XI MIPA 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas rahmat dan
petunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan berupa makalah yang berjudul
“PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA (1942-1945)”
Sumber dari makalah ini berupa buku-buku sejarah yang ditambah dengan informasi yang
didapat dari hasil browsing di internet referensi buku dan sumber, sumber lainnya.Diantara
sumber-sumber tersebut kami susun, semua informasi dan fakta yang sesuai dengan makalah
ini, sehingga menurut kami data-data di dalam makalah ini sudah cukup akurat.
Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kendala yang saya temui namun saya
berhasil menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Akhir kata jika ada
sesuatu pada khususnya kata-kata yang tidak berkenan pada hati pembaca mohon dimaklumi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2. MENGANALISIS ORGANISASI PERGERAKAN MASA PENDUDUKAN JEPANG
A. ORGANISASI YANG BERSIFAT SOSIAL KEMASYARAKATAN
a. Gerakan Tiga A
d. Jawa Hokokai
Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik, tentara Sekutu
dapat mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan
kedudukan Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu,
Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kumaikici Harada membentuk organisasi
baru yang diberinama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Untuk
menghadapi situasi perang tersebut, epang membutuhkan persatuan dan
semangat segenap rakyat baik lahir maupun batin. Rakyat diharapkan memberikan
darma baktinya terhadap pemerintah demi kemenangan perang.
Kebaktian yang dimaksud memuat tiga hal: (1) mengorbankan diri, (2)
mempertebal persaudaraan, dan (3) melaksanakan suatu tindakan dengan
bukti.
B. ORGANISASI SEMIMILITER
1. Seinendan (Barisan pemuda)
Seinendan merupakan organisasi pemuda yang dibentuk pada tanggal 29 April 1943, tepat
pada hari ulang tahun Kaisar Jepang. Seinendan merupakan organisasi kepemudaan yang
bersifat semimiliter. Organisasi tersebut langsung berada di bawah pimpinan gunseikan.
Tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan melatih pemuda agar
dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Namun,
sebenarnya maksud tersembunyi pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendapatkan
tenaga cadangan sebanyak-banyaknya yang diperlukan bagi kemenangan perang Jepang.
Pada awalnya, Seinendan beranggotakan pemuda-pemuda Asia yang berusaia antara 15-25
tahun. Namun, usia anggotanya kemudian diubah menjadi 14-22 tahun. Pada awalnya
anggota Seinendan sebanyak 3.500 orang yang berasal dari seluruh Jawa. Jumlah tersebut
berkembang menjadi 500.000 orang pemuda pada akhir masa pendudukan Jepang.
4. Hizbullah
Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan
Hizbullah (tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishintai.
Hizbullah mempunyai tugas pkok, yaitu sebagai berikut :
- Sebagai tentara cadangan dengan tugas dan program, antara lain : melatih diri, jasmani
maupun rohani dengan segiat-giatnya.; membantu tentara Dai Nippon; menjaga bahaya udara
dan mengintai mata-mata musuh; menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk
kepentingan perang.
- Sebagai pemuda Islam dengan tugas dan program, antara lain : menyiarkan agama
Islam, memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama Islam, dan membela agama dan
umat Islam Indonesia.
C. ORGANISASI MILITER
1. HEIHO
Heiho (Pasukan Pembantu Prajurit Jepang) adalah organisasi yang beranggotakan prajurit
Indonesia untuk melaksanakan pertahanan militer, baik di Angkatan Darat maupun di
Angkatan Laut.
Heiho dibentuk berdasarkan instruksi bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kerajaan
jepang pada tanggal 2 September 1942 yang kemudian pada bulan April 1945 menjadi cikal
bakal organisasi ini.
Tujuan didirikannya Heiho yakni sebagai pembantu kesatuan angkatan perang dan
dimasukkan sebagai bagian dari tentara Jepang.
Adapun kegiatannya yaitu :
- Membangun pertahanan.
- Menjaga kamp pertahanan.
- Membantu tentara Jepang dalam peperangan.
Organisasi ini memang dikhususkan untuk bidang kemiliteran sehingga jauh lebih terlatih
dibanding organisasi-organisasi lainnya. Heiho sendiri juga dibagi menjadi beberapa bagian,
baik di angkatan darat, angkatan laut maupun bagian kepolisian.
