Anda di halaman 1dari 37

No.

Dokumen : QMM-03
Tanggal berlaku : 01-03-2019
No. Revisi : 01
Halaman : 1 of 33

QUALITY MANUAL MACHINE

PROGRAM PROTEKSI DAN KESELAMATAN


RADIASI
Anritsu X-Ray Inspection System
XR 75 Series

PT. SANGHIANG PERKASA


2019

Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi-Anritsu XR75


Series
Halaman Pengesahan

Dokumen Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi – Anritsu XR75 Series ini telah diperiksa dan
disetujui untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Berbagai hal yang tidak tercantum dalam dokumen ini maupun berbagai perubahan yang
kemungkinan terjadi di masa mendatang akan di informasikan ke pihak terkait.

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh:

(Aloysius Boris Ronycahya) (Cahyo Agung)


Petugas Proteksi Radiasi Manager EM

Disetujui oleh:

(Yohanes Wisnu) (Irwan Kurniawan) (Gunawan Widada) (I Gede Putu Eka


Putra)
Manager QA MR Kalbenutritionals Plant Head Presiden Direktur
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL--------------------------------------------------------------------------------------------0
HALAMAN PENGESAHAN---------------------------------------------------------------------------1
DAFTAR ISI-----------------------------------------------------------------------------------------------2
BAB I PENDAHULUAN--------------------------------------------------------------------------------3
1.1Latar Belakang--------------------------------------------------------------------------------3
1.2Tujuan--------------------------------------------------------------------------------------------3
1.3 Landasan Hukum----------------------------------------------------------------------------------4
1.4 Ruang Lingkup-------------------------------------------------------------------------------------4
BAB II PENYELENGGARA KESELAMATAN RADIASI--------------------------------------7
II.1 Struktur Organisasi--------------------------------------------------------------------------7
II.2 Tanggung Jawab dan Kewajiban-------------------------------------------------------------8
II.3 Personil Yang Bekerja di Fasilitas-----------------------------------------------------------11
BAB III DESKRIPSI FASILITAS, PERALATAN GAUGING, DAN PERLENGKAPAN------13
III.1 Deskripsi Fasilitas Untuk Penempatan ANRITSU XR75 SERIES------------13
III.2 Bentuk dan Deskripsi Spesifikasi Alat-----------------------------------------------------14
III.3 Deskripsi Perlengkapan Proteksi Radiasi Yang Digunakan------------------------15
III.4 Pemantauan Dosis Personil-------------------------------------------------------------16
III.5 Jenis Pemantauan Kesehatan Personil----------------------------------------------17
III.6 Pemantauan Kesehatan Personil------------------------------------------------------17
III.7 Nilai Batas Dosis yang diizinkan (NDB)---------------------------------------------------17
III.8 Perhitungan perkiraan penerimaan dosis personel-----------------------------17
BAB IV PROSEDUR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI-----------------------19
IV.1Prosedur Pengoperasian-----------------------------------------------------------------19
IV.2Prosedur Pengangkutan------------------------------------------------------------------25
IV.3Prosedur Perawatan dan Pemeliharaan---------------------------------------------25
IV.4Prosedur Penggantian Tabung X-Ray-----------------------------------------------------25
IV.5Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi Personil-------------------------------26
IV.6Prosedur Pengelolaan Limbah---------------------------------------------------------------26
IV.7Prosedur Rencana Penanggulangan Kedaruratan------------------------------------27
BAB V REKAMAN DAN LAPORAN---------------------------------------------------------------28
V.1Rekaman----------------------------------------------------------------------------------------28
V.2Laporan------------------------------------------------------------------------------------------29
BAB VI PROGRAM JAMINAN MUTU-------------------------------------------------------30
BAB VII RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT-----------------------31
VII.1Keadaan Darurat / Potensi Kejadian Abnormal----------------------------------31
VII.2Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat-------------------------------------32
VII.3Mekanisme dan Jangka Waktu Pelaporan-----------------------------------------34
BAB I
PENDAHULUAN

Program ini disusun sebagai pedoman dalam rangka upaya keselamatan radiasi
bagi pekerja radiasi, masyarakat, dan lingkungan, saat penggunaan maupun perawatan Mesin
X-Ray ANRITSU XR75 SERIES buatan Anritsu Infivis Co., LTD.. yang digunakan untuk
memeriksa isi dari suatu barang produksi berupa makanan dan minuman untuk melihat ada
tidaknya kontaminasi di dalamnya secara cepat dan akurat. Diharapkan setiap pelaksanaan
operasi alat ini tidak terjadi kecelakaan yang mengarah pada pemaparan radiasi berlebih.

I.1. Latar Belakang


Program proteksi radiasi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat
yang dibutuhkan untuk mendapatkan izin pemanfaatan dari BAPETEN, maka agar
pelaksanaan kegiatan Pesawat Sinar-X tersebut dapat berjalan secara legal, aman, selamat
dan sehat, baik bagi pekerja, daerah kerja maupun lingkungan, pihak manajemen PT.
SANGHIANG PERKASA membuat dokumen program proteksi radiasi ini.
Adapun pengertian Proteksi Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi. Sedangkan, Keselamatan Radiasi
adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan
hidup dari bahaya radiasi. Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi adalah rencana yang
harus disusun dan dilaksanakan oleh Pemengan Ijin.

