Anda di halaman 1dari 10

ACARA I

PERLAKUAN DAN PENYIMPANAN BENIH

A. Tujuan
Mengetahui cara penyimpanan dan perlakuan benih, pengaruhnya
terhadap mutu benih.

B. Tinjauan Pustaka
Upaya peningkatan produktivitas tanaman memerlukan dukungan suplai
benih unggul secara genetik, fisik, dan fisiologis serta mempunyai daya adaptasi
yang tinggi pada lingkungan tumbuh yang beragam. Rendahnya produktivitas
tanaman terutama disebabkan oleh rendahnya mutu benih yang digunakan dan
daya adaptasi pada lingkungan yang rendah terutama pada kondisi lingkungan
suboptimal. Pengertian benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk
tujuan penanaman. Biji merupakan suatu bentuk tanaman mini (embrio) yang
masih dalam keadaan perkembangan yang terkekang (Sutopo, 2010).
Perlakuan benih merupakan bagian dari sistem produksi benih. Setelah
benih dipanen dan diproses, benih biasanya diberikan perlakuan (seed
treatment) untuk berbagai tujuan. Tujuan perlakuan benih antara lain yaitu:
menghilangkan sumber infeksi benih (disinfeksi) untuk melawan patogen tular
benih dan hama, perlindungan terhadap bibit ketika bibit muncul di permukaan
tanah, serta meningkatkan perkecambahan atau melindungi benih dari patogen
dan hama, perlakuan benih dengan tujuan seperti ini berupa priming, coating,
dan pelleting (Sharma, dkk., 2015).
Mutu benih dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik,
lingkungan dan status benih (kondisi fisik dan fisiologi benih). Genetik
merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih.
Setiap varietas memiliki identitas genetika yang berbeda. Faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan perlakuan
selama prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih. Faktor kondisi
fisik dan fisiologi benih berkaitan dengan performa benih seperti tingkat

1
2

kemasakan, tingkat kerusakan mekanis, tingkat kesehatan, ukuran dan berat


jenis, komposisi kimia, struktur, tingkat kadar air dan dormansi benih (Wirawan
dan Wahyuni, 2002).
Penyimpanan benih adalah suatu kegiatan atau perlakuan yang dilakukan
untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang
mungkin. Penyimpanan benih bertujuan untuk menjaga ketersediaan benih
dalam menghadapi masa-masa sulit produksi benih dan untuk mengawetkan
cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya. Ketersediaan
benih dari waktu ke waktu dapat dijaga dengan usaha penyimpanan benih.
Penyimpanan benih merupakan bagian penting dari usaha memproduksi benih
bermutu. Penyimpanan benih atau kelompok benih (lot benih) diharapkan dapat
mempertahankan mutu benih dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan lama
penyimpanan (Astriani dan Dinarto, 2010).
Selama dalam penyimpanan, benih mengalami proses kemunduran yang
tidak dapat dihindari. Kualitas benih awal dalam penyimpanan sangat
berpengaruh terhadap daya simpan benih. Ada dua faktor yang mempengaruhi
mutu benih dalam penyimpanan yaitu faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor
abiotik adalah merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi mutu
benih dalam penyimpanan yang meliputi (kelembaban, temperatur, dan
komposisi gas di ruang simpan). Sedangkan faktor biotik adalah faktor yang
disebabkan oleh jasad hidup yang terdapat pada ruang simpan benih didalam
gudang maupun di dalam kemasan yang dapat merusak mutu benih selama
penyimpanan seperti adanya cendawan, bakteri, dan hama gudang. Selama
penyimpanan benih, ada beberapa unsur yang mempengaruhi kualitas benih.
Selain unsur dalam benih itu sendiri juga terdapat unsur lingkungan, terutama
ruang penyimpanan (Sudirman, 2012).
Berdasarkan sifatnya benih dapat dikelompokkan menjadi benih ortodoks
dan benih rekalsitran. Benih ortodoks adalah benih yang dapat disimpan lama,
kadar air dapat diturunkan sampai di bawah 10%, dapat disimpan pada suhu dan
kelembapan rendah. Benih rekalsitran tidak dapat disimpan lama, tidak tahan
atau mati jika disimpan pada suhu dingin, dan tidak tahan disimpan bila kadar
3

