Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat taufiq dan
hidayah-Nya lah penulisan makalah ini dapat diselesaikan.
Kami selaku penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu, penulis selalu mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan selanjutnya.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya pembuatan makalah ini. Terlepas
dari semua kekurangan penulisan makalah ini, baik dalam susunan dan penulisannya
yang salah, penulis memohon maaf dan berharap semoga penulisan makalah ini
bermanfaat khususnya kepada kami selaku penulis dan umumnya kepada pembaca.
Akhirnya, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada siapa saja yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2

2.1 Riwayat Singkat Dr. Sun Yat Sen dan Cita-Citanya..........................................2

2.2 Cita-Cita dan Ajaran Sun Yat Sen......................................................................5

2.3 Revolusi Meletus di Cina Selatan.......................................................................6

2.4 Peristiwa-Peristiwa Sebelum Revolusi Cina 1911.............................................6

2.5 Jalannya Revolusi Cina 1911.............................................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................................12

3.2 Saran.................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Revolusi Cina 1911 dan Cina dalam perang dunia I terjadi karena timbulnya
nasionalisme Cina. Dengan adanya penyelewengan  dan kelemahan dinasti Manchu. 
Dinasti Manchu merupakan pemerintahan asing sebab bangsa Manchu bukan penduduk
asli Cina. Dinasti Manchu memerintah secara feodal, memperbudak rakyat Cina.
Sesudah kaisar besar dari Manchu meninggal dunia, lenyap pulalah masa kemakmuran
Cina. Dengan terjadinya perebutan kekuasaan diantara putra-putra kaisar.
Adanya kekacauan di Cina terwujud dalam peperangan dan diahkiri dengan
perjanjian-perjanjian yang banyak merugikan Cina. Sebagai tokoh pahlawan nasional
nama Sun Yat Sen tercatat dalam sejarah dan sekaligus pemimpin  revolusi Cina.
Tokoh inilah yang membawa perubahan sangat besar karena dengan adanya Sun
Yat Sen segalanya berubah menjadi baik. Semisal, Sistem pemerintahnya komunis
menjadi demokrasi karena komunisme sebetulnya tidak cocok dengan kepribadian
bangsa cina.
Hal lainya adalah meredanya pertempuran, serta yang paling berarti adalah
kemerdekaan Cina karena telah menumbangkan dinasti Manchu karena dinasti inilah
penyebab terjadinya perang disebabkan sistem pemerintahanya yang dinilai salah oleh
kaum Revolusioner.
Juga pada masa revolusi Cina juga terjadi penyatuan 5 suku bangsa yang ada di
Cina, hal inilah yang sebetulnya membawa perdamaian di Cina, yang mana secara
resmi diresmikan tanggal 10 oktober.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Bagaimanakah riwayat Sun Yat Sen dan cita-citanya serta ajarannya?
2. Bagaimana revolusi meletus di Cina Selatan?
3. Bagaimanakah jalannya revolusi di Cina?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Singkat Dr. Sun Yat Sen dan Cita-Citanya


