Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DASAR-DASAR PERKEMBANGAN MANUSIA


Dosen Pengampu: Fajar Kawuryan, S.Psi, M.Si

DISUSUN OLEH:

1. Siska Abbidah Kurniasari (202160098)


2. Marsya Wida Sofiyani (202160099)
3. Nurus Sa’adah (202160115)
4. Bagus Ficki Triadi (202160123)
5. Wahyu Prasetyaningrum (202160124)

FAKULTAS PSIKOLOGI
Kampus Gondangmanis PO.BOX 53 Bae Kudus
Telepon : (0291) 438229, Fax. (0291) 437198
E-mail: muria@umk.ac.id, http://www.umk.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Dasar-
Dasar Perkembangan Manusia” dengan baik dan tepat waktu. Dan kami juga berterima kasih
kepada Ibu Fajar Kawuryan, S.Psi, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar Psikologi.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaik an makalah
ini, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Kudus, 28 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………… 2

Daftar isi ………………………………………………………………………. 3

Bab I Pendahuluan …………………………………………………………… 4

A. Latar belakang ……………………………………………………… 4

B. Rumusan masalah ………………………………………………….. 4

C. Tujuan ……………………………………………………………… 4

Bab II Pembahasan …………………………………………………………… 5

A. Definisi Pekembangan.…………………………………................... 5

B. Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan……………………….. 5

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan……………….. 6

D. Perkembangan Sebagai Suatu Proses Sepanjang Hidup…………… 7

E. Perkembangan Kognitif Piaget …………………………….………. 9

F. Perkembangan Sosial Emosional Erikson …………………………. 11

G. Perkembangan Psikoseksual Freud ………………………………... 13

H. Perkembangan Moral Kohlberg ……………………………………. 14

Bab III Penutup ………………………………………………………………. 16

A. Kesimpulan........................................................................................ 16

B. Saran................................................................................................... 16

Daftar pustaka ………………………………………………………………… 17


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi. Psikologi


sendiri merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu “psychology”. Istilah
ini pada mulanya berasl dari kata dalam Bahasa Yunani “psyche”, yang berarti roh, jiwa atau
daya hidup, dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi, secara harafiah “psychology” berarti ilmu jiwa.

Perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar,


melainkan juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dan
bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap
kematangan melalui pertumbuhan, pematangan, dan belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi perkembangan?
2. Apa perbedaan pertumbuhan dan perkembangan?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?
4. Apa maksud perkembangan sebagai suatu proses sepanjang hidup?
5. Bagaimana perkembangan kognitif Piaget?
6. Bagaimana perkembangan sosial-emosional Erikson?
7. Bagaimana perkembangan psikoseksual Freud?
8. Bagaimana perkembangan moral Kohlberg?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi perkembangan
2. Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan perkembangan
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
4. Untuk mengetahui maksud perkembangan sebagai suatu proses sepanjang hidup
5. Untuk mengetahui perkembangan kognitif Piaget
6. Untuk mengetahui perkembangan sosial-emosional Erikson
7. Untuk mengetahui perkembangan psikoseksual Freud
8. Untuk mengetahui perkembangan moral Kohlberg
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Perkembangan

Istilah “perkembangan” (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup
rumit dan kompleks. Oleh sebab itu, untuk dapat memahami konsep perkembangan perlu
memahami beberapa konsep terlebih dahulu, diantaranya; pertumbuhan, kematangan, dan
perubahan.

Menurut Chaplin (2002) mengartikan perkembangan sebagai (1) perubahan yang


berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati, (2) pertumbuhan, (3)
perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah keadalam bagian-bagian
fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak dipelajari.

Menurut Reni Akbae Hawadi (2002), “perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan
proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat
dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang di awali dari
saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.”

Menurut F.J. Monks, dkk., (2001), pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses ke
arah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada
perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan
sebagai “proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi
yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar.

Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari beberapa definisi di atas adalah bahwa
perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan
juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dan bersifat tetap
dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan
melalui pertumbuhan, pematangan, dan belajar.

