Anda di halaman 1dari 15

TANGGAPAN RISALAH DISKUSI TEKNIS BENDUNGAN SELANTE

Menindaklanjuti Surat Nomor SA.04.03-Bd/588, perihal Penyampaian Risalah Diskusi


Teknis Pembahasan Pemeriksaan Bendungan Besar Bendungan Selante, Kabupaten
Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

A. Umum
Bendungan Selante dibangun di Sungai Ranggo, tepatnya berada di Desa Selante,
Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis
lokasi bendungan terletak pada koordinat 117 o45’32’’BT dan -8 o48’58’’LS. Tipe bendungan
berupa ukuran tanah homogen. Berdasarkan laporan pemeriksaan besar tahun 2020, tinggi
bendungan 11,29 m, Panjang puncak 219,36 m, lebar puncak 4,11 m dan kemiringan lereng
hulu dan hilir berturut-turut sebesar 1:2,5 dan 1:3. Volume tampungan total waduk
berdasarkan hasil pengukuran tachimetri tahun 2020 sebesar 229,994 m 3 dan luas genangan
7,41 ha.
Manfaat Bendungan Selante adalah untuk melayani kebutuhan air bagi daerah irigasi
seluas 600 ha. Bendungan Selante dibangun pada tahun 1985, kemudian pada tahun 1998
dilakukan rehabilitasi minor pada bendungan. Adapun Riwayat pembangunan dan
pengelolaan Bendungan Selante adalah sebagai berikut :
Tahun 1985 : Pembangunan Bendungan Selante
Tahun 1998 : As built drawing
Sampai dengan saat ini, Bendungan Selante belum memperoleh Izin Operasi Bendungan
dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Untuk melengkapi dokumen
persyaratan permohonan Izin Operasi (bagi bendungan lama), pada tahun 2020 pengelola
bendungan menugasi konsultan PT Aditya Engineering Consultant untuk melakukan
pemeriksaan besar bendungan sekaligus menyiapkan kelengkapan dokumen persyaratan
Izin Operasi.

B. Acuan dalam Pengajuan Izin Operasi Bendungan Lama


1. Dalam proses permohonan izin operasi hendaknya pengelola bendunga dan konsultan
mengacu pada Surat Edaran Dirjen SDA No. SA.02.03-Da/475 tanggal 15 Juni 2020
mengenai “Persyaratan dan Bagan Alir Proses Izin Operasi Bendungan Lama”.
2. Salah satu syarat untuk dikeluarkannya izin operasi bendungan, adalah bendungan
aman untuk dioperasikan pada kondisi beban normal dan beban ekstrim (banjir dan
gempa).Untuk memastikan kondisi tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan besar yang
pada prinsipnya adalah merupakan evaluasi keamanan bendungan secara menyeluruh
terhadap aspek teknis dan non teknis , dengan tujuan untuk :
- Mengidentifikasi masalah
- Mengetahui status/ tingkat keamanan bendungan, dan
- Membuat saran/ usulan tindak lanjut untuk peningkatan keamanan bendungan.
3. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan besar, hendaknya mengacu pada
Surat Edaran Dirjen SDA tersebut.
Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin B
mengenai Pemeriksaan Lapangan yang Telah Dilakukan Konsultan:
Acuan yang digunakan oleh konsultan dalam pengajuan Izin Operasi Bendungan Lama
sudah sesuai dengan yang disebutkan pada poin diatas.

C. Data Teknis Bendungan


1. Laporan pemeriksaan besar hendaknya dilengkapi dengan data teknis lengkap kondisi
terkini bendungan termasuk bendungan pelananya (bila ada) sesuai format dari Balai
Teknik Bendungan. Disamping itu, hendaknya juga dilengkapi dengan Lembar
Informasi Bendungan sesuai format KNIBB.
2. Terdapat perbedaan antara data teknis yang lama dengan hasil pengukuran mutakhir
tahun 2020. Hal ini disebabkan adanya perbedaan titik ikat (bench mark) antara data
teknis yang lama dengan pengukuran terbaru. Hendaknya titik-titik penting/ pokok
diperiksa kembali dengan RTK (real time kinematic positioning) dan dilakukan dengan
pengukuran terestris. Pastikan data pengukuran saat ini diyakini kebenarannya
sehingga dapat menjadi acuan bagi pengelolaan bendungan ke depannya.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin B


mengenai Pemeriksaan Lapangan yang Telah Dilakukan Konsultan
Pada laporan pemeriksaan besar yang disusun konsultan sudah mencantumkan data
teknis lengkap kondisi terkini bangunan termasuk bendungan pelananya.

