Anda di halaman 1dari 36

Pemesinan Pesawat Udara

BAB 5.

ALAT UKUR

Yang dimaksud dengan alat ukur adalah alat yang digunakan untuk
membandingkan suatu besaran benda ukur dengan besaran standar.

5.1. Alat Ukur Mekanik Berskala

5.1.1. Mistar Ukur


Mistar Ukur merupakan alat ukur linier yang memiliki skala dalam satuan mm atau
inci yang tertera pada salah satu permukaannya. Mistar Ukur termasuk alat ukur dengan
ketelitian rendah, yang hanya mampu menjangkau ketelitian sampai dengan 0,5 mm. Dalam
metrologi industri Mistar Ukur hanya digunakan untuk memperkirakan ukuran obyek ukur
secara kasar. Jenis jenis Mistar Ukur antara lain : Mistar Baja dan Mistar Gulung.

Mistar Baja
Mistar Baja digunakan sebagai Alat Ukur
panjang yang memiliki skala metrik (mm) atau
inci, terbuat dari baja tahan karat yang kaku
atau fleksible. Pada skala metrik 1 cm dibagi
menjadi 10 bagian atau 20 bagian, jadi tiap 1
bagian sama dengan 1 mm atau 0.5 mm.
Sedangkan pada skala inci, 1 inci
dibagi atas 8, 16, 32, atau 64 bagian, jadi tiap Gambar 5 - Mistar Baja
bagian berjarak 1/8“, 1/16”, 1/32“, atau 1/64“.
Panjang Mistar Baja yang banyak digunakan berukuran 150 cm atau 6“ dan 30 cm atau
12” .

Cara menggunakan Mistar Baja untuk


mengukur panjang atau lebar suatu bidang
bertingkat.

Gambar 5 - Mengukur Bidang Bertingkat

Cara menggunakan Mistar Baja untuk


mengukur panjang atau lebar suatu bidang
datar.

Gambar 5 - Mengukur Bidang Datar

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 361


Pemesinan Pesawat Udara

Cara menggunakan Mistar Baja untuk


mengukur panjang atau lebar suatu bidang
datar dengan bantuan blok siku.

Gambar 5 - Mengukur dengan Blok Siku


Mistar Gulung
Mistar Gulung adalah Mistar yang dapat
digulung, dibuat dari baja tipis dan
ditempatkan pada rumah gulung yang terbuat
dari pelat baja atau plastik. Penggulungannya
dapat dilakukan dengan mudah karena
adanya pegas. Mistar Gulung mempunyai
ukuran paling panjang 50 m. Pada ujung
pelat baja diberi kaitan dengan tujuan untuk
mempermudah pengukuran dan penarikan.
Mistar Gulung digunakan untuk mengukur
benda yang tidak dapat dijangkau oleh mistar Gambar 5 - Mistar Gulung
baja, seperti mengukur diameter tanki, bentuk
benda silinderis, dsb.

5.1.2. Mistar Sorong


Mistar Sorong disebut juga dengan istilah Mistar Ingsut, Mistar Geser, Jangka
Sorong, Jangka Geser, Schuifmaat atau Vernier Caliper. Mistar Sorong merupakan alat ukur
yang praktis dengan kecermatan ketelitian maksimum yang dapat dicapai sebesar 0,02 mm.
Kecermatan setinggi ini dalam beberapa hal dianggap cukup untuk mengukur objek ukur
yang diinginkan. Pada mistar sorong terdapat rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak yang
berfungsi sebagai sensor untuk menjepit benda ukur ketika melakukan pengukuran.
Permukaan kedua rahang ukurnya dibuat sejajar dan relatif kuat untuk menghindari
kesalahan ukur. Batang ukurnya dibuat kaku dengan permukaan yang keras sehingga tidak
mudah melentur dan tahan aus, sebab rahang ukur gerak terus menerus bergeser pada
batang ini ketika melakukan pengukuran.
Dilihat dari fungsinya Mistar Sorong dapat digunakan untuk :
 Mengukur dimensi luar,
 Mengukur dimensi dalam,
 Mengukur kedalaman.

Dilihat satuannya Mistar Sorong dibedakan :


 Mistar Sorong dengan satuan mm
 Mistar Sorong dengan satuan inci

Dilihat ketelitiannya Mistar Sorong dibedakan :


 Mistar Sorong dengan ketelitian 0,1 mm
 Mistar Sorong dengan ketelitian 0,05 mm
 Mistar Sorong dengan ketelitian 0,02 mm
 Mistar Sorong dengan ketelitian 1/128”
 Mistar Sorong dengan ketelitian 0,001”

362 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

Dilihat sistem pembacaannya dibedakan :


 Mistar Sorong Skala Nonius,
 Mistar Sorong Jam Ukur,
 Mistar Sorong Digital.

Dilihat bentuknya Mistar Sorong dibedakan :


Mistar Sorong yang dalam pengukurannya
menggunakan Rahang, Lidah Ukur (tanduk)
dan Ekor

Gambar 5 - Mistar Sorong

Mistar Sorong yang dalam pengukurannya


menggunakan Rahang dan Lidah Ukur

Gambar 5 - Rahang dan Lidah Ukur

Mistar Sorong Jam Ukur


Mistar sorong jam ukur mempunyai fungsi
yang sama dengan mistar sorong skala
Nonius. Perbedaannya hanya terletak pada
cara pembacaannya yang menggunakan jam
ukur sebagai pengganti dari skala nonius.
Gerak lensa sensor diubah menjadi gerak
berputar dari jarum penunjuk dengan Gambar 5 - Mistar Sorong Jam ukur
perantaraan roda gigi pada poros jam ukur
dan batang bergigi yang melekat di tengah-tengah sepanjang batang mistar. Tingkat
ketelitian mistar sorong jam ukur hampir sama dengan mistar sorong nonius yaitu : 0,1 mm,
0,05 mm, dan 0,02 mm. Bahkan saat ini terdapat mistar sorong jam ukur yang mampu
mengukur hingga ketelitian 0,01 mm.

Satu putaran atau


Pembagian skala
100 bagian skala Angka pada jam
Ketelitian utama dalam
jam menggeser dalam mm setiap
selang
sensor sejauh
0,1 mm 10 mm 10 bagian 1 cm
0,05 mm 5 mm 20 bagian 1 mm
(5 bagian dalam
0,02 mm 2 mm satuan 0,1 mm) 1 mm

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 363


Pemesinan Pesawat Udara

Contoh Pengukuran
Pada Skala Utama : 62 mm
Pada Jam Ukur : 0, 53 mm
Hasil pengukuran : 62,53 mm

Jenis lain dari mistar sorong jam ukur ada Gambar 5 - Contoh Pengukuran
yang sengaja dibuat khusus, sebagai kaliber
untuk memeriksa toleransi dari dimensi
produk dalam jumlah yang banyak. Jam
ukurnya dapat bergerak bebas dari peluncur
atau rahang ukur gerak. Setelah rahang ukur
di stel sesuai dengan ukuran nominal dari
produk yang hendak diukur, maka kedudukan
jam ukur dikunci. Kemudian piringan jam ukur
di stel pada angka nol, setelah itu peluncur
dapat dikendorkan lagi. Penyimpangan pada
Gambar 5 - Jenis Jam Ukur
diameter nominal dapat dibaca pada jam ukur
karena mempunyai poros yang berpegas, yang selalu menekan peluncur rahang.

