Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“Perkembangan UMKM Ayaman Rotan dan Purun


Kelompok Pahari Di Kota Palangka Raya”
Dosen Pengampu:
Rima Harati, SE., ME / Dr. Wiwin Zakiah, SE., MP.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1.Donius 193020 301036
2.Sopiyah Noor Ali 193030 301113
3.Framita E. Sigiro 193020301068
4.Ibnu Wardhana 193020301058
5.Efridarianisani 193030301140
6.Apmon Sembiring 193030301162
7.Erik Jesika Oktasia 193020301079

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas segala berkat
dan rahmat-Nya kepada kami. Sehingga, kami dapat menyelesaiakan makalah ini
dengan tepat waktu dan dengan kekuatan dan hikmat kepintaran yang dari pada-Nya
kami juga dapat mengerjakan makalah dengan judul “Perkembangan UMKM
Ayaman Rotan dan Purun Kelompok Pahari Di Kota Palangka Raya” ini dengan
tepat Waktu.
Kami menyadari betul kalau makalah ini jauh dari kata kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan saran dari rekan-rekan
mahasiswa yang lain yaitu kritik yang membangun supaya dalam pembuatan
makalah selanjutnya bisa menjadi lebih baik. Untuk itu kami ucapkan terima kasih
dan semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan bagi kami serta
biarlah bisa menjadi bahan referensi bagi rekan-rekan mahasiswa untuk penelitian
selanjutnya.

Palangka Raya, 02 November 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1.1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1.2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 1.3
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 1.4
E. Metode Penulisan.................................................................................... 1.5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ..................... 2.1
B. Peran UMKM untuk perekonomian daerah. ......................................... 2.2
C. Kondisi UMKM di Kota Palangka Raya ............................................... 2.3
D. UMKM anyaman rotan dan purun.......................................................... 2.4
E. Tingkat permintaan terhadap produk anyaman rotan dan purun dikota
palangkaraya. .......................................................................................... 2.5
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan......................... 2.5.1
F. Perkembangan UMKM anyaman rotan dan purun masa pandemi. ....... 2.6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................3.1
B. Saran ................................................................................................ 3.2

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bertebaran di seluruh Indonesia dengan
perkiraan jumlahnya sekitar 40 juta unit. Keberadaan mereka harus di akui sebagai salah satu
penopang ekonomi Indonesia yang belum beranjak maju, terutama di pedesaan yang jauh dari
sentuhan fasilitasfasilitas yang layak untuk berkembangnya bisnis, seperti sistem telekomunikasi
dan informasi, sarana pendidikan, listrik, transportasi, pelabuhan, bank, dan lain-lain. Keberadaan
40 juta UMKM di Indonesia merupakan hal yang positif sebagai salah satu penunjang ekonomi
sekaligus untuk membuka lapangan kerja. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada
umumnya berkemampuan meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja sehingga sangat
mendukung dan memiliki peran strategis dalam mewujudkan pemerataan hasil pembangunan. Oleh
karena itu pengembangan UMKM senantiasa menjadi perhatian dan upaya banyak pihak, seperti
pemerintah, wakil rakyat maupun bank sentral dan perbankan, tercermin dari berbagai program,
bantuan langsung dan tidak langsung maupun komitmen yang diberikan.

Di Indonesia, UMKM selama ini berperan sebagai sumber penciptaan lapangan kerja
pendorong utama roda perekonomian, yang banyak memberikan andil dalam mengatasi masalah
pengangguran dan kemiskinan. Pengalaman menunjukan bahwa ketika Indonesia dilanda krisis
ekonomi pada pertengahan tahun 1997, UMKM dengan beberapa kelebihannya tersebut dapat
bertahan terhadap goncangan krisis ekonomi dan tetap menunjukkan eksistensinya di dalam
perekonomian. Dengan demikian, UMKM dapat dijadikan andalan untuk masa yang akan datang
dan harus didukung dengan kebijakan-kebijakan yang kondusif, serta persoalan-persoalan yang
menghambat usaha-usaha pemberdayaan UMKM harus dihilangkan.