Data Teknis
Data Teknis Hasil Konsultan
No Uraian Satuan Data Teknis dari BWS PT. Aditya Engineering
Consultant 2020
1 2 3 4 5
A Umum      
  1 Sungai   Ranggo Ranggo
  2 Desa/Kec.   Selante / Plampang Selante / Plampang
  3 Koordinat (BT dan LS) ° ´ ʺ 117° 45' 32" BT dan -8° 48' 58" LS 117° 45' 32" BT dan -8° 48' 58" LS
  4 Tahun Konstruksi   1998 1998
B Waduk      
  1 Luas DAS km² 8 7,69
  2 Luas genangan Ha 8 7,44
  3 Vol. Tampungan Brutto mᶟ 850.000 691.245
  4 Vol. Tampungan Efektif mᶟ 520.000 547.114
  5 Vol. Tampungan Mati mᶟ - 144.131
  6 Debit Banjir Rencana (Q PMF) mᶟ/det - 65,47
  7 Debit Banjir Rencana (Q 1/2 PMF) mᶟ/det - 32,74
  8 Debit Banjir Rencana (Q ₁₀₀₀) mᶟ/det - 37,40
  9 Elevasi MAN (Normal= Top spilway) + m dpl +47 73,5
  10 Elevasi MAB MAX (Q PMF = Siaga) + m dpl - 74,62
  11 Elevasi MAB MAX (Q 1/2 PMF) + m dpl - 74,08
  12 Elevasi MAB (Q 1000) + m dpl +58.5 74,16
  13 Elevasi Dead Storage (Emergency) + m dpl - 65,5
  14 Elevasi Dasar Sungai + m dpl +42.20 58
C Tubuh Bendungan      
  1 Type   Timbunan Tanah Timbunan Tanah Homogen
Data Teknis Hasil Konsultan
No Uraian Satuan Data Teknis dari BWS PT. Aditya Engineering
Consultant 2020
  2 Panjang m 185 219,36
  3 Tinggi m 15 11,29
  4 Lebar Puncak m 5 4,11
  5 Elevasi Puncak + m dpl +55 75,69
  6 Elevasi Dasar Pondasi + m dpl    
  7 Kemiringan Upstream 1:____ 1: 2.5 1: 2.5
  8 Kemiringan Downstream 1:____ 1: 2.5 1: 3
D Spilway      
  1 Type   Ambang Lebar Ambang Lebar
  2 Banjir Rencana mᶟ/det - 32,74
  3 Kapasitas mᶟ/det - 82,44
  4 Jumlah Pintu (utk Bd Bergerak) Buah -  
  5 Type pintu (Utk Bd Bergerak)   -  
  6 Ukuran Pintu (Utk Bd Bergerak) m -  
  7 Panjang m +100 86,75
  8 Lebar m +26 25,01
  9 Type Olakan   USBR USBR
  10 Lebar Olakan m - 20,66
  11 Elevasi Mercu + m dpl +53 73,5
  12 Elevasi Kolam Olak + m dpl +49 59,1
  13 Tinggi Jagaan m - 2,19
  14 Kapasitas Debit mᶟ/det - 82,44
E Intake      
  1 Type   Pintu sorong Pintu sorong
  2 Dimensi Pintu/Valve/Terowongan   1m 1m
  3 Elevasi Intake (Pengambilan) + m dpl - 65,5
  4 Elevasi Outlet (Pengeluaran) + m dpl - 64,32
  5 Elevasi MAR (Waspada LWL) + m dpl - 65,5
  6 Elevasi Dead Storage (Awas) + m dpl - 65,5
F Manfaat      
  1 Irigasi Ha 614 600
  2 Air Baku l/det 100 -
  3 PLTM (Bila Ada) KVA - -
  4 Ternak   250 -
  5 Lain-lain   - -