1.    Riwayat Singkat Dr. Sun Yat Sen
Sun Yat Sen adalah salah seorang intelek yang memerhatikan berbagai kondisi
yang di hadapi Cina. Ia juga berusaha untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut.
Menurutnya penindasan dengan ekonomi lebih kejam dari pada penindasan dengan
bidang politik. Dr. Sun Yat Sen lahir dari keluarga petani pada 12 November 1866, di
desa Cuiheng, Xiangshan, sebuah kota kecil kota Guangdong.
Pada awalnya pendidikannya Sun Yat Sen menerima pendidikan Cina
tradisional. Pada tahun 1878, Sun Yat Sen ikut kakaknya Sun Mei yang telah menjadi
pengusaha di Hawai. Sun Mei mendaftarkan Sun Yat Sen bersekolah di Lolani College,
kemudian di Oahu College, sebuah sekolah misionaris. Di Hawai Sun menerima
pendidikan barat dan dapat menguasai Bahasa Inggris. Setelah 4 tahun di Hawai, Sun
Yat Sen menyatakan keinginannya untuk di baptis, tetapi kakaknya mengirimnya
kembali ke Cina dikarenakan ayahnya yang tidak setuju. Setibanya di kampung
halamanya Sun membuat masalah dengan menghancurkan patung dewa setempat. Ia
ingin menunjukkan bahwa patung yang di anggap dewa tersebut tidak berdaya.
Tindakannya itu sangat menggemparkan sehingga ia di suruh untuk meninggalkan
desanya. Ia pun pergi ke Hongkong.
Pada tahun 1884 Sun mendaftar ke Queen’s College. Di sana ia menjadi seorang
protestan. Setelah itu, Sun menjalankan tugas di sebuah sekolah medis misionaris di
Guangzhou. Selama priode ini Sun Yat Sen sering mengunjungi desanya. Kemudian dia
menikah dengan nona Lu pada tahun 1884. Denganya Sun Yat Sen memiliki 3 orang
anak, tetapi Sun jarang mengunjungi mereka dalam 3 dekade. Setelah menyelesaikan
sekolah kedokterannya, Sun Yat Sen berusaha membuka praktik di Hongkong dan
Macao. Namun usahanya gagal, dan karir medisnya melemah. Ia beralih untuk
memasuki bidang politik dengan berusaha menarik perhatian Li Hong Zhang. Dia pergi
ke Tanjing dengan membawa sebuah petisi yang berisi metode untuk menyarankan
modernisasi Cina. Pada awalnya Sun Yat Sen tidak secara terbuka mengungkapkan
rencana revolusionernya tersebut. Dia meminta Li untuk mempekerjakanya dan