I.2. Tujuan
Program proteksi radiasi ini dibuat sesuai aturan diterapkan dalam Peraturan
Kepala BAPETEN No. 6 Tahun 2009 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Zat
Radioaktif dan Pesawat Sinar-X sebagai pedoman bagi mereka yang akan melakukan
pekerjaan agar dapat berjalan dengan aman, selamat, dan sehat bagi para pekerja itu sendiri,
bagi daerah kerja maupun bagi lingkungan sekitar.
I.3. Landasan Hukum
Penyusunan dokumen program proteksi radiasi yang digunakan pada ANRITSU XR75
SERIES ini mengacu pada beberapa ketentuan yang berlaku, yaitu :
a. Undang Undang No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.
b. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2008 Tentang Pemanfaatan Sumber Radiasi
Pengion Dan Bahan Nuklir.
c. Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 Tentang Keselamatan Radiasi Pengion
dan Keamanan Sumber Radioaktif.
d. Peraturan Kepala BAPETEN No. 6 Tahun 2009 Tentang Keselamatan Radiasi
Dalam Penggunaan Zat Radioaktif dan Pesawat Sinar-X Untuk Peralatan Gauging.
e. Peraturan Kepala BAPETEN No. 1 Tahun 2010 tentang Kesiapsiagaan dan Penanggulangan
Kedaruratan Nuklir.
f. Peraturan Kepala BAPETEN No. 6 Tahun 2010 tentang Pemantauan Kesehatan untuk
Pekerja Radiasi.
g. Peraturan Kepala BAPETEN No. 4 Tahun 2013 Tentang Proteksi dan Keselamatan
Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Jenis Dan
Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pengawas
Tenaga Nuklir
i. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 16 Tahun 2014 Tentang
Surat Izin Bekerja Petugas Tertentu Yang Bekerja Di Instalasi Yang Memanfaatkan
Sumber Radiasi Pengion
I.4. Ruang Lingkup
Penyusunan dokumen program proteksi radiasi yang digunakan pada ANRITSU XR75
SERIES ini merupakan salah satu sarana menjabarkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan keselamatan radiasi yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di negara Indonesia
yang meliputi pengaturan keamanan peralatan, personil, dan lingkungan.
I.5. Definisi
Agar mempermudah pemahaman dan menyamakan persepsi dalam pengertian
yang diperoleh pada dokumen ini maka perlu dijelaskan terlebih dahulu definisi-definisi
kata atau kalimat berikut ini:
1. Badan Pengawas Tenaga Nuklir yang selanjutnya disebut BAPETEN adalah instansi
yang bertugas melaksanakan pengawasan melalui peraturan, perizinan, dan inspeksi terhadap
segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir.
2. Keselamatan Radiasi Pengion yang selanjutnya disebut Keselamatan Radiasi
adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat, dan
lingkungan hidup dari bahaya radiasi.
3. Keamanan Sumber Radioaktif adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah akses
tidak sah atau perusakan, dan kehilangan, pencurian, atau pemindahan tidak sah sumber
radioaktif.
4. Proteksi Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi
yang merusak akibat paparan radiasi.
5. Nilai Batas Dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang dapat
diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa
menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir.
6. Rekaman adalah dokumen yang menyatakan hasil yang dicapai atau memberi
bukti pelaksanaan kegiatan dalam pemanfaatan tenaga nuklir.
7. Gauging adalah teknik pengukuran yang memanfaatkan aplikasi teknik nuklir
untuk mengukur tebal, ketinggian, densitas, sebagai kendali mutu atau proses
produk.
8. Pemegang Izin adalah orang atau badan yang telah menerima izin pemanfaatan
tenaga nuklir dari BAPETEN.
9. Petugas Proteksi Radiasi adalah petugas yang ditunjuk oleh Pemegang Izin dan
oleh BAPETEN dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan Proteksi
Radiasi.
10. Petugas Perawatan adalah petugas yang ditunjuk oleh Pemegang Izin untuk
melakukan perawatan peralatan Gauging dan berpotensi menerima paparan radiasi.
11. Operator adalah orang yang ditunjuk oleh Pemegang Izin untuk mengoperasikan
peralatan Gauging dan berpotensi menerima paparan radiasi.
12. Intervensi adalah setiap tindakan untuk mengurangi atau menghindari paparan
atau kemungkinan terjadinya paparan kronik dan Paparan Darurat.
13. Kecelakaan Radiasi adalah kejadian yang tidak direncanakan termasuk kesalahan
operasi, kerusakan, atau kegagalan fungsi alat, atau kejadian lain yang menimbulkan akibat
atau potensi akibat yang tidak dapat diabaikan dari aspek Proteksi dan Keselamatan
Radiasi.
14. Paparan Darurat adalah paparan yang diakibatkan terjadinya kondisi darurat nuklir
atau radiologik.
BAB II
PENYELENGGARA KESELAMATAN RADIASI
Organisasi proteksi dan keselamatan radiasi merupakan wadah yang terdiri
dari perwakilan setiap personil yang ada di fasilitas atau instalasi yang memanfaatkan Sumber
Radiasi Pengion, dapat berbentuk orang perorangan, komite atau organisasi, bertugas untuk
membantu Pemegang Izin dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
Pemegang izin bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan keselamatan radiasi dan
wajib melaksanakan keselamatan kerja dengan radiasi, yang dalam pelaksanaannya dibantu
oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR) dan pekerja radiasi.

II.1 Struktur Organisasi Proteksi Radiasi


Agar program keselamatan dapat dilaksanakan dengan baik, maka dibentuklah
organisasi proteksi radiasi seperti ditampilkan pada bagan berikut :
Struktur Organisasi Proteksi Radiasi

PEMEGANG IZIN

Direktur
PT. SANGHIANG PERKASA

PETUGAS PROTEKSI RADIASI

PETUGAS PERAWATAN

OPERATOR

II.2. Tanggung Jawab dan Kewajiban


Penanggungjawab Keselamatan Radiasi adalah Pemegang Izin dan pihak lain yang
terkait dengan pelaksanaan Pemanfaatan Tenaga Nuklir. Penanggung jawab Keselamatan
Radiasi wajib mewujudkan Budaya Keselamatan pada setiap Pemanfaatan Tenaga
Nuklir.
II.2.1. Tanggungjawab dan Kewajiban Pemegang Izin
Pemegang Izin adalah orang atau badan yang telah menerima izin Pemanfaatan
Tenaga Nuklir dari BAPETEN dalam hal ini adalah Direktur PT. SANGHIANG
PERKASA.
II.2.1.1. Tanggungjawab Pemegang Izin
Pemegang Izin mempunyai tanggung jawab tertinggi terhadap keselamatan
personil dan anggauta masyarakat lain yang mungkin berada di dekat instalasi dibawah
pengawasannya. Dalam melaksanakan tanggungjawabnya dalam keselamatan radiasi
Pengusaha Instalasi harus melaksanakan tindakan tersebut dibawah ini :
a. Mewujudkan tujuan Keselamatan Radiasi sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah ini;
b. Menyusun, mengembangkan, melaksanakan, dan mendokumentasikan program
Proteksi dan Keselamatan Radiasi, yang dibuat berdasarkan sifat dan resiko untuk
setiap pelaksanaan Pemanfaatan Tenaga Nuklir;
c. Membentuk dan menetapkan pengelola Keselamatan Radiasi di dalam fasilitas
atau instalasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya;
d. Menentukan tindakan dan sumber daya yang diperlukanuntuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan memastikan bahwa sumber daya
tersebut memadai dan tindakan yang diambil dapat dilaksanakan dengan benar;
e. Meninjau ulang setiap tindakan dan sumber daya secara berkala dan
berkesinambungan untuk memastikan tujuan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dapat dicapai;
f. Mengidentifikasi setiap kegagalan dan kelemahan dalam tindakan dan sumber daya
yang diperlukan untuk mewujudkan Keselamatan Radiasi, serta mengambil langkah
perbaikan dan pencegahan terhadap terulangnya keadaan tersebut;
g. Membuat prosedur untuk memudahkan konsultasi dan kerja sama antar semua pihak
yang terkait dengan Keselamatan Radiasi; dan
h. Membuat dan memelihara Rekaman yang terkait dengan Keselamatan Radiasi.

