Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171

Volume 2, Nomor 3, Juli 2022

Case Study: Efektivitas Neuro Develomental treatment Pada


Cerebral Palsy spastic Diplegia
Ghulam Fahima Primadasa1*, Agus Widodo2

1Fakultas Ilmu Kesehatan , Program Studi Fisioterapi, Universitas Muhamadiyah Surakarta, Surakarta, Indonesia
2Rumah Sakit Umum PKU Muhamadiyah Sukoharjo, Sukoharjo, Indonesia

Email: 1*ghulamfahima7@gmail.com

Abstrak−Cerebral palsy CP merupakan suatu gangguan permanen yang mempengaruhi perkembangan gerakan dan
menyebabkan keterbatasan aktivitas. Prevalensi pada tahun 2016 peningkatan penderita CP di dunia mencapai 2,6-2,7
dari 1000 dari kelahiran hidup di dunia. Sedangkan di Indonesia menurut BPS RI tahun 2012 jumlah anak CP
di Indonesia mencapai 532.130 anak. Observasi klinis menunjukan bahwa latihan Neuro developmental treatment
pada anak CP diplegi menunjukan hasil yang bagus.tetapi penelitian masih terbatas untuk mendukung hal tersebut, oleh
Karena itu penelitian study kasus ini bertujuan untuk melihat efektivitas Neuro Developmental Treatment yang meliputi
pada anak dengan CP Spastik Diplegi. dalam penelitian ini yaitu penulis menggunakan metode case study yaitu dengan
cara mengambil sampel secara individu dan memberikan program latihan secara langsung kepada responden dengan
kondisi CP diplegi di Rumah Sakit PKU Muhamadiyah Sukoharjo dengan konsep latihan Neuro developmental
treatment, Peneltian dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan. treatment yang diberikan adalah Neuro Development
Treatment yaitu meliputi Handling,fasilitasi,ihibisi dan key point of control, kemudian untuk outcome nya

Kata Kunci: Cerebral palsy Spastik Diplegi, Neurodevelopmental Treatment, NDT, Treatment for CP Spastik diplegia,
Case Study

Abstract− Cerebral palsy CP is a permanent disorder that affects the development of movement and causes activity
limitations. The prevalence in 2016 the increase in CP sufferers in the world reached 2.6-2.7 out of 1000 of live births
in the world. Meanwhile in Indonesia, according to BPS RI in 2012, the number of CP children in Indonesia reached
532,130 children. Clinical observations show that Neurodevelopmental treatment exercises in children with CP diplegia
show good results. But research is still limited to support this, therefore this case study aims to see the effectiveness of
Neuro Developmental Treatment which includes children with Spastic Diplegia CP. In this study, the author uses the
case study method, namely by taking individual samples and providing training programs directly to respondents with
CP conditions at PKU Muhamadiyah Sukoharjo Hospital with the concept of Neurodevelopmental treatment training.
The research was conducted 7 times. The treatment given is Neuro Development Treatment which includes Handling,
facilitation, inhibition, and key point of control, then for the outcome.
Keywords: Cerebral palsy Spastik Diplegi, Neurodevelopmental Treatment, NDT, Treatment for CP Spastik diplegia,
Case Study

1. PENDAHULUAN
Semua orang tua ingin tumbuh kembang anak nya berjalan dengan normal dan baik.Tumbuh kembang
merupakan proses berkesinambungan yang terjadi sejak didalam kandungan dan akan berlangsung sampai
akhir hayat (Swords 2018). Semua proses perkembangan dan pertumbuhan tidak lepas dari proses integrasi
didalam otak (Patel et al. 2020). Pada anak dengan gangguan otak akan terdapat permasalahan yang
menghambat anak untuk mengikuti proses pertumbuhan seperti anak normal (Te Velde et al. 2019). Terdapat
beragam jenis kasus gangguan pada otak salah satunya adalah cerebral palsy (Tekin et al. 2018) yang
selanjutnya di sebut CP, CP adalah suatu gangguan pada otak yang bersifat permanen yang mempengaruhi
perkembangan gerakan dan menyebabkan keterbatasan aktivitas (Sadowska, Sarecka-Hujar, and Kopyta
2020).