2
membantunya untuk memperoleh paspor untuk perjalanan Sun ke Prancis dan negara
lain.
Pada petisinya itu Sun menekankan bahwa Li Gan pejabat lain pada
pemerintahan Manchu seharusnya mempekerjakan orang yang telah terlatih dengan
pelatihan yang sudah modern guna membantu pemerintah Manchu dalam mereformasi
Cina. Dalam petisinya tersebut Sun Yat Sen menggunakan istilah Minsheng, sebuah
frase kuno yang di gunakan oleh beberapa reformis Cina dan menjadi ketiga prinsip
rakyat (Sanmin Zhuyi). Namun Li Hong Zhang menolak untuk bertemu dengan Sun
Yat Sen. Setelah kejadianya itu Sun Yat Sen melepaskan karir medisnya dan pergi ke
Honolulu. Di sana Sun Yat Sen membentuk organisasi politik, Xing Zhongghui
bersama 20 teman Cina yang dari Hawai dan Canton termasuk kakaknya. Organisasi
politik itu menandai kegiatan politis Sun Yat Sen.
Sementara itu di Cina, kekuatan militer Jepang semakin besar pada perang Cina
Jepang. Pada saat itu Sun Yat Sen memutuskan untuk menggerakkan sebuah reformasi
karena waktunya di anggap tepat. Sun bergegas untuk ke Hongkong dan Canton untuk
mengesahkan cabang-cabang Xing Zhonghui. Di Hongkong Sun Yat Sen bersama
teman-temanya revolusioner lainnya mulai mengorganisir pemberontakan di Canton,
dengan harapan pemberontakan akan menyebar ke seluruh provinsi. 
Pemberontakan di rencanakan 26 Oktober 1895 namun rencana tersebut tidak
terwujud. Seseorang telah melaporkan rencana tersebut pada pejabat Hongkong sehari
sebelum pemberontakan Sun Yat Sen melarikan diri ke Makao. Saat tiba Sun melihat
poster yang mengumumkan hadiah bagi siapa yang dapat menangkap dia sebesar 10
tail. Kemudian Sun pergi lagi ke Hongkong. Meskipun telah keluar dari daerah
kekuasaan Manchu, tetapi Beijing dapat meminta ekstradisi dari pemerintahan kolonial
Inggris. Akhirnya Sun Yat Sen memutuskan untuk keluar dari Hongkong.
Pada tanggal 12 November 1895 Sun tiba di Kobe Jepang. Setibanya di Jepang
dia merasa tersanjung melihat di salah satu koran dirinya digambarkan sebagai tokoh
revolusioner Cina. Disana Sun membuat cabang Xing Zhonghui. Kemudian dia
memutuskan untuk berkunjung ke Amerika untuk memperoleh dana dari orang-orang
Cina di Amerika Utara. Dia berharap dapat memperoleh dana dan membangun cabang
Xing Zhonghui namun gagal dikarenakan orang Cina yang ada di sana sangat tidak
antusias dengan ide revolusioner yang disampaikan oleh Sun.
Pada 1 Oktober 1896 Sun tiba di London. Kedatanganya disambut oleh Dr.
James Canstlie, dosen Sun sewaktu di Hongkong Medical College. Tidak jauh dari
3
kediamannya terdapat kedutaan Cina. Canstlie memperingatkan Sun untuk menjauhi
kedutaan namun Sun merasa kantor luar negeri Inggris menolak untuk menuruti
permintaan mentri Cina untuk ekstradisinya maka Sun merasa aman berkunjung ke
kedutaan. Yakin penyamaranya akan menyembunyikan identitasnya. Pada 10 Oktober
Sun pergi ke kedutaan. Sun membuat janji untuk mengadakan pertemuan di hari
berikutnya. Ketika Sun kembali dari pertemuan dia langsung ditahan. Setelah
diberitahukan akan dikirim ke Cina, Sun meminta tolong pada pelayan kedutaan untuk
menyampaikan pesan pada Castlie secara diam-diam. Setelah membaca pesan tersebut
Castlie langsung meminta batuan pada kantor luar negeri namun tak ada tanggapan.
Castlie pun langsung beralih ke pers. Dia megirim surat ke koran London “revolusiner
Cina di culik di London” dan menjadi tajuk di London globe edisi sore 22 Oktober
1896. Berita penculikan itu tersebar di seluruh London. Duta besar Manchu dipaksa
untuk membebaskan Sun dan keesokan harinya Sun dibebasakan.
Selama persinggahanya di Inggris Sun Yat Sen menghabiskan beberapa
waktunya di museum Inggris. Dia membaca karya-karya Rousseau, Montesquieu, Karl
Marx, Charles Darwin, John Struart Mill dan Henry George. Konsep-konsep yang
diserap Sun menjadi landasan teori untuk memulihkan Cina. Dari pengalamannya di
Inggris Sun menyadari bahwa kekuatan dan kemakmuran pemerintahan Eropa tidak
dapat memberikan kebahagian rakyat secara menyeluruh. Kemudian Sun Yat Sen mulai
merumuskan San Min Zhuyi (3 prinsip rakyat) yaitu nasionalis, demokratis, dan
kesejahteraan.
Pada Juni 1897 Sun pergi ke Jepang untuk kembali merencanakan
pemberontakan revolusioner di Cina. Selama gerakan Boxer pada 1900, Sun merasa
saat itu merupakan waktu yang tepat untuk memberontak. Bulan Oktober Sun
mengarahkan pemimpin Xing Zhoughui dengan 600 anggota serikat rahasia untuk
memberontak di Huizhou, namun karena campur tangan pemerintah Jepang usaha
tersebut gagal. Kemudian Sun kembali ke Honolulu pada tahun 1903. Setelah
mengalami dua kegagalan pada pemberontakannya, Sun berkunjung ke negara-negara
di Asia Tenggara untuk meminta dukungan dari orang-orang Cina yang tinggal di sana.
Pada 10 Oktober 1911 saat Sun tiba di Denver, pemberontakan Wunchang
terjadi. Setelah kemenangan itu Sun meninggalkan Amerika dan pergi ke Eropa. Sun
berusaha meyakinkan pemerintah Inggris dan Prancis untuk mendukung revolusi Cina.
Setelah itu, Sun kembali ke Cina dan diangkat menjadi presiden pertama Republik Cina
pada 1 Januari 1912. Amerika menjadi negara pertama yang mengakui pemerintahan
4
tersebut. Setelah pemerintah dilantik Nanjing, Sun memenghadapi masalah yang sulit
dalam membangun pemerintahan yang bersatu dan demokratis. Pemerintah Manchu
masih mengontrol Cina Utara dan kaisar masih berkuasa di Beijing. Untuk dapat
menyatukan negeri, Sun bernegosiasi dengan Yuan Shi Kai, seorang komandan tentara
kekaisaran Beijing. Yuan Shi Kai bersedia bekerjasama dengan Sun untuk menyuruh
Kaisar turun tahta asalkan dia menjadi presiden pada pemerintahan baru. Demi
persatuan rakyat Cina, Sun setuju untuk melepaskan jabatan presidennya dan
memberikan kepada Yuan Shi Kai. Pada 1 April 1912 Sun secara resmi melepaskan
jabatanya. Kaisar pun turun tahta.

