TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Spina Bifida kira-kira muncul pada 1-2 dari 1000 kelahiran hidup,
tetapi bila satu anak telah menderita maka risiko untuk anak yang lain
menderita spina bifida mengingkat 2-3%. Seorang ibu yang memiliki
bayi menderita spina bifida, maka risiko hal ini terulang lagi pada
kehamilan berikutnya akan meningkat.
Kelainan ini sering kali muncul pada daerah lumbal atau lumbo-
sacral junction. tetapi juga dapat terjadi pada regio cervical dan thoraxal
meskipun dalam skala yang kecil.
Beberapa masalah yang paling sering muncul pada kasus spina bifida
adalah :
Arnold-Chair Malformasi, 90% kasus muncul bersamaan dengan
spina bifida dimana sebagian massa otak menonjol kedalam
rongga spinal.
Hydrocepalus, 70-90% biasanya juga muncul bersamaan dengan
spina bifida. Pada keadaan ini terjadi peningkatan berlebihan dari
Liquor Cerebrospinal.
Gangguan pencernaan dan gangguan kemih, dimana terjadi
gangguan pada saraf yang mempersarafi organ tersebut. Anak-
anak sering mengalami infeksi kronik atau infeksi berulang saluran
kemih yang disertai kerusakaan pada ginjal.
2.3 Anatomi
Gambar 1 :
Pada tahap awal pertumbuhan fetal korda spinalis ini mengisi sepanjang
canalis vertebra. Saat bayi lahir, korda spinalis ini memanjang kebawah
sampai ke atas bawah dari vertebra lumbar III. Pada akhir dewasa muda,
korda spinalis mencapai posisi seperti orang dewasa, dimana ia berhenti
setinggi discus intervertebra lumbar 1 dan lumbar 2. Tempat dimana
spinalis berakhir berubah seiring pertumbuhan karena columna
vertebralis bertumbuh lebih cepat dari pada korda spinalis. Panjang dari
korda spinalis secara keseluruhan adalah 70cm.
2.4 Etiologi
2.5 Embriologi
Perbandingan proses embriologi spinal cord normal dan spinal cord pada
spina bifida
Gambar 3:
Gambar 4:
Gambar 6:
Diambil dari kepustakaan
Gambar 7 :
Lipoma Spinal
b. Sinus dermal
Sinus dermal merupakan lubang terowongan (traktus) dibawah
kulit mulai dari epidermis menuju lapisan dalam, menembus
durameter dan sampai ke rongga subarakhnoid. Tampilan
luarnya berupa lesung atau dimple kulit yang kadang
mengandung sejumput rambut dipermukaanya dan kebanyakan
didaerah lumbal. Biasanya kelainan ini asimplomatic, namun
bila menembus durameter, sering menimbulkan meningitis
rekuren.
Gambar 8 :
Sinus Dermal
c. Lipomielomeningokel
Gambar 9:
Lipomeningokel
d. Diastematomielia
Diastematomielia merupakan salah satu manifestasi disrafisme
spinal yang jarang terjadi dan terdiri atas komponen-komponen:
- Terbelahnya medula spinalis menjadi dua hemikord.
Durameter dapat tetap satu atau memebentuk septa.
- Ada tulang rawan yang menonjol dari korpus vertebra dan
membelah kedua hemikord diatas.
- Lokasi diastematomielia biasanya didaerah thoraks atau
thorako-lumbar, dan juga biasanya ada abnormalitas
vertebra (hemivertebra). Ciri khas dari kelainan ini adalah
adanya sejumput rambut dari daerah yang ada
diastematimielia.
-
Gambar 11
Diastematomielia
a. Meningokel
Spina bifida jenis ini mengalami simple herniasi dari menings
melalui defek pada vertebra. Korda spinalis dan akar saraf tidak
ikut mengalami hemiasi melalui bagian dorsal dari dural sac.
Lesi yang timbul pada meningokel sangat penting untuk
dibedakan dengan myelomeningokel karena penanganan dan
prognosis nya sangat berbeda. Bayi yang lahir dengan
meningokel biasanya pada pemeriksaan fisis memberikan
gambaran yang normal. Bayi yang lahir dengan meningokel
tidak memiliki malformasi neurologic seperti hydrocepalus dan
Chiari II. Jenis ini merupakan bentuk yang jarang terjadi.
Patofisiologi :
Meningokel terbentuk saat meningens berherniasi melalui defek
pada lengkung vertebra posterior. Medula spinalis biasanya
normal, meskipun terlambat, ada siringomyelia, atau
diastematomia. Massa linea mediana yang berfluktuasi yang
dapat bertansluminasi terjadi sepanjang columna vertebralis,
biasanya berada dipunggung bawah. Sebagian besar
meningokel tertutup dengan baik dengan kulit dan tidak
mengancem penderita.
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan neurologis yang cermat sangat dianjurkan. Anak
yang tidak bergejala dengan pemeriksaan neurologis normal
dan keseluruhan tebal kulit menutup ningokel dapat menunda
pembedahan. Sebelum koreksi defek dengan pembedahan
penderita harus secara menyeluruh diperiksa dengan
menggunakan rontgengram sederhana, ultasoundgrafi, dan
tomografi komputasi (CT) dengan metrizamid atau resonansi
magnetic (MRI) untuk menentukan luasnya keterlibatan
jaringan saraf jika ada dan anomali yang terkait, termasuk
diastematomielia, medulla spinalis terlambat dan lipoma.
