Anda di halaman 1dari 23

NOVIA ARIANI SAPUTRI

1805025032
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
PERCOBAAN 4
SEL VOLTA

Disusun oleh:
Nama : Novia Ariani Saputri
NIM : 1805025032
Kelompok : IV (Empat)
Kelas : Reguler A
Program Studi : Pendidikan Kimia

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

Nama : Novia Ariani Saputri


NIM : 1805025032
Kelompok : IV (Empat)
Kelas : Reguler A
Program Studi : Pendidikan Kimia
Percobaan ke- :4
Judul Percobaan : Sel Volta

Samarinda, 02 November 2020


Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Alvindra Ramadhan Novia Ariani Saputri


NIM. 1705025005 NIM. 1805025032
PERCOBAAN IV
SEL VOLTA

A. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan potensial sel dari sel volta dari berbagai rangkaian
berdasarkan hukum nerst (3 hal.50).

B. Dasar Teori
Rangkaian sel yang dapat menghasilkan arus listrik merupakan
pengertian dari sel volta. Dalam sel tersebut terjadi perubahan dari reaksi
redoks menghasilkan arus listrik. Sel volta terdiri atas elektroda tempat
berlangsungnya reaksi oksidasi disebut anoda (electrode negative), dan tempat
berlangsungnya reaksi reduksi disebut katoda (electrode positif). Sel galvani
terdiri atas zat pengoksidasi (dalam satu bagian) dengan kekuatan menarik
elektron melalui kawat dari zat pereduksi (dalam bagian lain). Potensial sel
(Esel) atau daya gerak listrik merupakan kekuatan menarik atau daya dorong
pada electron. Volt (V) di definisikan sebagai 1 joule kerja per Coulomb
muatan yang ditransfer 1 V = 1 J/c merupakan satuan dari potensial listrik.
Voltmeter atau potensiometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur potensial sel (6 hal. 38 dan 7 hal. 126).
Komponen dan prinsip kerja dari sel volta yaitu sel elektrokimia yang
menghasilkan arus listrik dari reaksi berupa reaksi redoks spontan merupakan
definisi dari sel volta. Prinsip kerja sel volta sebagai berikut:
1. Energi hasil dari reaksi kini di ubah menjadi energy listrik
2. Reaksi redoks adalah reaksi yang berlangsung
3. Pada katoda terjadi reduksi dan merupakan kutub positif
4. Pada anoda terjadi oksidasi dan merupakan kutub negative
Jadi katoda positif dan anoda negative disingkat KPAN yang dibaca KAPAN.
Luigi Galvani (1780) dan Alessandro Volta (1800) yang pertama kali
mempelajari rangkaian sel elektrokimia. Sehingga disebut sel Galvani atau sel
2

Volta. Keduanya menemukanadanya pembentukan energy dari reaksi kimia


tersebut. Energi yang dihasilkan dari reaksi kimia sel volta berupa energy
listrik (6 hal. 37-38).
Sel elektrokimia terdiri atas dua buah setengah sel dengan electrode-
elektrode yang dihubungkan melalui kawat dan larutan-larutan yang
dihubungkan melalui jembatan garam. Kedua ujung jembatan garam disumbat
dengan material berpori yang memungkinkan ion bermigrasi, tetapi mencegah
aliran cairan yang melimpah. Electron mengalir dari electrode Cu (anode,
tempat oksidasi terjadi) ke electrode Ag (katode, tempat reduksi terjadi). Agar
pengukurannya cermat, banyaknya arus listrik yang diambil dari sel harus
dijaga sangat kecil dengan cara menggunakan voltmeter yang dirancang
khusus atau dengan peranti yang disebut potensiometer (4 hal.42).
Alat untuk mengukur perbedaan potensial sumber arus disebut
voltmeter. Nilainya dapat dibaca langsung pada alat. Akan tetapi alat ini tidak
dapat dipakai untuk mengukur potensial sel galvani. Alasannya, karena selama
pengukuran terjadi pada kedua elektroda yang menurunkan konsentrasi larutan,
sehingga potensial sel akan berkurang. Potensial sel dapat diukur dengan alat
yang disebut potensiometer, yang bekerja berdasarkan prinsip kompensasi
Poggendorf. Dalam cara ini, sel dibuat berpasangan dengan sel lain (P) yang
telah diketahui DGL-nya. Kemudian posisi C digeser sedemikian rupa
sepanjang kawat tahanan AB, sehingga pada galvanometer (G) tidak ada arus
listrik. Voltmeter pada sel galvanic memungkinkan cara untuk mengukur gaya
gerak listrik (GGL atau emf atau E), yang merupakan perbedaan potensial
elektrokimia antara dua setengah sel. Jumlah GGL sel ditentukan oleh
potensial elektroda dari setiap setengah sel. Kedua reaksi setengah sel harus
menjadi secara serentak untuk membangkitkan arus listrik. Elektroda
hydrogen dipakai sebagai pembanding untuk mengukur potensial elektroda.
Potensial setengah reaksi hydrogen adalah 0 V pada kondisi standar, yaitu
konsentrasi = 1 M, suhu 298 K (25oC) dan tekanan = 1 atm. Potensial dari
setengah reaksi pada kondisi standar dikenal sebagai Eo dan dinyatakan dalam
volt.
3