2.2 Cita-Cita dan Ajaran Sun Yat Sen


Sun Yat Sen memiliki cita-cita lenyapnya Dinasti Manchu dan selanjutnya Cina
akan diatur dan diperintah oleh bangsa Cina sendiri. Pemerintahan yang diinginkan
ialah Republik yang demokratis, Cina harus merupakan negara kesatuan. Menurut Dr.
Sun Yat Sen, demokratis terdiri dari 3 dasar, yaitu:
a.    Min T’sen (Nasionalisme)
Min t’sen dalam bahasa Inggris berarti nation, artinya terkandung di dalamnya
adalah bangsa dan negara. Ini dimaksudkan bahwa Sun Yat Sen menghendaki adanya
satu bangsa dan satu negara yakni bangsa atau negara Cina sebagai kesatuan. Asas ini
diletakkan paling atas, karena langsung menyangkut bangsa-bangsa barat yang telah
membagi bangsa Cina sebagai bangsa pengaruh atau eksploitasi mereka. Di samping itu
juga menyangkut pemerintahan Manchu yang telah menginjak-injak kemerdekaan
bangsa Cina. Mereka inilah yang harus dilenyapkan.
b.    Min Chu (Demokratis)
Ini berarti pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara adalah rakyat.
Pemerintahan di jalankan oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Sun Yat Sen
menginginkan pemerintahan Cina yang baru adalah Republik yang demokratis.
Sehubungan dengan itu maka pemerintahan yang monarki harus dilenyapkan. Karena
pemerintahan monarki akan mudah digunakan sebagai alat bagi raja atau kaisar untuk
melampiaskan kesenangannya. Perubahan bentuk  pemerintahan ini dapat dicapai hanya
dengan revolusi.
c.    Min Sheng (Sosialisme)
Min sheng sebenarnya berarti menghidupkan. Sun Yat Sen cenderung menerima
asas penghidupan. Jadi sosialisme juga berarti kesejahteraan rakyat. Artinya seluruh
5
rakyat harus dapat mencari nafkah yang serba cukup untuk kehidupan yang lebih layak.
Dengan Sanmin Zhuyi ini Sun Yat Sen ingin membawa yang merdeka dengan satu
pemerintahan pusat yang demokratis dan dalam kehidupan yang layak yang sejajar
dengan bangsa-bangsa di dunia.
Sejak 1905 banyak sekali mahasiswa Cina yang belajar ke Jepang. Mereka
tertarik pada ajaran Sun Yat Sen untuk itu mereka mendirikan perkumpulan Kuo Tung
Meng Hui, di Tokyo.
Tujuan perkumpulan ini:
a.    Mengusir bangsa Tartar, bangsa Manchu dianggap bangsa Tartar.
b.    Merebut Cina kembali dari Dinasti Manchu.
c.    Membangun suatu republik.
d.    Menyamaratakan kepemilikan tanah.