II.2.1.2. Kewajiban Pemegang Izin


Pemegang Izin mempunyai kewajiban mewujudkan Budaya Keselamatan dengan
membuat standar operasi yang memadai, untuk menjamin keselamatan dan kesehatan
pekerja dan lingkungan. Untuk itu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh
bagi setiap pekerja sebelum bekerja, selama bekerja dan setelah berhenti.
Agar program keselamatan ini berhasil maka pemegang izin wajib mengadakan
pelatihan yang memadai oleh PPR yang telah ditunjuk atau mengundang ahli dalam bidang
keselamatan radiasi juga wajib menyampaikan mengenai potensi bahaya radiasi kepada
setiap pekerja.
Pemegang Izin melakukan pemantauan radiasi perorangan dan membuat Rekaman
Paparan Radiasi serta menyimpan dan merawatnya serta melaporkan segera kepada BAPETEN
apabila terjadinya Dosis yang melebihi Nilai Batas Dosis yang di izinkan.
II.2.2. Pihak Terkait
Agar pelaksanaan program keselamatan berhasil perlu didukung oleh tim yang
memadai serta kompeten dibidangnya, antara lain :
II.2.2.1. Petugas Proteksi Radiasi (PPR)
a. Petugas Proteksi Radiasi adalah petugas yang ditunjuk oleh Pemegang Izin dan
oleh BAPETEN dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan
Proteksi Radiasi.
b. Petugas Proteksi Radiasi harus mengetahui, memahami dan melaksanakan
keselamatan radiasi serta bertanggung jawab membuat program keselamatan radiasi
dengan selalu memantau program yang ada dan menjamin peralatan proteksi berfungsi
dengan baik. PPR juga melakukan pemantaun dan melakukan uji kebocoran,
melaporkan setiap kejadian yang berpotensi kecelakan radiasi kepada pemegang
izin serta melaksanakan penanggulangan kedaruratan

II.2.2.2. Petugas Perawatan


a. Petugas Perawatan adalah petugas yang ditunjuk oleh Pemegang Izin untuk
melakukan perawatan mesin X-Ray dan berpotensi menerima paparan radiasi.
b. Tanggungjawab dan kewajiban petugas perawatan :
1. Mengetahui, memahami, dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan
kerja radiasi;
2. Melakukan pemantauan fungsi dan perawatan berkala pada mesin X-Ray;
3. Melakukan perbaikan mesin X-Ray, di bawah pengawasan Petugas Proteksi Radiasi;
4. Menggunakan perlengkapan Proteksi Radiasi ketika melakukan perawatan mesin
X- Ray;
5. Melakukan perawatan mesin X-Ray sesuai prosedur yang diberikan oleh pabrik dan
prosedur kerja dari Pemegang Izin;
6. Menjamin bahwa mesin X-Ray berfungsi dengan baik dan memenuhi prinsip
Proteksi Radiasi; dan
7. Membuat laporan hasil perawatan, analisis kerusakan, dan tindakan perbaikan pada
mesin X-Ray, kemudian diserahkan kepada Pemegang Izin melalui Petugas
Proteksi Radiasi.

II.2.2.3. Operator
a. Operator adalah orang yang ditunjuk oleh Pemegang Izin untuk mengoperasikan mesin
X-Ray dan berpotensi menerima paparan radiasi.
b. Tanggungjawab dan kewajiban Operator :
1. mengetahui, memahami, dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan
kerja radiasi;
2. menjalani semua instruksi yang diberikan oleh Pemegang Izin dan/atau Petugas
Proteksi Radiasi;
3. mengoperasikan mesin X-Ray sesuai dengan prosedur kerja dan memperhatikan
prinsip Proteksi Radiasi;
4. menggunakan peralatan pemantau dosis perorangan ketika mengoperasikan
dan berhubungan langsung dengan sumber radiasi; dan
5. melaporkan kepada Petugas Perawatan dan Petugas Proteksi Radiasi apabila ada
kerusakan terhadap:
a. Mesin X-Ray; dan/atau
b. Perlengkapan Proteksi Radiasi

II.3. Personil Yang Bekerja di Fasilitas


Personil yang bekerja di fasilitas gauging dengan zat radioaktif atau pesawat sinar-x
adalah Petugas Proteksi Radiasi (PPR), petugas perawatan dan Operator / Pekerja Radiasi
(PR).
II.3.1.Kualifikasi personil dan Pelatihan
Personil yang bekerja di fasilitas gauging dengan zat radioaktif atau pesawat
sinar-x yaitu Petugas Proteksi Radiasi (PPR), petugas perawatan dan Operator/Pekerja
Radiasi (PR).
Berdasarkan Pasal 17 Perka 6/2009, Pelatihan Proteksi dan Keselamatan
Radiasi paling kurang mencakup materi :
a. Peraturan Perundang-undangan di bidang Keselamatan Radiasi
b. zat radioaktif atau pesawat sinar-X yang digunakan
c. pemantauan paparan radiasi
d. sifat radiasi pengion

1. Petugas Proteksi Radiasi (PPR)


Kualifikasi minimum PPR adalah Pendidikan minimal D-III Eksakta atau Teknik sesuai dengan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 16 Tahun 2014 tentang Surat Izin
Bekerja Petugas Tertentu yang Bekerja di Instalasi yang Memanfaatkan Sumber Radiasi
Pengion.
Pelatihan / training yang didapat adalah pelatihan PPR bidang industri yang diselenggarakan
oleh PUSDIKLAT-BATAN dan rekualifikasi PPR yang diselenggarakan oleh BAPETEN.

2. Petugas Perawatan
Petugas Perawatan adalah personil yang dianggap mampu oleh pemegang izin untuk
melaksanakan perawatan, analisis kerusakan dan tindakan perbaikan pada peralatan gauging.
Sedangkan pelatihan / training yang didapat Petugas Perawatan diselenggarakan secara in
house Training oleh Pemegang Izin atau oleh pihak lain.

