Anda di halaman 1dari 30

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

DASAR KUALITAS DAYA

VL 0435

Oleh :

Indhana Sudiharto, ST. MT


Ir. Yahya Chusna Arif, MT

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO INDUSTRI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2008
Indhana Sudiharto_PENS

KATA PENGANTAR

Buku ini disusun dengan maksud sebagai Praktikum Kualitas Daya 1 bagi mahasiswa Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya-ITS di Program Studi Teknik Elektro Industri.
Buku ini berisi tentang Petunjuk Praktikum Kualitas Daya 1 yang dibagi menjadi 10 Praktikum
yaitu:
Praktikum 1. Membandingkan meter analog dan true rms pada Pengukuran Daya Beban Linier 1 fasa

Praktikum 2. Membandingkan meter analog dan true rms pada Pengukuran Daya Beban Linier 3 fasa

Praktikum 3. Membandingkan meter analog dan true rms pada Pengukuran Daya Beban Non Linier 1
fasa
Praktikum 4. Membandingkan meter analog dan true rms pada Pengukuran Daya Beban Non Linier 3
fasa
Praktikum 5. Membandingkan meter analog dan true rms pada Beban inverter 3 fasa
Praktikum 6. Pengukuran Kualitas daya pada Beban Konverter 1 fasa

Praktikum 7. Pengukuran Kualitas daya pada Beban Konverter 3 fasa

Praktikum 8. Pengukuran Kualitas daya pada Beban inverter

Praktikum 9. Perbaikan Faktor daya dengan menggunakan Modul PFC BR 6000 Semoga buku ini
bermanfaat serta memenuhi sasaran dan tujuan yang telah diharapkan.

Surabaya, Nopember 2008

Penulis
Indhana Sudiharto_PENS

DAFTAR ISI

1. Praktikum 1. Membandingkan meter analog dan true rms pada Pengukuran Daya Beban Linier 1
fasa................................................................................................................................................... 14
2. Praktikum 2. Membandingkan meter analog dan true rms pada Pengukuran Daya Beban Linier 3
.......................................................................................................................................................... 21
3. Praktikum 3. Membandingkan meter analog dan true rms pada Pengukuran Daya Beban Non Linier 1 fasa
.......................................................................................................................................................... 31
4. Praktikum 4. Membandingkan meter analog dan true rms pada Pengukuran Daya Beban Non Linier 3 fasa
........................................................................................................................................................... 38
5. Praktikum 5. Membandingkan meter analog dan true rms pada Beban inverter 3 fasa ................... 46
6. Praktikum 6. Pengukuran Kualitas daya pada Beban Konverter 1 fasa .......................................... 52
7. Praktikum 7. Pengukuran Kualitas daya pada Beban Konverter 3 fasa .......................................... 59
8. Praktikum 8. Pengukuran Kualitas daya pada Beban inverter ....................................................... 64
9. Praktikum 9. Perbaikan Faktor daya dengan menggunakan Modul PFC BR 6000 ........................ 68
Indhana Sudiharto_PENS

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN KUALITAS DAYA

Dengan semakin tingginya biaya / tarif listrik, maka tuntutan efisiensi dalam pemakaian
daya listrik adalah menjadi pertimbangan utama. Efisiensi penggunaan daya listrik dipengaruhi
oleh banyak faktor, diantaranya adalah sangat tergantung pada kualitas daya listrik. Kualitas
daya listrik sangat dipengaruhi oleh penggunaan jenis-jenis beban tertentu yang mengakibatkan
turunnya efiensi. Jenis beban-beban yang mempengaruhi kualitas daya listrik adalah beban-
beban induktif dan beban non linier seperti konverter dan inverter untuk drive motor, mesin
las, arc furnace, komputer, AC, TV, lampu TL dan lain-lain. Baban-beban non linier tersebut
menimbulkan harmonisa yang dampaknya akan mempengaruhi kualitas daya, sehingga
menimbulkan kerugian kerugian. Kerugian yang disebabkan oleh harmonisa umumnya adalah
berupa;
✓ Panasnya mesin-mesin listrik karena rugi histerisis dan arus eddy meningkat
✓ Turunnya torsi motor
✓ Kegagalan fungsi relay
✓ Terjadinya resonansi antara kapasitor bank dan generator/trafo yang dapat menyebabkan
over voltage.
✓ Turunnya efisiensi.
✓ Turunnya power factor sehingga meningkatkan rugi daya, dan
✓ Menimbulkan kesalahan baca pada meter-meter analog.
Untuk mendapatkan kualitas tenaga listrik yang baik, maka perlu dilakukan langkah-
langkah perbaikan kualitas daya, yaitu dengan cara melakukan pengukuran kualitas daya guna
menentukan langkah-langkah yang tepat untuk perbaikan kualitas daya tersebut. Disamping itu
data-data pengukuran dapat digunakan sebagai dokumen penting untuk menentukan arah dan
langkah dalam menentukan model investasi peralatan di masa mendatang.
Indhana Sudiharto_PENS

2 JARINGAN DENGAN BEBAN SINUSOIDAL

Misal kita mempunyai suatu jaringan listrik sederhana yang terdiri dari generator,
dengan impedansi dalam Zin, dan beban ZL , seperti terlihat pada gambar 1. Bila tegangan dari
generator adalah sinusoid, maka arus yang mengalir ke beban juga berbentuk sinusoid.
Tegangan busbar VT , pada jaringan pada jaringan dapat dinyatakan oleh:

VT = E - I Zin (1)

Gambar 1 Sistem jaringan tanpa konverter

Arus jala-jala, I, sama dengan arus beban IL , sehingga dapat dituliskan:

I = IL (2)

Bila beban bersifat induktif, maka arus I akan terlambat terhadap VT , dengan sudut j. Vektor
diagram dari kebesaran sistem terlihat pada gambar 2.