2.3 Revolusi Meletus di Cina Selatan


Mengapa revolusi Cina 1011 M meletus untuk pertama kalinya di Cina bagian
selatan (Canton)? Sebab Canton adalah pusat kegiatan dagang, pusat pertemuan
berbagai bangsa. Perhubungan dengan dunia luar misalnya dilakukan melalui Canton,
masuklah paham-paham, ide-ide dan pikiran barat yang liberal. Dari provinsi
Kwangtung pula muncul tokoh-tokoh perjuangan nasional, seperti Sun Yat Sen yang
mampu menghimpun mahasiswa Cina yang belajar di luar negeri, orang-orang Cina
yang progresif. Mereka bersatu dan menggulingkan pemerintahan Dinasti Manchu dan
mengusir atau melenyapkan segala macam pengaruh bangsa-bangsa barat dengan hak-
hak istimewa mereka. Karena letaknya yang strategis, maka Canton adalah paling
terbuka untuk perhubungan dengan negara lain. Selain itu rakyat yang tinggal di Cina
Selatan tergolong rakyat yang cerdas dan kuat. Gerakan anti-bangsa asing yakni bangsa
Manchu dan Barat, semuanya berpusat di Selatan.

2.4 Peristiwa-Peristiwa Sebelum Revolusi Cina 1911


Revolusi Cina diawali adanya beberapa peristiwa berikut :
1.    Perang Candu 1 ( 1839-1842)
Perang Candu 1 terjadi ketika 20.000 ton Candu milik orang Inggris di Kanton-
Cina dibakar orang-orang Cina atas perintah Manchu. Inggris marah dan meyerbu
Kanton. Manchu tak mampu menghadapi serangan Inggris dan Cina menyerah pada
Inggris. Perang diakhiri perjanjian Nanking 1842 yang berisi ketentuan sebagai berikut :
6
a.    Inggris berhak mendapatkan Hongkong.
b.    Inggris mendapatkan hak Ekstratorial.
c.    Lima pelabuhan Cina dibuka untuk bangsa asing.
d.    Cina membayar kerugian perang.
Dampak perang Candu 1 adalah Cina terbuka lebar untuk bangsa asing dan
kedaulatan Cina diinjak-injak bangsa asing.
2.    Perang Candu 2 (1856-1880)
Merupakan bagian dari perang Candu 1 yang penyelesaiannya dirasa tidak adil,
terutama bagi pihak Cina. Sebab perang Candu 2 adalah kapal Tiongkok berbendera
Inggris ditahan pihak Cina dan Padri Prancis di Kwangsi dibunuh karena tidak memiliki
surat ijin masuk ke Cina. Perang dengan mudah dimenangkan pihak Inggris dan
diakhiri perjanjian Peing 1860 yang isinya sebagai berikut :
a.    Sebelas pelabuhan Cina dibuka lagi untuk bangsa asing.
b.    Jawatan Bea Cukai Cina dipegang badan internasional yang terdiri atas Inggris,
Prancis, dan AS.
c.    Di istana Kaisar di Peking ditempatkan Dubes Inggris.
d.    Cina terbuka bagi bangsa asing.
3.    Pemberontakan Taiping (1850-1864)
Pemberontakan Taiping terjadi karena:
a.    Manchu dianggap lemah terhadap bangsa asing yang makin merajalela di Cina. Ini
sebagai dampak pembukaan Cina setelah kalah dalam Perang Candu 1 dan 2.
b.    Timbulnya penderitaan dan kesengsaraan rakyat akibat pemerintahan feodal
Manchu.
c.    Timbulnya keinginan rakyat untuk membangun masyarakat baru yang bahagia,
sama rasa, dan sama rata.
Pemberontakan Taiping dipimpin oleh Hung Siu Tsjawan, seorang Masehi
yang berpaham sosialis. Pemberontakan Taiping berhasil dipadamkan tentara
Manchu.
4.    Pemberontakan Boxer (1900-1901)
Pemberontakan Boxer disebut juga dengan tinju keadilan. Pemberontakan
Boxer merupakan pemberontakan terbesar kedua di Cina. Pemberontakan ini
terjadi karena rakyat Cina merasa tidak puas terhadap keadaan yang terjadi di Cina.
Pimpinannya adalah Ratu Tze Sji. Disebut pemberontakan Boxer karena para
prajuritnya dibekali dengan kemahiran bertinju. Pemberontakan Boxer dapat
7
ditumpas dengan kejam oleh tentara asing di Cina dipimpin oleh Jendral Von
Walderse dan diakhiri dengan perjanjian protokol yang isinya Cina harus membayar
rampasan perang. Pemberontakan Boxer yang hampir saja meruntuhkan kekuasaan
asing di Cina yang berakibat:
a.    Tiongkok jatuh ke tangan bangsa asing, bahkan bangsa asing akan membagi
tiongkok di antara mereka sendiri. Rencana ini ditentang Amerika dan Amerika
memberlakukan dijalankan “ Open Door Policy” bagi seluruh dunia, akhirnya
Tiongkok tidak jadi dibagi-bagi.
b.    Ratu Tze Sji sadar bahwa bangsa tidak bisa dilawan dengan kekerasan, untuk
membebaskan diri dari bangsa asing rakyat Tiongkok harus maju, belajar, dan
memodernisasi negaranya seperti Jepang.