Mistar Sorong Digital


Mistar Sorong Digital memiliki fungsi yang
sama seperti mistar sorong nonius dan
mistar sorong jam ukur. Tingkat ketelitian
mistar sorong digital yang banyak digunakan
pada dunia industri adalah 0,01 mm. Bagian-
bagian utama mistar sorong digital juga
relative sama seperti mistar sorong lainnya.
Perbedaan prinsip yang cukup menonjol Gambar 5 - Mistar Sorong Digital
adalah pada cara pembacaannya, karena
hasil pengukurannya dapat langsung terbaca dalan bentuk angka. Karena konstruksi
jaringan pembacaannya yang yang sedikit rumit, maka mistar sorong digital jarang
digunakan dibengkel kerja, biasanya lebih banyak digunakan pada laboratorium
pengukuran.

Mistar Sorong Skala Nonius


Keterangan gambar bagian-bagian utama
dari Mistar Sorong di atas adalah :
1. Rahang bergerak dan rahang tetap
2. Lidah ukur (tanduk)
3. Batang kedalaman (ekor)
4. Skala utama (mm)
5. Skala utama (inci) Gambar 5 - Mistar Sorong Skala Nonius
6. Skala nonius (mm)
7. Skala nonius (inci)
8. Penggerak

364 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

Cara Menggunakan Mistar sorong


Cara mengukur dimensi luar benda
segiempat yang benar, yaitu seluruh bagian
benda kerja berada diantara kedua rahang.

Gambar 5 - Pengukuran Dimensi Luar


Untuk mengukur benda yang relatif kecil,
maka benda yang diukur dipegang dengan
tangan kiri sedangkan tangan kanan
memegang mistar sorong.

Gambar 5 - Pengukuran Benda Kecil


Untuk mengukur diameter alur, maka harus
menggunakan rahang yang berbentuk pisau.

Gambar 5 - Pengukuran Alur


Gambar disebelah adalah contoh cara
mengukur yang salah, karena bidang rahang
yang menyentuh benda kerja terlalu sedikit.

Gambar 5 - Pengukuran yang salah

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 365


Pemesinan Pesawat Udara

Gambar disebelah juga menunjukan cara


mengukur yang salah, karena posisi mistar
sorong tidak tegak lurus terhadap benda
kerja.

Gambar 5 - Pengukuran Lubang yang


salah
Untuk mengukur dimensi dalam pada benda,
maka posisi rahang [tanduk] mistar sorong
berada tegak lurus dan masuk pada bidang
ukur.

Gambar 5 - Pengukuran Lubang


Untuk mengukur kedalaman suatu benda,
maka posisi batang pengukur kedalaman
[ekor] harus tegak lurus terhadap benda.

Gambar 5 - Pengukuran Kedalaman

Cara Pembacaan Mistar Sorong


Pada setiap mistar sorong nonius terdapat dua skala pembacaan yang menentukan
ketelitian dan hasil pembacaannya, yaitu skala utama yang terletak pada batang pengukur
dan skala nonius yang terletak pada batang geser. Untuk pembacaan ukuran metrik (mm)
terletak pada bagian bawah, sedangkan untuk pembacaan ukuran inci terletak pada bagian
atas. Skala nonius akan bergerak sepanjang batang sampai kedua rahangnya bertemu atau
menyentuh benda kerja yang diukur. Apabila rahang; tanduk atau ekor dari mistar sorong
menyentuh dengan benar, maka akan dihasilkan ukuran yang sesungguhnya dari benda
kerja atau objek yang diukur.

366 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

o Mistar Sorong Nonius Ketelitian 0.1 mm


Jarak 9 mm pada skala nonius dibagi
dalam 10 bagian yang sama. Jadi 1
bagian skala nonius panjangnya :
9mm
9 mm : 10 bagian =  0,9mm
10
Ketelitiannya adalah = 1 bagian skala
utama – 1 bagian skala nonius
= 1 mm – 0.9 m = 0,1 mm Gambar 5 - Nonius Ketelitian 0,1 mm

Contoh Pembacaan Ketelitian 0,1 mm


Hasil pengukuran gambar disebelah
adalah ; 34 mm + 0,5 mm = 34,5
mm

Gambar 5 - Pembacaan Ketelitian 0,1 mm

Cara lain pembacaan mistar sorong


nonius dengan ketelitian 0.1 mm juga
dapat dilakukan dengan metode :
Jarak 19 mm pada skala nonius dibagi
dalam 10 bagian yang sama. Jadi 1
bagian skala nonius panjangnya :
19mm
19 mm : 10 bagian =  1,9mm
10
Ketelitiannya adalah Gambar 5 - Nonius Ketelitian 0,1 mm cara
= 2 bagian skala utama – 1 bagian skala kedua
nonius
= 2 mm – 1.9 mm = 0,1 mm

o Mistar Sorong Nonius Ketelitian 0.05 mm


Jarak 19 mm pada skala nonius dibagi
dalam 20 bagian yang sama. Jadi 1
bagian skala nonius panjangnya :
19 mm : 20 bagian =
19mm
 0,95mm
20
Ketelitiannya adalah
= 1 bagian skala utama – 1 bagian skala
nonius Gambar 5 - Nonius Ketelitian 0,05 mm
= 1 mm – 0.95 mm = 0,05 mm
Cara lain pembacaan mistar sorong nonius dengan ketelitian 0.05 mm juga dapat
dilakukan dengan metode :

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 367


Pemesinan Pesawat Udara

Jarak 39 mm pada skala nonius dibagi dalam 20 bagian yang sama. Jadi 1 bagian
skala nonius panjangnya :
39 mm : 20 bagian =
39mm
 1,95mm
20
Ketelitiannya adalah
= 2 bagian skala utama – 1 bagian skala
nonius
= 2 mm –1.95 mm = 0,05 mm

Contoh Pembacaan Ketelitian 0,05 mm


Hasil pengukuran gambar disebelah
adalah
19 mm + 0,55 mm = 19,55 mm
Gambar 5 - Pembacaan Ketelitian 0,05 mm

o Mistar Sorong Nonius Ketelitian 0.02 mm


Jarak 49 mm pada skala nonius dibagi
dalam 50 bagian yang sama. Jadi 1
bagian skala nonius panjangnya :
49 mm : 50 bagian =
49mm
 0,98mm
50
Ketelitiannya adalah
= 1 bagian skala utama – 1 bagian skala
nonius
= 1 mm – 0.98 mm = 0,02 mm

Contoh Pembacaan Ketelitian 0,02 mm


Hasil pengukuran gambar disebelah
adalah
3 mm + 0,54 mm = 3,54 mm Gambar 5 - Nonius Ketelitian 0,02 mm

o Mistar Sorong Nonius Ketelitian 1/128 inci


Pada mistar sorong jenis ini, pembagian terkecil pada skala utama adalah
1 " 8 "
16 atau 1 28
7 bagian pada skala nonius dibagi dalam 8 bagian yang sama, sehingga 1 bagian
7" 7"
skala nonius adalah :8 
16 128
Ketelitian adalah
= 1 bagian skala utama – 1 bagian
skala nonius
8 "
= 12 8 –
7"
1 28 =
1"
1 28

