Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sehingga pemenuhannya


menjadi salah satu hak asasi yang harus dipenuhi secara bersama-sama oleh negara
dan masyarakatnya. Pangan berkualitas tidak hanya dinilai dari sisi jumlah, tetapi juga
dari sisi keragaman baik jenis maupun kandungan gizi, serta jaminan keamanannya.
Dengan demikian, pangan berkontribusi nyata terhadap pembentukan generasi yang
berkualitas asalkan tersedia, terjangkau dan dimanfaatkan dengan baik melalui
pengolahan yang aman dan tepat serta dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan.

Untuk memenuhi ketersediaan pangan di Masyarakat dibutuhkan perhatian


khusus terhadap ketahana pangan. Pengertian ketahanan pangan, tidak lepas dari UU
No. 18/2012 tentang Pangan. Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Ketahanan
Pangan adalah "kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup
sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan". Sedangkan Internasional Confrence
in Nutrition, (FAO/WHO, 1992) mendefenisikan ketahanan pangan sebagai akses
setiap rumah tangga atau individu untuk memperoleh pangan pada setiap waktu untuk
keperluan hidup sehat.

Ketahanan pangan setidaknya mengandung dua unsur pokok, yaitu ketersediaan


pangan yang cukup dan aksebilitas masyarakat terhadap pangan yang memadai,
dimana kedua unsur tersebut mutlak terpenuhi untuk mencapai derajat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat (Hasan, 2006). Ketahanan pangan diwujudkan oleh hasil
kerja sistem ekonomi pangan yang terdiri dari subsistem ketersediaan meliput
produksi , pasca panen dan pengolahan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi
yang saling berinteraksi secara berkesinambungan. Ketiga subsistem tersebut
merupakan satu kesatuan yang didukung oleh adanya berbagai input sumberdaya
alam, kelembagaan, budaya, dan teknologi. Proses ini akan hanya akan berjalan
dengan efisien oleh adanya partisipasi masyarakat dan fasilitasi pemerintah.

1
Ketahanan Pangan suatu rumah tangga dapat dilihat indikatornya dari pangsa
pengeluaran rumah tangga tersebut baik dari pengeluaran pangan dan non pangan.
Pengeluaran pangan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial dan ekonomi.
Dari peneliti sebelumnya, Fibriana Ginting dan Julia Friska (2011), bahwa Faktor-
faktor yang mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga ialah Pendapatan
Keluarga, Jumlah Angggota Keluarga, Pendidikan Ibu, Jumlah beras Raskin yang
diterima.
Tingkat pengeluaran terdiri atas dua kelompok, yaitu pengeluaran untuk makanan
dan bukan makanan. Tingkat kebutuhan/permintaan terhadap kedua kelompok
tersebut pada dasarnya berbeda-beda. Dalam keadaan kondisi pendapatan terbatas,
kebutuhan makanan didahulukan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan
rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli
makanan. Faktor pendapatan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
pola konsumsi rumah tangga. Pendapatan yang semakin tinggi menunjukkan daya beli
yang semakin meningkat, dan semakin meningkat pula aksesibilitas terhadap pangan
yang berkualitas lebih baik. Faktor lain yang juga berperan dalam pengeluaran pangan
adalah Lingkungan (Akses social). Kesemua faktor sangat menentukan kualitas
pangan yang dikonsumsi rumah tangga, yang pada akhirnya akan menentukan
Kesejahteraan rumah tangga terhadap ketahanan pangan.

