Anda di halaman 1dari 32

PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE

DEMONSTRASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH


(CUCI TANGAN DENGAN SABUN DAN AIR MENGALIR)

Oleh :

1. Ni Kadek Apriani (130915094)


2. Putu Ayu Winda Astarini (130915095)
3. Yeni Ika Rahmawati (130915096)
4. Cinthya Surya Nevada (130915097)
5. RA. Gabby Novikadarti Rahmah (130915099)
6. Kartika Utami Putri (130915101)
7. Triadi Rekso Pambudi (130915102)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah
serta inayah-Nya kepada penulis sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Promosi Kesehatan Dengan Metode Demonstrasi Pada Anak Usia
Prasekolah (Cuci Tangan Dengan Sabun dan Air Mengalir)” dengan tepat waktu
demi memenuhi tugas Keperawatan Komunitas IV.
Dalam penyusunan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan dari Allah
SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan
ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat jauh
dari sempurna baik dari segi materi maupun penulisannya. Namun demikian, kami
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati dan tangan terbuka penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi


seluruh masyarakat khususnya bagi dunia keperawatan.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN....................................................................................................1

1.1Latar Belakang....................................................................................................1

1.2Rumusan Masalah...............................................................................................3

1.3Tujuan ................................................................................................................3

1.4Manfaat...............................................................................................................4

BAB 2.......................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................5

2.1Promosi Kesehatan..............................................................................................5

2.2Metode Promosi Kesehatan : Demonstrasi.........................................................9

2.3Anak Usia Prasekolah.......................................................................................13

BAB 3.....................................................................................................................17

PROMOSI KESEHATAN.....................................................................................17

3.1Kasus.................................................................................................................17

3.2Analisa Kasus....................................................................................................20

3.3Identifikasi Masalah..........................................................................................21

3.4Perencanaan.......................................................................................................21

3.5Pelaksanaan.......................................................................................................23

3.6Evaluasi.............................................................................................................24

BAB 4.....................................................................................................................27

PENUTUP..............................................................................................................27

4.1Kesimpulan.......................................................................................................27

4.2Saran..................................................................................................................27

ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mendengar kebiasaan mencuci tangan dengan sabun merupakan hal
yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam kenyataan, kebiasaan
mencuci tangan masih jarang diterapkan oleh masyarakat Indonesia
(Suryana, 2012). Hal ini dapat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran kesehatan
masyarakat masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku masyarakat
yang jauh dari pola hidup sehat dan bersih. Kesadaran masyarakat Indonesia
untuk hidup sehat dengan kebiasaan cuci tangan masih kurang (Ayu, 2011).
Padahal kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun merupakan tindakan
sederhana, namun efektif mencegah pertumbuhan penyakit (Marselina,
2011). Masyarakat menganggap cuci tangan itu tidak penting. Banyak orang
yang mencuci tangan dengan sabun jika tangan kotor, berminyak, dan bau.
Sedangkan jika tidak kotor atau bau tangan dianggap bersih, padahal
sebenarnya kuman menempel dimanapun (Mikail, 2011). Mencuci tangan
merupakan suatu kegiatan yang sangat mudah dilakukan oleh siapapun
namun ironisnya aktivitas ini sering diabaikan banyak orang. Banyak alasan
yang diungkapkan, antara lain, malas, lupa, ketidaktersedian air bersih,
tergesa-gesa, atau tidak punya waktu untuk aktivitas sekecil itu sehingga
resiko penyebaran kuman melalui tangan semakin besar. Penyakit yang sering
terjadi antara lain, diare, kecacingan, Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA), TBC bahkan penyakit yang mematikan seperti SARS, flu burung
(H5N1) dan flu babi (H1N1) (Mondo, 2011). Faktor yang mempengaruhi
perilaku cuci tangan salah satunya adalah pola asuh orang tua. Pengajaran
orang tua terkait cuci tangan yang masih kurang menyebabkan anak tidak
terbiasa mencuci tangan dan perilaku tersebut akan mengakar hingga dewasa
Data dari Taman Kanak-kanak (TK) Siwi Peni untuk mengetahui
kebiasaan anak yang berjumlah 64 diperoleh data bahwa anak yang jarang
mencuci tangan 18,75%, mencuci tangan 28,12% yang tidak sama sekali
31,25%, dan disaat ada pemeriksaan anak didik yang tidak mau ataupun tidak

1
hadir berjumlah 21,88%. Kebiasaan buruk dengan tidak mencuci tangan atau
jarang mencuci tangan ini menyebabkan gangguan pada pencernaan anak.
Salah satu studi tentang pengetahuan perilaku dan kebiasaan yang
dilaksanakan International Relief and Development (IRD) awal tahun 2007
dalam, studi ini menunjukan hanya 27% siswa yang mencuci tangan pada jam
istirahat. Di Yogyakarta sendiri baru 55% yang memiliki fasilitas cuci tangan.
Dari jumlah ini, baru 9% sekolah yang sudah menyediakan sabun untuk
mencuci tangan (Anggrainy, 2009).
Cuci tangan masih kurang dipraktikkan secara universal. Penelitian
global dan di Indonesia menyebutkan bahwa publik sadar banyak kuman di
tangan, namun masih enggan cuci tangan. Menurut penelitian oleh Katie di
11 negara yaitu Ghana, India, Madagaskar, Kyrgistan, Senegal, Peru, China,
Tanzania, Uganda, Vietnam, dan Kenya menunjukkan bahwa kebiasaan
masyarakat untuk melakukan cuci tangan di saat-saat penting masih
rendah. Kebiasaan cuci tangan sebelum menyiapkan makanan rata-rata hanya
13%, setelah dari toilet rata-rata hanya 17%, dan sebelum memberikan
makanan kepada anak hanya 5%. Hal ini terjadi karena sikap masyarakat
yang masih menganggap sepele cuci tangan. Kesadaran yang rendah dapat
disebabkan oleh kebiasaan yang kurang serta penanaman cuci tangan sejak
dini masih sangat kurang (Hanggara, 2011).
Mencuci tangan minimal dapat mencegah 10 jenis penyakit fekal
oral (lewat tangan ke mulut). Penyakit itu antara lain cacingan, disentri, diare,
flu burung, flu babi, dan hepatitis B. Berdasarkan hasil studi dari Curtis V.
Cairncross, cuci tangan memakai sabun bisa menurunkan resiko diare hingga
47%. Cuci tangan pakai sabun merupakan cara mudah dan murah untuk
membersihkan anggota tubuh dari kuman infeksi. Hasil yang diharapkan
adalah peningkatan pengetahuan anak prasekolah tentang pentingnya cuci
tangan pakai sabun untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit serta
meningkatkan kemampuan anak untuk mencuci tangan secara baik dan benar
(Anggrainy, 2009). Untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan anak
dalam melakukan cuci tangan dengan sabun, diperlukan suatu promosi
kesehatan oleh petugas kesehatan. Dengan demikian, cara yang benar