Gambar 2 vektor diagram dari kebesaran sistem


Indhana Sudiharto_PENS

Besar kerugian daya,Prugi, dari sistem dapat dinyatakan oleh:

2
Prugi = 3 I Rin (3)

dengan Rin adalah tahanan dalam dari generator.

besarnya faktor daya dari sistem adalah:

kW 3KVI cos 
PF = = = cos  (4)
kVA 3KVI

3. JARINGAN DENGAN ARUS BEBAN TIDAK SINUSOID

Bila sistem jaringan pada dalam gambar 1 dibebani juga dengan beban yang mendapat
daya melalui penyearahan jembatan tiga fasa, seperti terlihat dalam gambar 3.3, maka besar
arus jala-jala adalah:

I = IK + IL (5)

Bentuk gelombang dari arus IK adalah non sinusoidal dan bentuknya terlihat pada gambar 2.
Karena itu arus I juga menjadi tidak sinusoidal. Besar tegangan busbar menjadi:

VT = E - (IK+IL) Zin (6)


Indhana Sudiharto_PENS

Gambar 3. Sistem jaringan dengan beban tambahan konverter ZK

Karena arus I tidak sinusoidal, maka tegangan busbar, VT, menjadi tidak sinusoidal juga.
Tegangan tidak sinusoidal ini akan mengandung beberapa komponen harmonisa. Dengan
demikian maka beban ZL juga akan kemasukan komponen arus harmonisa. Tentunya ini tidak
dikehendaki.

4. PENGARUH HARMONISA PADA JARINGAN

Konverter yang terhubung dengan jaringan tenaga listrik akan menyebabkan


mengalirnya arus non sinusoidal ke dalam jaringan. Dan bila jaringan ini mempunyai beban
lain selain konverter, maka beban-beban tersebut akan mendapatkan tegangan dari busbar yang
bentuknya tidak lagi sinusoidal. Ini akan menyebabkan:

a. timbulnya distorsi pada tegangan busbar,

b. menurunnya efisiensi, karena adanya arus harmonisa akan menaikkan rugi histerisis
dan arus eddy pada mesin-mesin listrik,

c. dapat menimbulkan terjadinya interferensi dengan frekuensi radio dan telepon,

d. dapat mengganggu peralatan listrik lain, misalnya: TV, lampu, neon, computer,
peralatan medika dan lain-lain,

e. bila ada kawat netral, maka pada kawat netral akan timbul harmonisa ketiga.

f. sedangkan apabila jaringan tersebut untuk suplai motor, maka pengaruhnya dapat
dilihat pada tabel 1.

Tabel.1. Gangguan pada motor akibat perubahan frekuensi


Indhana Sudiharto_PENS

Frekuensi Perubahan arus


terhadap fundamental Dampak
(%)
(Hz)
20 3.0 kutub tidak seimbang
40 2.4 sudut fasa rotor tidak seimbang
50 100.0 normal
80 2.3 kutub tidak seimbang
220 2.9 terpengaruh harmonisa ke 5 dan 7
320 3.0
490 0.3 terpengaruh harmonisa ke 11 dan 13
590 0.4

g. pada system yang sudah terdapat kapasitor bank, maka bila ada arus harmonisa
karena adanya beban non linier maka akan terjadi amplifikasi arus harmonisa yang
sangat besar. Hal ini akan menyebabkan terjadinya resiko resonansi system yang
dapat merusak kapasitor maupun trafo.

.4.1 PENGARUH HARMONISA DALAM POWER SYSTEM

Pengaruh utama dari tegangan dan arus harmonisa dalam sistem tenaga listrik adalah;
Pengaruh harmonisa pada mesin berputar.
Tegangan harmonisa maupun arus harmonisa akan menambah kerugian pada kumparan stator
dan rotor maupun stator dan rotor laminasi. Meningkatnya losses ini disebabkan karena
pengaruh eddy current dan skin effect.
Sebagai ilustrasi motor 16kW yang beroperasi pada 60Hz, pada tegangan fundamental total
kerugian dayanya adalah sebesar 1303W, sedangkan bila disuplai dengan tegangan quasi-
square kerugian akan meningkat menjadi 1600W.
Indhana Sudiharto_PENS

Demikian juga harmonisa ini akan berpengaruh pada torsi motor sehingga terjadi penurunan
kapasitas motor. Penurunan torsi sebesar 5% bila motor disuplai dengan tegangan yang
mempunyai TDH sebesar 4%.

4.2. PENGARUH HARMONISA PADA SALURAN KABEL

Pengaruh harmonisa pada saluran tenaga listrik dapat minimbulkan terjadinya drop tegangan.
Hal ini desebabkan karena meningkatnya harga rms dari arus karena pengaruh harmonisa.
Disamping itu terjadinya dielectric stress pada kabel sehingga terjadi pemanasan pada kabel
yang mengakibatkan bertambah pendeknya umur kabel.