3. Operator / Pekerja Radiasi


Operator / Pekerja Radiasi adalah personil yang dianggap mampu oleh pemegang izin
untuk mengoperasikan peralatan gauging sesuai dengan prosedur kerja dan memperhatikan
prinsip proteksi radiasi. Sedangkan pelatihan / training yang di dapat Operator / Pekerja
Radiasi diselenggarakan secara in house Training oleh Pemegang Izin atau oleh pihak
lain.
BAB III
DESKRIPSI FASILITAS, PERALATAN GAUGING
DAN PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI

III.1. Deskripsi Fasilitas Untuk Penempatan ANRITSU XR75 SERIES


Mesin ANRITSU XR75 SERIES ini digunakan sebagai alat untuk memeriksa barang
konsumsi berupa makanan atau minuman apakah ada kontaminasi di dalam packing barang.
Secara prinsip mesin ANRITSU XR75 SERIES sudah dilengkapi dengan perisai yang dipasang di
seluruh body mesin untuk mencegah adanya radiasi bocor. Adapun hasil ukur radiasi bocor
yang terukur dipermukaan cover mesin adalah tidak melebihi dari 1uSv/Jam sehingga dapat
disimpulkan bahwa mesin ini aman untuk dioperasikan dilingkungan perorangan. Namun
demikian pada instalasinya mesin ANRITSU XR75 SERIES ini diletakkan ditempat khusus
yang jauh dari jangkauan orang baik itu operator atau pekerja radiasi maupun lingkungan
masyarakat.
III.1.1 Denah Tempat Pengoperasian
Pengoperasian ANRITSU XR75 SERIES dilakukan line produksi E. Di line E mesin
ini ditempatkan diantara mesin Cartoning dan mesin Case Packer. Mesin tersebut digunakan
untuk memeriksa apakah terdapat kontaminasi di dalam kemasan susu bubuk. Ruangan
tersebut yang dijaga oleh petugas operator maupun petugas pengamanan yang sudah
terlatih sehingga kemungkinan terjadinya potensi kejadian terkena paparan radiasi dapat
diminimalisir. Dipermukaan body mesin ini telah dilapisi perisai berupa timbal (Pb) untuk
mencegah adanya radiasi bocor dan secara hasil pengukuran terukur 1uSv/Jam pada
permukaan cover mesin.

Gambar denah ruangan pemanfaatan ANRITSU XR75 SERIES.


III.2. Bentuk dan Deskripsi Spesifikasi Alat

Berikut ini adalah tabel spesifikasi dari mesin x-ray ANRITSU XR75 SERIES.

Model KXS7522AWCLE KXS7522AVCLE KXS7534AWCLE KXS7534AVCLE


Tube voltage 30 to 80 kV, tube current 0.4 to 3.3 mA, output 12
X-ray output
to
100 W
X-ray leakage maximum 1.0 μSv/h or less, prevention of x-ray
Safety
leakage by safety devices
Display 15-inch color TFT LCD
Operation method Touch panel (with touch buzzer)
Maximum width 240 mm, Maximum width 390 mm,
Detection area
maximum height 120 mm maximum height 220 mm
Belt width 270mm 420mm
Preset memory 200
10 to 60 m/min, maximum 5 kg 10 to 60 m/min, maximum 5 kg
Belt speed /
60 to 90 m/min, maximum 2 kg -
Maximum product
to 40 m/min, maximum 10 kg 10 to 40 m/min, maximum 10
weight
(optional) kg
(optional)
Power requirements 100 to 240 AC, single phase, 50/60 Hz, 700 VA or less
(standard)
Mass 250kg 255kg 305kg 310kg
Environmental Temperature: 0° to 35°C, Relative humidity: 30 to 85 %, non-
conditions condensing
Conveyor: IP66 Entire surface Conveyor: IP66 Entire surface
Protection class
Other parts: conforms Other parts: conforms
IP40 to IP66 IP40 to IP66
Exterior Stainless steel (SUS304)

Tabel 1. Spesifikasi mesin x-ray ANRITSU XR75 SERIES.


Gambar Dimensi fisik dari mesin x-ray ANRITSU XR75 SERIES.

Gambar Bentuk fisik dari mesin x-ray ANRITSU XR75 SERIES.

