Indeks Infrastruktur
Indeks Infrastruktur
PENDAHULUAN
Suatu sistem wilayah merupakan sistem yang rumit, hanya sebagian saja
parameter-parameter yang dapat diamati oleh manusia, atau yang mampu diamati
dengan "mikroskop" perencana. Beberapa parameter yang dapat diamati antara
lain: hubungan antar manusia atau masyarakat, perusahaan industri, aparat
pemerintahan dan lainnya. Berbagai sistem pendekatan telah dilakukan dalam
usaha menghayati sistem wilayah yang rumit tersebut. Misalnya dengan
pendekatan analisis kependudukan, analisis ekonomi, analisis input-output,
program linear dan lainnya.
1
hambatan alami, seperti topografi, iklim, hutan, daerah aride, dan sebagainya.
Hambatan-hambatan yang bersifat alami ini dapat menghalangi proses
perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
Kelemahan model ini dalam analisis daerah terutama terletak pada variabel
yang digunakan sebagai ukuran. Dalam ilmu fisika, setiap molekul suatu zat
mempunyai sifat homogen, tetapi tidak demikian halnya unsur ( yang
dianalogikan dengan molekul zat) pembentuk suatu daerah, misalnya unsur
penduduk. Untuk menutupi kelemahan ini model gravitasi telah banyak
dikembangkan dengan memasukkan tidak hanya variabel massa, tetapi juga gejala
sosial sebagai faktor yang disebut “bobot”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sifat ilmu kewilayahan yang multi disiplin membuat cabang ilmu ini
menjadi sangat terbuka bagi berbagai perkembangan ilmu dan kontribusi cabang
keilmuan yang lain. Kajian-kajian mengenai perkotaan misalnya, tidak semata-
mata menjadi domain ilmu geografi tetapi juga cabang-cabang ilmu lain seperi
sosiologi, ekonomi antropologi, pertanian, perencaan dan sebagainya. Interaksi
antar cabang keilmuan tersebut pada giliranya banyak melahirkan inovasi dalam
metode analisis. Penerapan metode gravitasi dalam beberapa analisis kewilayahan
merupakan contoh dari interaksi cabang keilmuan tersebut.
Hukum gravitasi dicetuskan oleh Sir Issac Newton seorang ahli ilmu fisika
atau fisikawan pada tahun 1687. Dia mengatakan bahwa dua buah benda atau
materi memiliki gaya tarik-menarik yang kekuatannya berbanding lurus dengan
hasil kali kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
benda tersebut.
m A . mB
G=g .
(d A . B)2
Keterangan:
mA : Massa benda A
mB : Massa benda B
3
penduduk, masalah memilih lokasi, dan masalah interaksi. Model Gravitasi dapat
pula digunakan untuk mendeskripsikan intensitas pergerakan manusia atau
komoditas diantara wilayah- wilayah dengan berbagai jenis ukuran (dimana
kecenderungan interaksi naik seiring dengan luas wilayah) menarik ke dalam
“penipisan” efek jarak.
Sekali lagi menurut Tarigan, model ini tidak persis sama dengan model
gravitasi karena tidak didasarkan atas saling interaksi antar subwilayah (zona),
melainkan tiap subwilayah destinasi dianggap memiliki daya tarik tersendiri dan
bagaimana suatu kegiatan dari keseluruhan wilayah bereaksi terhadap daya tarik
tersebut. Artinya, origin tidak diperinci per subwilayah hanya destinasi yang
diperinci per subwilayah. Hansen mula-mula menggabung jumlah lapangan kerja
4
dan kemudahan mencapai lokasi sebagai accessibility index (indeks
aksesibilitas). Secara umum indeks aksesibilitas adalah adanya unsur daya tarik
yang terdapat di suatu subwilayah dan kemudahan untuk mencapai subwilayah
tersebut. Menurut Hansen accessibility index adalah faktor utama dalam
menentukan orang memilih lokasi tempat tinggalnya.
Ada kegiatan yang harus berada di suatu lokasi tanpa ada pilihan lain,
misalnya apabila kegiatan itu terkait dengan potensi alam, seperti pertambangan ,
daerah pariwisata, olahraga ski (salju), pengelolahan hutan, perkebunan tembakau
Deli, dan pelabuhan laut. Ada lokasi kegiatan yang walaupun hasil kreasi manusia
telah berada di tempat tersebut sejak dahulu kala sehingga keberadaannya sudah
merupakan suatu anugerah. Namun, berbagai kegiatan yang kemudian muncul
dapat dianalisis mengapa kegiatan itu memilih lokasi di tempat tersebut. Salah
satu analisis yang memungkinkan kita menjelaskan keberadaan kegiatan pada
lokasi tersebut adalah Model Gravitasi.
