Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua karunianya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa pula kami mengucapkan
banyak terima kasih terhadap pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan baik dari segi bahasa maupun materi. Oleh karena itu dengan
lapangdada saya siap untuk menerima kritik dan saran dari pembaca agar saya
bisa memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Dan harapan saya semoga makalah tentang identifikasi mineral ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca, Untuk kedepanya
dapat memperbaiki dari segi bentuk maupun isi pada makalah ini agar menjadi
lebih baik lagi.

Yogyakarta, Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
AWAL MASUKNYA JEPANG
KEPENDUDUKAN JEPANG
AWAL KEMUNDURAN JEPANG

Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia


Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

MENJELANG KEMERDEKAAN

Peristiwa Rengasdengklok
Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA


SETELAH MERDEKA

SIDANG PPKI

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa Pendudukan Jepang berlangsung dari tahun 1942-1945, diwarnai dengan
perubahan-perubahan yang penting dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia. Perubahan-perubahan itu terlihat nyata dalam bidang politik,
ekonomi dan sosial.Untuk mempelajari pelajaran-pelajaran selanjutnya,
peserta sebaiknya memahami dan mempelajari masa Pendudukan Jepang
terlebih dahulu.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana kronologi awal masuknya Jepang ke Indonesia ?
b. Apa penyebab kemunduran jepang ?
c. Usaha-usaha apa yang di lakukan bangsa indonesia menjelang
kemerdekaan ?

BAB I
PEMBAHASAN

I.

AWAL MASUKNYA JEPANG

Pada tanggal 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Jawa di tiga tempat, yaitu
di Banten, Indramayu, dan Bojonegoro. Hal itu tidak diduga oleh tentara Belanda,
Jenderal Imamura dengan pasukannya segera mendarat di Jawa. Setelah terjadi
pertempuran di beberapa tempat, akhirnya Belanda terdesak dan banyak di antara
mereka melarikan diri sampai ke Australia di bawah pimpinan Van Mook. Tanggal
8 Maret 1942 ,Keadaan ini memaksa Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda
Van Starkenborgh Stachouwer, menyerah tanpa syarat terhadap tentara Jepang
pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura dalam sebuah pertemuan di
Kalijati. Pertemuan ini mengakhiri kekuasaan kolonial Belanda dan menempatkan
Jepang sebagai penguasa baru atas Indonesia. Hak-hak kekuasaan ini
memungkinkan Jepang membagi wilayah Indonesia dalam tiga komando, yaitu
tentara ke-16 di pulau Jawa dan Madura yang berpusat di Batavia, tentara ke-25 di
Sumatera yang berpusat di Bukit Tinggi dan armada selatan ke-2 di Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua Barat yang berpusat di Makassar.
Rakyat Indonesia di tindas dan diperlakukan tidak wajar, akhirnya munculah
berbagai gerakan melawan Jepang di berbagai daerah.

MISI AWAL JEPANG


Setelah berhasil masuk dan menduduki Indonesia, Jepang melaksanakan dua
pentingnya di Indonesia. Kedua misi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menghapuskan segala hal yang berbau atau berhubungan dengan Belanda dan
Barat. Jepang mengizinkan penggunaan Bahasa Indonesia, pengibaran bendera
Merah Putih, dan pengumandangan lagu Indonesia Raya.
2. Memobilisasi rakyat Indonesia untuk membantu Jepang dalam Perang Asia
Timur Raya. Untuk itu, Jepang membentuk organisasi-organisasi politik, badanbadan militer dan semimiliterserta pengerahan tenaga manusi (Romusha).

II.

KEPENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

1. Pemerasan Ekonomi dan Kekayaan Alam


Latar belakang kedatangan Jepang ke Indonesia, selain memerangi Belanda
dan sekutu, juga untuk mencari daerah-daerah kaya bahan mentah. Jepang segera
melakukan pemerasan segala sumber kekayaan yang ada di Indonesia.
Adapun langkah-langkah yang diambil oleh Jepang, antara lain sebagai berikut.
1. Memperbaiki beberapa sarana dan prasarana yang rusak. Rusaknya instalasi
dan sarana ekonomi karena memang dirusak oleh Belanda ataupun pemboman
yang dilakukan Jepang sewaktu melumpuhkan Belanda di Indonesia.
2. Tanah-tanah perkebunan banyak dihapus dan diganti menjadi tanah pertanian
yang kemudan ditanami padi dan pohon jarak. Tentara Jepang waktu itu sangat
membutuhkan buah jarak untuk pelumas mesin-mesin dan senjata. Namun, ada
beberapa jenis perkebunan yang masih berlangsung, seperti karet, tebu, dan kina.
3. Jepang melakukan monopoli terutama beras dan garam
4. Rakyat dipaksa untuk menyerahkan hasil panen padinya kepada pemerintah
Jepang. Penyerahan sebanyak 30% dan 40% boleh dimiliki oleh petani. Sisanya
yang 30% disediakan untuk bibit . Akan tetapi, seringkali semuanya itu dirampas
oleh Jepang. Petani tidak mendapatkan apapun .Mereka terpaksa makan ubi jalar,
keladi yang gatal, dan sering pula mereka makan bekicot.
5. Untuk memperluas tanah pertanian, Jepang telah memerintahkan penebangan
hutan-hutan, misalnya di Tanah Karo, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.Teryata
penebangan hutan itu banyak dilakukan secara liar. Hal itu jelas akan
menimbulkan bahaya erosi dan banjir.
Sekalipun tanah pertanian diperluas, namun kegiatan dan hasil pertanian justru
merosot. Hal itu disebabkan hal-hal sebagai berikut.
A. Tidak ada tenaga ahli yang dapat memberikan bimbingan terhadap kemajuan
pertanian. Jepang memang menyediakan tenaga ahli tetapi tidak ahli bidang
pertanian.
B. Berkurangnya hewan ternak yang menurunkan kegiatan pertanian. Banyak
ternak dipotong untuk lauk makan para prajurit Jepang . padahal hewan-hewan itu
dapat sebagai alat bantu dalam mengerjakan tanah dan kotorannya untuk pupuk.

C. Tenaga petani untuk mengolah lahan pertanian sangat kurang karena diantara
mereka banyak dijadikan romusha.
Semua kebijakan Jepang di bidang ekonomi tersebut semata-mata untuk
menopang kegiatan perang atau yang sering dikenal dengan Sistem Ekonomi
Perang. Pemerasan Jepang ternyata tidak hanya terbatas pada bidang pertanian
dan perkebunan, tetapi barang-barang kekayaan lain juga diambil oleh Jepang.
Misalnya, barang-barang perhiasan, bahkan pagar-pagar besi pekarangan rumah
warga penduduk pun dirampas.

2.PENGERAHAN TENAGA MANUSIA


A. Pengerahan Pemuda
Jepang pertama kali memlih kelompok pemuda dalam pengerahannya sebab
pemuda biasanya berani dan memiliki kekuatan fisik yang cukup. Untuk para
pemuda Indonesia, Jepang menanamkan jiwa satria (bushido), disiplin, dan tidak
rendah diri. Dalam rangka menanamkan nilai tersebut, Jepang menyelanggarakan
pembinaan dengan kegiatan pendidikan dan latihan-latihan khusus.Berkaitan
dalam upaya mengerahkan pemuda Indonesia, Jepang telah membentuk wadah
yang di sebut Barisan Pemuda Asia Raya (BPAR) . Pada tanggal 11 Juni 1942.
Kelompok BPAR itu dilakukan untuk melakukan propaganda pro Jepang. Selain
itu, ada lagi wadah pemuda yang disebut San A Seinen Kunrensho. Wadah ini
bertujuan menampung para pemuda yang sudah aktif di organisasi, misalnya dari
kepanduan. Sebagai pemrakarsa wadah tesebut adalah H. Shimizu.
B. Bentukan Organisasi Semimiliter
Jepang membentuk organisasi semimiliter. Sesuai dengan kelompok atau
organisasi-organisasi masing-masing , anggota diberi latihan kemiliteran, antara
lain dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Keibodan
Keibodan artinya Barisan Bantu Polisi, Keibodan didirikan pada tanggal 29
April 1943 seiring dengan berdirinya Seinendan. Anggota Keibodan adala lakilaki berusia 26 tahun. Ternyata banyak pemuda yang berminat memasuki

organisasi Keibodan. Tugas Keibodan adalah membantu tugas-tugas misalnya


menjaga lalu lintas dan memelihara keamanan. Keibodan berkembang lebih luas
bila dibandingkan Seinendan. Di luar jawa, Keibodan juga mengalami
perkembangan. Di Sumatera Keibodan disebut Bogodan, di Kalimantan disebut
Borneo Hokokuda. Keibodan dibina khusus dan diawasi oleh Departemen
Kepolisian (Keimubu) agar tidak terpengaruh oleh kaum nasional.
2. Seinendan
Organisasi Seinendan dibentuk pada tanggal 29 April 1943 bertepatan dengan
hari ulang tahun kaisar Jepang. Anggotanya adalah para pemuda berusia 14-22
tahun. Mereka diberi latihan kemiliteran. Organisasi ini dipersiapkan untuk
mempertahankan daerah masing-masing. Salah seorang pemuda yang menjadi
tokoh Sainendan adalah Latif Hendraningrat.
3. Fujinkai
Untuk para wanita dibentuk organisasi yang disebut Fujinkai. Fujinkai didirikan
pada bulan Agustus 1943. Anggotanya terdiri dari para wanita yang berusia 15
tahun ke atas. Anak-anak gadis di organisasikan dalam Fuji-Seinentai (Barisan
gadis-gadis).
4. Seinentai dan Gakutotai
Pengerahan massa dilakukan Jepang pada semua tingkat usia dalam
masyarakat. Bahkan, boleh dikatakan tidak ada yang tertinggal. Para murid
sekolah juga di organisasikan. Untuk anak-anak SD dibentuk Seinentai dan untuk
anak-anak sekolah lanjutan dibentuk Gakutotai.
5. Barisan Pelopor
Untuk meningkatkan kesiapsiagaan rakyat Indonesia, pada tanggal 14
September 1944 dibentuk Barisan Pelopor, sebagai bagian dari Jawa Hokokai.
Barisan Pelopor merupakan organisasi pemuda pertama di masa penjajahan
Jepang yang dibimbing langsung oleh kaum nasionalis Indonesia. Pimpinan
organisasi dipegang oleh Sukarno dibantu R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan

Dr. Buntara Martoatmojo. Melalui berbagai pidato dari para pimpinan nasionalis,
Barisan Pelopor barhasil mangobarkan semangat nasionalismedan rasa
persaudaraan dikalangan rakyat. Mereka juga berlatih kesiapsiagaan mliter dengan
alat kayu dan bambu runcing. Anggota Barisan Pelopor ini mencapai 60.000
orang.
6. Hizbullah
Jepang merencanakan membentuk kekuatan cadangan dari para pemuda Islam.
Rencana Jepang disambut baik oleh Masyumi sebagai organisasi islam waktu itu.
Masyumi mengusulkan untuk membantu pasukan sukarelawanpara pemuda islam.
Hal ini disetujui oleh Jepang. Oleh karena itu, pada tanggal 15 Desember 1944
dibentuk pasukan sukarelawan yang dinamakan Hizbullah (Tentara Allah).
Adapun tugas-tugas Hizbullah, antara lain
A. Membina diri jasmani dan rohani
B. Menggiatkan usaha untuk kepentingan perang
C. Membela agama dan umat Islam di Indonesia
Pemimpin Hizbullah adalah K.H. Zainal Arifin. Wakilnya Moh. Roem.
Hizbullah ternyata cepat berkembang. Untuk membina kader dan pimpinanan di
daerah, pernah diadakan latihan khusus di Cisarua (Bogor).
A. Pembentukan Organisasi Militer
Ada dua Organisasi militer yang dibentuk di Indonesia, Yaitu Heiho dan
Pembela Tanah Air (Peta).
1. Heiho
Pada bulan April 1943, dibentuklah organisasi militer yang bertugas sebagai
pembantu tentara Jepang.Organisasi militer ini dsebut Heiho.Sebagai Organisasi
militer, Heiho langsung ditemptkan di dalam susunan organisasi tentara Jepang.
Kegiatan Heiho, antara lain membangun kubu-kubu pertahanan dan maju ke
medan perang untuk membantu tentara Jepang. Di antara mereka ada yang ikut
berperang sampai di Papua, bahkan ada yang sampai Malaya dan Birma. Anggota
Heiho sampai akhir pendudukan Jepang mencapai 42.000 orang.

2. Peta (Pembela Tanah Air)


Untuk memperkuat kedudukannya di Indonesia dari serangan musuh, Jepang
juga membentuk barisan Pembela Tanah Air (Peta). Secara resmi, Peta didirikan
pada tanggal 3 Oktober 1943. Banyak di antara pada pemuda Indonesia yang
tertarik untuk memasuki Peta. Para anggota diberi latihan kemiliteran dibawah
pengawasan tentara Jepang. Penanggung jawab dari latihan-latihan Peta adalah
Yanagawa. Peta berkembang tidak hanya di Jawa, tetapi juga di luar Jawa. Di
Jawa waktu itu memiliki anggota sekitar 37.000 orang dan Sumatera mencapai
20.000 orang. Di Sumatera, Peta dikenal dengan sebutan Giyugun (Prajurit
Sukarela).
B. Pengerahan Romusha dan Penderitaan Rakyat
Jepang juga mengerahkan tenaga rakyat untuk dijadikan pekerja rodi atau
bekerja paksa. Mereka inilah yang dipaksa menjadi tenaga romusha. Mereka
diperlakukan sebagai tenaga kasar dan melakukan pekerjaan berat. Misalnya, pada
saat pembuatan pembuatan jalan, jembatan, pangkalan angkutan udara,
membangun kubu-kubu pertahanan dan jalan kereta api. Mereka juga dikirim dan
dipekerjakan di tanah-tanah perkebunan yang sulit medannya. Mereka bekerja
tanpa diberi gaji dan makan. Mereka yang dianggap malas bekerja akan dihajar
oleh Kenpeita ( Polisi militer jepang ). Akibatnya, banyak yang jatuh sakit ,
kelaparan dan mati tidak terurus.
Pada waktu itu tanah Jawa yang padat penduduknya banyak tersedia tenaga
kerja romusha. Banyak diantara mereka tidak kembali ke kampung halamannya.
Kemungkinan mereka telah meninggal di perjalanan karena dianaiya. Melihat
banyak romusha yang bernasib menyedihkan itu membuat para pemuda dari
setiap daerah takut dan melarikan diri dari desanya. Banyak desa yang
penduduknya hanya tinggal wanita dan anak-anak. Hal ini juga menjadi sebab
makin merosotnya kegiatan pertanian di beberapa daerah.
Para romusha tidak hanya kekurangan makan, tetapi sulit juga untuk
mendapatkan pakaian. Oleh karana itu, banyak rakyat yang memakai pakaian dari
karung goni atau bagor. Bahkan, ada yang telanjang tidak memakai baju. Dapat
dibayangkan betapa beratnya penderitaan yang harus ditanggung rakyat akibat

tindakan Jepang yang keras dan kejam. Inilah salah satu bukti penderitaan rakyat
akibat kekejaman Jepang.

3. CARA-CARA KOOPERASI
Cara-cara kooperasi maksudnya adalah cara perjuangan dengan bersedia
bekerja sama dengan pemerintah Jepang. Karena bersikap keras dan kejam,
Jepang harus dihadapi dengan halus, tidak dengan kekerasan, tetapi sebaiknya
dengan bekerja sama. Cara kooperasi, yaitu para pimpinan bangsa Indonesia ikut
duduk didalam badan-badan yang dibentuk oleh Jepang. Ada beberapa organisasi
yang dapat dimanfaatkan oleh para pemimpin perjuangan nasional untuk
mencapai kemerdekaan Indonesia.
A. Gerakan Tiga A
Organisasi yang mula-mula dibentuk adalah Gerakan Tiga A ini dibentuk pada
bulan Maret 1942 dengan semboyan:
1) Nippon Cahaya Asia
2) Nippon Pelindung Asia
3) Nippon Pemimpin Asia
Gerakan itu dipimpin oleh Mr. Samsuddin dan Shimizu. Tujuan Gerakan Tiga A
adalah untuk menanamkan semangat membela Jepang. Jadi, dengan semboyan
Jepang (Nippon) cahaya, pelindung,dan pemimpin Asia, diharapkan rakyat
Indonesia mengakui bahwa jepang akan menjadi penerang, pelindung, dan
pemimpin bangsa Asia, termasuk Indonesia.
Di berbagai daerah dibentuk cabang-cabang Gerakan Tiga A. Bahkan, didalam
gerakan Tiga A dibentuk seksi atau bagian agama Islam yang dipimpin oleh
Abikusno Cokrosuyoso. Dengan adanya ini, Abikusno Cokrosuyoso mencoba
memanfaatkan Gerakan Tiga A guna membina kesadaran orang-orang Indonesia.
B. Pusat Tenaga Rakyat
Pada tanggal 1 Maret 1943, dibentuklah organisasi baru yang disebut Pusat
Tenaga Rakyat (Putera). Sebagai pimpinan Putera adalah Ir. Sukarno, Mohammad

Hatta, Ki Hajar Dewantara, Kiai Haji Mansur. Keempat tokoh ini dikenal dengan
Empat Serangkai.
Tujuan Putera adalah untuk memusatkan segala kekuatan masyarakat untuk
membantu Jepang dalam perang. Bagi para pemimpin Indonesia Putera juga
bertujuan untuk memperbaiki segala sesuatu yang hancur akibat penjajahan
Belanda. Oleh karena itu, Putera juga diberi tugas untuk memperbaiki keadaan
sosial ekonomi rakyat.
Ternyata Putera mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Di berbagai
daerah dibentuk cabang-cabangnya. Bahkan beberapa organisasi yang ada pada
zaman Belandamelebur kedalam organisasi Putera, seperti Persatuan Guru
Indonesia, Pengurus Besar Istri Indonesia,dan Barisan Benteng.
Didalam Putera ini para pemimpin perjuangan nasional kita mulai membina
semangat para anggota dan rakyat Indonesia kea rah cita-cita kemerdekaan. Di
dalam Putera dibina kader-kader bangsa. Mental rakyat digambleng untuk terus
berjuang mencapai kemerdekaan. Perkembangan Putera menimbulkan
kekhawatiran pihak Jepang sehingga tahun 1944 Putera dikabulkan.
C. Jawa Hokokai
Jenderal Kumakichi Harada membentuk organisasi baru yang disebut Jawa
Hokokai. Berbeda dengan Putera, didalam organisasi Jawa Hokokai ini pimpinan
langsung dipegang oleh Gunseikan (Pimpinan Panglima Perang di Jawa). Ir.
Sukarno diangkat sebagai penasihat. Bidang kegiatan Jawa Hokokai adalah guru,
kewanitaan dan kesenian. Tugas Jawa Hokokai adalah mengerahkan tenaga rakyat
secara paksa untuk mengumpulkan padi, permata, besi tua, serta menanam jarak
untuk kepentingan perang.
Dari segi kepentingan Jepang, Jawa Hokokai telah menjalankan tugas
pengerahan tenaga dan pengumpulan hasil bumi. Kalau dilihat dari segi
kepentingan perjuangan bangsa Indonesia peran Jawa Hokokai agak terbatas.
Namun, bagaimanapun juga Ir. Sukarno yang duduk sebagai penasihat tetap
berupaya membantu perjuangan rakyatnya. Apalagi setelah dibentuk Barisan
Pelopor (bagian Jawa Hokokai), para pemimpin kita melalui pidato-pidatonya
membakar semangat rakyat.

D. MIAI dan Masyumi


Setelah Jepang berkuasa di Indonesia, semua partai politik yang pernah
berkembang sebelumnya dilarang. Akan tetapi, MIAI (Majelis Islam Ala
Indonesia) yang lahir pada tahun 1937 itu kemudian diizinkan berkembang. Hal
itu bertujuan untuk memikat hati orang islam yang merupakan warga mayoritas di
Indonesia. MIAI merupakan organisasi yang sangat penting waktu itu. Tujuan
yang dikembangkan MIAI, antara lain sebagai berikut.
1) Membangun umat Islam yang mampu menciptakan perdamaian dan
kesejahteraan rakyat.
2) Membantu Jepang dan bekerja untuk Asia Raya.
Program-program MIAI, antara lain :
1) Mendirikan Universitas Islam
2) Membentuk baitulmal
MIAI berkembang pesat ke berbagai daerah. Dengan adanya baitulmal, MIAI
menjadi makin kuat. Sikap politiknya sebagai organisasi perjuangan makin jelas.
Tokoh umat Islam di MIAI mulai berani menanyakan nasib Indonesia dibawah
pendudukan Jepang. Para pemimpin Islam dengan tegas menolak melakukan
seikerei (membungkukan badan seperti orang Islam rukuk, tetapi untuk
menghormati kaisar Jepang). Para pemimpin Islam juga menentang larangan
penggunaan bahasa Arab karena tidak sesuai dengan harapan Jepang, pada tanggal
24 Oktober 1943, MIAI dibubarkan. Jepang kemudian mengizinkan berdirinya
partai baru, yakni Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Ketua Masyumi
saat itu adalah Hasyim Asyari dan wakilnya adalah Kyai Haji Mas Mansyur dan
Wachid Hasyi.
Masyumi juga cepat berkembang. Di setiap karesidenan didirikan cabang
Masyumi. Setelah tampilnya tokoh-tokoh muda, seperti Moh. Natsir dan Harsono
Cokroaminato, Masyumi makin berani dan sifat politiknya juga makin nyata.
Masyumi juga berkembang menjadi organisasi massa yang mendapat dukungan
masyarakat. Masyumi juga telah berjuang untuk menolak perintah pengerahan

tenaga romusha. Para pemimpin Islam telah membina anggotannya untuk


mencintai tanah air Indonesia.
4. GERAKAN BAWAH TANAH
Kelompok yang melakukan gerakan dan perjuangan secara rahasia atau
gerakan bawah tanah, dipelopori terutama oleh para pemuda. Tokoh utamanya
Sutan Syahrir, Amir Syarifuddin, Sukarni,dan Adam Malik. Kelompok ini
bersikap radikal dan tidak mau bekerja sama atau duduk di badan-badan yang
dibentuk Jepang.
Berbeda dengan gerakan kooperasi, kelompok gerakan bawah tanah tidak
bekerja sama dengan Jepang, tetapi berusaha bekerja sama dengan sekutu. Dengan
cara itu maka akan dapat bersama-sama menghancurkan Jepang. Untuk itu, para
anggota gerakan bawah tanah selalu mencari berita mengenai perkembangan
perang di Asia Timur Raya.
Sekalipun kedua kelompok itu berbeda cara melawan Jepang, namun antara
kelompok kooperasi dengan kelompok gerakan bawah tanah selalu ada kerja
sama. Sebagai contoh kesepakatan antara Moh. Hatta dan Sutan Syahrir. Mereka
saling kontak dan tukar informasi mengenai perkembangan yang diketahuinya.

5. PERLAWANAN BERSENJATA

Peristiwa Cot Plieng, Aceh 10 November 1942

Pemberontakan yang dipimpin oleh seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil,
seorang guru di Cot Plieng, Lhokseumawe. Upaya Jepang untuk membujuk sang
ulama tidak berhasil, sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di pagi hari
ketika orang-orang sedang melakukan shalat subuh. Dengan persenjataan
sederhana / orang mabuk mencoba untuk menahan serangan dan berhasil
memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe. Jadi adalah
serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Hanya dalam serangan terakhir
(ketiga) Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan

(Teuku Abdul Jalil) berhasil melarikan diri dari pengepungan musuh, tapi
akhirnya ditembak saat berdoa.

Peristiwa Singaparna

Perlawanan fisik yang terjadi di sekolah-sekolah Sukamanah Singaparna


Tasikmalaya, Jawa Barat di bawah pimpinan KH. Zainal Mustafa, 1943. Dia tegas
menolak ajaran berbau Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei
setiap pagi, yang membayar penghormatan kepada Kaisar Jepang di lentur cara
menuju matahari terbit. Kewajiban Seikerei jelas menyinggung umat Islam di
Indonesia karena termasuk syirik / menyekutukan Allah. Selain itu, ia juga tidak
tega melihat penderitaan rakyat akibat tanam paksa.

Peristiwa Indramayu, April 1944

Peristiwa Indramayu terjadi di April 1944 karena kewajiban paksa untuk deposit
porsi nasi dan pelaksanaan kerja paksa / kerja paksa / Romusha yang telah
menghasilkan penderitaan berkepanjangan rakyat.

Pemberontakan Teuku Hamid

Teuku Giyugun Hamid adalah seorang perwira, bersama dengan satu peleton
pasukan melarikan diri ke hutan untuk melawan. Hal ini terjadi di November
1944.

Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945)

Resistensi ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr.
Ismail. Resistensi ini disebabkan karena masalah mengumpulkan beras, Romusha
dan Heiho paksa dan di luar batas kemanusiaan. Sebagai anak dari para pejuang
tidak tega melihat penderitaan rakyat. Selain itu, sikap pelatih militer Jepang
tentara Indonesia sombong dan merendahkan.

Perlawanan PETA di Blitar adalah resistansi terbesar di Jawa. Tetapi tipu muslihat
Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan PETA
berhasil ditipu dengan berpura-pura dikonsultasikan. PETA empat perwira dijatuhi
hukuman mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sementara Syodanco
Supriyadi lolos.

Perlawanan PETA di Meureudu-Pidie, Aceh (November 1944)

Perlawanan ini dipimpin oleh perwira Teuku Gyugun Hamid. Latar belakang
perlawanan ini karena sikap arogan dari Jepang dan kejam kepada orang-orang
pada umumnya dan Indonesia pada khususnya tentara.

Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945)

Perlawanan ini dipimpin oleh seorang pemimpin tim (Bundanco), Kusaeri dan
rekan. Perlawanan awal tanggal yang direncanakan April 21, 1945 diketahui
Jepang yang Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April 1945. Kusaeri divonis
hukuman mati tetapi tidak dieksekusi karena Jepang tertekan oleh Sekutu.

III.

AWAL KEMUNDURAN JEPANG

Janji perdana menteri koiso, tangga l7 September 1944 di dalam sidang istimewa
Parlemen Jepang di Tokyo, Perdana Menteri Koiso mengumumkan bahwa daerah
Hindia Timur (Indonesia)diperkenankan merdeka di kelak kemudian hari.
Menghadapi situasi yang gawat tersebut, pemerintah pendudukan Jepang di Jawa
dibawah pimpinan Letnan Jendral Kumakici Harada berusaha meyakinkan bangsa
Indonesia tentang janji kemerdekaan. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan
pembentukan Badan Penyelidik Usaha Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut dengan Dokuritsu Junbi
Cosakai.Maksud dan tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk mempelajari dan

menyelidiki hal hal penting berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut
pembentukan Negara Indonesia Merdeka.
I.

BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN


KEMERDEKAAN INDONESIA

(Dokuritsu Junbii Chsakai?) adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah
pendudukan balatentara Jepang pada tanggal 1 Maret 1945 bertepatan dengan hari
ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini dibentuk sebagai upaya mendapatkan
dukungan dari bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepang akan
membantu proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 62 orang yang
diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat
dengan wakil ketua Ichibangase Yosio (orang Jepang) dan Raden Pandji Soeroso.
Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha (semacam
sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata Usaha ini dipimpin oleh
Raden Pandji Soeroso dengan wakil Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda
Toyohiko (orang Jepang). Tugas dari BPUPKI sendiri adalah mempelajari dan
menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, tata
pemerintahan, dan hal-hal yang diperlukan dalam usaha pembentukan negara
Indonesia merdeka.
Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan kemudian
membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa
Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai, dengan anggota berjumlah 21 orang, sebagai
upaya untuk mencerminkan perwakilan dari berbagai etnis di wilayah Hindia
Belanda[1], terdiri dari: 12 orang asal Jawa, 3 orang asal Sumatera, 2 orang asal
Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1 orang asal Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1
orang asal Maluku, 1 orang asal etnis Tionghoa.

Awal persiapan kemerdekaan oleh BPUPKI

Kekalahan Jepang dalam perang Pasifik semakin jelas, Perdana Menteri Jepang,
Jenderal Kuniaki Koiso, pada tanggal 7 September 1944 mengumumkan bahwa
Indonesia akan dimerdekakan kelak, sesudah tercapai kemenangan akhir dalam
perang Asia Timur Raya. Dengan cara itu, Jepang berharap tentara Sekutu akan
disambut oleh rakyat Indonesia sebagai penyerbu negara mereka, sehingga pada
tanggal 1 Maret 1945 pimpinan pemerintah pendudukan militer Jepang di Jawa,
Jenderal Kumakichi Harada, mengumumkan dibentuknya suatu badan khusus
yang bertugas menyelididki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, yang
dinamakan "Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia"
(BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Cosakai. Pembentukan
BPUPKI juga untuk menyelidiki, mempelajari dan memepersiapakan hal-hal
penting lainnya yang terkait dengan masalah tata pemerintahan guna mendirikan
suatu negara Indonesia merdeka.
BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945, bertepatan dengan ulang
tahun kaisar Jepang, Kaisar Hirohito. Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.)
Radjiman Wedyodiningrat, dari golongan nasionalis tua, ditunjuk menjadi ketua
BPUPKI dengan didampingi oleh dua orang ketua muda (wakil ketua), yaitu
Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yosio (orang Jepang). Selain menjadi
ketua muda, Raden Pandji Soeroso juga diangkat sebagai kepala kantor tata usaha
BPUPKI (semacam sekretariat) dibantu Masuda Toyohiko dan Mr. Abdoel Gafar
Pringgodigdo. BPUPKI sendiri beranggotakan 69 orang, yang terdiri dari: 62
orang anggota aktif adalah tokoh utama pergerakan nasional Indonesia dari semua
daerah dan aliran, serta 7 orang anggota istimewa adalah perwakilan pemerintah
pendudukan militer Jepang, tetapi wakil dari bangsa Jepang ini tidak mempunyai
hak suara (keanggotaan mereka adalah pasif, yang artinya mereka hanya hadir
dalam sidang BPUPKI sebagai pengamat saja).
Selama BPUPKI berdiri, telah diadakan dua kali masa persidangan resmi
BPUPKI, dan juga adanya pertemuan-pertemuan yang tak resmi oleh panitia kecil
di bawah BPUPKI, yaitu adalah sebagai berikut :

Sidang resmi pertama

Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945
Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligus seremonial
pembukaan masa persidangan BPUPKI yang pertama di gedung "Chuo Sangi In",
yang pada zaman kolonial Belanda gedung tersebut merupakan gedung Volksraad
(dari bahasa Belanda, semacam lembaga "Dewan Perwakilan Rakyat Hindia
Belanda" pada masa penjajahan Belanda), dan kini gedung itu dikenal dengan
sebutan Gedung Pancasila, yang berlokasi di Jalan Pejambon 6 Jakarta. Namun
masa persidangan resminya sendiri (masa persidangan BPUPKI yang pertama)
diadakan selama empat hari dan baru dimulai pada keesokan harinya, yakni pada
tanggal 29 Mei 1945, dan berlangsung sampai dengan tanggal 1 Juni 1945,
dengan tujuan untuk membahas bentuk negara Indonesia, filsafat negara
"Indonesia Merdeka" serta merumuskan dasar negara Indonesia.
Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan masa persidangan BPUPKI yang
pertama ini dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI dan juga dua orang pembesar
militer jepang, yaitu: Panglima Tentara Wilayah ke-7, Jenderal Izagaki, yang
menguasai Jawa serta Panglima Tentara Wilayah ke-16, Jenderal Yuichiro
Nagano. Namun untuk selanjutnya pada masa persidangan resminya itu sendiri,
yang berlangsung selama empat hari, hanya dihadiri oleh seluruh anggota
BPUPKI.
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan mengenai
bentuk negara Indonesia, yakni disepakati berbentuk "Negara Kesatuan Republik
Indonesia" ("NKRI"), kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan

konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal ini, BPUPKI harus
merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih dahulu yang akan
menjiwai isi dari Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia itu
sendiri, sebab Undang-Undang Dasar adalah merupakan konstitusi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar
tepat, maka agenda acara dalam masa persidangan BPUPKI yang pertama ini
adalah mendengarkan pidato dari tiga orang tokoh utama pergerakan nasional
Indonesia, yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara Republik
Indonesia itu adalah sebagai berikut :
1. Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.
berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas
dasar negara Republik Indonesia, yaitu: 1. Peri Kebangsaan; 2.
Peri Kemanusiaan; 3. Peri Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan; dan 5.
Kesejahteraan Rakyat.
2. Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato
mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar
negara Republik Indonesia, yang dia namakan "Dasar Negara
Indonesia Merdeka", yaitu: 1. Persatuan; 2. Kekeluargaan; 3.
Mufakat dan Demokrasi; 4. Musyawarah; dan 5. Keadilan Sosial.
3. Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan
gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik
Indonesia, yang dia namakan "Pancasila", yaitu: 1. Kebangsaan
Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan; 3.
Mufakat atau Demokrasi; 4. Kesejahteraan Sosial; dan 5.
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia yang
dikemukakan oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah
"Pancasila", masih menurut dia bilamana diperlukan gagasan mengenai rumusan

Pancasila ini dapat diperas menjadi "Trisila" (Tiga Sila), yaitu: 1.


Sosionasionalisme; 2. Sosiodemokrasi; dan 3. Ketuhanan Yang Berkebudayaan.
Bahkan masih menurut Ir. Soekarno lagi, Trisila tersebut bila hendak diperas
kembali dinamakannya sebagai "Ekasila" (Satu Sila), yaitu merupakan sila:
Gotong-Royong, ini adalah merupakan upaya dari Bung Karno dalam
menjelaskan bahwa konsep gagasan mengenai rumusan dasar negara Republik
Indonesia yang dibawakannya tersebut adalah berada dalam kerangka "satukesatuan", yang tak terpisahkan satu dengan lainnya. Masa persidangan BPUPKI
yang pertama ini dikenang dengan sebutan detik-detik lahirnya Pancasila dan
tanggal 1 Juni ditetapkan dan diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Pidato dari Ir. Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan BPUPKI yang
pertama, setelah itu BPUPKI mengalami masa reses persidangan (periode jeda
atau istirahat) selama satu bulan lebih. Sebelum dimulainya masa reses
persidangan, dibentuklah suatu panitia kecil yang beranggotakan 9 orang, yang
dinamakan "Panitia Sembilan" dengan diketuai oleh Ir. Soekarno, yang bertugas
untuk mengolah usul dari konsep para anggota BPUPKI mengenai dasar negara
Republik Indonesia.
Masa antara sidang resmi pertama dan sidang resmi kedua

Naskah Asli "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" yang dihasilkan oleh
"Panitia Sembilan" pada tanggal 22 Juni 1945
Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKI yang pertama, masih belum
ditemukan titik temu kesepakatan dalam perumusan dasar negara Republik
Indonesia yang benar-benar tepat, sehingga dibentuklah "Panitia Sembilan"
tersebut di atas guna menggodok berbagai masukan dari konsep-konsep
sebelumnya yang telah dikemukakan oleh para anggota BPUPKI itu. Adapun
susunan keanggotaan dari "Panitia Sembilan" ini adalah sebagai berikut :
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota)
5. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota)
6. Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
7. Raden Abikusno Tjokrosoejoso (anggota)
8. Haji Agus Salim (anggota)
9. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum
kebangsaan (pihak "Nasionalis") dan 4 orang dari kaum keagamaan (pihak
"Islam"), maka pada tanggal 22 Juni 1945 "Panitia Sembilan" kembali bertemu

dan menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang kemudian


dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter", yang pada waktu itu
disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlement Agreement". Setelah itu sebagai
ketua "Panitia Sembilan", Ir. Soekarno melaporkan hasil kerja panitia kecil yang
dipimpinnya kepada anggota BPUPKI berupa dokumen rancangan asas dan tujuan
"Indonesia Merdeka" yang disebut dengan "Piagam Jakarta" itu. Menurut
dokumen tersebut, dasar negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rancangan itu diterima untuk selanjutnya dimatangkan dalam masa persidangan
BPUPKI yang kedua, yang diselenggarakan mulai tanggal 10 Juli 1945.
Di antara dua masa persidangan resmi BPUPKI itu, berlangsung pula persidangan
tak resmi yang dihadiri 38 orang anggota BPUPKI. Persidangan tak resmi ini
dipimpin sendiri oleh Bung Karno yang membahas mengenai rancangan
"Pembukaan (bahasa Belanda: "Preambule") Undang-Undang Dasar 1945", yang
kemudian dilanjutkan pembahasannya pada masa persidangan BPUPKI yang
kedua (10 Juli-17 Juli 1945).
Sidang resmi kedua

Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-14 Juli 1945
Masa persidangan BPUPKI yang kedua berlangsung sejak tanggal 10 Juli 1945
hingga tanggal 14 Juli 1945. Agenda sidang BPUPKI kali ini membahas tentang
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan Indonesia,
rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara,
serta pendidengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini, anggota
BPUPKI dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang
terbentuk itu antara lain adalah: Panitia Perancang Undang-Undang Dasar
(diketuai oleh Ir. Soekarno), Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai oleh Raden
Abikusno Tjokrosoejoso), dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs.
Mohammad Hatta).
Pada tanggal 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar,
yang diketuai oleh Ir. Soekarno, membahas pembentukan lagi panitia kecil di
bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang
Dasar, yang beranggotakan 7 orang yaitu sebagai berikut :
1. Prof. Mr. Dr. Soepomo (ketua panitia kecil)
2. Mr. KRMT Wongsonegoro (anggota)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
5. Mr. Raden Panji Singgih (anggota)

6. Haji Agus Salim (anggota)


7. Dr. Soekiman Wirjosandjojo (anggota)
Pada tanggal 13 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar,
yang diketuai oleh Ir. Soekarno, membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya,
yang tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang
beranggotakan 7 orang tersebut.
Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang pleno BPUPKI menerima laporan panitia
Perancang Undang-Undang Dasar, yang dibacakan oleh ketua panitianya sendiri,
Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut membahas mengenai rancangan UndangUndang Dasar yang di dalamnya tercantum tiga masalah pokok yaitu :
1. Pernyataan tentang Indonesia Merdeka
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar
3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan
sebagai "Undang-Undang Dasar 1945", yang isinya meliputi :

Wilayah negara Indonesia adalah sama dengan bekas wilayah


Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara
(sekarang adalah wilayah Sabah dan wilayah Serawak di negara
Malaysia, serta wilayah negara Brunei Darussalam), Papua, TimorPortugis (sekarang adalah wilayah negara Timor Leste), dan pulaupulau di sekitarnya,

Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,

Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik,

Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,

Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.

Konsep proklamasi kemerdekaan negara Indonesia baru rencananya akan disusun


dengan mengambil tiga alenia pertama "Piagam Jakarta", sedangkan konsep
Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat "Piagam
Jakarta". Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang
BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam, Syariat Islam, dalam negara Indonesia
baru. "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" pada akhirnya disetujui dengan
urutan dan redaksion yang sedikit berbeda.
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan. Setelah BPUPKI dibubarkan,
maka untuk menangani tugas selanjutnya dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) yang dalam bahsa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Iinkai
pada tanggal 7 Agustus 1945,dengan tugas melanjutkan pekerjaan BPUPKI dan
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan kemerdekaan
atau pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada Indonesia, yang diketuai oleh Ir.
Sukarno dengan wakilnya Drs. Moh. Hatta dan sebagai penasehatnya adalah
Mr.Ahmad Subardjo. Mereka yang diangkat sebagai anggota PPKI terdiri atas
tokoh tokoh nasionalis diberbagai daerah.

Tanggal 6 Agustus 1945 -- 2 bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang,


Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan Jepang
menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan
oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Tanggal 7 Agustus 1945 -- BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

II.

PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA

PPKI memiliki kepanjangan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, tujuan


dibentuknya panitia ini adalah untuk mempersiapkan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Sebelumnya juga telah dibentuk BPUPKI, namun karena menurut

jepang BPUPKI terlalu cepat dalam mengambil keputusan mengenai


kemerdekaan Indonesia maka dibubarkan. Baru kemudian dibentuk PPKI
tepatnya pada tanggal 7 Agustus 1945 dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.

IV.

MENJELANG KEMERDEKAAN

Tanggal 9 Agustus 1945 -- Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat


diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan
bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan
kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
Tanggal 10 Agustus 1945 -- Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah
mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para
pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan
menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir
memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki
dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah.
Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu
terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para
pendukung Syahrir.
Tanggal 11 Agustus 1945 -- Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan dalam beberapa hari.
Tanggal 14 Agustus 1945 -- Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah
air dari Dalat (250 km di sebelah timur laut dari Saigon), Syahrir mendesak agar
Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil
pertemuan di Dalat sebagai tipu busuk Jepang, karena Jepang setiap saat sudah
harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu
nasionalis, antara yang anti dan pro dengan Jepang. Hatta menceritakan kepada
Sjahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan
bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka
akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah
dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. Soekarno belum
yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI
saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat
sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap, Soekarno mengingatkan

Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu


adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Tanggal 15 Agustus 1945 -- Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan
Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji
akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Setelah
mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, Soekarno dan Hatta
mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di
kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana
Maeda, di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan
ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum
menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari
Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan
harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.
Tanggal 16 Agustus 1945 -- Gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan
kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir.
Pada siang hari mereka berkumpul di rumah Hatta, dan sekitar pukul 10 malam di
rumah Soekarno. Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera
memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul pengambilalihan
kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk memproklamasikan
kemerdekaan pada 16 Agustus.

PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Berita peristiwa pemboman kota Hirosima pada tanggal 6 Agustus 1945 serta
Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945, disusul jepang menyerahkan diri kepada
sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, meskipun berita tersebut di tutupi, pada
akhirnya sampai juga kepada telinga pada pemuda melalui siaran radio BBC di
Bandung. Hal ini memperkuat tekada dan semangat para pemuda untuk segera
bergerak memproklamirkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Setelah mendengar kekalahan Jepang tersebut, tanggal 15 Agustus 1945 para


pemuda berkumpul diruang belakang gedung Bakteriologi, Jalan Pegangsaan
Timur no.13, Jakarta, dibawah pimpinan Chaerul Saleh. Pertemuan ini
membahas kekalahan Jepang dan persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Hasil keputusannya adalah bahwa kemerdekaan Indonesia adalah masalah bangsa
Indonesia sendiri yang tidak dapat digantungkan pada bangsa lain. Oleh karena itu
proklamasi kemerdekaan harus dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Para pemuda segera mengirimkan utusan (Wikana dan Darwis) untuk segera
menghadap Ir. Soekarno dan Moh. Hatta agar segera menyampaikan hasil rapat
tersebut. Namun kedua tokoh tersebut menolak gagasan para pemuda dengan
alasan Jepang masih bersenjata lengkap dan mempunyai tugas untuk memelihara
status quo sebelum pasukan sekutu datang ke Indonesia. Selain itu, SoekarnoHatta baru akan membicarakan masalah kemerdekaan Indonesia dalam sidang
PPKI pada tangal 16 Agustus 1945.
Namun kedua tokoh ini menolak gagasan pemuda tersebut dengan alasan Jepang
masih bersenjata lengkap dan mempunyai tugas memelihara status quo sebelum
pasukan sekutu datang ke Indonesia. Selain itu Soekarno-Hatta baru akan
membicarakan masalah kemerdekaan Indonesia dalam sidang PPKI tanggal 16
Agustus 1945.
Wikana dan Darwis melaporkan hasil pembicaraan dengan Soekarno-Hatta
kepada para pemuda yang telah berkumpul di Asrama Menteng 31 pada pukul
24.00 wib. Para pemuda tersebut antara lain Chaerul Saleh, Yusuf Kunto,
Surachmat, Johan Nur, Singgih, Mandani, Sutrisno, Sampun, Subadio,
Kusnandar, Abdurrahman dan Dr. Muwardi.
Setelah para pemuda mendengar hasil laporan tersebut, para pemuda merasa
kecewa sehingga suasana rapat menjadi panas. Akhirnya diputuskan perlunya
untuk mengamankan Soekarno-Hatta keluar kota yang jauh dari pengaruh Jepang.
Persoalan Soekarno-Hatta selanjutnya diserahkan kepada Syudanco Singgih dan

kawan-kawan dari Peta Jakarta.


Dalam melaksanakan tugasnya, Syudanco Singgih didampingi Sukarni dan Yusuf
Kunto. Menurut Singgih Soekarno-Hatta akan dibawa ke Rengasdengklok sebagai
tempat untuk mengamankan Soekarno-Hatta dengan alasan:
1. Rengasdengklok dilatar belakangi laut Jawa, sehingga jika ada serangan dari
tentara Jepang dapat segera pergi melalui laut.
2. Didaerah sekitar Rengasdengklok, di Purwakarta, Cilamaya (barat), Kedung
Gedeh (selatan), dan Bekasi (Timur) telah siap pasukan Peta untuk menjaga segala
kemungkinan.
Setelah rapat selesai, dengan mengendarai mobil, Singgih bersama Sutrisno,
Sampun dan Surachmat menuju rumah Ir. Soekarno dan menjemput Moh. Hatta
untuk membawa mereka beserta keluarga ke Rengasdengklok.
Setelah sampai di rengasdengklok, Soekarno-Hatta tetap tidak bersedia
menyatakan kemerdekaan sebelum ada surat pernyataan resmi menyerah dari
Jepang. Namun ditengah perdebatan itu, Ahmad Subarjo muncul dan
memberitahukan kepada Soekarno-Hatta bahwa Jepang memang telah menyerah
kepada sekutu. Mendengar kabar itu, Soekarno-Hatta akhirnya bersedia
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Selanjutnya, diadakan perundingan dengan kelompok pemuda dan Ahmad
Subarjo memberikan jaminan kepada para pemuda bahwa Soekarno-Hatta akan
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta.
Setelah tercapai, pada sore harinya Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta bersama
Ahmad Subarjo dan Sudiro.

PERUMUSAN TEKS PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK


INDONESIA
Sekitar pukul 02.00 wib dini hari, soekarno-Hatta tiba di Jakarta. Atas usaha
Ahmad Subarjo diperoleh sebuah tempat, yaitu dirumah Laksamana Muda
Tadashi Maeda, seorang perwira Jepang dengan jabatan Wakil Komandan
Angkatan Laut Jepang di Jakarta. Rumah tersebut terletak dijalan Imam Bonjol
No.1 Jakarta Pusat. Tempat tersebut dianggap sebagai tempat paling aman dari
ancaman pemerintah militer.
Sebelum Soekarno-Hatta merumuskan teks Proklamasi, ia menghadap dulu
Jendral Nishimura yang menyatakan bahwa Jepang tetap akan mempertahankan
kekuasaannya di Indonesia. Soekarno-Hatta akhirnya memutuskan untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan Jepang. Mereka
kemudian menuju rumah laksamana Muda Tadashi Maeda. Disana ternyata telah
berkumpul para pemuda dan beberapa tokoh PPKI. Ketika para pemimpin
nasional sedang merumuskan teks proklamasi. Laksamana muda Tadashi Maeda
mengundurkan diri dan pergi keruang tidurnya. Sementara itu datang orang
kepercayaan Nishimura, yaitu Miyosi bersama Sukarni, Sudiro dan B.M. Diah
menyaksikan Soekarno-Hatta dan ahmad Subarjo merumuskan naskah teks
proklamasi.
Setelah selesai dirumuskan, Ir. Soekarno membacakan naskah teks proklamasi
dihadapan hadirin. Moh. Hatta menyarankan agar semua yang hadir
menandatanganinya. Namun, usul ini ditentang golongan muda. Sukarni
kemudian mengusulkan agar naskah tersebut hanya ditandatangani oleh SoekarnoHatta atas nama bangsa Indonesia. Usul tersebut diterima oleh semua pihak. Ir
Soekarno kemudian meminta Sayuti Melik untuk mengetiknya.
Setelah diketik naskah teks Proklamasi mengalami beberapa perbaikan, yaitu
mengubah kata tempoh menjadi tempo, wakil bangsa Indonesia menjadi atas
nama bangsa Indonesia, Djakarta 17-8-05 menjadi Djakarta hari 17 boelan 8

tahoen 05. Naskah yang telah diketik kemudian ditandatangani oleh SoekarnoHatta atas nama bangsa Indonesia.
Selanjutnya, Sukarni mengusulkan agar naskah proklamasi kemerdekaan
dibacakan didepan massa di lapangan Ikada. Namun usul tersebut ditolak karena
Ir. Soekarno menganggap lapangan Ikada adalah lokasi yang bisa menimbulkan
bentrokan antara rakyat dan pihak militer Jepang. Ir. Soekarno kemudian
menyarankan dirumahnya di jalan Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta. Saran ini
disetujui semua pihak.

V.

PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

Pada waktu fajar tanggal 17 Agustus 1945, para perumus teks proklamasi baru
keluar dari rumah laksamana Maeda. Beberapa jam berikutnya, mereka
berkumpul kembali dikediaman Soekarno untuk melaksanakan upacara
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Orang-orang kemudian sibuk mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan untuk upacara.
Sudiro, Sekretaris Ir. Soekarno menugasi S. Suhud (Komandan pengawal rumah
Bung Karno dan pemimpin barisan pelopor) agar menyiapkan tiang bendera dari
bambu. Bendera merah putih yang dijahit ibu Fatmawati telah disiapkan. Pasukan
PETA dibawah komandan Syudanco Latief Hendraningrat dan Syudanco
Abdurrahman, dengan senjata lengkap telah berjaga disekitar rumah tersebut.
Menjelang pukul 10.00, tokoh-tokoh nasional telah hadir ditempat upacara.
Diantaranya Dr. Buntaran, M. Sam Ratulangi, A.A. Maramis, Ki Hajar
Dewantara, K.H. Mas Mansyur, Mr. Sartono, S.K. Trumurti, M. Tabrani, Dr.
Muwardi, Sayuti Melik, A.G. Pringgodigdo, Pandu Kartawiguna dan para tokoh
pemuda.
Para hari Jumat, bulan Ramadhan tanggal 17 Agustus 1945, tepat pukul 10.00

wib dilaksanakan upacara Proklamasi kemerdekaan indonesia dengan susunan


acara :
a. Pembacaan teks Proklamasi.
b. Pengibaran bendera merah putih.
c. Sambutan walikota Jakarta Suwirjo dan Dr. Muwardi.
Dengan suara yang mantap, Ir. Soerkarno menyampaikan pidato pendahuluan
yang singkat dilanjutkan dengan membacakan teks proklamasi kemerdekaan.
Setelah pembacaan proklamasi, Syudanco Latief Hendraningrat mengerek
bendera merah putih diiringi lagu Indonesia raya oleh seluruh peserta upacara.
Upacara kemudian ditutup dengan sambutan walikota Jakarta Suwirjo dan Dr.
Muwardi. Setelah itu para hadirin berpelukan dan kemudian menyalami Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta. Dengan proklamasi kemerdekaan itu, berakhirlah
penjajahan Jepang di Indonesia selama kurang lebih 3,5 tahun.

VI.

SETELAH MERDEKA
HASIL SIDANG PPKI SETELAH MERDEKA

Setelah dibentuknya PPKI maka dilangsungkan beberapa sidang dengan beberapa


hasil sebagai beikut. Sidang tersebut dilakukan selama 3 kali yaitu pada tanggal
18, 19, dan 22 Agustus 1945 dengan hasil sidang PPKI sebagai berikut.
Hasil Sidang PPKI 18 Agustus 1945
1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai
wakil
3. Dibentuk Komite Nasional untuk membantu tugas Presiden sementara,
sebelum dibentuknya MPR dan DPR.
Sidang PPKI 19 Agustus 1945
1. Pembagian wilayah, terdiri atas 8 provinsi.
2. Membentuk Komite Nasional (Daerah).

3. Menetapkan 12 departemen dengan menterinya yang mengepalai


departemen dan 4
menteri negara.
Sidang PPKI ke-3 22 Agustus 1945
1. Pembentukan Komite Nasional.
2. Membentuk Partai Nasional Indonesia.
3. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1942-1945)
https://arifashkaf.wordpress.com/2014/10/07/sejarah-perjuangan-kemerdekaanindonesia-proklamasi-dan-perumusan-pancasila-dasar-filsafat-negara-uud-1945/
http://studisolution.com/peristiwa-penting-menjelang-proklamasi-kemerdekaan/

https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Penyelidik_Usaha_Persiapan_Kemerdekaan_
Indonesia
http://www.markijar.com/2016/10/4-peristiwa-penting-menjelang.html
http://www.mediapustaka.com/2014/05/sejarah-masuknya-jepang-kewilayah.html

MAKALAH
MASUKNYA JEPANG KE INDONESIA

Disusunoleh :
Restu Purbantoro
410016060
Geologi 01

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2016

Anda mungkin juga menyukai