Memang cukup berat tantangan yang dihadapi untuk memperkuat struktur perekonomian
nasional. Pembinaan UMKM harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan mereka
menjadi pengusaha menengah. Namun, disadari pula bahwa pengembangan UMKM menghadapi
beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen sumber daya
manusia, kewirausahaan, pemasaran, dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan
sumber daya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya
dengan baik.
Kendala-kendala yang dihadapi UMKM dalam pengembangannya, baik permasalahan
dasar seperti aspek pemasaran, SDM, teknologi, keuangan, legalitas maupun aspek
permodalan/pendanaan, yang sifatnya mendasar. Selanjutnya permasalahan UMKM dari aspek
pemasaran seperti kurangnya informasi maupun data-data yang akurat dan terkini mengenai
peluang pasar baik dalam maupun luar negeri, aspek keuangan khususnya keterbatasan modal
yang dikarenakan kesulitan UMKM dalam mengakses bank, SDM antara lain kurangnya SDM
yang cakap atau memadai dalam hal enterpreneurship, manajemen, teknik produksi,
pengembangan produk, yang masih belum maksimal. Kemudian permasalahan lainnya yaitu
terbatasnya sarana dan prasarana usaha, pengenalan pasar dan penetrasi pasar yang belum optimal,
kurangnya pemahaman terhadap desain produk yang sesuai dengan karakter pasar yang
menyebabkan UMKM kalah bersaing dengan usaha besar yang dapat menguasai pasar.

Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya pemerintah turut mendukung


pengembangan UMKM, melalui kebijakan-kebijakan ekonomi, permodalan, sampai pelatihan
terhadap pelaku UMKM. Namun dalam implementasinya masih kurang optimal. Keberpihakan
kepada UMKM yang masih setengah-setengah kemudian menyebabkan peran UMKM dalam
perekonomian masih kalah jauh dengan sektor usaha formal atau usaha besar. UMKM yang
seharusnya menjadi pilihan lain dalam mengatasi pengangguran yang ada di Indonesia pun tidak
bekerja secara maksimal dengan segala masalah dan kurang maksimalnya dukungan pemerintah
kepada pihak UMKM dalam mengembangkan usahanya.

Perkembangan ekonomi baik secara nasional maupun regional tidak dapat terlepas dari
peran sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini tercermin pada keberadaan
UMKM di setiap sektor ekonomi yang menjadi bagian terbesar dari masyarakat Indonesia dan
menjadi penggerak kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Begitu pula di Provinsi Kalimantan
Tengah. Kiprah UMKM di Kalimantan Tengah tidak diragukan lagi. Selain mampu membuat
produk unggulan, UMKM Kalimantan Tengah juga dinilai mampu bersaing dengan daerah lain.

Di kota Palangka Raya, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) jumlahnya mencapai
56.430 UMKM. Jumlah tersebut sudah mencakupi 5 kecamatan yang ada di Kota Palangka Raya
yaitu Pahandut, Jekan Raya, Sebangau, Rakumpit, dan Bukit Batu. Usaha yang dimiliki pun
beragam diantaranya ialah usaha rumah makan, industri pengolahan, pertanian, perkebunan,
perikanan, pertambangan, angkutan kontruksi, persewaan dan jasa. Sedangkan pada sektor industri
UMKM di kota Palangka Raya terdapat beberapa aneka produk kerajinan yaitu: produk kerajinan
anyaman rotan, purun dan kulit kayu nyamu dan produk permata dan batu kecubung.
Kerajinan anyaman rotan di Kota Palangka Raya rupanya banyak diminati masyarakat luar
negeri, hal ini mengingat kerajinan rotan memiliki nilai tambah yaitu keunikan motif dan desain.
Hal itu yang mendasari Ramintje untuk membuat kelompok usaha kecil anyaman rotan dan purun
" Kelompok Pahari" yang beralamat di Jl. RTA. Milono Km. 10 Surung I Nomor 48 Kereng
Bangkirai. Kerajinan rotan dan purun berupa tas, amak lampit motif batang garing, lawung (tutup
kepala), gelang, anting, dompet, kipas tangan rotan, dan pernak pernik yang terbuat dari rotan
lainnya.