5
masih berkaitan dengan analisis scalogram, setelah diketahui kota kecamatan yang
dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan maka langkah selanjutnya adalah
menghitung indeks gravitasi pada masing-masing hinterland. Metode analisis
model gravitasi ini digunakan untuk: (1) mengukur kekuatan keterkaitan antara
sentra komoditi dengan pusat pengembangan wilayah; (2) menentukan kekuatan
tempat kedudukan dari setiap pusat kegiatan ekonomi, produksi dan distribusi
(sentra-sentra komoditi) dalam sistem jaringan jasa, distribusi dan transportasi.
Dalam perencanaan wilayah, model ini sering dijadikan alat untuk melihat
apakah lokasi berbagai fasilitas kepentingan umum telah berada pada tempat yang
benar. Selain itu, apabila kita ingin membangun suatu fasilitas yang baru maka
model ini dapat digunakan untuk menentukan lokasi yang optimal. Artinya,
fasilitas itu akan digunakan sesuai dengan kapasitasnya. Itulah sebabnya model
gravitasi berfungsi ganda, yaitu sebagai teori lokasi dan sebagai alat dalam
perencanaan.
6
satu sama lain dengan suatu jaringan (network) dalam ruang. Jaringan tersebut
dapat berupa jaringan jalan, yang merupakan bagian dari sistem transportasi.
Transportasi merupakan hal yang penting dalam suatu sistem kehidupan suatu
penduduk. Tanpa adanya transportasi perhubungan antara satu tempat dengan
tempat lain tidak terwujud secara baik. Semakin bertambahnya teknologi karena
kemajuan iptek, alat transportasi semakin beragam jenisnya. Adanya transportasi
mengurangi gangguan jarak, yakni antara lain:
a. Dibutuhkan waktu dan tenaga (biaya) untuk mencapai lokasi dari suatu
lokasi tertentu.
b. Semakin jauh dari lokasi, makin kurang diketahui potensi atau karakter
yang ada pada suatu wilayah.
c. Semakin jauh jarak yang ditempuh, makin menurunkan minat orang untuk
berpergian.
7
Housing sebagai faktor penarik berikutnnya dapat diartikan sebagai
perumahan, kualitas rumah, letak kestrategisan rumah,kualitas sir dalam rumah,
hingga harga jual jual rumah yang dinilai sebagai prestise bagi orang- orang
tertentu. Harga rumah disesuaikan dengan harga lahan. Bila semakin strstegis
suatu tempat, maka sewa atau harga jual lahan semakin tinggi. Semakin
bertambahnya zaman, daya dukung atau fasilitas rumah atau bangunan semakin
banyak digunakan oleh orang lain. Sehingga orang sekarang berpikiran agar dapat
tinggal dan dengan adanya transports semakin memperpendek jarak. Dengan kata
lain, saat ini telah terjadi alternatif pilihan dari yang hospitable ke non-
hospitable karena faktor lahan.
Fasilitas- fasilitas lain yang mendukung adanya daya tarik wilayah atau
tempat. Misalnya, fasilitas pendidikan, kesehatan dan informasi. Untuk saat ini,
pendidikan dan kesehatan diinilai sangat penting. Sehingga kedua hal tersebut
juga menjadi bahan pertimbangan. Informasi tak ayal lagi dipandang sebagai
keharusan dan bukanlah suatu pilihan lagi bagi seseorang atau pelaku kegiatan
ekonomi. Terletak di kawasan industri menyebabkan informasi lebih mudah
didapatkan dan harganya relatif terjangkau tergantung pada pentingnya informasi
tersebut.
8
volume penjualan produk akan mampu untuk menghasilkan keuntungan yang
sebesar-besarnya bagi suatu perusahaan.
9
akan sangat ditentukan oleh tipe keterkaitan yang berlaku di antara kedua kota
tersebut. Intensitas keterkaitan ini salah satunya berdampak interaksi yang terjadi.
Karakteristik kota yang saling bertolak belakang di antara keduanya
mengakibatkan tingginya intensitas keterkaitan. Semakin banyak perbedaan suatu
kota dengan kota lainnya maka keterkaitannya semakin kuat, namun hal ini harus
didukung dengan jarak yang relative mudah diakses dan terjangkau.
Hubungan antara dua lokasi didekati dengan model gravitasi. Untuk itu
maka masing-masing lokasi diasumsikan sebagai suatu massa tertentu yang
memiliki gaya tarik. Dalam hal ini jumlah penduduk sering digunakan sebagai
ukuran penentu besaran massa suatu lokasi.