Perkembangan bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke


bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan
berakhir dengan kematian. Sejak masa konsepsi samapai meninggal dunia, individu tidak pernah
statis, melainkan senatiasa mengalami perubahan-perubahan yang bersifat progresif dan
berkesinambungan.
B. Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan

No. Perbedaan Pertumbuhan Perkembangan

1. Sifat Kuantitatif Kualitatif

2. Objek Fisik Fungsional fisik dan Psikologis

3. Waktu Sampai usia tertentu, Sampai akhir hayat


biasanya 20-22 tahun

4. Kenampakan Konkret Abstrak

5. Perubahan Bersifat Irreversible (tidak Bersifat Reversible (dapat kembali ke


dapat kembali ke bentuk bentuk awal)
awal)

6. Indikator Perubahan pada fisik (dapat Terlihat dari sifat dan kemampuan
dinyatakan dalam bentuk (melalui pengamatan, tanpa adanya alat
satuan dan di ukur secara ukur yang akurat) dan tidak dapat
kurat menggunakan alat dinyatakan dalam satuan
ukur)

Dari tabel diatas, dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan dalam konteks perkembangan
merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran dan
struktur seperti pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki, kepala jantung, paru-paru, dan sebagainya.

Dengan demikian istilah “pertumbuhan” lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atu
pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun menuju
keruntuhannya. Sedangkan istilah “perkembangan” lebih menunjuk pada kemajuan mental atau
perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Perkembangan manusia ditentukan oleh interaksi yang berkesinambungan antara hereditas


(‘nature”=alam) dan lingkungan (“nurture”=pemeliharaan).

Hereditas (alam/bawaan)

Hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada
anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi
(pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari orangtua melalui gen-gen. Faktor ini
merupakan pembawaan sejak lahir atau berdasarkan keturunan. Seperti:

- Bentuk tubuh dan warna Kulit adalah salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak
lahir.
- Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu,
ayah, nenek atau kakek.
- Intelegensi, yaitu kemampuan umum yang dimiliki seseorang untuk penyesuaian
terhadap situasi atau masalah.
- Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis kemampuan
yang dimiliki seseorang.

Lingkungan (pemeliharaan)

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Lingkungan adalah


keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat
anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar. Besar kecilnya pengaruh
lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bergantung pada keadaan lingkungan anak
itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.

- Keluarga, adalah tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta
tingkat kemampuan orang tua dalam merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan jasmani anak
- Sekolah, sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Sekolah sangat berperan dalam
meningkatkan pola pikir anak karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-
macam ilmu pengetahuan
- Masyarakat, Masyarakat turut mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang. Mereka
juga termasuk juga teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di desa atau
kota tempat tinggal ia juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya.
- Keadaan alam sekitar. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap
perkembangan pola pikir atau kejiwaan dan tingkah laku seseorang.
D. Perkembangan Sebagai Suatu Proses Sepanjang Hidup
Perkembangan tidak berakhir dengan tercapainya kematangan fisik. Perkembangan adalah
proses yang berkesinambungan, mulai dari kelahiran berlanjut ke masa dewasa sampai usia tua.
Erik Erikson mengusulkan suatu rangkailan delapan tahapan untuk kemberi ciri perkembangan,
mulai dari buaian sampai ke liang lahat. Tahapan perkembangan psikososial Erikson terlihat dalam
tabel berikut:

Tahapan Krisis Psikososial Hubungan Sosial Hasil Yang


Yang Penting Menguntungkan
1. Tahun pertama Kepercayaan Ibu atau pengganti ibu Kepercayaan dan
kehidupan versus ketidak optimism
percayaan
2. Tahun kedua Otonomi versus Orang tua Kesadaran akan
keraguan pengendalian diridan
kepuasan akan hal
yang berkecukupan
3. Tahun ketiga-kelima Inisiatif versus Keluarga dasar Tujuan dan arah,
kesalahan kemampuan
berinisuatif keaktifan
seseorang
4. Tahun keenam- Rajin versus Lingkungan tetangga; Kompetensi dalam
pubertas rendah diri sekolah kemampuan
intelektual, sosial, dan
fisik
5. Masa remaja Identitas versus Kelompok sebaya dan Gambaran diri sendiri
kebingungan kelompok luar; model yang utuh sebagi
kepemipinan seorang yang unik
6. Masa dewasa awal Keintiman versus Partner dalam Kemampuan
isolasi hubungan teman dan membentuk hubungan
seks; kompetisi, kerja dekat dan bertahan;
sama membuat komitmen
karier
7. Masa dewasa Generativity Tugas yang terbagi Memikirkan soal
pertengahan (masa usia versus konsentrasi danberbagi tanggung keluarga, masyarakat.,
setengah tua) did (self- jawab rumah tangga dan generasi
absorption) mendatang
8. Masa tua (usia lanjut) Integritas “Kemanusiaan’; Kesadaran
(keutuhan) versus “Golongan saya” terpenuhinya
keputusan kehidupan seseorang
dari perasaan puas;
siap menghadapi
kematian.
Dalam tabel tahapan perkembangan psikososial diatas, masalah dalam hubungan dengan orang
lain berubah sesuai dengan usia. Perkembangan sebagai proses seumur hidup artinya: setiap
individu berubah baik secara fisik maupun psikologis, dan mereka menghadapi masalah
penyesuaian baru sepanjang hidup. Tahapan psikososial Erikson menggambarkan setiap masalah,
atau krisis, dalam hubungan sosial yang harus dihadapi pada berbagai masa kehidupan.