D. Pengumpulan dan Telaah Dokumen Bendungan


Dalam rangka identifikasi masalah dan potensi masalah, harus dilakukan antara lain:
1. Mengumpulkan dan menelaah /mengkaji semua dokumen embung/ bendungan yang
meliputi laporan-laporan studi, desain, pelaksanaan konstruksi dan laporan OP, dengan
tujuan untuk :
- Mengidentifikasi potensi masalah dan masalah yang ada,dan
- Agar tim pemeriksa bendungan benar-benar memahami konsep desain dan kondisi
bendungan yang diperiksa untuk dievaluasi keamanannya.
2. Konsultan hendaknya melaporkan dan menyerahkan copy dokumen bendungan
(laporan desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan) yang berhasil dikumpulkan dan
ditelaah, dalam bentuk hard copy dan soft copy, kepada Balai Teknik Bendungan.
E. Pemeriksaan Lapangan
1. Pemeriksaan lapangan harus dilakukan terhadap semua komponen bendungan dan
waduk yang meliputi bangunan teknik sipil (meliputi tubuh bendungan, bangunan
pelengkap, dll), peralatan hidromekanik-elektrik, sistem peringatan dini, telemetri,
instrumentasi, waduk, bukit, di sekeliling waduk, dll. Pemeriksaan lapangan harus
dilakukan secara teliti, dengan menggunakan daftar simak.
2. Lakukan pemeriksaan terhadap obyek yang berada di atas tanah dan diatas air serta
obyek di bawah air untuk mengidentifikasi semua potensi masalah yang ada di
lapangan antara lain :
a. Kinerja (performance) bendungan dan bangunan pelengkapnya yang tidak sesuai
dengan rencana/ desain
b. Terjadinya kerusakan konstruksi
c. Penyimpangan perilaku bendungan terkait dengan deformasi, tekanan pori,
tekanan angkat, rembesan (kuantitas dan kualitas), dll
d. Bahaya atau ancaman terkait dengan kondisi geologi dan geologi teknik (d loksi
bendungan, bukit tumpuan dan lereng di sekeliling waduk), untuk itu perlu
dilakukan inspeksi secara menyeluruh
e. Tidak berfungsinya peralatan instrument, Untuk itu, perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap data historis instrument dan uji pembacaan secara langsung di lapangan
serta pengkajian bahwwa data yang tersedia adalah benar untuk dilakukan serta
pengkajian bahwa yang tersedia adalah benar untuk dilakukan plotting dan
interpretasi; dalam hal ini tujuannya adalah untuk memeriksa ada atau tidaknya
anomaly pembacaan dan penyebabnya.
f. Tidak berfungsinya peralatan hidromekanik-eletrik termasuk stplog, gawar banjir,
telemetri, dll; dalam hal ini harus dilakukan uji operasi terhadap semua peralatan-
peralatan tersebut secara langsung
g. Indikasi terjadinya kemerosotan mutu, melemahnya bangunan dan fondasi, dll
h. Dan hal-hal lain yang dampaknya berpotensi mengganggu fungsi dan keamanan
bendungan.
3. Apabila saat pemeriksaan lapangan ditemukan adanya indikasi masalah atau potensi
masalah, maka harus dilakukan Tindakan SIMPLE : Sketch (buat gambar sketsa),
Investigate (periksa secara teliti), Measure (lakukan pengukuran), Photograph (buat
foto dokumentasi), Locate (tandai lokasinya), Engaged (diskusikan dengan ahli terkait);
kemudian buat laporan/ catatan pemeriksaan lapangan yang menjelaskan mengenai :
- Apa indikasi masalah/potensi masalahnya (What)
- Mengapa terjadi permasalahan (Why)
- Dimana lokasinya (Where), misal: pada lereng hilir bendungan, Sta.100,0m; elev
+175,00 m, berjarak sekitar 60,00m dari puncak bendungan;
- Kapan mulai terjadinya (When); dan bagaimana perkembangannya
- Seberapa parah masalah/potensi masalahnya (What Extent) untuk itu lebih dulu
perku dilakukan penelitian atau observasi terhadap indikasi masalah/potensi
masalah yang ditemui, dan lakukan evaluasi untuk mengetahui penyebab/akar
masalah, tingkat keparahannya, perkembangan masalahnya dan dampaknya
terhadap keamanan dan fungsi bendungan.
- Ukuran/dimensi masalah/kerusakanyang ditemui (Panjang, lebar, luas, kedalaman,
debit dalam l/dt, dll)
- Deskripsi lain yang dianggap penting, seperti tingkat kekeruhan aliran rembesan/
kandungan sedimen, perkembangan masalah(berkembang lambat/pesat) laju
kemerosotan mutu (normal/cepat), pola retakan, laju kemerosotan mutu yang
terlalu cepat, perubahan kondisi, kecukupan lapis lindung, sistem drainase
permukaan, dll
- Lengkapi laporan dengan foto/video dokumentasi, apabila foto tidak mampu
memberi gambaran secara jelas, lengkapi dengan gambar sketsa.
4. Pada lereng hulu dan hilir bendungan Selante tampak ditumbuhi semak belukar. Agar
dapat memeriksa kondisi lereng bendungan secara jelas, semak belukar hendaknya
dibersihkan. Apabila jadwal pembersihan semak sudah dilakukan sesuai dengan
jadwal/program yang tercantum dalam pedoman OP bendungan, maka pemeriksaan
lereng sebagai pengamatan visual oleh konsultan pemeriksaan besar, hendaknya
menyesuaikan, atau sebaliknya.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin E mengenai
Pemeriksaan Lapangan yang Telah Dilakukan Konsultan:
Pemerikasaan lapangan yang sudah dilakukan oleh PT. Aditya Engineering Consultant sudah
mengikuti kaidah-kaidah yang disebutkan diatas.

