Anda di halaman 1dari 4

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BALAI BESAR METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH II


STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG
Bandar Udara Depati Amir – Bangka, PangkalPinang 33171 P.O. BOX. 192
BMKG
Telp. (0717) 436894 Facs. (0717) 432060
e–mail : bmg_pkp@yahoo.co.id

I. Analisis Synoptik
1. Analisis Streamline

Streamline 3000 feet 23 Februari 2016 tanggal 08 jam 00 UTC

Dari peta streamline di atas, pola angin dengan ketinggian 3000 feet pada tanggal 32
Februari 2016 jam 00 UTC menunjukkan adanya arus massa udara dengan kecepatan tinggi
dari Laut Cina Selatan. Arus ini kemudian berbelok di atas ekuator dan membentuk area shear
mulai dari wilayah Kalimantan barat hingga wilayah Kepulauan Bangka Belitung. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya konvergensi dan potensi pertumbuhan awan khususnya awan
konvektif di wilayah-wilayah tersebut. Potensi pertumbuhan awan konvektif juga terdapat di
sekitar laut Jawa. Hal ini ditunjukkan adanya pertemuan arus masa udara dari BBU dan BBS
di Laut Jawa.
2. Analisis Suhu Muka Laut

Gambar Suhu muka laut berdasarkan data analisis 21 Februari dan anomal 22 Februari 2016

Kondisi suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia termasuk Pulau Bangka
pada tanggal 21 Februari 2016 berkisar antara 27 C hingga 31 C. Suhu muka laut yang
hangat mengindikasikan pasokan uap air yang lebih banyak. Hal tersebut berpotensi
meningkatkan terjadinya pembentukan awan-awan konvektif sehingga berpotensi
menyebabkan terjadinya hujan. Nilai anomali suhu muka laut tanggal 22 Februari 2016 di
wilayah perairan Indonesia secara umum merata, termasuk Pulau Bangka sebesar 0.5 – 2.0
terhadap normalnya hal ini menunjukan kondisi suhu muka laut berada pada nilai diatas
normalnya. Kondisi ini juga memberikan andil dalam proses pembentukan awan-awan
konvektif di wilayah Pulau Bangka sehingga total curah hujan meningkat.

3. Analisis MJO dan OLR

MJO (Madden Julian Oscilasion) merupakan salah satu gangguan cuaca yang dapat
mempengaruhi intensitas hujan di Indonesia jika MJO sedang aktif di wilayah Indonesia.
MJO terakhir terpantau hingga tanggal 22 Februari 2016 berada pada fase 7 dengan dominasi
sifat kuat pada perambatannya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa MJO tidak aktif di
wilayah Kepulauan Indonesia. Hal tersebut juga dapat dilihat melalui peta prediksi OLR
tanggal inisiasi (22 Februari 2016) yang menampilkan warna coklat gelap di wilayah
Indonesia khususnya bagian barat termasuk Kepulauan bangka Belitung. Sehingga dapat
dikatakan pada tanggal-tanggal tersebut, MJO tidak berperan dalam kejadian hujan lebat di
beberapa wilayah Indonesia bagian barat termasuk di Pulau Bangka.

4. Analisis Cold Surge

Perbedaan tekanan antara daratan Asia lintang menengah dengan wilayah Indonesia
bagian utara memberikan pengaruh pada kondisi tekanan udara di sekitar pulau Sumatera dan
pulau Bangka. Kondisi ini dapat diidentifikasi melalui perbedaan tekanan antara Gushi
(China) dan Hongkong ketika mencapai nilai 10 mb atau lebih. Pada tanggal 21 dan 22
Februari 2016 perbedaan tekanan sebesar 5 hingga 12 mb. Dilihat dari peta angin tanggal 22
dan 23 Februari, arah angin berasal dari utara. Kondisi mengindikasikan adanya massa udara
dingin yang berasal dari wilayah bertekanan tinggi di lintang menengah bergerak masuk ke
wilayah Sumatera dan Pulau Bangka. Aliran udara dingin masuk ke Indonesia termasuk Pulau
Bangka dan berinteraksi dengan massa udara di sekitar khatulistiwa yang pada umumnya
hangat. Sehingga menyebabkan pertumbuhan awan-awan yang sangat aktif dan
meningkatkan intensitas curah hujan.

Dari peta kontur MSLP tanggal 19 hingga 21 Februari di atas, dapat terlihat adanya
pusat tekanan tinggi di lintang menengah dengan nilai maksimum 1035 mb. Wilayah
bertekanan tinggi bergerak meluas ke arah selatan yang dapat ditunjukkan oleh kontur
tekanan 1015 mb (warna biru) yang semakin bergerak ke arah selatan. Meskipun tekanan
udara di wilayah Indonesia sendiri tidak mengalami peningkatan yang signifikan namun
massa udara udara dingin masuk ke Sumatera dan sekitarnya termasuk Pulau Bangka. Surge
dengan intensitas sedang ini ikut berperan ditambah dengan terbentuknya belokan angin
(shearline) yang cukup tajam di atas wilayah Pulau Bangka mengakibatkan terbentuknya
awan-awan konvektif dan hujan lebat.

Anda mungkin juga menyukai