Abstract
Latar Belakang:Permasalahan pada cerebral palsy post natal sangat beragam dan berpengaruh pada keadaan atau
kondisi pasien secara perorangan diantaranya penurunan kemampuan headkontrol dapat berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan motorik kasar. Penambahan latihan head control dengan metode bobath pada pasien
cerebral palsy dipilih karena merupakan bagian yang terpenting dari tubuh dan memiliki fungsi sebagai stabilitas
untuk melihat, bernafas, makan, berbicara dan fungsi pendengaran, control postural, inisiatif dari semua gerakan,
aligment (reaksi righting dan equilibrium reaksi).Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan
fungsi motorik kasar pasien cerebral palsy yang diukur dengan menggunakan Gross Motor Functional Measurement
(GMFM) 88.Metode:Sampel yang berjumlah 20 orang didapatkan berdasarkan pemeriksaan dan pengukuran
functional mobility scale pada pasien cerebral palsy yang menjalani fisioterapi dan bersekolah di YPAC Jakarta.
Jumlah sampel pada kelompok I adalah 10 orang, dan kelompok II 10 orang. Kelompok 1 diberikan pelatihan Head
Control dengan metode Bobath dan kelompok 2 diberikan pelatihan konvensional. Data head control dengan metode
bobath diambil sebelum dan sesudah perlakuan. Perubahan nilai pelatihan head control dengan metode bobath
diukur dengan uji t.Hasil:Rata-rata nilai GMFM 88 pada pelatihan Head Control dengan metode bobath sebelum
perlakuan 0,963±0,817, dan sesudah perlakuan 0,963±0,817, sedangkan pada pelatihan konvensional sebelum
perlakuan 0,889±0,163, dan setelah perlakuan 0,917±0,335. Kedua perlakuan terlihat bahwa sama efektifnya untuk
meningkatkan fungsi motorik kasar pada pasien cerebral palsy. dengan p > 0,05. Perbandingan pelatihan head
control dengan metode bobath dan pelatihan konvensional sama efektifnya dengan makna yaitu p > 0,05, ini berarti
bahwa data selisih memiliki sifat yang homogen.Kesimpulan:Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan
bahwa pelatihan head Control dengan metode Bobath lebih meningkat dibandingkan pelatihan konvensional tetapi
peningkatannya tidak signifikan, karena kedua pelatihan sama efektif untuk meningkatkan fungsi motorik kasar pada
pasien cerebral palsy. Peneliti menilai diperlukannya penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang untuk
membandingkan antara pelatihan Head Control dengan metode Bobath dan pelatihan konvensional.
Kata Kunci: latihan Head Control dengan metode Bobath, latihan konvensional
Abstract
Background:Problems on postnatal cerebral palsy is very diverse and influential on the state or condition of
individual patients include decreased ability headkontrol can affect the increase in gross motor skills. Increased
exercise head control method bobath in cerebral palsy patients chosen because it is the most important part of the
body and has a function as stability to seeing, breathing, eating, speaking and hearing, control postural, the initiative
of all movements, alignment (reaction righting and equilibrium reaction).Objective:This study aimed to determine
the gross motor function improvement of cerebral palsy patients were measured using Gross Motor Functional
Measurement (GMFM) 88.Methods:The sample of 20 people is obtained based on the examination and
measurement of functional mobility scale in cerebral palsy patients who underwent physiotherapy and YPAC school
in Jakarta. The number of samples in group I was 10, and the second group of 10 people. Group 1 was given training
Head Control with Bobath method and group 2 was given conventional training. Data bobath head control method
taken before and after treatment. Changes in the value of training bobath head control method is measured by t
test.Results: The average value of 88 on a training GMFM Head Control methods bobath before treatment 0.963 ±
0.817 and 0.963 ± 0.817 after treatment, whereas in conventional training before treatment 0.889 ± 0.163 and 0.917
± 0.335 after treatment. The second shows that the treatment is as effective to improve gross motor function in
patients with cerebral palsy. with p> 0.05. Comparison of head control training with conventional training methods
bobath and as effective as meaning that p> 0.05, this means that the data difference has homogeneous properties.
Conclusion: Thus, the results showed that the training head Control with Bobath method increases more than
conventional training but the increase is not significant, because both equally effective training to improve gross
motor function in patients with cerebral palsy. Researchers assess the need for further research in the future to
compare between training Head Control with Bobath and conventional training methods.