F. Pemeriksaan Peralatan Hidromekanikal dan Uji Operasi


1. Kondisi pipa intake dan inlet tertutup sedimen dan sampah. Hendaknya dilakukan
pembersihan/pemeliharaan dan uji operasi pintu/inlet secara periodik, sesuai dengan
Panduan/Manual OP Bendungan Selante
2. Dalam pemeriksaan besar, hendaknya dilakukan uji operasi terhadap semua peralatan
hidromekanikal. Hasil pemeriksaan dan uji operasi peralatan hidromekanik hendaknya
ditunagkan dalam berita acara yang dilengkapi dengan dokumentasi berupa rekaman
hasil pencatatan/pengamatan selama uji operasi (harap mengikuti daftar simak uji
operasi yang tercantum dalam Pedoman Uji Operasi Bendungan). Foto dan video
pelaksanaan mengenai visual peralatan beserta control serta pergerakannya. Berita
acara tersebut beserta dokumentasinya hendaknya disampaikan kepada Balai Teknik
Bendungan.
3. Pada uji operasi perlatan hidromekanikal, hendaknya dilakukan uji operasi buka tutup
pintu atau valve secara penuh agar dapat diketahui kemungkinan adanya anomali
pada pengoperasian peralatan hidromekanikal secara keseluruhan.
4. Hasil uji operasi peralatan hidromekanikal hendaknya dibandingkan dengan nilai
desain dan/atau hasil uji operasi sebelumnya
5. Uji operasi semua pintu dan katup di Bendungan Selante hendaknya dilakukan secara
rutin paling sedikit 1 (satu) tahun sekali dan dilaporkan hasil dalam laporan OP
tahunan.
6. Hasil pemeriksaan visual dan uji operasi peralatan hidromekanikal tersebut selanjutnya
digunakan sebagai hal-hal berikut:
a) Untuk melakukan evaluasi dan membuat kesimpulan bahwa pintu dan katup
dalam kondisi baik/aman, atau rusak/tidak aman.
b) Sebagai referensi dalam mengevaluasi kondisi peralatan pada periode
pemeriksaan tahunan berikutnya.
7. Apabila dari hasil ujioperasi terdapat peraltan hidromekanikal yang mengalami
kerusakan, hendaknya dibuat usulan perbaikannya, lengkap dengan desain
perbaikannya.
8. Hendaknya juga dilakukan pengecatan terhadap peralatan hidromekanikal Bendungan
Selante dengan mempertimbangkan riwayat pekerjaan pengecetan sebelumnya.
9. Setiap peralatan hidromekanikal hendaknya dilengkapi dengan log book buku catatan
kegiatan, sehingga setiap kegiatan pemeliharaan/perbaikan (penggantian) peralatan
hidromekanikal dapat diketahui riwayatnya secara lengkap.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin F mengenai
Pemeriksaan Peralatan Hidromekanikal dan uji operasi:
Pemerikasaan peraltan hidromekanikal dan uji operasi yang telah dilakukan oleh PT. Aditya
Engineering Consultant sudah mengikuti kaidah-kaidah yang disebutkan diatas.

G. Analisis Geologi dan Geoteknik


1. Posisi Bendungan Selante hendaknya di-plot ke dalam Peta Gempa terbaru.
2. Berdasarkan hasil investigasi yang sudah dilakukan, hendaknya digambarkan profil
melintang dan memanjang geologi serta geologi teknik tubuh bendungan.
3. Selain itu, hendaknya juga digambarkan dan dijelaskan kondisi geologi dan geologi
teknik pada bangunan pelengkap serta waduk. Harus dilakukan pemeriksaan, apakah
tebing pada dinding saluran pelimpah dan sekeliling waduk mengalami longsoran dan
atau berpotensi longsor.
4. Hendaknya diperiksa konsistensi data hasil uji laboratorium terhadap contoh tanah
tidak terganggu dari lubang bor OSP-1 dan OW-2. Berdasarkan uji lab OSP-1, jenis
tanah diklasifikasikan sebagai clay, namun nilai permeabilitasnya adalah 2,32 10 -3 cm/s
(porous). Tidak dapat dilakukan pembandingan data karena pengeboran hanya
dilakukan di satu titik.
5. Catatan hasil pengeboran (bor log) hendaknya dilengkapi dengan data elevasi muka
air tanah.
6. Laporan pengeboran beserta hasil uji laboratorium yang sudah dilakukan hendaknya
dicantumkan ke dalam laporan pemeriksaan besar.
Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin G mengenai
Analisis Geologi dan Geoteknik:
PT. Aditya Engineering Consultant telah melengkapi data analisis Geologi dan Geoteknik
sesuai rekomendasi dan saran yang disebutkan pada poin G nomor 1 s/d nomor 6.

H. Analisis dan Evaluasi Hidrologi serta Sedimentasi


1. Debit banjir rencana hasil analisis hendaknya dikalibrasi terhadap tinggi muka air
terutama pada saat terjadi banjir besar. Untuk itu, hendaknya diperiksa ketersediaan
data pencatatan tinggi muka air waduk di Bendungan Selante.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin H nomor 1
mengenai Analisis dan Evaluasi Hidrologi:
Tidak terdapat data pencatatan tinggi muka air, sehingga tidak dapat diakukan kalibrasi
terhadap debit banjir.