2.5 Jalannya Revolusi Cina 1911


Secara kronologis, jalannya Revolusi Cina 1911 M dikemukakan sebagai
berikut:
1.    Pada waktu Cina masih berperang melawan Jepang (1894-1895) kesempatan ini
digunakan oleh Dr. Sun Yat Sen untuk mengadakan gerakan yang merampas
Canton untuk dijadikan pusat revolusi tetapi upaya ini gagal.
2.    Pada waktu Cina sedang terjadi pemberontakan Boxers (1900 M). Pemberontakan
ini meletus dan berkobar di Peking. Pada saat meletusnya pemberontakan itu
seorang duta besar Jerman terbunuh sedangkan kedaulatan-kedaulatan asing lainnya
diserang, namun tentara bangsa asing di bawah pimpinan Jendral Von Waldersee
berhasil menindas pemberontakan boxers dan menduduki Peking. Ratu Tzu Hsi
menyerah dan menandatangani Protokol Boxer (the boxers protocol) 7 September
1901. Perundingan itu  yang juga disebut Protokol Boxer antaranya berisi:
a.    China harus mengirimkan utusannya ke Jerman dan Jepang untuk secara khusus
menyampaikan permohonan maafnya, serta ditempat terbunuhnya Von Kitteler
akan didirikan tugu peringatan.
b.    Di kota-kota yang pernah orang asing terbunuh atau teraniaya tidak diadakan ujian
negara selama lima tahun.
c.    China harus membayar ganti rugi perang sebesar 450 juta tael (sekitar 333.900.000
dolar AS) yang harus dibayar dalam waktu 39 tahun.
d.    Di kedutaan-kedutaan asing  harus ditempatkan pasukan pengawal permanen,
penduduk, dan polisi China harus  dikeluarkan dari tempat tempat tersebut.
8
e.    Benteng-benteng Taku dihancurkan.
Masa pemberontakan itu digunakan oleh Dr. Sun Yat Sen dan kaum
revolusioner untuk memberontak, tetapi upaya ini masih gagal.
3.    Pada 27 April 1911 M di bawah pimpinan Huan Hsing, kaum revolusioner dan
anggota-anggota Tung Meng Hui melakukan pemberontakan di Canton.
Pemberontakan ini mengalami kegagalan lagi, meskipun demikian semangat
revolusi tidak berhenti sampai disini.
4.    Pada 9 Oktober 1911 M meledaklah bom di salah satu gudang rahasia milik
perkumpulan Tung Meng Hui di provinsi Hupeh. Banyak prajurit ditangkap,
dokumen-dokumen rahasia kaum revolusioner dirampas oleh raja muda di Hupeh
yaitu Jui Chang.
5.    Pertempuran yang hebat terjadi ketika merebut kota Wuchang pada 10 Oktober
1911, yang sering disebut dengan istilah “Wuchang Day, Doble Ten Nineteen
Eleven”. Wuchang sendiri adalah ibukota provinsi Hupeh. Sebelum terjadi
pertempuran, pasukan revolusioner memotong rambutnya yang panjang terlebih
dahulu, yang sebelumnya diwajibkan oleh pemerintah Manchu sebagai tanda rakyat
taklukan. Pada waktu itu tidak ada seorangpun pemimpin di pihak kaum
revolusioner. Dr. Sun Yat Sen sendiri sedang berada di Amerika Serikat, demikian
juga pemimpin yang lain juga belum datang. Dengan situasi yang demikian,
kemudian pasukan revolusioner mengangkat Li Yuang Hung (seorang kolonel
dalam tentara Manchu) untuk memihak kaum revolusioner dan sekaligus sebagai
pemipin. Kemudian Li Yuan Hung mengumumkan bahwa pemerintahan Manchu
telah digulingkan dan mengumumkan berdirinya Republik China.
6.    Pada 12 Oktober 1911 provinsi-provinsi, satu persatu direbut oleh pasukan
revolusi. Akibatnya dari 18 provinsi tinggal 2 provinsi saja yang masih dapat
dipertahankan oleh tentara Manchu, yaitu propinsi Honan dan Chihli. Dalam
suasana yang sudah terpojok, pemerintah Manchu mengangkat kembali bekas
opsirnya yaitu Yuan Shih K’ai sebagai raja muda.
7.    Selanjutnya pemerintah Manchu bersidang dan mengambil keputusan bahwa:
a.    Adanya kekacauan dan peperangan adalah kesalahan pemerintah Manchu.
b.    Undang-undang dasar negara harus disusun untuk memperbaiki keadaan.
c.    Kabinet baru harus disusun dan tidak perlu mengikutsertakan keluarga kaisar atau