E. Perkembangan Kognitif Piaget

Teori koginitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang
fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif ini, maka
anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang
dunia.

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak
beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget
percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang
terus bertambah kompleks. Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget ini diringkas dalam tabel
sebagai berikut:

Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahapan Karakteristik
1. Sensorimotor (sejak - Membedakan diri sendiri dengan setiap objek.
kelahiran s/d usia 2 - Mengenal diri sebagai pelaku kegiatan dan mulai bertindak,
tahun) dengan tujuan tertentu: misalnya, menarik seutas tali untuk
menggerakkan sebuah mobil atau menggoncangkan mainan
supaya bersuara.
- Menguasai keadaan tetap dari objek (object permanence):
menyadari bahwa benda tetap ada meskipun tidak lagi
terjangkau oleh indra.
2. Praoperasional - Belajar menggunakan bahasa dan menggambarkan objek
(2-7 tahun) dengan imajinasi dan kata-kata.
- Berpikir masih bersifat egosentris: mempunyai kesulitan untuk
menerima pandangan oranglain.
- Mengklasifikasikan objek menurut tanda, misalnya:
mengelompokkan semua balok merah tanpa memperhatikan
bentuknya atau semua balok persegi tanpa memperhatikan
warnanya.
3. Operasional - Mamapu berpikir logis mengenai objek dan kejadian
(konkret) (7-12 tahun) - Menguasai konservasi jumlah (usia 7 tahun), jumlah tak
terbatas (usia 7), dan berat (usia 9 tahun).
- Mengklasifikasikan objek menurut beberapa tanda dan mampu
menyusunnya dalam suatu seri berdasarkan satu dimensi,
seperti ukuran.
4. Operasional Formal - Mampu berfikir logis mengenai soal abstrak serta menguji
(12 tahun ke atas) hipotesis secara sistematis.
- Menaruh perhatian terhadap masalah hipotesis, mas depan, dan
masalah ideologis.
1. Tahapan Sensorimotor

Selama masa ini, bayi sibuk menentukan hubungan antara tindakan mereka dengan akibat dari
Tindakan tersebut. Misalnya, mempelajari jarak yang harus mereka capai untuk meraih suatu
benda, apa yang terjadi ketika mereka mendorong piring makanan mereka ke tepi meja, dan mereka
belajar bahwa tangan mereka merupakan bagian tubuh mereka sedangkan terali tempat tidur
mereka bukan merupakan bagian tubuh mereka.

Penemuan penting selama tahap ini adalah konsep adanya benda permanen: kesadaran bahwa
benda tetap ada meskipun benda itu tidak terjangkau oleh indra kita. Misalnya, jika secarik kain
ditutupkan pada sebuah mainan yang akan dijangkau oleh seorang bayi berumur 8 bulan, maka bayi
itu dengan segera berhenti dan timbul rasa bosan. Ia akan tampak tidak terkejut atau susah, tidak
berusaha mecari mainan itu, dan bersiap seolah0olah bend aitu tidak ada, seperti pada gambar
berikut:

2. Tahapan Praoperasional

Piaget menamakan tahapan perkembangan kognitif usia 2 sampai 7 tahun sebagai


praoperasional, karena anak belum memahami peraturan tertentu atau operasional. Kerja
operasional adalah kegiatan mental yang rutin untuk memindahkan informasi, dan sebaliknya;
setiap kerja operasional mempunyai kebalikan yang logis.