Hebatnya UMKM ini sudah sering mendapatkan pesanan dari berbagai negara seperti
Jepang, Australia, dan Jerman sedangkan untuk pasar domestik di dominasi ke daerah Jawa. Bahan
baku kerajinannya sendiri masih dipasok dari luar Palangka Raya, dari daerah Barito dan sebagian
dari luar kalimantan untuk item tertentu. Harganya pun bervariasi antara ratusan ribu hingga jutaan
rupiah per itemnya. UMKM ini juga sudah memasarkan melalui marketplace online.

1.2 Rumusan Masalah


Memperhatikan latar belakang di atas, agar pembahasan makalah ini lebih terarah, penulis
perlu mengidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan UMKM?
2. Apa saja peran UMKM?
3. Bagaimana kondisi UMKM di Kota Palangka Raya?
4. Apa saja bidang usaha UMKM yang ada di Kota Palangka Raya?
5. Bagaimana perkembangan UMKM Ayaman Rotan dan Purun Kelompok Pahari di Kota Palangka
Raya?

1.3 Tujuan Penulisan


Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan UMKM.
2. Untuk mengetahui peran UMKM bagi perekonomian Daerah.
3. Untuk mengetahui kondisi UMKM di Kota Palangka Raya.
4. Untuk mengetahui bidang usaha UMKM yang ada di Kota Palangka Raya.
5. Untuk mengetahui perkembangan UMKM Ayaman Rotan dan Purun Kelompok Pahari di kota
Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kami sebagai penulis untuk
mengetahui kondisi dan perkembangan UMKM Ayaman Rotan dan Purun Kelompok Pahari di
kota Palangka Raya. Bagi pihak akademi, diharapkan makalah ini dapat menjadi bahan kajian
belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri dan bagi para mahasiswa Ekonomi dan bisnis
khususnya kiranya dapat meningkatkan kualitas pendidikan pengetahuan tentang Ilmu ekonomi
SDM & Ketenagakerjaan pada umumnya.

1.5 Metode Penulisan

Metode penelitian yang kami gunakan dalam menulis makalah ini adalah:

1. Dengan cara menggunakan sumber data skunder, data yang didapat dari membaca buku
serta referensi dari internet untuk menguatkan data primer.
BAB II
PENDAHULUAN

2.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Berdasarkan Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), UMKM
didefinisikan sebagai berikut:

1) Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

b) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2) Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang yang berdiri sendiri, yang dilakukan orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan anak cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagai berikut:

a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;

b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

3) Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan anak cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
dengan kriteria sebagai berikut:
a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha;

b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menurut UU Nomor 20 tahun 2008
digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omset yang dimiliki oleh sebuah usaha.

Tabel 2.2

Kriteria UMKM Menurut UU Nomor 20 Tahun 2008

No. Usaha Kriteria Asset Kriteria Omset

1. Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta

2. Usaha Kecil >50 Juta – 500 Juta >300 Juta – 2.5 Juta

3. Usaha Menengah >500 Juta – 10 Milliar >2.5 Miliar – 50 Miliar

2.2 Peran UMKM

Dalam konteks pengembangan ekonomi rakyat, sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah) menjadi titik sentral di dalamnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS dan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2010), dari total tenaga kerja usaha besar dan
usaha kecil pada tahun 2010 sebanyak 102,2 juta orang, sekitar 99,4 juta orang (97,22%) berada
pada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).18 Data ini menunjukkan bahwa sektor
UMKM memiliki kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja. Selain memberikan kontribusi pada
18Ibid. penyerapan tenaga kerja, sektor UMKM juga memiliki peran dalam perekonomian
nasional. Selama tahun 2010, kontribusi UMKM berkisar 57% terhadap PDB. Kemudian,
banyaknya unit usaha yang bisa diciptakan dengan investasi terbatas di usaha kecil mencerminkan
juga banyaknya kesempatan kerja baru yang dapat diciptakannya jika unit usaha tersebut didorong
untuk tumbuh dan berkembang.
Angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia masih sangat besar. Jumlah penduduk
miskin hingga Maret 2012 tercatat sekitar 29,13 juta jiwa (BPS, 2012) sedangkan jumlah
pengangguran mutlak, yaitu mereka yang sama sekali tidak memiliki pekerjaan, tak kurang dari 12
juta orang. Program sinergis dan komprehensif dibutuhkan untuk mengatasi hal tersebut. Dengan
demikian, sektor usaha kecil dan menengah bisa lebih diharapkan untuk mengatasi salah satu
masalah utama negeri ini, yakni masalah kemiskinan dan pengangguran.