(8 hal. 527 dan 1 hal. 101)


Sel elektrokimia mempunyai kutub, berarti bahwa salah satu dari
elektroda-elektroda adalah positif (katoda) dan salah satu dari elektroda-
elektroda adalah negative (anoda), serta berhubungan dengan aliran arus listrik.
Electron mengalir secara spontan dari elektroda negative (anoda) ke elektroda
positif (katoda). Persamaan Nerst memungkinkan untuk menghitung potensial
sel pada kondisi tidak ideal:
[produk]
Esel = Eoks – (0,0592/n)log[pereaksi]

dengan n adalah jumlah electron yang dipindahkan. Persamaan Nerst juga


dapat dipakai utuk menghitung konsentrasi yang tidak diketahui suatu
elektrolit, jika diberikan nilai potensial selnya (1 hal. 103).
Dua konduktor yaitu Cu dan Zn terhubung melalui larutan elektrolit
membentuk rangkaian sel volta maka beda potensial muncul sebagai akibat
reaksi kimia di kedua elektrodanya. Pada elektroda positif (Cu) terjadi reaksi
reduksi, sedangkan elektroda negative (Zn) terjadi reaksi oksidasi, sehingga
arus electron mengalir dari Zn ke Cu. Penelitian ini akan dikaji kinerja buah
nanas sebagai larutan elektrolit. Hal ini membuka peluang untuk memperkecil
dimensi sel volta (2 hal. 178).
Baterai merupakan sel listrik atau alat yang dapat menghantarkan arus
listrik dari reaksi kimia. Baterai terdiri dari dua atau lebih sel yang
dihubungkan secara urut atau paralel, tetapi biasanya istilah yang digunakan
untuk sel tunggal. Sel terdiri dari suatu elektroda negative, elektrolit untuk
menghantarkan ion, suatu pemisah, juga suatu ion penghantar dan elektroda
4

positif. Elektrolit dapat berupa cairan terdiri dari air atau nonaquades (tidak
terdiri dari air), cairan, pasta, atau bentuk padat. Ketika sel dihubungkan
dengan suatu alat berenergi mesin, elektroda negate memberikan arus electron
dan diterima oleh elektroda positif. Ketika beban eksternal dipindahkan maka
reaksi akan berhenti (5 hal. 9).
5

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Botol semprot 1 buah
b. Gelas kimia 100 ml, 2 buah
c. Gelas ukur 100 ml, 2 buah
d. Power supply, 1 buah
e. Voltmeter, 1 buah
2. Bahan
a. Buah jeruk
b. Larutan seng sulfat 0,1 M; 0,5 M; 1 M
c. Larutan tembaga (II) sulfat 0,1 M; 0,5 M; 1 M
d. Elektroda Zn, 2 buah
e. Elektroda Cu, 2 buah
f. Elektroda Fe, 2 buah