B. Tujuan Praktikum
1. Untuk menganalisis/mengkaji derajat ketahanan pangan pada keluarga miskin
dan tidak miskin
2. Dapat membedakan derajat ketahanan pangan anatara keluarga miskin dan non
miskin

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi
Kecamatan Kasihan merupakan wilayah
yang berada di sebelah Utara dari Ibukota
Kabupaten Bantul. Kecamatan Kasihan
memiliki 4 Desa Adiminstratif
diantaranya Desa Ngestiharjo, Desa
Bangunjiwo, Desa Tirtonirmolo, dan Desa
Tamantirto. Wilayah Kecamatan Kasihan
Bagian Utara berbatasan dengan
Sumber : https://www.google.com/maps/place/Kec.
+Kasihan
kecamatan ngampilan, Bagian Timur
berbatasan dengan Kecamatan Sewon, Bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Sewon dan Pajangan, dan Bagian Barat Kecamatan Kasihan berbatasan dengan
Kecamatan Pajangan (Bantulkab.go.id, 30 november 2016).
Secara topografi Kecamatan Kasihan berada di dataran rendah dan perbukitan.
Desa Tamantirto, Ngestiharjo, Tirtonirmolo merupakan daerah dengan dataran
rendah, sedangkan Bangunjiwo merupakan daerah perbukitan, meskipun ada sebagian
pedukuhan di Bangunjiwo yang berada di dataran (Statistik Kecamatan Kasihan oleh
BPS, 2016). Ibukota Kecamatan Kasihan berada pada ketinggian 70 meter diatas
permukaan laut. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota)
Kabupaten Bantul adalah 9 km. Kecamatan Kasihan beriklim seperti layaknya daerah
dataran rendah di daerah tropis dengan cuaca panas sebagai ciri khasnya. Suhu
tertinggi yang tercatat di Kecamatan Kasihan adalah 34ºC dengan suhu terndah 22ºC.
Bentengan wilayah di Kecamatan Kasihan 80% berupa daerah yang datar sampai
berombak dan 20%berupa daerah yang berombak sampai berbukit rendah.
(bantulkab.go.id, 30 November 2016). Kecamatan Kasihan mempunyai luas wilayah
3.238 Ha yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian seluas 718 Ha (sawah 563 Ha &
bukan sawah 155 Ha), dan untuk lahan bukan pertanian seluas 2.520 Ha (pekarangan,
perumahan, jalan, irigasi, bangunan gedung, tempat ibadah, lapangan olah raga,
pemakaman dan lain-lain. (BPS Kecamatan Kasihan 2016).

3
Untuk luas pada setiap desa akan dilihatkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.1 Luas Desa Kecamatan di Kecamatan Kasihan Tahun 2016

Presentase Terhadap Las


Desa Luas (Km2)
Kecamatan Kasihan

Bangunjiwo 15,43 47,65


Tirtonirmolo 5,13 15,84
Tamantirto 6,2 20,75
Ngestiharjo 5,10 15,76
Total 32,38 100,00

Dapat diketahui dari tabel diatas bahwa dari ke empat Desa yang ada di Kecamatan
Kasihan Desa Bangunjiwo merupakan desa yang mempunyai wilayah paling luas
yaitu mencapai15,43 Ha. luas tersebut dapat dikatakan 2 kali lebih luas dari ketiga
desa lainnya. Rata rata luas di tiga desa Tirtonirmolo, Tamantirto, dan Ngestiharjo
adalah sekitar 5,65 Km2. Sehingga presentase terhadap luas Kecamatan Kasihan di
Desa Bangunjiwo mencapai 47, 65%. Dan Desa Ngestiharjo merupakan desa yang
memiliki luas wilayah paling sedikit yaitu sekitar 5,10 Km2. Meskipun Bangunjiwo
memiliki luas wilayah paling besar tetapi jumlah penduduk terbilang sedikit jika
dibandingkan dengan Ngestiharjo yang luas wilayahnya terendah di antara desa
lainnya di Kecamatan Kasihan. dan berikut akan di uraikan dalam table di bawah ini:
Tabel 1.2 Kepadatan Penduduk di Kecamatan Kasihan

Kepadatan
Desa Luas Km2 Jumlah Penduduk Penduduk (Jiwa
Km2)
Bangunjiwo 15,43 27.617 1.789
Tirtonirmolo 5,13 26.617 5.134
Tamantirto 6,2 28.408 4.227
Ngestiharjo 5,10 39.959 7.835
Total 32,38 122.323 3.778