UMKM telah mampu membuktikan diri sebagai salah satu solusi pertumbuhan angkatan
kerja baru di Indonesia yang sangat tinggi. Sifat-sifat intrinsik usahanya yang semi atau bahkan
nonformal membuat UMKM mampu memberikan peluang usaha kalangan industri skala rumah
tangga yang banyak ditemui di setiap daerah. Perannya yang signifikan dalam penyerapan tenaga
kerja itu menjadikan UMKM sangat efektif untuk memperkuat stabilitas nasional.

Pada saat krisis ekonomi, usaha mikro dan kecil juga telah mampu berperan sebagai
penyangga (buffer) dan katup pengaman dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan
menyediakan alternatif lapangan pekerjaan bagi para pekerja sektor formal yang terkena dampak
krisis. Dari angka statistik juga diperoleh data bahwa jumlah usaha kecil terus meningkat bahkan
pada tahun 2007, yaitu menjadi berjumlah 42 juta di luar usaha pertanian.

Peranan UMKM terlihat pada aspek-aspek peningkatan penyerapan tenaga kerja,


pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi nasional dengan nilai tambah nasional, dan
peningkatan ekspor nonmigas sebagai salah satu komponen besarnya. Populasi sektor UMKM
yang cukup besar ini pada dasarnya merupakan suatu potensi besar bagi perusahaan skala besar,
baik dalam sektor industri pengolahan maupun jasa.

Di sisi lain, UMKM juga dapat dianggap sebagai penyedia barang dan jasa input bagi
perusahan besar melalui berbagai macam mekanisme di antaranya melalui skema kemitraan atau
subcontacting. Interaksi timbal balik ini diharapkan dapat meningkatkan collective welfare para
pelaku usaha terlepas dari skala usahanya. Dari interaksi ini, UMKM diharapkan meningkatkan
produktivitas karena mekanisme subcontracting yang didapat dari pengusaha besar merupakan
arena latihan bagi UMKM untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas. Sebaliknya, bermitra
dengan UMKM yang berproduktivitas tinggi tentu akan meningkatkan daya saing perusahaan
besar itu sendiri. Dengan peran strategis tersebut, sudah sepantasnyalah sektor ini menjadi prioritas
dalam pembangunan nasional. ESDM dan ketenagakerjaan adalah kelanjutan ekonomi
kependudukan, khususnya terkait ketenagakerjaan (Labor Economics) dan pengembangan-
perencanaan SDM. Labor Economics merupakan cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari
tentang bagaimana bekerjanya pasar tenaga kerja sedangkan perencanaan SDM terfokus pada
penyediaan pengetahuan dan ketrampilan Tenaga kerja, penciptaan kesempatan kerja, dan analisis
permintaan dan penawaran tenaga kerja. Ekonomi SDM dan ketenagakerjaaan ini dipelajari untuk
memperoleh atau mempermudah dalam menggambarkan persoalan-persoalan (ekonomi) dalam
kehidupan sosial (ketenaga kerjaan).

Sumber daya manusia atau Ketenagakerjaan adalah sala satu dari faktor produksi yang
sangat berpengaruh dalam pertumbuhan perekonomian suatu daerah atau negara. Tenaga
kerja (labor) adalah faktor produksi yang melakukan kegiatan produksi, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Di dalam faktor ini terdapat beberapa unsur penting, seperti unsur fisik,
pikiran, serta kemampuan dan keahlian.

2.3 Kondisi UMKM di Kota Palangka Raya

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bertebaran di seluruh Indonesia dengan
perkiraan jumlahnya sekitar 40 juta unit. Keberadaan mereka harus di akui sebagai salah satu
penopang ekonomi Indonesia yang belum beranjak maju, terutama di pedesaan yang jauh dari
sentuhan fasilitas-fasilitas yang layak untuk berkembangnya bisnis, seperti sistem telekomunikasi
dan informasi, sarana pendidikan, listrik, transportasi, pelabuhan, bank, dan lain-lain. Keberadaan
40 juta UMKM di Indonesia merupakan hal yang positif sebagai salah satu penunjang ekonomi
sekaligus untuk membuka lapangan kerja.

