Anda di halaman 1dari 71

Usulan Teknis

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


Updating Data Base dan Survey Kondisi Jalan Jembatan
Kabupaten Seluma

[B
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

PENDEKATAN DAN
METODOLOGI

]
B.1

B.1.1
Tanggapan Terhadap KAK

Latar Belakang

Salah satu keberhasilan pembangunan di suatu wilayah adalah tersedianya sarana dan
prasarana transportasi yang baik di daerah tersebut. Selain berperan dalam menunjang
kelancaran kegiatan sosial ekonomi juga akan menunjang perkembangan fisik di daerah yang
bersangkutan. Kabupaten Seluma dengan visi Percepatan Pembangunan Daerah di desa dan
jasa yang mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik pertumbuhan penduduknya
maupun sarana dan prasarana daerah yang dimilikinya.

Untuk mendukung visi dan misi tersebut maka Pemerintah Kabupaten Seluma selalu berupaya
untuk memberikan layanan yang terbaik kepada warganya yang salah satu diantaranya pada
sarana dan prasarana transportasi. Untuk lebih mengoptimalkan kegiatan baik pembangunan,
peningkatan serta pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi maka Pemerintah
Kabupaten Seluma melalui Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang memandang perlu
adanya perencanaan yang sistematis dan tepat guna pada kegiatan tersebut di atas, dengan
harapan agar didapat hasil perencanaan matang yang memenuhi persyaratan dan kaidah-
kaidah teknis dan dapat diaplikasikan di lapangan sebagai bagian dari kegiatan pembangunan
transportasi yang berkualitas untuk mendukung geliat dan mobilisasi perekonomian
masyarakat Kabupaten Seluma.

Pendekatan dan Metodologi 1


Usulan Teknis

Dalam perspektif pengembangan wilayah, agar pusat kegiatan dan fungsi ruang dapat
beraktifitas dengan baik harus dihubungkan oleh sistem transportasi yang memadai. Sistem
transportasi wilayah tersusun dengan hadirnya jaringan jalan sebagai prasarana yang menjadi
kebutuhan bagi bergeraknya kendaraan. Jalan berfungsi menjadi prasarana yang
memungkinkan alat transportasi bergerak menghubungkan secara spasial antara berbagai titik
atau lokasi dalam suatu wilayah.

Mutu jaringan jalan mencakup kualitas dan kuantitas jalan. Kualitas jalan diukur dari kualitas
konstruksi. Kualitas ini mencakup berbagai standar struktur, material, daya dukung, dimensi,
permukaan, dan geometrinya. Kuantitas jalan mencakup panjang jaringan jalan dalam suatu
wilayah. Semakin baik kualitas dan kuantitas jalan, akan semakin baik pula perannya dalam
menjamin kelancaran pergerakan kendaraan yang membawa barang dan jasa dari tempat asal
ketujuan. Distribusi dan pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat, yang pada gilirannya
kesejahteraan masyarakat akan semakin tinggi.

Menyadari hal tersebut, Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten Seluma
khususnya Bidang Bina marga menyadari pentingnya data lengkap jalan kabupaten yang
mutakhir. Database jalan yang pernah dimiliki oleh Bidang Binamarga disusun beberapa tahun
lalu, dan dengan berjalannya waktu terjadi banyak perubahan dan penyesuaian keadaan kondisi
jalan pada saat ini, sehingga sudah kadaluwarsa; oleh karenanya database perlu di-update.

Database adalah kompilasi data dasar tentang potensi dan masalah yang tersimpan secara
sistemik dalam system informasi berbasis GIS. Database ini mencakup nama jalan, panjang,
dimensi, kondisi teknis, dan kualitasnya. Database yang akan disusun dengan system ini akan
mampu menjadi alat manajemen pembangunan jalan, yang memberikan informasi, melakukan
updating, melakukan pencarian, dan memudahkan untuk presentasi.

Menyadari pentingnya database jalan tersebut, Pemerintah Kabupaten Seluma melalui Dinas
Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang telah menyediakan anggaran dalam APBD Tahun 2021.
Dalam anggaran yang tersedia tersebut, Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
Kabupaten Seluma melalui kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi, akan menyusun
database jalan Kabupaten Seluma.

Pendekatan dan Metodologi 2


Usulan Teknis

Tanggapan :

Latar belakang dalam pekerjaan Updating Data Base dan Survey Kondisi Jalan Jembatan di
Kabupaten Seluma cukup jelas. Untuk mewujudkan visi dan misi Kabupaten Seluma dalam
percepatan pembangunan daerah di desa dan jasa yang mengalami perkembangan yang sangat
pesat, baik pertumbuhan penduduknya maupun sarana dan prasarana daerah yang dimilikinya,
maka Pemerintah Kabupaten Seluma selalu berupaya untuk memberikan layanan yang terbaik
kepada warganya salah satu diantaranya pada sarana dan prasarana transportasi.

Keberadaan jaringan jalan yang memiliki segi kualitas dan kuantitas yang sangat baik akan
semakin baik pula perannya dalam menjamin kelancaran pergerakan kendaraan yang membawa
barang dan jasa dari tempat asal ketujuan sehingga distribusi dan pertumbuhan ekonomi akan
semakin meningkat, yang pada gilirannya kesejahteraan masyarakat akan semakin tinggi.

Oleh karena itu, Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten Seluma khususnya
Bidang Bina Marga memerlukan adanya database mengenai nama jalan, panjang, dimensi,
kondisi teknis, dan kualitasnya jalan yang terbaru / ter-update sehingga dapat mengetahui
potensi dan masalah yang tersimpan secara sistemik dalam sistem informasi berbasis GIS.
Database ini akan mampu menjadi alat manajemen pembangunan jalan, yang memberikan
informasi, melakukan updating, melakukan pencarian, dan memudahkan untuk presentasi.

B.1.2 Maksud dan Tujuan

1. Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini merupakan petunjuk bagi konsultan perencana yang
memuat masukan, azas, kriteria, keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan
diperhatikan serta diinterprestasikan ke dalam pelaksanaan tugas teknis jaringan jalan di
Kabupaten Seluma.
2. Maksud kegiatan ini adalah melakukan penguatan database dan survey Kondisi Jalan di
kabupaten Seluma. Penguatan yang dimaksud adalah menyempurnakan dokumen data
jalan yang sudah dimiliki, melakukan updating data kondisi jalan, dan memetakan dalam
GIS.
3. Tujuan dari pekerjaan ini adalah tersedianya sistem informasi database jaringan Jalan yang
dapat menjadi acuan dasar penetapan perencanaan pembangunan jaringan Jalan secara
cepat dan tepat sehingga dapat mendukung peningkatan/pengembangan sistem jaringan
jaringan Jalan Kabupaten Seluma.
4. Muatan teknis dari perkerjaan ini yaitu untuk memberikan informasi secara detail tentang
kondisi, status, fungsi dan ruas-ruas jaringan - jaringan Jalan Kabupaten Seluma.

Pendekatan dan Metodologi 3


Usulan Teknis

Tanggapan :

Maksud dan tujuan dalam pelaksanaan pekerjaan ini cukup jelas. Maksud dari pekerjaan ini
adalah menyempurnakan dokumen data jalan yang sudah ada, melakukan updating data kondisi
jalan yang dituangkan dalam bentuk pemetaan GIS. Sedangkan tujuan dari pekerjaan ini yaitu
tersedianya sistem informasi database jaringan jalan yang dapat menjadi acuan dasar penetapan
perencanaan pembangunan jaringan jalan secara cepat dan tepat sehingga dapat mendukung
peningkatan/pengembangan sistem jaringan jaringan Jalan Kabupaten Seluma.

