Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua karunianya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa pula kami mengucapkan
banyak terima kasih terhadap pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan baik dari segi bahasa maupun materi. Oleh karena itu dengan
lapangdada saya siap untuk menerima kritik dan saran dari pembaca agar saya
bisa memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Dan harapan saya semoga makalah tentang identifikasi mineral ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca, Untuk kedepanya
dapat memperbaiki dari segi bentuk maupun isi pada makalah ini agar menjadi
lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
AWAL MASUKNYA JEPANG
KEPENDUDUKAN JEPANG
AWAL KEMUNDURAN JEPANG
MENJELANG KEMERDEKAAN
Peristiwa Rengasdengklok
Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
SIDANG PPKI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa Pendudukan Jepang berlangsung dari tahun 1942-1945, diwarnai dengan
perubahan-perubahan yang penting dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia. Perubahan-perubahan itu terlihat nyata dalam bidang politik,
ekonomi dan sosial.Untuk mempelajari pelajaran-pelajaran selanjutnya,
peserta sebaiknya memahami dan mempelajari masa Pendudukan Jepang
terlebih dahulu.
BAB I
PEMBAHASAN
I.
Pada tanggal 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Jawa di tiga tempat, yaitu
di Banten, Indramayu, dan Bojonegoro. Hal itu tidak diduga oleh tentara Belanda,
Jenderal Imamura dengan pasukannya segera mendarat di Jawa. Setelah terjadi
pertempuran di beberapa tempat, akhirnya Belanda terdesak dan banyak di antara
mereka melarikan diri sampai ke Australia di bawah pimpinan Van Mook. Tanggal
8 Maret 1942 ,Keadaan ini memaksa Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda
Van Starkenborgh Stachouwer, menyerah tanpa syarat terhadap tentara Jepang
pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura dalam sebuah pertemuan di
Kalijati. Pertemuan ini mengakhiri kekuasaan kolonial Belanda dan menempatkan
Jepang sebagai penguasa baru atas Indonesia. Hak-hak kekuasaan ini
memungkinkan Jepang membagi wilayah Indonesia dalam tiga komando, yaitu
tentara ke-16 di pulau Jawa dan Madura yang berpusat di Batavia, tentara ke-25 di
Sumatera yang berpusat di Bukit Tinggi dan armada selatan ke-2 di Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua Barat yang berpusat di Makassar.
Rakyat Indonesia di tindas dan diperlakukan tidak wajar, akhirnya munculah
berbagai gerakan melawan Jepang di berbagai daerah.
II.
C. Tenaga petani untuk mengolah lahan pertanian sangat kurang karena diantara
mereka banyak dijadikan romusha.
Semua kebijakan Jepang di bidang ekonomi tersebut semata-mata untuk
menopang kegiatan perang atau yang sering dikenal dengan Sistem Ekonomi
Perang. Pemerasan Jepang ternyata tidak hanya terbatas pada bidang pertanian
dan perkebunan, tetapi barang-barang kekayaan lain juga diambil oleh Jepang.
Misalnya, barang-barang perhiasan, bahkan pagar-pagar besi pekarangan rumah
warga penduduk pun dirampas.
Dr. Buntara Martoatmojo. Melalui berbagai pidato dari para pimpinan nasionalis,
Barisan Pelopor barhasil mangobarkan semangat nasionalismedan rasa
persaudaraan dikalangan rakyat. Mereka juga berlatih kesiapsiagaan mliter dengan
alat kayu dan bambu runcing. Anggota Barisan Pelopor ini mencapai 60.000
orang.
6. Hizbullah
Jepang merencanakan membentuk kekuatan cadangan dari para pemuda Islam.
Rencana Jepang disambut baik oleh Masyumi sebagai organisasi islam waktu itu.
Masyumi mengusulkan untuk membantu pasukan sukarelawanpara pemuda islam.
Hal ini disetujui oleh Jepang. Oleh karena itu, pada tanggal 15 Desember 1944
dibentuk pasukan sukarelawan yang dinamakan Hizbullah (Tentara Allah).