(3 hal. 51 )
6

D. Prosedur Kerja
1. Potensial sel berbagai rangkaian sel volta
a. Dimasukkan 50 mL larutan seng sulfat 0,1 M ke dalam gelas kimia
100 mL dan dicelupkan sepotong lempeng seng.
b. Dimasukkan 50 mL larutan tembaga(II) sulfat 0,1 M ke dalam gelas
kimia 100 mL yang lain dan dicelupkan sepotong lempeng tembaga.
c. Dihubungkan ke dua larutan dengan jembatan garam.
d. Dihubungkan ke dua lempeng melalui voltmeter. Jarum akan bergerak
ke arah positif dan dicacat tegangannya (dalam volt). Jika jarum
bergerak ke arah negatif berarti hubungannya terbalik.
e. Dilakukan percobaan diatas dengan mengganti elektroda dan larutan
elektrolit
1) Elektroda Fe dalam FeSO4 dan Cu dalam CuSO4
2) Elektroda Zn dalam ZnSO4 dan Fe dalam FeSO4
2. Sel volta dari jeruk
a. Ditusukkan sepotong logam seng ke dalam sebuah jeruk
b. Ditusukkan lagi sepotong logam tembaga ke dalam jeruk yang
sama dengan jarak +/- 3 cm dari logam seng.
c. Dihubungkan ke-2 logam dengan voltmeter, jarum akan bergerak
ke arah positif dan dicatat tegangannya (dalam volt).
d. Dilepaskan salah satu elektrodanya dengan voltmeter. Dipindahkan
elektroda tersebut sehingga jarak elektroda +/- 5 cm.
e. Dihubungkan kembali dengan voltmeter dan dicatat tegangannya.
3. Potensial sel sebagai fungsi konsentrasi
a. Dimasukkan 50 mL larutan seng sulfat 0,1 M ke dalam gelas kimia
100 mL dan dicelupkan sepotong lempeng seng.
b. Dimasukkan 50 mL larutan tembaga(II) sulfat 1 M ke dalam gelas
kimia 100 mL yang lain dan dicelupkan sepotong lempeng
tembaga.
c. Dihubungkan ke dua larutan dengan jembatan garam.
7

d. Dihubungkan ke dua lempeng melalui voltmeter. Jarum akan


bergerak ke arah positif dan dicatat tegangannya (dalam volt). Jika
jarum bergerak ke arah negatif berarti hubungannya terbalik.
e. Dilakukan percobaan diatas dengan mengganti konstrasi larutan
elektrolit
1) Elektrolit ZnSO4 0,5 M dan CuSO4 0,5 M
2) Elektrolit ZnSO4 1 M dan CuSO4 0,1 M
(3 hal. 53-55)
8

E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
a. Potensial sel berbagai rangkaian sel volta
Tabel 4.1 Potensial sel sebagai rangkaian fungsi konsentrasi
Sistem E Sel teoritis (volt) E Sel eksperimen (volt)
[ZnSO4]-[CuSO4] 1,10 1,20
[FeSO4]-[CuSO4] 0,78 0,66
[ZnSO4]-[FeSO4] 0,32 0,40

b. Sel volta dari jeruk


Tabel 4.2 Sel volta dari jeruk
Jarak elektroda (cm) E Sel (volt)
3 0,30
5 0,30

c. Potensial sel sebagai fungsi konsentrasi


[ZnSO4]-[CuSO4] E Sel teoritis (volt) E Sel eksperimen (volt)
0,1 M – 1,0 M 1,1296 1,20
0,5 M – 0,5 M 1,10 1,05
1,0 M – 0,1 M 1,0704 1,00

2. Perhitungan
a. Potensial sel dari berbagai rangkaian sel volta
Diketahui:
Fe2+(aq) + 2e- Fe E = -0,44 V
Cu2+(aq) + 2e- Cu E = +0,34 V
Zn2+(aq) + 2e- Zn E = -0,76 V