B.1.3 Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai sebagai hasil dari layanan jasa konsultansi ini adalah sebagai
berikut :

1. Tersusunnya dokumen Database Jaringan Jalan Jembatan di Kabupaten Seluma.


2. Tersedianya informasi secara detail yang memuat kondisi, status, fungsi dan ruas jaringan
infrastruktur jaringan Jalan Jembatan Kabupaten Seluma.
3. Sistem informasi database ruas jaringan Jalan Jembatan dengan kemampuan penyajian
standar penguatan data base jalan
4. Kemampuan import dan export database peta dan datasheet file.
5. Mendapatkan hasil yang optimal, dimana data mudah diperoleh, dapat diperbaharui
(update) setiap saat, cepat, serta akurat baik untuk tahap pra rencana, perencanaan,
implementasi, monitoring serta pengendalian.

Tanggapan :

Sasaran yang hendak dicapai dalam pekerjaan ini terdiri dari lima poin yang telah dijelaskan
didalam KAK dan dapat dipahami dengan jelas oleh tim konsultan.

B.1.4 Lokasi Kegiatan

Lokasi yang direncanakan untuk Pekerjaan Updating Database Dan Survey Kondisi Jalan
Jembatan ini berada di jaringan jalan Jembatan Kabupaten Seluma.

Tanggapan :

Lokasi kegiatan pekerjaan Updating Database Dan Survey Kondisi Jalan Jembatan ini meliputi
seluruh jaringan jalan dan jembatan yang ada di Kabupaten Seluma.

Pendekatan dan Metodologi 4


Usulan Teknis

B.1.5 Sumber Pendanaan

A. Sumber Dana
Sumber Dana dari keseluruhan pekerjaan dibebankan pada Dana APBD Kabupaten Seluma
Tahun Anggaran 2021. Untuk pelaksanaan Pekerjaan ini diperlukan biaya kurang lebih
sebesar Rp. 500.000.000,- Sudah termasuk PPn 10%.
B. Biaya Perencanaan
1. Besar biaya pekerjaan perencanaan mengikuti usulan dari Pengguna Anggaran (PA) /
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten Seluma dan yang telah
di setujui oleh DPRD Kabupaten Seluma, yaitu :
a. Besar Biaya Konsultan Perencana merupakan Biaya Tetap dan Pasti termasuk
pajak-pajak yang harus dibayarkan.
b. Ketentuan pembiayaan dan pembayaran lebih lanjut mengikuti dan diatur dalam
surat perjanjian pekerjaan perencanaan/surat perintah kerja yang dibuat oleh
Pengguna Anggaran dan Konsultan Perencana.
2. Biaya pekerjaaan Konsultan Perencanaan dan Tata cara pembayaran diatur secara
Kontraktual setelah melalui tahapan proses pengadaan Konsultan Perencana sesuai
peraturan yang berlaku.
3. Pembayaran biaya Konsultan Perencana didasarkan pada prestasi kemajuan pekerjaan
perencanaan atau sesaui dengan Surat Perintah Kerja (SPK)/Kontrak.

Tanggapan :

Sumber dana pekerjaan Updating Database Dan Survey Kondisi Jalan Jembatan berasal dari dana
APBD Kabupaten Seluma Tahun Anggaran 2021 yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- dan sudah
termasuk PPn sebesar 10%.

B.1.6 Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen

1. Nama Pengguna Anggaran : Muhamad Saipullah, SE, ST


2. NIP : 19681114 198903 1 007
3. Satuan Kerja : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Seluma

Tanggapan :

Nama pejabat pembuat komitmen dalam pekerjaan Updating Database Dan Survey Kondisi Jalan
Jembatan yaitu Muhammad Saipullah, SE, ST selaku pengguna anggaran yang bertugas di Satuan
Kerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Seluma.

Pendekatan dan Metodologi 5


Usulan Teknis

B.1.7 Kualifikasi Badan Usaha

Kualifikasi Badan Usaha untuk pekerjaan ini adalah Jasa Survey Permukaan Tanah (SP 303) dan
Jasa Desain Rekayasa untuk Pekerjaan Teknik Sipil Transportasi (RE 104).

Tanggapan :

Kualifikasi Badan Usaha yang digunakan dalam pekerjaan ini sudah sesuai dengan judul kegiatan
pekerjaan yaitu Badan Usaha bidang Jasa Survey Permukaan Tanah (SP 303) dan Jasa Desain
Rekayasa untuk Pekerjaan Teknik Sipil Transportasi (RE 104).

B.1.8 Data dan Fasilitas Penunjang

1. DATA DAN FASILITAS PENUNJANG


a. Penyediaan oleh Pejabat Pembuat Komitmen
Pejabat Pembuat Komitmen menyediakan Tenaga Pendamping untuk kelancaran
pekerjaan.
b. Penyediaan oleh penyedia jasa
Semua fasilitas penunjang seperti kantor, alat kantor, alat ukur, komputer, kendaraan,
dll yang dibutuhkan konsultan dimasukkan dalam usulan biaya yang diajukan oleh
konsultan.
c. Data dasar
Data dasar yang dipakai adalah : Peta Wilayah Kabupaten Seluma dan Rencana Tata
Ruang Daerah Kabupaten Seluma.

Ringkasan mengenai informasi terkait yang telah diketahui seperti klasifikasi dan kondisi
jalan, kependudukan serta data-data lain yang dianggap perlu dapat berkonsultasi pada
instansi terkait.

2. ALIH PENGETAHUAN
Apabila dipandang perlu oleh Pengguna Anggaran, maka penyedia jasa harus mengadakan
pelatihan, kursus singkat, diskusi dan seminar terkait dengan substansi pelaksanaan
pekerjaan dalam rangka alih pengetahuan kepada staf dilingkungan organisasi Pejabat
Pembuat Komitmen.

Pendekatan dan Metodologi 6


Usulan Teknis

Tanggapan :

Sub bab mengenai data dan fasilitas penunjang serta alih pengetahuan dapat dipahami oleh tim
konsultan mulai dari penyediaan tenaga pendamping oleh Pejabat Pembuat Komitmen, fasilitas
penunjang yang disediakan oleh tim konsultan serta data dasar yang digunakan dalam pekerjaan
ini yaitu peta wilayah Kabupaten Seluma dan Rencana Tata Ruang Daerah Kabupaten Seluma.

Data-data pendukung lainnya yang dianggap perlu dapat berkonsultasi dengan instansi terkait.
Selain itu bila dianggap perlu oleh Pengguna Anggaran, maka penyedia jasa harus mengadakan
pelatihan, kursus singkat, diskusi dan seminar terkait dengan substansi pelaksanaan pekerjaan
dalam rangka alih pengetahuan kepada staf dilingkungan organisasi Pejabat Pembuat Komitmen.

B.1.9 Standar Teknis dan Referensi Hukum

1. STANDAR TEKNIS
Dalam hal melaksanakan Pekerjaan Penguatan Database Dan Survey Kondisi Jalan, daftar
referensi seperti tersebut di bawah ini ditetapkan dan dipakai sebagai dasar perencanaan,
referensi dimaksud adalah :
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2011 tentang Pedoman Teknis
Sistem Pengelolaan Database Jalan Provinsi dan Kabupaten/Kota
b. Tata Cara Survey Inventarisasi Jalan dan Jembatan Kota, No. 16/T/BNTK/1990
c. Petunjuk / Tata Cara Standar lainnya yang berhubungan.

Selain memperhatikan stá ndar teknis, juga harus memperhatikan Kriteria Umum Bangunan
disesuaikan berdasarkan fungsi dan Kompleksitas Bangunan, yaitu : Persyaratan
Peruntukan dan Intensitas, Persyaratan Struktur, Persyaratan Transportasi.

