kemandirian untuk mewujudkan desa baru, serta kerja sama dalam meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Program ini dilaksanakan dalam tiga tahapan. Tahap pertama
yaitu perbaikan lingkungan hidup perdesaan. Tahap kedua memperbaiki infrastruktur
desa dan tahap yang terakhir yaitu memperluas kesempatan kerja pertanian dan non-
pertanian. Sejak adanya gerakan ini, ditahun 1978 terdapat sekitar 706 pabrik di
kawasan perdesaan yang hampir seluruhnya mendapatkan bantuan subsidi.

2. Gerakan Saemaul Undong

Program ini sangat populer dan beberapa negara bahkan ingin


menjalankannya di negara mereka sendiri. Saemaul Undong adalah salah satu
warisan berharga yang ditinggalkan Presiden Park Geun-hye kepada rakyat Republik
Korea. Gerakan ini dimulai ketika President Park langsung menuju lokasi yang
merupakan dataran banjir sebelum tahun 1969 atau menjadi 'Sukan Biru'. Gerakan
Sammaul sendiri merupakan gerakan dengan ideologi pembangunan pedesaan dan
modernisasi di Korea. Gerakan ini juga dapat diartikan sebagai gerakan perubahan
untuk kehidupan yang lebih baik dan reformasi pedesaan. Tujuan gerakan ini adalah
untuk membangkitkan semangat kemerdekaan (indipendence), kemandirian (selfhelp)
untuk mewujudkan gerakan desa baru (New Village Movement), dan kerja sama atau
sifat gotong royong (Mutual Cooperation) dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat setempat Gerakan Saemaul Undong ini mulai digerakkan pada saat
Repelita III berlangsung (Yusni 2016). Tepat nya pada tahun 1971, konsep ini mulai
diperkenalkan ketika Korea Selatan menghadapi permasalahan disparitas
pedesaanperkotaan akibat prioritas pembangunan yang selalu menekankan
industrialisasi berorientasi ekspor. Secara bersamaan, pada Repelita III, investasi
diarahkan untuk membangun industri petrokimia berskala besar serta
mengembangkan mekanisasi secara besarbesaran untuk mendukung pertanian dan

6
aktivitas lainnya. Hal tersebut dilaksanakan, salah satunya dengan mencanangkan
program pencukupan kebutuhan pangan penduduk dari produksi sendiri melalui
gerakan Saemaul Undong. Gerakan Saemaul Undong pun juga mulai digerakkan.
Saemaul Undong dapat diartikan gerakan perubahan dan reformasi pedesaan untuk
menuju kehidupan yang lebih baik. Sebutan tersebut muncul berawal dari
masalahmasalah sosial yang mulai muncul dikarenakan keberhasilan pembangunan
Korea Selatan yang dinilai cukup pesat. Masalahmasalah sosial tersebut contohnya
seperti pembangunan yang menekankan modernisme di negara lainnya. Pada saat itu,
tingkat pertumbuhan sektor pertanian tertinggal jauh dari sektor industrial. Hal itu
menimbulkan adanya gap antara pendapatan rumah tangga petani dengan pendapatan
masyarakat urban yang semakin besar. Akibatnya dari hal tersebut adalah
meningkatnya urbanisasi pemuda desa ke wilayah urban. Pemuda desa banyak yang
meninggalkan desanya tanpa kemampuan yang memadai dan menciptakan tekanan
penduduk di wilayahwilayah urban. Oleh sebab itu, untuk mengurangi kesenjangan
hal tersebut, Presiden Park selaku arsitek pembangunan Korea Selatan
mencanangkan sebuah gerakan yang disebut Gerakan Desa Baru atau Gerakan
Masyarakat Baru. Gerakan ini memiliki tujuan, antara lain sebagai pencerahan rakyat
pedesaan melalui “pendidikan masyarakat baru” untuk mengubah bentuk pandangan
dan tingkah laku ikatan tradisional dan jeratan kemiskinan masyarakat desa. Selain
itu gerakan ini juga bertujuan untuk membantu mengembangkan kerajinan dan
penghematan, semangat untuk kerjasama dan menolong diri sendiri, serta
memodernisasi masyarakat pedesaan.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa swadaya, kerjasama dan kerja keras
adalah tiga prinsip utama yang mendasari gerakan ini. Juga, pada tahun 1973,
pemerintah membentuk Koperasi Desa (VCS) untuk memperluas Saemaul Undong.
Implementasi VCS ini adalah agar desa membentuk koperasi atau unit produksi
dengan desa tetangga. Proyek komunitas baru dapat mengarah pada peningkatan
rumah pedesaan, jalan dan saluran air, sistem saluran pembuangan, komunitas
pedesaan, dan pengetahuan ilmiah dan teknis untuk industri dan pemasaran pedesaan.
Promosi Saemaul Undong sebagian besar dibagi menjadi tiga tahap. Tahap awal
adalah “perbaikan lingkungan”, yaitu kegiatan perbaikan lingkungan yang
melibatkan sarana dan prasarana dasar di pedesaan. Jalan, jembatan, irigasi, saluran
pembuangan, air bersih dan sarana sanitasi lainnya. Kegiatan ini dilakukan dengan

7
bantuan rangsangan berupa semen, beton dan bahan atau peralatan lainnya. Tahap
kedua adalah “Meningkatkan Pendapatan”. Fase ini mencakup kegiatan yang
dilakukan melalui berbagai pelatihan ekonomi industri, yang akan meningkatkan
akses permodalan dan mempromosikan pemasaran produk pertanian, yang pada
akhirnya akan mengarah pada peningkatan pendapatan pedesaan.