2. Berkaitan dengan hal di atas, hendaknya dicari data kejadian banjir ekstrim yang
pernah terjadi di bendungan yang menyebabkan kenaikan muka air waduk yang paling
tinggi, catat waktu dan tanggal terjadinya, kemudian diperiksa besar curah hujan yang
tercatat.
3. Bendungan Selante memiliki manfaat irigasi seluas 600 Ha. Hendaknya dipastikan
kembali apakah daerah irigasi tersebut sudah terairi dengan baik sesuai rencana atau
tidak.
4. Hendaknya dibuat perbandingan antara volume dan luas tampungan waduk terkini
dengan volume dan luas tampungan waaduk pada saat desain/perencanaan.
Selanjutnya hitung laju sedimentasiyang terjadi di waduk (dalam satuan m 3/tahun dan
mm/tahun).
5. Berdasarkan laju sedimentasi di waduk hendaknya dihitung berapa sisa usia
guna/layanan bendungan saat ini.
6. Dalam mengevaluasi kapasitas pelimpah, hendaknya konsultan juga memeriksa kondisi
dan kapasitas terkini saluran pembawa dari bagian hilir kolam olak sampai dengan
sungai. Harus dipastikan bahwa kondisi saluran bersih dari semak belukar, sedimentasi
dan lain-lain sesuai dengan kondisi awal/desain. Hasil pemeriksaan saluran di hilir
kolam olak hendaknya dilengkapi dengan foto atau video dan dideskripsikan
kondisinya secara jelas.
7. Dalam mengevaluasi kapasitas pelimpah, hendaknya juga dilakukan pengujian Batasan
kapasitas pelimpah yaitu dengan membandingkan rasio kapasitas pelimpah saat ini
(Inflow dibagi outflow) dengan persyaratan kapasitas pelimpah. Pelajari SNI 3432;2020
Tata cara penetapan banjir desain dan kapasitas pelimpah untuk bendungan, Lampiran
B)
Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin H nomor 2
sampai dengan nomor 7 mengenai Analisis dan Evaluasi Hidrologi:
PT. Aditya Engineering Consultant telah melakukan analisis dan evaluasi hidrologi
bendungan sesuai rekomendasi dan saran yang disampaikan pada poin H nomor 2 sampai
dengan nomor 7.

I. Analisis dan Evaluasi Instrumentasi


1. Laporan pemeriksaan besar hendaknya dilengkapi dengan tabel inventarisasi
instrumen yang dipasang pada bendungan yang berisi keterangan mengenai jumlah
instrumen yang dipasang, jumlah instrumen yang masih berfungsi dan yang sudah
mengalami kerusakan dan apa penyebabnya.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin I nomor 1
mengenai Analisis dan Evaluasi Instrumentasi yang telah dilakukan Konsultan:
PT. Aditya Engineering Consultant telah melengkapi data instrumentasi yang terpasang.
Berikut tabel instrumentasi yang terpasang pada Bendungan Selante.
Jumlah Instrumen yang terpasang Kondisi Fisik Kualitas Data Pembacaan
No Instrumentasi
Lereng Hulu Lereng Total
Puncak
Hilir

1 Patok Geser 6 6 6 18 Baik Baik


(Pemasangan 2020) (Mulai Pembacaan 2020)

2 OSP 3 2 - 5 Kering, tidak terdapat air Baik


(Mulai Pembacaan 2020)

3 OW - 3 - 3 Baik Baik
(Pemasangan 2020) (Mulai pembacaan 2020

2. Hendaknya digambarkan dengan dan potongan tata letak instrumen yang dipasang di
bendungan.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin I nomor 2
mengenai Analisis dan Evaluasi Instrumentasi yang telah dilakukan Konsultan:
PT. Aditya Engineering Consultant telah menggambaran potongan tata letak instrumen di
Bendungan Selante.

3. Hendaknya dilakukan pembacaan/pengukuran terhadap seluruh instrumen yang


terpasang. Bacaan instrument kemudian di-plot ke dalam grafik dan dievaluasi.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin I nomor 3
mengenai Analisis dan Evaluasi Instrumentasi yang telah dilakukan Konsultan:
PT. Aditya Engineering Consultant telah melakukan pembacaan instrumentasi yang
terpasang. Berikut grafik hasil pemantauan OW di Bendungan Selante.
4. Berdasarkan bacaan pizometer, muka air freatik tampak memotong lereng hilir
bendungan. Hendaknya diperiksa apakah pada saat pembacaan pizometer dijumpai
adanya basahan atau rembesan pada kaki dan lereng hilir bendungan.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin I nomor 4
mengenai Analisis dan Evaluasi Instrumentasi yang telah dilakukan Konsultan:
Akan diperiksa lebih lanjut apakah dijumpai rembesan atau basahan pada kaki dan lereng
hilir bendungan selante pada saat pembacaan piezometer.

5. Dilaporkan bahwa telah dilakukan pemasangan pizometer baru pada tubuh


bendungan. Laporan pemasangan pizometer tersebut hendaknya diuraikan secara
detail ke dalam laporan pemeriksaan besar.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin I nomor 5
mengenai Analisis dan Evaluasi Instrumentasi yang telah dilakukan Konsultan:
PT. Aditya Engineering Consultant akan melengkapi data pemasangan piezometer baru dan
diuraikan secara lengkap ke dalam laporan pemeriksaan besar.