2. STUDI-STUDI TERDAHULU
Study yang pernah dilakukan pada masing-masing lokasi meliputi survey permulaan,
penentuan lokasi, pengukuran, inventarisasi bangunan yang telah ada dan perencanaan
teknis.
3. REFERENSI HUKUM
Dasar hukum pelaksanaan kegiatan Survey Kondisi Jalan Jembatan Kabupaten Seluma
adalah sebagai berikut :

Pendekatan dan Metodologi 7


Usulan Teknis

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59);
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas Dan
Angkutan Jalan;
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
5) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 376/KPTS/M/2004 Tahun 2004 tentang
Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional;
6) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 630/KPTS/M/2009 Tahun 2004 tentang
Penetapan Ruas Ruas Jalan Dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya Sebagai Jalan
Arteri, Jalan Kolektor 1, Jalan Kolektor 2, dan Jalan Kolektor 3;
7) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 78/PRT/M/2005 tentang Leger Jalan;
8) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2010 tentang Tata Cara Jalan
dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan;
9) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2010 tentang Pedoman
Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian-bagian Jalan dilaksanakan bagi para
Penyelenggara Jalan;
10) Peraturan Daerah Kabupaten Seluma Tata ruang dan wilayah.

Tanggapan :

Referensi yang digunakan dalam pekerjaan ini terdiri dari 10 referensi hukum yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya serta 3 daftar referensi standar teknis yang menjadi
dasar perencanaan dengan memperhatikan kriteria umum bangunan yang disesuaikan
berdasarkan fungsi dan komoleksitas bangunan. Selain itu studi-studi terdahulu yang pernah
dilakukan pada masing-masing lokasi dapat dijadikan referensi lainnya yang meliputi survey
permulaan, penentuan lokasi, pengukuran, inventarisasi bangunan yang telah ada dan
perencanaan teknis.

Pendekatan dan Metodologi 8


Usulan Teknis

B.1.10 Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan ini adalah meliputi seluruh jaringan sarana dan prasarana infrastruktur
jaringan Jalan yang ada di Kabupaten Seluma. Kegiatan kegiatan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pengumpulan data pendukung lainnya;


2. Melakukan pengumpulan data jaringan jalan yang mencakup jumlah Ruas Jalan
berdasarkan SK Jalan Kabupaten Seluma;
3. Melakukan penomoran ruas dan simpul jaringan Jalan di Kabupaten Seluma;
4. Melaksanakan survey lapangan yang meliputi antara lain :
a. Survey Inventarisasi Jaringan Jalan (SIJ)
b. Survey Kondisi Jalan (SKJ)
5. Melakukan analisa dan evaluasi data untuk mengetahui pola jaringan Jalan, meliputi
bangkitan dan tarikan, yang ada dan akan ada;
6. Melakukan data reduction dari data yang dikumpulkan agar sesuai atau kompetibel dengan
format sistem database yang ada;
7. Melakukan atau melaksanakan mapping untuk digunakan sebagai basis dari database
jaringan Jalan;
8. Melakukan penyusunan perangkat lunak untuk aplikasi database jaringan Jalan berupa
Sistem Informasi Geografis yang terintegrasi dan mudah dioperasikan (user friendly)
dengan Menampilkan data-data lengkap Jaringan jalan (panjang, lebar, nomor ruas, kondisi
jalan.
9. Melakukan pemasukan data secara manual;
10. Database konstruksi ini meliputi sekurang – kurangnya :
a. Seluruh ruas jalan hasil survey terkini;
b. Seluruh bangunan jaringan jalan;
11. Berisikan paling tidak informasi antara lain :
a. Peta sistem jaringan jalan nasional, provinsi, dan jalan dalam kota di Wilayah
Kabupaten Seluma.
b. Data teknis ruas jalan.
c. Data kondisi fisik ruas jaringan jalan dan jembatan yang dirinci sesuai dengan
nomenklatur yang ada yaitu ke dalam kategori baik, sedang, rusak ringan, dan rusak
berat dsb.

Tanggapan :

Pendekatan dan Metodologi 9


Usulan Teknis

Lingkup kegiatan yang harus dilakukandapat dipahami oleh tim konsultan yaitu meliputi seluruh
jaringan sarana dan prasarana infrastuktur jaringan jalan dan jembatan terdiri dari 11 poin
mulai dari pengumpulan data, melakukan survey, melakukan analisa dan evaluasi data hingga
melakukan data reduction dan melaksanakan mapping yang digunakan sebagai basis database
jaringan jalan dan jembatan.

B.1.11 Keluaran

Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan layanan jasa konsultasi ini adalah aplikasi yang
berisi database jaringan Jalan dan Jembatan yang selanjutnya entry data dan operasionalnya
dapat dilakukan oleh staff Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten Seluma.

Tanggapan :

Keluaran yang diharapkan dalam pekerjaan Updating Data Base dan Survey Kondisi Jalan
Jembatan Kabupaten Seluma ini adalah aplikasi yang berisi database jaringan jalan dan
jembatan yang selanjutnya entry data dan operasionalnya dapat dilakukan oleh staff Dinas
Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten Seluma.

B.1.12 Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas Dari Pengguna Jasa

Data dan fasilitas yang disediakan oleh Pengguna Jasa yang dapat digunakan dan harus
dipelihara oleh Penyedia Jasa :

a. Kumpulan Laporan dan data sebagai hasil study serta photografi


b. Akomodasi atau ruang kantor untuk asistensi/koordinasi
c. Staf Pengawas / Pendamping (yang sebelumnya telah ditunjuk oleh pengguna jasa)

Tanggapan :

Data dan fasilitas yang dapat digunakan oleh tim konsultan terdiri dari 3 item yaitu kumpulan
laporan dan data hasil studi serta photografi, akomodasi atau ruang kantor untuk asistensi /
koordinasi serta staf pengawas / pendamping yang telah ditunjuk oleh pengguna jasa.

B.1.13 Peralatan dan Material Dari Penyedia Jasa Konsultansi

Konsultan harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan peralatan yang diperlukan,
selain peralatan dan fasilitas yang disediakan dan dipelihara oleh pemberi kerja.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 10
Usulan Teknis

Konsultan dapat juga menyebutkan dalam usulannya barang-barang dan fasilitas-fasilitas


tambahan yang menurut pendapatnya perlu diadakan untuk meningkatkan efesiensi
pelaksanaan jasa. Biaya fasilitas dan peralatan yang diusulkan / disediakan konsultan supaya
dimuat dalam usulan biaya.

Tanggapan :

Tim konsultan dapat mengajukan usulan barang-barang maupun fasilitas-fasilitas yang dirasa
diperlukan untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan pekerjaan dan dituangkan kedalam usulan
biaya. Segala fasilitas dan barang-barang yang digunakan dalam pekerjaan ini dapat digunakan
dan dirawat sebaik mungkin.

B.1.14 Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan

Jadwal Waktu Pelaksanaan selama 90 (Sembilan Puluh) Hari Kalender. Jadwal Penugasan
Personil disesuaikan dengan jumlah orang bulan (OB) yang tersedia dalam Dokumen
Pengadaan.

Tanggapan :

Jadwal pelaksanaan pekerjaan Updating Data Base dan Survey Kondisi Jalan Jembatan di
Kabupaten Seluma ini selama 90 (sembilan puluh) hari kalender.