Heiho juga memanfaatkan pasukannya sebagai tenaga kasar yang dibutuhkan dalam
peperangan, contohnya memelihara berbagai senjata perang dan memindahkan senjata dan
peluru dari gudang ke atas truk.
Untuk menjadi anggota Heiho tidaklah mudah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Syarat-syarat tersebut antara lain yaitu :
- Berusia antara 18 sampai 25 tahun.
- Berbadan sehat baik jasmani maupun rohani.
- Berkelakuan dan berkepribadian baik.
- Berpendidikan minimal sekolah dasar.
Jumlah anggota Heiho mencapai sekitar 42.000 orang (sejak berdiri hingga akhir masa
pendudukan Jepang). Dari total tersebut, 25.000 orang diantaranya adalah penduduk dari
Jawa. Namun begitu, tidak ada seorang pun yang berpangkat pejabat (perwira), karena
pangkat pejabat hanya untuk orang-orang Jepang saja.
2. PETA
PETA (Pembela Tanah Air) adalah organisasi militer yang dibentuk Jepang dengan tujuan
menambah kesatuan tentara guna memperkuat organisasi sebelumnya, yaitu Heiho.
Walaupun Jepang semakin terdesak karena perang melawan Sekutu, Jepang tetap berusaha
mempertahankan Indonesia dari serangan sekutu. Karena Heiho dipandang belum memadai,
maka dibentuklah suatu organisasi militer yang dinamai PETA (Pembela Tanah Air).
PETA didirikan secara resmi pada tanggal 3 Oktober 1943 atas usulan dari Gatot
Mangkupraja kepada Letnan Jenderal Kumakici Harada (Panglima Tentara Jepang ke-16).
Pembentukan PETA ini didasarkan pada peraturan pemerintah Jepang yang disebut dengan
Osamu Seinendan nomor 44.
Banyak pemuda-pemuda yang tergabung dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi
anggota PETA. Anggota PETA yang bergabung berasal dari berbagai elemen masyarakat.
Karena kedudukannya yang bebas (fleksibel) dalam struktur organisasi Jepang, PETA
diperbolehkan untuk melakukan perpangkatan sehingga ada orang Indonesia yang menjadi
seorang perwira.
Hal ini menyebabkan masyarakat tertarik pada organisasi ini dan kemudian bergabung
menjadi anggota PETA. Hingga akhir masa pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah anggota
PETA berkisar 37.000 orang di Jawa dan 20.000 orang di Sumatera. Di Sumatera, organisasi
ini lebih dikenal dengan Giyugun (prajurit sukarela).
Orang-orang PETA ini menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas dari Indonesia,
terutama di bidang kemiliteran. Pada masa-masa selanjutnya, para pemimpin tersebut mampu
membawa perubahan terhadap kondisi tanah air Indonesia.
Adapun tokoh-tokoh PETA yang terkenal dan membawa pengaruh besar diantaranya yaitu,
Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, Supriyadi dan Jenderal Ahmad Yani.
1. Basuki Abdoellah
2. Agus Djajasoeminta
3. Otto Djaja Soetara
4. Kartono Joedokoesoemo
5. Emiria Soenassa
Agustus 1943 Jepang membentuk Persatuan Aktris Film Indonesia (Persafi). Persafi
mendorong artis-artis profesional dan amatir Indonesia bereksperimen dengan mementaskan
lakon-lakon terjemahan bahasa asing ke bahasa Indonesia. Sandiwara, sebagai salah satu
bentuk seni peran, juga berkembang di bawah pendudukan Jepang karena sebelum Perang
Pasifik, pertunjukan sandiwara hampir tidak dikenal di Indonesia.
Dalam hal kebudayaan/kepercayaan, ada pemaksaan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang
agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan penghormatan kepada Tenno ( Kaisar) yang
dipercayai sebagai keturunan dewa matahari ( Omiterasi Omikami). Sistem penghormatan
kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno, disebut dengan
Seikeirei. Penghormatan Seikerei ini, biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan
Jepang ( kimigayo) . Tidak semua rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan ini, khususnya
dari kalangan Agama. Penerapan Seikerei ini ditentang umat Islam, salah satunya perlawanan
yang dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa
Barat. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Singaparna.