airnya diturunkan sampai di bawah kadar air kritis (Hasanah, 2002). Benih
ortodoks mempunyai daya simpan yang lama dalam kondisi penyimpanan yang
sesuai. Kadar air benih ortodoks dapat diturunkan (2-5%) dan dapat disimpan
pada suhu rendah. Viabilitas dapat diperpanjang dengan menurunkan
kelembaban dan suhu penyimpanan (Schmidt, 2000). Benih ortodok dapat
disimpan lama pada kadar air rendah (4-8%) dalam kondisi temperatur rendah
(4-18°C dan RH 40-50%) (Nurhasybi, 2010).
Benih rekalsitran tidak mempunyai ketahanan untuk disimpan dalam
jangka waktu lama. Benih rekalsitran memiliki viabilitas cepat turun dengan
daya simpan yang rendah sehingga hanya dapat diperpanjang dengan
penyimpanan pada kondisi yang terkendali (Schmdit, 2000). Benih rekalsitran
peka terhadap pengeringan di bawah 12-30%, tergantung pada jenisnya. Benih
rekalsitran tidak dapat disimpan lama (1-4 minggu) pada kadar air tinggi (20-
50%) dan kondisi temperatur dan kelembaban yang sedang (18-20°C, RH 50-
60%) (Nurhasybi, 2010). Meskipun tipe ortodoks dan rekalsitran relatif jelas
perbedaannya, daya tahan benih untuk bertahan pada saat penyimpanan
meliputi variasi yang luas, dari yang sangat rekalsitran, intermediate sampai
ortodoks (Schmdit, 2000).
Salah satu usaha untuk mempertahankan kadar air benih agar tetap
optimal adalah dengan menyimpan benih pada ruang atau wadah yang
kelembabannya tinggi dengan menggunakan media simpan yang lembab.
Kelembaban udara ruang atau wadah simpan benih dapat diatur dengan
menggunakan media padat lembab seperti halnya serbuk gergaji (Rahardjo,
2001). Daya simpan benih rekalsitran dapat dipertahankan dengan mengemas
benih pada kantong plastik yang berlubang dan dilengkapi dengan bahan yang
lembab seperti serbuk gergaji atau arang (Hasanah, 2002). Serbuk gergaji
sebagai salah satu bentuk limbah industri perkayuan yang memiliki bobot
kering relatif beragam dan jumlahnya melimpah merupakan bahan potensial
yang kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai media penyimpanan benih
karena serbuk gergaji merupakan zat penyerap. Serbuk gergaji memiliki sifat
lambat lapuk sehingga media ini sangat baik untuk penyimpanan air dan dapat
4

mempertahankan kelembaban disekitar benih. Selain itu serbuk gergaji juga


banyak tersedia, dan memiliki porositas untuk menghambat laju respirasi
(Sumampow, 2010).
Serangan jamur simpan pada benih dapat menyebabkan kehilangan
viabilitas, peningkatan asam lemak bebas, penurunan kadar gula, menimbulkan
bau apek dan perubahan warna. Perusakan dapat terjadi dalam beberapa hari
bila disimpan pada kondisi yang buruk dan tanpa proteksi. Aktivitas jamur juga
dipengaruhi oleh kondisi fisik benih, vitalitas kadar air benih, dan kelembaban
nisbi lingkungan tempat penyimpanan. Oleh sebab itu, perlakuan benih dengan
bahan kimia sebelum disimpan sangat dibutuhkan untuk menghindari serangan
jamur atau cendawan dan mikroorganisme lainnya yang mengontaminasi benih
selama dalam penyimpanan. Fungisida yang biasa digunakan adalah KOC,
Dithane M-45, Benlate, Thiram, Ceresan, Arasan, Captan dan lain-lain (Sutopo,
2002).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Plastik pembungkus benih
b. Bak perkecambahan
2. Bahan
a. Benih jeruk
b. Benih kedelai
c. Serbuk gergaji
d. Pasir/tanah
e. Fungisida