B.1.15 Kualifikasi Tenaga Ahli

1. TEAM LEADER (AHLI JALAN - MADYA).


a. Mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Teknik Sipil dan memiliki sertifikat keahlian
(SKA) Ahli Teknik Jalan - Madya, serta Mempunyai pengalaman kerja di bidang jalan
atau sejenis sekurang-kurangnya 1 (Satu) tahun.
b. Tugas dan tanggung jawab adalah :
 Mengkoordinasikan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan ini sehingga
dapat menghasilkan pekerjaan yang baik.
 Mempersiapkan petunjuk teknis dari setiap kegiatan pekerjaan baik pengambilan
data, pengolahan maupun penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan.
 Melakukan penelaahan sistem survey jalan yang telah dikembangkan.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 11
Usulan Teknis

 Menyusun rencana skala prioritas penanganan jalan.


2. AHLI GEODESI
a. Mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Teknik Sipil dan memiliki sertifikat keahlian
(SKA) Ahli Geodesi - Muda, serta Mempunyai pengalaman kerja di bidang jalan atau
sejenis sekurang-kurangnya 1 (Satu) tahun.
b. Tugas dan tanggung jawab adalah :
 Melakukan penelaahan sistem survey jalan yang telah dikembangkan.
 Melakukan pengumpulan data ruas jalan baik dalam bentuk softcopy maupun
hardcopy.
 Menyusun pekerjaan persiapan
 Melaksanakan survey awal
 Mengitung sumber daya dan teknologi
 Menyusun rencana kerja pekerjaan geodesi
 Melaksanakan pekerjaan geodesi
 Menyusun laporan hasil pekerjaan geodesi
 Melakukan koordinasi dengan Tenaga Ahli lainnya terhadap hasil kajian dan
evaluasi penyusunan informasi database jalan.
 Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Ketua Tim
3. SUPPORTING STAFF
a. Surveyor (8 orang), berpendidikan minimal SMA / SMK.
b. Drafter/Operator CAD (1 Orang), berpendidikan minimal SMA / SMK.
c. Operator Komputer (2 orang), berpendidikan minimal SMA / SMK.

Tanggapan :

Dari uraian diatas mengenai kualifikasi tenaga ahli dapat dipahami dengan jelas bahwa dalam
pekerjaan ini dibutuhkan 1 orang team leader yang memiliki latar belakang pendidikan S1 Teknik
Sipil dan memiliki SKA Ahli Teknik Jalan-Madya dengan pengalaman kerja minimal 1 tahun, lalu 1
orang tenaga ahli geodesi yang memiliki latar belakang pendidikan S1 Teknik Sipil dan memiliki
SKA Ahli Geodesi-Muda dengan pengalaman kerja minimal 1 tahun. Selain itu dibutuhkan 11
orang supporting staf yang terdiri dari 8 orang surveyor, 1 orang drafter/operator CAD dan 2
orang operator komputer dengan masing-masing berpendidikan minimal SMA/SMK.

B.1.16 Jadwal Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Konsultan perencana harus segera menyusun Jadwal Tahapan Pelaksanaan Kegiatan/ program
kerja minimal meliputi :

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 12
Usulan Teknis

1. Jadwal Kegiatan secara detail.


2. Alokasi tenaga kerja yang lengkap (disiplin dan keahliannya). Tenaga-tenaga yang
diusulkan oleh Konsultan Perencana harus mendapatkan persetujuan dari Pemimpin
Pelaksana Kegiatan.
3. Konsep penanganan pekerjaan Perencanaan

Proses Perencanaan

1. Dalam Proses Perencanaan untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang diminta Konsultan


Perencana harus menyusun jadwal pertemuan berkala dengan Pengguna Anggaran
(PA)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
2. Dalam pertemuan berkala tersebut ditentukan Produk Awal, Antara dan Pokok yang harus
dihasilkan Konsultan sesuai dengan Rencana keluaran yang ditetapkan dalam KAK ini.
3. Dalam pelaksanaan tugas Konsultan harus selalu memperhatikan bahwa waktu
pelaksanaan pekerjaan adalah mengikat.
4. Jangka waktu pelaksanaan, khususnya sampai diserahkannya Dokumen Perencanaan untuk
siap dilelangkan adalah 90 (Sembilan Puluh) Hari Kalender.

Program kerja secara keseluruhan harus mendapatkan persetujuan dari Pengguna Anggaran
(PA) / Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

Tanggapan :

Konsultan akan menyiapkan jadwal kegiatan, alokasi tenaga kerja sesuai dengan disiplin ilmu
dan keahliannya serta konsep penanganan pekerjaan perencanaan. Dalam prosesnya tim
konsultan akan menyusun jadwal pertemuan berkala dengan PPK yang akan membahas
mengenai penentuan produk awal, antara dan pokok yang harus dihasilkan sesuai dengan
keluaran yang telah ditetapkan sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yaitu selama
90 (sembilan puluh) hari kalender.

B.1.17 Pelaporan

Setiap laporan harus disusun dalam Bahasa Indonesia dan jenis laporan ditetapkan sebagai
berikut :

N
Jenis Laporan Banyaknya
o

1 Laporan Pendahuluan 5 Buku


2 Laporan Teknis 5 Buku
3 Laporan Akhir 5 Buku
4 Back Up Data Harddisk Eksternal 1 TB 1 Buah

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 13
Usulan Teknis

Tanggapan :

Jenis laporan yang dihasilkan dalam pekerjaan Updating Data Base dan Survey Kondisi Jalan
Jembatan Kabupaten Seluma terdiri dari 3 jenis laporan yaitu Laporan Pendahuluan, Laporan
Teknis dan Laporan Akhir masing-masing berjumlah 5 buku. Laporan tersebut dibackup
menggunakan harddisk eksternal berkapasitas 1 TB.

B.1.18 Persyaratan Kerjasama

Jika diperlukan adanya kerjasama dengan instansi, konsultan harus menguraikan kerjasama
tersebut dalam usulnya serta segala akibat dari kerjasama itu.

Tanggapan :

Persyaratan kerjasama yang tertuang didalam KAK dapat dipahami oleh tim konsultan bahwa
Jika diperlukan adanya kerjasama dengan instansi, konsultan harus menguraikan kerjasama
tersebut dalam usulnya serta segala akibat dari kerjasama itu.

B.1.19 Pedoman Pengumpulan Data Lapangan

Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut :

1. Persiapan, Kegiatan ini meliputi :


 Persiapan Administrasi
 Dalam kegiatan ini segala kebutuhan administrasi dapat dilengkapi untuk kelancaran
pekerjaan, mengingat jarak lokasi pekerjaan dan waktu pelaksanaan antara lain berupa :
 Surat – surat tugas, ijin perintah kerja / rekomendasi.
 Skema – skema kerja, blanko ukur.
 Persiapan konsep dasar dan transportasi lapangan
 Buku Panduan dan Acuan Teknis Pekerjaan, dan lain – lain.
2. Pemeriksaan Peralatan Survey
Sebelum alat survey digunakan terlebih dahulu bersama Direksi dilakukan pengecekan
kondisi alat yang akan digunakan, apakah layak untuk dipakai atau tidak terutama
menyangkut ketelitian dan kemampuan alat tersebut.
3. Pengukuran
Pengumpulan data lapangan yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah untuk
mendapatkan data lapangan, yang harus diambil adalah sebagai berikut :
 Pemeriksaan detail lokasi rencana survey jalan di lapangan.
 Pemeriksaan data Inventarisasi.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 14
Usulan Teknis

 Marking Point GPS (Global Positioning System) jalan yang disurvey


 Pemotretan Kondisi dan Situasi per 200 meter
 Pengisian kondisi dan inventarisasi pada blanko pengisian yang sudah disetujui oleh
Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten Seluma.