Sejak pendudukan Jepang, tradisi kerja bakti secara massal melalui kinrohosi/ tradisi
kebaktian di dalam masyarakat Indonesia juga berkembang. Adanya tradisi kebaktian, kerja
keras dan ulet dalam mengerjakan tugas. Nilai tradisi Jepang dan kemiliterannya melalui
semangat Bushido (semangat ksatria Jepang akan dapat Anda ketahui dari analisa aspek
militer).
Secara garis besar, dampak/pengaruh Jepang terhadap Budaya Indonesia pada masa
penjajahan adalah sebagai berikut:
Jepang mempunyai kebiasaan menghormat ke arah matahari terbit (diibaratkan sebagai
tempat Kaisar Jepang berada) sebagai keturunan Dewa Matahari.
Pengaruh Jepang dalam kebudayaan terlihat dalam lagu, film, dan drama sebagai alat
propaganda mereka.
Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat didikkan Jepang yang
menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
Anak-anak sekolah diberikan latihan olahraga Taiso yang baik untuk kesehatan mereka.
Setiap hari bagi anak-anak sekolah maupun para pegawai wajib untuk menghormati bendera
(merah putih) dan menyanyikan lagu kebangsaan nasional (merupkan warisan budaya bangsa
Jepang).
Kewajiban menggunakan waktu Tokyo dan tahun Jepang.
4. KERJA PAKSA ROMUSHA MASA PENDUDUKAN JEPANG
Untuk mendukung dan menjalankan Imperialisme Jepang, yaitu Kesemakmuran Asia Timur
Raya. Maka Jepang butuh dana besar untuk membiayai perang, baik itu Perang Dunia II
maupun perang memperjuangkan Imperialisme-nya.
Tidak lain, dan tidak bukan adalah Kesemakmuran Asia Timur Raya. Jepang juga
membutuhkan bantuan tenaga untuk membangun sarana pendukung perang, antara lain kubu
pertahanan, jalan raya, rel kereta api, jembatan, dan lapangan udara.
Oleh karena itu, Jepang membutuhkan banyak tenaga kerja. Pengerahan tenaga kerja itu
disebut romusha.
Jika dirincikan maka pengertian romusha terbagi menjadi dua, yaitu:
- Pengertian Romusha secara Bahasa, Romusha berarti Buruh, Pekerja.
- Pengertian Romusha secara Istilah, Romusha berarti panggilan bagi orang-orang Indonesia
yang dipekerjakan secara paksa pada masa pendudukan Jepang di Indonesia mulai tahun
1942 sampai 1945.
Pada mulanya, pelaksanaan romusha didukung rakyat. Rakyat Indonesia masih termakan
propaganda Jepang untuk membangun keluarga besar Asia.
Tenaga-tenaga romusha ini kebanyakan diambil dari desa-desa, umumnya orang-orang yang
tidak bersekolah atau paling tinggi tamat Sekolah Dasar. Semula program romusha bersifat
sukarela dan sementara.
Akan tetapi, setelah kebutuhan mendesak, pengerahan tenaga kerja berubah menjadi paksaan.
Ribuan tenaga kerja romusha dikirim ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri, seperti Burma,
Malaysia, Thailand, dan Indo-Cina. Dalam leteratur lain menyebutkan jumlah Romusha di
Indonesia mencapai 4 sampai 10 juta.
Tenaga kerja romusha ini diperlakukan dengan sangat buruk, sehingga banyak di antara
mereka yang meninggal dunia. Pengerahan tenaga kerja tersebut telah membawa akibat
dalam struktur sosial di Indonesia.
Banyak pemuda tani yang menghilang dari desanya karena mereka takut dikirim sebagai
romusha. Para romusha yang selamat kemudian kembali ke desa mereka. Mereka ini
memiliki banyak pengalaman di berbagai bidang.
Mereka datang membawa gagasan-gagasan baru sehingga desanya terbuka untuk perubahan.
5. JUGUN IAN FU
Jugun ianfu (従軍慰安婦) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada wanita yang
menjadi korban dalam perbudakan seks selama Perang Dunia II di koloni Jepang dan wilayah
perang. Jugun ianfu merupakan wanita yang dipaksa untuk menjadi pemuas kebutuhan
seksual tentara Jepang yang ada di Indonesia dan juga di negara-negara jajahan Jepang
lainnya pada kurun waktu tahun 1942-1945. Menurut riset oleh Dr. Hirofumi Hayashi,
seorang profesor di Universitas Kanto Gakuin, ia termasuk orang Jepang, Korea, Tiongkok,
Malaya (Malaysia dan Singapura), Thailand, Filipina, Indonesia, Myanmar, Vietnam, Indo,
orang Eropa di beberapa daerah kolonial (Inggris, Belanda, Perancis, Portugis), dan
penduduk kepulauan Pasifik. Jumlah perkiraan dari jugun ianfu ini pada saat perang, berkisar
antara 20.000 dan 30.000.
Pengakuan dari beberapa jugun ianfu yang masih hidup jumlah ini sepertinya berada di batas
atas dari angka di atas. Kebanyakan rumah bordilnya berada di pangkalan militer Jepang,
namun dijalankan oleh penduduk setempat, bukan militer Jepang. Menurut riset Dr. Ikuhika
Hata, seorang profesor di Universitas Nihon. Orang Jepang yang menjadi jugun ianfu ini
sekitar 40%, Korea 20%, Tionghoa 10%. Dan 30% sisanya dari kelompok lain.
Para perempuan Indonesia biasanya direkrut menjadi jugun ianfu berdasarkan paksaan
(diambil begitu saja di jalan atau bahkan di rumah mereka), diiming-imingi untuk sekolah ke
luar negeri, atau akan dijadikan pemain sandiwara (seperti yang terjadi pada ikon perjuangan
jugun ianfu asal Indonesia, Ibu Mardiyem). Para mantan jugun ianfu masih merasakan trauma
psikologis dan gangguan fungsi fisik akibat pengalaman pahit yang pernah mereka alami.
Belum lagi masyarakat yang tidak memperoleh informasi dengan benar, justru menganggap
mereka sebagai wanita penghibur (tanpa paksaan).
Dengan alasan dan sebab yang hampir sama, di Indramayu juga muncul
pemberontakan terhadap Jepang. Pemberontakan tersebut terjadi di Desa Kaplongan.
Perlawanan terjadi pada bulan April 1944. Beberapa bulan kemudian tepatnya tanggal 30 Juli
1944 terjadi pemberontakan di Desa Cidempet, Kecamatan Loh Bener.
4) Perlawanan di Blitar (Pemberontakan PETA)
Pada tanggal 14 Februari 1945 di Blitar terjadi pemberontakan yang dilakukan para
tentara PETA (Pembela Tanah Air), di bawah pimpinan Supriyadi. Pemberontakan ini
merupakan pemberontakan terbesar pada masa pendudukan Jepang. Pada saat itu Jepang
sedang terdesak dalam Perang Pasifik. Untuk mengatasi pemberontakan ini, Jepang
melakukan tipu muslihat. Mereka menyerukan agar pemberontak menyerah karena akan
dijamin keselamatannya. Namun, ternyata para anggota PETA tetap mendapat hukuman.
Organisasi PETA ini selanjutnya dibubarkan.
5) Perlawanan di Kalimantan
Perang Banjar berlangsung antara 1859 -1905 (menurut sumber Belanda 1859-1863). Konflik
dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di
Kesultanan Banjar. Dengan ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan, kekalutan makin
bertambah. Pada tahun 1785, Pangeran Nata yang menjadi wali putra mahkota, mengangkat
dirinya menjadi raja dengan gelar Sultan Tahmidullah II (1785-1808) dan membunuh semua
putra almarhum Sultan Muhammad. Pangeran Amir, satu-satunya pewaris tahta yang
selamat, berhasil melarikan diri lalu mengadakan perlawanan dengan dukungan pamannya
Arung Turawe, tetapi gagal. Pangeran Amir (kakek Pangeran Antasari) akhirnya tertangkap
dan dibuang ke Srilangka.
6) Perlawanan di Irian
Pada tahun 1943. Perlawanan ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan Koreri
yang berpusat di Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang
diperlakukan sebagai budak belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat
banyak jatuh korban, tetapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang meninggalkan
Pulau Biak.
c. Bidang Birokrasi
Pada pertengahan tahun 1943, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik mulai terdesak, maka
Jepang memberi kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk turut mengambil bagian dalam
pememerintahan negara. Untuk itu pada tanggal 5 September 1943, Jepang membentuk
Badan Pertimbangan Karesidenan (Syi Sangi In). Banyak orang Indonesia yang menduduki
jabatan-jabatan tinggi dalam pemerintahan, seperti Prof. Dr. Husein Jayadiningrat sebagai
Kepada Departemen Urusan Agama (1 Oktober 1943) dan pada tanggal 10 November 1943
Sutardjo Kartohadikusumo dan R.M.T.A Surio masing-masing diangkat menjadi Kepala
Pemerintahan (Syikocan) di Jakarta dan Banjarnegara.
d. Bidang Militer
Awal 1943, keadaan Perang Pasifik mulai berubah, Ekspansi tentara Jepang berhasil
dihentikan Sekutu dan Jepang beralih dikap bertahan. Kerana sudah kehabisan tenaga
manusia, Jepang menyadari bahwa mereka memerlukan dukungan dari penduduk masing-
masing daerah yang diduduki, Pemerintah militer Jepang mulai memikirkan pengerahan
pemuda-pemudi Indonesia guna membantu perang melawan sekutu. Jepang lalu membentuk
kesatuan-kesatuan pertahanan sebagai tempat penggembleng pemuda-pemudi Indonesia di
bidang kemiliteran. Pemuda yang tergabung dalam berbagai kesatuan pertahanan menjadi
menjadi pemuda-pemuda yang terdidik dan terlatih dalam kemiliteran. Dalam perjuangan
untuk merebut kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di
kemudian hari, pelatih militer ini akan sangat berguna.
e. Bidang Kebudayaan
Pada masa Jepang, bidang pendidikan dan kebudayaan diperhatikan dan bahasa Indonesia
mulai di pergunakan. Bahasa Indonesia dijadikan sebagai pelajaran utama, sedangkan bahasa
Jepang dijadikan sebagai bahasa wajib. Dengan semakin meluasnya penggunaan bahasa
Indonesia, komunikasi antarsuku di Indonesia semakin intensif yang pada akhirnya semakin
merekatkan keinginan untuk merdeka. Pada tanggal 1 April 1943 dibangun pusat kebudayaan
di Jakarta, yang bernama "Keimin Bunka Shidoso".
BAB III
PENUTUP
ü Kesimpulan
Beberapa negara pernah menjajah Indonesia sangat lama hingga berabad-abad,
Namun ada juga yang hanya menjajah selama beberapa tahun. Pemerintah penjajah kadang
juga berjasa dalam pembangunan beberapa fasilitas umum seperti jalan, jembatan,
perkebunan, rel kereta api, saluran irigrasi, dan beberapa fasilitas lain. Namun penjajahan
tetap saja harus dihentikan karena menimbulkan penderitaan bagi negara yang dijajah, namun
di lain pihak negara yang menjajah akan semakin makmur.
ü Saran
Dalam makalah ini, saya berharap supaya kita sebagai bangsa Indonesia dapat memahami
peristiwa sejarah mengenai Pendudukan Jepang di Indonesia. Selain itu agar kita tetap
menjaga dan melestarikan sumber kekayaan alam seperti rempah-rembah dan yang lainya,
yang mana dahulu bangsa Jepang memonopilinya
Demikian makalah yang dapat saya buat, semoga bermanfaat dan dapat mendapatkan
nilai yang memuaskan. Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan, tanda koma, titik,
spasi, dll. Sekian Terima Kasih.
Daftar Pustaka
ü http://www.siswamaster.com/2016/04/tujuan-proses-dan-latar-belakang-pendudukan-
jepang-di-indonesia.html#ixzz4ZTYfr8jf
ü http://barcad.blogspot.co.id/2014/02/pengaruh-jepang-dalam-bidang-pendidikan.html
ü http://www.dosenpendidikan.net/2015/12/Arti-dan-Pengertian-Romusha-Serta-Kerja-
Paksa-Pada-Zaman-Jepang.html
ü Wikipedia