Pada tahapan perkembangan kognitif praoperasional, pemahaman seorang anak mengenai


rumus semacam ini tidak ada atau lemah. Piaget menggambarkan kekurangan inidengan berbagai
eksperimen mengenai perkembangan yang ia namakan konservasi. Sebagai orang dewasa kita
menerima asas-asas konservasi seperti apa adanya: jumlah (mass) suatu bahasn tidak berubah jika
terbentuknya diubah atau jika dibagi dalam bagian; berat seperangkat benda akan tetap sama jika
benda itu dibungkus menjadi satu dengan cara apa pun; dan zat cair tidak berubah beratnya jika
dituangkan dari satu tempat dengan bentuk tertentu ke tempat lain dengan bentuk lain.

3. Tahapan Operasional

Antara usia 7 tahun sampai 12 tahun, yaitu pada tahapan operasional konkret, anak anak
menguasai berbagai konsep konservasi untuk melakukan manipulasi logis lainnya. Misalnya,
mereka dapat menyusun benda berdasarkan dimensi, seperti tinggi atau berat.

Piaget menamakan masa ini tahapan operasional yang konkret: meskipun anak-anak memakai
istilah abstrak, mereka hanya memakainya dalam hubungannya dengan objek konkret. Sebelum
mencapai tahapan akhir perkembangan kognitif, pada tahapan operasional formal, yang dimulai
sekitar usia 11 atau 12 tahun, anak-anak sanggup berpikir logis dengan berbagai istilah simbolik
murni. Anak-anak yang masih berada pada tahapan operasional konkret akan melakukan
eksperimen dengan mengubah beberapa variabel tetapi dengan cara yang tidak sistematis.

4. Pendekan Tanpa Tahapan

Teori piaget menyajikan suatu pandangan luas mengenai pengembangan kognitif. Ini
merupakan teori paling lengkap sampai sekarang dan telah banyak mempengaruhi penelitian
tentang cara anak-anak memikirkan dunia dan memecahkan masalah.

Sebagaian besar studi menunjang observasi Piaget mengenai ukuran perkembangan kognitif,
meskipun usia pada saat anak-anak mencapai berbagai tahapan sangat beragam, tergantung pada
berbagai faktor seperti intelegensi dan pengalaman.

F. Perkembangan Sosial-emosional Erikson

Psikolog dan psikoanalis Erik Erikson membagi-bagian perkembangan sosial-emosi dalam


delapan tahap. Empat tahun pertama berkaitan dengan perkembangan sosial dan emosi pada usia
bayi hingga 12 tahun, dan empat tahun berikutnya pada usia 12 tahun hingga dewasa.

a. Tahap perkembangan I: Harapan (bayi-2 tahun)

Tahap pertama ini, merupakan tahap bayi untuk belajar mengenai harapan, serta bagaimana
orang-orang di sekelilingnya memberi tanggapan (learning trust vs mistrust). Contoh ketika ia
menangis, apakah orangtua akan menanggapi dengan memeluk atau malah memberi bentakan. Jika
pelukan yang ia terima, maka bayi (batita) akan belajar bahwa harapannya akan dapat terpenuhi.
Dan ini akan membuatnya membangun rasa aman dan percaya, yang merupakan dasar optimisme

b. Tahap perkembangan II: Keinginan (18 bulan - 4 tahun)

Pada tahap ini anak akan belajar menghadapi konflik kemandirian vs rasa malu (learning
autonomy vs ashamed). Menurut Erikson, tahap kedua adalah tahap psiko-sosial kritis. Mulanya
mungkin anak akan terlihat seperti pembangkan yang setiap saat selalu memiliki keinginan berbeda
dengan kita, orang tuanya. Wajar jika pada awal tahap ini, ibu sering menyebut anak sebagai "the
Terrible Twos". Namun, justru inilah awal ia menuju perkembangan psiko-sosial yang lebih
matang. Jadi, jika sekarang ibu sering merasa kesal bila melihat tingkah anak usia 2 tahun,
bersabarlah. Ia sedang belajar mengekspresikan keinginannya serta melihat bagaimana lingkungan
akan menanggapinya.

c. Tahap perkembangan III: Maksud (3-6 bulan)

Pada tahap ketiga, anak-anak akan belajar untuk menghadapi emosi ketika maksudnya
diterima atau ditolak (initiative vs guilt). Usia 3-6 tahun, adalah masa bermain untuk anak-anak.
Ketika ia bermain, secara naluriah terkadang anak- anak mengambil inisiatif untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu. Ketika dia mengambil inisiatif, dia akan belajar apakah lingkungan akan
merespons dengan baik, atau bahkan diabaikan.