368 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

1"
Contoh Pembacaan Ketelitian 1 28
Hasil pengukuran gambar disebelah adalah
2 " 6 "
= 4 + 16 + 12 8
16 " 6 "
= 4” + 12 8 + 12 8 = 4” +
22 "
1 28

Gambar 5 - Nonius Ketelitian 1/128 Inci


o Mistar Sorong Nonius Ketelitian 0.001 inci
Pada mistar sorong nonius ketelitian
0,001 inci, 1 inci pada skala utama dibagi
40 bagian yang sama, sehingga tiap-tiap
bagian adalah
1
atau 0,025 inci.
40
Pada jarak 0,600 inci dibagi ke dalam 25
bagian yang sama. Jadi 1 bagian skala
nonius 0,600” : 25 = 0,024”
Ketelitiannya adalah
= 1 bagian skala utama – 1 bagian skala
nonius
= 0,025 – 0,024 = 0,001 inci

Contoh Pembacaan Ketelitian 0,001 incii


Hasil pengukuran gambar disbelah
adalah
= 1” + 0,1” + 0,025” + 0,023”
= 1,148 incii
Gambar 5 - Nonius Ketelitian 0,001 inci
Beberapa Jenis Dan Fungsi Mistar Sorong
Yang Lain
o Mistar sorong kedalaman
Digunakan untuk :
Mengukur kedalaman alur,
Mengukur kedalaman lubang tidak
tembus.
Mengukur bidang bertingkat.

Gambar 5 - Mistar Sorong Kedalaman

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 369


Pemesinan Pesawat Udara

o Mistar sorong tak sebidang


Digunakan untuk :
Mengukur jarak antara dua
permukaan yang bertingkat

Gambar 5 - Mistar Sorong tak Sebidang

o Mistar sorong jarak senter


Digunakan untuk :
Mengukur jarak antara senter lubang
Mengukur jarak dari senter ke tepi

Gambar 5 - Mistar Sorong Jarak Senter


o Mistar sorong diameter alur dalam
Digunakan untuk :
Mengukur Alur di dalam silinder yang
diameternya minimal 30 mm

Gambar 5 - Mistar Sorong Alur Dalam


o Mistar sorong pipa
Digunakan untuk :
Mengukur tebal dinding pipa
Mengukur tebal plat yang
melengkung

Gambar 5 - Mistar Sorong Pipa


o Mistar sorong posisi dan lebar alur
Digunakan untuk :
Mengukur lebar alur
Mengukur posisi alur terhadap tepi
atau alur lain

Gambar 5 - Mistar sorong Lebar Alur

370 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

o Mistar sorong putar


Digunakan untuk :
Mengukur jarak dua permukaan yang
sejajar tetapi tidak sebidang (sulit
diukur dengan Mistar sorong biasa)

Gambar 5 - Mistar Sorong Putar

o Mistar sorong tekanan ringan


Digunakan untuk :
Mengukur diameter luar pipa yang
tipis dan lunak

Gambar 5 - Mistar Sorong Tekanan Ringan

o Mistar sorong serba guna


Digunakan untuk :
Mengukur diameter luar atau tebal
plat
Mengukur diameter dalam
Mengukur kedalaman atau ketinggian
Mengukur sudut
Gambar 5 - Mistar Sorong Serba Guna
5.1.3. Pengukur Ketinggian (Vernier Height Gauge)
Alat ukur ketinggian atau Height Gauge dilengkapi dengan rahang ukur yang
bergerak vertikal pada batang berskala yang tegak lurus dengan landasannya. Permukaan
rahang ukur sejajar dengan permukaan bawah dari landasan, yang menyebabkan garis
pengukuran tegak lurus dengan landasan.
Oleh karena itu Height Gauge bersama-sama
dengan benda ukur selalu diletakkan diatas
meja rata.

Fungsi Height Gauge


Fungsi utama dari alat pengukur
ketinggian (Height Gauge) adalah untuk
mengukur ketinggian suatu benda kerja.
Namun apabila dilengkapi dengan alat bantu
lain yang dipasang pada peluncur, Height
Gauge juga dapat digunakan untuk :
o Mengukur Ketinggian
Tinggi Suatu permukaan terhadap
bidang datar atau terhadap permukaan
lain dari benda ukur dapat diketahui
besarnya dengan menggunakan Height
Gauge. Permukaan alat ukur harus Gambar 5 - Pengukur Ketinggian

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 371


Pemesinan Pesawat Udara

dengan hati-hati ditempelkan pada permukaan benda ukur. Penekanan yang terlalu
kuat atau benturan yang keras akan menyebabkan terjadinya kesalahan ukur, karena
rahang ukur akan melentur atau alat ukur akan menjadi miring.

o Membuat garis gores


Ujung dari rahang ukur biasanya dibuat
runcing yang terbuat dari bahan karbida
yang sangat keras, sehiangga dapat
digunakan untuk membuat garis pada
benda kerja dalam jarak dan ukuran
tertentu. Goresan garis ini sangat
diperlukan pada pekerjaan selanjutnya.
o Sebagai alat ukur pembanding
Rahang ukur dapat diganti dengan jam
ukur, sehingga selisih ketinggian dari
kedua permukaan dapat dibaca oleh jam Gambar 5 - Melukis dengan Pengukur
ukur. Untuk memperoleh hasil Ketinggian
pengukuran yang lebih teliti, perlu
dipasang pupitas pada peluncur. Pembacaan skala Height Gauge dilakukan setelah
jarum jam pada pupitas menunjukkan angka nol.
o Sebagai Alat Ukur Kemiringan
Dengan bantuan busur bilah (alat ukur sudut) yang dipasang pada peluncur, maka
kemiringan suatu permukaan terhadap bidang datar dapat diketahui besarnya.

Macam-macam Height Gauge


o Height Gauge Skala Nonius
Pengukur ketinggian skala nonius memiliki tingkat ketelitian yang sama dengan mistar
sorong nonius, yaitu 0,02 mm dan 0.001 incii. Karena tingkat ketelitian sama, maka
cara pembacaan ukurannya juga sama.
o Height Gauge Jam Ukur
Pengukur ketinggian jam ukur
memungkin untuk mengukur benda kerja
yang memerlukan ketelitian lebih tinggi
yaitu hingga 0,01 mm. Jam ukur
bergerak naik turun disepanjang batang
peluncur sesuai dengan ketinggian yang
dikehendaki.
o Digital Height Gauge
Cara pembacaan pengukur ketinggian
digital, jauh lebih prakris bila
dibandingkan dengan height gauge yang
lain. Hasil pengukurannya atau ukuran
yang dikehendaki dapat langsung Gambar 5 - Macam-macam Pengukur
terbaca dalam bentuk angka. Karena Ketinggian
sistem digital yang agak rumit, maka alat
ini memerlukan kehati-hatian dalam penggunaannya.