Prevalensi CP dari Data Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia tahun (Riskesdas) 2010 mencatat
persentase anak usia 24-59 bulan yang mengalami cerebral palsy sebesar 0,09%. Sedangkan morbiditas pada
anak cp dengan gangguan system kardiovaskuler sebanyak 1,4% (Boel et al. 2019) Anak dengan kondisi CP

44
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 2, Nomor 3, Juli 2022

memiliki kelainan pada vital sign, salah satunya terjadi peningkatan denyut nadi saat istirahat (Swords
2018). CP lebih sering terjadi pada anak laki laki dibandingkan anak perempuan dan lebih sering pada anak

kulit hitam di bandingkan kulit putih,sebagian besar (75%-85%) anak dengan CP memiliki klasifikasi CP
tipe spastik dan (50%-60%) anak dengan CP dapat berjalan dengan mandiri (Tekin et al. 2018).

Fisioterapi memegang peran penting dalam penanganan kasus Cerebrall palsy.Peran dari fisioterapi
sendiri adalah untuk memfasilitasi anak dengan kondisi Cerebral palsy untuk mengurangi gangguan fisik
yang di alami (Lin, Wang, and Wang n.d.). . Fisioterapi juga membantu anak anak dengan kondisi cerebral
palsy unutk mencapai potensi maksimal mereka untuk kemandirian fisik dan untuk meningkatkan kualitas
hidup anak dan keluarganya serta mengurangi dampak dari gangguan fisik mereka (Mardliyah and Widodo
2021).

CP diplegi adalah paralisis yang menyertai kedua sisi tubuh dan salah satu jenis CP yang menyerang
kedua tungkai (Patel et al. 2020). Permasalahan yang sering dialami oleh penderita CP spastic diplegia
adalah adanya spastisitas pada kedua tungkainya,adanya gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan dan
gangguan jalan (Tillberg, Isberg, and Persson 2020). Selain itu penderita juga dapat mengalami problem
penyerta seperti retardasi mental, gangguan penglihatan, gangguan intelektual serta potensial terjadi
kontraktur (Himmelmann et al. 2011). Seseorang agar dapat bergerak atau berubah posisi postur satu ke
postur yang lainya harus mempunyai kontol postural yang bagus dan mempunyai kontrol keseimbangan,
kontrol keseimbangan berfungsi untuk mengurangi resiko terjatuh pada anak anak maupun orang dewasa
(Sulaiman and Anggriani 2018).

Neuro Developmental Treatment adalah konsep latihan yang dikembangkan oleh oleh karel dan bertha
bobath pada tahun 1997 (van Bommel et al. 2019) . Metode ini di ciptakan khusus untuk menangani kasus
gangguan system syaraf pusat pada bayi dan anak anak. Neuro developmental treatment adalah suatu metode
dengan konsep berdasarkan perkembangan dan pemahaman tentang disfungsi gerakan pada anak anak
dengan kerusakan atau gangguan system saraf pusat yang meliputi Handling,fasilitasi,ihibisi dan key point
of control (Lee et al. 2017).

Demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Neuro Development Treatment
(NDT) pada anak CP spastic Diplegia GMFCS IV-V.

2. KERANGKA TEORI
2.1 Prosedur pengambilan data
a. Pemeriksaan subjektif
Keluhan utama pasien yaitu pasien belum mampu untuk jongkok,kneeling,berdiri dan berjalan
kemudian pasien menjalani fisioterapi di Poli Rumah Sakit PKU Muhamadiyah Sukoharjo dari
usia 6.5 tahun.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan inpeksi statis dan inspeksi dinamis kemudian dengan palpasi.
Hasil inspeksi ditemukan bahwa pasien mempunyai gangguna pendengaran kemudian pasien
mengalami hipo tonus pada ekstremitas atas, bawah,core muscle dan trunk.
c. Pemeriksaan penunjang
pemeriksa penunjang menggunakan GMFM (Gross Motor Functional Measurement) terdapat 88
item yang dibagi dalam 5 dimensi . yaitu dimensi liying,rolling (17 item), sitting (20 item),
dimensi crawling (14 item), dimensi standing (13 item), dan dimensi walking,running dan
jumping (12 item).