Dapat diketahui bahwa luas wilayah Kecamatan Kasihan mencapai 32,38 Ha sehingga
kepadatan penduduk mencapai 3.778 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan tertinggi
ada pada Desa Ngestiharjo yaitu 7.835 jiwa perkilometer persegi, padahal jika melihat
pada tabel 2.1 Desa Ngestiharjo memiliki Luas wilayah terkecil di Kecamatan
Kasihan. Dan Bangunjiwo merupakan desa terluas di Kecamatan Kasihan, tetapi

4
memiliki tingkat kepadatan yang paling sedikit yaitu 1.789 jiwa perkilometer persegi.
Dan hal tersebut karena lokasi kedua desa yang berbeda. Ngestiharjo yang merupakan
wilayah semi perkotaan yang berbatasan dengan kota Yogyakarta dan menjadi pusat
pertumbuhan dan pembangunan sehingga banyak orang yang berdatangan dan bahkan
menetap. Dan wilayah desa Bangunjiwo yang jauh dari pusat kota termasuk dalam
kategori pedesaan, dan masih memilki sawah yang cukup luas. Berikut akan diuraikan
dalam tabel luas lahan sawah pada masing-masing desa di Kecamatan Kasihan.
Tabel 1.3 Luas Lahan Sawah di Kecamatan Kasihan

Desa Luas Lahan (Ha)


Bangunjiwo 191,155
Tirtonimolo 144,65
Tamantirto 166,25
Negstiharjo 60,65
Total 583,10

Tabel di atas adalah Luas Lahan sawah di Desa yang ada di Kecamatan Kasihan.
Menurut analisis BPS Kecamatan Kasihan Tahun 2016 konversi lahan atau perubahan
fungsi lahan ke sector lain di Kecamatan Kasihan rata-rata sebesar 2% pertahun,
angka tersebut di atas rata-rata Kabupaten Bantul sebesar 0,5%. Konversi lahan
tersebut terutama beralih untuk bangunan rumah tinggal. Hal ini dapat dilihat
terutama di Desa Banguniiwo yang saat ini ditemukan lokasi perumahan baru, yang
sebelumnya merupakan lahan pertanian produktif. Peralihan fungsi lahan pertanian
menjadi pemukiman dan bahkan bangunan toko juga terjadi di Desa Ngestiharjo yang
memilki luas lahan persawahan terkecil yaitu 60, 65 Ha.
1. Profil Desa TamaTirto
Desa Tamantirto merupakan salah satu desa yang terletak di kecaamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul dengan topografi dataran rendah. Secara administratif Desa
Tamantirto terbagi menjadi 10 Dusun dan 89 RT. 10 Dusun di Desa Tamantirto yaitu
Dusun Geblagan, Gatak, Ngebel, Ngrame, Jetis, Jadan, Brajan, Gonjen, Kasihan, dan
Kembaran.
a. Batas Wilayah
Desa Tamantirto di sebelah utara yaitu Desa Ambarketawang, di sebelah selatan
dan barat berbatasan dengan Desa Bangunjiwo, sebelah timur berbatasan dengan Desa
Tirtonirmolo.

5
b. Luas Wilayah
Luas keseluruhan wilayah Desa Tamantirto adalah 672,00 Ha, tanah kas desa
146,00 Ha, tanah tegalan/sawah kering/kebun 15.000 Ha, bangunan atau pemukiman
443,000 Ha, tanah lapangan 5,000 Ha, tanah pertanian 174,000 Ha. Jumlah penduduk
Desa Tamantirto pada Juli 2017 tercatat berjumlah 20,667 jiwa dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 6,733 KK. Jumlah penduduk di Desa Tamantirto berdasarkan jenis
kelamin dibagi atas jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan.
Jumlah penduduk laki-laki yakni sebanyak 10,333 jiwa dan jumlah penduduk berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 10,334 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk di Desa
Tamantirto yaitu 3.736 jiwa/km2. Persentase laju pertumbuhan penduduk di Desa
Tamantirto pertahunnya yaitu sekitar 1,8% per tahun.