Jika sambutan baik yang ia terima, maka anak akan belajar 3 hal, yaitu:

- Mampu berimajinasi, mengembangkan ketrampilan melalui bermain aktif, termasuk


berfantasi.
- Mampu bekerjasama bersama teman.
- Mampu menjadi "pemimpin" dalam permainan, seperti ia menjadi "pengikut" permainan.

d. Tahap perkembangan IV: Kompetensi (5.5 - 12 tahun)


Tahap ini berkembang pada usia sekolah. Di sini, anak akan belajar bagaimana berkopetensi
dalam kelompok, dengan mengembangkan 3 keterampilan sosial, seperti:

1. Bagaimana mematuhi aturan dan hubungannya dengan persahabatan. Misalnya ketika


mendapat tugas piket, bagaimana dia akan mengingatkan temannya yang terlambat tanpa
menimbulkan konflik, berpartisipasi aktif dalam tugas kelompok, dan sebagainya.
2. Belajar bagaimana bermain dengan struktur dan aturan tertentu. Misalnya, ketika anak aktif
berpartisipasi dalam permainan kasti. Di sana ia akan belajar bagaimana menang dengan
tetap berpegang pada aturan dan kerja tim.
3. Belajar bagaimana menguasai mata pelajaran di sekolah dan disiplinkan diri untuk
mempelajari materi. Jika emosi-sosial seorang anak berkembang dengan baik, percaya dan
merasa aman dengan lingkungannya, pandai berinisiatif, maka ia akan memiliki kompetensi
yang unggul dalam lingkungan sosialnya. Sebaliknya, seorang anak yang ragu-ragu akan selalu
merasa tidak aman, malu, selalu merasa bersalah sampai akhirnya ia menjadi orang yang
inferior (kalah)
G. Perkembangan Psikoseksual Freud

Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah salah satu teori yang paling terkenal,
akan tetapi juga salah satu teori yang paling kontroversial. Freud percaya kepribadian yang
berkembang melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak dimana mencari kesenangan-energi
dari id menjadi fokus pada area sensitif seksual tertentu. Energi psikoseksual atau libido,
digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku.

Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal
perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi
perilaku di kemudian hari. Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan tepat, hasilnya adalah
kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat
terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Freud membagi
perkembangan psikoseksual menjadi 5 tahapan,

1. Fase Oral

Yaitu antara usia 0-1,5 tahun, dikatakan fase oral karena pada masa ini bagi bayi, mulut
merupakan hal yang dapat memicu kesenangannya dengan mencicipi atau menghisap sesuatu,
contohnya seperti menghisap tangannya sendiri atau payudara ibu.

2. Fase Anal

Yaitu antara usia 1,5-3 tahun, pada tahap ini fungsi utama libido adalah pada pengendalian
kandung kemih dan buang air besar. Contohnya seperti melatih anak untuk buang air kecil atau
besar ke toilet dengan baik.

3. Fase Phallic
Yaitu antara usia 3-5 tahun, pada fase ini fokus utama libido adalah pada alat kelamin.
Yang terpenting pada fase ini yaitu munculnya oedipus complex, yang diikuti oleh fenomena
castration anxiety (Kecemasan terpotongnya penis) pada laki-laki dan penis envy (kecemburuan
penis) pada perempuan. oedipus complex yaitu ketika anak laki-laki akan menganggap ayahnya
sebagai kompetitornya dalam berebut kasih sayang ibunya, pun pada perempuan sebaliknya.

4. Fase Laten

Yaitu antara usia 5-12 tahun/pubertas, pada fase ini libido seakan “tidur” dan akan bangkit
lagi dengan kekuatan penuh kelak di masa pubertas tiba. Di fase ini, anak akan memilingi rasa
ingin tahu yang besar tentang berbagai hal

5. Fase Genital

Yaitu usia 12 tahun (pubertas) sampai seterusnya merupakan tahap akhir dari psikoseksual.
Pada fase ini seseorang akan mengalami perubahan yang besar dalam diri maupun dunianya,
dan masa ini pula seseorang akan mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis.