Tanggapan :

Pedoman pengumpulan data lapangan dan persyaratannya dapat dipahami oleh tim konsultan
mulai dari persiapan kegiatan, pemeriksaan alat survey hingga saat pelaksanaan pengukuran di
lapangan yang meliputi pemeriksaan detai lokasi rencana survey jalan, pemeriksaan data
inventarisasi, marking poin GPS, pemotretan kondisi dan situasi jalan jembatan setiap 200 m dan
pengisian kondisi dan inventarisasi pada blanko pengisian yang sudah disetujui oleh pemberi
kerja.

B.2 Pendekatan dan Metodologi

B.2.1 Tahap Pendahuluan

Survei pendahuluan merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi awal (tanpa melakukan
verifikasi secara rinci) mengenai ruang lingkup pada pelaksanaan pekerjaan yang akan
dilakukan.

B.2.1.1 Persiapan

Persiapan bertujuan untuk menyiapkan alur kegiatan survey pendahuluan. Tahap persiapan ini
harus dilakukan untuk memastikan segala aspek, baik aspek teknis maupun administrasi dapat
terakomodasi sehingga kegiatan survey pendahuluan dapat berjalan dengan lancar.

Di dalam tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai awal dari seluruh rangkaian
kegiatan yang akan direncanakan. Hasil tahap persiapan ini akan sangat mempengaruhi proses
yang dilakukan dalam tahap selanjutnya. Secara umum kegiatan utama pada tahap persiapan
ini, antara lain :

a. Rapat Persiapan
Paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sejak diterbitkannya SPMK dan sebelum pelaksanaan
pekerjaan, PPK bersama Penyedia harus sudah menyelenggarakan rapat persiapan
pelaksanaan kontrak.
Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak
meliputi:
 Program mutu;

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 15
Usulan Teknis

 Organisasi kerja dan jadwal penugasan;


 Kesesuaian personel dan peralatan dengan persyaratan kontrak;
 Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan;
 Jadwal pelaksanaan pekerjaan,
 Jadwal mobilisasi peralatan dan personel;
 Rencana pelaksanaan pemeriksaan dan pembayaran;
 Hal-hal lain yang dianggap perlu.

Penyedia dalam menyusun Program Mutu paling sedikit berisi:


 Informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
 Organisasi kerja penyedia;
 Jadwal pelaksanaan pekerjaan;
 Jadwal penugasan personel inti dan personel pendukung;
 Prosedur pelaksanaan pekerjaan;
 Prosedur instruksi kerja; dan
 Pelaksana kerja

b. Mobilisasi personil dan alat

Penyediaan peralatan dan personil sesuai dengan kebutuhan seperti termuat dalam KAK
untuk menyelesaikan pekerjaan.

c. Koordinasi dan konfirmasi

Melakukan koordinasi dan konfirmasi terlebih dahulu dengan pihak owner yaitu Bidang
Pemeliharaan dan Pembangunan Jalan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Seluma untuk melakukan konfirmasi mengenai ruang lingkup pekerjaan dan
ruas jalan yang akan ditangani.

d. Pengumpulan data awal


 Pengumpulan data-data administrasi seperti dokumen kontrak, dokumen lelang
pekerjaan, KAK, SPMK, dan data administrasi lainnya.
 Pengumpulan data sekunder berupa data ruas jalan, stripmap penanganan, data kondisi
ruas jalan, dan data BMS.
Pada tahap persiapan ini penyusunan rencana kerja dan Informasi awal yang dibutuhkan
separti peta dan daftar ruas jalan, formulir-formulir survey standar serta dan menyiapkan
peralatan survey yang diperlukan sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 16
Usulan Teknis

B.2.1.2 Survey Pendahuluan

Survei pendahuluan bertujuan untuk mengumpulkan data–data awal yang diperlukan untuk
kebutuhan survei detail yang akan dilaksanakan pada tahap selanjutnya. Kegiatan survei
pendahuluan yang akan dilakukan berupa:
a. Koordinasi dengan Instansi terkait
Tim melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi/ unsur-unsur serta Petugas
UPTD dan instansi terkait terkait di daerah sehubungan dengan akan dilaksanakannya
survei pendahuluan.

b. Studi terdahulu
Pada tahapan ini tim akan mengumpulkan data-data pendukung dari instansi terkait
seperti: data perencanaan terdahulu, laporan UKL dan UPL (jika ada), data laporan studi
kelayakan (FS), ataupun laporan studi Amdal.

c. Pengumpulan data sekunder


Komunikasi dengan instansi terkait akan dilakukan untuk mengumpulkan data-data
sekunder. Tujuan pengumpulan data sekunder ini adalah untuk menunjang kegiatan
inventarisasi yang akan dilakukan. Data-data sekunder yang diperlukan ditujukan pada
tabel berikut:
Gambar B.1 Kebutuhan Data Sekunder

N
Jenis Data Sumber
o
1 Studi Terdahulu Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Seluma
Data Jaringan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Seluma
2
Jalan
 Studi terdahulu merupakan data-data berupa kajian yang bersifat teknis maupun
penunjang yang didapat dari kegiatan perencanaan sebelumnya.
 Data jaringan jalan merupakan data yang memuat informasi mengenai sistem jaringan
jalan. Jaringan jalan ini adalah satu kesatuan ruas jalan yang menghubungkan suatu
zona atau wilayah terhadap zona atau wilayah lainnya.
d. Survei pendahuluan inventarisasi jalan
Tujuan dari survei ini adalah untuk melakukan pengumpulan data mengenai kondisi,
fasilitas jalan.
Survei ini mengacu pada Tata Cara Pelaksanaan Survei jalan yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga.
Data yang akan diperoleh dari survei ini antara lain :

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 17
Usulan Teknis

1. Panjang, lebar dan konstruksi jalan


2. Kondisi jalan
3. Bentuk persimpangan jalan utama
4. Bangunan pelengkap yang ada di sebelah kanan/kiri jalan
5. Gambar skema lokasi dan situasi pada ruas jalan dan persimpangan.
e. Survei pendahuluan geometrik eksisting jalan
Kegiatan yang dilakukan pada survei pendahuluan geometrik adalah:
1. Melakukan perkiraan desain alinyemen horizontal dan vertical dengan
mempertimbangkan perencanaan lokasi galian dan timbunan di lokasi pekerjaan.
Kegiatan ini harus dikoordinasikan dengan seluruh anggota team yang terkait dalam
kegiatan penentuan trase jalan.
2. Mengidentifikasi daerah rawan kecelakaan lalu lintas, yang ditinjau dari aspek
geometrik jalan.
3. Dari hasil survei pendahuluan, diharapkan sudah dapat memperhitungkan perkirakan
volume dan lingkup pekerjaan yang akan dilakukan dalam proses perencanaan.

B.2.2 Tahap Antara

Tahap antara merupakan tahapan yang dilakukan untuk melakukan pengumpulan data-data
aktual di lapangan. Data-data tersebut digunakan untuk mendapatkan suatu kesimpulan
mengenai kondisi infrastruktur di lapangan.

Sebelum melaksanakan survey ke lapangan maka seluruh peralatan dan biaya yang diperlukan
harus dipersiapkan sehingga pekerjaan dapat berjalan sesuai rencana. Kendaraan yang akan
digunakan untuk survey harus diperiksa kondisinya; Tripmeter/Odometer kendaraan agar
diperiksa ketepatan serta kelancaran sistem kerjanya; Petugas survei harus yang telah
berpengalaman dan benar-benar memahami prosedur survey serta pengisian formulir;
Formulir survey serta peralatan dan perlengkapan lainnya agar dapat diperiksa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan.