2
mencuci tangan dengan sabun dapat dipahami dan diterapkan oleh anak
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, perlu diperhatikan pula metode yang
digunakan dalam promosi kesehatan, sehingga pesan yang disampaikan dapat
diterima oleh anak prasekolah. Metode untuk mengajarkan keterampilan yang
efektif adalah demonstrasi. Melalui demonstrasi, dapat menumbuhkan
kepercayaan pada diri sendiri, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
lebih konkret, lebih mudah memahami sesuatu, lebih menarik, dan peserta
didik dirangsang untuk mengamati. Dengan demikian, anak akan lebih mudah
memahami cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara tepat
karena melalui pencontohan secara langsung.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep promosi kesehatan?
2. Bagaimana konsep cuci tangan?
3. Bagaimana konsep anak usia prasekolah?
4. Bagaimana konsep metode demonstrasi?
5. Bagaimana cara memberikan promosi kesehatan menggunakan metode
demonstrasi tentang cuci tangan dengan sabun dan air mengalir pada anak
usia prasekolah?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Menjelaskan konsep promosi kesehatan cuci tangan pada anak usia pra
sekolah
Tujuan Khusus
1. Memahami konsep promosi kesehatan
2. Memahami konsep cuci tangan
3. Memahami konsep anak usia prasekolah
4. Memahami konsep metode demonstrasi
5. Memahami cara memberikan promosi kesehatan menggunakan metode
demonstrasi tentang cuci tangan dengan sabun dan air mengalir pada anak
usia prasekolah.

3
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep promosi kesehatan
untuk anak usia pra sekolah serta mampu mengajarkan cara mencuci tangan
dengan baik dan benar dengan metode demonstrasi.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Promosi Kesehatan


1. Pengertian
WHO (2009) mendefinisikan promosi kesehatan sebagai suatu proses
untuk mencapai keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial. Individu atau
kelompok harus mampu mengetahui dan mewujudkan keinginan, memenuhi
kebutuhan, dan mengubah atau mengatasi lingkungan.Kesehatan, karena itu,
dipandang sebagai sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan
hidup.
Promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk
dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya. Dengan
promosi kesehatan diharapkan masyarakat mampu mengendalikan
determinan kesehatan. Partisipasi merupakan sesuatu yang penting dalam
upaya promosi kesehatan (Lutfi, 2011).
Promosi kesehatan merupakan proses komprehensif sosial dan
politik, bukan hanya mencakup upaya peningkatan kemampuan dan
ketrampilan individual, tetapi juga upaya yang bertujuan mengubah
masyarakat, lingkungan, dan kondisi ekonomi, agar dampak negatif
terhadap kesehatan individu dan masyarakat dapat dikurangi (Lutfi, 2011).
Menurut Green perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama :
1) Faktor predisposisi (predisposising factors) : pengetahuan dan sikap
seseorang
2) Faktor pemungkin (enabling factors) : sarana, psarana dan fasilitas
yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.
3) Faktor penguat (reinforcing factors) : faktor penguat bagi seseorang
untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang,
peraturan-peraturan, surat keputusan.

3. Sasaran promosi kesehatan


5
Sasaran promosi kesehatan diarahkan pada individu/keluarga,
masyarakat, pemerintah/lintas sektor/politisi/swasta, dan petugas atau
pelaksana program.
1) Individu / keluarga diharapkan
(1) Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik
langsung maupun media massa)
(2) Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatannya
(3) Mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
(4) Berperan serta dalam kegiatan sosial, khususnya yang berkaitan
dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) kesehatan
2) Masyarakat
(1) Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan atau upaya
kesehatan
(2) Bergotong royong mewujudkan lingkungan sehat
3) Pemerintah/Lintas Sektor/Politisi/Swasta
(1) Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam
mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat
(2) Membuat kebijakan sosial yang memerhatikan dampak di bidang
kesehatan
4) Petugas atau pelaksana program
(1) Memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiap program
kesehatan
(2) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang member kepuasan
kepada masyarakat
Sasaran promosi kesehatan perlu dikenali secara khusus, rinci, dan
jelas agar promosi kesehatan lebih efektif. Oleh karena itu, sasaran
promosi kesehatan tersebut dihubungkan dengan tatanan rumah
tangga,tatanan tempat kerja, tatanan institusi kesehatan, tatanan institusi
pendidikan, tatanan tempat-tempat umum (Maulana, 2009).
Menurut Maulana (2009), agar lebih spesifik, sasaran dibagi lagi
menjadi sasaran primer, sekunder, dan tersier.