H. Perkembangan Moral Kohlberg

Menurut Kohlberg moral adalah bagian dari penalaran (reasoning), sehingga ia pun
menamakannya dengan penalaran moral (moral reasoning). Penalaran atau pertimbangan tersebut
berkenaan dengan keluasan wawasan mengenai relasi antara diri dan orang lain, hak dan kewajiban.

Perkembangan moral menurut Kohlberg sejalan dengan perkembangan nalar, sebagaimana


yang dikemukakan ikeg Piaget. Jadi, makin tinggi tingkat penalaran seseorang menurut tahap-tahap
perkembangan Piaget tersebut, makin tinggi pula tingkatan moralnya. Kohlberg sampai pada enam
tahap perkembangan pertimbangan moral yang digolongkan dalam tiga tingkatan yang luas, seperti
pada tabel berikut:

Tingakatan dan Tahapan Gambaran Perilaku


Tingkat I Moralitas Prakovensional - Mematuhi peraturan untuk
Tahapan 1 Orientasi hukuman menghindari hukuman.
Tahapan 2 Orientasi ganjaran - Memastikan akan mendapat ganjaran,
mendapat balasan budi
Tingkat II Moralitas Konvensional - Memastikan penghindaran rasa tidak
Tahapan 3 Orientasi anak setuju dari orang lain.
perempuan baik/anak laki-laki
baik - Memegang teguh undang-undnag dan
Tahapan 4 Orientasi otoritas kaidah social untuk menghindari
ketidak setujuan dari pemegang
otoritas serta perasaan bersalah tidak
“melakukan tugas”
Tingkat III Moralitas Pushkonvensional - Tindakan yang dibimbing oleh asas-
Tahapan 5 Orientasi kontrak asas yang biasa disetujui sebagai hal
sosial yang penting bagi kesejahteraan
umum; asas-asas yang dijunjung
tinggi untuk mempertahankan
penghargaan dari teman sebaya
merupakan penghargaan diri
Tahapan 6 Orientasi asas etis - Tindakan dibimbing oleh asas-asas
etis atas pilihan sendiri (yang biasanya
menilai keadilan, harga diri dan
persamaan); asas-asas yang dijunjung
tinggi untuk menghindari penyesalan
diri
Dari tabel tahapan pemikiran moral diatas, Khohlberg percaya bahwa pertimbangan moral
berkembang bersama usia menurut tahapan selanjutnya (menurut Kohlberg, 1969).

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Perkembangan adalah proses seumur hidup. Setiap individu berubah baik secara fisik maupun
secara psikologis, dan mereka menghadapi masalah penyesuaian baru sepanjang hidup.

Perkembangan manusia merupakan interaksi yang berkesinambungan anyara hereditas


(pengaruh: predesposisi) biologis yang ditentukan oleh gen-gen individual) dan lingkungan
(pengalaman yang dialami pada masa berkembang dalam suatu keluarga dari kebudataan tertentu).
Perkembangan berlangsung dalam urutan yang teratur mulai dari perilaku sederhana sampai
perilaku yang lebih beraneka ragam dan rumit.

B. Saran

Setelah memahami materi di atas mengenai “Dasar-Dasar Perkembangan Manusia”. Kami


sebagai pembuat makalah bukanlah makhluk yang sempurna. Apabila ada kalimat yang tidak
berkenan pada tempatnya. Kami berharap kritik dan saran dari ibu pengampu dan taman-teman
sekalian yang bersifat membangun agar kami bisa membuat makalah yang lebih baik pada waktu
yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Rita L. Atkinson, Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard; alih bahasa, Nurdjannah Taufiq; editor,
Agus Dharma. Pengantar psikologi-jilid 1. 1999. Jakarta: Erlangga 

Desmita. Psikologi perkembangan. 2006. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

http://eprints.umsida.ac.id/1273/2/PSI%20Perkemb%20pertmbuhan.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/276532592.pdf

https://journal.umtas.ac.id/index.php/EARLYCHILDHOOD/article/download/115/83/487

https://www.researchgate.net/publication/343473569_TEORI_PERKEMBANGAN_PSIKOSEKS
UAL_SIGMUND_FREUD_DAN_PSIKOSOSIAL_ERIK_H_ERIKSON/link/5f2bd100458515b72
906b09d/download

Anda mungkin juga menyukai