Berikut bentuk Formulir yg akan digunakan dalam Tahap Survey Lapangan :

Tabel B.1 Contoh Formulir Survei Untuk Jalan Aspal

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 18
Usulan Teknis

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Lampiran 1


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Formulir SKJ 2-1
Lembar : Dari :

FORMULIR SURVEI KONDISI JALAN ASPAL / 100 Meter


Propinsi No : Dikerjakan oleh :
NO : Status : Nama :
RUAS Nama : TGL.
Balai Nama :
Dari KM : ke KM : Satker / P2JN Tanda Tangan :
Permukaan Perkerasan Retak-retak Kerusakan Lain Bahu, Saluran Samping dan lain-lain
Susunan Jenis Jumlah Lubang KR Kondisi Bahu KN

1. Baik/Rapat 1. Tidak ada 1. Tidak ada 1. Tidak ada 1.

2. Kasar 2. Tidak berhubungan 2. < 10/ 100 Meter 2. Baik/Rata 2.

3. Saling berhubungan 3. 10 - 50/ 100 Meter 3. Bekas rd./Erosi ringan 3.


Kondisi/Keadaan (Berbidang luas)
4. >50/ 100 Meter 4. Bekas rd./Erosi berat 4.
1. Baik/tdk. ada 4. Saling berhubungan
kelainan (Berbidang sempit)
2. Aspal berlebihan Ukuran Lubang KR Permukaan Bahu KN

3. Lepas-lepas 1. Tidak ada 1. Tidak ada 1.

4. Hancur Lebar 2. Kecil - dangkal 2. Diatas permukaan jalan 2.


1. Tidak ada 3. Kecil - dalam 3. Rata dgn. permukaan 3.
% Penurunan jalan
1. Tidak ada 2. Halus < 1 mm 4. Besar - dangkal 4. Dibawah permukaan 4.
jalan
2. <10% luas 3. Sedang 1 - 5 mm 5. Besar - dalam 5. > 10 cm dibawah per- 5.
mukaan jalan
3. 10-30% luas 4. Lebar > 5 mm

4. >30% luas Bekas Roda KR Kondisi Saluran Samping KN

% Luas 1. Tidak ada 1. Tidak ada 1.


% Tambalan 1. Tidak ada 2. < 1 cm dalam 2. Bersih 2.
1. Tidak ada 2. < 10% luas 3. 1 - 3 cm dalam 3. Tertutup/Tersumbat 3.
2. < 10% luas 3. 10-30% luas 4. > 3 cm dalam 4. Erosi 4.
3. 10-30% luas 4. >30% luas
KR Kerusakan Tepi KN KR Kerusakan Lereng KN
4. >30% luas
1. Tidak ada 1. 1. Tidak ada 1.
2. Ringan 2. 2. Longsor/Runtuh 2.
3. Berat 3.
KR Trotoar KN
Ukuran lubang Kecil (diameter < 0,5 m); Besar (diameter > 0,5 m); Dangkal (kedalaman < 5 cm); Dalam (kedalaman > 5 cm) 1. Tidak ada 1.
Status Ruas Jalan : N = Nasional; P = Propinsi; M = Kotamadya; K = Kabupaten 2. Baik/Aman 2.
3. Berbahaya 3.

Tabel B.2 Contoh Formulir Survei Untuk Jalan Tanah/Kerikil

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 19
Usulan Teknis

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Lampiran 2


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Formulir SKJ 2-2
Lembar : Dari :
FORMULIR SURVEI KONDISI JALAN TANAH/KERIKIL
RUAS NO : Status : Propinsi No : Dikerjakan oleh :
Nama : Nama : TGL.
SEGMEN Dari Patok Km : Balai Nama :
Ke patok Km : Satker /P2JN Tanda Tangan :
Permukaan Perkerasan Kerikil / Batu Kerusakan Lain Bahu, Saluran Samping dan lain-lain
Kemiringan Melintang Ukuran Terbanyak Jumlah Lubang KR Kondisi Bahu KN
1. > 5% 1. Tidak ada 1. Tidak ada 1. Tidak ada 1.

2. 3 - 5% 2. < 1 cm 2. < 10/km 2. Baik/Rata 2.

3. Rata 3. 1 - 5 cm 3. 10 - 50/km 3. Bekas rd./Erosi ringan 3.


4. Cekung 4. > 5 cm 4. >50/km 4. Bekas rd./Erosi berat 4.
5. Tidak tentu
% Penurunan Ukuran Lubang KR Permukaan Bahu KN
1. Tidak ada Tebal Lapisan 1. Tidak ada 1. Tidak ada 1.
2. < 10% luas 1. Tidak ada 2. Kecil dan dangkal 2. Diatas permukaan jalan 2.
3. 10-30% luas 2. < 5 cm 3. Kecil dan dalam 3. Rata dgn. permukaan 3.
jalan
4. > 30% luas 3. 5 - 10 cm 4. Besar dan dangkal
4. Dibawah permukaan 4.
4. 10 - 20 cm 5. Besar dan dalam jalan
Erosi Permukaan 5. > 10 cm dibawah per- 5.
5. > 20 cm mukaan jalan
1. Tidak ada Bekas Roda

2. < 10% luas Distribusi 1. Tidak ada KR Kondisi Saluran Samping KN

3. 10-30% luas 1. Tidak ada 2. < 5 cm dalam 1. Tidak ada 1.


4. > 30% luas 2. Rata 3. 5 - 15 cm dalam 2. Bersih 2.
3. Tidak rata 4. > 15 cm dalam 3. Tertutup/Tersumbat 3.
4. Gundukan memanjang 4. Erosi 4.

Bergelombang KR Kerusakan Lereng KN


1. Tidak ada 1. Tidak ada 1.
2. < 10 % luas 2. Longsor/Runtuh 2.
3. 10 - 30% luas
4. > 30% luas KR Trotoar KN

1. Tidak ada 1.
2. Baik/Aman 2.
Ukuran lubang Kecil diameter < 0,5 m, Besar : diameter > 0.5 m, Dangkal (kedalaman < 5 cm);
Dalam (kedalaman) > 5 cm 3. Berbahaya 3.
Status Ruas Jalan : N = Nasional; P = Propinsi; M = Kotamadya; K = Kabupaten

Tabel B.3 Contoh Formulir Survei Inventory Jalan


. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN I
FORMULIR : 1A
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA LEMBAR KE……./…….DARI…./….

RUAS NO. DIKERJAKAN OLEH :


PROPINSI NO. NAMA :
NAMA : NAMA :
DARI PATOK KM N.I.P :
SEKSI NAMA : KOTA ASAL JARAK HARI BULAN TAHUN
KE PATOK KM TGL. :

LOKASI INVENTARISASI SAAT INI


LAPIS BAHU SALURAN SAMPING TERAIN ALINYEMEN TATAGUNA LAHAN
KM..KM TIPE MEDIAN PERMUKAAN KIRI KANAN KIRI KANAN NAIK/TURUN (L) VERTIKAL HORIZONTAL
JALAN TAHUN JENIS LEBAR JENIS LEBAR JENIS LEBAR JENIS DALAM JENIS DALAM KIRI KANAN (GRADE) (BELOKAN) KIRI KANAN
DARI KE (M) (CM) (CM) NAIK/TURUN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

KODE JENIS PERMUKAAN LAPISAN ULANG


KODE JENIS BAHU KODE JENIS SALURAN SAMPING
0. TIDAK DIKETAHUI 5. BURDA 10. LATASBUM(NACAS) 15. MICRO ASBUTON 0. TIDAK ADA BAHU 1. TANAH TERBUKA
1. TANAH 6. PENETRASI MACADAM 1 LAPIS 11. LATASTON (HRS) 16. DGEM 1. BAHU LUNAK 2. BETON PAS BATU TERBUKA
2. JAPAT (AWCAS)/KERIKIL 7. PENETRASI MACADAM 2 LAPIS 12. HRSSA 17. SMA 2. BAHU YANG DIPERKERAS 3. SALURAN IRIGASI
3. TELFORD/MACADAM TERBUKA 8. LASBUTAG (BUTAS) 13. SLURRY SEAL 18. BMA 4. BETON PAS BATU TERTUTUP
4. BURTU 9. ASPAL BETON (AC) 14. MACRO SEAL 19. HSWC 5. TIDAK ADA