372 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

5.1.4. Alat Ukur Sudut


Busur Baja ( Steel Engine Protactor )
Digunakan Untuk mengukur sudut pelat
dengan kecermatan sedang.dan untuk
membuat garis gambar suatu benda . Tetapi
Jika Untuk mengukur sudut yang ujungnya
terpancung,atau ujungnya lengkung ,
pengukurannya tidak dapat langsung
dilakukan ,melainkan harus dibantu dengan
siku siku .Ukuran Busur Baja ditentukan oleh
Diameter Busurnya dan panjang mistarnya,
semakin besar busurnya semakin panjang Gambar 5 - Busur Baja
mistarnya . Kedudukan mistar dapat disetel sesuai kebutuhan dengan rentang 00 sampai
1800

Busur Bilah ( Bevel Protractor )


Busur Bilah berfungsi sama dengan busur
baja hanya saja alat ini memiliki ketelitian
yang lebih tinggi sampai 5 menit dibanding
Busur Baja serta untuk memeriksa kerataan
dari dua permukaan yang mempunyai sudut
tertentu.

Gambar 5 - Busur Bilah

Busur Kombinasi (Combination Bevel Protractor)


Busur derajatnya dilengkapi dengan penyipat
datar ( spirit level ). Bilahnya dapat digunakan
sebagai mistar lurus ( Stright edge ) dan
Dapat dilengkapi dengan pencari center
pemeriksa kesikuan dan pengukuran
kedalaman
Busur Baja Kecermatan 10
Bilahnya adalah mistar yang dapat digunakan
sebagai pengukur kedalamam
Gambar 5 - Busur Kombinasi

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 373


Pemesinan Pesawat Udara

5.2. Alat Ukur Mekanik Presisi

5.2.1. Mikrometer

Mikrometer Luar
Mikrometer hanya dapat digunakan sesuai kapasitas ukurnya, mulai dari 0 – 25 mm, 25 –
50 mm, 50 – 75 mm, dan seterusnya sampai 1000 mm. masing masing dengan kenaikan
kapasitas ukuran 25 mm
o Anvil (Landasan )
o Landasan merupakan bagian
mikrometer yang bersentuhan dengan
benda kerja ketika pengukuran. Karena
itu harus tahan terhadap aus akibat
gesekan ketika digunakan sehingga
dibuat dari baja keras yaitu karbida.
o Spindle (Poros Geser)
o Spindle merupakan bagaian mikrometer
yang dapat bergerak lurus sejauh Gambar 5 - Mikrometer
kapasitas mikrometer ( misalnya 0 – 25
mm ).
o Pengunci ( Lock nut )
o Berfungsi untuk mengunci poros geser agar tidak bergeser ketika sedang digunakan
untuk pengukuran.
o Sleeve (Tabung Ukur )
o Tabung Ukur merupakan bagian Mikrometer yang memiliki garis garis skala ukur dan
skala nonius.Pada bagian inilah pembacaan pengukuran dilakukan . Tabung ukur
terkunci pada rangka tidak bergerak
o Thimble (Tabung Putar)
o Jika tabung putar diputar satu kali putaran akan bergerak 1 kisar ulir nya atau satu
speed yang berhubungan dengan poros geser. kisar ulir tabung putar ada yang
berukuran 0.5 mm dan ada yang berukuran 1 mm. Tabung putar yang berukuran 0.5
mm jika diputar 1 kali poros geser bergerak 0.5 mm, dan jika tabung putar diputar 2 kali
poros geser bergerak 2 x 0,5 mm dst. Satu keliling tabung putar terdapat 50 bagian
yang ditunjukkan dengan strip strip .Karena itu jika tabung putar diputar 1 strip poros
geser bergerak 0.5 mm : 50 = 0.01 mm
o Rachet
o Rangka ( frame )

Pembacaan Mikrometer luar


o Satuan mm ketelitian 0.01 mm
Perhatikan Tabung Ukur:
Pada Tabung Ukur terdapat angka angka
dan garis garis, yaitu 0 –5 - 10 – 15 – 20 –
25 – dst. Dari angka ke angka pada tabung
ukur dibagi dalam 5 bagian sehingga 1
bagian =1 mm.
Sedang , Jarak dari garis bagian atas ke
garis berikutnya yang ada di bagian bawah =
0,5 mm
Perhatikan Tabung Putar :
Gambar 5 - Pembacaan Mikrometer

374 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

Pada sekeliling Tabung Putar terdapat angka angka 0 – 5 – 10 – 15 -20 – dst sampai 0
lagi . Dari angka 0 ke 0 terdapat 50 bagian dalambentuk garis garis . Jika Tabung Putar
diputar 1 kali ,Poros Geser akan bergeser 0,5mm
Karena pada Tabung Ukur ada 50 bagian maka 1 bagian pada Tabung Putar sama dengan
0,5 mm / 50 = 0,01 mm., jadi setiap Tabung Putar diputar 1 kali Poros Geser akan
bergerak 0,01 mm.
Contoh :
Pembacaan pada :
Skala tabung ukur atas : 12 mm
Skala tabung bawah : 0,5 mm
Skala tabung putar : 0,01 mm
Hasil pengukuran : 12,51 mm

Gambar 5 - Mikrometer Ketelitian 0,01 mm

o Satuan mm ketelitian 0.001 mm


Mikrometer dengan ketelitian 0.002 , ketelitian
0.001 dilengkapi dengan skala nonius berupa
garis mendatar pada tabung ukurnya yang
diberi angka angka. Untuk mikrometer
ketelitian 0.002 pada skala nonius
mempunyai 5 bagian garis mendatar,
sehingga jarak garisnya 0,01/5 = 0,02 mm
,sedang mikrometer ketelitian 0,001 memiliki
10 bagian garis mendatar,sehingga jarak
garisnya 0,01/10 = 0,001 .

Gambar 5 - Mikrometer Ketelitian 0,001


mm

Contoh :
Pembacaan pada :
Skala tabung ukur bawah : 11 mm
Skala tabung ukur atas : 0,5 mm
Skala tabung putar : 0,46mm
Skala nonius : 0,007mm
Hasil pengukuran : 11,967 mm

Gambar 5 - Pembacaan 11,967 mm

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 375


Pemesinan Pesawat Udara

o Pembacaan Mikrometer Luar ukuran Inci .


Pada Tabung ukur dari angka ke angka jaraknya 0,1˝ dibagi menjadi 4 bagian Jadi 1 bagian
0,1inchi
=  0,025inchi atau ditulis 0,025˝ .
4bagian
Pada sekeliling Tabung putar terdapat 25 bagian .Jika Tabung Putar diputar 1 kali yaitu dari
0 ke 0 Poros Geser akan bergerak 0,025˝ “ dengan demikian jarak antara garis yang satu ke
0,025 "
garis yang lain pada tabung putar = 25bagian = 0,001˝
Contoh :
Pembacaan pada
tabung ukur atas : 0,5 inci
tabung ukur bawah : 0,05 inci
tabung putar : 0,012 inci
Hasil Pembacaan : 0,562 inci

Mikrometer Luar dengan landasan tetap yang Gambar 5 - Pembacaan 0,562 inci
dapat diganti ( Outside Mikrometer With
Interchangeable anvil )
Kapasitas ukuran yang dimilikinya relatif
besar yaitu 0 – 100 mm,0 – 150 mm , 100 –
200 mm dst sampai dengan 900 – 1000 mm
dengan kenaikan tingkatan 100 mm atau
150 mm.Untuk semua kapasitas ukur tersebut
jarak gerak porosnya tetap 25 mm.
Dalam hal ini landasan tetapnya yang diganti, Gambar 5 - Mikrometer Landasan Dapat
sehingga didapat mikrometer luar dengan Diganti
kapasitas ukur yang bervariasi .Misalnya :
Mikrometer dengan Kapasitasnya 0 – 100 mm , mempunyai 4 landasan tetap dengan
tingkat perubahan panjang 25 mm ,sehinga
daerah pengukurannya dapat diubah menjadi
0 – 25 mm , 25 – 50 mm, 50 – 75 mm ,75 -
100 mm.Setiap penggantian landasan tetap
harus disertai penyetelan kedudukan nol
dengan bantuan kaliber yang sesuai.