Tahap terakhir adalah “reformasi mental”, suatu kegiatan terstruktur yang


dilakukan secara intensif yang bertujuan untuk menumbuhkan semangat kerja keras,
ketekunan, kejujuran dan disiplin yang tinggi di kalangan masyarakat desa. Kegiatan
ini diawali dengan pembinaan dan komitmen moral para pemimpin di semua
tingkatan pemerintahan dan bertransformasi bagi seluruh pemangku kepentingan:
masyarakat dan dunia usaha. Tahap akhir ini juga bertujuan untuk memperluas
kesempatan kerja pertanian dan non pertanian, selain kegiatan lain yang dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan penduduk setempat.

2.3 Posisi Negara dalam mendorong Korea Selatan menjadi Negara Industri baru

Program dan langkah yang dicanangkan oleh presiden ketiga Korea Selatan, Park
Chung-hee, terbukti berhasil memperbaiki situasi di Korea Selatan, khususnya di
negara ginseng. Namun, upaya selama masa jabatan Park Chung-hee tidak selalu
berjalan mulus. Karena otoritarianisme Presiden Park, hambatan internal mulai
muncul. Namun, di sinilah peran Park Chung-hee lahir untuk membangun Korea
Selatan. Tidak butuh waktu lama bagi Korea Selatan untuk memperkenalkan diri ke
dunia internasional, didukung oleh kekuatan militer sebagai faktor pendukung
pembangunan ekonomi. Dimulai dengan fondasi yang kokoh yang dimulai pada masa
pemerintahan Park Chung-hee, Korea Selatan kini menjadi salah satu negara industri
yang diakui secara internasional. Keberhasilan Korea Selatan yang terus berkembang
dari waktu ke waktu menjadi rahasia dunia internasional.

Selama era Park Chung-hee Industri di Korea Selatan menjadi arus utama. Hal ini
telah membawa hasil positif yang membantu meningkatkan perekonomian Korea.
Park Chung-hee telah meletakkan dasar yang kuat untuk industri ginseng. Hal ini
dibuktikan dengan pertumbuhan tahunan Korea, terutama di sektor industri. Sekarang,
industri Korea telah menjadi salah satu industri paling terkenal di dunia. Selama 50
tahun terakhir, Korea telah menjadi contoh bagi negara-negara berkembang. Berkat
pertumbuhan ekonominya yang luar biasa, Korea telah menjadi mitra dagang terbesar

8
kedelapan di dunia. Korea telah mengalami beberapa ketidakstabilan baru-baru ini,
tetapi pertumbuhan PDB rata-rata selama dekade terakhir adalah 3,6%. Jumlah ini
menurun secara signifikan dari tingkat pertumbuhan tahunan 8,1% yang berlaku pada
1965-2005. OECD juga telah memproyeksikan penurunan lebih lanjut menjadi
sekitar 2,5% pada dekade mendatang.

Akan tetapi Park Geun Hye yang kini menjabat sebagai presiden Korea Selatan ke-
18, dan tak lain adalah anak dari Park Chung Hee telah mengumumkan untuk
memajukan rencana negara pada fokus „ekonomi kreatif‟. Rencana tersebut
bertujuan untuk mempromosikan pertumbuhan baru berdasarkan inovasi dan
kewirausahaan (Kohen 2015). Oleh sebab itu, dewasa ini Korea Selatan pun semakin
giat untuk mengukir prestasi-prestasi baru.

Berawal dari industrialisasi yang Park Chung Hee lakukan, hal tersebut terbukti
mampu memberikan kemajuan pula pada sektor lainnya. Dimulai pada segi
ketenagakerjaan yang menjadi salah satu faktor utama pendukung penggerakan
industri di Korea Selatan itu sendiri. Ketenagakerjaan di Korea Selatan pun
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dimulai dari keotoriteran pada era Park
Chung Hee dalam pelaksanaan beberapa programnya yang juga membuahkan hasil
manis, kini masyarakat Korea Selatan pun mengalami peningkatan dalam hal
ketenagakerjaan yang menjadikan industri di Korea Selatan kian maju. Pada era Park
Chung Hee tahun 1963, pekerja di bidang pertanian, kehutanan dan perikanan
berjumlah sebesar 63% dari total angkatan kerja. Namun angka tersebut menurun
menjadi 6,6%% pada tahun 2010. Akan tetapi sebaliknya, pangsa industri tersier
(sektor jasa) meningkat dari 28,3% dari orang yang bekerja di tahun 1963 menjadi
76,4% di tahun 2010(Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea 2012).