III.3. Deskripsi Perlengkapan Proteksi Radiasi Yang Digunakan


Peralatan proteksi radiasi wajib tersedia di fasilitas yang menggunakan sumber radiasi.
Peralatan proteksi yang digunakan disesuaikan dengan potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
sumber radiasi tersebut antara lain.
A. Monitor Perorangan (TLD dan Dosimeter Saku )
Monitor perorangan digunakan untuk mengetahui besar dosis radiasi yang diterima pekerja
dalam suatu periode tertentu. Dosimeter saku dipakai terutama pada saat bekerja di
medan radiasi tinggi sehingga penerimaan dosis dapat diketahui segera setelah kegiatan
berakhir. TLD digunakan pada setiap kegaitan di medan radiasi. Setiap 3 bulan TLD badge
dikimkan ke PTKMR- BATAN untuk dievaluasi.
B. Surveymeter
Surveymeter digunakan untuk mengukur laju penyiaran sumber. Surveymeter berfungsi
untuk memeriksa daerah aman bagi pekerja radiasi atau pekerja non radiasi dan memeriksa
kebocoran radiasi sumber. Surveymeter yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis sumber
dan energi radiasi. Surveymeter yang dipergunakan harus yang sudah dikalibrasi oleh PTKMR-
BATAN dan sertifikat kalibrasinya masih berlaku. Kalibrasi ulang dilakukan setiap tahun
sekali.
C. Penahan Radiasi
Penahan radiasi Pb digunakan untuk melindungi pekerja dari sumber radiasi eksterna
pemancar radiasi sinar –X.
D. Tanda Bahaya Radiasi dan Tali Kuning
Tanda bahaya radiasi di pasang di tempat-tempat yang dianggap perlu, misalnya di
daerah sekitar gedung tempat operasi dan penyimpanan peralatan. Pemasangan tanda radiasi
dipasang pada laju paparan 7,5 μSv/jam dan 2,5 μSv/jam yang menandakan daerah aman
untuk pekerja non radiasi dan masyarakat Tali kuning/pagar kuning di pasang pada laju
paparan 25 μSv/jam yang menandakan daerah aman untuk pekerja radiasi.
III.4. Pemantauan Dosis Personil
Pemantauan dosis personil dilakukan dengan mewajibkan setiap personil yang
bekerja dengan radiasi menggunakan dosimeter personil. Dosimeter di evaluasi secara
berkala oleh PTKMR-BATAN dan disampaikan ke pemegang izin dan BAPETEN, kemudian
pemegang izin menyampaikan hasilnya kepada setiap personil. Apabila dosis yang diterima
personil melebihi nilai batas dosis yang diizinkan, maka pemegang izin akan melakukan upaya
pemeriksaan lebih lanjut dan perawatan yang memadai jika diperlukan.
Rekaman data hasil evaluasi dosis personil ini selanjutnya disimpan dan dirawat selama
30 tahun sejak personil yang bersangkutan berhenti bekerja.
III.5. Jenis Pemantauan Kesehatan Personil
Pemantauan kesehatan dilakukan di laboratorium/klinik yang dapat melakukan
pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan fisik, darah dan urine secara lengkap
III.6.Pemantauan Kesehatan Personil
Pemantauan kesehatan dilakukan sebelum personil bekerja, selama bekerja dengan
radiasi sekurang-kurangnya sekali dalam setahun dan apabila terjadi pemutusan
hubungan kerja.
Pemantauan kesehatan dilakukan oleh dokter yang kompeten dalam bidangnya dan hasil
pemantauan kesehatan disimpan selama 30 tahun sejak personil berhenti bekerja.
III.7. Nilai Batas Dosis yang diizinkan (NBD)
Nilai Batas Dosis untuk personil tidak boleh melampaui
a. dosis efektif sebesar 20 mSv (dua puluh milisevert) per tahun rata-rata selama 5 (lima)
tahun berturut- turut.
b. dosis efektif sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam (satu) tahun tertentu.
c. dosis ekivalen untuk lensa mata sebesar 150 mSv (seratus limapuluh milisievert)
dalam 1 (satu) tahun dan
d. dosis ekivalen untuk tangan dan kaki, atau kulit sebesar 500 mSv (lima ratus
milisevert) dalam 1 (satu) tahun.
III.8.Perhitungan perkiraan penerimaan dosis personel
Rencana kegiatan Operasi ANRITSU XR75 SERIES dalam 1 (satu) tahun adalah sebagai
berikut :
Hari efektif diperkirakan selama 1 (satu) tahun sebanyak 40 minggu (200 hari), sedangkan
jam efektif dalam 1 (satu) hari sekitar 8 jam. Setiap kali mesin ANRITSU XR75 SERIES
beroperasi mengeluarkan sinar-x diperkirakan setiap personel hanya mendapatkan dosis
sebesar 1 μSv/jam.
Perkiraan total dosis yang diterima oleh personel selama 1 (satu) tahun
adalah : 1 thn x 40 minggu/thn x 5 hari/minggu x 8jam/hari x 1 μSv =
1600 μSv =1,6 mSv.
Dari data perhitungan perkiraan penerimaan, setiap personel menerakan optimasi dosis,
sehingga diharapkan dosis yang diterima selama 1 (satu) tahun jauh lebih kecil dari 1,6
mSv/tahun.
BAB IV
PROSEDUR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

IV.1.PROSEDUR PENGOPERASIAN MESIN ANRITSU XR75 SERIES


IV.1.1Sebelum Pengoperasian
Sebelum melaksanakan pengoperasian terlebih dahulu harus mempersiapkan alat-alat
proteksi dan keselamatan radiasi seebagai berikut:
1. Monitor radiasi perorangan / TLD
2. Monitor radiasi area / Survey meter
3. Perisai radiasi
4. Tanda radiasi/tali kuning
Setelah semua peralatan radiasi dipersiapkan, dikenakan dan berfungsi dengan
baik kemudian dilaksanakan pengecekan area kerja dan memasang barikade dan tanda
radiasi. Kemudian setelah itu dilaksanakan start-up mesin ANRITSU XR75 SERIES dan
siap untuk melaksanakan operasi.

IV.1.2 Menghidupkan dan mengoperasikan ANRITSU XR75 SERIES


Berikut ini adalah langkah-langkah untuk melaksanakan startup pada saat pertama
kali mesin dihidupkan setelah selesai instalasi:
1. Lakukan inspeksi visual untuk memastikan tidak ada kerusakan atau modifikasi
pada kabinet sebelum memberikan daya pada mesin
2. Periksa apakah pintu benar-benar tertutup, pintu utama dan pintu sample
access dilengkapi dengan interlock untuk mencegah operasi mesin jika ada pintu
yang terbuka
3. Putar saklar utama ke arah searah jarum jam untuk menghidupkan mesin
Ini memulai tabung sinar-X dan menyalakan elektronik mesin, termasuk komputer kontrol
dan monitor.
IV.1.3.Prosedur Pengoperasian
1. Klik tombol bentuk kunci pada kanan atas di layar utama, layar menunjukan “Acces
Level Change” pilih yang sesuai kategori.
Operator Level 1 : hanya untuk pengoperasian dasar seperti running, stop, ganti produk,
Operation Check dan Clear Statistic
Operator Level 2 : selain pengoperasian dasar bisa juga untuk registrasi produk baru
serta penyetelan produk teregistrasi
Manager Level : untuk manager produk, selain untuk operasi operator Level 2,
manager juga dibolehkan untuk menyetel kondisi produksi
Service Engineer Level : level ini hanya bisa diakses olel Service Engineer dari
Anritsu
2. Pilih Manager Level dan klik OK.
3. Masukkan password 7777 dan klik OK untuk level akses ke Manager Level, untuk
password ke Operator Level 2 adalah 5555 jika ingin mengganti akses.
4. Tekan [Start] untuk meampilkan layar koreksi sensitivitas Jika tipe produk tidak
teregistrasi maka akan ada pesan “Auto setting has not been applied”. Pilih [Yes] untuk
memulai tanpa menerapkan auto setting. Ketika koreksi sensitivitas telah selesai, layar
umum ditampilkan lagi dan conveyor start untuk operasi. Daerah sekeliling tombol
[Start] akan menyala hijau.