KODE TIPE JALAN KODE MEDIAN KODE TERRAIN KODE GRADE (ALIN, VER) KODE BELOKAN (ALIN, HOR) KODE TATA GUNA LAHAN
1 2 / 1 UD 4 4/2D 1.TIDAK ADA 1. DATAR (F) < 1.0 M 1. DAFTAR (F) (< 5.0 M / KM) 1. LURUS (<.25 RAD/KM) 1. SAWAH/KEBUN/HUTAN
2 2/ 2 UD 5 6/2D 2.DENGAN PENINGGIAN / KERB 2. 1,0 M < BUKIT (R) < 3,0 M 2. BUKIT (R) (5 - 45 M / KM) 2. SEDIKIT BELOKAN (0.25 - 3.50 RAD/KM). 2. PERUMAHAN
3 4 / 2 UD 3. TANPA PENIINGGIAN / KERB 3. GUNUNG (H) 3.0 M 3. GUNUNG (H) (> 45 M/KM) 3. BANYAKNYA BELOKAN (>3,50 RAD/KM) 3. PERINDUSTRIAN
4.PERTOKOAN/PERKANTORAN/PASAR

Tabel B.4 Contoh Formulir Survei Inventory Jembatan

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 20
Usulan Teknis

No. Jembatan  

Nama Jembatan  

Lokasi Jembatan   dari         Km          

Tanggal
Pemeriksaan   Nama Pemeriksa            

Tipe Lintasan     Jumlah Bentang    


Pilih
JN,KA,S,U          
            Total Panjang (m)    
                     
Tahun Pembangunan   Sudut ( 0 )  
           

B.2.2.1 Survei Inventori Jaringan Jalan (Survei RNI)

Survei inventori jaringan jalan mencakup beberapa komponen berikut :


 Survei Deskripsi Ruas Jalan (link description) dan Titik referensi Lokasi (Location Reference
Point)
 Survei Inventori Penampang Melintang Jalan
 Survei Inventori Drainase
 Survei Inventori Konstruksi/Pemeliharaan Jalan

a. Survei Deskripsi Ruas (link description) dan Titik Referensi Lokasi (LRP)
Survei Deskripsi Ruas (link description) dan Titik referensi Lokasi (LRP) umumnya
dikerjakan setiap 5 tahun sekali. Survei ini bertujuan untuk pemutakhiran data sebagian
jaringan jalan akibat adanya pekerjaan konstruksi yang baru diselesaikan, seperti
pekerjaan konstruksi pembangunan jalan baru (baik diperkeras maupun tidak diperkeras),
pekerjaan pelebaran jalan, pekerjaan relokasi jalan, pekerjaan rekonstruksi, pekerjaan
penambahan panjang jalan diperkeras. Informasi yang diperoleh dari survei ini harus
digunakan sebagai acuan untuk survei-survei lainnya baik dalam pengumpulan datanya
maupun dalam pemrosesan datanya.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 21
Usulan Teknis

Penyedia Jasa harus merekam informasi dari setiap ruas jalan:


 Nomor Ruas
 Nama Ruas
 Panjang
 Awal Ruas
 Akhir Ruas

Maksud survei Titik referensi Lokasi (LRP) adalah untuk menetapkan lokasi-lokasi LRP,
jarak antara LRP yang berdekatan dan koordinat GPS semua LRP yang kemudian
membentuk jalan. Ditjen Bina Marga telah menerapkan system LRP berdasarkan Patok Km,
jembatan, dan lain sebagainya sebagai referensi jalan.

Pengguna Jasa akan menyiapkan informasi tentang simpul-simpul ruas jalan yang ada dan
LRP termasuk jarak-jaraknya dalam format digital. Penyedia Jasa harus menggunakan
informasi ini ketika melaksanakan pengumpulan data. Penyedia Jasa harus selalu
mengukur jarak ke LRP untuk setiap pengumpulan data.

Kesalahan pengukuran jarak yang diijinkan adalah 30 meter per ruas jalan. Bila Penyedia
Jasa menemukan perbedaan jarak, Penyedia Jasa dapat mempertimbangkan 2 skenario
berikut:

 Bila terdapat perbedaan hasil pengukuran jarak, namun masih dalam batas kesalahan
yang diijinkan, maka hasil pengukuran dapat dikoreksi secara berskala menyesuaikan
dengan panjang total yang diberikan oleh Pengguna Jasa. Faktor skala harus ditetapkan
untuk setiap ruas jalan dan faktor tersebut harus digunakan untuk mengoreksi ukuran
panjang di ruas tersebut.
 Bila terdapat perbedaan hasil pengukuran jarak, dan melampaui batasan kesalahan yang
diijinkan, Penyedia Jasa harus mengukur ulang ruas jalan tersebut. Bila survei kedua
mengkonfirmasi hasil survei pertama; maka Penyedia Jasa harus segera
menginformasikan ke Pengguna Jasa.

Penyedia Jasa harus menyediakan informasi rinci mengenai alat yang digunakan untuk
mengukur data referensi lokasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi rinci tersebut
mencakup nama alat, fungsi, kapasitas, ketelitian, kondisi, serial number, tahun perolehan.
 Pengukur Jarak – instrument transducer pengukur jarak harus dipasang pada roda
kanan kendaraan survei, sehingga hasil pengukuran jarak yang dilakukan akan mewakili
pengukuran pada sumbu jalan. Dengan cara seperti ini, akan mengurangi berkurangnya
ketelitian akibat pergerakan kendaraan pada tikungan. Semua jarak harus diukur

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 22
Usulan Teknis

dengan alat ukur jarak yang memiliki ketelitian 0,1% panjang pengukuran atau lebih
baik.
Semua posisi LRP dan tanda-tanda penting lainnya (misalnya: persimpangan, jembatan,
gorong-gorong, perlintasan Kereta Api) harus dinyatakan dengan jarak dari titik acuan
sebelumnya. Chainage (sta pengukuran) diukur secara menerus mulai dari awal ruas
hingga akhir ruas. Pada setiap simpul, jarak pengukuran harus di set ulang ke 0. Dengan
cara ini, semua jarak dinyatakan sebagai jarak dari simpul sebelumnya.
 GPS pengukur koordinat –Koordinat spasial setiap simpul, LRP dan sumbu jalan harus
direkam dan dilaporkan. Koordinat harus diukur dengan GPS yang memiliki ketelitian +
1m pada 90% waktu pengukuran.
Referensi GPS harus dibuat sedekat mungkin dengan sumbu jalan. Referensi altitude
harus dibuat pada permukaan perkerasan jalan, dan Penyedia Jasa harus menyerahkan
data koordinat dengan interval tidak lebih dari 10 meter pada sumbu jalan; interval
harus cukup untuk menempatkan semua fitur yang diperlukan dan informasi geometrik
jalan pada tingkat ketelitian yang ditetapkan. Bila jalur lalu lintas terpisah (divided), data
lokasi sama seperti yang digunakan untuk menetapkan sumbu jalan. Semua sumbu jalan
harus memenuhi topologi yang benar dan lengkap (misalnya: persimpangan jalan harus
saling bersilangan) dan setiap ruas jalan harus memiliki sumbu jalan yang unik.
Di dalam Rencana Mutu kontrak, Penyedia Jasa harus menjelaskan metodologi yang
akan diterapkan dalam menetapkan sumbu jalan. Penjelasan tersebut harus mencakup:
- Tata cara pengumpulan data
- Metoda Real-time atau post-processed differential correction untuk alat GPS
- Koreksi terhadap data anomali (misalnya: kehilangan sinyal GPS, gyro drift over time,
satellite downlink DGPS, differences between measured and GPS-derived lengths,
avoidance of obstacles etc.)
- Pemrosesan data, dan pengintegrasian dengan koordinat hasil survei LRP
 Kamera yang dilengkapi dengan GPS – untuk merekam semua fitur jalan termasuk
titik-titik referensi lokasi

Semua lokasi LRP harus ditetapkan, dan umumnya patok Km dapat ditetapkan sebagai
LRP Utama (Primary LRP) atau, bila patok Km hilang, obyek-obyek tetap lainnya seperti
jembatan dapat ditetapkan sebagai LRP Tingkat II (Secondary LRP).