Pada tahun 2017 di kota Palangka Raya, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
jumlahnya mencapai 56.430 UMKM. Jumlah tersebut sudah mencakupi 5 kecamatan yang ada di
kota Palangka Raya yaitu Pahandut, Jekan Raya, Sebangau, Rakumpit, dan Bukit Batu. Usaha
yang dimiliki pun beragam diantaranya ialah usaha rumah makan, industri pengolahan, pertanian,
perkebunan, perikanan, pertambangan, angkutan kontruksi, persewaan dan jasa. Sedangkan pada
sektor industri UMKM di kota Palangka Raya terdapat beberapa aneka produk kerajinan yaitu:
produk kerajinan anyaman rotan, purun dan kulit kayu nyamu dan produk permata dan batu
kecubung.

Permasalahan UMKM berimbas pada upaya pendataan dengan kendala tidak menyajikan
data secara tepat dan akurat yang menggambarkan kondisi UMKM secara keseluruhan sebagai
bahan perumusan kebijakan dalam melakukan pembinaan dan pembenahan disektor ekonomis
rakyat ini.
Harus diakui bahwa UMKM sebagai usaha ekonomi produktif yang berbasis ekonomi
kerakyatan mempunyai peran penting dan strategis dalam usaha pembangunan kota Palangka Raya
terutama pada aspek ketersediaan kebutuhan rakyat, peningkatan pendapatan dan penciptaan
lapangan kerja. Ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah agar sektor ini menjadi
sumber potensi yang dapat mendukung dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
daerah dan untuk mewujudkan itu perlu informasi sebagai bahan proses perencanaan berbagai
kegiatan dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan sektor usaha produktif di kota Palangka
Raya.

2.4 UMKM Anyaman Rotan dan purun

Salah satu tanaman alam yang tidak asing lagi di dunia furnitur dan kerajinan tangan, rotan
adalah jenis tanaman yang tumbuh subur di kawasan Asia termasuk Indonesia. Sering ditemukan
sebagai kreasi anyaman , material ini terkenal dengan kesan tradisional yang dibawanya.Dengan
kelenturan dan warna yang indah, rotan menjadi material favorit untuk pembuatan berbagai hasil
karya yang luar biasa indahnya. Sehingga banyak orang hari ini yang mulai merintis beberapa bisnis
UMKM yang berbahan dasar rotan ini selain bahan dasarnya yang sangat mudah didapatkan juga
tidak memerlukan modal yang terlalu besar,hanya membutuhkan keahlian dan kreativitas yang
khusus untuk menarik pasar.

Sala satunya adalah UMKM kerajinan rotan dan purub yang ada dikota palangkaraya,
kelompok usaha kecil anyaman rotan dan purun " Kelompok Pahari" yang beralamat di Jl. RTA.
Milono Km. 10 Surung I Nomor 48 Kereng Bangkirai. Bagaimana mereka membuat berbagai
ekspansi dalam Kerajinan rotan dan purun berupa tas, amak lampit motif batang garing, lawung
(tutup kepala), gelang, anting, dompet, kipas tangan rotan, dan pernak pernik yang terbuat dari
rotan lainnya.

Tentunya dengan dukungan kondisi sumber daya alam yang memadai ada dilingkungan
sekitar seperti rotan yang terkenal dipulau kalimantan membuat para pelaku UMKM ini menjadi
lebih mudah dan lebih gampang dalam mencari bahan materialnya.dengan menggunakan SDA
yang ada dan tentunya dengan keahlian dan kreativitas yang khusus dalam membuat bentuk
bentuk kerajinan yang menarik minat pelanggan.
2.5 Tingkat Permintaan Terhadap produk anyaman rotan dan purun
di Kota Palangka Raya.
Salah satu yang menjadi pemikiran utama dari pada pelaku UMKM dalam menjalankan
bisnisnya adalah pasar atau permintaan pasar.Semakin tinggi tingkat permintaan akan suatu produk
baik itu barang dan jasa maka semakin tinggi pula lah laba/pendapatan yang akan diterima oleh
Pelaku usaha tersebut.Dalam memproduksi produk anyaman rotan dan purun tentu hal yang menjadi
dasarnya dalam produksi adalah permintaan konsumen jika permintaan berkurang tentu produksi
akan menurun tapi jika permintaan meningkat maka produksi akan naik.