Klik [Stop] Maka konveyor akan berhenti dan daerah di sekitar [Stop] akan menyala merah
IV.1.4.Registrasi Produk Baru
Jika ingin meregistrasi produk baru, caranya adalah sebagai berikut :
1. Di layar Menu, layar “Product Registration Start” ditampilkan. Inputkan dan atur
parameternya.
2. Pikirkan variasi produk dalam setting, siapkan beberapa master product ( yang
mempunyai dimensi, berat, komponen dan keadaan pack pada saat produk ingin
dijalankan pada line normal), dan tekan [Next]
3. Ketika [Next] ditekan maka tampilan dibawah akan muncul, ikuti instruksi di layar
untuk menyelesaikan “Product Information”, “Conveyor Condition”, “Inspection
criteria/Mask condition”, “X-Ray output”, dan “Rejector operation setting” untuk
menyelesaikan pengaturan yang perlu. Pengaturan yang tidak perlu bisa
dihilangkan dengan cara membersihkan kotak centang.
Pilih item yang akan diatur dan tekan [Next]
4. Pilih produk yang akan diregistrasi, ketika daerah nomor produk dipilih maka layar
berikut akan ditampilkan. Tekan [OK]

5. Masukkan nama produk, ketika daerah nama produk ditekan maka keyboard akan
muncul, masukkan nama produk kemudian tekan [Next]
6. Atur kecepatan konveyor dan metode pengenalan produk. Pilih Packaged atau Bulk
Type pada metode arakan produk. Masukkan kecepatan konveyor pada keyboard yang
muncul
7. Pilih metode pengenalan produk kemudian tekan [Next], metode pengenalan produk
ada 3 macam yaitu : Photocell, Auto Recognition dan keduanya, photocell adalah
pendeteksian produk menggunakan photocell sedangkan auto recognition adalah
tingkat Gray Scale produk.
8. Pilih Item inspeksi dan Item masking dan tekan [Next]

9. Pilih logaritma pendeteksian kontaminasi dan logaritma pendeteksian kontaminasi item


mask dan tekan [Next]

Ketika daerah angka logaritma pendeteksian kontaminasi ditekan maka gambar dibawah
akan ditampilkan. Pilih logaritma yang sesuai dengan produk
IV.1.5. Proses Shutdown (Mematikan Mesin)
1. Pastikan tidak ada benda yang tertinggal didalam ruang inspeksi.
2. Putar Saklar berlawanan arah jarum jam
3. Cabut daya jika perlu
IV.2PROSEDUR PENGANGKUTAN
Pengangkutan Pesawat ANRITSU XR75 SERIES harus dilakukan dengan hati-hati, dengan
pengepakan yang diberi peredam agar kondisi alat aman apabila terkena benturan. Karena
mesin ANRITSU XR75 SERIES ini tidak memancarkan radiasi selama tidak dioperasikan maka
tidak perlu diberi label tanda radiasi tetapi diperlakukan sebagai bahan mudah pecah.
Untuk setiap pengangkutan tidak memerlukan persetujuan pengangkutan dari BAPETEN
untuk dilakukannya pengangkutan karena bukan zat radioaktif.
IV.3PROSEDUR PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN
Untuk menjamin peralatan selalu siap digunakan dan memenuhi standar
keselamatan radiasi maka pemegang izin harus melakukan pengujian laju dosis bocor
Mesin ANRITSU XR75 SERIES setidaknya 1 kali dalam satu tahun. Hasil uji tidak boleh melebihi
1 μSv/jam di permukaan, apabila hasil menunjukkan lebih dari 1 μSv/jam maka peralatan
tersebut tidak boleh digunakan lagi selanjutnya alat tersebut diamankan, kemudian
diperbaiki atau jika tidak bisa lagi maka dilimbahkan. Selain pengujian kebocoran untuk
memberikan keselamatan pada operator juga dilakukan perawatan seperti berikut :
1. Menjaga kebersihan tempat kerja dan tempat penyimpanan alat tersebut.
2. Membersihkan pesawat dengan kain halus secara teratur.
3. Menjaga kondisi ruangan pada suhu dan kelembaban yang diperbolehkan.
4. Melakukan pemeriksaan kondisi pesawat dan sambungan kabel-kabel.
5. Melakukan pemeriksaan kondisi alat setiap satu minggu sekali, menggunakan Program
yang terintegrasi di dalam software ANRITSU XR75 SERIES
6. Bila ada kerusakan maka segera hubungi PPR untuk selanjutnya dilakukan perbaikan
oleh teknisi dari PT.SAT Nusapersada maupun dari pabrikan pembuat Nordson
DAGE.
IV.4PROSEDUR PENGGANTIAN TABUNG X-RAY
Tabung tabung X-Ray memiliki umur pengoperasian yang ditentukan dari jam atau
lamanya waktu pengoperasian hingga harus dilakukan penggantian tabung X-Ray. Dalam
kasus mesin x-ray SOTUE ini diperkirakan setelah pemakaian selama 15 tahun maka perlu
dilakukan penggantian tabung atau jika ada terjadi hal-hal yang tidak normal pada system
pembangkit x-ray. Proses penggantian harus dilakukan oleh teknisi dari pabrik atau teknisi
yang telah mendapatkan pelatihan khusus. Pada saat penggantian tabung X-Ray harus
dipastikan alat dalam kondisi mati
dan cabut kabel power supply dari sumber listrik untuk memastikan tidak ada arus listrik dan
tidak lupa memperhatikan kondisi lingkungan serta aspek keselamatan dan kesehatan.

IV.5PROSEDUR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI PERSONIL


Setiap personil wajib menggunakan peralatan proteksi dan keamanan radiasi pada saat
bekerja, berikut ini prosedur yang harus dilaksanakan oleh setiap personil :
1. Penggunaan TLD Badge.
Pasangkan TLD di bagian dada dan pastikan tidak mudah terlepas dan jatuh.
Pembacaan (evaluasi) TLD dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan.
2. Pemantauan Paparan Radiasi.
Menggunakan Survey meter Radiasi guna mengetahui paparan radiasi di lokasi kerja.
A. Cek tanggal kalibrasi dan kondisi batere dari surveymeter.
B.Cek pembacaan/skala pembacaan survey meter yang digunakan.
C.Laksanakan pengukuran area kerja dari skala terendah.
D.Tentukan batas area kerja dan pasang barikade.
E.Lakukan pengukuran secara periodik paparn radiasi disekitar area kerja.
3. Pemantauan Kesehatan Personil.
Kesehatan personil dipantau setiap 6 bulan berdasarkan hasil dari evaluasi TLD, hasil
pemantauan ini disampaikan kepada personil secara pribadai dan apabila didapatkan
hasil evaluasi melebihi batas ambang maka dilaksanakan medical checkup. Untuk medical
checkup rutin dilaksanakan setiap tahun sekali.