Penderita dengan kebocoran cairan cerebrospinal (CSS) atau
kulit yang menutup tipis harus dilakukan pembedahan segera
untuk mencegah meningitis. CT Scan kepala dianjrkan pada
anak dengan meningokel karena ada kaitannya dengan
hydrocepalus pada beberapa kasus. Meningokel anterior
menonjol kedalam pelvis melalui dfek pada sacrum. Gejala
konstipasi dan disfungsi kandung kemih berkembang karena
meningkatnya ukuran lesi. Penderita wanita menderita anomali
saluran genital terkait, termasuk pistula retrovalginal.
Rontegengenogram sederhana memperagakan defek pada
sacrum dan CT Scan atau MRI menggambarkan luasnya
meningokel.
Gambar 13:
Diambil dari keoustakaan
b. Myelomeningokel
Myelomeningokel adalah keadaan dimana terjadi herniasi korda
spinalis dan akar saraf membentuk kantung yang juga berisi
menings. Kantung ini berkortrusi melalui vertebra dan defek
muskuloskutaneus. Korda spinalis sering berakhir pada kantung
ini dan terbuka keluar ekspose dari kanalis sentralis pembukaan
dari struktur saraf tersebut diseebut neural placode. NTD tipe
ini adalah bentuk yang paling sering terjadi. Gangguan
neurologis seperti hydrocepalus dan malformasi Chiari II.
Sering kali menyertai myelomeningokel. Sebagai tambahan,
myelomingokel memiliki insiden yang tinggi sehubungan
dengan malformasi intestinal, jantung, dan esofagus, dan juga
anomali ginjal. Dan urogenital. Bayi yang lahir dengan
myelingokel memiliki orthopedic anomalis pada ekstremitas
bawah dan anomali pada urogenital melalui keterlibatan akar
saraf pada risiko sakral.
Tampak benjolan digaris tengah sepanjang tulang belakang
kebanyakan mielomeningokel berbentuk oval dengan sumbu
panjangnya berorientasi vertikal. Lokasi terbanyak adalah
didaerah torakolumbal dan frekuensi makin berkurang kearah
distal. Kadang mielomenimgokel disertai defek kulit atau
permukaan hanya dilapisi oleh selaput tipis. Kelainan
neurologik bergantung pada tingkat, letak, luas dan isi kelainan
tersebut, karena itu dapat berupa paraplegia, paraparesis,
monoparesis, inkotinensia urin dan alvi, gangguan sensorik
serta gangguan refleks.
Gambar 14 :
Mielomeningokel
Etiologi
Penyebab mielomeningokel masih diketahui, namun diduga ada
beberapa hal yang menyebabkan terjadinya mielomeningokel
antara lain
o Semua defek penutupan defek neuralis
o Faktor predisposisi genetic
o Risiko berulang pada yang pernah menderita sebelumnya
(meningkat sampai 3-4%)
o Pada dua kehamilan abnormal sebelumnya (meningkat
sampai 10%)
o Faktor nutrisi dan lingkungan
Penggunaan suplemen asam folat saat hamil pada ibu sangat
mengurangi insiden defek tuba neuralis pada kehamilan
beresiko. Agar efektif, penambahan asam folat harus
dimulai sebelum pembuahan dan dilanjutkan sampai paling
tidak minggu ke-12 kehamilan saat neuralis selesai.
o Penggunaan obat-obatan tertentu juga dikenal meningkatkan
risiko mielomeningokel.
Asam valporat, anti konvulsan menyebabkan defek tuba
neuralis pada sekitar 1-2 % kehamilan jika obat tersebut
diberika selama kehamilan.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang timbul menyebabkan disfungsi
banyak organ dan struktur, termasuk tulang, kulit dan
saluran genitourinari, disamping sistem saraf perifer dan
sentral. Pada 75% kasus, meningomielokel terjadi pada
daerah lumbosakral,. Luas dan gangguan neurologis
tergantung pada lokasi mielomeningokel.
Lesi pada daerah sakrum bawah menyebabkan
inkontinensia usus besar dan kandung kencing dan disertai
dengan anastesi pada daerah perineum namun tanpa
gangguan fungsi motorik. Bayi baru lahir dengan defek pada
daerah lumbal tengah secara khas memiliki struktur kistik
seperti kantong yang ditutup oleh lapisan tipis jaringan yang
sebagian terepitelisasi. Sisa jaringan saraf dapat terlihat
dibawah membrane yang kadang-kadang robek dan CSS
bocor.
Pemeriksaan bayi merupakan paralisis flaksid pada
tungkai bawah, tidak adanya reflek tendon dalam, tidak ada
respon terhadap sentuhan dan nyeri, dan tinggi insiden
kelainan postur tungkai bawah (termasuk kaki dan
subluksasi pinggul).
Inkontinensia urin dan relaksasi sfingter ani mungkin
nyata. Dengan demikian, mielomeningokel pada daerah
lumbal tengah cenderung menghasilkan tanda neuron motor
bawah karena kelainan dan kerusakan konus medularis. Bayi
dengan mielomeningokel secara khas memiliki peningkatan
defisit neurologis setelah mielominingokel bergerak naik ke
daerah thoraks. Namun, dengan mielomeningokel didaerah
thoraks atas atau daerah servikal biasanya memiliki defisit
neurologis yang sangat minim dan pada kebanyakan kasus
tidak mengalami hydrocepalus.