J. Analisis Teknik dan Evaluasi Keamanan Bendungan


1. Analisis teknik dilakukan untuk mengetahui keamanan bendungan dari aspek
struktural (stabilitas,deformasi,geser,guling,dll), hidraulika (kecukupan kapasitas
pelimpah, tinggi jagaan, kapasitas fasilitas pengeluaran darurat, erosi permukaan, dll),
dan rembesan (piping, erosi internal, rekah hidraulik, pelarutan material,dll).
2. Analisis teknik dilakukan berdasar kondisi nyata di lapangan, dengan
mempertimbangkan dan menggunakan hasil pemeriksaan lapangan, data bacaan
instrumen, uji operasi, geometri bendungan, kondisi/parameter material terpasang,dll.
3. Analisis stabilitas lereng bendungan dilakukan pada potongan tertinggi bendungan,
dan profil yang krusial, yang terdapat anomaly (perubahan geometri, tinggi tekanan
pori >desain, lereng yang basah, dll).
4. Lakukan analisis stabilitas tubuh bendungan dengan kondisi muka air freatik
memotong lereng hilir bendungan, sesuai dengan hasil bacaan pizometer pipa tegak.
5. Berdasarkan ICOLD, pada gempa OBE digunakan periode 145 tahun. Hendaknya
dilakukan analisis ulag sesuai periode ulang gempa tersebut.
6. Dalam mengevaluasi rembesan pada bendungan digunakan persyaratan 0,05%
tampungan bruto. Perlu diperhatikan bahwa persyaratan tersebut merupakan kriteria
untuk operasional bendungan terutama kaitannya dengan hilangnya air yang berkaitan
dengan operasi waduk. Dalam mengevaluasi keamanan terhadap rembesan, masih
diperlukan analisis-analisis lainnya, diantaranya kecenderungan besaran rembesan
yang di ukur di V-notch dari tahun ke tahun.
7. Debit rembesan yang terukur di V-notch seharusnya dibandingkan dengan batas aman
bacaan rembesan berdasarkan hasil analisis menggunakan parameter material
terbangun.
8. Pada penjelasan sebelumnya disampaikan bahwa muka air freatik memotong lereng
hilir bendungan. Dalam analisis keamanan bendungan terhadap bahaya piping, nilai
exit gradient yang digunakan hendaknya diambil pada lokasi dimana muka air freatik
tersebut memotong lereng hilir bendungan.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin J mengenai
Analisis dan Evaluasi Instrumentasi yang telah dilakukan Konsultan:
PT. Aditya Engineering Consultant telah melakukan analisis teknik dan evaluasi keamanan
bendungan sesuai rekomendasi dan saran yang disampaikan pada poin J nomor 1 sampai
dengan nomor 8.

K. Evaluasi Sistem dan Pelaksanaan OP


Lakukan evaluasi sistem dan pelaksanaan OP dalam rangka evaluasi keamanan
bendungan dari aspek non teknis.
1. Evaluasi sistem dan pelaksanaan OP, meliputi antara lain:
a. Kecukupan organisasi OP/UPB ditinjau dari :
- Lingkup, tugas dan fungsinya
- Kecukupan jumlah dan kompetensi SDM OP.
b. Kecukupan Panduan OP,ditinjau dari usia panduan, kesesuaian dengan kondisi
terakhir bendungan, lingkup isi, kemudahan untuk dipahami dan dilaksanakan.
c. Penerapan Panduan OP
- Periksa apakah operasi, pemeliharaan dan pemantauan dilaksanakan sesuai
dengan Panduan/Pedoman OP.
- Periksa apakah laporan pemantauan, pemeliharaan dan operasi dibuat dan
didistribusikan sesuai dengan Pedoman OP
- Periksa apakah setiap akhir tahun dilakukan evaluasi penyelenggaraan OP,
- Periksa kecukupan dana untuk memenuhi kebutuhan seluruh biaya OP
- Lakukan evaluasi penyelenggaraan OP untuk mengetahui: efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan OP serta mengetahui kemungkinan adanya problem yang
sedang berkembang
- Evaluasi dilakukan terhadap: pelaksanaan kegiatan OP termasuk biaya yang
dikeluarkan dan manfaat yang diperoleh.
d. Pelaksanaan Operasi
- Periksa pelaksanaan operasi saat banjir, surut cepat, bagaimana fungsi dan
untuk kerja (performance) bangunan pelimpah dan bangunan pengeluaran
lainnya.
- Sudahkah kejadian luar biasa, musibah dan kecelakan diinvestigasi dan dievaluasi
serta dilaporkan.
- Organisasi Unit Pengelola Bendungan. Organisasi UPB hendaknya diperbaharui
apabila terdapat perubahan/pergantian pejabat atau personil UPB.
e. Diinformasikan bahwa belum terdapat AKNOP dan Renstra Bendungan Selante.
Hendaknya dalam merencanakan kebutuhan OP Bendungan Selante sesuai dengan
AKNOP dan Renstra sehingga kegiatan OP dapat dilakukan secara berkala dengan
berkelanjutan.
f. Hendaknya grafik pola operasi waduk mengacu kepada Pasal 47 Permen PUPR
No.27/PRT/M/2015 tentang Bendungan dan Pedoman Pengoperasian Waduk
Tunggal Pd T-25-2004-A.
g. Lengkapi laporan pemeriksaan besar dengan riwayat pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan Bendungan Selante sejak dari pengisian awal waduk hingga
beroperasi sampai saat ini, sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk
penyempurnaan Panduan OP.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin M nomor 1
mengenai Analisis Teknik dan Evaluasi Stabilitas Bendungan yang telah dilakukan
Konsultan.
Tidak tersedianya formulir pemantauan yang dapat digunakan oleh penjaga bendungan
untuk mencatat hasil pemantauan rutin, sehingga konsultan tidak dapat melakukan evaluasi
sistem OP