IV.6PROSEDUR PENGELOLAN LIMBAH


Peralatan X-Ray ANRITSU XR75 SERIES tidak termasuk dalam limbah zat radioaktif,
adapun pengelelolaan limbah dalam hal ini alat yang sudah tidak bisa dipakai akan
dilaksanakan re-ekspor ke pabrik pembuat atau dibesi tuakan.
IV.7PROSEDUR RENCANA PENANGGULANGAN KEDARURATAN
Kecelakaan radiasi adalah kejadian yang tidak direncanakan termasuk kesalahan
operasi , kerusakan ataupun kegagalan fungsi alat atau kejadian lain yang menjurus
timbulnya dampak radiasi yang melampaui batas keselamatan atau batasan paparan radiasi
yang telah ditentukan.
IV.7.1Pengecekan Kebocoran
Data pabrikan menyebutkan paparan radiasi bocor dipermukaan tabung X-Ray sebesar
2 µSv/jam, apabila paparan radiasi dipermukaan melebihi dari nilai tersebut maka tabung
X-Ray dinyatakan bocor.
IV.7.2Penanggulangan Kedaruratan
Tindakan untuk mengatasi paparan radiasi X-Ray yang lebih besar dari 2 µSv/jam PPR
harus melakukan tindakan penghentian operasi mesin. PPR kemudian membuat laporan
kepada pemegang izin yang kemudian memanggil petugas dari pemasok untuk dilakukan
pemeriksaan. Apabila hasil pemeriksaan menyebutkan bahwa alat tersebut bocor maka
dapat dilakukan penggantian tabung. Penggantian tabung dilakukan oleh petugas dari
pemasok alat yang telah berpengalaman dan memiliki keahlian dibidangnya.

IV.7.3Mekanisme Pelaporan
Setiap kejadian keadaan darurat PPR melaporkan kepada Direktur selaku pemegang
ijin, selanjutnya pemegang ijin diharuskan membuat laporan kepada Bapeten, laporan
dapat berbentuk lisan apabila kondisi darurat selanjutnya pemberitahuan secara tertulis
termasuk apabila dilakukan penggantian tabung. PPR selalu membuat laporan sekecil apapun
kejadiannya kepada pemegang ijin, laporan PPR digunakan sebagai dasar untuk tindak lanjut
pelaporan kepada fihak terkait seperti Kepolisian, Instansi terkait setempat ataupun
pemadam kebakaran.
BAB V
REKAMAN DAN LAPORAN

V.1REKAMAN
Secara periodik dilaksanakan pemantauan, pemeliharaan dan penyimpanan hasil Rekaman
segala kegiatan proteksi dan keselamatan radiasi yang meliputi:
A. Inventarisasi peralatan X-Ray yang meliputi :
1. Data tabung sinar-X serta penggantian tabung sinar-X.
2. data spesifikasi teknik peralatan; dan
3. keluar masuknya mesin x-ray dari dan ke tempat penyimpanan dan personil pelaksana,
dicatat di dalam logbook.
B.Dosis radiasi yang diterima personil.
C.Hasil pemantauan paparan radiasi di tempat penyimpanan, pengangkutan, tempat kerja, dan
di daerah sekitarnya.
D.Pencarian keterangan akibat Kecelakaan Radiasi.
E.Hasil kalibrasi alat ukur radiasi.
F.Pelatihan yang memuat informasi :
1. Nama personil;
2. Tanggal dan jangka waktu pelatihan;
3. Topik yang diberikan; dan
4. Fotokopi sertifikat pelatihan atau surat keterangan
G.Hasil pemantauan kesehatan personil;
H.Perawatan dan perbaikan peralatan;
I. Pergantian tabung; dan
J. Rencana Dekomisioning
V.2LAPORAN
Hasil rekaman dituangkan dalam bentuk tulisan dan diserahkan kepada Kepala
BAPETEN adalah meliputi laporan sebagai berikut :
a. Laporan pelaksanaan program Proteksi dan Keselamatan Radiasi, dan verifikasi
keselamatan penggunaan pesawat sinar-X untuk peralatan Gauging meliputi:
1. Hasil pemantauan paparan radiasi.
2. Penggantian tabung sinar-X
3. Hasil perawatan peralatan yang terkait dengan Keselamatan Radiasi.
b. Laporan pencarian keterangan mengenai Paparan Darurat yang diakibatkan Kecelakaan Radiasi.

Laporan mengenai hasil pemantauan paparan radiasi dan penggantian tabung sinar-X
dilaporkan kepada Kepala BAPETEN paling kurang sekali dalam setahun sedangkan
dalam hal laporan pencarian keterangan mengenai Paparan Darurat yang diakibatkan
Kecelakaan Radiasi dilaporkan secara tertulis kepada Kepala BAPETEN paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah kejadian kecelakaan Radiasi.
BAB VI.
PROGRAM JAMINAN MUTU
Untuk menjamin pelaksanaan program proteksi radiasi dan keselamatan radiasi
maka dilakukan program Jaminan mutu pada pengoperasian mesin X-Ray di PT. SANGHIANG
PERKASA yang meliputi : pemeriksaan alat dan perawatan rutin, mingguan dan bulanan,
maupun tahunan. Hasil pemeriksaan dan perawatan dibuatkan lembar kontrol yang selalu
dilaporkan kepada manager produksi sebagai laporan atau bahan pertimbangan tindak
lanjut yang diperlukan.
BAB VII
RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT (KEJADIAN ABNORMAL)