Contoh penggunaan Mikrometer luar dengan


landasan tetap yang dapat diganti

Gambar 5 - Penggunaan Mikrometer Besar

376 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

Mikrometer Dalam
digunakan untuk :
 Mengukur diameter dalam
Kapsitas ukur dapat diubah dengan
mengganti batang ukur :, 25 – 50 mm, 50 –
200 mm, 200 – 500 ukur
Batang mm dan 200 – 1000mm.
Batang pemegang berfungsi untuk
mempermudah pengukuran diameter yang
letaknya dalam

Contoh penggunaan Mikrometer dalam Gambar 5 - Mikrometer Dalam


Untuk mengukur diameter dalam cukup
menggunakan batang ukur dan hasil
pembacaannya dpat dibaca pada tabung
ukur dan tabung putar. Jika diameternya
dalam, untuk memudahkan pengukuran
gunakan tangkai pengukur

Gambar 5 - Penggunaan Mikrometer


Dalam
Mikrometer Kedalaman
Mikrometer kedalaman disebut juga mikrometer kepala , atau mikrometer ketinggian
digunakan untuk mengukur :
 Kedalaman lubang
 Kedalaman alur
 Ketinggian permukan bertingkat
 Ketinggian permukaan ,
Contoh cara Penggunaan Mikrometer
kepala :
 Siapkan benda yang diukur
 Siapkan meja rata
 Pilih mikrometer yang sesuai dengan
obyek ukur
 Letakkan benda kerja pada meja rata
 Letakkan landasan atas pada tepi atau
bidang yang akan diukur dengan posisi
tegak lurus permukaan atau sejajar
sumbu obyek ukur
 Pegang tabung ukur dengan tangan kiri
 Putar tabung putar sehingga landasan
bawah menyentuh batas bawah obyek
ukur dan akhri dengan memutar
rechetnya kurang lebih 3 x
 Baca skala mikrometer Gambar 5 - Mikrometer Kedalaman

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 377


Pemesinan Pesawat Udara

Mikrometer Lubang
Digunakan untuk : Mengukur diameter dalam
dengan cermat , karena kedudukan
Micrometer selalu tetap ditengah lingkaran

Gambar 5 - Mikrometer Lubang


Mikrometer Landasan V
Digunakan untuk
 Mengukur Diameter dan kebulatannya
 Mengukur Diameter luar dari perkakas
potong dengan 3 - 5 alur
 Mengukur diameter kisar tap dengan
bantuan satu kawat

Gambar 5 - Mikrometer Landasan V


Mikrometer Piringan
Dengan muka ukur yang lebar
memungkinkan pengukuran jarak antara
beberapa gigi bagian bersayap dsb

Gambar 5 - Mikrometer Piringan


Mikrometer Alur
Digunakan untuk mengukur ukuran alur luar
dan dalam seperti lebar alur , posisi alur dsb

Gambar 5 - Mikrometer Alur

378 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

Mikrometer Batas
Digunakan sebagai kaliber batas bagi benda
ukur dengan suatu ukuran dasar tertentu
dan daerah toleransi yang relatif besar .
Mulut ukur yang diatas diatur dan dimatikan .
Mulut ukur yang dibawah sesuai ukuran
minimum .
Micrometer hanya dapat disetel sampai
kecermatan 0.01 mm. Benda ukur yang baik
harus masuk pada mulut ukur atas ( go ) dan
tidak masuk pada mulut ukur bawah ( not Gambar 5 - Mikrometer Batas
go )

Mikrometer Bangku
Sebagai Micrometer luar. Biasanya
mempunyai kecermatan yang tinggi .

Gambar 5 - Mirometer Bangku


5.2.2. Blok Ukur
Blok Gauge termasuk alat ukur
standar mempunyai dua muka dibuat sangat
halus, rata, sejajar dan ukurannya tertentu
.Disebut juga Gauge Block, End Gauge, Slip
Gauge, Joe Gauge atau Johannsen Gauge,
Karena kehalusan dan kerataan muka
ukurnya ,serta sifat saling lekat ( Wringability )
maka dapat menyusun dua atau lebih blok
ukur bersatu dengan kuat dari berbagai
ukuran. Blok ukur yang disusun tersebut
dapat dipakai sebagai ukuran standar untuk Gambar 5 - Menyatukan Blok Ukur
proses kalibrasi suatu alat ukur atau untuk (diluncurkan)
proses pengukuran tak langsung.Blok ukur
dibuat dari Baja Karbon Tinggi, Baja paduan
atau karbida, yang telah mengalami proses
heat treatment /perlakuan panas dan lapping (
gosok halus ).sehingga sifatnya menjadi :
 Tahan aus
 Tahan Korosi
 Koefisien muai yang sama dengan baja
komponen mesin ( 12-6 xC -1 )
 Mempunyai kestabilan ukuran yang baik,
Blok ukur tersedia dalam satu set dengan
berbagai jumlah dan ukuran. Menurut standar
metris jumlah satu set blok ukur : 27 , 33 , 50 , Gambar 5 - Beberapa Blok Ukur Disatukan
87 , 105 , atau 112 buah.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 379


Pemesinan Pesawat Udara

Contoh satu set blok ukur jumlah 112 buah


dengan tebal 1 mm :

Selang/jarak Kenaikan Jumlah blok


antara
1,001 - 1,009 0,001 9
1,010 – 1,490 0,010 49
0,50 – 24,50 0,50 49
25-100 25 4
1,0005 - 1
jumlah 112
Gambar 5 - Satu Set Blok Ukur

Contoh satu set blok ukur jumlah 112 buah


dengan tebal 2 mm :

Selang/jarak Kenaikan Jumlah


antara blok
2,001 - 2,009 0,001 9
2,010 – 2,490 0,010 49
2,50 – 24,50 0,50 49
25-100 25 4
1,0005 - 1
jumlah 112
Gambar 5 - Ukuran dan Identifikasi Blok
Ukur
Masing masing set blok ukur dibuat menurut kualitas tertentu ,sesuai dengan kualitas
tolerans1 pembutannya ( ISO ) yang penggunaannya sesuai dengan tingkatan kecermatan
pengukuran, Contoh Kelas Blok Ukur dan penggunaannya , sbb :

Kelas Blok Ukur Pemeriksaan kualitas Digunakan sebagai


dilakukan dengan ukuran standar pada

Kelas 3*) Komparator Bagian Produksi


Kelas 2 dibandingkan dengan
blok ukur kelas 1
Komparator peka Kamar Ukur bagian
Kelas 1 dibandingkan blok ukur Produksi
kelas 0
Komparator peka Kamar Ukur atau
Kelas 00**) dibandingkan blok ukur laboratorium Metrologi
Kelas 01*** ) kelas 0
Komparator peka laboratorium Metrologi
dibandingkan blok ukur Industri
kelas 01
Interferometer laboratorium Metrologi
Industri Nasional