L. Evaluasi Kesiapsiagaan Tindak Darurat


1. Dalam mengevaluasi kesiapsiagaan tindak darurat hendaknya memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Harap diperiksa apakah pengelola bendungan sudah memiliki kesiapsiagaan tindak
darurat sebagaimana dimaksud dengan Pasal 53 Permen PUPR
No.27/PRT/M/2015,dengan melakukan:
- Penyusunan rencana tindak darurat
- Penyiapan peralatan dan material untuk tindak darurat
- Pemutakhiran rencana tindak darurat sesuai dengan kondisi terkini
- Penyiapan personil untuk pelaksanaan tindak darurat
- Sosialisasi kepada unsur masyarakat yang terpengaruh potensi kegagalan
bendungan, dan
- Sosialisasi kepada pemerintah daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota yang wilayahnya terpengaruh potensi kegagalan bendungan.
b. Periksa kecukupan sistem RTD, meliputi antara lain :
- Usia RTD, kesesuaian dengan kondisi terakhir di lapangan, lingkup isi,
kemudahan untuk dipahami dan dilaksanakan.
- Apakah sudah dilaksanakan pelatihan terhadap para petugas pelaksana RTD.
- Klasifikasi bahaya bendungan, apakah sudah ditetapkan sesuai pedoman.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin L nomor 1
mengenai evaluasi kesiapsiagaan tindak darurat:
Belum ada RTD yang dibuat dari awal embung berdiri, sehingga tidak dapat dilakukan
evaluasi. Perumusan dokumen RTD sudah dilakukan, hanya perlu koordinasi dengan instansi-
instansi setempat yang terkait untuk sosialisasi dan pemutakhiran.

2. Materi rencana tindak darurat yang dipaparkan pada saat diskusi baru berfokus pada
upaya penyelamatan masyarakat.
Rencana tindak darurat isinya memuat 2 (dua)kelompok kegiatan,yaitu pengamanan
bendungan dan penyelamatan masyarakat serta lingkungan. Tindakan pengamanan
bendungan merupakan tanggung jawab pengelola bendungan dan Tindakan
penyelamatan masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintah daerah yang
dilaksanakan di bawah koordinasi BNPB/BPBD Rencana Tindak Darurat hendaknya
mencakup 2 (dua)kegiatan pokok tersebut.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin L nomor 2
mengenai evaluasi kesiapsiagaan tindak darurat:
Belum ada rencana atau jadwal mengenai sosialisasi RTD dengan warga setempat.

3. Selama peyusunan RTD, hendaknya dilakukan diskusi/konsultasi intensif dengan


BNPB/BPBD dan instansi terkait untuk memperoleh masukan guna penyempurnaan,
khususnya terkait dengan rencana evakuasi penduduk.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin L nomor 3
mengenai evaluasi kesiapsiagaan tindak darurat:
Akan segera dilakukan konsultasi terkait RTD dengan pihak BNPB/BPBD setempat.

4. Terkait dengan rencana sosialisasi dalam bentuk simulasi yang melibatkan unsur
masyarakat hendaknya
a. Lebih dulu disiapkan organisasi/tim pelaksana RTD pada Pengelola Bendungan;
b. Lebih dulu dilakukan pelatihan kepada petugas pengelola, sehingga
petugas/pejabat pelaksanaan RTD sehingga paham mengenai hal-hal sebagai
berikut.
- Macam-macam indikasi ancaman bahaya bendungan yang ada, dan
perkembangannya dari kondisi yang teringan sampai berkembang menjadi
keruntuhan bendungan serta tindak pencegahan yang harus dilakukan. Untuk
ini, konsultan/instruktur pelatihan harus merupakan seorang ahli bendungan
yang benar-benar paham secara teknis indikasi ancaman keamanan
bendungan dan perkembangannya dari kondisi yang teringan hingga
keruntuhan bendungan; paham terhadap tindak pencegahan masing kondisi
darurat bendunga, serta memahami konsep RTD yang mereka tulis.
- Peran dan tanggung jawab masing-masing petugas/pejabat saat terjadi
kondisi darurat bendungan. Untuk itu perlu dilakukan simulasi pelaksanaan
tindak darurat dengan berbagai kasus indikasi keruntuhan dan tindak
pencegahannya, sehingga petugas pengelola bendungan memahami benar
peran dan tanggung jawab masing-masing petugas/pejabat saat terjadi
kondisi darurat bendungan sejak kondisi darurat waspada hingga meningkat
menjadi siaga dan awas. Simulasi juga dilakukan untuk mengetahui
bagaimana cara mengatur/mengelola tindak darurat, melakukan koordinasi
antar petugas/pejabat dan membuat laporan keadaan darurat kepada
pemerintah daerah dan instansi terkait.
c. Simulasi tindak darurat bendungan, dapat dilakukan secara :
- Terbatas hanya untuk petugas di lingkungan pengelola bendungan;
- Terbatas antara petugas pengelola bendungan dengan BPBD dan instansi
terkait
- Perlu melibatkan petugas bendungan, BPBD, instansi terkait dan unsur
masyarakat. Simulasi yang melibatkan unsur masyarakat sebaiknya
dikoordinasi oleh BPBD sesuai dengan tugs dan fungsi BPBD.
d. Saat sosialisasi/simulasi, hendaknya diawali dengan penjelasan umum mengenai
Bendungan Selante, konsepsi keamanan bendungan beserta latar belakang
penyusunan RTD, pelaporan keadaan darurat, koordinasi antar instansi pelaksana
RTD, sistem peringatan bahaya, evakuasi penduduk,pengakhiran keadaan darurat,
dll.