Dalam UMKM anayaman rotan dan purun yang ada dikota palangkaraya,permintaan akan
produk yang mereka produksi cukuplah bertahan,dalam artian produksi masih bisa dilakukan karena
permintaan juga lumayan ada.

Kerajinan rotan dan purun berupa tas, amak lampit batang garing, lawung (tutup kepala),
gelang, anting, dompet, kipas tangan rotan, dan pernak pernik yang terbuat dari rotan lainnya. Tidak
disangka, produk yang dihasilkannya diterima masyarakat dan laris manis di pasaran. Produk
handmade dipilih lantaran ada nilai tambah pada kelebihan dan kualitasnya sehingga menjadi usaha
yang unik dibanding produk lain.

Inilah yang menjadi hal yang utama ketika suatu bisnis atau UMKM mau berkembang dengan
baik.dengan tingginya permintaan akan barang dan jasa yang ditawarkan oleh pelaku bisnis tersebut.

2.5 .1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi permintaan.

• Selera

Selera konsumen mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat
untuk membeli barang-barang atau jasa-jasa.Meskipun sebagus apapun produk anayaman
rotan yang dijual oleh UMKM jika itu tidak menjadi selera masyarakat tentu akan
menurunkan tingkat permintaan.

Selera masyarakat yang selalu berubah sangat berpengaruh pada permintaan. Tumbuhnya
selera baru di masyarakat terhadap suatu barang/jasa biasanya akan segera diikuti dengan
peningkatan angka permintaan barang/jasa itu di pasar.
• Harga barang

Apabila harga suatu barang semakin murah, kecenderungan permintaan terhadap barang itu
akan bertambah dan hal ini berlaku juga sebaliknya.Meskipun barang atau produk yang
dibuat sebagus dan semenarik mungkin jika harganya mahal maka permintaan tentu akan
menurun.konsumen akan mencari barang subtitusi yang lebih murah atau barang lain.

• Kualitas

Kualitas adalah hal yang mnejadi faktor yang sangat berpengaruh dalam permintaan akan
produk anyaman ini,karena hal yang diinginkan konsumen dlama produk biasanya adalah
kualitas.semakin tinggi kualitas tentu akan membuat orang akan tertarik untuk membelinya
meskipun harganya mahal.

2.6 Perkembangan UMKM anyaman rotan dan purun masa pandemi


Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Bulan Maret 2020 lalu sampai kini
mempengaruhi dunia usaha dari berbagai sektor. Salah satunya sektor Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM).

Dari berbagai macam UMKM yang ada di Kota Palangka Raya, salah satu yang terdampak
Pandemi Covid-19 adalah pengrajin anyaman rotan “Jawet Niang” yang berada di Kelurahan Sabaru
Kecamatan Sabangau Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.Menurut penuturan pemilik usaha
“Jawet Niang” Niang, S.Pd, selama pandemic Covid-19 sangat terasa bagi usaha anyaman rotan
miliknya tersebut.

“Saat dilakukan PSBB pada awal-awal penyebaran Covid-19, sangat terasa dampaknya.
Pembeli berkurang, keadaan ini terjadi selama kurang lebih empat bulan sejak Maret sampai Bulan
Juni 2020,” kata Niang yang ditemui di tempat usahanya, Sabtu (31/10/2020).

Dikatakanya, saat dilakukan pembatasan oleh pemerintah kota, warga yang membeli ke galeri
usahanya di Jl RTA Milono Km.8 Komplek Kereng Indah Permai 2 Palangka Raya berkurang
drastis. “Mungkin saat itu warga mengutamakan kebutuhan pokoknya dulu, sehingga menunda
membeli kebutuhan lain,” kata Niang.

Dijelaskan, saat pembeli anyaman rotan berkurang seperti tas, dompet, sepatu, sumping, tikar
dll, dia harus memutar otak, bagaimana caranya supaya usahanya tetap berjalan dan
bertahan.“Karena saat itu masyarakat membutuhkan masker, maka saya juga ikut membuat masker
dengan motif anyaman rotan,” katanya.