4.3. PENGARUH HARMONISA PADA TRAFO.

Pengaruh harmonisa pada trafo akan meningkatkan rugi hysterisis dan arus eddy serta
meningkatkan stress pada bahan isolasi. Aliran dari arus harmonisa akan meningkatkan rugi –
rugi tembaga Hal ini akan berkurang bila menggunakan trafo konverter, karena trafo konverter
memisahkan antara sistem a.c dan sisi beban. Trafo konverter juga mensirkulasikan arus
harmonisa ketiga di dalam kumparan sisi delta.
4.4. PENGARUH PADA KAPASITOR BANK.

Adanya sumber tegangan yang mengandung distorsi akan menyebabkan ekstra power loss di
dalam kapasitor. Di mana power loss dipengaruhi oleh adanya frekuensi harmonisa yang akan
mempengaruhi bahan dielektrik. Total daya reaktif termasuk fundamental dan harmonisa tidak
boleh melebihi dari rated daya reaktif. Seri dan paralel resonansi antara kapasitor dan sistem
akan menyebabkan over voltage dan arus tinggi, sehingga mengakibatkan losses meningkat
dengan cepat dan kapasitor terjadi over heating. Akibatnya kapasitor cepat menjadi rusak.
Indhana Sudiharto_PENS

4.5. PENGARUH HARMONISA PADA POWER SISTEM


PROTECTION

Harmonisa dapat menurunkan karakteristik operasi dari relay pengaman tergantung dari fungsi
dan prinsip kerjanya, terutama relay – relay yang berbasis digital akan mengalami error pada
saat penyemplingan data Pengaruh harmonisa pada relay tidak cukup signifikan untuk THD
tegangan kurang dari 20 %.

4.6. PENGARUH HAROMISA PADA PERALATAN ELEKTRONIK.

1. Tegangan puncak dari harmonisa dapat menyebabkan perubahan pada gambar tv dan
ketajaman gambar.
2. Pada lampu TL dapat menyebabkan terjadinya panas karena resonansi antara ballast dan
kapasitor.
3. Harmonisa dapat mempengaruhi sistem variabel speed kontrol karena ada masalah di zero
sinkronisasi dan ada masalah di penyalaan atau firing, sehingga menyebabkan hunting.

4.7. PENGARUH HARMONISA PADA DAYA DAN FAKTOR DAYA.

Pengaruh harmonisa pada pengukuran daya dan faktor daya sangat merugikan karena meter-
meter yang digunakan adalah menggunakan kumparan putar sehingga besarnya frekuensi
harmonisa akan mempengaruhi penunjukan meter-meter tersebut. Pada pengukuran faktor daya
(PF), bila sistem yang diukur mengandung harmonisa maka akan menyebabkan kesalahan
pengukuran hal ini disebabkan karena adanya faktor pergeseran (DPF=Displacement Power
Factor)
Indhana Sudiharto_PENS

5. PENGARUH FAKTOR DAYA PADA SUSTU SISTEM INSTALASI

Dalam industri pemakaian beban yang bersifat induktif sangat banyak digunakan seperti; motor
induksi, transformator, mesin las, furnace, coil dll. Pemakaian jenis beban seperti ini
menyebabkan turunnya faktor daya, sebagai ilustrasi pemakaian beban induktif dapat
digambarkan sebagai berikut;
Standard asynchronous motor loaded at :
100% cos=0.85
75% cos=0.8
50% cos=0.73
25% cos =0.55
fluorescent lamps (uncompensated) : cos  = 0.5
discharge lamps : cos  = 0.4 to 0.6
induction heating ovens (compensated) : cos  = 0.85
resistance type soldering machines : cos  = 0.8
fixed 1 phase arc welding set : cos  = 0.5
arc furnace : cos  = 0.8
transformers
Secara phasor diagram pengaruh faktor daya cos  terhadap daya total (kVA), daya aktif (kW)
dan daya reaktif (kVAr) dapat digambarkan seperti gambar 1 di bawah;

P (kW)

Q (kvar)
S (kVA)
Gambar 3. 1 Segitiga Daya dengan nilai faktor daya yang kurang dari 1 (unity)

Dari gambar 3.1 terlihat bahwa untuk dengan nilai faktor daya yang kurang dari 1 (unity) akan
menyebabkan pemakaian daya total (kVA) menjadi lebih besar.
Indhana Sudiharto_PENS

Untuk memperbaiki kerugian daya akibat faktor daya yang rendah maka dapat dilakukan
dengan menggunakan kapasitor yang sesuai sehingga kebutuhan daya reaktif Q dapat dipenuhi
oleh power kapasitor yang dipasang. Dengan memasang kapasitor tersebut maka diperoleh
perbaikan faktor daya seperti yang digambarkan pada fasor diagram gambar 3.2 di bawah;

Q2 Qc

S2
2 S1
P
S=(P2+Q2) kVA
1

Gambar 3.2 Segitiga Daya dengan memasang kapasitor

Dimana;
= Sudut daya
S1= Daya Nyata belum terkompensasi
S2= Daya Nyata terkompensasi dengan capacitor bank
Qc= Daya Reaktif dari capacitor bank.

6. PENGARUH HARMONIK PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG


DAPAT MEMEPENGARUHI KERJA KWH METER.

