Anda di halaman 1dari 3

Ferditya Maulana Haq / Teknik Lingkungan - 19513245

IRLA / B

Tugas IRLA

1. Konsep IRLA dalam Al-Quran dan Hadist!


2. Integritas Islam dalam sains, Hukum mempelajari sains menurut para ulama!
3. Memahami konsep berilmu amaliyah dan beramal ilmiyah!

Jawab:

1. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW untul mengatur
hubungan dengan Allah dan antar sesamanya. Islam Rahmatan Lil’Alamin itu sendiri memiliki
arti yang sangat mendalam, yaitu Kasih Sayang Terhadap Alam Semesta, sebagai bentuk rahmat
dan rasa kasih sayang Allah SWT, karunia dan nikmat yang diberikan kepada makhluknya di
seluruh alam semesta. Tujuan nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak dan
menyebarkan Rahmat dari Allah kedapa seluruh alam semester. Sehingga Pada Al-Quran sendiri
Allah berfirman yang terdapat pada surah Qs Al-Anbiya [21]: 107 yang dimana berbunyi:
َ ‫ناک اِالَّ َر ْح َمهً لِ ْلعالَ ِم‬
«‫ین‬ َ ‫س ْل‬
َ ‫»و ما اَ ْر‬
َ
Yang artinya:
“Dan tiadalah Kami mengutusmu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Tidak hanya kepada sesame muslim saja kita berbuat kebajikan tetapi juga sesama manusia atau
non-muslim yang sesuai dengan Hadist berikut ini:
2. Sebagaimana yang kita ketahui, hukum mempelajari ilmu agama (ilmu syar’i) adalah
kewajiban atas setiap muslim (fardhu ‘ain). Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,

ْ ‫يضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم‬


‫سلِ ٍم‬ َ ‫ب ا ْل ِع ْل ِم فَ ِر‬
ُ َ‫طَل‬
“Menuntut ilmu (agama) itu wajib atas setiap muslim.”  (HR. Ibnu Majah no. 224. Dinilai
shahih oleh Syaikh Al-Albani)

Ilmu syar’i adalah ilmu tentang agama Allah Ta’ala, yaitu ilmu yang bersumber dari
kitabullah (Al-Qur’an) dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (As-Sunnah).
Lalu bagaimana dengan menuntut Ilmu Duniawi atau Sains?
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullahu Ta’ala:

“Ilmu-ilmu tersebut tidaklah termasuk dalam ilmu agama (tafaqquh fid diin). Karena
dalam ilmu-ilmu tersebut tidaklah dipelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Akan tetapi, ilmu
tersebut termasuk dalam ilmu yang dibutuhkan oleh umat Islam.

Oleh karena itu, sebagian ulama berkata,’Sesungguhnya mempelajari ilmu industri


(teknologi), kedokteran, teknik, geologi, dan semisal itu, termasuk dalam fardhu
kifayah. Bukan karena ilmu-ilmu tersebut termasuk dalam ilmu syar’i (ilmu agama yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, pen.), akan tetapi karena tidaklah maslahat
bagi umat (Islam) ini bisa terwujud kecuali dengan mempelajari ilmu-ilmu tersebut.

Oleh karena itu, aku ingatkan kepada saudara-saudaraku yang sedang mempelajari ilmu-
ilmu tersebut agar mereka niatkan untuk dapat memberikan manfaat bagi kaum
muslimin dan meningkatkan (derajat) umat Islam.”

Ilmu duniawi pada zaman peradaban muslim dahulu sangatlah maju, banyak para ahli
yang berasal dari Islam itu sendiri, salah satunya ialah Ibnu Sina ahli dalam bidang
kedokteran dan Al-Khawarizmi yang ahli dalam matematika serta rumusnya masih
digunakan sampai sekarang ini.

Kesimpulannya, hukum mempelajari ilmu duniawi (sains) sangat tergantung pada


tujuan, apakah untuk tujuan kebaikan atau tujuan yang buruk. Sehingga kita sebagai
muslimin haruslah meniatkan menuntut ilmu hanya untuk beribadah kepada Allah
semata.
3. Berilmu Amaliah
Sebagai mahasiswa yang merupakan salah satu elemen akademis formal dalam kancah
pendidikan, maka sekiranya harus bisa berfikir secara ilmiah. Maksudnya, berarti kita harus
membiasakan diri untuk berfikir secara radikal (mengakar), universal (menyeluruh) dan utuh,
sekaligus bisa menyampaikan (mentranformasikan) pemikiran kita secara gamblang dan detail,
sehingga bisa masuk akal ketika pemikiran ditangkap oleh oranglain, serta kita bisa
mempertanggungjawabkannya dengan cara pembuktian empiris melalui teori-teori yang
mendukung pemikiran kita.

Sebagai contoh, ketika kita ingin meyakinkan bahwa Al-Qur'an adalah sumber segala ilmu
pengetahuan. Maka kita harus bisa menjelaskannya secara ilmiah, dengan cara mengaitkan
pembuktian-pembuktian ilmiah (sains) yang telah diteliti dengan ayat-ayat yang menjelaskannya
di dalam Al-Qur'an. Sehingga orang di luar islam pun bisa memahami dan mempercayai
bahwasannya Al-Qur'an memanglah patut untuk dijadikan pedoman hidup manusia.

Beramal Ilmiah
Segala perbuatan (amal) apabila tujuannya bukan mencari atau mendapatkan ridho oleh Allah
Swt. Perlu diluruskan kembali, jangan-jangan amalnya hanya bertujuan untuk ujub, riya ataupun
sombong kepada manusia lainnya. Adanya amal yang berlandaskan hanya untuk ibadah kepada
Allah akan membuat apapun yang kita lakukan -baik dalam pengembangan diri menuju
perjuangan islam rahmatan lil'alamin maupun perjuangan dalam bela bangsa NKRI harga mati-
sebagai ladang pahala, sehingga tiada kesia-siaan apapun yang dilakukan oleh kita sebagai kader
pergerakan mahasiswa islam Indonesia.

Selaras dengan konsep kader ulul albab di atas, ada beberapa konsep lain dari penerjemahan
yang dilakukan oleh beberapa tokoh PMII di Wonosobo. Seperti yang seringkali disampaikan
oleh Sahabat Ali Nazilatul Furqan (Mantan Ketua Umum PMII Cabang Wonosobo) bahwasannya
pengamalan dan ciri-ciri kader ulul albab adalah 'berfikir radikal, bersikap moderat, selalu
mengupayakan tindakan kesalehan kolektif.'

Anda mungkin juga menyukai