380 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

Keterangan :
*)
Merupakan kelas kasar dan jarang dibuat
**)
Untuk kaliber blok ukur kualitas yang lebih rendah dan alat ukur peka disebut Master
Gauge
***)
Sebagai standar Nasional

Pemeliharaan dan Pemakaian Blok Ukur


Blok ukur ditempatkan dalam kotak kusus
yang didalamnya mempunyai tempat bagi
masing masing ukuran Blok yang sesuai
agar blok ukur tidak bercampur baur dan
pengambilan ukuran blok yang dikehendaki
dapat dilakukan dengan mudah.. Blok ukur
hanya digunakan di dalam ruangan yang
bersih dan untuk beberapa hal harus
terkontrol temperaturnya yakni 200 C

Blok Ukur yang digunakan sebagai standar


alat ukur lainnya seperti micrometer adalah
kelas 1

Gambar 5 - Mengecek Mikrometer pada


Blok Ukur

Blok Ukur yang digunaan untuk pengukuran


benda kerja hasil produksi di bagian kontrol
kualitas adalah kelas 2

Gambar 5 - Blok Ukur dalam Pemegang


untuk pengukuran rahang

Blok Ukur yang digunakan sebagai alat ukur


di bagian produksi adalah kelas 3

Gambar 5 - Mengecek alur memakai Blok


Ukur

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 381


Pemesinan Pesawat Udara

5.2.3. Jam Ukur ( Dial Indicator )


Fungsi Jam Ukur adalah Untuk
mengetahui / mengukur daerah toleransi
suatu benda atau memeriksa kerataan hasil
pekerjaan pemesinan misalnya mengukur
daerah toleransi atau memeriksa hasil
pekerjaan pembubutan, pengefraisan dsb.

Prinsip Kerja Jam Ukur Prinsip kerja Dial


Indicator adalah secara mekanis , dimana
gerakan linier dari sensor diubah menjadi Gambar 5 - Jam Ukur
gerakan putaran dari jarum penunjuk pada piringan yang berskala dengan perantaraan
batang bergerigi dan susunan roda gigi , dengan konstruksi , Perhatikan gambar berikut :
 Pegas spiral
 Roda gigi
 Sensor yang dapat diganti
 Pegas atau Coil
 Piringan jam
 Jarum penunjuk ukuran
 badan atau rangka

Cara Kerja Dial Indicator


Jika sensor menyentuh benda kerja
dengan gerak naik turun , maka gerak
tersebut diteruskan kebatang bergigi yang
bersinggungan dengan roda gigi , sehingga
roda gigi tersebut berputar memutarkan
jarum penunjuk . Roda gigi yang
menghubungkan batang bergigi dengan
poros antara dan roda gigi pada jarum
penunjuk ukuran, mempunyai perbandingan
tertentu.
Naik turunnya sensor diikuti Gambar 5 - Cara Kerja Jam Ukur
dengangerak putarnya jarum penunjuk
ukuran ke kiri atau kekanan sesuai dengan
ketinggian sensornya. Pegas spiral dan
pegas coil berfungsi untuk menarik batang
bergiggi ke posisi semula atau
mengkondisikan jarum penunjuk ke posisi
semula dan tekanan pengukuran pada
tekanan yang wajar. Piring tau rangka
mempunyai ukuran tertentu dan pada piring
ukur ini terdapat skala ukuran . Pada piring Gambar 5 - Penggunaan Jam Ukur
Putar selain dipasang skala ukuran dalam satuan mm dan desimal juga dipasang pembatas
ukuran yang digunakan sebagai batas toleransi ukuran .

382 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

5.2.4. Pupitas
Pupitas digunakan untuk
 Untuk mengetahui Kerataan permukaan
benda kerja
 Untuk mengetahui daerah toleransi
suatu benda kerja
Yang membedakan Dial Indicator dengan
Pupitas adalah bentuk sensornya. Sensor
pada Pupitas berupa lengan dengan ujung
berbentuk bola dan gerakannya
menghasilkan garis busur lingkaran serta
kapasitas pengukurannya yang lebih kecil
yaitu 0.2 s/d 0.8 mm
Gambar 5 - Pupitas
Pupitas dibuat dngan konstruksi
 Sensor
 Blok Gerak
 Blok Diam
 Piring Ukur
 Rangka terbuat dari logam atau plastik
keras
Pemakaian Pupitas
Pupitas dipasang pada dudukan pemindah
dengan Tiang dan Lengan yang dapat diatur
dengan baut penyetel atau pengaturan secara
fleksibel.

Gambar 5 - Posisi Sensor Pupitas


5.2.5. Pengukuran Sudut dengan Batang Sinus
Ada empat macam alat pengukur / pemeriksa sudut yang menggunakan alat rumus sinus
yaitu :
 Batang sinus
 Senter sinus
 Doble meja sinus
 Busur Sinus
Batang Sinus
batang sinus adalah sebuah plat paralel
yang bagian bawahnya dipasangkan 2 buah
rol dengan diameter yang sama . Jarak
center dua buah roll tersebut , L = 100 mm,
200 mm, 250 mm, atau 300 mm.
Perhatikan gambar berikut :
Benda diletakkan diatas alat sinus kemudian
salah satu ujungnya diangkat sehingga
bagian atas benda tsb sejajar dengan meja
rata Gambar 5 - Batang Sinus

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 383


Pemesinan Pesawat Udara

maka Sudut benda dihitung dengan rumus :

Sin θ =

5.3. Alat Ukur Pembanding

5.3.1. Pengukuran Sudut Apit Dalam θ


Perhitungan sudut θ dengan rumus

Sin ½ θ=

d:Diameter Rol
S:Lebar celah diukur dengan blok ukur

Gambar 5 - Sudut Apit dalam θ

5.3.2. Pengukuran Sudut Luar θ1

Sin ½ θ2 = dan θ1 = 1800 - θ2

d:Diameter Roll
S:Lebar Celah diukur dengan blok ukur

Gambar 5 - Sudut Luar θ1

5.3.3. Pengukuran sudut dalam θ, dengan rumus :

Sin ½ θ =

d : Diameter Roll
S : Lebar celah diukur dengan Blok Ukur

Gambar 5 - Pengukuran Sudut dengan


Tiga Bola

384 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 385


Pemesinan Pesawat Udara

5.3.4. Pengukuran sudut dalam θ


Perhitungan sudut θ dengan rumus :

Cos ½ θ =

S.E.= Pisau lurus


d : diameter oll
S : Lebar celah diukur dengan Blok Ukur
Gambar 5 - Pengukuran sudut dengan Tiga
Bola dan Mistar

5.3.5. Pengukuran Sudut Konis Dalam θ ,


dengan Roll

Sin ½ θ =

D2 dan D1 =Diameter Bola


Bu = Blok Ukur 2 buah tingginya sama
H1 dan H2 = Kedalaman
diukur dengan Micrometer

Gambar 5 - Pengukuran Konis Dalam


dengan Dua Bola

5.3.6. Pengukuran sudut Konis Dalam ,θ dengan Blok Ukur dan Roll
Jika D2 ≠ DI dan d1 ≠ d2

Sin ½ θ=

jika D2 ≠ DI dan d1 = d2

Sin ½ θ= Dimana :