Prinsip DasarHarmonik adalah gangguan yang terjadi pada sistem distribusi tenaga listrik
akibat terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan. Pada dasarnya, harmonik adalah gejala
pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi berbeda yang merupakan perkalian
Indhana Sudiharto_PENS

bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya. Hal ini disebut frekuensi harmonik yang timbul pada
bentuk gelombang aslinya sedangkan bilangan bulat pengali frekuensi dasar disebut angka
urutan harmonik. Misalnya, frekuensi dasar suatu sistem tenaga listrik adalah 50 Hz, maka
harmonik keduanya adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 100 Hz, harmonik ketiga
adalah gelombang dengan frekuensi sebesar 150 Hz dan seterusnya. Gelombang-gelombang ini
kemudian menumpang pada gelombang murni/aslinya sehingga terbentuk gelombang cacad
yang merupakan jumlah antara gelombang murni sesaat dengan gelombang hormoniknya.
Sumber Harmonik pada Sistem DistribusiDalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban
yaitu beban linier dan beban non linier. Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk
gelombang keluaran yang linier artinya arus yang mengalir sebanding dengan impedensi dan
perubahan tegangan. Sedangkan beban non linier adalah bentuk gelombang keluarannya tidak
sebanding dengan tegangan dalam setiap setengan siklus sehingga bentuk gelombang arus
maupun tegangan keluarannya tidak sama dengan gelombang masukannya (mengalami
distorsi). Beban non linier yang umumnya merupakan peralatan elektronik yang didalamnya
banyak terdapat komponen semi konduktor, dalam proses kerjanya berlaku sebagai saklar yang
bekerja pada setiap siklus gelombang dari sumber tegangan. Proses kerja ini akan
menghasilkan gangguan atau distorsi gelombang arus yang tidak sinusoidal. Bentuk gelombang
ini tidak menentu dan dapat berubah menurut pengaturan pada parameter komponen semi
konduktor dalam peralatan elektronik. Perubahan bentuk gelombang ini tidak terkait dengan
sumber tegangannya. Beberapa peralatan yang dapat menyebabkan timbulnya harmonik antara
lain komputer, printer, lampu fluorescent yang menggunakan elektronik ballast, kendali
kecepatan motor, motor induksi, batere charger, proses eletroplating, dll. Peralatan ini
dirancang untuk menggunakan arus listrik secara hemat dan efisien karena arus listrik hanya
dapat melalui komponen semi konduktornya selama periode pengaturan yang telah ditentukan.
Namun disisi lain hal ini akan menyebabkan gelombang mengalami gangguan gelombang arus
dan tegangan yang pada akhirnya akan kembali ke bagian lain sistem tenaga listrik. Penomena
ini akan menimbulkan gangguan beban tidak linier satu phase. Hal di atas banyak terjadi pada
distribusi yang memasok pada areal perkantoran/komersial. Sedangkan pada areal
perindustrian gangguan yang terjadi adalah beban non linier tiga phase yang disebabkan oleh
motor listrik, kontrol keepatan motor, batere charger, electroplating, dapur busur listrik, dll.
Indhana Sudiharto_PENS

Pengaruh Harmonik pada Komponen Sistem DistribusiSetiap komponensistem distribusi dapat


dipengaruhi oleh harmonik walaupun dengan akibat yang berbeda. Namun demikian
komponen tersebut akan mengalami penurunan kinerja dan bahkan akan mengalami kerusakan.
Salah satu dampak yang umum dari gangguan harmonik adalah panas lebih pada kawat netral
dan transformator sebagai akibat timbulnya harmonik ketiga yang dibangkitkan oleh peralatan
listrik satu phase. Pada keadaan normal, arus beban setiap phase dari beban linier yang
seimbang pada frekuensi dasarnya akan saling mengurangi sehingga arus netralnya menjadi
nol. Sebaliknya beban tidak linier satu phase akan menimbulkan harmonik kelipatan tiga ganjil
yang disebut triplen harmonik (harmonik ke-3, ke-9, ke-15 dan seterusnya) yang sering disebut
zero sequence harmonik (lihat Tabel 1). Harmonik ini tidak menghilangkan arus netral tetapi
dapat menghasilkan arus netral yang lebih tinggi dari arus phase.Harmonik pertama urutan
polaritasnya adalah positif, harmonik kedua urutan polaritasnya adalah negatif dan harmonik
ketiga urutan polaritasnya adalah nol, harmonik keempat adalah positif (berulang berurutan
sampai seterusnya). Akibat yang dapat ditimbulkan oleh urutan polaritas komponen harmonik
(lihat Tabel 2) antara lain tingginya arus netral pada sistem 3 phase 4 kawat (sisi sekunder
transformator) karena arus urutan nol (zero sequence) dan arus ini akan terinduksi ke sisi
primer transformator dan akan berputar pada sisi primer transformator yang biasanya memiliki
belitan delta (D). Hal ini akibat pada kawat netral tidak memiliki peralatan pemutus arus untuk
proteksi tegangan atau arus lebih. Pengaruh harmonik pada transformator sering tanpa disadari
dan diantisipasi keberadaannya sampai terjadi gangguan yang penyebabnya tidak jelas. Hal ini
dapat juga terjadi bila perubahan konfigurasi atau jenis beban yang dipasok. Transformator dan
peralatan induksi lainnya, selalu terpengaruh oleh harmonik karena trafo itu sendiri dirancang
sesuai dengan frekuensi kerjanya. selain itu transformator juga merupakan media utama antara
pembangkit dengan beban. Frekuensi harmonik yang lebih tinggi dari frekuensi kerjanya akan
mengakibatkan penurunan efisiensi atau terjadi kerugian daya. Selain itu, ada beberapa akibat
yang dapat ditimbulkan oleh adanya harmonik dalam sistem tenaga listrik,antara lain.
Timbulnya getaran mekanis pada panel listrik yang merupakan getaran resonansi mekanis
akibat harmonik arus frekuensi tinggi. Harmonik dapat menimbulkan tambahan torsi pada kWh
meter jenis elektromekanis yang menggunakan piringan induksi berputar. Sebagai akibatnya,
puratan piringan akan lebih cepat atau terjadi kesalahan ukur kWh meter karena piringan
Indhana Sudiharto_PENS