1) Sistem ZnSO4 - CuSO4


a) E sel teoritis
9

Anoda : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e- E = +0,76 V


Katoda : Cu2+(aq) + 2e- Cu(s) E = +0,34 V
Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s) E sel = 1,10 V
b) E sel eksperimen
th h hಊ⺂ kspಊrpt
E sel = th h ht k h
hsh ptp
s
E sel = s
s

E sel = t s

2) Sistem FeSO4 – CuSO4


a) E sel teoritis
Anoda : Fe(s) Fe2+(aq) + 2e- E = +0,44 V
Katoda : Cu2+(aq) + 2e- Cu(s) E = +0,34 V
Fe(s) + Cu2+(aq) Fe2+(aq) + Cu(s) E sel = 0,78 V
b) E sel eksperimen
th h hಊ⺂ kspಊrpt
E sel = th h ht k h
hsh ptp
t s
E sel = s
s

E sel = t s

3) Sistem ZnSO4 – FeSO4


a) E sel teoritis
Anoda : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e- E = +0,76 V
Katoda : Fe2+(aq) + 2e- Fe(s) E = -0,44 V
Zn(s) + Fe2+(aq) Zn2+(aq) + Fe(s) E sel = 0,32 V
b) E sel eksperimen
th h hಊ⺂ kspಊrpt
E sel = th h ht k h
hsh ptp
s
E sel = s
s

E sel = t s
b. Sel volta dari jeruk
1) Jarak 3 cm
10

th h hಊ⺂ kspಊrpt
E sel = th h ht k h
hsh ptp
s
E sel = s
t s

E sel = t s
2) Jarak 5 cm
th h hಊ⺂ kspಊrpt
E sel = th h ht k h
hsh ptp
s
E sel = s
t s

E sel = t s

c. Potensial sel sebagai fungsi konsentrasi


1) Sistem ZnSO4 0,1 M dan CuSO4 1,0 M
Diketahui: [Zn2+] = [ZnSO4] = 0,1 M
[Cu2+] = [ZnSO4] = 1,0 M
a) E sel teoritis
t [Zn +]
E sel teoritis = E sel - ಊ
. log [Cu +]
t t
= 1,10 V - . log t

= 1,10 V – 0,0296 V. log 0,1


= 1,10 V – (-0,0296 V)
= 1,1296 V
b) E sel eksperimen
th h hಊ⺂ kspಊrpt
E sel = th h ht k h
hsh ptp
s
E sel = s
s

E sel = t s

2) Sistem ZnSO4 0,5 M dan CuSO4 0,5 M


Diketahui: [Zn2+] = [ZnSO4] = 0,5 M
[Cu2+] = [ZnSO4] = 0,5 M
a) E sel teoritis
t [Zn +]
E sel teoritis = E sel - ಊ
. log [Cu +]
11

t t
= 1,10 V - . log t

= 1,10 V – 0,0296 V. log 1


= 1,10 V – (0,0296 V) . 0
= 1,10 V
b) E sel eksperimen
th h hಊ⺂ kspಊrpt
E sel = th h ht k h
hsh ptp
s
E sel = s
t s

E sel = t s

3) Sistem ZnSO4 1,0 M dan CuSO4 0,1 M


Diketahui: [Zn2+] = [ZnSO4] = 1,0 M
[Cu2+] = [ZnSO4] = 0,1 M
a) E sel teoritis
t [Zn +]
E sel teoritis = E sel - ಊ
. log [Cu +]
t t
= 1,10 V - . log t

= 1,10 V – 0,0296 V. log 10


= 1,10 V – (0,0296 V). 1
= 1,0704 V
b) E sel eksperimen
th h hಊ⺂ kspಊrpt
E sel = th h ht k h
hsh ptp
s
E sel = s
s

E sel = t s
12

4) Grafik
13

F. Pertanyaan
1. Potensial sel berbagai rangkaian sel volta
a. Tuliskan reaksi sel dari masing-masing rangkaian
b. Buatlah diagram sel
c. Tunjukkan arah aliran elektron
Jawab:
a. Reaksi sel dari masing-masing rangkaian:
1. Rangkaian ZnSO4 dengan CuSO4
Anoda : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e- E sel = +0,76 V
Katoda : Cu2+(aq) + 2e- Cu(s) E sel = +0,34 V
Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s) E sel = +1,10 V
2. Rangkaian FeSO4 dengan CuSO4
Anoda : Fe(s) Fe2+(aq) + 2e- E sel = +0,44 V
Katoda : Cu2+(aq) + 2e- Cu(s) E sel = +0,34 V
Fe(s) + Cu2+(aq) Fe2+(aq) + Cu(s) E sel = +0,78 V
3. Rangkaian ZnSO4 dengan FeSO4
Anoda : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e- E sel = +0,76 V
Katoda : Fe2+(aq) + 2e- Fe(s) E sel = -0,44 V
Zn(s) + Fe2+(aq) Zn2+(aq) + Fe(s) E sel = +0,32 V

b. Diagram sel dari masing-masing reaksi:


1. Sistem ZnSO4 dengan CuSO4
Diagram sel : Anoda || Katoda
2+ 2+
Zn | Zn || Cu | Cu
2. Sistem FeSO4 dengan CuSO4
Diagram sel : Anoda || Katoda
2+ 2+
Fe | Fe || Cu | Cu
3. Sistem ZnSO4 dengan FeSO4
Diagram sel : Anoda || Katoda
2+ 2+
Zn | Zn || Fe | Fe
14

c. Arah aliran elektron


Elektron dari anoda yaitu Zn mengalir ke katoda yaitu Fe. Pada hal
2+
ini, Zn akan melepaskan elektron berubah menjadi ion Zn dan elektroda
2+
bereaksi dengan ion Fe pada katoda membentuk padatan Fe.

2. Sel volta dari jeruk Tuliskan komentar anda!


Jawab:
Jeruk merupakan sel volta, karena kandungan zat kimia yang terdapat
dalam jeruk dapat berubah menjadi energi listrik yang ditentukan oleh
anoda dan katoda dalam jeruk. Anoda yaitu lempengan seng ditusukkan
pada bagian jeruk dan katoda yaitu lempeng besi ditusukkan dengan jeruk
yang telah ditentukan pada bagian jeruk yang sama. Penggunaan seng (Zn)
sebagai anoda karena kecenderungan ionisasi Zn lebih tinggi dibandingkan
dengan lempeng besi, Fe. Sehingga elektron dapat mengalir dari anoda ke
katoda dan arus listrik mengarah secara berlawanan yaitu dari katoda ke
anoda. Berdasarkan hal tersebut, dibuktikan bahwa jeruk merupakan sel
volta.

3. Potensial sel sebagai fungsi konsentrasi


a. Tuliskan persamaan Nernst
b. Buatlah kurva log (Zn2+)/(Cu2+) versus Esel
Jawab:
t V [Zn +]
a. E sel teoritis = E sel - . log
n [Cu +]
t V [ t M]
= 1,10 V - . log
[ t M]
b. Kurva log (Zn2+)/(Cu2+) versus Esel
15
16

G. Pembahasan
Percobaan kali ini berjudul sel volta. Percobaan ini bertujuan untuk
menentukan potensial sel dari sel volta dari berbagai rangkaian dan
berdasarkan hukun nerst. Reaksi elektrokimia adalah reaksi redoks yang
bersangkut paut dengan listrik. Sel volta dan sel elektrolisis termasuk kedalam
sel elektrokimia. Sel volta menghasilkan arus listrik dari hasil reaksi kimia
yaitu reaksi redoks spontan, sedangkan sel elektrolisis merupakan penguraian
suatu elektrolit oleh arus listrik dan reaksinya tidak spontan.
Rangkaian sel volta terdiri atas anoda dan katoda ( 2 elektroda yang
dicelupkan pada dua larutan pada masing-masing wadah ), voltmeter kabel
dan penjepit buaya yang dapat menghubungkan dua elektroda dengan
voltmeter dan jembatan garam. Anoda (elektroda negatif) berfungsi sebagai
tempat terjadinya reaksi oksidasi dan katoda (elektroda positif) berfungsi
sebagai tempat terjadinya reaksi reduksi. Katoda dan anoda dihubungkan ke
voltmeter yang berfungsi untuk menentukan harga potensial sel. Kedua sel
elektrokimia dihubungkan oleh jembatan garam yang berfungsi untuk
menetralkan kelebihan ion dengan kedua sel setengah rekasi hingga terjadi
aliran ion dan mencegah pencampuran larutan. Hal ini menyebabkan reaksi
dapat berlangsung secara terus menerus.
Rangkaian sel volta pertama digunakan elektroda Zn yang dicelupkan
dalam larutan ZnSO4 dan elektroda Cu yang dicelupkn dalam larutan CuSO4.
Elektroda Zn merupakan anoda dan Cu merupakan katoda. Hal ini
berdasarkan pada deret volta. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, karena
lempengan Zn lebih mudah untuk melepas elektron sedangkan pada katoda
terjadi reaksi reduksi karena elektroda Cu menerima elektron. Hal inipun
sesuai karena dalam deret volta Zn berada disebelah kiri Cu. Sehingga Zn
mengalami oksidasi dan Cu mengalami reduksi. Aliran elektron dalam
rangkaian yaitu dari anoda ke katoda, sedangkan arus listrik dari katoda ke
anoda. Rangkaian elektroda Fe dalam FeSO4 dan Cu dalam CuSO4 yang
bertindak sebagai katoda adalah Cu sedangkan yang bertindak sebagai anoda
adalah elektroda Fe. Rangkain jenis ketiga yaitu elektroda Zn dalam ZnSO4
17

dan elektroda Fe dalam FeSO4. Dimana yang bertindak sebagai anoda adalah
elektroda Zn dan yang bertindak sebagai katoda adalah elektroda Fe. Data
yang didapat pada penentuan potensial berbagai rangkaian sel volta yaitu
sistem ZnSO4 – CuSO4 Eosel teoritis 1,10 volt dan Eosel eksperimen 1,20 volt,
terdapat perbedaan antara Eosel teoritis dengan Eosel eksperimen. Sistem
FeSO4 – CuSO4 Eosel teoritis 0,78 volt dan Eosel eksperimen 0,66 volt,
terdapat perbedaan antara Eosel teoritis dengan Eosel eksperimen. Sistem
ZnSO4 – FeSO4 Eosel teoritis 0,32 volt dan Eosel eksperimen 0,40 volt,
terdapat perbedaan antara Eosel teoritis dengan Eosel eksperimen. Nilai
potensial teoritis dan eksperimen berbeda karena harga potensial sel
tergantung pada jenis elektroda, suhu, konsentrasi ion dalam larutan, dan jenis
ion dalam larutan.
Percobaan kali ini menggunakan voltmeter yang berfungsi untuk
mengukur besar tegangan listrik dalam suatu rangkaian tersebut. Cara kerja
voltmeter yakni dengan gaya magnetik yang menggerakkan jarum petunjuk,
sehingga menyimpang saat dilewati oleh arus listrik yang melewati kamparan.
Cara membaca voltmeter yaitu dilihat pada skala 0. Jarum akan bergerak
menunjukkan hasik pengukurannya (bergerak kekanan).
Percobaan selanjutnya yaitu pengaruh jeruk elektroda terhadap potensiasl
dari sel volta buah jeruk atau pada percobaan kedua yaitu sepotong logam
seng ditusukkan ke dalam sebuah jeruk. Sepotong logam ditusukkan lagi ke
dalam jeruk yang sama dengan jarak +/- 3 cm dari logam seng. Kedua logam
dihubungkan dengan voltmeter, jarum akan bergerak kea rah positif dan
dicatat tegangannya. Kemudian salah satu elektrodanya dilepaskan dengan
voltmeter, lalu elektrodanya dipindahkan sehingga jarak elektroda +/- 5 cm.
setelah itu dihubungkan kembali dengan voltmeter dan dicatat tegangannya.
Buah jeruk dijadikan sebagai elektrolit karena buah jeruk kaya akan
kandungan asam sitrat. Cairan asam sitrat bersifat elektrolit lemah yang
berfungsi seperti sel elektrolit dalam sel volta. Asam lemah dapat
menghantarkan listrik yang digunaan sebagai bio-baterai. Hasil data yang
diperoleh pada jarak 3 cm dengan Eosel yang diperoleh yaitu 0,30 volt dan
18

pada jarak 5 cm, Eoselnya yaitu 0,30 volt. Hubungan jarak dan dengan energi
potensialnya sudah sesuai dengan teori yang ada.
Percobaan ketiga yaitu potensial sel sebagai fungsi konsentrasi.
Percobaan ini menggunakan bahan larutan seng sulfat 0,1 M dan larutan
tembaga (II) sulfat 0,1 M. Kedua larutan dihubungkan dengan jembatan garam
yang berfungsi untuk menetralkan cairan yang ada pada larutan da kedua
lempeng tersebut dihubungkan dengan melalui voltmeter. Langkah tersebut
diulangi dengan menggantikan konsentrasi larutan elektrolit yang lain. Dari
percobaan yang dilakukan didapatkan data yaitu sistem [ZnSO4] 0,1 M –
[CuSO4] 0,1 M Eosel teoritis 1,1296 volt dan Eosel eksperimen 1,20 volt,
terdapat perbedaan antara Eosel teoritis dengan Eosel eksperimen. Sistem
[ZnSO4] 0,5 M – [CuSO4] 0,5 M Eosel teoritis 1,10 volt dan Eosel eksperimen
1,05 volt, terdapat perbedaan antara Eosel teoritis dengan Eosel eksperimen.
Sistem [ZnSO4] 1,0 M – [CuSO4] 0,1 M Eosel teoritis 1,0704 volt dan Eosel
eksperimen 1,00 volt, terdapat perbedaan antara Eosel teoritis dengan Eosel
eksperimen.
Hubungan konsentrasi dengan nilai Eosel adalah konsentrasi yang sama
pada kedua gelas kimia yaitu pada anode dan katoda merupakan sel volta pada
pengukuran standar, jika salah satu atau kedua gelas kimia tersebut
konsentrasinya diubah, maka perhitungan potensial selnya tidak akan sama
dengan potensial sel volta biasa. Jadi, hal tersebut berkaitan dengan persamaan
Nerst, persamaan ketika konsentrasi dan tekanan pada kedua elektroda (anoda
dan katoda) berbeda jenis pada kedua elektroda
19

H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
potensial sel dari sel volta berbagai rangkaian, pada sistem [ZnSO4]-[CuSO4],
[FeSO4]-[CuSO4], [ZnSO4]-[FeSO4] berturut-turut didapatkan E0sel sebesar
1,20 volt 0,66 volt dan 0,40 volt. Besar potensial dari jeruk dengan jarak 3 cm
dan 5 cm adalah 0,30 volt dan 0,30 volt. Dan potensial sel berbagai sel sebagai
fungsi konsentrasi dengan sistem [ZnSO4]-[CuSO4] dodapatkan E0sel untuk
konsentrasi 0,1 M – 1,0 M , 0,5 M – 0,5 M dan1,0 M – 0,1 M secara berturut-
turut sebesar 1,20 volt, 1,05 volt dan 1,00 volt.
DAFTAR PUSTAKA

Bresnick, S. M. D. 2003. Kimia Umum. Jakarta: Hipokrates. Hal. 101 dan 103.

Mahfudli, U. dkk. 2012. Demostrasi Sel Volta Buah Nanas. Indonesian Journal of
Applied Physics. Vol. 2. No. 3. Hal. 178.

Nurhadi, M. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Samarinda: Laboratorim


FKIP Kimia Universitas Mulawarman. Hal. 49-55.

Petrucci, dkk. 2014. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga. Hal. 42.

Riyanto. 2013. Elektrokimia dan Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 9.

Saleh, A.S dan Amal, B. 2018. Energi dan Elektrifikasi Pertanian Edisi 1.
Yogyakarta: Dee Publish. Hal. 37-38.

Sastrohamidjojo, H. 2010. Kimia Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada


Press. Hal. 126.

Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB. Hal. 527.

Anda mungkin juga menyukai