B. Karakteristik Sampel
1. Umur
Umur berpengaruh terhadap perduktifitas seseorang, semakin bertambahnya
umur maka produktfitas bertambah, dan akan kembali mengalami penurunan setelah
melewati umur produktif. Berikut adalah tabal umur anggota keluaarga pada rumah
tangga responden
Tabel 1.4 Umur Angota Keluarga pada Rumah Tangga

No Responden
Kedudukan di Keluarga Umur (tahun)
1 Keluarga Ekonomi Rendah
Suami 23
Istri 21
2 Keluarga Ekonomi Menengah
Suami 33
Istri 33
Anak laki-laki 8

Tabel 1.4 menunnjukan bahwa usia kedua anggota keluarga tersebut tergolong
muda dan masih tergolong usia produktif untuk mencari nafkah (21-33 tahun).
Sehingga dapat mengerjakan pekerjaan mereka dengan maskimal untuk mencukupi
kebutuhan rumah tangganya. Sedangkan untuk anak laki-laki berusia 8 tahun belum
cukup produktif untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga kedua orang
tuanyalah yang bertanggung jawab untuk itu.

2. Tingkat Pendiidikan

6
Semakin baik tingkat pendidikan seserang maja semakin baik juga pengetahuan
dan wawasan mereka, sehingga diharapkan mampu memberikan dukungan dalam
aktivitasnya baik sosial maupun ekonomi. Berikut tabel tingak pendidikan responden
.
Tabel 1.5. Tingkat Pendidkan Suami dan Isri pada Rumah Tangga Responden
No Kedudukan dikeluarga Pendidikan
1 Keluarga Ekonomi Rendah
Suami SMA
Istri SMA
2 Keluarga Ekonomi Menengah
Suami S1
Istri S1

Berdasarkan tabel 1.5 diketahui bahwa tingkat pendidikan kepala keluarga dan
istri untuk yang berekonomi rendah dan tinggi berbeda. Keluarga dengan eknomi
menengah memiliki tingkat pendidikan lebih baik ketimbang keluarga dengan
ekonomi rendah.

3. Pendapatan Rumah Tangga


Pendapatan rumah tangga adalah sejumlah uang yang diperoleh dari pekerjaan
dalam satu bulan. Sumber usahan responden berasal dari bekerja dipemerintahan
(PNS) dan juga berasal dari pedagang. Berikut dapat dilihat pendapatan per bulan
rumah tangga responden.

Tabel 1.6. Pendapatan perbulan Rumah Tangga Responden


No Kedudukan Dalam keluarga Sumber Pendapatan Pendapatan (Rp)
1 Keluarga Ekonomi Rendah
Suami Pedagang 1.000.000
Istri Ibu Rumah Tangga 0
Jumlah 1.000.000
2 Keluarga Ekonomi Menengah
Suami PNS 3.600.000
Istri Pegawai Honorer 1.500.000
Jumlah 5.100.000
Tabel 1.6 menunjukan jumlah pendapatan masing-masing keluarga, dari tabel
tersebut terlihat bahwa keluarga dengan ekonomi menengah memiliki pendapatan
4.200.000 lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga ekonomi dengan pendapaan

7
rendah yang hanya memiliki pendapatan 900.000 per bulan. Istri dengan ekonomi
rendah tidak bekerja saat ini karena dalam keadaan hamil.

C. Gambaran Asupan Makan


Pada responden yang didatangi, Konsumsi gizi energi diperoleh dengan
metode FFQ, pehitungan jumlah energi menggunakan nutri seurvei dan disesuaikan
dengan pola konsumsi sehari-hari rumah tangga responden. Sedangkan kebutuhan
disesuaikan dengan AKG 2013 berdasarkan umur dan jenis kelamin responden. TKG
adalah tingkat Konsumsi Gizi yang diperoleh dari persentase perbandingan antara
konsumsi gizi rumah tangga dan AKG yang dianjurkan. Berikut adalah gambaran
asupan makan keluarga ekonomi rendah dan menengah.

1. Asupan Makan Keluarga Ekonomi Rendah


Pola konsumsi ruamah tangga dengan ekonomi rendah didominasi dengan
nasi, ikan lele, telur serta buah pisang. Sumber protein yang kerp dikonsumsi yaitu;
tempe/tahu., ikan kerinng,ikan lele, telur. Sayur bayam dan kangkung merupakan
jenis sayur yang sering dikonsumsi karena harganya yang murah. Pisang adalah buah
yang sering dikonsumsi, selain harganya yang murah pisang juga merupakan buah
kesukaan dari anggota keluarga tersebut. dIwaktu senggang anggota keluarga
mengonsumsi jajanan pasar. Berikut adalah tabel tingkat konsumsi gizi

Tabel 1.7. Tingkat Konsumsi Gizi Rumah Tangga Ekonomi Rendah


Anggota Kebutuhan Energi (kkal) Konsumsi %Konsu Tingkat Konsumsi
Keluarga (AKG 2013)) (kkal) msi Gizi
Suami 2726 2358 86.5% Defisit tk Ringan
Istri 2430 2170 89.3% Defisi tk Ringan
Rata-Rata 2578 2264 87.9% Defisit tk Ringan
Catatan : Kategori kecukupan gizi berdasarkan Gibson 2005
Berdasarkan tabel 1.7 diatas dapat diketahui bahwa baik TKG suami dan TKG
istri berada pada tingkat defisit tingkat ringan, sehingga rata-rata dari TKG keluarga
tersebut adalah berada di kategori defisit ringan, yang artinya bahwa jumlah energi
yang dikonsumsi masih kurang dari kebutuhan energi yang seharusnya. Terlebih lagi
istri dalam kondisi hamil, apabila terus dibiarkan, maka ibu akan berpotensi

8
melahirkn dengan bayi BBLR.

2. Asupan Makan Keluarga Ekonomi Menengah


Pada keluarga dengan ekonomi menengah sumber energi utama merupakan
beras, namun sesekali mengonsumsi jagung rebus sebagai snack sore. Sumber energi
yang sering dikonsumsi adalah tempe/tahu, ikan segar berupa ikan lele, ikan nila, ikan
patin, ikan bawal, telur, udang, cumi dan ayam. Sayur selalu ada dalam setiap makan,
sayur yang biasa dihidangkan adalah sayur kangkung, bayam, wortel, kacang panjang
dan sayur sup. Buah yang sering dikonsumsi adalah jeruk, mangga pepaya. Keluarga
jjuga kerap membeli cemilan seperti martabak, nugget pisang, donat dan lainnya.
Berikut adalah TKG dari keluarga dengan ekonomi menengah.
Tabel 1.8 Tingkat Konsumsi Gizi Keluarga Ekonomi Menengah
Kedudukan Dalam KebutuhanResponden
Energi Asupan
%Asupan Kategori
Keluarga (kkal) (AKG 2013) (kkal)
Suami 2625 2594 98.8% Normal
Istri 2150 2213 103% Normal
Anak Laki-Laki 1850 1977 106.9% Normal
Rata-Rata 2208.3 2261,3 102.9% Normal
Catatan : Kategori kecukupan gizi berdasarkan Gibson 2005

Berdasarkan tabel 1.8 Keluarga dengan ekonomi menengah rata-rata mengonsumsi


energi dengan tingkat normal, artinya bahwa setiap anggota tercukupi kebutuhan
energinya.

D. Gambaran Pengeluaran Perbulan


Pada pengambilan data pengeluaran perbulan dilakukan dengan cara wawancara
terhadap salah satu anggota keluarga yang ditemui. Pengeluaran rumah tangga terbagi
atas pengeluaran pangan dan non pangan. Berikut adalah gambaran pengeluaran
keluarga dengan ekonomi rendah dan ekonomi menengah.

1. Gambaran Pengeluaran Keluarga Ekonomi Rendah


1.1 Pengeluaran Pangan
Tabel 1.9 Pengeluaran Makan Keluarga Ekonomi Rendah dalam Sebulan
No Pengeluaran Pangan (Rp/Bulan) Persentase (%)

9
1 Beras 180.000 29.9
2 Singkong 20.000 3.3
3 Tempe/Tahu 28.000 4.6
4 Ikan Kering 10.000 1.7
5 Ikan Segar 80.000 13.3
6 Telur 40.000 6.6
7 Bayam 20.000 3.3
8 Kangkung 20.000 3.3
9 Kacang Panjang 10.000 1.7
10 Pisang 40.000 6.6
11 Gula 14.000 2.3
12 Minyak Goreng 52.000 8.6
13 Bumbu 30.000 4.9
14 Kue 24.000 3.9
15 Mie 10.000 1.7
16 Teh 5.000 1
17 Kopi 20.000 3.3
Total 603.000 100

Berdasarkan tabel diatas jumlah total pengeluaran untuk pangan sebesar Rp.
603.000 atau 60.3%, persentase tersebut berdasarkan perhitunngan jumlah
pengeluaran pangan dibagi dengan pendapatan lalu dikali 100%. . Beras mengambil
pengeluaran paling dominan dengan jumlah 29.9%. Dilanjutkan dengan pengeluaran
untuk hewani sebesar 26.2% baik itu protein nabati (tempe dan tahu) atau hewani
(telur,ikan kering, ikan segar).

1.2 Pengeluaran Non Pangan


Tabel 2.0 Pengeluaran Non Pangan Keluarga Ekonomi Rendah dalam sebulan
No Pengeluaran Pangan (Rp/Bulan) Persentase (%)
1 Sabun Mandi 7.000 1.8
2 Sabun Cuci 20.000 5
3 Pasta Gigi 14.000 3.5
4 Kosmetik 50.000 12.6
5 Gas 50.000 12.6
6 Listrik 40.000 10
7 Iuran 20.000 5
8 Telepon/HP 100.000 25
9 Air/PAM 50.000 12.6
10 Lain-Lain 46.000 11.6
Total 397.000 100

Berdasarkan tabel 2.0 pengeluaran non pangan untuk keluarga dengan ekenomi
rendah adalah sebesar Rp. 397.000 atau 39.7% yang paling banyak persentasenya

10
digunakan untuk membeli kebtuhan HP seperti pulsa maupun kuota. Dari tabel diatas
tidak terlihatt pengeluaran yang digunakan untuk menabung. Sehingga dalam sebulan
pendapatan habis digunakan untuk pangan dan non pangan.

2. Gambaran Pengeluaran Keluarga Ekonomi Menengah


Pengeluaran keluarga ekonomi menengah dilakukan sama seperti yang ekonomi
rendah yaitu dengan cara mewawancarai anggota keluarga. Untuk persentase
pengeluaran pangan dan non pangan dilakukan dengan cara membagi masing-masing
pengeluaran baik itu pangan dan non pangan lalu dikali 100%
2.1 Pengeluaran Pangan
Tabel 2.1 Pengeluaran Pangan Keluarga Ekonomi Menengah dalam sebulan
No Pengeluaran Pangan (Rp/Bulan) Persentase (%)
1 Beras 325.000 22.3
2 Jagung 24.000 1.6
3 Makaroni 20.000 1.4
4 Tempe/tahu 50.000 3.4
5 Ikan segar 10.0000 6.9
6 Telur 40.000 2.7
7 Ayam 72.000 5
8 Udang 40.000 2.7
9 Cumi 35.000 2.4
10 Daging Sapi 50.000 3.4
11 Kangung 30.000 2.1
12 Wortel 30.000 2.1
13 Bayam 30.000 2.1
14 Baby Corn 30.000 2.1
15 Sayur Sup 20.000 1.4
16 Kacang Panjang 20.000 1.4
17 Jeruk 30.000 2.1
18 Mangga 48.000 3.3
19 Pepaya 30.000 2.1
20 Minyak Goreng 42.000 2.9
21 Bumbu 45.000 3.1
22 Kerupuk 20.000 1.4
23 Mie 24.000 1.6
24 Kopi 50.000 3.4
25 Kue/Martabak/Nugget Pisang 200.000 13.7
26 Kecap 20.000 1.4
27 Saos 20.000 1.4
28 Gula 14.000 1
Total 1.459.000 100

Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa pengeluaran untuk pangan sejumlah Rp.

11
1.459.000 atau sebsar 28.6% dari jumlah pendapatan. Pengeluaran terbesar digunakan
untunk membeli beras yaitu Rp. 325.000 atau 22.3%. Dari tabel diatas terlihat bahwa
jenis makanan lebih bervariasi baik itu smber protein, vitamin dan mineral.

2.2 Pengeluaran Non Pangan


Tabel 2.2 Pengeluaran Non Pangan Keluarga Ekonomi Menengah dalam sebulan
No Pengeluaran Non Pangan (Rp/Bulan) Persentase (%)
1 Badan/Kesehatan 300.000 8.2
2 Sabun mandi 70.000 2
3 Pasta Gigi 28.000 0.8
4 Kosmetik dan skincare 150.000 4.1
5 Gas 50.000 1.4
6 Listrik 200.000 5.5
7 Sangu Sekolah 300.000 8.2
8 Pemeliharan rumah dan alat rumah 100.000
2.7
tangga
9 Tabungan/ Deposit 1.000.000 27.4
10 Arisan 50.000 1.4
11 Air/PAM 100.000 2.7
12 Wifi 400.000 11
13 Telepon/HP 100.000 2.7
14 Transportasi 500.000 12.7
15 Lain-Lain 293.000 8
Total 3.641.000 100

Berdasarkan tabel 2.2 total pengeluaran untuk non pangan sebesar Rp. 3.641.000
atau 71.4%. Pengeluran yang digunakan untuk non pangan bervariasi jenisnya, yang
paling besar digunakan untuk menabung di BANK dengan jumlah Rp.1000.000 atau
sebesar 27.4%. Pengeluaran non pangan juga digunakan untuk membayar BPJS
(kesehatan), keperluan mandi, kecantikan, transportasi, arisan, WIFI rumah
(indiHome) dan sebagainya.

E. Derajat Ketahanan Pangan


Tabel 2.3 Derajat Ketahanan Pangan Keluarga dengan Ekonomi Rendah dan
Menengah
Keluarga Ekonomi Keluarga Ekonomi
No Kategori Ketahanan Pangan
Rendah Menengah
1 Tahan Pangan, Pengeluaran
Jika Proporsi Pengeluaran Pangan : 28,2%
pangan Rendah (<60%), TKG TKG : 102.9%

12
Cukup (>80%)
2 Rentan Pangan, Pengeluaran
Jika Proporsi Pengeluaran Pangan : 60,3%
Pangan Tinggi(≥60%), TKG TKG : 87,8%
Cukup(≥80%)
3 Kurang Pangan,
Jika Proporsi Pengeluaran
Pangan Rendah(<60%), TKE
Kurang (≤80%)
4 Tahan Pangan,
Jika Proporsi Pengeluaran
Pangan Tinggi(≥60%), TKE
Kurang (≤80%)
Sumber Kategori : Jonsson and Tole, 1991 dalam Ariani M dan Handewi PSR, 2003
Berdasarkan tabel 2.3 diketahui bahwa derajat ketahanan panan dari keluarga dengan
ekonomi rendah adalah Rentang Pangan dengan Pengeluaran Pangan 60,3% dan
TKG 87,8%. Sementara derajat ketahanan pangan untuk keluarga dengan ekonomi
menengah adalah Tahan Pangan dengan pengeluaran pangan sebesar 28,2% dan
TKG 102,9%.

F. Pembahasan
Ketahanan pangan keluarga terkait dengan ketersediaan pangan keluarga tersebut
yang dmampu diakses baik itu dari segi fisik, ekonomi dan sosial. Ketahanan pangan
pada keluarga dapat dicerminkan berdasarkan kualitas dan kuantitas asupan individu
dari anggota keluarga tersebut, dengan begitu pangan dapat dikatakan alat untuk
mencapai kesejahteraan.
Berdasarkan dengan hasil turun lapangan keluarga dengan ekonomi menengah
berstatus tahan pangan dengan proporsi pengeluaran untuk pangan yang rendah
(<60%) serta asupan energi yang normal. Pendapatan pada keluarga ini terbilang
tinggi sehingga memudahkan mereka untuk mengakses pangan yang bervariasi dan
berkualita. Pengeluaran non pangan juga salah satunya diperuntukan untuk menabung
yang mana dapat dijadikan simpanan untuk pengeluaran pangan yang tidak terduga
sewaktu-waktu.
Lain halnya dengan keluarga ekonomi rendah, derajat ketahanan pangan keluarga
tersebut yaitu rentan pangan yang artinya bahwa keluarga tersebut berpotensi untuk
mengalami rawan pangan karena pendapatan yang rendah dan pengeluaran pangan
yang lebih dari 60%, walau proporsi pengeluaran pangan lebih tinggi, energi yang
dikonsumsi dirasa masih kurang berdasarka kategori Gibson 2005, terlebih istri dari

13
keluarga tersebut dalam keadaan hamil, dibuuhkan energi lebih untuk tumbuh dan
kembang janin yang ada dikandungannya. Jika dilhat dari tabel 1.9, jenis pangan yang
kerap dikonsmsi masih kurang bervariasi. Oleh karena itu dibutuhkan edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan peran ibu rumah tangga untuk mengatur
menu makanan menjadi lebih bervariasi dan bergizi tinggi.
Sementara untuk pengeluaran non pangan terbanyak diperuntukan untuk
mmembeli kosmetik, gas dan tagihan air. Tidak adanya pengeluaran untuk menabung
akan memperparah keadaan dimasa yang akan datang karena kepala keluarga
merupakan seorang pedagang yang pendapatan tiap harinya tidak menentu.
Oleh karena itu, rumah tangga pada kategori ini disarankan agar dapat
meningkatkan pendapatan keluarga dan lebih banyak mengkonsumsi bahan pangan
yang bergizi tinggi. Peningkatan mutu pangan dapat ditingkatkan dengan
memperhatikan kuantitas dan kualitas pangan itu sendiri.

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Proporsi pengeluaran pangan keluarga dengan ekonomi rendah yaitu 60.3%
dengan TKG sebesar 87.9% (defisit tingkat ringan), sedangkan keluarga dengan
ekonomi menengah pengeluaran ntuk pangan yaitu 28.6% dan TKG sebesar
102.9% (normal)

14
2. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga ekonomi rendah yaitu berstatus rentan
pangan dan keluarga dengan tingkat ekonomi menengah yaitu tahan pangan.

B. Saran
Untuk keluarga dengan ekonomi rendah disarankan agar menambah jumlah
pendapatan agar kebutuhan pangan baik itu kualitas dan kuantitasnya terpenuhi.
Serta perlunya sang ibu untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan cara
mengatur menu makanan yang bervariasi dan bergizi tinggi.
Untuk keluarga dengan ekonomi mennegah disarankan agar tetap konsisten
mengonsumsi makanan yang bervariasi dan sesuai dengan kebutuhan/kebiasaan
saat ini, agar tidak terjadinya kekurangan konsumsi energi.

Daftar Pustaka

Ariani, M & Handewi, PSR. 2003. Analisis Tingkat Ketahanan Pangan Rumah .
Bogor : Jurnal Media Gizi dan Keluarga, Desember 27 (2): 1-6, IPB.
Arida, A. Sofyan dan K. Fadhiela. 2015. Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Berdasarkan Proporsi Pengeluaran Pangan dan Konsumsi Energi. Jurnal Agrisep
Vol (16) No. 1.

15

Anda mungkin juga menyukai