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin L nomor 4
mengenai evaluasi kesiapsiagaan tindak darurat:
Akan dilakukan simulasi sesuai dengan arahan tersebut, terimakasih.

5. RTD Bendungan Selante hendaknya dilengkapi dengan gambar/peta jalan alternatif


menuju bendungan dari berbagai sisi untuk mengatasi situasi saat terjadi keadaan
darurat, dan mengevakuasi.

6. Dalam rangka upaya pengamanan bendungan, setiap RTD bendungan harus


dilengkapi dengan indikasi-indikasi ancaman bahaya bendungan sesuai dengan
kondisi spesifik dan karakteristik bendungan beserta tindak pencegahannya. Oleh
sebab itu, konsultan harus benar-benar mengenali dan memahami Bendungan Selante
beserta kondisi spesifik dan karakteristiknya. Terkait dengan hal tersebut konsultan
hendaknya mempelajari laporan desain dan laporan-laporan pelaksanaan konstruksi.
Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin L nomor 6
mengenai Evluasi Kesiapsiagaan Tindak Darurat:
Tidak ditemukan adanya laporan desain serta laporan-laporan pelaksanaan konstruksi
sebelumnya, tetapi tim dari kami sudah berusaha untuk mengenali kondisi spesifik dan
karakteristi bendungan lanangga.

M. Sistem Dokumentasi Bendungan


Dalam pemeriksaan besar, konsultan hendaknya juga melakukan evaluasi terhadap sistem
dokumentasi bendungan, dan dalam melakukan evaluasi hendaknya memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Seluruh dokumen bendungan harus tersimpan dengan baik dan mudah diakses.
Lakukan pemeriksaan sistem penyimpanan dokumen dan kemudahan dalam
mengakses dokumen bendungan khususnya bagi petugas OP bendungan.
2. Dokumen bendungan harus disimpan di beberapa tempat berikut :
- Lokasi bendungan/Kantor UPB
- Kantor Pengelola Bendungan
- Kantor Pemilik Bendungan
- Sekretariat KKB/Balai Teknik Bendungan
3. Dokumen bendungan, paling tidak mencakup :
- Studi kelayakan, studi pengadaan tanah, dll
- Dokumen desain pembangunan/perbaikan/rehabilitasi
- Laporan akhir pelaksanaan konstruksi pembangunan/rehabilitasi
- As built drawing
- Dokumen RTD
- Pedoman/Panduan O & P
- Laporan operasi, pemeliharaan dan pemantauan,dll

Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin M mengenai
Sistem Dokumentasi Bendungan yang telah dilakukan Konsultan:
PT. Aditya Engineering Consultant akan melakukan saran dan masukan mengenai sistem
dokumentasi bendungan seperti yang disebutkan pada point M nomor 1 sampai dengan 3.
Konsultan telah menyiapkan dokumen-dokumen bendungan seperti yang disebutkan pada
poin M nomor 3a sampai dengan 3g.

N. Laporan
Periksa apakah jenis dan distribusi laporan OP yang meliputi: laporan operasi, pemeliharaan,
pemantauan) dilaksanakan sesuai Pedoman OP.
Sesuai pedoman OP, laporan OP dibedakan sebagai berikut
1. Berdasar frekuensi, laporan dibedakan menjadi:
- Laporan rutin (harian, mingguan, bulanan)
- Berkala tengah tahunan
- Laporan tahunan OPP (Operasi Pemeliharaan dan Pemantauan)
- Pemeriksaan besar
- Luar biasa,dan
- Khusus
2. Laporan paling tidak harus disampaikan kepada
- Pemilik/Direktorat Pembina,dan
- Balai Teknik Bendungan/KKB (selain laporan rutin)
Tanggapan PT. Aditya Engineering Consultant terhadap risalah pada poin O mengenai
Evaluasi Laporan OP:
Berdasarkan laporan dari penjaga bendungan Selante, tidak ada data tertulis dari hasil
kegiatan operasi dan pemeliharaan pada Bendungan Selante.

O. Kesepakatan Diskusi
Pengelola bendungan beserta konsultan hendaknya menindaklanjuti saran-saran diskusi
teknis di atas, dibuat laporan tindak lanjutnya dan disampaikan ke Balai Teknik
Bendungan paling lambat 1 (satu) bulan sejak risalah diskusi teknis berikut disampaikan
kepada Pengelola Bendungan.

Anda mungkin juga menyukai