386 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

D2 dan D1 = Diameter Bola ,


d2 dan d1 = Tebal Blok Ukur
Bu = Blok Ukur 2 buah dng tinggi sama ,
H1 dan H2 = Kedalaman diukur dengan Micrometer
Gambar 5 - Pengukuran Sudut Dalam
dengan Dua Bola dan Blok Ukur

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 387


Pemesinan Pesawat Udara

5.3.7. Pengukuran Konis Luar

Tgn ½ θ=

Jika H2 = 0

Tgn ½ θ=

Gambar 5 - Pengukuran Konis Luar dengan


Bola dan Blok Ukur

5.3.8. Pengukuran Radius Luar


Mengukur Radius Luar cara 1 :
Rumus yang digunakan :
2
R = Radius Luas  d)
( MSilinder/Plat
R 
d = diameter roll 8d
M = Jarak luar antara 2 Rol
Rumus yang digunakan :

Gambar 5 - Pengkuran Radius Luar dengan


Mengukur Radius Luar cara 2 : Rol
Rumus yang digunakan :

( M  d ) 2  (2 p  d ) 2  d 2
a. R
8(d  p )

Atau :

1 (M  d ) 2  p 2  d . p
b. R 4
2(d  p) Gambar 5 - Pengukuran Radius Luar
dengan Rol dan Blok Ukur
R = Radius Luar
M = Jarak luar antara 2 rol
P = Tebal blok ukur

388 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

5.3.9. Pengukuran Radius Dalam


Mengukur Radius Dalam cara 1 :
Rumus yang digunakan :

d 2  d .s
R
2.s

R = Radius dalam
d = Diameter Rol
s = Tebal sisipan blok ukur

Gambar 5 - Pengukuran Radius Dalam


dengan Tiga Rol dan Blok ukur
Mengukur Radius Dalam cara 2 :
Rumus yang digunakan :

d2 d
R 
( 4d  M )
2 2 2

Gambar 5 - Pengukuran Radius Dalam


dengan Tiga Rol
5.3.10. Pengukuran Diameter Dalam

o Mengukur Diameter Dalam Dengan Lima Bola

Dengan menggunakan micrometer


Kedalaman ukuran H1 dan H2 dapat
ditentukan maka lebar celah D dapat
dihitung dengan rumus :

d1  d 2 2
D = d1 + 2 ( ) +( H2 - H1 +
2
d1  d 2 2
)
2
Jika d1 = d2 = d
D= d +2 d2 +( H1 – H1 + d )2

Gambar 5 - Pengukuran Diameter dengan


Lebar celah C seperti pada gambar sulit Lima Bola
Dilakukan pengukuran dengan Mistar Sorong
maupun Micrometer biasa. Namun dengan

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 389

Gambar 5 - Pengukuran Diameter dengan


Dua Bola
Pemesinan Pesawat Udara

bantuan 2 buah rol yang yang ditempatkan seperti gambar maka lebar celah C dapat
dihitung secara rumus sebagai berikut :
perhatikan ∆ ABC dalam gambar :
AB2 = AC2 – BC2
Dimana :
d2 = diameter rol 2
1
r2 = d2
2
d1 = diameter rol 1
1
r1 = d1
2
AC2 = ( r1 + r2 )2
1 1 d1  d 2 2
=( d1 + d 2 )2 = ( )
2 2 2
BC2 = ( H1 – H2 - r1 – r2 )2
d1  d 2 2
= { ( H 1 – H2 ) – ( )}
2
ingat matematika , ( a - b )2 = a2 – 2ab + b2 )
d1  d 2 d1  d 2 2
BC2 ={ ( H1 – H2 )2 - 2 ( H1 – H2 ) ( )+ ( ) }
2 2
AB2 = AC2 – BC2
d1  d 2 2 d1  d 2 d1  d 2 2
AB2 = ( ) –{ ( H1 – H2 )2 - 2 ( H1 – H2 ) ( )+ ( ) }
2 2 2
Jadi =
d1  d 2 2 d1  d 2 2 d1  d 2
AB2 = ( ) –( H1 – H2 )2 – ( ) + 2 ( H 1 – H2 ) ( )
2 2 2
d1  d 2
AB2 = –( H1 – H2 )2 + 2 ( H1 – H2 ) ( )
2
AB2 = –( H1 – H2 )2 + ( H1 – H2 )( d1 + d2 )

AB = ( H 1  H 2)(d1  d 2)  ( H 1  H 2)

d1  d 2
C= ( ) + ( H 1  H 2)(d1  d 2)  ( H 1  H 2)
2

5.3.11. Kaliber
Kaliber berfungsi untuk memeriksa batas ukur secara langsung atau tidak langsung
sebagai pembanding ukuran .Hasil pemeriksaan atau pengukurannya dapat diketahui
apakah memenuhi standar ukuran atau tidak , dalam hal ini produk memenuhi batas
toleransi atau diluar toleransinya .
Artinya :
Untuk memilih benda mana yang memenuhi ukuran standar atau toleransi ataupun benda
mana yang harus masih dikerjakan lagi itulah Kaliber digunakan.
Ukuran Pada Kaliber
Ukuran Kaliber ada 2 macam:
o Ukuran Standar sebagai Acuan
o Ukuran Standar batas atau limit

390 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

Plug Gauge
tanda merah NOT GO

Gambar 5 - Plug Gauge


Macam macam Bentuk kaliber pemeriksa lubang
o Bentuk Silinder Penuh ( Full Form
Cylinder ) Suatu alur kadang dibuat
diujung, memisahkan silinder depan
yang mempunyai diameter lebihkecil
daripada silinder belakang dimaksudkan
untuk mempermudah pemerikaan lubang

Gambar 5 - Kaliber Selinder Penuh


o Bentuk Bola ( Spherical )
Sesuai bagi kaliber NOT GO supaya
hanya diameter lubang saja yang
diperiksa ( tidak
memeriksa kesilindrical lubang )

Gambar 5 - Kaliber Bentuk Bola

o Selinder Terpotong ( Segmental


Cylindrcal )
Untuk mengurangi kontak dengan
seluruh sisi lubang yang diperiksa
cocok bagi kaliber NOT GO

Gambar 5 - Kaliber Selinder Terpotong


o Bentuk bola terpotong ( Segmental
Spherical )
Serupa dengan bentuk bola namun
kontak permukaan kaliber dengan
permukaan lubang lebih dikurangi lagi.

Gambar 5 - Kaliber Bola terpotong

o Bentuk silinder dengan pengurangan


(Segmental Cylindrical with reduced
faces)

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 391


Pemesinan Pesawat Udara

Gambar 5 - Kaliber Selinder Segmen


o Bentuk tongkat dengan ujung bermuka
bola ( Rod With spherical ends )
Cocok sebagai kaliber NOT GO bagi
lubang berukuran besar . Perlu
pelatihan khusus dalam cara
pemakaiannya. Bila kaliber GO juga
berbentuk seperti ini harus dilakukan Gambar 5 - Kaliber Tongkat
pemerikasaan kebulatan dan bila perlu
kesilindrikalnya dengan memakai metoda pengukuran kuantitatif.

