Biaya Bahan Ringkasan
Biaya Bahan Ringkasan
BIAYA BAHAN
Faktor-faktor yang menentukan kuantitas bahan baku yang akan dibeli dalam
satu periode akuntansi adalah :
2 x RU x CO
EOQ = √ CU x CC
Dengan rumusan EOQ tersebut, akan dapat digunakan dengan mudah dan
praktis untuk merencanakan berapa kali suatu bahan dibeli dan dalam kuantitas
berapa setiap kali pembelian. Tetapi, perlu diperhatikan anggapan-anggapan yang
mendasari perhitungan EOQ sebagai berikut :
dimana :
Tujuan penentuan titik maksimum agar dana yang tertanam dalam persediaan
bahan tidak berlebihan. Karena pada saat bahan yang dibeli datang, besarnya
bahan di gudang sama dengan persediaan besi, maka setelah bahan yang dibeli
dimasukkan pula ke gudang persediaan maksimu adalah :
MS = SS + EOQ
dimana :
5. Pengawasan Persediaan
Menurut prinsip akuntansi, harga pokok bahan yang dibeli meliputi harga
faktur ditambah biaya lainnya yang terjadi dalam rangka perolehan bahan, baik
yang berhubungan dengan biaya pemesanan (ordering cost) maupun biaya
penyimpanan (crying cost) sampai dengna bahan siap dipakai di dalam kegiatan
produksi, dikurangi dengan potongan pembelian, rabat dan subsidi langsung atas
pembelian.
Apabila hutang dibayar pada masa potongan, dibuat jurnal ssebagai berikut:
Kas 98.000,00
Berikut akan dibahas perlakuan biaya angkutan bahan pada perusahaan yang
tidak menggunakan tarip biaya overhead pabrik dan pada perusahaan yang
menggunakan tarip biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka.
Kas Rp xx
Selisih biaya angkutan bahan yang terjadi sudah termasuk di dalam selisih
biaya overhead pabrik yang dihitung pada akhir periode dan selisih tersebut akan
diperlakukan sesuai dengan merode yang dipakai.
Cara penentuan tarif dapat dipisahkan untuk setiap bagian agar diperoleh tarif
pembebanan yang lebih teliti, dengan rumus :
faktur.
1. Untuk penentuan harga pokok bahan yang dipakai dan harga pokok
persediaan bahan dengan lebih adil dan teliti.
2. Untuk tujuan pengendalian (pengawasan) atas bahan.
Faktor yang menentukan harga pokok bahan yang dipakai adalah :
1) Pembelian Bahan
Atas dasar faktur pembelian, laporan penerimaan bahan pesanan pembelian
oleh bagian akuntansi (akuntansi biaya) dimasukkan ke dalam kartu
persediaan bahan sesuaai dengan jenis bahan yang dibeli, dan dibuat jurnal
pembelian bahan sebagai berikut :
Persediaan bahan baku Rp xx
Persediaan bahan penolong Rp xx
Hutang dagang Rp xx
Apabila ada potongan tunai dan diperlakukan sebagai pengurangan harga
perolehan bahan, maka persediaan bahan tersebut didebit setelah dikurangi
potongan tunai.
2) Pengembalian Pembelian Bahan
Bagian akuntansi (akuntansi biaya) atas dasar bukti pengembalian pembelian
memasukkan pada kartu gudang dan kartu bahan sesuai dengan jenis bahan
yang dikembalikan dan membuat jurnal :
Hutang dagang Rp xx
Persediaan bahan baku Rp xx
Persediaan bahan penolong Rp xx
3) Pemakaian Bahan
Atas dasar bon permintaan bahan oleh bagian akuntansi (akuntansi biaya)
dimasukkan ke dalam kartu persediaan bahan dan dibuat jurnal sebagai
berikut :
a) Jurnal untuk perusahaan yang menggunakan metode harga pokok proses.
Barang dalam proses – biaya bahan Rp xx
Persediaan bahan Rp xx
b) Jurnal untuk perusahaan yang menggunkan metode harga pokok pesanan.
Barang dalam proses – biaya bahan Rp xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp xx
Persdiaan bahan baku Rp xx
Persediaan bahan penolong Rp xx
4) Pada akhir periode diadakan perhitungan phisik persediaan yang tujuannya
bukan untuk menentukan harga pokok bahan yang dipakai, tetapi untuk
pengawasan phisik persediaan apakah sesuai dengan kartu persediaan bahan.
Pengembalian pembelian :
29 Januari 1983 dikembalikan ke suplier sebanyak 100 kg berasal dari
pembelian tanggal 26 januari 1983.
Pembelian bahan :
Pemakaian metode pertama masuk – pertama keluar (first in, firs out =
FIFO) didasarkan anggapan bahwa bahan yang pertama kali dipakai dibebani
dengan harga perolehan per satuan dari bahan yang pertama kali masuk ke
gudang bahan, atau harga perolehan bahan per satuan yang pertama kali
masuk ke gudang bahan akan digunakan untuk menentukan harga perolehan
per satuan bahan yang dipakai pertama kali, disusul harga perolehan per
satuan yang masuk berikutnya.
Metode ini dimaksudkan untuk menentukan aliran harga perolehan bahan
dan tidak harus sesuai dengan aliran phisik bahan, karena aliran phisik bahan
akan mempertimbangkan keadaan kondisi phisik bahan yang harus segera
dipakai
( X 1 x P1 ) + ( X 2 x P2 ) +… .+ ( X n x Pn )
Harga Perole h an Rata−rata per Satuan=
X 1 + X 2 +… ..+ X n
a. Metode Persediaan Abadi
Metode rata-rata pada persediaan abadi dikenal dengan istilah metode rata-rata
atau MRRB ( moving average method = HAM). Di dalam kartu persediaan
yang mengunakan metode rata-rata bergerak disetiap terjadi tambahhan bahan
dan ada bahan yang dipakai memiliki harga perolehan per satuan bahan yang
paling baru.
b. Metode Terakhir Masuk, Pertama Ke Luar (TMPK)
Pemakaian metode terakhir masuk pertama ke luar ( last in first out LIFO)
mendasarkan anggapan bahwa bahan yang pertama kali dipakai dibebani
dengan harga perolehan per satuan bahan dari yang terakhir masuk, disusul
dengan harga perolehan bahan per satuan yang masuk sebelumnya dan
seterusnya.
1) Metode Persediaan Phisik
Pada metode phisik terakhir masuk pertama ke luar, persedian bahan pada
akhir periode dibebani harga perolehan per satuan yang pertama masuk.
2) Metode Persedian Abadi
Kartu persediaan bahan dengan metode terakhir masuk.
c. Metode Harga Pokok Standar
Pada perusahaan manufaktur dapat menyelenggarakan akuntansi
persediaan atas dasar metode harga pokok standar yang merupakan bagian
dari metode pembebanan harga pokok yang ditentukan di muka (pre-
determined cost). Tujuan utama harga pokok standar adalah untuk mengukur
efisiensi perusahaan, oleh karena itu harga pokok standar harus ditentukan atas
dasar tingkat efisensi dan tingkatan kegiatan normal. Dalam menentukan
harga pokok standar bahan baku ditentukan oleh 2 faktor :
1. Standar harga baku, yaitu harga bahan baku per satuan yang seharusnya
terjadi dalam pembelian bahan.
Selisih antara standar harga bahan baku dengan harga bahan baku
sesungguhnya dimasukkan ke dalam rekening Selisih Harga Bahan Baku.
2. Standar kuantitas bahan baku, yaitu kuantitas bahan baku yang seharusnya
dikonsumsi untuk pengolahan produk.
Selisih antara standar kuantitas bahan baku dengan kuantitas bahan baku
yang sesungguhnya dikomsumsi dimasukan ke dalam rekening Selisih
Kuantitas Bahan Baku.
Salah satu manfaat metode harga pokok standar adalah mempermudah dan
menghemat biaya administrasi, karena cukup diselenggarakan berdasarkan
mutasi kuantitas bahan.
d. Metode Persediaan Dasar
Metode persedian dasar ( base stock method) didasarkan atas anggapan
bahwa persedian minimum atas bahan harus selalu dimiliki perusahaan pada
setia[ saat agar kegiatan dapat kontinyu. Pada umumnya metode persediaan
dasar menggunakan metode terakhir masuk pertama ke luar (TMPK atau
LIFO) untuk menentukan harga pokok bahan yang dipakai. Jadi metode
persediaan dasar menganggap bahwa persediaan minimum atau persediaan
dasar dinilai sebesar nilai dasar (base value) yang sudah ditentukan seolah-
olah sebagai elemen aktiva tetap, dan sisanya mengguanakan metode TMPK.
e. Metode Harga Beli Terakhir (HBT)
Metode harga beli terakhir (cost of last purchases = CLP)membebankan
harga perolehan bahan yang dipakai sebesar kuantitas yang dipakai dikalikan
dengan harga beli per satuan yang terkahir dengan tidak memnadang jumlah
kuantias yang dibeli terakhir. Pemakaian metode ini bisa berakibat persediaan
bahan pada akhir periode menjadi negatif (minus) apabila kondisi harga bahan
selalu naik dan sisa bahan pada akhir periode jumalah kuantitasnya kecil.
f. Metode Masuk Kemudian, Pertama Ke Luar (MKPK)
Metode masik kemudian pertama ke luar (next-in, first out = NIFO)) tidak
mendasarkan kepada harga pokok historis, metode ini didasarkan pemikiran
bahwa harga pokok bahan yang dipakai seharusnya dibebani harga pokok
pengganti (replacement cost) yang akan terjadi untuk memperoleh bahan yang
sama di waktu terjadi transaksi pemakaian bahan.