6
1) Sasaran primer adalah sasaran yang mempunyai masalah, yang
diharapkan mau berperilaku sesuai harapan dan memperoleh manfaat
paling besar dari perubahan perilaku tersebut.
2) Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok yang memilki
pengaruh atau disegani oleh sasaran primer. Sasaran sekunder
diharapkan mampu mendukung pesan-pesan yang disampaikan kepada
sasaran primer.
3) Sasaran tersier adalah para pengambil kebijakan, penyandang dana,
pihak-pihak yang berpengaruh di berbagai tingkatan (pusat, propinsi,
kabupaten, kecamatan, dan desa / kelurahan).
4. Strategi Promosi Kesehatan
Menurut Lutfi (2011), promosi kesehatan mempunyai tiga strategi dasar :
1. Advokasi kesehatan digunakan untuk menciptakan kondisi ideal untuk
sehat. Merupakan perpaduan antara aksi individu dan sosial yang
dirancang untuk mendapatkan komitmen politik, dukungan kebijakan,
penerimaan sosial, dan dukungan system untuk tujuan kesehatan atau
program kesehatan.
2. Pemberdayaan masyarakat digunakan untuk mencapai derajat
kesehatan optimal. Merupakan proses yang mengantarkan masyarakat
untuk mendapatkan kemampuan mengendalikan keputusan dan
tindakannya dalam kesehatan.
3. Mediator untuk berbagai kepentingan dalam masyarakat di bidang
kesehatan. Merupakan proses rekonsiliasi berbagai kepentingan
(personal, sosial, ekonomi) dari individu dan komunitas, dan berbagai
sektor (publik dan pribadi) dalam peningkatan dan perlindungan
kesehatan.
Strategi dasar ini di dukung oleh lima kegiatan (Lutfi, 2011) :
1. Membangun kebijakan publik yang berwawasan yang sehat
Strategi ini mempunyai karakteristik berupa kebijakan yang
berpihak terhadap kesehatan dan kesetaraan dalam semua area
kebijakan, dan terukur dampak terhadap kesehatan. Stategi ini

7
mempunyai tujuan membuat lingkungan yang mendukung setiap
manusia untuk hidup sehat.
2. Membuat lingkungan yang mendukung untuk sehat.
Lingkungan harus melindungi manusia dari ancaman bagi
kesehatannya. Lingkungan juga harus mendukung manusia untuk
meningkatkan kemampuan dan mengembangkan kepercayaan diri
dalam kesehatan. Hal ini meliputi tempat tinggal, komunitas lokal,
rumah, tempat bekerja, fasilitas umum, termasuk akses pada sumber
daya kesehatan, dan peluang untuk pemberdayaan.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kesehatan
Partisipasi dapat dilakukan dengan menghimpun sumber daya yang ada
dalam masyarakat yang dapat dijadikan modal untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengendalikan determinan kesehatan.
Sehingga masyarakat dapat membuat langkah-langkah dalam
meningkatkan derajat kesehatan, yang didasarkan pada penentuan
prioritas masalah, pembuat keputusan, perencanaan, dan penerapan.
4. Mengembangkan keterampilan anggota masyarakat
Setiap anggota masyarakat harus dapat mengendalikan dan mengatur
hidupnya, dan mengembangkan kemampuan dalam mengubah perilaku.
Hal-hal yang dapat dikembangkan adalah kemampuan untuk membuat
keputusan dan memecahkan masalah kesehatan, berpikir kreatif dan
kritis, kepercayaan diri, empati, kemampuan komunikasi,
mengendalikan emosi, dan mengatasi tekanan.
5. Reorientasi pelayanan kesehatan
Reorientasi dilakukan pada organisasi pelayanan kesehatan dan
pembiayaan kesehatan. Sistem pelayanan kesehatan yang memfokuskan
pada kebutuhan individu, harus diseimbangkan dengan kebutuhan
populasi. Strategi ini melibatkan profesi kesehatan, institusi pelayanan
kesehatan, dan pemerintah. Hal ini berarti harus ada keseimbangan
antara upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosis,
pengobatan, perawatan, dan pelayanan rehabilitasi.

8
Pendekatan komprehensif dalam pembangunan kesehatan adalah
langkah yang paling efektif, dengan mengombinasikan 3 strategi dasar
dan 5 program prioritas. Partisipasi masyarakat berarti masyarakat
menjadi pusat kegiatan promosi kesehatan dan proses pengambilan
keputusan. Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dapat dicapai
dengan kemudahan mengakses pendidikan dan informasi (Lutfi,2011).
Program promosi kesehatan yang menjadi prioritas di abad ke-21 adalah :
1) Mendorong kepedulian masyarakat pada kesehatan
2) Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan
3) Memperluas kemitraan dalam promosi kesehatan
4) Meningkatkan kemampuan komunitas dan kekuatan individu
5) Memelihara infrastruktur dalam promosi kesehatan
2.2 Metode Promosi Kesehatan : Demonstrasi
Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), demonstrasi merupakan cara
untuk menyajikan ide yang disiapkan untuk diperlihatkan cara melakukan
suatu tindakan, adegan, atau menggunakan prosedur. Sasaran pendidikan
kesehatan dapat mencoba sendiri prosedur yang telah diperlihatkan
komunikator.
Menurut Mesrani (2012), demonstrasi bukan suatu percobaan atau
pengujian, tetapi sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah untuk
meyakinkan orang-orang bahwa sesuatu perilaku kesehatan tertentu yang
dianjurkan itu adalah berguna dan praktis sekali bagi masyarakat.
Demonstrasi ini mengajarkan suatu ketrampilan yang baru. Cara melakukan
demonstrasi dengan segala perencanaan dan persiapan yang diperlukan,
antara lain :
1. Periksa peralatan dan bahan yang diperlukan jauh hari sebelum
pelaksanaan
2. Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat
melihatnya dan ikut dalam diskusi
3. Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan
keinginan peserta untuk bertanya

9
4. Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba ketrampilan
perilaku yang baru
5. Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan dengan
demonstrasi itu
Berikut ini adalah anjuran, kelebihan, dan kekurangan metode demonstrasi
(Mesrani, 2012) :
Anjuran :
1. Pilih topik berdasarkan keperluan masyarakat
2. Demonstrasi dilakukan tepat masanya
3. Pengumuman yang luas sebelum pelaksanaan untuk menarik banyak
perhatian dan peserta
4. Pergunakan alat-alat yang mudah di dapatkan
5. Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindari pertengkaran mulut
6. Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat
Kelebihan/keuntungan metode ini :
1. Cara mengajar ketrampilan yang efekif
2. Merangsang kegiatan
3. Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri
4. Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret
5. Dapat menghindari verbalisme
6. Lebih mudah memahami sesuatu
7. Lebih menarik
8. Peserta didik dirangsang untuk mengamati
9. Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan sendiri
(redemonstrasi)
Kekurangan / keterbatasannya :
1. Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan
2. Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk
4. Memerlukan keterampilan khusus dari pengajar
5. Alat-alat/biaya, dan tempat yang memadai belum tentu tersedia
6. Memerlukan dan perencanaan yang matang