induksi tersebut dirancang hanya untuk beroperasi pada frekuensi dasar. Interferensi frekunsi
pada sistem telekomunikasi karena biasanya kabel untuk keperluan telekomunikasi
ditempatkan berdekatan dengan kawat netral. Triplen harmonik pada kawat netral dapat
memberikan induksi harmonik yang mengganggu sistem telekomunikasi. Pemutusan beban.
Pemutus beban dapat bekerja dibawah arus pengenalnya atau mungkin tidak bekerja pada arus
pengenal. Pemutus beban yang dapat terhindar dari gangguan harmonik pada umumnya adalah
pemutus beban yang mempunyai respon terhadap arus rms sebenarnya (true-rms current) atau
kenaikan temperatur karena arus lebih. Identifikasi Harmonik. Untuk mengidentifikasi
kehadiran harmonik pada sistem distribusi dapat diketahui melalui langkah-langkah sebagai
berikut. Identifikasi Jenis Beban Jenis beban yang dipasok, misalnya peralatan apa yang
dipakai oleh konsumen. Bila banyaknya peralatan yang mempunyai komponen utama terbuat
dari bahan semikonduktor seperti komputer dan alat bantunya, pengatur kecepatan motor, atau
peralatan lain yang menggunakan arus searah maka dapat diperkirakan masalah harmonik ada
diintalasi konsumen tersebut. Pemeriksaan Transformator Untuk transformator yang memasok
beban non linier apakah ada kenaikan temperaturnya tidak normal. Arus sekunder
transformator baik phase maupun netral perlu dilihat. Bandingkan arus netralnya dengan arus
phase pada keadaan beban tidak seimbang. Apabila arus netralnya lebih besar maka dapat
diperkirakan adanya trilen harmonik dan kemungkinan turunnya kinerja transformator.
Pemeriksaan Tegangan Netral Tanah Terjadinya arus lebih pada kawat netral (untuk sistem 3
phase dan 4 kawat) dapat diktahui dengan melihat tegangan netral-tanah pada keadaan
berbeban. Apabila tegangan yang terukur lebih besar dari 2 Volt maka terdapat indikasi adanya
masalah harmonik pada beban tersebut. Apabila indikasi-indikasi adanya harmonik telah
diketahui maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengatasi masalah gangguan harmonik
antara lain dengan mengetahui harmonik untuk menentukan harmonik-harmonik yang dominan
dan sumber utamanya. Usaha-usaha untuk Mengurangi Harmonik ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh harmonik pada sistem distribusi antara lain:
Memperbesar Kawat Netral Setiap sistem distribusi biasanya memakai sistem 3 phase empat
kawat, yaitu 3 kawat untuk ketiga phase dan 1 kawat lagi untuk netral. Apabila beban yang
dipasok non linier sehingga pengaruh harmonik lebih dominan maka untuk mengatasi panas
lebih pada kawat netral akibat pengaruh harmonik sebaiknya ukuran kawat netral diperbesar
Indhana Sudiharto_PENS

dari ukuran standarnya. Begitu juga pada panel-panel listrik disarankan kawat netral untuk
sistem pentanahannya diperbesar dari ukuran standarnya. Menurunkan Kapasitas
Transformator Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh harmonik
pada sistem distribusi adalah dengan mengurangi kapasitas suplai daya transformator (derating
fransformator). Dalam menentukan besarnya pengurangan kapasitas transformator ada metode
sederhana yang dapat dipergunakan yaitu dengan memakai persamaan sebagai berikut:

KVA baru = THDF x KVA pengenal ………………............................................persamaan (1)


di mana THDF adalah Transformator Harmonic Derating Factor,
THDF = [1,414 x (arus phase rms) / (arus puncak phase sesaat)] x 100% = [(1,414 x 1/3 x (Ir +
Is + It)rms / 1/3 x (Ir + Is + It)puncak] x 100%

Usaha Penanganan Lebih LanjutUntuk instalasi konsumen yang memerlukan kualitas listrik
yang lebih baik dan handal, untuk mengurangi pengaruh harmonik maka pada transformator
distribusi atau panel kontrol utama perlu dipasang peralatan proteksi, yaitu antara lain filter
harmonik (harmonic filter), reaktor blok (bloking reactor) atau bank kapasitor
Hasil Pengujian

Pengujian dilakukan terhadap 20 buah transformator distribusi milik PLN Cabang Bekasi yang
mewakili beberapa jenis konsumen. Waktu pengujian dilakukan pada siang hari antara pukul
10.00 - 15.00 wib. Data hasil pengukuran variabel yang dapat diukur antara lain. Besaran arus
rms sebenarnya (true-rms current) dan arus puncak (peak-current). Besaran rms dan puncak
untuk arus, tegangan dan daya:

Besarnya harga THD rms, tegangan, arus dan daya harmonik pada setiap phase sampai pada
harmonik ke-31. Besarnya arus netral.