D. Cara Kerja
1. Penyimpan benih rekalsitran dengan 2 metode:
a. Benih yang telah dibersihkan sejumlah 20 biji, disimpan dengan dan
tanpa serbuk gergaji.
5

b. Menyimpan benih dengan dan tanpa fungisida. Fungisida yang


digunakan adalah fungisida Dithane 5g/l, lama simpan 0 – 1,5 bulan.
2. Penyimpan benih ortodok dengan 2 metode:
a. Menyimpan benih sejumlah 20 biji dalam kantung plastik beraerasi
dalam suhu kamar dan ruang AC (di dalam kulkas)
b. Menyimpan benih sejumlah 20 dalam kantung plastik dengan dan tanpa
fungisida. Benih direndam dalam larutan Dithane 5g/l selama 10 menit.
3. Mencatat serangan cendawan dan hitung daya kecambah vigor sebelum dan
sesudah penyimpanan. Uji perkecambahan benih rekalsitran dan benih
ortodok menggunakan bak plastik berisi pasir selama ± 1 bulan untuk benih
rekalsitran dan selama 1 minggu untuk benih ortodok.
6

E. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Benih Ortodoks Kedelai

Benih berjamur (%) Daya kecambah (%)


Perlakuan
Sb Sd Sb Sd

Ruang AC

Fungisida
I 0 0 25 85
II 0 0 30 95
III 0 0 25 85
Rerata 0 0 26,7 88,3

Tanpa
Fungisida
0 0 25 50
I
0 0 30 70
II
0 0 25 80
III
0 0 26,7 66,7
Rerata

Rerata Total 0 0 26,7 77,5

Ruang Kamar

Fungisida
I 0 0 25 35
II 0 0 30 45
III 0 0 25 15
Rerata 0 0 26,7 31,7

Tanpa
Fungisida
I 0 85 25 25
II 0 0 30 35
III 0 0 25 20
Rerata 0 28,3 26,7 26,7

Rerata Total 0 28,3 26,7 29.2

Sumber: Praktikum Teknologi Benih 2021


7

Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Benih Rekalsitran Jeruk

Benih
Benih berjamur Daya kecambah
berkecambah
(%) (%)
Perlakuan (%)

Sb Sd Sb Sd Sb Sd

Serbuk Gergaji

Fungisida
I 0 0 0 0 65 15
II 0 0 0 0 80 0
III 0 0 0 0 90 0
Rerata 0 0 0 0 78,3 5

Tanpa
Fungisida
0 0 0 0 65 10
I
0 0 0 0 80 0
II
0 0 0 0 90 0
III
0 0 0 0 78,3 3,3
Rerata

Rerata Total 0 0 0 0 78,3 4,15

Tanpa S. Gergaji

Fungisida
I 0 0 0 0 65 40
II 0 0 0 0 80 40
III 0 0 0 15 90 0
Rerata 0 0 0 5 78,3 26,7

Tanpa
Fungisida
0 0 0 0 65 25
I
0 0 0 35 80 60
II
0 0 0 80 90 0
III
0 0 0 38,3 78,3 28,3
Rerata

Rerata Total 0 0 0 21,65 78,3 27,5


Sumber: Praktikum Teknologi Benih 2021
Keterangan:
Sb : Sebelum Sd : Sesudah
8

F. Pembahasan
Upaya peningkatan produktivitas tanaman memerlukan dukungan
suplai benih unggul secara genetik, fisik, dan fisiologis serta mempunyai daya
adaptasi yang tinggi pada lingkungan tumbuh yang beragam. Perlakuan benih
merupakan bagian dari sistem produksi benih. Setelah benih dipanen dan
diproses, benih biasanya diberikan perlakuan (seed treatment) untuk berbagai
tujuan. Tujuan perlakuan benih antara lain yaitu: menghilangkan sumber infeksi
benih (disinfeksi) untuk melawan patogen tular benih dan hama, perlindungan
terhadap bibit ketika bibit muncul di permukaan tanah, serta meningkatkan
perkecambahan atau melindungi benih dari patogen dan hama. Penyimpanan
benih adalah suatu kegiatan atau perlakuan yang dilakukan untuk
mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang
mungkin. Penyimpanan benih atau kelompok benih (lot benih) diharapkan
dapat mempertahankan mutu benih dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan
lama penyimpanan.
Berdasarkan sifatnya benih dapat dikelompokkan menjadi benih
ortodoks dan benih rekalsitran. Benih ortodoks adalah benih yang dapat
disimpan lama, kadar air dapat diturunkan sampai di bawah 10%, dapat
disimpan pada suhu dan kelembapan rendah. Benih rekalsitran tidak dapat
disimpan lama, tidak tahan atau mati jika disimpan pada suhu dingin, dan tidak
tahan disimpan bila kadar airnya diturunkan sampai di bawah kadar air kritis.
Salah satu usaha untuk mempertahankan kadar air benih agar tetap
optimal adalah dengan menyimpan benih pada ruang atau wadah yang
kelembabannya tinggi dengan menggunakan media simpan yang lembab.
Kelembaban udara ruang atau wadah simpan benih dapat diatur dengan
menggunakan media padat lembab seperti halnya serbuk gergaji. Perlakuan
benih dengan fungisida sebelum disimpan sangat dibutuhkan untuk
menghindari serangan jamur atau cendawan dan mikroorganisme lainnya yang
mengontaminasi benih selama dalam penyimpanan.
Berdasarkan hasil pengamatan tidak terdapat benih berjamur pada benih
ortodoks untuk perlakuan fungisida. Rerata benih berjamur tertinggi pada benih
9

ortodoks untuk perlakuan tanpa fungisida adalah perlakuan ruang kamar. Rerata
benih berjamur tertinggi pada benih rekalsitran untuk perlakuan fungisida
adalah perlakuan tanpa serbuk gergaji dan untuk perlakuan tanpa fungisida
adalah perlakuan tanpa serbuk gergaji. Hal ini dikarenakan benih yang
diperlakukan tanpa fungisida akan lebih mudah terserang oleh jamur cendawan
sehingga menyebabkan benih berjamur. Benih ortodoks yang disimpan pada
ruang kamar menyebabkan tumbuhnya jamur menyebar lebih cepat karena
benih ortodoks memerlukan wadah simpan kedap udara. Ruang simpan yang
diperlukan untuk benih ortodoks yaitu suhu yang rendah dan sejuk (suhu 18-
20℃ dan kelembapan 50-60%) (Yuniarti, dkk., 2011). Benih rekalsitran yang
disimpan tanpa serbuk gergaji mengalami pertumbuhan jamur karena benih
rekalsitran adalah benih yang cepat rusak (viabilitas menurun) apabila
diturunkan kadar airnya (12-31%) dan tidak tahan disimpan pada suhu dan
kelembaban rendah (Schimdt, 2000).
Berdasarkan hasil pengamatan benih ortodoks total rerata daya
kecambah tertinggi yaitu pada perlakuan ruang AC sesudah penanaman. Benih
yang disimpan pada ruang AC, kadar airnya semakin lama semakin menurun
tetapi dapat meningkatkan jumlah kecambah normal selama persemaian.
Sedangkan pada ruang kamar semakin lama disimpan semakin tinggi kadar air
benih namun dapat menurunkan jumlah kecambah normal. Respirasi pada suhu
kulkas berjalan lambat. Dengan demikian viabilitas dan vigor benih dapat
dipertahankan lebih lama sedangkan pada ruang kamar respirasi berjalan lebih
aktif sehingga dapat menurunkan daya tumbuh serta vigor benih (Kolo dan
Anna, 2016).
Berdasarkan hasil pengamatan benih rekalsitran total rerata daya
kecambah tertinggi yaitu pada perlakuan tanpa serbuk gergaji sesudah
penanaman. Hal ini dikarenakan benih yang digunakan dalam perlakuan dengan
serbuk gergaji mengalami kemunduran benih yang terjadi setelah benih masak
dan terus berlangsung selama benih mengalami proses pengolahan,
pengemasan dan penyimpanan. Hal-hal yang terjadi pada benih baik sewaktu
masih di lapangan selama panen maupun di tempat penyimpanan, dapat
10

mempengaruhi benih sedemikian rupa sehingga mengurangi kemampuannya


untuk dapat disimpan dengan baik. Benih belum masak dan benih rusak
mekanis paling mudah dan cepat kehilangan viabilitasnya dipenyimpanan
(Justice, 2002).

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa beberapa cara
penyimpanan benih ortodoks dapat disimpan dalam ruang AC dan ruang kamar
serta cara penyimpanan benih rekalsitran dapat disimpan dengan menggunakan
serbuk gergaji dengan tujuan untuk menjaga kelembapan. Perlakuan benih
dengan menggunakan fungisida bertujuan untuk mencegah adanya serangan
jamur atau cendawan dan mikroorganisme lain yang mengontaminasi benih
selama dalam penyimpanan.

Anda mungkin juga menyukai