10
2.1 Cuci Tangan
1. Pengertian
Mencuci tangan diartikan menggosok dengan sabun secara
bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang
kemudian dibilas di bawah air yang mengalir (Potter, 2005). Menurut
Fewtrell (2005), perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan intervensi
kesehatan yang paling murah dan efektif dibandingkan dengan intervensi
kesehatan dengan cara lain.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2004) perilaku cuci tangan dipengaruhi
oleh :
1) Citra diri : gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan dirinya. Misalnya karena ada perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli terhadap kesehatan.
2) Praktik sosial : pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka akan terjadi perubahan pola cuci tangan.
3) Status sosial ekonomi : mencuci tangan memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, lap tangan atau tisu kering dan semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan: pengetahuan cuci tangan sangat penting. Karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
5) Kebiasaan seseorang : adanya kebiasaan untuk tidak cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan aktifitas sedari kecil akan terbawa
sampai dewasa.
3. Manfaat
Mencuci tangan adalah salah satu upaya untuk membasmi kuman
penyebab penyakit. Mencuci tangan dengan air dan sabun dapat
mengurangi jumlah mikroorganise dari kulit dan tangan, menghilangkan
kotoran dari kulit, dan memutus mata rantai penularan infeksi. Kuman
pada tangan memang tidak terlihat secara kasat mata. Tanpa kita sadari,
benda-benda yang kita sentuh setiap hari bisa menjadi tempat sarang
kuman. Misalnya pegangan pintu, remote control, keyboard, dan lainnya

11
(Melinda Hospital, 2012). Menurut Rachmat dalam Berita Sehat Lifebuoy,
berikut adalah 5 fakta pentingnya melakukan cuci tangan dengan memakai
sabun :
1. Mencuci tangan dengan menggunakan air saja tidak cukup karena
lemak dan kotoran masih menempel di tangan.
2. Mencuci tangan dengan memakai sabun selain menghilangkan lemak
dan kotoran yang menempel ditangan juga akan mencegah timbulnya
berbagai penyakit yang disebabkan oleh kuman, seperti radang
tenggorokan, masalah saluran pernafasan, disentri, diare, iritasi kulit,
biang keringat, mata merah, jerawat, bau badan, dan tipus.
3. Setelah ke jamban dan sebelum menyentuh makanan (sebelum
mengolah atau memakan makanan) adalah saat-saat yang sangat
penting untuk mencuci tangan dengan memakai sabun karena dapat
menghilangkan kuman yang menempel ditangan.
4. Membiasakan diri mencuci tangan dengan memakai sabun adalah
kegiatan preventif yang paling murah dan efektif dan dapat
mengurangi biaya pengobatan kesehatan kita.
5. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun sangat berpengaruh dalam dunia
pendidikan karena penyakit yang disebabkan oleh kuman seperti diare
seringkali membuat para siswa tidak masuk sekolah. Salah satu
penelitian yang dilakukan diluar negeri menunjukkan membiasakan
cuci tangan pakai sabun bisa mengurangi absesi sekolah sekitar 42
persen.
Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO
(2005) yakni 7 langkah yang di kembangkan menjadi 10 langkah.
1. Basuh tangan dengan air mengalir
2. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
3. Gosok punggung tangan dan sela – sela jari tangan kiri dan tangan
kanan, begitu pula sebaliknya.
4. Gosok kedua telapak dan sela – sela jari tangan
5. Jari – jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.

12
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
7. Gosokkan dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
8. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan
dan lakukan sebaliknya.
9. Bilas kedua tangan dengan air.
10. Keringkan dengan lap tangan atau tisue
2.3 Anak Usia Prasekolah
1. Pengertian
Menurut Biechler dan Snowman dikutip dari Pantmonodewo
(2003), anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun.
Mereka biasanya mengikuti program prasekolah dan kindergarten.
Sedangkan di Indonesia umumnya mengikuti program Kelompok Bermain
atau Play Group (usia 3 tahun), sedangkan anak usia 4-6 tahun biasanya
mengikuti Program Taman Kanak-kanak.
Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam
potensi. Potensi- potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi
anak tersebut berkembang secara optimal. Tertunda atau terhambatnya
pengembangan potensi-potensi itu akan mengakibatkan timbulnya masalah.
Taman kanak- kanan adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang
menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai
memasuki pendidikan dasar (Supartini, 2004).
2. Fase Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Pada masa usia prasekolah ini dapat diperinci lagi menjadi 2 masa, yaitu
masa vital dan masa estetik.
1) Masa Vital
Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk
menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud
menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu ini sebagai masa
oral, karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan. Anak
memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya, tidaklah

13
karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama tetapi karena waktu
itu mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar
(Elizabeth B. Hurlock, 1999). Pada tahun kedua telah belajar berjalan,
dengan mulai berjalan anak akan mulai belajar menguasai ruang. Mula-
mula ruang tempatnya saja, kemudian ruang dekat dan selanjutnya
ruang yang jauh. Pada tahun kedua ini umumnya terjadi pembiasaan
terhadap kebersihan (kesehatan). Melalui latihan kebersihan ini, anak
belajar mengendalikan impuls-impuls atau dorongan-dorongn yang
datang dari dalam dirinya (misal buang air kecil dan air besar)
(Elizabeth B.Hurlock, 1999).
2) Masa Estetik
Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan.
Kata estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini perkembangan anak
yang terutama adalah fungsi panca indera. Pada masa ini, panca indera
masih peka karena itu Montessori menciptakan bermacam macam alat
permainan untuk melatih panca inderanya (Yusuf, 2001).
3. Tugas Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah
Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan adalah
merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang
kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan
membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas
berikutnya, sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidak
bahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan
masyarakat dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas
berikutnya.
Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau
keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia
atau fase perkembangannya, seperti tugas yang berkaitan dengan
perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama
dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan
hidupnya.