Beban puncak, Beda phase, Beban puncak, Beda phase, Power faktor, Komponen DC pada
setiap phase, Crest factor; dan K faktor.

Dari variable atau besaran listrik yang diperoleh dari pengukuran dapat diperoleh nilai THDF
dan kapasitas baru transformator dengan menggunakan persamaan (1) di atas, maka dapat
Indhana Sudiharto_PENS

dihitung KVA baru. diambil dari elektro indonesia Dari uraian permasalahan kualitas daya
diatas maka perlu dikenalkan pada mahasiswa jurusan Elektro Industri PENS. Terutama cara-
cara pengukuran/identifikasi kualitas daya dengan alat-alat ukur kuslitas daya.
Indhana Sudiharto_PENS

Praktikum MEMBANDINGKAN METER


ANALOG DAN TRUE RMS
1 PADA PENGUKURAN BEBAN
LINIER 1 FASA

I. Tujuan Praktikum
1. Praktikan dapat memahami prinsip dasar pengukuran daya arus bolak-balik dengan
meter analog dan meter true rms
2. Praktikan dapat menganalisa dan menyimpulkan perbedaan hasil pengukuran meter
analog dan meter true rms untuk pengukuran beban linier 1 fasa

II. Dasar Teori Penunjang


Wattmeter satu fasa terbuat dari :
Elektrodinamometer dipakai secara luas dalam pengukuran daya. Peralatan tersebut dapat
digunakan untuk menunjukkan daya searah(dc) maupun daya bolak-balik(ac) untuk setiap
gelombang tegangan dan arus dan tidak terbatas pada gelombang sinus saja.
Elektrodinamometer dapat digunakan sebagai voltmeter atau amperemeter terdiri dari
kumparan-kumparan yang dian dan yang berputar dihubungkan secara seri, karena itu bereaksi
terhadap efek kuadrat arus. Bila digunakan sebagai alat ukur daya satu fasa, kumparan-
kumparan dihubungkan dengan cara yang berbeda seperti terlihat pada gambar 1 dibawah.
Indhana Sudiharto_PENS

Gambar 1. Diagram sebuah wattmeter elektrodinamometer,


yang dihubungkan dengan beban satu fasa

Kumparan-kumparan yang diam atau kumparan-kumparan medan ditujukkan sebagai dua


elemen terpisah yang dihubungkan secara seri dan membawa arus jala-jala total (ic). Kumparan
yang berputar yang ditempatkan didalam medan magnet membawa arus kecil (ip). Arus sesaat
didalam kumparan yang berputar adalah ip= e/Rp, dimana e adalah teganagan sesaat pada jala-
jala, dan Rp adalah tahanan total kumparan berputar beserta tahanan serinya. Defleksi
kumparan putar sebanding dengan perkalian ic dan ip dan untuk defleksi rata-rata selama satu
periode dapat dituliskan :

T
1
 rata− rata = K  ici p dt (1.1)
T0

Di mana :
 rata-rata = Defleksi sudut rata-rata dari kumparan
K = Kontanta instrumen
ic = Arus sesaat didalam kumparan-kumparan medan
ip = Arus sesaat didalam kumparan potensial
Indhana Sudiharto_PENS

Dengan menganggap sementara ic sama dengan arus beban i (secara aktual ic= ip+ i), dan
menggunakan nilai ip= e/Rp , jadi persamaan (1.1) berubah menjadi :

T T
1 e 1
 rata− rata = K  i
T 0 Rp
dt = K 2  ei dt
T0
(1.2)

Menurut definisi daya rata-rata di dalam suatau rangkaian adalah :

T
1
P rata− rata=  ei dt (1.3)
T0

Yang menunjukkan bahwa elektrodinamometer yang dihubungkan dalam konfigurasi gambar


1. mempunyai defleksi yang sebanding dengan daya rata-rata. Jika e dan i adalah besaran sinus
dengan bentuk e = Em sin t dan i = I m sin (t +  ) , persamaan (1.2) berubah menjadi

rata− rata = K3 EI cos (1.4)

Di mana E dan I menyatakan nilai-nilai rms tegangan dan arus, serta  menyatakan sudut fasa
antara tegangan dan arus. Pesamaan (1.2) dan (1.3) menunjukkan bahwa elektrodinamometer
mengukur daya rata-rata yang disalurkan pada beban.
Wattmeter mempunyai satu terminal tegangan dan arus yang ditandai dengan “+”. Bila
terminal arus yang ditandai dihubungkan ke jala-jala masuk dan terminal tegangan ke sisi jala-
jala dimana kumparan arus dihubungkan, alat ukur selalu akan membaca naik bila daya
dihubungkan ke beban. Jika untuk suatu alasan( seperti dalam metoda dua wattmeter untuk
mengukur daya 3 fasa) jarum membaca mundur, sambungan arus(bukan sambungan tegangan)
harus dipertukarkan.
Wattmeter elektrodinamometer membutuhkan sejumlah daya untuk mempertahankan
medan magnitnya, tetapi biasanya sangat kecil dibandingkan terhadap daya beban sehingga
dapat diabaikan. Jika diperlukan pembacaan daya yang tepat, kumparan arus harus membawa
arus beban yang tepat pula. Dengan menghubungkan kumparan potensial ke titik A seperti
pada gambar 1, tegangan beban terukur dengan tepat tetapi arus yang melalui kumparan-
kumparan medan lebih besar sebanyak Ip. Berarti wattmeter membaca lebih tinggi sebesar
Indhana Sudiharto_PENS