para bangsawan karena hal ini tidak sesuai dengan keinginan  rakyat.
d.    Akan mengadakan pengampunan kepada orang-orang bekas pemberontak.
9
Setelah revolusi di Wuchang, pemerintah Dinasti Manchu sebenarnya sudah
sangat ketakutan. Karena itu pemerintah Dinasti Manchu mencoba membelokkan
cita-cita kaum revolusiaoner dengan tindakan perbaikan pemerintahan. Untuk itu
Yuan Shih K’ai diangkat sebagai perdana menteri oleh dewan nasional sebagai
pengganti pangeran Ch’ing yang meletakkan jabatannya.
8.    Pada 11 November 1911 M pasukan revolusioner menuntut agar kaisar Manchu
terakhir yang masih kanak-kanak untuk turun tahta. Sebagai reaksi di pihak Manchu
ialah mengngkat Yuan Shih K’ai sebagai pemimpin sipil dan militer tertinggi di
China Utara.
9.    Pada Desember 1911 M pertempuran boleh dikatakan sudah berakhir dengan
kemenangan-kemenangan bagi pihak “kaum revolusioner”. Pada 29 Desember 1911
M kaum revolusioner mengangkat Dr. Sun Yat Sen sebagai presiden pemerintahan
sementara Republik Cina.
10.  Pada 1 Januari 1912 M Dr. Sun Yat Sen dilantik sebagai presiden China di
Nanking. Tanggal 1 Januari selanjutnya dinyatakan sebagai tanggal berdirinya
Republik China. Sedangkan tanggal 10 Oktober yakni meletusnya Revolusi di
Wuchang, menjadi hari kemerdekaan Cina. Selanjutnya, Dr. Sun Yat Sen
menyatakan bahwa dasar negara adalah rakyat. Oleh karena itu maka semua suku
bangsa yang ada di negara Cina (5 suku bangsa) dipersatukan sebagai satu bangsa
(nation). Persatuan dilambangkan dengan bendera Republik Cina yang terdiri dari 5
warna (merah, kuning, biru, putih dan hitam). Pada 12 Februari 1912 M Ibu Suri
Lung Yu mengeluarkan pengumuman yang juga ditandatangani oleh Yuan Shih
K’ai yang isinya adalah bahwa ibu suri bersama kaisar terakhir yakni Hsuan Tung
(masih kanak-kanak) menyerahkan kedaulatan kepada Rakyat Cina. Dinyatakan
pula bahwa bentuk pemerintahan selanjutnya Republik, sedangkan Yuan Shih K’ai
diberi kekuasaan penuh untuk mengaturnya.
Jadi tanggal 12 Februari 1912 M adalah merupakan tanggal peyerahan
kedaulatan dari tangan pemerintah Manchu kepada bangsa Cina. Dinasti Manchu
yang memerintah sejak 1644 M berakhir sudah. Perihal penyerahan kedaulatan, dan
beberapa permintaan dari bekas pemerintah Manchu disampaikan oleh Yuan Shih
K’ai kepada Dr. Sun Yat Sen. Hal ini disambut dengan gembira oleh Dr. Sun Yat
Sen.
Untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya perpecahan, Dr. Sun Yat Sen
mengundurkan diri dari jabatan sebagai presiden sementara Republik Cina dan
10
menyerahkannya kepada Yuan Shih K’ai secara resmi pada tanggal 15 Februari
1912 M. Yuan Shih K’ai selanjutnya diangkat sebagai Presiden Republik Cina dan
Li Yuan Hung sebagai wakil presiden.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Revolusi Cina 1911 terjadi karena timbulnya nasionalisme Cina. Nasionalisme
Cina di bawah pimpinan Sun Yat Sen, gerakan nasionalisme Cina dilandasi oleh 3 hal
yaitu timbulnya angkatan baru yang berpaham modern, timbulnya rasa nasionalisme,
penyelewengan  dan kelemahan dinasti Manchu. Sebagai tokoh pahlawan nasional
nama Sun Yat Sen tercatat dalam sejarah dan sekaligus pemimpin  revolusi Cina,
dengan ajarannya San Min Chu I yakni Min T'sen, Min Tsu, dan Min Sheng.
Setelah melawati berbagai pemberontakan dan pertempuran, salah satunya
pertempuran Wuchang, akhirnya pada Desember 1911 M pertempuran boleh dikatakan
sudah berakir dengan kemenangan-kemenangan bagi pihak “kaum revolusioner”. Pada
1 Januari 1912 M Dr. Sun Yat Sen dilantik sebagai Presiden China di Nanking. Tanggal
1 Januari selanjutnya dinyatakan sebagai tanggal berdirinya Republik China. Sedangkan
tanggal 10 Oktober yakni meletusnya Revolusi di Wuchang, menjadi hari kemerdekaan
Cina.
      