Keadaan darurat atau kecelakaan adalah kejadian yang tidak


direncanakantermasuk kesalahan prosedur operasi, kerusakan ataupun kegagalan fungsi alat
atau kejadian lain yang mengarah pada tumbulnya dampak radiasi, kondisi paparan radiasi
yang melampaui batas keselamatan. Tindakan pertama apabila terjadi kecelakaan adalah
mengevaluasi dan mengisolasi kejadian untuk menghindari adanya penerimaan dosis
berlebih dan mempersiapkan rencana penanggulangannya. Kemudian meninjau
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi serta mencatat semua kejadian kecelakaan untuk
dilamoprkan ke BAPETEN oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR) serta diketahui oleh
Pemegang Izin. PPR harus melaporkan semua kejadian keadaan darurat kepada
Pemegang Izin yang kemudian diteruskan kepada BAPETEN.
VII.1Keadaan Darurat / Potensi Kejadian Abnormal yang mungkin terjadi
Kecelakaan yang mungkin terjadi masuk dalam klasifikasi kecil sampai sedang,
kemungkinan kecelakaan yang terjadi adalah :
1. Kegagalan Prosedur
 Prosedur tidak tetap
 Prosedur kurang lengkap
Upaya penanggulangan dilakukan evaluasi terhadap prosedur yang ada dan melengkapinya.
2. Kegagalan Pekerja Radiasi
 Kesalahan Operator
 Tidak melakukan survey radiasi
 Tidak mengikuti prosedur
 Tidak menggunakan perlengkapan proteksi radiasi
 Kesalahan manusiawi
 Kesalahan menghitung paparan
Upaya penanggulangan dengan peringatan atau skorsing terhadap operator,
melakukan pertukaran petugas, mengadakan penyegaran proteksi radiasi.
3. Kerusakan Perlengkapan
 Kerusakan pada alat pengendali tersebut.
 Kerusakan pada alat pelindung
4. Jika terjadi kebakaran
Dalam hal kebakaran, lokasi/tempat dimana terdapat sumber radiasi harus
mendapatkan perhatian utama dan keselamatan manusia diutamakan. Keadaan ini
mungkin akan terjadi, untuk itu perlu dibuatkan langkah-langkah pengamanan seperit
hal di atas. Selain itu perlu dilakukan kerja sama dengan instansi yang terkait misalnya
unit pemadam kebakaran dan kepolisian atau aparat atau aparat setempat.
Hal yang perlu diperhatikan ialah perlunya diterangkan adanya bahaya radiasi yang
timbul dalam kebakaran dan kepolisian serta aparat setempat wajib mematuhi
peraturan dan ketentuan yang digariskan oleh Petugas Proteksi Radiasi.
Dalam hal terjadi kebakaran, Petugas Pemadam Kebakaran harus lebih
mengutamakan penanganan terhadap sumber radiasi dan tempat dimana sumber
radiasi berada. Dalam kondisi ini sumber radiasi harus berada pada tempatnya.
Petugas Proteksi Radiasi mengoordinasikan penanganan kebakaran tersebut. Dalam
hal penanganan kebakaran, keselamatan manusia harus mendapatkan prioritas
utama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan keadaan darurat akibat kebakaran :
1. Petugas unit pemadam kebakaran dan kepolisian serta aparat terkait harus
menggunakan pocket dosimeter/TLD badge.
2. Petugas unit pemadam kebakaran dan kepolisian serta aparat terkait wajib mematuhi
segala petunjuk yang diberikan oleh Petugas Proteksi Radiasi.
3. Jika diperlukan dilakukan penggiliran petugas.
4. Setiap terjadi kecelakaan harus dilaporkan kepada Petugas Proteksi Radiasi dan
selanjutnya Petugas Proteksi Radiasi membuat berita acara kecelakaan kepada
pemegang izin untuk kemudian dilaporkan kepada BAPETEN.
5. Jika terjadi bencana alam
Jika terjadi bencana alam seperti gempa bumi atau banjir, yang paling utama adalah
melakukan tindakan pengamanan terhadap sumber radiasi. Sumber radiasi segera dicopot
dan dimasukkan ke container pengangkutan untuk selanjutnya dikunci dan diamankan di
tempat yang betul-betul aman dari pekerja dan masyarakat di sekitarnya, jika perlu
disimpan dalam tempat khusus.
VII.2Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat
1 Pekerja Radiasi (Perawatan dan Operator)
 Identifikasi situasi tidak normal yang terjadi
 Hentikan semua kegiatan pengelolaan limbah dengan mematikan semua
peralatan yang digunakan
 Lakukan survey radiasi untuk memastikan tingkat paparan radiasi
 Jangan pindahkan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya hingga
direkam.
 Lakukan isolasi daerah terjadinya keadaan darurat.
 Beri tahukan ketua tim K-3 tentang apa yang terjadi.
2 Tim K-3
 Bila ada korban maka ketua tim K-3 memberi tahu tim medis, sedangkan bila
ada kecelakaan radiasi maka ketua tim K-3 memberi tahu tim OPR.
 Ketua tim K-3 memberitahukan kejadian kecelakaan tersebut kepada tim
Pengamanan
 Bila ada kebakaran maka ketua tim K-3 memberitahui tim Pemadam Kebakaran
 Ketua tim K-3 melaporkan keadaan darurat/kejadian kecelakaan kepada Direktur
PT. SANGHIANG PERKASA
3 Direktur PT. SANGHIANG PERKASA
 Direktur PT. SANGHIANG PERKASA memerintahkan Ketua Tim K-3, dan atau
ketua Tim OPR untuk mengambil langkah penanggulangan keadaan darurat.
 Setelah penanggulangan keadaan darurat selesai maka Direktur PT. SANGHIANG
PERKASA membuat berita acara sebagai laporan Badan Yang Berwenang (BAPETEN
dan Kepolisian).
4 Tim Organisasi Proteksi Radiasi (OPR)
 Lakukan survei radiasi
 Amankan zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya
 Lakukan rekonstruksi kecelakaan dan memperkirakan dosis yang diterima
 Kirim dosimeter personal untuk pengkajian paparan.
5 Tim Medis
 Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dan membawa korban ke
poliklinik dan atau ke rumah sakit.
6 Tim Pengamanan
 Melakukan pengamanan di tempat kejadian perkara.
7 Tim Pemadam Kebakaran
 Memadamkan api akibat kecelakaan dengan menggunakan APAR
VII.3Mekanisme dan jangka waktu pelaporan kepada pihak yang terkait
Sistem komunikasi dengan pihak yang terkait dalam penanggulangan Keadaan Darurat
harus dikoordinasikan dengan sistem perjanjian kerja sama yang tertulis dan selalu
diperbaharui setiap tahun / setiap dua tahun. Pihak-pihak yang terkait yang dimaksud antara
lain : Kepolisian, Pemadam Kebakaran, Rumah Sakit, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Badan
Pengawas Tenaga Nuklir. Laporan mengenai hasil pemantauan paparan radiasi dan
penggantian tabung sinar-X dilaporkan kepada Kepala BAPETEN paling kurang sekali dalam
setahun sedangkan dalam hal laporan pencarian keterangan mengenai Paparan Darurat yang
diakibatkan Kecelakaan Radiasi dilaporkan secara tertulis kepada Kepala BAPETEN paling
lambat 5 (lima) hari kerja setelah
kejadian kecelakaan Radiasi.

Catatan :
Setiap terjadi kecelakaan radiasi, wajib segera dilaporkan secara lisan ke Petugas
Proteksi Radiasi untuk selanjutnya dilaporkan ke Pemegang Izin dan ke :

DIREKTORAT KETEKNIKAN DAN KESIAPSIAGAAN NUKLIR –


BAPETEN
Jl. Gajah Mada No. 8 jakarta Pusat
10120 Telp : 021 – 638 56518
Fax : 021 – 6302187
Free Call : 080012273883
E-mail : sos@bapeten.go.id

Anda mungkin juga menyukai