kehilangan daya tambahan didalam rangkaian potensial. Tetapi jika kumparan potensial
dihubungkan ke titik B gambar 1, kumparan medan mencatat arus beban yang tepat, tetapi
tegangan pada kumparan potensial akan lebih besar sebanyak penurunan tegangan pada
kumparan-kumparan medan. Juga wattmeter akan mencatat lebih tinggi, tetapi dengan
kehilangan sebesar I2R di dalam kumparan-kumparan medan. Cara penyambungan yang tepat
bergantung pada situasi. Umumnya sambungan kumparan potensial pada titik A lebih
diinginkan untuk beban-beban arus tinggi, tegangan rendah. Sedangkan sambungan kumparan
potensial pada titik B lebih diinginkan untuk beban-beban arus rendah dan tegangan tinggi.

Gambar 2. Diagram wattmeter terkompensasi

Diagram wattmeter terkompensasi yang mana efek arus di dalam kumparan potensial
dihilangkan oleh arus dalam kumparan kompensasi.
Kesulitan dalam menempatkan sambungan kumparan potensial diatasi dengan
wattmeter yang terkompensasi seperti ditunjukkan pada gambar 2. Kumparan arus terdiri dari
dua kumparan, masing-masing mempunyai jumlah lilitan yang sama. Salah satu kumparan
menggunakan kawat besar yang membawa arus beban ditambah arus untuk kumparan
potensial. Gulungan lain menggunakan kawat kecil(tipis) dan hanya membawa arus ke
kumparan tegangan. Tetapi arus ini berlawanan arah dengan arus di dalam gulungan besar,
sehingga menyebabkan fluksi yang berlawanan dengan fluksi utama. Berarti efek Ip
dihilangkan dan wattmeter menunjukkan daya yang sesuai.
Indhana Sudiharto_PENS

III. Rangkaian Percobaan

A. Metode I ( Menggunakan Wattmeter, Cos, AM, VM)

W Cos  A

220 V Beban
Vin V
(Variac) Linier

Gambar 1. Rangkaian Pengukuran Beban Linier 3. Phasa Menggunakan Wattmeter

Daya aktif (P) untuk beban satu phasa :


P = V ph  I line  Cos (Watt)
P = Penunjukkan wattmeter (Watt)

Daya semu :
S = VI (VA)

B. Metode II ( Menggunakan Power Meter true rms)

Curent probe

220 V Beban
V in Linier
(Variac)

Power
Meter

Gambar 4. Rangkaian Pengukuran Beban Non Linier 1 Phasa Menggunakan Power Meter
Indhana Sudiharto_PENS

IV. Peralatan dan Bahan


1. Voltmeter AC (1 buah)
2. Ammeter AC (1 buah)
3. Wattmeter 1 fasa (1 buah)
4. Cos  meter (1 buah)
5. Power Meter (1 buah)
6. Slidak (VR) (1 buah)
7. Beban Linier
• Lampu (1 buah)
• Lampu seri Ballast (1 buah)
• Lampu parallel Capasitor (1 buah)

Keterangan : Beban Linier yang dipakai :


2. Lampu
3. motor

V. Langlah-langkah Kerja

1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan


2. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian metode I (gambar 1), kemudian ukur
tegangan, arus, daya dari penunjukkan wattmeter dan power faktor (cosΦ)
3. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian metode II (gambar 2), kemudian ukur
tegangan, arus, daya dan power faktor (cosΦ) dari penunjukkan Power Meter
4. Bandingkan hasil pengukuran metode I dengan metode II
5. Tentukan prosentasi perbedaan hasil pengukuran

VI. Data Hasil Pengukuran


Metode I
Indhana Sudiharto_PENS

Gambar Rangkaian A

V I Cos  S(VI) P= V ph  I line  Cos P(W)


(V) ( A) (VA) (Watt) (watt)

Metode II
Gambar Rangkaian B

V I Cos  S(VI) PF DPF P(W)


(V) ( A) (VA) (watt)

VII. Tugas
Tentukan secara perhitungan besarnya, PF terhadap DPF

VIII. Laporan Resmi:


Buatlah laporan resmi dari latihan-latihan diatas dengan cara membuat analisa dan
kesimpulan.
Indhana Sudiharto_PENS

Praktikum MEMBANDINGKAN METER

5
ANALOG DAN TRUE RMS PADA
PENGUKURAN BEBAN
INVERTER 3 FASA

1. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan dapat memahami prinsip dasar pengukuran daya beban non liner tiga fasa
dengan inverter dan motor induksi
2. Praktikan dapat menganalisa dan menyimpulkan hasil praktikum

