Anda di halaman 1dari 8

POLITEKNIK STTT BANDUNG

PROGRAM DIPLOMA IV
PROGRAM STUDI TEKNIK TEKSTIL
JOB SHEET

MATA KULIAH PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI KAIN


JOBSHEET KOMPETENSI 8. Pengujian Perubahan Dimensi Bahan Tekstil Pada Proses Pencucian Dan
Pengeringan
NAMA MAHASISWA
NPM
TANGGAL PRAKTIK
MULAI PRAKTIK : SELESAI PRAKTEK :
ESTIMASI WAKTU : 3 JAM REALISASI WAKTU : JAM

1. INSTRUKSI KERJA
1.1 Persiapan Contoh Uji
A. Contoh uji kain
a. Siapkan contoh uji berukuran sekurang-kurangnya 50 cm X 50 cm. Pengambilan contoh uji dilakukan 10
cm dari tepi kain. Bila benang-benang pada tepi contoh uji diperkirakan akan terurai pada proses
pencucian, sebaiknya tepi contoh uji diobras/dijahit.
b. Bentangkan contoh uji pada meja datar tanpa tekanan/tegangan dan usahakan bebas dari
kerutan/kekusutan menggunakan tangan secara perlahan. Buat sedikitnya tiga pasang tanda masing-
masing sejajar arah lusi dan pakan (wales/courses untuk kain rajut). Jarak antara masing-masing pasangan
tidak kurang dari 350 mm dan berjarak minimal 50 mm dari setiap tepi contoh uji.
c. Kondisikan contoh uji tersebut di dalam ruang standar sampai tercapai keseimbangan lembab.
d. Ukur kembali jarak masing-masing tanda dengan skala terkecil 1 mm dan catat data ukuran masing-
masing jarak tersebut sebagai panjang awal.
B. Contoh uji pakaian jadi
a. Bagian bagian yang diukur pada pakaian jadi sangat banyak, tetapi tidak semua harus dilakukan, dapat
dipilih sesuai dengan tipe atau model pakaian jadi bergantung pada persyaratan yang harus dilaporkan
atau kepentingan langganan yang mengujikan.
Bila diperlukan penentuan perubahan ukuran bahan pakaian jadi yang berbeda dari perubahan ukuran
jahitan dan kelim yang mungkin lebih besar atau lebih kecil dari perubahan ukuran bahan, maka
diperlukan tambahan pengukuran perubahan ukuran arah lusi dan pakan (wales/courses untuk kain
rajut), sepanjang dapat dilakukan.
b. Petunjuk pengukuran pakaian jadi
- Lakukan pengukuran ke arah panjang dan lebar pada titik-titik yang khusus. Sebaiknya pada jahitan atau
antara titik-titik dimana jahitan bertemu. Posisi yang diukur harus dapat ditandai dan tanda tersebut
tidak hilang dalam proses pengujian. Bila model pakaian jadi cukup rumit sebaiknya dibuat pola
pengukuran.
- Bila pada pakaian jadi ada kain pelapis yang berfungsi penting bagi pakaian jadi tersebut, lakukan
pengukuran pada posisi ini sesuai dengan pengukuran yang dilakukan pada pakaian jadi tersebut.
- Kondisikan pakaian jadi tersebut dalam ruang standar sampai tercapai keseimbangan lembab.
- Letakan pakaian jadi secara mendatar pada meja datar dan ukur jarak masing-masing pasangan tanda
tanpa tekanan/tarikan menggunakan mistar atau alat ukur dengan ketelitian 1 mm. Pengukuran pakaian
jadi dilakukan dalam keadaan kancing terpasang dengan baik. Catat data ukuran masing-masing jarak
tersebut sebagai panjang awal.
- Ukur bagian-bagian elastis dalam keadaan tanpa tegangan/tarikan.
1.2 Peralatan
a. Mesin cuci
 Mesin tipe A1, silinder pencuci horizontal dengan pintu pemasukan dari depan
- Kedudukan silinder pencuci horizontal dengan pintu pemasukan dari depan.
- Diameter silinder dalam (51,5 ± 0,5 ) cm
- Kedalaman silinder dalam (33,5 ± 0,5) cm
- Jarak antara silinder luar dan dalam 2,8 cm
- Tiga buah sayap pengangkat dengan tinggi masing-masing (5,0 ± 0,5) cm sudut ketajaman 120 o.
- Gerakan putar 1 (normal)