Ring Gauge

Gambar 5 - Ring Gauge


Snap Gauge

Gambar 5 - Snap Gauge

392 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

Taper Plug Gauge


Kaliber Poros Konis ( Taper Plug Gauge )
o Kemiringan lubang Konis dapat diperiksa
dengan cara Oleskan dua / tiga garis
tipis cat minyak warna biru sepanjang
permukaan kaliber .
Masukkan kaliber tersebut ke dalam
lubang konis yang diperiksa kemudian
kaliber diputar satu atau dua kali
sehingga meninggalkan cat pada lubang
konis yang diperiksa. Jika Lubang
tersebut bagus cat minyak tersebut Gambar 5 - Taper Plug Gauge
akan merata .
o Ketelitian diameter konis yang besar maupun yang kecil diperiksa dengan cara melihat
apakah dua garis batas pada kaliber konis dilampui atau tidak garis yang didepan
berfungsi sebagai GO , sehingga harus dilampui oleh benda yang diukur. Dan garis
yang dibelakang sebagai NOT GO jadi tidak boleh dilampui.

Taper Ring Gauge

Gambar 5 - Taper Ring Gauge


Radius Gauge
Tingkatan masing masing pemeriksa
Radius :
1 mm – 3 mm = 0.25 mm
3 mm – 20 mm = 0.50 mm
20 mm – 25 mm = 1 mm

Gambar 5 - Radius Gauge

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 393


Pemesinan Pesawat Udara

Thread Gauge

Gambar 5 - Thread Plug Gauge

Gambar 5 - Thread Ring Gauge


5.4. Pemeliharaan Alat Ukur
5.4.1. Pemelharaan Alat ukur Secara Umum
o Dijaga pada suhu 20 ° C supaya tidak terjadi perubahan fisik akibat meningkatnya
suhu
o Dijaga pada kondisi tidak terlalu lembab supaya tidak korosi ( kelembaban udara
50 : 60 % )
o Diberi vaselin setelah alat ukur digunakan
o Dijauhkan dari getaran, goncangan atau benturan
o Setelah digunakan dimasukkan kembali ke kotak penyimpanannya dan untuk alat
yang besar misalnya profil proyektor harus selalu ditutup dengan kain / plastik
sewaktu tidak dipakai .
o Dipakai sesuai dengan fungsinya
o Hindarkan dari pemakaian secara gegabah
o Digunakan sesuai dengan petunjuk operasional dan keselamatan kerja yang
telah ditentukan .

5.4.2. Pemeliharaan alat ukur Secara Khusus


Pemeliharaan Mistar sorong
Mengkalibrasi :
Cara Mengkalibrasi : Misal untuk ketelitian 0,05 mm
o Siapkan sejumlah blok ukur dengan kenaikan 1 mm dari ukuran 1 mm – 25 mm
o Kemudian lakukan pengukuran dari setiap kenaikan 1 mm di atas meja kerja
o Masing masing pengukuran dicatat hasil penyim pangan minimal 4 x dan dibuat rata
rata ( baik penyim pangan positip maupun penyimpangan negatif )
o Selanjutnya ulangi pengukuran dari 25 mm turun sampai 1 mm dengan penurunan 1
mm

394 Direktorat Pembinaan SMK (2008)


Pemesinan Pesawat Udara

o Masing masing pengukuran dicatat hasil penyim pangan minimal 4 x dan dibuat rata
rata
o Jumlahkan penyimpangan pengukuran
o Tentukan penyimpangan komulatifnya
o Penyimpangan komulatif :
JumlahPenyimpanganratarata
=
JumlahPengukuran
o Apabila hasil penyimpangan komulatif dari ketelitian alat ukur, maka alat itu tidak bisa
dipertanggungjawabkan .

. Perawatan :
o Sebelum dan sesudah pemakaian alat ukur harus selalu dibersihkan . Bila selesai
pemakaian beri sedikit vaselin dan disimpan ketempat semula
o Mur/Baut pengunci hendaknya dijaga jangan sampai lepas atau hilang
o Pakaialh kain panas / strimin sebagai temapat alat ukur

Pemeliharaan Pengukur Ketinggian


Pemeliharaan :
o Dijaga pada suhu 20 ° C supaya tidak terjadi perubahan fisik akibat meningkatnya suhu
o Dijaga pada kondisi tidak terlalu lembab supaya tidak korosi
o Diberi vaselin setelah alat ukur digunakan
o Dijauhkan dari getaran, goncangan atau benturan
o Setelah digunakan dimasukkan kembali ke kotak penyimpanannya
o Dipakai sesuai dengan fungsinya
o Hindarkan dari pemakaian secara gegabah dan serampangan
o Digunakan sesuai dengan petunjuk operasional dan keselamatan kerja yang telah
ditentukan .

Keselamatan Kerja
o Hindarkan benturan dengan benda lain
o Jangan sampai jatuh
o Gunakan diatas meja rata
o Jaga dari pengaruh korosi

Pemeliharaan Mikrometer Luar


Kalibrasi :
Alat
Alat dan Perlengkapan :
o Blok Ukur
o Dudukan Micrometer
o kertas Grafik

Langkah Kerja :
Setel lebih dahulu Micrometer yang akan diperiksa dalam kedudukan
minimum / nol
o Pasangkan Micrometer tersebut pada dudukannya pada posisi yang mudah untuk
pembacaan ukurannya
o Jepitlah blok ukur 1mm diantara dua landasan micrometer dan catan
penyimpangannya.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 395


Pemesinan Pesawat Udara

o Cata pula penyimpangan pembacaan blok ukur 2 mm 3mm dan seterusnya s/d 25
mm .Untuk memudahkan kesimpulan ,salinlah data
o Membersihkan dan melekatkan blok ukur harus benar benar baik
o Perhatikan pada waktu mengeset besarnya tekanan mulut ukur terdengar dari bunyi
gigi gelincir.
o Untuk pekerjaan pekerjaan yang lebih teliti ,kerataan dan kesejajaran muka ukur
landasan juga perlu diperiksa.

Perawatan
o Sesudah pemakaian bersihkan permukaan pengukuran dan bagian bagian lainnya dan
gunakan bahan anti korosi
o Bagian bagian yang berulir harus dilumasi secukupnya dengan oli yang berkualitas
misal oli untuk perawatan jam/arloji
o Jika tidak digunakan tempatkan pada peti kayu/ tempatnya
o Tempat penyimpanan harus bebas dari getaran, sinar matahari langsung dan fluktuasi
temperatur

Keselamatan Kerja
o Jangan menarik micrometer keluar dari benda kerja untuk melihat ukurannya
ukurannya
o Jangan mengukur benda kerja yang sedang bergerak
o Hati hati pada waktu mengukur dan gunakan retset jika spindel sudah mendekati
benda keja

Pemeliharaan Dial Indikator


o Letakkan Pupitas / dial Indicator diatas kain lunak
o Selesai digunakan Pupitas dibersihkan
o Beri Paselin pada sensornya
o Simpan ketempat semula

Keselamatan Kerja
o Posisi sensor harus sejajar dengan permukaan benda ukur agar tidak terjadi paralak
paralak
o Hindarkan benturan pada sensor , jangan menekan sensor melampaui batas minimum
o jangan melakukan pengukuran melampaui kapasitas jam ukur
o Usahakan penekanan sensor setengah kapasitas

Perawatan
o Selesai penggunaan bersihkan Dial Indicator
o Beri vaselin pada sensor
o Simpan pada tempatnya

396 Direktorat Pembinaan SMK (2008)

Anda mungkin juga menyukai