PENDAHULUAN
operasi sebanyak 7orang sedangkan pada Kelompok Dari Tabel 1 tersebut diatas menunjukkan
Kontrol persalinan normal sebanyak 3 orang dan bahwa untuk uji normalitas distribusi dengan
operasi sebanyak 7 orang. Sampel penelitian pada menggunakan Shapiro-Wliks Test didapatkan nilai
Kelompok Perlakuan kecukupan usia kehamilan full probabilitas untuk kelompok data sebelum intervensi
sebanyak 5 (50,00%) orang dan pre sebanyak 5 pada Kelompok Perlakuan, nilai p>0,05, yang berarti
(50,00 %) orang sedangkan pada Kelompok Kontrol bahwa data berdistribusi normal. Pada kelompok II,
kecukupan usia kehamilan full sebanyak 6 (60,00%) nilai p>0,05, yang juga berarti bahwa data
orang dan kecukupan usia kehamilan pre sebanyak 4 berdistribusi normal.
(40,00%) orang. Kelompok Perlakuan memiliki
rerata umur (30,80 ± 8,351) pada kelompok Kontrol Untuk kelompok data sesudah intervensi pada
(31,80 ± 9,378), hal tersebut memberikan gambaran Kelompok Perlakuan, nilai p>0,05, yang berarti
bahwa sampel penelitian ini kedua kelompok pada bahwa data berdistribusi normal. Demikian pula
berat badan yang relatif sama. Sample penelitian dengan hasil analisis pada kelompok kontrol, nilai
pada Kelompok Perlakuan kondisi operasi p>0,05, yang berarti bahwa data berdistribusi normal.
ekstremitas sebanyak 3 (30,00%) orang dan tanpa
operasi sebanyak 7 (70,00 %) orang sedangkan pada Untuk kelompok data nilai selisih pada
Kelompok Kontrol kondisi operasi ekstremitas Kelompok sampel perlakuan didapatkan nilai p>0,05,
sebanyak 2 (20,00%) orang dan kondisi tanpa operasi yang berarti bahwa data berdistribusi normal.
ekstremitas sebanyak 8 (80,00%) orang. Sampel Demikian halnya dengan kelompok kontrol, nilai
penelitian pada Kelompok Perlakuan Visual Problem p>0,05 yang berarti data berdistribusi normal.
sebanyak 5 (50,00%) orang dan tanpa Visual
Problem sebanyak 5 (50,00 %) orang sedangkan Pada uji Homogenitas varian dilakukan
pada Kelompok Kontrol kondisi Visual Problem dangan menggunakan Levene’s test didapatkan nilai
sebanyak 7 (70,00%) orang dan kondisi tanpa Visual p>0,05 untuk kelompok data sebelum intervensi yang
Problem sebanyak 3 (30,00%) orang. Sampel berarti bahwa data bersifat homogen. Pada kelompok
penelitian pada Kelompok Perlakuan tingkat data sesudah intervensi didapatkan nilai p>0,05 yang
motivasi tinggi sebanyak 4 (40,00%) orang dan berarti bahwa data bersifat homogen.
motivasi rendah sebanyak 6 (60,00 %) orang
Pada uji Kompatibilitas dengan menggunakan
sedangkan pada Kelompok Kontrol motivasi tinggi
independent sample t-test Testdi dapatkan nilai
sebanyak 3 (30,00%) orang dan kondisi motivasi
p>0,294. Dengan melihat hasil uji persyaratan
rendahsebanyak 7 (70,00%) orang.
analisis, maka peneliti memutuskan untuk
Untuk menentukan pilihan penggunaan statistika memanfaatkan data sesudah pelatihan sebagai pilihan
dalam pengujian hipotesis, maka pada penelitian ini pengujian hipotesis III.
dilakukan uji persyaratan analisis yaitu pengujian
Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil analisis
distribusi normal dan pengujian homogenitas varian.
dan sintesis, maka peneliti menetapkan tiga hipotesis
Adapun uji statistik yang digunakan antara lain
penelitian yang dilakukan pengujian pada masing-
adalah Shapiro-wilks test untuk uji distribusi normal
masing hipotesis berdasarkan data yang telah
dan Levene’s test untuk homogenitas varian.