Rupanya strategi ini berhasil, dan masker yang dibuatnya tersebut cukup laku terjual kepada
masyarakat. Karena motifnya ada nuansa keadaerahan.Ditambahkannya, mulai bulan Juli saat
dilakukan pelonggaran, pembeli mulai ada meski dengan jumlah masih belum normal seperti semula.

“Hal ini patur disyukuri, kita harus kreatif saat situasi sulit untuk tetap bertahan dalam situasi
pandemik ini. Beruntung saat ini kami selaku pelaku UMKM mendapat perhatian dari pemerintah
dan perbankan, mulai keringanan pembayaran cicilan kredit usaha di bank maupun bantuan stimulant
lainnya,” kata guru TK di Palangka Raya ini.
BAB lll
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bertebaran di seluruh Indonesia dengan
perkiraan jumlahnya sekitar 40 juta unit. Keberadaan mereka harus di akui sebagai salah satu
penopang ekonomi Indonesia yang belum beranjak maju, terutama di pedesaan yang jauh dari
sentuhan fasilitas-fasilitas yang layak untuk berkembangnya bisnis, seperti sistem telekomunikasi
dan informasi, sarana pendidikan, listrik, transportasi, pelabuhan, bank, dan lain-lain. Keberadaan 40
juta UMKM di Indonesia merupakan hal yang positif sebagai salah satu penunjang ekonomi
sekaligus untuk membuka lapangan kerja.
Pada tahun 2017 di kota Palangka Raya, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
jumlahnya mencapai 56.430 UMKM. Jumlah tersebut sudah mencakupi 5 kecamatan yang ada di
kota Palangka Raya yaitu Pahandut, Jekan Raya, Sebangau,rakumbit dan bukit batu.
Harus diakui bahwa UMKM sebagai usaha ekonomi produktif yang berbasis ekonomi
kerakyatan mempunyai peran penting dan strategis dalam usaha pembangunan kota Palangka Raya
terutama pada aspek ketersediaan kebutuhan rakyat, peningkatan pendapatan dan penciptaan
lapangan kerja. Ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah agar sektor ini menjadi sumber
potensi yang dapat mendukung dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah dan
untuk mewujudkan itu perlu informasi sebagai bahan proses perencanaan berbagai kegiatan dalam
rangka pemberdayaan dan pengembangan sektor usaha produktif di kota Palangka Raya.

inilah yang menjadi hal yang utama ketika suatu bisnis atau UMKM mau berkembang dengan
baik dengan tingginya permintaan akan barang dan jasa yang ditawarkan oleh pelaku bisnis tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan sebagai berikut :
• Selera
• Harga barang dan
• Kualitas

3.2 Saran

Teliti dan peka dalam memberikan bantuan apapun terutama dalam hal ini ialah modal atau
dana.Tidak semua UMKM berani mengaspirasikan pendapatnya atau mengajukan permohonan
bantuan walaupun merek sedang membutuhkan

Pembinaan yang baik sudah sangat membantu dan mencerahkan pandangan para usahawan
UKM untuk mampu bersaing namun untuk mengkonsinasikan pihak UKM dengan UB(Usaha
Besar) lebih dapat diawasi dan ditindak lanjuti agar UKM tidak mengalami kerugian.

Usaha yang dijalankan berbekal dengan modal sendiri atau asupan dari pihak luar sekiranya
dapat difokuskan untuk pengembangan usaha terutama produk dan perspektif lain seperti
pembiayaan,pemasaran,kemitraan dan wawasan akan perkembangan pasar sehingga dapat
berkembang dari hari ke hari dan tetap menjadi penyangga perekonomian negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://m.kaskus.co.id/thread/609364143a041e1aae6fae95/umkm-anyaman-rotan-dan-purun-
kelompok-pahari-palangkaraya/

http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/1295/1/Skripsi%20Aliya%20Khairunnisa%20-
%201402120293.pdf

https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2018/09/22/umkm-rotan-di-kalteng-berkembang

https://mediacenter.palangkaraya.go.id/pelatihan-vokasional-anyaman-rotan-bagi-pelaku-umkm-
palangka-raya/

Anda mungkin juga menyukai