2.DASAR TEORI

Dewasa ini banyak jenis beban yang dipakai untuk pengontrolan suatu proses
diindustri. Misalnya pengaturan flow atau aliran udara dengan menggunakan damper
atau katup-katup udara, pengaturan flow atau aliran air dengan menggunakan control
valve, pengaturan kecepatan motor dengan mengunakan sistem transmisi yang variable
speed. Pengaturan-pengaturan seperti model tersebut di atas biasanya menggunakan
jenis motor induksi yang berputar dengan kecepatan konstan, pengaturan dilakukan di
katup-katup, control valve dan sistem transmisi. Namun cara seperti ini terasa kurang
efisien dalam pemakaian daya, terutama pada disaat pengoperasian untuk flow rendah,
kecepatan rendah atau bahkan saat berhenti karena motor tetap berputar dengan
kecepatan konstan sehingga pemakaian daya tetap besar.
Gambar 1 mengilutrasikan motor untuk penggerak blower yangaliran
udaranya diatur melalui damper, dalam hal ini putaran motor tetap konstan meskipun
flow udara diatur melalui damper dari minimum sampai maksimum.
Indhana Sudiharto_PENS

Gambar 1 Motor induksi sebagai penggerak blower

Variable Speed Drive(VSD) merupakan solusi untuk persoalan di atas. VSD


digunakan untuk pengaturan kecepatan motor secara elektronik, sehingg dalam
aplikasinya untuk kontrol flow/aliran udara, air, konveyor dll sudah tidak diperlukan
lagi adanya control valve, katup2 maupun variable spped tranmisi, karena dengan
mengatur kecepatan motor akan diperoleh pengaturan flow udara/air maupun kecepatan
konveyor.
Teknologi VSD yang dipakai adalah teknik V/F konstan, artinya pada saat
ingin menurunkan putaran motor induksi dengan cara menurunkan frekuensinya maka
tegangan juga harus diturunkan demikian juga sebaliknya, sehingga besarnya fluksi
motor tetap dan motor akan mendapatkan torsi yang tetap besar.
Gambar 2 mengilustrasikan motor induksi yang disuplai dengan inveter VSD
untuk mengatur aliran udara dari blower dengan mengatur kecepatan motor.
Indhana Sudiharto_PENS

Gambar 2. Motor induksi yang disuplai melalui VSD


untuk pengaturan kecepatan dan aliran udara

Penghematan daya diperoleh saat motor dioperasikan pada kecepatan rendah


dibawah kecepatan nominalnya. Dari rumus daya
P=3 V I cos  kW
Maka pada saat motor dioperasikan pada kecepatan rendah dengan cara menurunkan frekuensi
motor akan diperoleh penurunan tegangan sehingga pemakian daya juga akan turun sehingga
diperoleh efisiensi daya.
Cara kerja inverter adalah merubah dari tegangan dc menjadi tegangan ac dengan frekuensi
yang bisa diatur / diubah-ubah. Pengaturan frekuensi dengan cara teknik switching transistor
inverternya. Akibat switching ini menyebabkan bentuk gelombang tidak sinusoidal sehingga
menghasilkan distorsi pada PF dimana PF ≠ DPF sehingga menimbulkan kerugian daya.
Indhana Sudiharto_PENS

3.RANGKAIAN PERCOBAAN
A. Metode I ( Menggunakan Wattmeter, Cos, AM, VM)

Gambar 1. Rangkaian Pengukuran Beban Non Linier 3 Phasa (dengan Inverter )


Menggunakan Wattmeter

Daya aktif (P) untuk beban tiga phasa :


P = 3 VL−L  I Line  Cos (Watt)
P = Penunjukkan Wattmeter (Watt)

Daya nyata :
S = VI (VA)

B. Metode II ( Menggunakan Power Meter)

Gambar 2.Rangkaian Pengukuran Beban Non Linier 3 Phasa (dengan Inverter)


Menggunakan Power Meter
Indhana Sudiharto_PENS

4.ALAT DAN BAHAN


8. Inverter 3 fasa 1
9. Motor Induksi 3 phasa 1
10. Voltmeter AC 1
11. Ammeter AC 1
12. Wattmeter 3 phasa 1
13. Cos  meter 1
14. Power Meter 1

5.LANGKAH KERJA
6. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
7. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian metode I (gambar 1), kemudian ukur
tegangan, arus, daya dari penunjukkan wattmeter dan power faktor (PF meter/cosΦ
meter). Ukur untuk tiga frekwensi yang berbeda.
8. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian metode II (gambar 2), kemudian ukur
tegangan, arus, daya dan power faktor dari penunjukkan Power Meter. Ukur untuk
tiga frekwensi yang berbeda.
9. Bandingkan hasil pengukuran metode I dengan metode II
10. Tentukan prosentasi perbedaan hasil pengukuran

6.DATA PENGUKURAN
Metode I
Gambar Rangkaian A

F VL-L ILine Cos  S (VI) P= 3 VL−L  I Line  Cos P(W)


(Hz) (V) ( A) (VA) (Watt)
(Watt)
10

30

50
Indhana Sudiharto_PENS

Metode II
Gambar Rangkaian B
F VL-L ILine PF DPF S (VI) P
(Hz) (V) ( A) (VA) (Watt)
10

30

50

7. Tugas
Tentukan secara perhitungan besarnya, PF terhadap DPF

8. Laporan Resmi:
Buatlah laporan resmi dari latihan-latihan diatas dengan cara membuat analisa dan kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai