Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SEJARAH

PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

XI MIPA 3

1.Herdi Dirga Fadliansyah (Kata Pengantar)


2.Amrico Wijaya (Daftar Isi)
3.M.Yusril Ersa Mahendra (tata tulis,susunan makalah)
4.Dewan David Maulana (Latar Belakang)
5.Raden Dipa Sofyan (Mencari Materi)

SMA NEGERI 1 SAMBOJA


TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas rahmat dan
petunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan berupa makalah yang berjudul
“PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA (1942-1945)”
Sumber dari makalah ini berupa buku-buku sejarah yang ditambah dengan informasi yang
didapat dari hasil browsing di internet referensi buku dan sumber, sumber lainnya.Diantara
sumber-sumber tersebut kami susun, semua informasi dan fakta yang sesuai dengan makalah
ini, sehingga menurut kami data-data di dalam makalah ini sudah cukup akurat.

Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kendala yang saya temui namun saya
berhasil menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Akhir kata jika ada
sesuatu pada khususnya kata-kata yang tidak berkenan pada hati pembaca mohon dimaklumi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

BAB I
PENDAHULUAN

1. MENGANALISIS PEMERINTAHAN SAUDARA TUA


A. LATAR BELAKANG PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA (1942-1945)
Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe Fumimaro sebagai Perdana
Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Tambelang tidak
menghendaki melawan beberapa kecamatan sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941
mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus,
apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah
Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk
industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi
perang yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua
operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut
pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah ringan, 4
kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta 2.274 pesawat
tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih
dari 1.400 pesawat tempur, tanggal 7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak
basis Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii. Sedangkan
kekuatan kedua, sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung Angkatan
Darat dalam Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang
akan dilanjutkan ke Jawa. Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi
Infantri yang didukung oleh 7 resimen tank serta 795 pesawat tempur. Seluruh operasi
direncanakan selesai dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo memimpin armada yang
ditugaskan menyerang Pearl Harbor.
Hari minggu pagi tanggal 7 Desember 1941, 360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom
pembawa torpedo serta sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua gelombang.
Pengeboman Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal perang besar serta
merusak 6 kapal perang lain. Selain itu pengeboman Jepang tesebut juga menghancurkan 180
pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu Amerika tewas dan lebih dari 1.140
lainnya luka-luka. Namun tiga kapal induk Amerika selamat, karena pada saat itu tidak
berada di Pearl Harbor. Tanggal 8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan
perang terhadap Jepang.
Perang Pasifik ini berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di Asia
Timur, termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia Belanda
adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung
potensi perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat
penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber
minyak utama.

B. KEDATANG JEPANG DI INDONESIA


Pada tanggal 8 Maret 1942, Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (Gubernur
Jenderal Belanda), Letnan Jenderal Ter Poorten (Panglima tentara Hindia Belanda), serta
pejabat tinggi militer dan seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Dari pihak Jepang hadir
Letnan Jenderal Imamura. Dalam pertemuan itu, Belanda menyerah tanpa syarat kepada
Jepang. Dengan demikian, secara resmi masa penjajahan Belanda di Indonesia berakhir.
Jepang berkuasa di Indonesia. Bukan kemerdekaan dan kesejahteraan yang didapat bangsa
Indonesia. Situasi penjajahan tidak berubah. Hanya kini yang menjajah Indonesia adalah
Jepang.

BAB II
PEMBAHASAN
2. MENGANALISIS ORGANISASI PERGERAKAN MASA PENDUDUKAN JEPANG
A. ORGANISASI YANG BERSIFAT SOSIAL KEMASYARAKATAN

a. Gerakan Tiga A

Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang membentuk


sebuah perkumpulan yang dinamakan Gerakan Tiga A (3A). Perkumpulan ini
dibentuk pada tanggal 29 Maret 1942. Sesuai dengan namanya, perkumpulan
ini memiliki tiga semboyan, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung
Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Sebagai pimpinan Gerakan Tiga A, bagian
propaganda Jepang (Sedenbu) telah menunjuk bekas tokoh Parindra Jawa
Barat yakni Mr. Syamsuddin sebagai ketua dengan dibantu beberapa tokoh
lain seperti K. Sutan Pamuncak dan Moh. Saleh.

Jepang berusaha agar perkumpulan ini menjadi wadah propaganda yang


efektif. Oleh karena itu, di berbagai daerah dibentuk komite-komite. Sejak
bulan Mei 1942, perhimpunan itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat
melalui media massa. Di dalam Gerakan Tiga A juga dibentuk subseksi Islam
yang disebut “Persiapan Persatuan Umat Islam”. Subseksi Islam dipimpin oleh
Abikusno Cokrosuyoso.

Ternyata sekalipun dengan berbagai upaya, Gerakan Tiga A ini kurang


mendapat simpati dari rakyat. Gerakan Tiga A hanya berumur beberapa
bulan saja. Jepang menilai perhimpunan itu tidak efektif. Bulan Desember
1942 Gerakan Tiga A dinyatakan gagal. Mengapa “Gerakan Tiga A” ini
dinyatakan gagal oleh Jepang, kira-kira apa alasannya?

b. Pusat Tenaga Rakyat

“Gerakan Tiga A” telah gagal. Kemudian Jepang berusaha mengajak tokoh


pergerakan nasional untuk melakukan kerjasama. Jepang
kemudian mendirikan organisasi pemuda, Pemuda Asia Raya di bawah
pimpinan Sukardjo Wiryopranoto. Organisasi itu juga tidak mendapat
sambutan rakyat. Jepang kemudian membubarkan organisasi itu.

Dukungan rakyat terhadap Jepang memang tidak seperti awal kedatangannya.


Hal ini sangat mungkin juga karena sikap dan tindakan Jepang yang berubah.
Seperti telah disinggung di depan, Jepang mulai melarang pengibaran
bendera Merah Putih dan yang boleh dikibarkan hanya bendera Hinomaru
serta mengganti Lagu Indonesia Raya dengan lagu Kimigayo. Jepang mulai
membiasakan mengganti kata-kata banzai (selamat datang) dengan bakero
(bodoh). Masyarakat mulai tidak simpati terhadap Jepang.“Saudara tua”
tidak seperti yang mereka janjikan.
Sementara perkembangan Perang Asia Timur Raya mulai tidak
menggembirakan. Kekalahan Jepang di berbagai medan pertempuran telah
menimbulkan rasa tidak percaya dari rakyat. Oleh karena itu, Jepang harus
segera memulihkan keadaan. Jepang harus dapat bekerja sama dengan
tokoh-tokoh nasionalis terkemuka, antara lain Sukarno dan Moh. Hatta.
Karena Sukarno masih ditahan di Padang oleh pemerintah Hindia Belanda,
maka segera dibebaskan oleh Jepang. Tanggal 9 Juli 1942 Sukarno sudah
berada di Jakarta dan bergabung dengan Moh. Hatta.

c. MIAI dan Masyumi

Berbeda dengan pemerintah Hindia Belanda yang cenderung anti terhadap


umat Islam, Jepang lebih ingin bersahabat dengan umat Islam di Indonesia.
Jepang sangat memerlukan kekuatan umat Islam untuk membantu melawan
Sekutu. Oleh karena itu, sebuah organisasi Islam MIAI yang cukup berpengaruh
yang dibekukan oleh pemerintah kolonial Belanda, mulai dihidupkan kembali
oleh pemerintah pendudukan Jepang.Tepat pada tanggal 4 September 1942
MIAI diizinkan aktif kembali. Dengan demikian diharapkan MIAI segera
dapat digerakkan sehingga umat Islam di Indonesia dapat dimobilisasi untuk
keperluan perang.

Dengan diaktifkannya kembali MIAI, maka MIAI menjadi organisasi


pergerakan yang cukup penting di zaman pendudukan Jepang.MIAI
menjadi tempat bersilaturakhim, menjadi wadah tempat berdialog, dan
bermusyawarah untuk membahas berbagai hal yang menyangkut kehidupan
umat, dan tentu saja bersinggungan dengan perjuangan. MIAI senantiasa
menjadi organisasi pergerakan yang cukup diperhitungkan dalam perjuangan
membangun kesatuan dan kesejahteraan umat. Semboyan yang terkenal
adalah “berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah
berpecah belah”.Dengan demikian pada masa pendudukan Jepang, MIAI
berkembang baik.Kantor pusatnya semula di Surabaya kemudian pindah ke
Jakarta.
Adapun tugas dan tujuan MIAI waktu itu adalah:
a. Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat
Indonesia.
b. Mengharmoniskan Islam dengan tuntutan perkembangan zaman.
c. Ikut membantu Jepang dalam Perang AsiaTimur Raya

Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI membuat


program yang lebih menitikberatkan pada program-program yang bersifat
sosio-religius.Secara khusus program-program itu akan diwujudkan melalui
rencana: (1) pembangunan masjid Agung di Jakarta, (2) mendirikan universitas,
dan (3) membentuk baitulmal. Dari ketiga program ini yang mendapatkan
lampu hijau dari Jepang hanya program yang ketiga.

d. Jawa Hokokai

Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik, tentara Sekutu
dapat mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan
kedudukan Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu,
Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kumaikici Harada membentuk organisasi
baru yang diberinama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Untuk
menghadapi situasi perang tersebut, epang membutuhkan persatuan dan
semangat segenap rakyat baik lahir maupun batin. Rakyat diharapkan memberikan
darma baktinya terhadap pemerintah demi kemenangan perang.
Kebaktian yang dimaksud memuat tiga hal: (1) mengorbankan diri, (2)
mempertebal persaudaraan, dan (3) melaksanakan suatu tindakan dengan
bukti.

Susunan dan kepemimpinan organisasi Jawa Hokokai berbeda


dengan Putera. Jawa Hokokai benar-benar organisasi resmi pemerintah.
Oleh karena itu, pimpinan pusat Jawa Hokokai sampai pimpinan daerahnya
langsung dipegang oleh orang Jepang. Pimpinan pusat dipegang oleh Gunseikan,
sedangkan penasihatnya adalah Ir. Sukarno dan Hasyim Asy’ari. Di tingkat daerah (syu/shu)
dipimpin oleh Syucokan/Shucokandan seterusnya sampai daerah ku oleh Kuco,
bahkan sampai gumi di bawah pimpinan Gumico. Dengan demikian,Jawa
Hokokai memiliki alat organisasi sampai ke desa-desa, dukuh,bahkan sampai
tingkat rukun tetangga (Gumi atau Tonari Gumi). Tonari Gumi dibentuk untuk
mengorganisasikan seluruh penduduk dalam kelompok-kelompok
yang terdiri atas 10 - 20 keluarga. Para kepala desa dan kepala dukuh atau ketua RT
bertanggung jawab atas kelompok masing-masing.
Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai antara lain sebagai berikut:
a. Melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerin-tah
Jepang.
b. Memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat
persaudaraan.
c. Memperkokoh pembelaan tanah air.

B. ORGANISASI SEMIMILITER
1. Seinendan (Barisan pemuda)

Seinendan merupakan organisasi pemuda yang dibentuk pada tanggal 29 April 1943, tepat
pada hari ulang tahun Kaisar Jepang. Seinendan merupakan organisasi kepemudaan yang
bersifat semimiliter. Organisasi tersebut langsung berada di bawah pimpinan gunseikan.
Tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan melatih pemuda agar
dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Namun,
sebenarnya maksud tersembunyi pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendapatkan
tenaga cadangan sebanyak-banyaknya yang diperlukan bagi kemenangan perang Jepang.
Pada awalnya, Seinendan beranggotakan pemuda-pemuda Asia yang berusaia antara 15-25
tahun. Namun, usia anggotanya kemudian diubah menjadi 14-22 tahun. Pada awalnya
anggota Seinendan sebanyak 3.500 orang yang berasal dari seluruh Jawa. Jumlah tersebut
berkembang menjadi 500.000 orang pemuda pada akhir masa pendudukan Jepang.

2. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)


Keibodan juga merupakan organisasi pemuda yang dibentuk bersamaan dengan pembentukan
Seinendan. Berbeda dengan Seinendan, dalam pembentukan Keibodan tersebut tampak
bahwa pemerintah pendudukan Jepang berusaha agar tidak terpengaruh oleh golongan
nasionalis. Bahkan kaum nasionalis pada tingkat bawah pun tidak mempunyai hubungan
dengan Keibodan, karena badan ini langsung ditempatkan di bawah pengawasan polisi.
Selain Jawa, kedua badan tersebut juga dibentuk di Sumatra dan daerah-daerah yang berada
di bawah kekuasaan angkatan laut. Di Sumatra, Keibodan dikenal dengan nama Bogodan. Di
Kalimantan terdapat badan serupa yang disebut Borneo Konan Hokokudan. Selain golongan
pemuda, juga dilakukan pengorganisasian kaum wanita. Pada bulan Agustus 1943 dibentuk
Fujinkai (himpunan wanita). Usia minimum dari anggota Fujinkai adalah 15 tahun. Wanita-
wanita tersebut juga diberikan latihan-latihan militer.

3. Syuisyintai (Barisan Pelopor)


Barisan Pelopor dibentuk pada tanggal 1 November 1944. Organisasi semimiliter ini dibentuk
sebagai hasil keputusan sidang ketiga dari Chuo Sangi In (Dewan Pertimbangan Pusat.
Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir. Soekarno. Sedangkan wakilnya yaitu R.P. Suroso, Otto
Iskandardinata dan dr. Buntaran Martoatmojo. Tokoh nasionalis yang duduk dalam Barisan
Pelopor berusaha memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya untuk menanamkan
semangat nasionalisme di kalangan para pemuda. Para pemuda dikerahkan untuk
mendengarkan pidato para tokoh nasionalis. Di dalam pidatonya, para tokoh nasionalis selalu
menyelipkan kata-kata untuk membangkitkan semangat cinta tanah air di kalangan para
pemuda.

4. Hizbullah
Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan
Hizbullah (tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishintai.
Hizbullah mempunyai tugas pkok, yaitu sebagai berikut :
- Sebagai tentara cadangan dengan tugas dan program, antara lain : melatih diri, jasmani
maupun rohani dengan segiat-giatnya.; membantu tentara Dai Nippon; menjaga bahaya udara
dan mengintai mata-mata musuh; menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk
kepentingan perang.
- Sebagai pemuda Islam dengan tugas dan program, antara lain : menyiarkan agama
Islam, memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama Islam, dan membela agama dan
umat Islam Indonesia.
C. ORGANISASI MILITER
1. HEIHO
Heiho (Pasukan Pembantu Prajurit Jepang) adalah organisasi yang beranggotakan prajurit
Indonesia untuk melaksanakan pertahanan militer, baik di Angkatan Darat maupun di
Angkatan Laut.
Heiho dibentuk berdasarkan instruksi bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kerajaan
jepang pada tanggal 2 September 1942 yang kemudian pada bulan April 1945 menjadi cikal
bakal organisasi ini.
Tujuan didirikannya Heiho yakni sebagai pembantu kesatuan angkatan perang dan
dimasukkan sebagai bagian dari tentara Jepang.
Adapun kegiatannya yaitu :
- Membangun pertahanan.
- Menjaga kamp pertahanan.
- Membantu tentara Jepang dalam peperangan.
Organisasi ini memang dikhususkan untuk bidang kemiliteran sehingga jauh lebih terlatih
dibanding organisasi-organisasi lainnya. Heiho sendiri juga dibagi menjadi beberapa bagian,
baik di angkatan darat, angkatan laut maupun bagian kepolisian.
Heiho juga memanfaatkan pasukannya sebagai tenaga kasar yang dibutuhkan dalam
peperangan, contohnya memelihara berbagai senjata perang dan memindahkan senjata dan
peluru dari gudang ke atas truk.
Untuk menjadi anggota Heiho tidaklah mudah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Syarat-syarat tersebut antara lain yaitu :
- Berusia antara 18 sampai 25 tahun.
- Berbadan sehat baik jasmani maupun rohani.
- Berkelakuan dan berkepribadian baik.
- Berpendidikan minimal sekolah dasar.
Jumlah anggota Heiho mencapai sekitar 42.000 orang (sejak berdiri hingga akhir masa
pendudukan Jepang). Dari total tersebut, 25.000 orang diantaranya adalah penduduk dari
Jawa. Namun begitu, tidak ada seorang pun yang berpangkat pejabat (perwira), karena
pangkat pejabat hanya untuk orang-orang Jepang saja.

2. PETA

PETA (Pembela Tanah Air) adalah organisasi militer yang dibentuk Jepang dengan tujuan
menambah kesatuan tentara guna memperkuat organisasi sebelumnya, yaitu Heiho.
Walaupun Jepang semakin terdesak karena perang melawan Sekutu, Jepang tetap berusaha
mempertahankan Indonesia dari serangan sekutu. Karena Heiho dipandang belum memadai,
maka dibentuklah suatu organisasi militer yang dinamai PETA (Pembela Tanah Air).
PETA didirikan secara resmi pada tanggal 3 Oktober 1943 atas usulan dari Gatot
Mangkupraja kepada Letnan Jenderal Kumakici Harada (Panglima Tentara Jepang ke-16).
Pembentukan PETA ini didasarkan pada peraturan pemerintah Jepang yang disebut dengan
Osamu Seinendan nomor 44.
Banyak pemuda-pemuda yang tergabung dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi
anggota PETA. Anggota PETA yang bergabung berasal dari berbagai elemen masyarakat.
Karena kedudukannya yang bebas (fleksibel) dalam struktur organisasi Jepang, PETA
diperbolehkan untuk melakukan perpangkatan sehingga ada orang Indonesia yang menjadi
seorang perwira.
Hal ini menyebabkan masyarakat tertarik pada organisasi ini dan kemudian bergabung
menjadi anggota PETA. Hingga akhir masa pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah anggota
PETA berkisar 37.000 orang di Jawa dan 20.000 orang di Sumatera. Di Sumatera, organisasi
ini lebih dikenal dengan Giyugun (prajurit sukarela).
Orang-orang PETA ini menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas dari Indonesia,
terutama di bidang kemiliteran. Pada masa-masa selanjutnya, para pemimpin tersebut mampu
membawa perubahan terhadap kondisi tanah air Indonesia.
Adapun tokoh-tokoh PETA yang terkenal dan membawa pengaruh besar diantaranya yaitu,
Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, Supriyadi dan Jenderal Ahmad Yani.

Perbedaan Antara Heiho dengan PETA


HEIHO
1. Organisasi Heiho secara resmi ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang, baik
Angkatan Darat maupun Angkatan Laut.
2. Heiho bertugas untuk mengumpulkan pajak dari rakyat.
3. Didirikannya Heiho bertujuan untuk membantu tentara Jepang berperang melawan
Sekutu.
4. Tidak ada orang Indonesia yang berpangkat perwira dalam Heiho, karena pangkat
perwira hanya untuk orang Jepang (tidak diperbolehkan jadi perwira).
PETA
1. Organisasi PETA tidak secara resmi ditempatkan pada struktur organisasi tentara Jepang,
namun langsung di bawah pemerintahan Jepang.
2. Organisasi PETA bertugas sebagai mata-mata Jepang, baik itu dalam membela atau
mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan Sekutu.
3. Organisasi PETA bertujuan untuk membantu tentara Jepang berperang melawan Sekutu
(sama dengan Heiho).

3. PENGARUH JEPANG DI BIDANG PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


A. Pengaruh Jepang Dalam Bidang Pendidikan
Masa pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh bagi
perkembangan Indonesia. Umumnya beranggapan bahwa masa pendudukan Jepang adalah
masa paling kelam dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak semuanya itu benar, ada
beberapa kebijakan pemerintah pendudukan Jepang yang memberikan dampak positif, salah
satunya adalah dalam bidang pendidikan.
The Amsterdam Gate, Batavia (Jakarta), Indonesia (Photo credit: Wikipedia)
Kebijakan yang diterapkan pemerintah Jepang di bidang pendidikan adalah menghilangkan
diskriminasi/perbedaan siapa yang boleh mengenyam/merasakan pendidikan. Pada masa
Belanda, Anda tentu masih ingat, yang dapat merasakan pendidikan formal untuk rakyat
pribumi hanya kalangan menengah ke atas, sementara rakyat kecil (wong cilik) tidak
memiliki kesempatan. Sebagai gambaran diskriminasi yang dibuat Belanda, ada 3 golongan
dalam masyarakat:
- Kulit putih (Eropa)
- Timur Aing (Cina, India dll)
- Pribumi
Pola seperti ini mulai dihilangkan oleh pemerintah Jepang. Rakyat dari lapisan manapun
berhak untuk mengenyam pendidikan formal. Jepang juga menerapkan jenjang pendidikan
formal seperti di negaranya yaitu: SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun. Sistem ini
masih diterapkan oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini sebagai satu bentuk warisan
Jepang.
Maksud diberikannya Pendidikan kepada Rakyat Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang
Jepang memberikan pendidikan pada rakyat Indonesia dengan maksud atau tujuan untuk
mendukung kepentingan perangnya. Jepang memiliki keinginan untuk memanfaatkan segala
sumber daya yang ada di Indonesia pada saat pendudukannya, yaitu dari sumber daya
ekonomi, sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya yang lainnya. Jepang
menganggap pendidikan penting untuk rakyat Indonesia guna mendukung maksud dan
tujuannya tesebut.
Jepang beranggapan kaum intelektual dapat membantu programnya dan kaum intelektual
muda yang dianggap lebih dinamis, idealis dan mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Selain itu Jepang beranggapan kaum intelektual muda belum mendapat pengaruh dari bangsa
barat. Karena itu Jepang memberikan perhatian khusus pada kaum muda Indonesia. Hal itu
diwujudkan dengan memberikan pendidikan pada kaum muda, baik pendidikan umum
maupun khusus, seperti kursus-kursus yang diberikan oleh Jepang.
Kaum muda diharapkan dapat mempokan doktrin Asia Timur Raya, sehingga golongan muda
diberikan pendidikan oleh Jepang pada masa pendudukannya di Indonesia. Dengan berbagai
cara Jepang mengambil hati rakyat Indonesia melalui pendidikan. Selain menggunakan
bahasa Jepang dalam pengantar pelajaran Jepang tidak mengabaikan bahasa Indonesia
dengan mengadakan komisi penyempurnaan bahasa Indonesia. Selain itu Jepang
memeberikan wadah olahraga untuk semua kalangan rakyat Indonesia.
Usaha yang Dilakukan Jepang untuk Pendidikan di Indonesia dan Perkembangannya dari
Pendidikan Sebelumnya
Pada mulanya Jepang memberikan pendidikan di Indonesia dengan meneruskan pendidikan
yang sudah ada sebelumnya, yaitu pada masa pendudukan Belanda dengan pendidikan ala
barat. Akan tetapi kemudian Jepang merombaknya yaitu dengan memasukkan doktrin Asia
raya agar sesuai dengan tujuan serta maksud Jepang.
Pendidikan dari jaman pendudukan Belanda dirombak secara total, karena pada jaman
pendudukan Belanda di Indonesia yang diberi pendidikan hanya kaum tertentu saja. Yaitu
golongan elite saja, karena dengan itu golongan elite dapat mempengaruhi orang banyak serta
memeritahkan rakyatnya agar mengikuti Belanda.
Pada masa pendudukan Jepang, secara langsung Jepang menghimbau kepada seluruh rakyat
indonesia agar dapat mebantu Jepang memenangkan perang. Oleh karena itu pendidikan
diberikan kepada seluruh rakyat indonesia.
Jepang juga memiliki kebijaksanaan dalam bidang pendidikan di Indonesia pada masa
pendudukannya di Indonesia. Ada tiga prinsip pokok dari kebijaksanaan tersebut, yaitu :
Pendidikan ditata kembali atas dasar keseragaman dan kesamaan untuk seluruh kelompok
etnis dan sosial.
Secara sistematis pengaruh Belanda dihapuskan dari sekolah-sekolah, sedangkan unsur-unsur
kebudayaan Indonesia dijadikan landasan utama.
Semua lembaga pendidikan dijadikan alat untuk memasukkan doktrin gagasan
Kemakmuran Bersama Asia Tenggara di bawah pimpinan Jepang. Jepang membekukan
semua kegiatan sekolah yang didirikan Belanda, deangan tujuan untuk menghilangkan
pengaruh Belanda. Usaha yang dilakukan Jepang dalam menghilangkan pengaruh Belanda
yaitu dengan mengadakan pemeriksaan terhadap buku-buku yang berbahasa Belanda, hal ini
dirasakan langsung oleh rakyat Indonesia. Selain untuk menghilangkan pengaruh Belanda,
usaha ini dimaksudkan untuk meninggikan derajat bangsa Asia dibawah pimpinan dan
kekuasaan jepang.
Karena Jepang menganggap pentingnya sekolah memiliki arti penting dalam menunjang
program indoktrinasi maka sekolah-sekolah kembali dibuka, akan tetapi tentunya dengan
model yang berbeda dari sekolah yang ada saat pendudukan Belanda di Indonesia. Jepang
memasukkan bahasa Jepang sebagai bahsa pengatar dalam pengajaran. Agar rakyat indonesia
dapat dengan cepat menguasai bahasa Jepang, diadakan lomba penggunaan bahasa Jepang.
Lomba penggunaan bahasa Jepang yaitu dengan lomba membuat karangan, becakap-cakap,
membaca dan menyanyi dalam bahasa Jepang. Selain itu Jepang juga membentuk sekolah
dan kursus kilat pelajaran bahasa Jepang yakni Nippongo Gakko atau dalam bahasa Indonesia
diartiakan Sekolah Bahasa Nippon. Selain itu pihak swasta menyelenggarakan kursus bahasa
Jepang dengan masa pendidikan selama empat bulan yang dikelola olehy Toa Bumka Kai
yaitu Asosiasi Kebudayaan Asia Timur. Badan ini bekerja dalam bidang kebudayaan.
Usaha Lain yang dilakukan Jepang dalam pendidikan di Indonesia ini adalah memperhatikan
penyempurnakan bahasa Indonesia yang tidak berkembang pada masa pemerintahan Belanda.
Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian rakyat Indonesia. Untuk penyempurnaan bahasa
Indonesia ini, Jepang membentuk Indonesia Goseibi Iinkai yaitu komisi untuk
penyempurnakan bahasa Indonesia. Komisi ini bertempat di gedung perpustakaan Islam di
Tanah Abang Bukut, Jakarta. Komisi ini memiliki pimpinan harian yaitu Ichiki, Mr Rd.
Soewandi dan St. Takdir Alisyahbana.
Untuk mendekati para pemuda selain pendidikan formal dilakukan pula melalui bidang
olahraga. Pada tanggal 21 Agustus 1943 Jepang mempersatukan perkumpulan olahraga
tersebut dalam wadah yaitu perkumpulan olahraga Jawa. Badan beranggotakan dari berbagai
kalangan rakyat Indonesia, dari pegawai kantor sampai murid-murid sekolah.
Dari perubahan-perubahan yang dilakukan Jepang terhadap pendidikan Indonesia, hal ini
telah mengalami perkembangan. Dari yang mulanya pada masa pendudukan Belanda hanya
golongan elite saja yang diberi pendidikan, kini pendidikan diberikan kepada seluruh rakyat
Indonesia. Penggunaan bahasa Jepang sebagai bahasa pengangantar dalam pendidikan dan
penyempurnaan bahasa Indonesia merupakan perkembangan dari pendidikan masa
pendudukan Jepang dari pendidikan sebelumnya yaitu masa pendudukan Belanda.

Model Pendidikan Masa Pendudukan Jepang


Seperti pendidikan pada masa Belanda yang memiliki model pengajaran mempengaruhi atau
doktrinasi barat, pendidikan Jepang juga memiliki model pengajaran dengan doktrinasi Asia
Raya di bawah pimpinan Jepang. Model pengajaran dengan bahasa pengantar yaitu bahasa
Jepang yang di terapkan pada pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Mata
pelajaran yang diberikan juga mengacu pada kebudayaan Jepang. Selain model pendidikan
formal diadakan juga kursus-kursus, pendirian badan olah raga ada pula pendidikan
keprajuritan.
Penerapan pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang yang mengharuskan
penguasaan dalam bahasa Jepang, karena bahasa pengantar dalam pengajaran adalah bahasa
Jepang. Hal ini secara tidak langsung memperkenalkan budaya Jepang pada rakyat Indonesia.
Akan tetapi memang inilah yang diharapkan Jepang pada pendidikan yang diberikan pada
rakyat Indonesia.
Dalam pendidikan ini memang sengaja di masukkan kebudayaan Jepang. Contoh-contoh
kebudayaan yang diberikan yaitu adat istiadat Jepang, semangat Jepang, lagu-lagu Jepang
dan olahraga. Dengan pemberian kebudayaan Jepang diharapkan dapat menghilangkan
pengaruh pendidikan gaya barat yang sebelumnya ada.
Satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan adalah penerapan sistem pendidikan
militer. Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa
memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan mampu menghapal lagu
kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk menggunakan
bahasa Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda.
Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan.
Dengan melihat kondisi tersebut, ada dua sisi, yaitu kelebihan dan kekurangan dari sistem
pendidikan yang diterapkan pada masa Belanda yang lebih liberal namun terbatas. Sementara
pada masa Jepang konsep diskriminasi tidak ada, tetapi terjadi penurunan kualitas secara
drastis baik dari keilmuan maupun mutu murid dan guru.

Contoh-Contoh Sekolahan yang Ada pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia :


Sekolah rakyat yang ada pada masa pendudukan Jepang di Indonesia contohnya H.I.S
Djagamonjet, H.I.S Oastenweg, H.I.S Baloelweg-Djatinegara. Sekolah menengah pertama
seperti Sekolah Menengah Pertama I di prapatan 10, Sekolah Menengah Pewrtama II di
Gambir Wetan 2, Sekolah Menengah Pertama III di Jalan Reynstaa (Manggarai).
Selain itu ada pula Sekolah Menengah Tinggi di Menteng 10. Ada pula sekolah Tabib Jakarta
dan sekolah Tinggi Hukum Jakarta dan bagi kaum wanita didirikan Sekolah Kepandaian
Poetri Wakaba.
Mungkin hampir 90% sekolah menengah yang didirikan Belanda dihapuskan oleh Jepang.
Karena Jepang ingin menghapuskan rakyat Indonesia dari pengaruh Barat. Jepang ingin
mengenalkan Asia Raya di bawah pimpinan Jepang.

B. Pengaruh Jepang Terhadap Budaya Indonesia


Demi alasan politik anti Barat-nya, Jepang mendirikan Keimin Bunka Shidosho (Pusat
Kebudayaan) tanggal 1 April 1943 di Jakarta. Fungsi lembaga ini mewadahi aktivitas
budayawan Indonesia agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang. Tanggal 29 Agustus 1942,
lembaga ini mengadakan pameran karya pelukis lokal Indonesia seperti Basuki Abdoellah,
Agus Djajasoeminta, Otto Djaja Soetara, Kartono Joedokoesoemo, dan Emiria Soenassa.
Selain itu, ia juga memfasilitasi R. Koesbini dan Cornel Simanjuntak membentuk grup seni
suara yang melahirkan lagu-lagu nasional Indonesia. Lahirlah lagu-lagu nasional Kalau Padi
Menguning Lagi, Majulah Putra-Putri Indonesia, Tanah Tumpah Darahku. Keimin Bunka
Shidosho juga memungkinkan Nur Sutan Iskandar melahirkan karyanya Tjinta Tanah Sutji,
Karim Halim melahirkan Palawidja, atau Usmar Ismail dengan Angin Fudji. Seni drama
karya budayawan Indonesia juga lahir seperti Api dan Tjitra (temanya pengabdian tanah air)
karya Usmar Ismail, Taufan di atas Asia atau Intelek Istimewa karya Abu Hanifah.

1. Basuki Abdoellah
2. Agus Djajasoeminta
3. Otto Djaja Soetara
4. Kartono Joedokoesoemo
5. Emiria Soenassa
Agustus 1943 Jepang membentuk Persatuan Aktris Film Indonesia (Persafi). Persafi
mendorong artis-artis profesional dan amatir Indonesia bereksperimen dengan mementaskan
lakon-lakon terjemahan bahasa asing ke bahasa Indonesia. Sandiwara, sebagai salah satu
bentuk seni peran, juga berkembang di bawah pendudukan Jepang karena sebelum Perang
Pasifik, pertunjukan sandiwara hampir tidak dikenal di Indonesia.
Dalam hal kebudayaan/kepercayaan, ada pemaksaan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang
agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan penghormatan kepada Tenno ( Kaisar) yang
dipercayai sebagai keturunan dewa matahari ( Omiterasi Omikami). Sistem penghormatan
kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno, disebut dengan
Seikeirei. Penghormatan Seikerei ini, biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan
Jepang ( kimigayo) . Tidak semua rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya
dari kalangan Agama. Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya perlawanan
yang dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa
Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna.
Sejak pendudukan Jepang, tradisi kerja bakti secara massal melalui kinrohosi/ tradisi
kebaktian di dalam masyarakat Indonesia juga berkembang. Adanya tradisi kebaktian, kerja
keras dan ulet dalam mengerjakan tugas. Nilai tradisi Jepang dan kemiliterannya melalui
semangat Bushido (semangat ksatria Jepang akan dapat Anda ketahui dari analisa aspek
militer).
Secara garis besar, dampak/pengaruh Jepang terhadap Budaya Indonesia pada masa
penjajahan adalah sebagai berikut:
Jepang mempunyai kebiasaan menghormat ke arah matahari terbit (diibaratkan sebagai
tempat Kaisar Jepang berada) sebagai keturunan Dewa Matahari.
Pengaruh Jepang dalam kebudayaan terlihat dalam lagu, film, dan drama sebagai alat
propaganda mereka.
Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat didikkan Jepang yang
menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
Anak-anak sekolah diberikan latihan olahraga Taiso yang baik untuk kesehatan mereka.
Setiap hari bagi anak-anak sekolah maupun para pegawai wajib untuk menghormati bendera
(merah putih) dan menyanyikan lagu kebangsaan nasional (merupkan warisan budaya bangsa
Jepang).
Kewajiban menggunakan waktu Tokyo dan tahun Jepang.
4. KERJA PAKSA ROMUSHA MASA PENDUDUKAN JEPANG
Untuk mendukung dan menjalankan Imperialisme Jepang, yaitu Kesemakmuran Asia Timur
Raya. Maka Jepang butuh dana besar untuk membiayai perang, baik itu Perang Dunia II
maupun perang memperjuangkan Imperialisme-nya.
Tidak lain, dan tidak bukan adalah Kesemakmuran Asia Timur Raya. Jepang juga
membutuhkan bantuan tenaga untuk membangun sarana pendukung perang, antara lain kubu
pertahanan, jalan raya, rel kereta api, jembatan, dan lapangan udara.
Oleh karena itu, Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja. Pengerahan tenaga kerja itu
disebut romusha.
Jika dirincikan maka pengertian romusha terbagi menjadi dua, yaitu:
- Pengertian Romusha secara Bahasa, Romusha berarti Buruh, Pekerja.
- Pengertian Romusha secara Istilah, Romusha berarti panggilan bagi orang-orang Indonesia
yang dipekerjakan secara paksa pada masa pendudukan Jepang di Indonesia mulai tahun
1942 sampai 1945.
Pada mulanya, pelaksanaan romusha didukung rakyat. Rakyat Indonesia masih termakan
propaganda Jepang untuk membangun keluarga besar Asia.
Tenaga-tenaga romusha ini kebanyakan diambil dari desa-desa, umumnya orang-orang yang
tidak bersekolah atau paling tinggi tamat Sekolah Dasar. Semula program romusha bersifat
sukarela dan sementara.
Akan tetapi, setelah kebutuhan mendesak, pengerahan tenaga kerja berubah menjadi paksaan.
Ribuan tenaga kerja romusha dikirim ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri, seperti Burma,
Malaysia, Thailand, dan Indo-Cina. Dalam leteratur lain menyebutkan jumlah Romusha di
Indonesia mencapai 4 sampai 10 juta.
Tenaga kerja romusha ini diperlakukan dengan sangat buruk, sehingga banyak di antara
mereka yang meninggal dunia. Pengerahan tenaga kerja tersebut telah membawa akibat
dalam struktur sosial di Indonesia.
Banyak pemuda tani yang menghilang dari desanya karena mereka takut dikirim sebagai
romusha. Para romusha yang selamat kemudian kembali ke desa mereka. Mereka ini
memiliki banyak pengalaman di berbagai bidang.
Mereka datang membawa gagasan-gagasan baru sehingga desanya terbuka untuk perubahan.

5. JUGUN IAN FU
Jugun ianfu (従軍慰安婦) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada wanita yang
menjadi korban dalam perbudakan seks selama Perang Dunia II di koloni Jepang dan wilayah
perang. Jugun ianfu merupakan wanita yang dipaksa untuk menjadi pemuas kebutuhan
seksual tentara Jepang yang ada di Indonesia dan juga di negara-negara jajahan Jepang
lainnya pada kurun waktu tahun 1942-1945. Menurut riset oleh Dr. Hirofumi Hayashi,
seorang profesor di Universitas Kanto Gakuin, ia termasuk orang Jepang, Korea, Tiongkok,
Malaya (Malaysia dan Singapura), Thailand, Filipina, Indonesia, Myanmar, Vietnam, Indo,
orang Eropa di beberapa daerah kolonial (Inggris, Belanda, Perancis, Portugis), dan
penduduk kepulauan Pasifik. Jumlah perkiraan dari jugun ianfu ini pada saat perang, berkisar
antara 20.000 dan 30.000.
Pengakuan dari beberapa jugun ianfu yang masih hidup jumlah ini sepertinya berada di batas
atas dari angka di atas. Kebanyakan rumah bordilnya berada di pangkalan militer Jepang,
namun dijalankan oleh penduduk setempat, bukan militer Jepang. Menurut riset Dr. Ikuhika
Hata, seorang profesor di Universitas Nihon. Orang Jepang yang menjadi jugun ianfu ini
sekitar 40%, Korea 20%, Tionghoa 10%. Dan 30% sisanya dari kelompok lain.
Para perempuan Indonesia biasanya direkrut menjadi jugun ianfu berdasarkan paksaan
(diambil begitu saja di jalan atau bahkan di rumah mereka), diiming-imingi untuk sekolah ke
luar negeri, atau akan dijadikan pemain sandiwara (seperti yang terjadi pada ikon perjuangan
jugun ianfu asal Indonesia, Ibu Mardiyem). Para mantan jugun ianfu masih merasakan trauma
psikologis dan gangguan fungsi fisik akibat pengalaman pahit yang pernah mereka alami.
Belum lagi masyarakat yang tidak memperoleh informasi dengan benar, justru menganggap
mereka sebagai wanita penghibur (tanpa paksaan).

6. PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP JEPANG (PERLAWANAN


ACEH, PERLAWANAN SINGAPARNA, PERLAWANAN INDRAMAYU,
PERLAWANAN KALIMANTAN, PERLAWANAN IRIAN, PERLAWANAN PETA DI
BLITAR.
Pada awal kedatangannya, Jepang telah berhasil melakukan propaganda untuk menarik
simpati bangsa Indonesia. Apakah kenyataannya seperti itu? Selain mengeksploitasi sumber
daya alam Indonesia, Jepang juga melakukan eksploitasi sumber daya manusia. Semua itu
demi kepentingan
Jepang dalam Perang Pasifik. Segala bentuk penindasan dan eksploitasi Jepang telah
memunculkan reaksi perlawanan dari bangsa Indonesia.
Perjuangan melalui organisasi yang dibentuk Jepang (legal) dan gerakan bawah tanah
(ilegal). Meskipun cara yang dilakukan berbeda, cita-cita perjuangan mereka adalah sama,
yaitu kemerdekaan Indonesia. Perjuangan melalui organisasi merupakan jalan damai yang
ditempuh untuk menghindari korban jiwa dari rakyat. Namun, ada juga beberapa tokoh yang
bersemboyan ”Cinta kedamaian tetapi lebih cinta kemerdekaan”. Mereka menganggap
perlawanan bersenjata akan lebih cepat mewujudkan kemerdekaan.

Perlawanan Rakyat di Berbagai Daerah tersebut antara lain sebagai berikut:


1) Perlawanan di Aceh

Perlawanan rakyat Aceh terjadi karena penderitaan yang dialami akibat


kesewenangan Jepang. Rakyat Aceh banyak dikerahkan untuk romusha. Mereka diharuskan
membangun parit, lapangan terbang, jalan, dan lain-lain. Perlawanan Aceh ini dipimpin oleh
Tengku Abdul Jalil. Penyerangan terpenting adalah penyerangan di Cot Plieng yang terjadi
pada tanggal 10 November 1942. Dalam serangan pertama dan kedua, rakyat Aceh berhasil
memukul mundur Jepang ke Lhoksumawe. Pada serangan ketiga, Jepang berhasil merebut
Cot Plieng. Kebencian rakyat semakin bertambah ketika Tengku Abdul Jalil gugur di tempat
saat sedang sembahyang. Setelah itu, pemberontakan Jangka Buya terjadi di bawah pimpinan
T. Hamid.
2) Perlawanan di Singaparna (Tasikmalaya)
Pada bulan Februari 1944 di Singaparna terjadi perlawanan terhadap Jepang.
Perlawanan ini dipimpin oleh Kiai Zainal Mustofa. Sebab perlawanan adalah adanya perintah
upacara Seikerei (penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkuk ke arah
matahari terbit) dan penderitaan akibat kesewenangan Jepang. Kiai Zainal Mustofa akhirnya
ditangkap pada tanggal 25 Februari 1944 dan pada tanggal 25 Oktober 1944 beliau dihukum
mati.
3) Perlawanan di Indramayu

Dengan alasan dan sebab yang hampir sama, di Indramayu juga muncul
pemberontakan terhadap Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Desa Kaplongan.
Perlawanan terjadi pada bulan April 1944. Beberapa bulan kemudian tepatnya tanggal 30 Juli
1944 terjadi pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.
4) Perlawanan di Blitar (Pemberontakan PETA)

Pada tanggal 14 Februari 1945 di Blitar terjadi pemberontakan yang dilakukan para
tentara PETA (Pembela Tanah Air), di bawah pimpinan Supriyadi. Pemberontakan ini
merupakan pemberontakan terbesar pada masa pendudukan Jepang. Pada saat itu Jepang
sedang terdesak dalam Perang Pasifik. Untuk mengatasi pemberontakan ini, Jepang
melakukan tipu muslihat. Mereka menyerukan agar pemberontak menyerah karena akan
dijamin keselamatannya. Namun, ternyata para anggota PETA tetap mendapat hukuman.
Organisasi PETA ini selanjutnya dibubarkan.
5) Perlawanan di Kalimantan

Perang Banjar berlangsung antara 1859 -1905 (menurut sumber Belanda 1859-1863). Konflik
dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di
Kesultanan Banjar. Dengan ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan, kekalutan makin
bertambah. Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota, mengangkat
dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1785-1808) dan membunuh semua
putra almarhum Sultan Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya pewaris tahta yang
selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dengan dukungan pamannya
Arung Turawe, tetapi gagal. Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari) akhirnya tertangkap
dan dibuang ke Srilangka.
6) Perlawanan di Irian

Pada tahun 1943. Perlawanan ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan Koreri
yang berpusat di Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang
diperlakukan sebagai budak belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat
banyak jatuh korban, tetapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang meninggalkan
Pulau Biak.

7. DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG DI BIDANG POLITIK, SOSIAL, EKONOMI,


BUDAYA, PENDIDIKAN, DAN BIROKRASI MILITER.
a. Bidang politik

Sejak awal pemerintahannya, Jepang melarang bangsa Indonesia berserikat dan


berkumpul. Oleh karena itu, Jepang membubarkan organisasi-organisasi pergerakan nasional
yang dibentuk pada mas Hindia Belanda, kecuali MIAN. MIAI kemudian dibubarkan dan
digantikan dengan Masyumi. Para tokoh pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang
mengambil sikap kooperatif. Dengan sikap ini, meraka banyak yang duduk dalam badan-
badan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang, seperti Gerakan 3 A, Putera, dan Cuo Sangi In.
Selain itu, para tokoh pergerakan nasional juga memanfaatkan kesatuan-kesatuan pertahanan
yang dibentuk oleh Jepang, seperti Jawa Hokokai, Heiho, Peta, dan sebagainya.
Kebijaksanaan pemerintah Jepang tersebut bertujuan untuk menarik simpati dan
mengerahkan rakyat Indonesia untuk membantu Jepang dalam perang melawan sekutu,
namun kenyataannya dimanfaatkan oleh para tokoh pergerakan nasional, sehingga banyak
memberikan keuntungan bagi perjuangan bangsa Indonesia. Dengan demikian, pemerintah
jepang berhasil melakukan pengekangan terhadap berbagi kegiatan pergerakan nasional,
namun tidak berhasil mengekang berkembangnya kesadaran nasional bangsa Indonesia
menuju Indonesia merdeka.
b. Bidang ekonomi
Jepang berusaha untuk mendapatkan dan menguasai sumber-sumber bahan mentah untuk
industri perang. Jepang membagi rencananya dalam dua tahap.
Tahap penguasaan, yakni menguasai seluruh kekayaan alam termasuk kekayaan milik
pemerintah Hindia Belanda.
Tahap penyusunan kembali struktur ekonomi wilayah dalam rangka memenuhi kebutuhan
perang. Sesuai denga tahap ini maka pola ekonomi perang dirancanakan bahwa setiap
wilayah harus melaksanakan autarki.
Autarki, artinya setiap wilayah harus mencukupi kebutuhan sendiri dan juga harus dapat
menunjang kebutuhan perang.
Romusa mempunyai persamaan dengan kerja rodi atau kerja paksa pada zaman Hindia
Belanda, yakni kerja tanpa mendapatkan upah.

c. Bidang Birokrasi
Pada pertengahan tahun 1943, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik mulai terdesak, maka
Jepang memberi kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk turut mengambil bagian dalam
pememerintahan negara. Untuk itu pada tanggal 5 September 1943, Jepang membentuk
Badan Pertimbangan Karesidenan (Syi Sangi In). Banyak orang Indonesia yang menduduki
jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan, seperti Prof. Dr. Husein Jayadiningrat sebagai
Kepada Departemen Urusan Agama (1 Oktober 1943) dan pada tanggal 10 November 1943
Sutardjo Kartohadikusumo dan R.M.T.A Surio masing-masing diangkat menjadi Kepala
Pemerintahan (Syikocan) di Jakarta dan Banjarnegara.

d. Bidang Militer
Awal 1943, keadaan Perang Pasifik mulai berubah, Ekspansi tentara Jepang berhasil
dihentikan Sekutu dan Jepang beralih dikap bertahan. Kerana sudah kehabisan tenaga
manusia, Jepang menyadari bahwa mereka memerlukan dukungan dari penduduk masing-
masing daerah yang diduduki, Pemerintah militer Jepang mulai memikirkan pengerahan
pemuda-pemudi Indonesia guna membantu perang melawan sekutu. Jepang lalu membentuk
kesatuan-kesatuan pertahanan sebagai tempat penggembleng pemuda-pemudi Indonesia di
bidang kemiliteran. Pemuda yang tergabung dalam berbagai kesatuan pertahanan menjadi
menjadi pemuda-pemuda yang terdidik dan terlatih dalam kemiliteran. Dalam perjuangan
untuk merebut kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di
kemudian hari, pelatih militer ini akan sangat berguna.

e. Bidang Kebudayaan
Pada masa Jepang, bidang pendidikan dan kebudayaan diperhatikan dan bahasa Indonesia
mulai di pergunakan. Bahasa Indonesia dijadikan sebagai pelajaran utama, sedangkan bahasa
Jepang dijadikan sebagai bahasa wajib. Dengan semakin meluasnya penggunaan bahasa
Indonesia, komunikasi antarsuku di Indonesia semakin intensif yang pada akhirnya semakin
merekatkan keinginan untuk merdeka. Pada tanggal 1 April 1943 dibangun pusat kebudayaan
di Jakarta, yang bernama "Keimin Bunka Shidoso".

BAB III
PENUTUP
ü Kesimpulan
Beberapa negara pernah menjajah Indonesia sangat lama hingga berabad-abad,
Namun ada juga yang hanya menjajah selama beberapa tahun. Pemerintah penjajah kadang
juga berjasa dalam pembangunan beberapa fasilitas umum seperti jalan, jembatan,
perkebunan, rel kereta api, saluran irigrasi, dan beberapa fasilitas lain. Namun penjajahan
tetap saja harus dihentikan karena menimbulkan penderitaan bagi negara yang dijajah, namun
di lain pihak negara yang menjajah akan semakin makmur.

ü Saran
Dalam makalah ini, saya berharap supaya kita sebagai bangsa Indonesia dapat memahami
peristiwa sejarah mengenai Pendudukan Jepang di Indonesia. Selain itu agar kita tetap
menjaga dan melestarikan sumber kekayaan alam seperti rempah-rembah dan yang lainya,
yang mana dahulu bangsa Jepang memonopilinya

Demikian makalah yang dapat saya buat, semoga bermanfaat dan dapat mendapatkan
nilai yang memuaskan. Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan, tanda koma, titik,
spasi, dll. Sekian Terima Kasih.

Daftar Pustaka
ü http://www.siswamaster.com/2016/04/tujuan-proses-dan-latar-belakang-pendudukan-
jepang-di-indonesia.html#ixzz4ZTYfr8jf
ü http://barcad.blogspot.co.id/2014/02/pengaruh-jepang-dalam-bidang-pendidikan.html
ü http://www.dosenpendidikan.net/2015/12/Arti-dan-Pengertian-Romusha-Serta-Kerja-
Paksa-Pada-Zaman-Jepang.html
ü Wikipedia

Anda mungkin juga menyukai