14
Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak
usia 4 - 5 tahun adalah sebagai berikut:
1) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang
umum
2) Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai mahluk
yang sedang tumbuh
3) Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
5) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung
6) Mengembangkan pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-
hari
7) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai
8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan
lembaga-lembaga
9) Mencapai kebebasan pribadi
Suherman (2000), menjelaskan secara ringkas tugas-tugas
perkembangan anak usia 4 – 5 tahun sebagai berikut:
1) Berdiri dengan satu kaki (gerakan kasar)
2) Dapat mengancingkan baju (gerakan halus)
3) Dapat bercerita sederhana (bahasa bicara dan kecerdasan)
4) Dapat mencuci tangan sendiri (bergaul dan mandiri)
4. Kemandirian Anak Usia Prasekolah
Subrata (1997), berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
kemandirian yaitu kemampuan anak untuk melakukan aktivitas sendiri atau
mampu berdiri sendiri dalam segala hal. Pada anak usia prasekolah menurut
Hartono (1997), potensi yang harus dikembangkan adalah kemandirian,
karena pada usia prasekolah ini anak sudah mulai belajar memisahkan diri
dari keluarga dan orang tuanya untuk memasuki suatu lingkungan yang
lebih luas yaitu lingkungan taman kanak-kanak.
Ciri- ciri kemandirian pada anak usia prasekolah menurut Rumini
dan Sundari (2004) yaitu anak dapat makan dan minum sendiri, anak

15
mampu memakai pakaian dan sepatu sendiri, anak mampu marawat diri
sendiri dalam hal mencuci muka, menyisir rambut, sikat gigi, anak mampu
menggunakan toilet, dan anak dapat memilih kegiatan yang disukai seperti
menari, melukis, mewarnai, dan di sekolah TK tidak mau ditunggui oleh
ibu atau pengasuhnya.
Anak usia prasekolah membutuhkan kebebasan untuk bergerak
kesana kemari dan mempelajari lingkungan, dengan diberi kesempatan dan
didorong untuk melakukan semuanya dengan bebas maka lingkungan yang
penuh rangsangan ini akan membantu anak untuk mengembangkan rasa
percaya diri.
Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemandirian anak
usia prasekolah terbagi menjadi 2 meliputi faktor internal dan faktor
eksternal (Soetjiningsih, 1995).
1) Faktor internal merupakan faktor yang ada dari diri anak itu sendiri yang
meliputi emosi dan intelektual. Faktor emosi ini ditunjukkan dengan
kemampuan mengontrol emosi dan tidak terganggunya kebutuhan emosi
orang tua. Sedangkan faktor intelektual diperlihatkan dengan
kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak itu
sendiri. Faktor ini meliputi lingkungan, karakteristik sosial, stimulasi,
pola asuh, cinta dan kasih sayang, kualitas informasi anak dan orang tua,
dan pendidikan orang tua dan status pekerjaan ibu (Soetjiningsih, 1995).
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai
atau tidaknya tingkat kemandirian anak usia prasekolah, sehingga
lingkungan yang baik akan meningkatkan cepat tercapainya kemandirian
anak.

16
BAB 3
PROMOSI KESEHATAN

3.1 Kasus
Pengkajian berikut dilakukan menurut teori Winshield Survey pada kelompok
usia prasekolah di TK Siwi Peni :
1. Data inti, terdiri dari :
a. Sejarah : TK Siwi Peni didirikan di pada tahun 2000 di kecamatan
Guntur kabupaten Demak.
b. Demografi :
Karakteristik umur dan jenis kelamin : rata-rata umur siswa di TK
Siwi Peni 5-6 tahun.
Distribusi etnik : 100 % siswa TK Siwi Peni adalah etnik jawa
Distribusi ras : 100 % siswa Tk Siwi Peni ras Mongoloid
c. Vital statistik
- Kelahiran :
- Mortalitas :
Menurut WHO menunjukan setiap tahun rata-rata 100 ribu anak di
Indonesia meninggal dunia karena diare.
- Morbiditas : penyakit yang sering terjadi pada anak prasekolah
antara lain : diare, kecacingan, karies gigi, penyakit mata dan
telinga. Pada tahun 2010 jumlah penderita diare di Jawa Timur
mencapai 1.063.949 kasus dengan 37,94% (403.611 kasus)
diantaranya balita.
d. Tipe Keluarga : tipe keluarga anak prasekolah antara lain : orang tua
yang perhatian, orang tua yang bekerja satu hari penuh dan tidak
punya waktu untuk keluarga, orang tua dengan kemampuan ekonomi
yang kurang, orang tua dengan kemampuan ekonomi di atas rata-rata.
Perbedaan tipe keluarga dapat mempengaruhi PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat) pada anak prasekolah.
e. Status perkawinan : belum kawin
f. Kelompok etnis :

17
Beberapa budaya menyatakan bahwa anak prasekolah :
- dilarang bermain pada malam hari karena takut dibawa setan.
- tidak boleh makan telur ikan terlalu banyak karena kelak akan
berakibat terjangkit penyakit cacar yang membuat muka bopeng
- tidak boleh makan buah pisang (jantungnya) karena kelak akan
mengakibatkan anak bodoh
g. Nilai dan keyakinan :
- Banyak orang tua yang tidak mengajarkan PHBS pada anaknya
- Anak prasekolah jarang mencuci tangan setelah bermain dan
sebelum makan
- Banyak anak prasekolah suka jajan dipinggir jalan yang
makanannya kurang bersih
2. Komponen sub sistem, terdiri dari :
a. Lingkungan fisik
Pengkajian lingkungan fisik
1) Perumahan dan Lingkungan : TK Siwi Peni berada di daerah
pinggiran sungai, perumahan berupa perkampungan yang padat dan
rumah berdempetan dengan lingkungan yang agak kotor
2) Lingkungan terbuka : persawahan, sungai, lapangan
3) Batas :
Utara : Bakalrejo
Barat : Temuroso, Gaji, Karangsono
Selatan : Karangawen, Tegowanu
Timur : Cangkring
4) Kebiasaan :
- Siswa TK Siwi Peni sering membeli jajan di depan sekolah
(pedagang kaki lima)
- Sebagian besar siswa tidak terbiasa mencuci tangan setelah
bermain ataupun sebelum makan jajan
- Hanya sedikit yang mencuci tangan dan tidak memakai sabun
5) Transportasi : 85% siswa TK Siwi Peni jalan kaki saat ke sekolah
dan diantar ibu

18
6) Pusat pelayanan : puskesmas
7) Tempat belanja : pasar kecamatan Guntur
8) Tempat ibadah : masjid, gereja
9) Politik : poster tentang cuci tangan, gizi, sikat gigi
10) Media : majalah, papan pengumuman
b. Pelayanan kesehatan dan sosial :
- Fasilitas dalam komunitas, misalnya puskesmas
- Fasilitas di luar komunitas, misalnya promosi kesehatan tentang
cuci tangan, gizi, sikat gigi
- Sarana dan prasarana : air kran, sabun, handuk
c. Ekonomi
- Karakteristik finansial : sebagian besar siswa TK Siwi Peni diberikan
uang saku oleh orang tua, rata-rata sebesar Rp 2.000,-
- Karakteristik pekerjaan : siswa TK Siwi Peni selain sekolah mereka
sering bermain setelah pulang sekolah dan mengaji di TPA (Taman
Pendidikan Al Qur’an)
d. Keamanan dan transportasi : sebagian besar siswa TK Siwi Peni jalan
kaki dengan diantar ibu, sehingga tidak menggunakan transportasi lain
e. Politik dan pemerintahan
Kelompok pelayanan masyarakat yang sering diikuti oleh siswa TK
Siwi Peni adalah TPA
f. Komunikasi
- Komunikasi formal : majalah, radio, TV
- Komunikasi informal : Papan pengumuman, poster (tentang sikat
gigi, gizi, cuci tangan)
g. Pendidikan : institusi pendidikan pada usia prasekolah antara lain :
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK (Taman Kanak-kanak), TPA,
h. Rekreasi :
- Waktu luang siswa TK Siwi Peni biasanya diisi dengan bermain
bersama teman, antara lain bermain kelereng, layangan, lompat tali,
dan lain-lain.

19
- Media hiburan yang digunakan anak prasekolah, misalnya TV,
radio, HP, PS (Play Station) dan lain-lain.
Data dari Taman Kanak-kanak (TK) Siwi Peni yang berjumlah 64
siswa diperoleh data bahwa anak yang jarang mencuci tangan 18,75%,
mencuci tangan 28,12% yang tidak sama sekali 31,25%, dan disaat ada
pemeriksaan anak didik yang tidak mau ataupun tidak hadir berjumlah
21,88%.. Salah satu studi tentang pengetahuan perilaku dan kebiasaan yang
dilaksanakan International Relief and Development (IRD) awal tahun 2007,
dalam studi ini menunjukan hanya 27% siswa yang mencuci tangan pada jam
istirahat (Anggrainiy, 2009). Tercatat pada Bulan Oktober 2010, terdapat 7
anak yang tidak masuk sekolah karena sakit. Berdasarkan surat keterangan
dokter yang ditujukan ke sekolah sebagai surat ijin tidak masuk, 3
diantaranya menderita sakit diare. Selain itu, diperoleh data sebanyak 75%
kuku siswa TK Siwi Peni panjang dan kotor.
Berdasarkan hasil survey awal dan wawancara dengan anak pra
sekolah di TK Siwi Peni, enam diantara 64 anak didik yang diwawancarai
mengatakan bahwa dua diantaranya menyatakan cuci tangan sebelum makan,
dua diantaranya mengatakan mencuci tangan setelah bermain saja dan dua
diantaranya mengatakan tidak mencuci tangan sebelum makan. Sedangkan
wawancara pada 6 ibu dari 64 orang tua mengatakan bahwa dua diantaranya
telah mengajarkan dan mengingatkan cuci tangan pada anaknya. Sementara 4
diantaranya tidak terlalu memperhatikan anak untuk melakukan cuci tangan
terutama setelah bermain dan kemudian memegang makanan. Disini
menunjukkan bahwa peran orang tua masih sangat kurang dalam memberikan
bimbingan kepada anak-anaknya untuk melakukan kebiasaan mencuci
tangan.
3.2 Analisa Kasus
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS: Perilaku dan lingkungan Resiko diare
o Ibu yang mempunyai anak tidak sehat
bersekolah di TK Siwi Peni ↓
mengatakan anaknya sering Resiko Diare

20
membeli jajanan depan sekolah
dan jarang cuci tangan saat mau
makan
o Ibu guru mengatakan siswa TK
Siwi Peni jarang mencuci
tangan setelah main dan saat
makan
DO:
- Banyak pedagang jajanan
sekolah di depan TK Siwi Peni,
makanan yang dijual banyak
yang dihinggapi lalat,
- siswa TK Siwi Peni yang jarang
mencuci tangan 18,75%,
mencuci tangan 28,12%, yang
tidak sama sekali 31,25%,
- anak TK Siwi Peni jarang
mencuci tangan setelah bermain
dan sebelum makan
- Banyak anak TK Siwi Peni
suka jajan dipinggir jalan yang
makanannya kurang bersih
- Siswa TK Siwi Peni sering
membeli jajan di depan sekolah
(pedagang kaki lima)
- Hanya sedikit yang mencuci
tangan dan tidak memakai
sabun

3.3 Identifikasi Masalah


Resiko diare pada anak usia prasekolah di TK Siwi Peni
3.4 Perencanaan
1. Diagnosa Masalah : resiko diare pada anak usia presekolah di TK Siwi
Peni

21
2. Perencanaan

Tabel 3. 1 Perencanaan Promosi Kesehatan Cuci Tangan dengan Sabun dan Air Mengalir di TK Siwi Peni

Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat PJ Sumber


Keperawatan Dana
Resiko diare Tujuan jangka 1. Lakukan pendekatan formal Kepala Sekolah TK Komunikasi Selasa, 19 Ruang Kepala YI Sponsor
pada anak panjang : dengan Kepala Sekolah TK Siwi Siwi Peni dan informasi November 2012 sekolah TK Siwi Peni dan dana
usia Mengurangi resiko Peni Puskesmas
presekolah diare pada anak 2. Diskusi rencana penyuluhan Puskesmas Diskusi Rabu, 20 Puskesmas Guntur PW
di TK Siwi prasekolah di TK dengan puskesmas. November 2012
Peni. Siwi Peni. 3. Lakukan kemitraan dengan Puskesmas Kerjasama Rabu, 20 Puskesmas Guntur PW
puskesmas terdekat untuk November 2012
Tujuan jangka mendiskusikan materi.
pendek : 4. Lakukan kemitraan dengan Sponsor Kerjasama Kamis, 21 Kantor Perusahaan TR
Anak usia prasekolah produk sabun kesehatan untuk November 2012 terkait
di TK Siwi Peni anak preschool.
mampu memahami 5. Beri pendidikan kesehatan pada Siswa TK Siwi Peni Komunikasi Kamis, 29 Lapangan TK Siwi PW
langkah-langkah anak tentang kebersihan dan Informasi November 2012 Peni
mencuci tangan pentingnya cuci tangan. Edukasi Pukul : 09.00-
dengan sabun pada 10.00 WIB
air mengalir.

22
3.5 Pelaksanaan
Promosi kesehatan di sekolah pada prinsipnya adalah menciptakan
sekolah sebagai komunitas yang mampu meningkatkan kesehatannya (Health
Promoting School). Oleh karena itu, pelaksanaan promosi kesehatan di
sekolah mencakup 3 kegiatan pokok, yaitu:
1. Menciptakan lingkungan yang sehat (Healthful School Living), dalam hal
ini tidak hanya lingkungan fisik yang bersih, akan tetapi juga lingkungan
sosial juga harus harmonis dan kondusif sehingga perilaku sehat dengan
benar dapat tumbuh dengan baik. Perilaku cuci tangan dengan benar dapat
dibiasakan pada siswa TK Siwi Peni sehingga secara perlahan perilaku
tersebut dapat tumbuh dalam pikiran siswa dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pendidikan kesehatan (Health Education), dilakukan untuk menanamkan
kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan
diri sendiri dan lingkungannya serta ikut aktif dalam usaha-usaha
kesehatan. Dengan HE dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang
cuci tangan sehingga dapat menerapkan perilaku cuci tangan dengan benar
dalam kehidupan sehari-hari serta dapat mempengaruhi teman lain untuk
berperilaku seperti dirinya dan berperan serta dalam kegiatan promosi
kesehatan lain
3. Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah, penyuluhan kesehatan
juga dapat dijadikan salah satu cara untuk mempromosikan kesehatan di
sekolah. Melalui promosi kesehatan cuci tangan di taman kanak-kanak,
akan memaksimalkan pendidikan kesehatan yang diberikan sejak usia dini.
Pembiasaan perilaku cuci tangan dengan benar sejak dini akan
memberikan pengaruh yang baik hingga usia dewasa.
Berikut adalah tahap pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan cuci tangan:
1. Persiapan Pelaksanaan
1) Mahasiswa dibantu atau difasilitasi oleh pihak kelurahan setempat atau
pihak puskesmas menyusun jadwal ulang apabila dalam melaksanakan
kegiatan tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini.
2) Menyediakan media berupa pamflet dan benda asli

23
2. Fasilitasi oleh puskesmas : pihak puskesmas membantu mahasiswa
dalam melaksanakan kegiatan promosi cuci tangan di lingkungan taman
kanak kanak.
3. Implementasi Kegiatan : melaksanakan kegiatan program promosi cuci
tangan di lingkungan TK Siwi Peni sesuai rencana
4. Bantuan teknis puskesmas
1) pihak puskesmas memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan
promosi cuci tangan secara partisipatif di lingkungan TK Siwi Peni
2) Monitoring dan evaluasi.
3.6 Evaluasi
Menurut Kairupan dkk. (2009), evaluasi dapat dilakukan dengan
mengkaji secara sistem, yaitu dengan menguraikan proses suatu kegiatan atau
intervensi menurut unsur-unsur sistem, yaitu: (a) masukan (input), (b) proses
(process), (c) keluaran (output), (d) efek (outcome), (e) dampak (impact), (f)
umpan balik (feedback), serta (g) lingkungan (environment).
1. Input
1) jumlah ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan
promosi kesehatan cuci tangan
2) jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan dan
melaksanakan kegiatan promosi kegiatan cuci tangan
3) jumlah materi dan dana yang digunakan untuk kegiatan promosi
kegiatan cuci tangan
2. Proses
1) Jumlah siswa yang memiliki komitmen tinggi untuk melakukan
kegiatan cuci tangan
2) Teori dan konsep dalam pemberian promosi kesehatan cuci tangan
3) Tempat kegiatan promosi kesehatan cuci tangan dan sasarannya
4) Media dalam pemberian promosi kesehatan cuci tangan
3. Hasil
1) Peningkatan pengetahuan terhadap cuci tangan, perubahan tingkah laku
(mencuci tangan dengan benar), dan sikap klien dalam menjalankan
perilaku cuci tangan dengan benar

24
2) Tujuan diadakannnya promosi kesehatan dapat tercapai atau belum
4. Dampak
1) Pengkajian keberhasilan penyelenggara promosi kesehatan cuci tangan
dalam mempengaruhi siswa taman kanak-kanak
2) Dampak kegiatan promosi kesehatan terhadap perilaku cuci tangan
siswa kanak-kanak
5. Umpan balik : umpan balik yang diberikan oleh siswa terhadap kegiatan
promosi kesehatan cuci tangan yang dilakukan
6. Lingkungan : lingkungan yang mendukung kegiatan promosi kesehatan
cuci tangan
Dari evaluasi kegiatan atau tindakan evaluasi yang, promotor dapat
mengindikasikan apakah evaluasi bersifat positif (hasil yang diinginkan
terpenuhi) atau negatif (hasil yang tidak diinginkan menandakan bahwa
masalah tidak terpecahkan atau terdapat masalah potensial yang belum
diketahui) dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1) Apakah siswa TK Siwi Peni mencapai hasil yang diharapkan?
2) Apakah siswa TK Siwi Peni menunjukkan perubahan perilaku dan
peningkatan kesadaran berdasarkan kegiatan promosi yang dijalankan?
3) Apakah masalah-masalah yang dijadikan terkait cuci tangan sudah dapat
teratasi?
4) Apakah kebutuhan siswa TK Siwi Peni terkait program promosi kesehatan
sudah dipenuhi?
5) Apakah intervensi yang dilaksanakan harus dipertahankan, diubah atau
dihentikan?
6) Apakah ada masalah yang timbul dimana intervensi yang belum
direncanakan atau diimplementasikan?
7) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pencapaian tujuan atau kurang
tercapainya tujuan?
8) Apakah prioritas yang harus disusun kembali?
9) Apakah perubahan-perubahan harus dibuat pada tujuan dan hasil yang
diperkirakan?
Pertanyaan-pertanyaan diatas bermanfaat sebagai parameter dalam :

25
1) Menentukan perkembangan kesehatan masyarakat terkait dengan promosi
yang telah dilaksanakn
2) Menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan atau program
promosi kesehatan.
3) Menilai pelaksanaan asuhan promosi yang telah dilaksanakan
4) Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam
proses keperawatan.
5) Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
keperawatan
Sehingga dapat diperoleh data objektif untuk menentukan rencana
tindak lanjut, apakah intervnesi akan terus dilanjutkan (hasil evaluasi positif),
diubah (modifikasi tindakan berdasarkan pengkajian terhadap hambatan-
hambatan yang muncul selama proses promosi kesehatan cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir) atau dihentikan.

26
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Metode demonstrasi cukup efektif digunakan untuk mengajarkan
cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir pada anak prasekolah.
Hal ini karena demonstrasi merupakan metode untuk mengajarkan
keterampilan yang efektif. Melalui demonstrasi, dapat menumbuhkan
kepercayaan pada diri sendiri, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
lebih konkret, lebih mudah memahami sesuatu, lebih menarik, dan peserta
didik dirangsang untuk mengamati. Dengan demikian, anak akan lebih mudah
memahami cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara tepat
karena melalui pencontohan secara langsung.
Metode demonstrasi memang cukup efektif untuk mengajarkan
keterampilan mencuci tangan. Namun evaluasi dan monitoring harus
dilakukan secara berkala untuk mengevaluasi kemampuan anak dalam
melakukan cuci tangan serta mengevaluasi penerapan cuci tangan dalam
kehidupan sehari-hari.

4.2 Saran
Pencapaian program promosi kesehatan sangat ditentukan oleh
kerjasama dari berbagai pihak yang terkait. Terdiri dari : promotor dalam hal
ini tim kesehatan (perawat, dokter, ahli gizi, pegawai puskesmas dan lainnya),
individu, keluarga, keolmpok, komunitas, masyarakat serta pemerintah. Jadi
diperlukan kesadaran tinggi dari berbagai pihak yang terkait untuk dapat
mewujudkan tujuan ditunjukkan dengan peningkatan kesadaran dan
perubahan pola perilaku hidup sehat (tidak hanya pribadi tapi juga
lingkungan).

27
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, P. (2011, oktober 17). Kesadaran Cuci Tangan Masyarakat Indonesia


Rendah. Surabaya, Jawa Timur, Indonesia: Kantor Berita Radio Nasional.

Djuari, L. (2011). Upaya Pencegahan Diare dengan Pelatihan Cuci Tangan yang
Baik pada Murid TK Al Islam dan TK Pertiwi Desa Mancar, Kecamatan
Peterongan, Kabupaten Jombang. Universitas Airlangga : Fakultas
Kedokteran.

Hanggara, R. (2011, Oktober 24). Susahnya Membiasakan Cuci Tangan. Jakarta,


Jakarta, Indonesia.

INAKNIP. (2010). Manfaat Cuci Tangan. Diakses 12 November 2012, dari


Universitas Muhammadiyah Malang website :
http://inaknip.student.umm.ac.id/2010/07/29/manfaat-cuci-tangan/

Kairupan, T. (2009). Evaluasi Promosi Kesehatan. Universitas Samratulangi :


Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lutfi, G. (2011). Perilaku dan Promosi Kesehatan. Universitas Islam Indonesia:


Fakultas Kedokteran.

Makhfudli, F. E. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik


KeperawatanKomunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Marselina, L. (2011, September 29). Cuci Tangan Pakai Sabun Cegah Penyakit
Mematikan. Jakarta, Jakarta, Indonesia.

Maulana, H. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC.

Mikail, B. (2011, September 29). Kebiasaan Cuci Tangan Masih Rendah . Jakarta,
Jakarta, Indonesia.

Mondo, Y. (2011, November 4). Budayakan Cuci Tangan Sejak Dini. Nusa
Tenggara Timur, Indonesia.

Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Suryana, G. A. (2012, Agustus 6). Kuman yang Hidup di Tangan Anda. Jakarta,
Jakarta, Indonesia.
Mesrani, R. (2012, 3 18). scribd. Retrieved 11 30, 2012, from scribd web site:
http://id.scribd.com/doc/85816231/ISI-DP

28

Anda mungkin juga menyukai