12 ± 0,1 detik berputar searah jarum jam, 3 ± 0,1 detik berhenti, 12 ± 0,1 berputar berlawanan
dengan arah jarum jam , 3 ± 0,1 detik berhenti dan seterusnya.
- Gerakan putar 2 (ringan)
3 ± 0,1 detik berputar searah jarum jam, 12 ± 0,1 detik berhenti, 3 ± 0,1 berputar berlawanan dengan
arah jarum jam , 12 ± 0,1 detik berhenti dan seterusnya.
- Frekwensi putaran
Saat pencucian 52 putaran per menit.
Saat pemerasan 530 ± 20 putaran per menit.
- Pengisian air pada kondisi normal 25 ± 5 liter per menit, suhu 20 ± 5 oC
- Waktu pengisian, untuk mencapai ketinggian maksimum (13 cm) kurang dari 2 menit .
- Waktu pengosongan air : dari ketinggian air maksimum (13 cm) kurang dari 1 menit sejak katup
pembuangan dibuka.
- Sistem pemanasan, secara elektronik dilengkapi dengan thermostat.
- Kapasistas pemanasan, 5,4 ± 0,11 kW
 Mesin Tipe A2
- Kedudukan silinder pencuci horizontal dengan pintu pemasukan dari depan.
- Diameter silinder dalam 48 cm
- Kedalaman silinder dalam 24,7 cm
- Jarak antara silinder luar dan dalam 2,5 cm
- Tiga buah sayap pengangkat dengan tinggi masing-masing 4,2 cm sudut ketajaman 120 o.
- Gerakan putar 1 (normal)
13,5 detik berputar searah jarum jam, 1,5 detik berhenti, 13,5 berputar berlawanan dengan arah
jarum jam , 1,5 detik berhenti dan seterusnya.
- Gerakan putar 2 (sedang)
9 detik berputar searah jarum jam, 6 detik berhenti, 9 berputar berlawanan dengan arah jarum jam ,
6 detik berhenti dan seterusnya.
- Gerakan putar 3 (ringan)
3,5 detik berputar searah jarum jam, 11,5 detik berhenti, 3,5 berputar berlawanan dengan arah
jarum jam , 11,5 detik berhenti dan seterusnya.
- Frekwensi putaran
Saat pencucian 50 putaran per menit.
Saat pemerasan 700 putaran per menit.
- Pengisian air pada kondisi normal 10 ± 1 liter per menit, suhu 20 ± 5 oC
- Waktu pengisian, untuk mencapai ketinggian maksimum (13 cm) kurang dari 3 menit.
- Waktu pengosongan air : dari ketinggian air maksimum (13 cm) kurang dari 1 menit sejak katup
pembuangan dibuka.
- Sistem pemanasan, secara elektronik dilengkapi dengan thermostat.
- Kapasistas pemanasan, 4,6 kW
 Mesin Tipe B
- Tipe mesin menggunakan agitator
- Kecepatan agitator
Normal : 70 ± 5 putaran per menit
Ringan : 50 ± 5 putaran per menit
- Diameter silinder pencuci 50 ± 5 cm
- Tinggi silinder pencuci 30 ± 5 cm
- Pada batas tertinggi : volume air 40 liter
- Waktu pencucian dapat diatur : 0 – 15 menit dengan toleransi 1 menit.
- Frekwensi putaran
Normal : 525 ± 15 putaran per menit
Lambat : 360 ± 15 putaran per menit
b. Pengering putar, mempunyai keranjang silinder berdiameter kira-kira 75 cm, kedalaman tidak kurang dari
40 cm, dan frekwensi putar 50 ± 5 putaran per menit. Dilengkapi dengan pengatur suhu antara 50 – 70 oC
yang terukur pada lubang ventilasi terdekat dari silinder pengering serta mempunyai periode pendinginan
5 menit saat pengeringan selesai.
c. Deterjen tanpa pemutih optik yang sesuai dengan standar AATCC yang hanya digunakan pada mesin tipe
B, deterjen ECE tanpa pemutih optik yang dapat digunakan pada semua tipe mesin cuci, deterjen IEC
dengan pemutih optik yang dapat digunakan pada semua tipe mesin cuci tetapi perubahan warna contoh
uji tidak diamati.
Deterjen AATCC tanpa pemutih optik
Alkilsulfonat linier – garam natrium (LAS) 14,0
Etoksilat alkohol 2,3
Sabun dengan berat molekul tinggi 2,5
Natrium tripolifosfat 48,0
Natrium silikat (SiO2 : Na2O = 3,3 : 1) 9,7
Natrium sulfat 15,4
Karboksil metil selulosa 0,25
Kandungan air 7,85

Deterjen ECE dan IEC


ECE IEC
Natrium alkil benzena sufonat linier
(panjang rantai alkana rata-rata C11,5) 8,0 8,0
Etoksilat tallow alkohol (14 EO) 2,9 2,9
Sabun natrium (panjang rantai C12-22) 3,5 3,5
Natrium tripolifosfat 43,7 43,7
Natrium silikat (SiO2 : Na2O = 3,3 : 1) 7,5 7,5
Magnesium silikat 1,9 1,9
Karboksil metil selulosa 1,2 1,2
Asam etilendiaminatetraasetat
Atau garam natriumnya 0,2 0,2
Natrium sulfat 21,2 21,0
Pemutih optik untuk kapas
(tipe dimorpolinostilbena) - 0,2
Kandungan air 9,9 9,9

d. Natrium perborat tetrahidrat


e. Kain pemberat yang merupakan kain yang terdiri dari 2 lembar kain rajut poliester 100 % atau kain tenun
campuran poliester-kapas yang beratnya mendekati contoh uji dengan toleransi 25 % serta ukuran
masing-masing (30 X 30) cm dengan toleransi ± 3 cm.
f. Pengering listrik tekan datar (heated bed press)
g. Alat bantu pengering tetes dan pengering gantung.
h. Rak pengering kasa, terbuat dari baja tahan karat dengan ukuran mesh 16.
i. Mistar atau alat ukur baja tahan karat.
j. Pena dengan tinta yang tidak hilang atau luntur, yang memberikan penandaan permanen.
k. Meja datar untuk membentangkan contoh uji.
l. Gunting
1.3 Cara Pengujian
a. Pilih salah satu cara kerja pencucian yang akan digunakan, menurut tabel 10.1 untuk mesin tipe A dan tabel
10.2 untuk tipe B (hal 84 dan 86).
b. Masukan contoh uji yang telah dipersiapkan ke dalam mesin cuci dan tambahkan kain pemberat sampai
total berat kering sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan. Tambahkan deterjen 1 – 3 g/l dengan
perkiraan ketebalan buih tidak lebih dari 3 cm pada waktu mesin berputar. Kesadahan air tidak melampaui 5
ppm (dinyatakan dalam CaCO3). Bila digunakan mesin tipe A, deterjen yang digunakan mengandung 4 bagian
deterjen IEC dan 1 bagian natrium perborat tetrahidrat.
c. Setelah pemerasan putar teraKhir selesai, pindahkan contoh uji dengan hati-hati (hindari tarikan dan
perubahan bentuk), dan keringkan dengan salah satu cara pengeringan.
d. Bila contoh uji akan dikeringkan dengan cara pengeringan tetes, hentikan mesin tepat sebelum pemerasan
putar terakhir. Pindahkan contoh uji dengan hati-hati, kemudian keringkan dengan cara pengeringan tetes.
e. Cara Pengeringan
- Pengeringan gantung,
Setelah pemerasan terakhir selesai, gantungkan contoh uji dikedua ujung kain pada gantungan pakaian
yang tidak berkarat dengan arah lusi atau wale vertikal dalam udara tenang suhu kamar dan biarkan
sampai kering.
- Pengeringan tetes,
Setelah pembilasan terakhir selesai, keluarkan contoh uji dari mesin cuci, gantungkan dikedua ujung kain
pada gantungan pakaian yang tidak berkarat dengan arah lusi atau wale vertikal dalam udara tenang
suhu kamar, dan biarkan sampai kering.
- Pengeringan kasa,
Setelah pemerasan terakhir selesai, bentangkan contoh uji pada kasa datar, hilangkan kekusutan
menggunakan tangan secara perlahan dan hati-hati (hindari tarikan dan perubahan bentuk), diamkan
sampai kering pada suhu kamar.
- Pengeringan tekan datar,
Setelah pemerasan terakhir selesai, bentangkan contoh uji pada alat, hilangkan kekusutan menggunakan
tangan secara perlahan dan hati-hati. Letakan penekan, atur suhu dan waktu sesuai dengan kain yang
diuji, catat suhu dan tekanan yang digunakan.
- Pengeringan putar,
Masukan contoh uji bersama kain pemberat, atur suhu 70 oC untuk kain-kain sedang sampai berat atau
50 oC untuk kain-kain ringan. Lakukan pengeringan sampai kering dan lanjutkan putaran tanpa pemanas
selama 5 menit.
f. Kondisikan contoh uji yang telah selesai dicuci dan dikeringkan dalam ruang standar sampai mencapai
keseimbangan lembab.
g. Lakukan pengukuran kembali jarak-jarak yang ditandai dan catat hasilnya sebagai panjang dan lebar akhir.
h. Penyajian hasil uji

Panjang akhir – Panjang awal


Persen perubahan panjang = Panjang awal X 100 %

Lebar akhir – Lebar awal


Persen perubahan lebar = Lebar awal X 100 %

Mengkeret menurut kedua arah ditentukan sebagai berikut ; kedua pengukuran mula-mula dan akhir adalah
rata-rata dari pengukuran yang dibuat pada contoh uji, sampai 0,5 % terdekat. Mulur dalam pencucian
(apabila pengukuran akhir lebih besar dari pengukuran mula-mula) biasanya dinyatakan dengan penggunaan
tanda tambah (+) atau tanda minus (-) apabila sebaliknya.

2. HASIL KERJA
A. Kain tenun
a. Perubahan arah panjang (lusi)
No Panjang awal (cm) Panjang akhir (cm) % perubahan
1 35,0 33,1
2 35,3 33,4
3
Jumlah
Rata-rata

b. Perubahan arah lebar (pakan)


No Lebar awal (cm) Lebar akhir (cm) % perubahan
1 35,2 34,2
2 35,0 33,9
3
Jumlah
Rata-rata

B. Kain rajut
a. Perubahan arah panjang (wale)
No Panjang awal (cm) Panjang akhir (cm) % perubahan
1 35,0 31,8
2 35,5 32,5
3
Jumlah
Rata-rata

b. Perubahan arah lebar (course)


No Lebar awal (cm) Lebar akhir (cm) % perubahan
1 35,2 31,2
2 35,1 30,9
3
Jumlah
Rata-rata

LEMBAR PENILAIAN

Penilaian Proses Penilaian Hasil PENGURANGAN PENAMBAHAN Nilai Akhir


(Subyektif Bobot (Obyektif Bobot NILAI (REALISASI POINT (REALISASI
30%) 70%) WAKTU > 20% WAKTU < 20%
DARI ESTIMASI ) DARI ESTIMASI )
a 1
b 2
c 3
d 4
e 5
f 6

Rata- Rata-
rata rata

SYARAT NILAI RATA-RATA MINIMAL 7,00

Tanggal Penilaian :

Mahasiswa Dosen/Instruktur

(…………………………………………………) (………………………………………………………)

Anda mungkin juga menyukai