dikumpulkan dengan hasil uji sebagai berikut :
Tabel 1 Uji Normalitas Distribusi Dan Uji Homogenitas Varian
Hipotesis I
Normalitas dengan Shapiro-wilks test
Dari hasil pengumpulan data dengan
Nilai p
Kelom
Kelompok Kelompok menggunakan instrument penelitian yang ditetapkan
Perlakuan dalam penelitian ini, maka didapatkan nilai sebagai
pok Uji
Kontrol
Data Homogen berikut:
itas
Statisti P Statisti P
k k Tabel 2 Distribusi Nilai GMFM Sebelum Dan
Sesudah Pelatihan Pada Kelompok Perlakuan
Sebelu 0,963 0,817 0,889 0,163 0,384
m Variabel Df T P
Sesuda 0,963 0,817 0,917 0,335
h
Sebelum-
9 -3,311 0,009
Sesudah
Berdasarkan Tabel 2 dilakukan pengujian hipotesis sama efektif dibandingkan pelatihan konvensional
dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu terhadap fungsi motorik kasar pasien Cerebral Palsy.
paired sample t-test didapatkan nilai p<0,05 yang
berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata Dari ketiga pengujian hipotesis tersebut dapat
nilai GMFM sebelum dan sesudah pelatihan head ditetapkan hasil pengujian sebagai berikut :
control metode Bobath. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pelatihan pada Kelompok Perlakuan 1. Pelatihan head control metode Bobath
memberikan perbaikan yang bermakna terhadap memberikan perbaikan yang bermakna terhadap
motorik kasar pasien Cerebral Palsy fungsi motorik kasar pasien Cerebral Palsy.
2. Pelatihan konvensional memberikan perbaikan
Hipotesis II yang bermakna terhadap fungsi motorik kasar
pasien Cerebral Palsy.
Dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan 3. Pelatihan head controldengan metode bobath
instrumen penelitian yang ditetapkan dalam sama efektif dibandingkan pelatihan
penelitian ini, maka didapatkan nilai sebagai berikut : konvensional terhadap fungsi motorik kasar
pasien Cerebral Palsy.
Tabel 3 Distribusi Nilai GMFM Sebelum Dan
Sesudah Pelatihan Pada Kelompok Kontrol Efek Pelatihan Head Control Metode Bobath Pada
Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol
Variabel Df T P Terhadap Peningkatan Motorik Kasar
Sebelum-
Sesudah
9 -2,647 0,027 Sebagai hasil pelatihan head control metode
bobath berdasarkan hasil analisis dan sintesis, maka
Berdasarkan Tabel 3 dilakukan pengujian hipotesis peneliti menetapkan tiga hipotesis penelitian yang
dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu dilakukan pengujian pada masing-masing hipotesis
paired sample t-test didapatkan nilai p<0,05 yang berdasarkan data yang telah dikumpulkan dengan
berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata hasil uji dilakukan pengujian hipotesis dengan
nilai GMFM sebelum dan sesudah pelatihan metode menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu paired
konvensional. Hal tersebut menunjukkan bahwa sample t-test didapatkan nilai p<0,05 yang berarti
pelatihan pada kelompok kontrol memberikan bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata nilai
perbaikan yang bermakna terhadap motorik kasar GMFM sebelum dan sesudah pelatihan head kontrol
pasien Cerebral Palsy. metode Bobath. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pelatihan pada kelompok perlakuan memberikan
Hipotesis III perbaikan yang bermakna terhadap motorik kasar
pasien Cerebral Palsy. Setelah dilakukan pengujian
Dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata
instrumen penelitian yang ditetapkan dalam yaitu paired sample t-test didapatkan nilai p<0,05
penelitian ini, maka didapatkan nilai sebagai berikut : yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna
rata-rata nilai GMFM sebelum dan sesudah pelatihan
Tabel 4 Distribusi Nilai GMFM Pada Kelompok metode konvensional. Hal tersebut menunjukkan
Perlakuan dan Kelompok Kontrol bahwa pelatihan pada kelompok kontrol memberikan
perbaikan yang bermakna terhadap motorik kasar
Variabel df T p
pasien Cerebral Palsy.
Kelompok Perlakuan 18 1,295 0,212
Efek Pelatihan Head Control Metode Bobath
Kelompok Kontrol dibandingkan Pelatihan Konvensional Terhadap
Peningkatan Motorik Kasar