Perkembangan yang terlihat pada sektor ketenagakerjaan cukup terlihat jelas


terutama dalam sektor industri sehingga mempengaruhi perkembangan
perekonomian negara. Hal tersebut dapat dikategorikan sebagai dampak dari adanya
modernisasi yang diciptakan oleh Park Chung Hee. Dampak tersebut disebut Trickle
Down Effect atau pemerataan dengan metode „menetes ke bawah‟, dimana yang
berarti bahwa sebuah pertumbuhan akan berdampak pada kemakmuran sebuah
negara.

9
Bahkan muncul sebutan „The Miracle of Han River´ atau „Keajaiban Sungai Han‟
pada masa pemerintahan Park Chung Hee yang mengacu pada pesatnya pertumbuhan
ekonomi Korea Selatan yang secara ajaib telah mengubah Korea Selatan dari puing-
puing perang Korea di masa silam. Selepas masa pemerintahan Park Chung Hee,
perekonomian Korea Selatan terus mengalami perbaikan dan perkembangan. Bahkan
pada tahun 2010, perekonomian Korea mencatat tingkat pertumbuhan sebesar 6,2%.
Angka tersebut merupakan angka tertinggi dalam delapan tahun terakhir. Pendapatan
per kapita pun kembali ke tingkat US$ 20.000. Ekspor pun meningkat sejalan dengan
kenaikan permintaan luar negeri di tengah pemulihan ekonomi global dan didukung
oleh peningkatan daya saing produk Korea. Korea Selatan bahkan telah melonjak
menjadi negara pengekspor nomor 7 di dunia, dan mencapai surplus perdagangan
lebih dari US$ 40 milyar untuk dua tahun berturut-turut.

Ditambah lagi dengan peran soft power Korea Selatan yang juga mendukung
perkembangan perindustrian di Korea Selatan. Salah satunya dengan trend dewasa
ini yang biasa disebut dengan K-Wave atau singkatan dari Korean Wave dan juga
dikenal dengan Hallyu. Bisa disebabkan oleh rindunya masyarakat Korea Selatan
dalam kebebasan berkarya mengingat pada jaman pemerintahan Park Chung Hee
sangat terbatas akan hal tersebut, menyebabkan K-Wave ini melejit dengan sangat
cepat. K-Wave ini sendiri didefinisikan sebagai sebuah kemunculan pergerakan
budaya regional dalam bidang budaya populer Asia. K-Wave ini pun mulai terkenal
pada tahun 1990-an. Produk dari K-Wave ini pun beraneka ragam, seperti film, drama,
dan musik. Bahkan K-Wave ini sendiri dapat menyumbang US$2000,000 pada pasar
distribusi untuk sebuah karya film. Seiring berjalannya waktu pun kini K-Wave
semakin melebarkan sayapnya dan semakin dikenal namanya, terutama pada wilayah
Asia Tenggara dan Asia Timur. Hal tersebut pun juga berpengaruh pada strategi
perkembangan industri di Korea Selatan.

Presiden Park Chung Hee telah membuktikan bahwa membangun fondasi yang
kuat pada sebuah negara sangatlah penting untuk keberlangsungan perkembangan
perekonomian negara kedepannya. Sebagai contoh telah ia jalankan terbukti mampu
dikembangkan dan menjadi salah satu faktor pendukung berkembangnya
perekonomian di Korea Selatan. Belum lagi berbagai sektor industri yang mulai
berkembang pesat pada era pemerintahan Park Chung Hee yang kini juga menjadi
alasan utama keberhasilan Korea Selatan.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sejauh ini, perkembangan ekonomi Korea yang mengesankan dimulai dengan


kebijakan Park Chung-hee. Korea mampu membangun ekonomi tanpa dukungan
sumber daya alam yang memadai. Hal ini membuktikan bahwa berhasil tidaknya
pembangunan Korea tergantung pada kemampuan manusianya, atau dapat dikatakan
bahwa berhasil tidaknya pembangunan tergantung pada kebijakan yang ditempuh
oleh para pemimpinnya. Keberhasilan ini juga merupakan hasil kerja sama
masyarakat Korea Selatan yang telah bersama-sama membangun tanah airnya.
Perkembangan ekonomi Korea juga menunjukkan pentingnya kerjasama antara
sektor swasta dan pemerintah dalam mengejar industrialisasi.

11
Daftar Pustaka

Korea Chobo. 2015. “Park Chung-hee, Presiden Pelopor Kemajuan Korea Selatan”,
https://kumparan.com/korea-chobo/park-chung-hee-presiden-pelopor-kemajuan-
korea-selatan/full, diakses pada 4 November 2021 pukul 22.32

HMPSFIS. 2021. “Park Chung-Hee: Peletak Dasar Pembangunan Ekonomi Korea


Selatan”, http://hmpsfis.student.uny.ac.id/2021/06/15/park-chung-hee-peletak-
dasar-pembangunan-ekonomi-korea-selatan/, diakses pada 4 November 2021 pukul
23.39

Anda mungkin juga menyukai