Selain ukuran massa lokasi, besarnya gaya tarik menarik antara dua massa
ditentukan oleh jarak antara keduanya, semakin dekat jarak antara dua lokasi
semakin besar juga gaya tark yang terjadi antara keduanya. Atau sebaliknya,
semakin besar jarak antara dua lokasi, semakin kecil gaya tarik menarik yang
terjadi antara keduanya.Dengan demikian gaya tarik antara dua lokasi terbalik
dengan jarak. Selanjutnya mengacu ke hokum gravitasi Newton, maka besar gaya
tarik menarik atau interaksi antara dua lokasi berbanding lurus dengan perkalian
massa (populasi) dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya, atau dalam
bentuk formula dinyatakan sebagai berikut:
( P 1 ) x ( p 2)
F 12=
(d 212 )
Dengan:
10
sendiri secara intuitif sering dikaitkan dengan interksi social-ekonomi antar lokasi
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, aplikasi dari persamaan tersebut lebih sering
diterapkan untuk melakukan analisis interaksi social-ekonomi.
2. Contoh Soal
a. Hitunglah interaksi antara A, B, dan C, bila diketahui:
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan A = 300.000 jiwa.
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan B = 20.000 jiwa.
Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan C = 10.000 jiwa.
Jarak antara wilayah pertumbuhan A dengan wilayah pertumbuhan B
= 5 km maka,
Jika di dekat wilayah pertumbuhan A ada desa lain, yaitu wilayah pertumbuhan C
dengan jumlah penduduk 10.000 jiwa dan jaraknya dengan A = 10 km, maka:
C A B
8 1
11
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi A dengan B lebih besar
daripada interaksi antara A dengan C. Berarti pengaruh A terhadap B lebih besar
daripada pengaruh A terhadap C.
Hasil perhitungan diatas menyatakan Surabaya dan Bojonegoro sebagai kota yang
memiliki interaksi terbesar (I = 291.122 .122,1) artinya frekuensi hubungan sosial,
ekonomi dan sebagainya kedua tempat tersebut tertinggi jika dibandingkan
dengan interaksi antar kota lainnya. Meski jarak antara keduannya adalah jarak
12
terpanjang dibandingkan jarak kota lainnya, hal ini dikarenakan dua kota tersebut
merupakan kota industri.
P Q R S T
Vol Penjualan Bulanan 100 150 200 180 200
(juta rp/minggu)
Jarak dari/ke A (km) 1 5 4 6 3
Jarak dari/ke A (km) 6 1 6 6 8
Jarak dari/ke A (km) 2 2 2 3 8
Jarak dari/ke A (km) 8 6 2 8 6
13
IPAP 100 / 150 / 200 / 180 / 200 / 166,5
B (6)2 (1)2 (6)2 (6)2 (8)2
IPAP 100 / 150 / 200 / 180 / 200 / 135,6
C (2)2 (2)2 (2)2 (3)2 (8)2
IPAP 100 / 150 / 200 / 180 / 200 / 64,1
D (8)2 (6)2 (2)2 (8)2 (6)2
Total nilai IPAP dari masing – masing lokasi merupakan penjumlahan dari
seluruh nilai IPAP lokasi tersebut terhadap pasar – pasar yang dilayani (P, Q, R,
S, dan T). Dari hasil perhitungan total nilai IPAP terlihat lokasi B memberikan
total nilai IPAP yang terbesar yakni 166,5.
14
BAB III
PENUTUP
Gaya tarik dua kota dapat di buktikan dengan adanya mobilitas ataupun
bentuk interaksi lain penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain. Daya tarik kota
yang kuat akan menarik interaksi yang besar ke dalam wilayah kota yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang dimiliki
suatu kota, serta adanya persamaan kepentingan. Unsur - unsur pendukung suatu
kota juga berperan penting dalam timbulnya daya tarik antar kota, faktor
fisiogafis, sosial,ekonomi, teknologi kota yang berbeda akan memunculkan suatu
interaksi yang mengakibatakan daya tarik antar keduanya. Adanya
komplementaritas antar kota akan semakin memperkuat daya tarik antar kedua
kota, hal ini juga didukung oleh transferbilitas yang dapat tercipta antar keduanya.
Semakin besar tranferbilitas yang terjadi maka dapat dikatakan daya tarik antar
kota tersebut sangat kuat, jarak dalam hal ini dapat diatasi dengan pembangunan
akses jalan yang baik, untuk mendukung kelancaran interaksi keduanya.
15