3.2 Saran
Nasionalisme memang merupakan suatu paham yang dibutuhkan oleh semua
bangsa dan negara. Karena dengan adanya nasionalisme maka rakyat memiliki hasrat
untuk mencapai kesatuan, kemerdekaan, keaslian, dan kehormatan bangsa. Maka, kita
sebagai generasi muda bangsa Indonesia haruslah memiliki sikap nasionalis agar kita ke
depan dapat mempertahankan kedaulatan negara kita.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bima Abianto. 24 Oktober 2014. Revolusi Cina 1911.


http://www.kompasiana.com/bimaantoanto/revolusi-china-
1911_54f40cf57455137f2b6c85ee. 1 April 2016.

Laela Pujiwati Nurhana. 24 Juli 2013. Revolusi Cina 1911.


http://ellapn.blogspot.co.id/2013/07/revolusi-cina-1911.html. 29 Maret 2016.

Muhammad Rusli Malik. 4 Mei 2011. Al-Baqarah ayat 126. http://www.tafsir-


albarru.com/tafsir-alquran/tafsir-al-baqarah/al-baqarah-ayat-126/. 3 April 2016.
Nur Asra Nasir. 3 Desember 2014. Makalah Sejarah (Revolusi Cina).
http://nurasranasir.blogspot.co.id/2014/12/makalah-sejarah-revolusi-cina.html.
Diakses 29 Maret 2016.

13

Anda mungkin juga menyukai