Adapun tugas-tugas Hizbullah, antara lain
A. Membina diri jasmani dan rohani
B. Menggiatkan usaha untuk kepentingan perang
C. Membela agama dan umat Islam di Indonesia
Pemimpin Hizbullah adalah K.H. Zainal Arifin. Wakilnya Moh. Roem.
Hizbullah ternyata cepat berkembang. Untuk membina kader dan pimpinanan di
daerah, pernah diadakan latihan khusus di Cisarua (Bogor).
A. Pembentukan Organisasi Militer
Ada dua Organisasi militer yang dibentuk di Indonesia, Yaitu Heiho dan
Pembela Tanah Air (Peta).
1. Heiho
Pada bulan April 1943, dibentuklah organisasi militer yang bertugas sebagai
pembantu tentara Jepang.Organisasi militer ini dsebut Heiho.Sebagai Organisasi
militer, Heiho langsung ditemptkan di dalam susunan organisasi tentara Jepang.
Kegiatan Heiho, antara lain membangun kubu-kubu pertahanan dan maju ke
medan perang untuk membantu tentara Jepang. Di antara mereka ada yang ikut
berperang sampai di Papua, bahkan ada yang sampai Malaya dan Birma. Anggota
Heiho sampai akhir pendudukan Jepang mencapai 42.000 orang.
tindakan Jepang yang keras dan kejam. Inilah salah satu bukti penderitaan rakyat
akibat kekejaman Jepang.
3. CARA-CARA KOOPERASI
Cara-cara kooperasi maksudnya adalah cara perjuangan dengan bersedia
bekerja sama dengan pemerintah Jepang. Karena bersikap keras dan kejam,
Jepang harus dihadapi dengan halus, tidak dengan kekerasan, tetapi sebaiknya
dengan bekerja sama. Cara kooperasi, yaitu para pimpinan bangsa Indonesia ikut
duduk didalam badan-badan yang dibentuk oleh Jepang. Ada beberapa organisasi
yang dapat dimanfaatkan oleh para pemimpin perjuangan nasional untuk
mencapai kemerdekaan Indonesia.
A. Gerakan Tiga A
Organisasi yang mula-mula dibentuk adalah Gerakan Tiga A ini dibentuk pada
bulan Maret 1942 dengan semboyan:
1) Nippon Cahaya Asia
2) Nippon Pelindung Asia
3) Nippon Pemimpin Asia
Gerakan itu dipimpin oleh Mr. Samsuddin dan Shimizu. Tujuan Gerakan Tiga A
adalah untuk menanamkan semangat membela Jepang. Jadi, dengan semboyan
Jepang (Nippon) cahaya, pelindung,dan pemimpin Asia, diharapkan rakyat
Indonesia mengakui bahwa jepang akan menjadi penerang, pelindung, dan
pemimpin bangsa Asia, termasuk Indonesia.
Di berbagai daerah dibentuk cabang-cabang Gerakan Tiga A. Bahkan, didalam
gerakan Tiga A dibentuk seksi atau bagian agama Islam yang dipimpin oleh
Abikusno Cokrosuyoso. Dengan adanya ini, Abikusno Cokrosuyoso mencoba
memanfaatkan Gerakan Tiga A guna membina kesadaran orang-orang Indonesia.
B. Pusat Tenaga Rakyat
Pada tanggal 1 Maret 1943, dibentuklah organisasi baru yang disebut Pusat
Tenaga Rakyat (Putera). Sebagai pimpinan Putera adalah Ir. Sukarno, Mohammad
Hatta, Ki Hajar Dewantara, Kiai Haji Mansur. Keempat tokoh ini dikenal dengan
Empat Serangkai.
Tujuan Putera adalah untuk memusatkan segala kekuatan masyarakat untuk
membantu Jepang dalam perang. Bagi para pemimpin Indonesia Putera juga
bertujuan untuk memperbaiki segala sesuatu yang hancur akibat penjajahan
Belanda. Oleh karena itu, Putera juga diberi tugas untuk memperbaiki keadaan
sosial ekonomi rakyat.
Ternyata Putera mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Di berbagai
daerah dibentuk cabang-cabangnya. Bahkan beberapa organisasi yang ada pada
zaman Belandamelebur kedalam organisasi Putera, seperti Persatuan Guru
Indonesia, Pengurus Besar Istri Indonesia,dan Barisan Benteng.
Didalam Putera ini para pemimpin perjuangan nasional kita mulai membina
semangat para anggota dan rakyat Indonesia kea rah cita-cita kemerdekaan. Di
dalam Putera dibina kader-kader bangsa. Mental rakyat digambleng untuk terus
berjuang mencapai kemerdekaan. Perkembangan Putera menimbulkan
kekhawatiran pihak Jepang sehingga tahun 1944 Putera dikabulkan.
C. Jawa Hokokai
Jenderal Kumakichi Harada membentuk organisasi baru yang disebut Jawa
Hokokai. Berbeda dengan Putera, didalam organisasi Jawa Hokokai ini pimpinan
langsung dipegang oleh Gunseikan (Pimpinan Panglima Perang di Jawa). Ir.
Sukarno diangkat sebagai penasihat. Bidang kegiatan Jawa Hokokai adalah guru,
kewanitaan dan kesenian. Tugas Jawa Hokokai adalah mengerahkan tenaga rakyat
secara paksa untuk mengumpulkan padi, permata, besi tua, serta menanam jarak
untuk kepentingan perang.
Dari segi kepentingan Jepang, Jawa Hokokai telah menjalankan tugas
pengerahan tenaga dan pengumpulan hasil bumi. Kalau dilihat dari segi
kepentingan perjuangan bangsa Indonesia peran Jawa Hokokai agak terbatas.
Namun, bagaimanapun juga Ir. Sukarno yang duduk sebagai penasihat tetap
berupaya membantu perjuangan rakyatnya. Apalagi setelah dibentuk Barisan
Pelopor (bagian Jawa Hokokai), para pemimpin kita melalui pidato-pidatonya
membakar semangat rakyat.
5. PERLAWANAN BERSENJATA
Pemberontakan yang dipimpin oleh seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil,
seorang guru di Cot Plieng, Lhokseumawe. Upaya Jepang untuk membujuk sang
ulama tidak berhasil, sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di pagi hari
ketika orang-orang sedang melakukan shalat subuh. Dengan persenjataan
sederhana / orang mabuk mencoba untuk menahan serangan dan berhasil
memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe. Jadi adalah
serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Hanya dalam serangan terakhir
(ketiga) Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan
(Teuku Abdul Jalil) berhasil melarikan diri dari pengepungan musuh, tapi
akhirnya ditembak saat berdoa.
Peristiwa Singaparna
Peristiwa Indramayu terjadi di April 1944 karena kewajiban paksa untuk deposit
porsi nasi dan pelaksanaan kerja paksa / kerja paksa / Romusha yang telah
menghasilkan penderitaan berkepanjangan rakyat.
Teuku Giyugun Hamid adalah seorang perwira, bersama dengan satu peleton
pasukan melarikan diri ke hutan untuk melawan. Hal ini terjadi di November
1944.
Resistensi ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr.
Ismail. Resistensi ini disebabkan karena masalah mengumpulkan beras, Romusha
dan Heiho paksa dan di luar batas kemanusiaan. Sebagai anak dari para pejuang
tidak tega melihat penderitaan rakyat. Selain itu, sikap pelatih militer Jepang
tentara Indonesia sombong dan merendahkan.
Perlawanan PETA di Blitar adalah resistansi terbesar di Jawa. Tetapi tipu muslihat
Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan PETA
berhasil ditipu dengan berpura-pura dikonsultasikan. PETA empat perwira dijatuhi
hukuman mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sementara Syodanco
Supriyadi lolos.
Perlawanan ini dipimpin oleh perwira Teuku Gyugun Hamid. Latar belakang
perlawanan ini karena sikap arogan dari Jepang dan kejam kepada orang-orang
pada umumnya dan Indonesia pada khususnya tentara.
Perlawanan ini dipimpin oleh seorang pemimpin tim (Bundanco), Kusaeri dan
rekan. Perlawanan awal tanggal yang direncanakan April 21, 1945 diketahui
Jepang yang Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April 1945. Kusaeri divonis
hukuman mati tetapi tidak dieksekusi karena Jepang tertekan oleh Sekutu.
III.
Janji perdana menteri koiso, tangga l7 September 1944 di dalam sidang istimewa
Parlemen Jepang di Tokyo, Perdana Menteri Koiso mengumumkan bahwa daerah
Hindia Timur (Indonesia)diperkenankan merdeka di kelak kemudian hari.
Menghadapi situasi yang gawat tersebut, pemerintah pendudukan Jepang di Jawa
dibawah pimpinan Letnan Jendral Kumakici Harada berusaha meyakinkan bangsa
Indonesia tentang janji kemerdekaan. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan
pembentukan Badan Penyelidik Usaha Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut dengan Dokuritsu Junbi
Cosakai.Maksud dan tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk mempelajari dan
menyelidiki hal hal penting berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut
pembentukan Negara Indonesia Merdeka.
I.
(Dokuritsu Junbii Chsakai?) adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah
pendudukan balatentara Jepang pada tanggal 1 Maret 1945 bertepatan dengan hari
ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan
dukungan dari bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepang akan
membantu proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 62 orang yang
diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat
dengan wakil ketua Ichibangase Yosio (orang Jepang) dan Raden Pandji Soeroso.
Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam
sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh
Raden Pandji Soeroso dengan wakil Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda
Toyohiko (orang Jepang). Tugas dari BPUPKI sendiri adalah mempelajari dan
menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, tata
pemerintahan, dan hal-hal yang diperlukan dalam usaha pembentukan negara
Indonesia merdeka.
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan kemudian
membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa
Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai, dengan anggota berjumlah 21 orang, sebagai
upaya untuk mencerminkan perwakilan dari berbagai etnis di wilayah Hindia
Belanda[1], terdiri dari: 12 orang asal Jawa, 3 orang asal Sumatera, 2 orang asal
Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1 orang asal Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1
orang asal Maluku, 1 orang asal etnis Tionghoa.
Kekalahan Jepang dalam perang Pasifik semakin jelas, Perdana Menteri Jepang,
Jenderal Kuniaki Koiso, pada tanggal 7 September 1944 mengumumkan bahwa
Indonesia akan dimerdekakan kelak, sesudah tercapai kemenangan akhir dalam
perang Asia Timur Raya. Dengan cara itu, Jepang berharap tentara Sekutu akan
disambut oleh rakyat Indonesia sebagai penyerbu negara mereka, sehingga pada
tanggal 1 Maret 1945 pimpinan pemerintah pendudukan militer Jepang di Jawa,
Jenderal Kumakichi Harada, mengumumkan dibentuknya suatu badan khusus
yang bertugas menyelididki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, yang
dinamakan "Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia"
(BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Cosakai. Pembentukan
BPUPKI juga untuk menyelidiki, mempelajari dan memepersiapakan hal-hal
penting lainnya yang terkait dengan masalah tata pemerintahan guna mendirikan
suatu negara Indonesia merdeka.
BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945, bertepatan dengan ulang
tahun kaisar Jepang, Kaisar Hirohito. Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.)
Radjiman Wedyodiningrat, dari golongan nasionalis tua, ditunjuk menjadi ketua
BPUPKI dengan didampingi oleh dua orang ketua muda (wakil ketua), yaitu
Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yosio (orang Jepang). Selain menjadi
ketua muda, Raden Pandji Soeroso juga diangkat sebagai kepala kantor tata usaha
BPUPKI (semacam sekretariat) dibantu Masuda Toyohiko dan Mr. Abdoel Gafar
Pringgodigdo. BPUPKI sendiri beranggotakan 69 orang, yang terdiri dari: 62
orang anggota aktif adalah tokoh utama pergerakan nasional Indonesia dari semua
daerah dan aliran, serta 7 orang anggota istimewa adalah perwakilan pemerintah
pendudukan militer Jepang, tetapi wakil dari bangsa Jepang ini tidak mempunyai
hak suara (keanggotaan mereka adalah pasif, yang artinya mereka hanya hadir
dalam sidang BPUPKI sebagai pengamat saja).
Selama BPUPKI berdiri, telah diadakan dua kali masa persidangan resmi
BPUPKI, dan juga adanya pertemuan-pertemuan yang tak resmi oleh panitia kecil
di bawah BPUPKI, yaitu adalah sebagai berikut :
Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945
Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligus seremonial
pembukaan masa persidangan BPUPKI yang pertama di gedung "Chuo Sangi In",
yang pada zaman kolonial Belanda gedung tersebut merupakan gedung Volksraad
(dari bahasa Belanda, semacam lembaga "Dewan Perwakilan Rakyat Hindia
Belanda" pada masa penjajahan Belanda), dan kini gedung itu dikenal dengan
sebutan Gedung Pancasila, yang berlokasi di Jalan Pejambon 6 Jakarta. Namun
masa persidangan resminya sendiri (masa persidangan BPUPKI yang pertama)
diadakan selama empat hari dan baru dimulai pada keesokan harinya, yakni pada
tanggal 29 Mei 1945, dan berlangsung sampai dengan tanggal 1 Juni 1945,
dengan tujuan untuk membahas bentuk negara Indonesia, filsafat negara
"Indonesia Merdeka" serta merumuskan dasar negara Indonesia.
Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan masa persidangan BPUPKI yang
pertama ini dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI dan juga dua orang pembesar
militer jepang, yaitu: Panglima Tentara Wilayah ke-7, Jenderal Izagaki, yang
menguasai Jawa serta Panglima Tentara Wilayah ke-16, Jenderal Yuichiro
Nagano. Namun untuk selanjutnya pada masa persidangan resminya itu sendiri,
yang berlangsung selama empat hari, hanya dihadiri oleh seluruh anggota
BPUPKI.
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan mengenai
bentuk negara Indonesia, yakni disepakati berbentuk "Negara Kesatuan Republik
Indonesia" ("NKRI"), kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal ini, BPUPKI harus
merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih dahulu yang akan
menjiwai isi dari Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia itu
sendiri, sebab Undang-Undang Dasar adalah merupakan konstitusi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar
tepat, maka agenda acara dalam masa persidangan BPUPKI yang pertama ini
adalah mendengarkan pidato dari tiga orang tokoh utama pergerakan nasional
Indonesia, yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara Republik
Indonesia itu adalah sebagai berikut :
1. Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.
berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas
dasar negara Republik Indonesia, yaitu: 1. Peri Kebangsaan; 2.
Peri Kemanusiaan; 3. Peri Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan; dan 5.
Kesejahteraan Rakyat.
2. Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato
mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar
negara Republik Indonesia, yang dia namakan "Dasar Negara
Indonesia Merdeka", yaitu: 1. Persatuan; 2. Kekeluargaan; 3.
Mufakat dan Demokrasi; 4. Musyawarah; dan 5. Keadilan Sosial.
3. Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan
gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik
Indonesia, yang dia namakan "Pancasila", yaitu: 1. Kebangsaan
Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan; 3.
Mufakat atau Demokrasi; 4. Kesejahteraan Sosial; dan 5.
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia yang
dikemukakan oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah
"Pancasila", masih menurut dia bilamana diperlukan gagasan mengenai rumusan
Naskah Asli "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" yang dihasilkan oleh
"Panitia Sembilan" pada tanggal 22 Juni 1945
Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKI yang pertama, masih belum
ditemukan titik temu kesepakatan dalam perumusan dasar negara Republik
Indonesia yang benar-benar tepat, sehingga dibentuklah "Panitia Sembilan"
tersebut di atas guna menggodok berbagai masukan dari konsep-konsep
sebelumnya yang telah dikemukakan oleh para anggota BPUPKI itu. Adapun
susunan keanggotaan dari "Panitia Sembilan" ini adalah sebagai berikut :
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota)
5. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota)
6. Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
7. Raden Abikusno Tjokrosoejoso (anggota)
8. Haji Agus Salim (anggota)
9. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum
kebangsaan (pihak "Nasionalis") dan 4 orang dari kaum keagamaan (pihak
"Islam"), maka pada tanggal 22 Juni 1945 "Panitia Sembilan" kembali bertemu
Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-14 Juli 1945
Masa persidangan BPUPKI yang kedua berlangsung sejak tanggal 10 Juli 1945
hingga tanggal 14 Juli 1945. Agenda sidang BPUPKI kali ini membahas tentang
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan Indonesia,
rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara,
serta pendidengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini, anggota
BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang
terbentuk itu antara lain adalah: Panitia Perancang Undang-Undang Dasar
(diketuai oleh Ir. Soekarno), Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden
Abikusno Tjokrosoejoso), dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs.
Mohammad Hatta).
Pada tanggal 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar,
yang diketuai oleh Ir. Soekarno, membahas pembentukan lagi panitia kecil di
bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang
Dasar, yang beranggotakan 7 orang yaitu sebagai berikut :
1. Prof. Mr. Dr. Soepomo (ketua panitia kecil)
2. Mr. KRMT Wongsonegoro (anggota)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
5. Mr. Raden Panji Singgih (anggota)
II.
IV.
MENJELANG KEMERDEKAAN
PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Berita peristiwa pemboman kota Hirosima pada tanggal 6 Agustus 1945 serta
Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945, disusul jepang menyerahkan diri kepada
sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, meskipun berita tersebut di tutupi, pada
akhirnya sampai juga kepada telinga pada pemuda melalui siaran radio BBC di
Bandung. Hal ini memperkuat tekada dan semangat para pemuda untuk segera
bergerak memproklamirkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
tahoen 05. Naskah yang telah diketik kemudian ditandatangani oleh SoekarnoHatta atas nama bangsa Indonesia.
Selanjutnya, Sukarni mengusulkan agar naskah proklamasi kemerdekaan
dibacakan didepan massa di lapangan Ikada. Namun usul tersebut ditolak karena
Ir. Soekarno menganggap lapangan Ikada adalah lokasi yang bisa menimbulkan
bentrokan antara rakyat dan pihak militer Jepang. Ir. Soekarno kemudian
menyarankan dirumahnya di jalan Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta. Saran ini
disetujui semua pihak.
V.
Pada waktu fajar tanggal 17 Agustus 1945, para perumus teks proklamasi baru
keluar dari rumah laksamana Maeda. Beberapa jam berikutnya, mereka
berkumpul kembali dikediaman Soekarno untuk melaksanakan upacara
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Orang-orang kemudian sibuk mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan untuk upacara.
Sudiro, Sekretaris Ir. Soekarno menugasi S. Suhud (Komandan pengawal rumah
Bung Karno dan pemimpin barisan pelopor) agar menyiapkan tiang bendera dari
bambu. Bendera merah putih yang dijahit ibu Fatmawati telah disiapkan. Pasukan
PETA dibawah komandan Syudanco Latief Hendraningrat dan Syudanco
Abdurrahman, dengan senjata lengkap telah berjaga disekitar rumah tersebut.
Menjelang pukul 10.00, tokoh-tokoh nasional telah hadir ditempat upacara.
Diantaranya Dr. Buntaran, M. Sam Ratulangi, A.A. Maramis, Ki Hajar
Dewantara, K.H. Mas Mansyur, Mr. Sartono, S.K. Trumurti, M. Tabrani, Dr.
Muwardi, Sayuti Melik, A.G. Pringgodigdo, Pandu Kartawiguna dan para tokoh
pemuda.
Para hari Jumat, bulan Ramadhan tanggal 17 Agustus 1945, tepat pukul 10.00
VI.
SETELAH MERDEKA
HASIL SIDANG PPKI SETELAH MERDEKA
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1942-1945)
https://arifashkaf.wordpress.com/2014/10/07/sejarah-perjuangan-kemerdekaanindonesia-proklamasi-dan-perumusan-pancasila-dasar-filsafat-negara-uud-1945/
http://studisolution.com/peristiwa-penting-menjelang-proklamasi-kemerdekaan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Penyelidik_Usaha_Persiapan_Kemerdekaan_
Indonesia
http://www.markijar.com/2016/10/4-peristiwa-penting-menjelang.html
http://www.mediapustaka.com/2014/05/sejarah-masuknya-jepang-kewilayah.html
MAKALAH
MASUKNYA JEPANG KE INDONESIA
Disusunoleh :
Restu Purbantoro
410016060
Geologi 01