Tabel 1. Pengukuran Fungsional GMFM

No Pemeriksaan Perhitungan Skor nilai %

45
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 2, Nomor 3, Juli 2022

A Berbaling dan berguling (51 : 51) x 100 = 100%

B Duduk (36 : 60) x 100 = 60 %

C Merangkak dan berlutut (16 : 42) x 100 = 38%

D Berdiri (10 : 39) x100 = 25.6%

E Berjalan dan melompat (E : 72 )x 100 = 0 %

Total Skor (100% + 60 % + 38% + 25.6% + 0%) : 5


44.7%

3. METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode case study yaitu dengan cara mengambil
sampel secara individu dan memberikan program latihan secara langsung kepada responden dengan kondisi
CP diplegi di Rumah Sakit PKU Muhamadiyah Sukoharjo dengan konsep latihan Neuro developmental
treatment.
Peneltian dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan. Pengukuran yang dilakukan yaitu dengan
menggunakan Index gross Motor Functional Measurement (GMFM) digunakan untuk mengetahui
perkembangan motoric pasien sebelum dan setelah dilakukan treatment dengan menggunakan Neuro
developmental treatment.

4. HASIL
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah treatment dengan menggunakan Neuro
Developmental Treatment efektif untuk kasus CP Spastik Diplegi. Intervensi tersebut diberikan kepada
pasien selama 6x dalam jangka waktu 4 minggu di poli Fisioterapi di RS PKU Muhamadiyah Sukoharjo
pada bulan Desember tahun 2021. Intervensi dilakukan di setiap pertemuan dengan pasien, yaitu sebanyak
6x pertemuan. Dimana setiap pertemuan diberikan Neuro Developmental treatment yang meliputi
Handling,fasilitasi,ihibisi dan key point of control selama 40 menit. Treatment ini di fokuskan untuk
meningkatkan tonus otot,menurunkan spasme dan menurunkan tingkat spastisitas.

Handling penanganan yang digunakan untuk mengendalikan input sensorik,untuk mengatur tonus
abnormal, refleks, dan pola gerakan pada saat bersamaan yang bertujuan untuk memfasilitasi tonus otot
keseimbangan dan pola pergerakan yang normal.Fasilitasi digunakan secara positif unutk mempengaruhi
kontrol motoric dan persepsi pada masalah gerakan terkait gangguan karena patologi neurologi dan
keterbatasan aktivitas dan pembatasan partisipasi.Inhibisi.Untuk menghambat pola gerakan yang abnormal
dengan teknik seperti penghambatan pola gerakan di badan dan ekstremitas serta penghambatan refleks
primitive. Key point of control digunakan bila kemungkinan adanya gerakan untuk mempengaruhi tonus
otot, pengaturan postural,serta meningkatkan aktivitas fungsional. Untuk mengetahui efektivitas dari
intervensi yang sudah dilakukan, maka di butuhkan alat ukur untuk mengevaluasi atau membandingkan.
Alat ukur yang digunakan adalah GMFM. .penilaian dilakukan selalama 6 kali pertemuan dalam jangka
waktu 1 bulan. Kemudian diminggu ke 4 pertemuan ke 6 dilakukan evaluasi.

Tabel 2. Evaluasi Fungsional GMFM


No Dimensi T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

1 Dimensi A 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

46
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 2, Nomor 3, Juli 2022

2 Dimensi B 60% 60% 63,3% 65.3% 67% 71.6% 76.5%

3 Dimensi C 38% 38% 42,8% 42.8% 44.2% 47.6% 49.5%

4 Dimensi D 25.6% 25.6% 28.2% 28.2% 35.8% 35.8% 41.2%

5 Dimensi E 0% 0% 0% 0% 2.8% 4.1% 4.1%

Total 44,7% 44.7% 44.72% 47.3% 49,96% 52.6% 54.2%

Berdasarkan Dari hasil pengukuran kemampuan yang telah penulis lakukan dengan menggunakan
Indeks Gross Motor Functional Measurement setelah melakukan treatment selama 6x pertemuan dengan
waktu 40 menit setiap pertemuan dalam kurun waktu 1 bulan terdapat peningkatan kemampuan motorik
pada pasien terutama pada fase duduk merangkak dan berlutut kemudian fase berdiri.
pada pemeriksaan yang pertama nilai GMFM mendapatkan nilai 44,7% dari sebelum dilakukan
treatment sampai dengan treatment 1 tidak terdapat peningkatan kemudian pada treatment ke 2 sampai
dengan treatment ke 6 terdapat sedikit peningkatan. Kemudian penulis melakukan evaluasi yang terakhir di
minggu ke 4 mendapatkan nilai 54.2%.

5. KESIMPULAN
Cerebral Palsy Spastic Diplegia adalah gangguan pada otakyang bersifat non progresif yang
disebabkan adanya lesi atau perkembangan abnormal pada otak yang ditandai dengan adanya spastic dan
gerakan yang kaku pada kedua kaki. Berdasarkan hasil dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa Cerebral
palsy Spastic Diplegi dapat mengakibatkan spasme, hipertonik,dengan demikian menyebabkan otot otot
kaku. Metode latihan dengan konsep Neuro Developmental treatment memiliki prinsip memfasilitasi pola
sikap dan gerakan pada anak dengan Cerebral Palsy Spastic Diplegia. Setelah dilakukan tindakan fisioterapi
dengan konsep latihan Neuro Developmental treatment di dapatkan hasil terdapat peningkatan aktivitas
fungsional motoric yang di ukur menggunakan GMFM dengan hasil T1 44.7%, T2 44,7%, T3 44,72%, T4
49,96%, T5 52,6%, T6 54,2%. Berdasarkan data diatas menunjukan terdapat peningkatan fungsional motorik
menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Boel, Lieve et al. 2019. “Respiratory Morbidity in Children with Cerebral Palsy: An Overview.” Developmental
Medicine and Child Neurology 61(6): 646–53.
van Bommel, Esther E.H. et al. 2019. “Physical Therapy Treatment in Children with Cerebral Palsy after Single-Event
Multilevel Surgery: A Qualitative Systematic Review. A First Step towards a Clinical Guideline for Physical
Therapy after Single-Event Multilevel Surgery.” Therapeutic Advances in Chronic Disease 10: 1–14.
Himmelmann, Kate et al. 2011. “Risk Factors for Cerebral Palsy in Children Born at Term.” Acta Obstetricia et
Gynecologica Scandinavica 90(10): 1070–81.
Lee, Kyoung Hwan et al. 2017. “Efficacy of Intensive Neurodevelopmental Treatment for Children with Developmental
Delay, with or without Cerebral Palsy.” Annals of Rehabilitation Medicine 41(1): 90–96.
Lin, Yongjie, Guowei Wang, and Bingchen Wang. “And Rehabilitation Therapy.” : 1–5.
Mardliyah, Ainul, and Agus Widodo. 2021. “Pengaruh Standing Frame Exercise Terhadap Denyut Nadi Pada Anak
Cerebral Palsy.” Jurnal Health Sains 2(10). https://doi.org/10.46799/jhs.v2i10.302.

47
Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 2, Nomor 3, Juli 2022

Patel, Dilip R., Mekala Neelakantan, Karan Pandher, and Joav Merrick. 2020. “Cerebral Palsy in Children: A Clinical
Overview.” Translational Pediatrics 9(1): S125–35.
Sadowska, Małgorzata, Beata Sarecka-Hujar, and Ilona Kopyta. 2020. “Cerebral Palsy: Current Opinions on Definition,
Epidemiology, Risk Factors, Classification and Treatment Options.” Neuropsychiatric Disease and Treatment 16:
1505–18.

Sulaiman, and Anggriani. 2018. “Efek Postur Tubuh Terhadap Keseimbangan Lanjut Usia Di Desa Suka Raya
Kecamatan Pancur Batu.” Jurnal JUMANTIK 3(2): 127–40.
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/kesmas/article/view/2875/1714.
Swords, Michael. 2018. “Symposium - Hindfoot and Ankle Trauma.” Indian 52(may): 161–69.
Tekin, Fatih, Erdogan Kavlak, Ugur Cavlak, and Filiz Altug. 2018. “Effectiveness of Neuro-Developmental Treatment
(Bobath Concept) on Postural Control and Balance in Cerebral Palsied Children.” Journal of Back and
Musculoskeletal Rehabilitation 31(2): 397–403.
Tillberg, Elsa, Bengt Isberg, and Jonas K.E. Persson. 2020. “Hemiplegic (Unilateral) Cerebral Palsy in Northern
Stockholm: Clinical Assessment, Brain Imaging, EEG, Epilepsy and Aetiologic Background Factors.” BMC
Pediatrics 20(1).
Te Velde, Anna et al. 2019. “Early Diagnosis and Classification of Cerebral Palsy: An Historical Perspective and Barriers
to an Early Diagnosis.” Journal of Clinical Medicine 8(10): 1–13.

48

Anda mungkin juga menyukai