Jarak antar LRP harus diukur dengan tingkat ketelitian 0,1% panjang pengukuran dan
koordinat setiap lokasi LRP diukur dengan GPS (longitude/latitude). Semua LRP harus
diberi tanda yang jelas dan ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat oleh tim survei
berikutnya.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 23
Usulan Teknis

Arah pergerakan dan jumlah LRP harus bertambah/semakin besar sejalan dengan
jumlah patok Km (chainage) yang dijalani. Bila patok Km tidak dijumpai, LRP ditetapkan
sebagai pertambahan jarak dari titik awal hingga titik akhir ruas jalan.

Untuk penyimpanan dalam geo-database Bina marga, semua data yang dikumpulkan
harus diikat menggunakan Location Referencing System (LRS) berikut:
1. Nomor ruas
2. Referensi jarak (chainage/jarak dari titik awal ruas)
3. Koordinat GPS

Tabel B.5 Obyek-obyek Referensi Lokasi


GPS
Event Feature Location Description
Coordinates
Awal ruas jalan Lokasi titik awal ruas Ya Apa yang dihubungkan oleh jalan.
jalan Dimulai dari mana, nama tempat
(persimpangan, pasar, kota, dsb)
Akhir uras jalan Titik akhir ruas jalan Ya Dimana jalan berakhir. Nama tempat
Chainage dari titik (persimpangan, pasar, kota, dsb)
awal ruas jalan
Patok Km Lokasi patok Km Ya Chainage dari titik awal ruas jalan.
Chainage dari patok Km terakhir.
Deskripsi patok Km.
Jembatan Chainage dari titik Ya Deskripsi jenis, bentang dan lebar
awal ruas jalan jembatan
Gorong-gorong Chainage dari titik Ya Deskripsi jenis dan dimensi gorong-
awal ruas jalan gorong
Persimpangan Chainage dari titik Ya Deskripsi jenis persimpangan
jalan (kiri/kanan) awal ruas jalan (persimpangan T, Y, X)
Perlintasan rel KA Chainage dari titik Ya Deskripsi perlintasan rel KA
awal ruas jalan (sebidang/tidak sebidang). Jumlah
lajur rel KA.
Dinding penahan Chainage dari titik Ya Deskripsi jenis, panjang, tinggi dinding
tanah awal ruas jalan penahan tanah.
Dsb …

b. Inventori Penampang Melintang


Maksud survei inventori penampang melintang adalah untuk mendapatkan informasi dasar
tentang obyek, jenis, atribut dan lokasi asset. Informasi ini sangat diperlukan untuk
pengambilan keputusan dalam manajemen asset, dan pelaporan yang diperlukan. Berbagai
elemen dan komponen inventori asset merupakan bagian penting untuk pelaporan asset,
standar pelayanan, pengukuran kinerja asset atau berbagai kegiatan manajemen asset.
Survei ini umumnya dilakukan sekali dalam 5 tahun, kecuali untuk pemutakhiran setelah
selesainya pekerjaan konstruksi pada ruas tertentu dan diperintahkan secara khusus oleh
Balai Pelaksanaan Jalan Nasional III Ditjen Bina Marga.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 24
Usulan Teknis

Tujuan – adalah mengukur lebar jalur dan lajur lalu lintas, bahu, lajur kendaraan tak
bermotor, median, saluran, dsb, yang merupakan komponen konfigurasi penampang
melintang jalan.
Prosedur – Pengumpulan data inventori dapat dilakukan dengan menggunakan gambar
video atau pencatatan elektronik secara manual untuk mencatat keberadaan dan lokasi
setiap jenis obyek yang ada.
 Lebar perkerasan, bahu dan ambang pengaman diukur dengan ketelitian hingga 10 cm
pada awal ruas dan direkam. Jenis perkerasan dan bahu juga harus direkam.
 Observasi pada lebar setiap bagian penampang melintang dapat dilakukan melalui
gambar video atau dilakukan secara jalan kaki bila diperlukan. Setiap ada perubahan
pada setiap elemen, lebar setiap elemen pada penampang melintang diukur kembali dan
direkam, termasuk chainage lokasi adanya perubahan.
 Bila tidak ada perubahan pada setiap elemen penampang melintang, observasi dapat
dilanjutkan hingga akhir ruas jalan
Atribut data yang dikumpulkan pada survei inventarisasi jalan sebagai berikut:
 Tipe jalan
 Jenis Permukaan
 Lebar perkerasan (m)
 Lebar median (m)
 Lebar bahu (m)
 Lebar saluran samping (m)
 Jenis Terrain
 Tata guna lahan
 Alinyemen: Data RAW GPS yang ada
Kondisi Bahu :
 0: TIDAK ADA BAHU
 1: BAHU LUNAK
 2: BAHU YANG DIPERKERAS

c. Inventori Drainase
Tujuan – mencatat drainase yang ada di sepanjang ruas jalan. Survei ini cukup dilakukan
sekali dan merupakan bagian dari survei inventori penampang melintang. Survei ini tidak
perlu diulang setiap tahun. Jenis data yang dikumpulkan adalah data seksi/menerus.
Prosedur – observasi terhadap drainase dapat dilakukan melalui gambar video atau dengan
berjalan kaki bila perlu:

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 25
Usulan Teknis

 Lebar saluran dan jaraknya dari sumbu jalan diukur hingga ketelitian 10cm pada awal
ruas jalan dan direkam. Jenis saluran juga direkam.
 Setiap ada perubahan pada lebar atau jenis saluran, lebar atau jenis saluran yang baru
harus diukur kembali dan direkam, termasuk chainage lokasi adanya perubahan.
 Bila tidak ada perubahan pada lebar atau jenis saluran pada penampang melintang,
observasi dapat dilanjutkan hingga akhir ruas jalan.
Berikut adalah Jenis Saluran Samping yang umum digunakan:
1. Tanah Terbuka
2. Beton/Pasangan Batu Terbuka
3. Saluran Irigasi
4. Beton/Pasangan Batu Tertutup
5. Tidak Ada

d. Historis Penanganan Perkerasan


Tujuan – mengidentifikasi kapan dan bagaimana konstruksi perkerasan awalnya dibangun
dan bentuk pemeliharaan apa yang telah dilakukan sejak selesai dibangun atau minimal 2
(dua) tahun terakhir.
Prosedur – beberapa sumber utama untuk mendapatkan data yang relevan, antara lain:
 Gambar Terbangun (mengindikasikan kapan pelaksanaan konstruksi dilakukan), atau
 Sumur Uji (test pit) dan/atau pengujian DCP (bila diperlukan)
e. Format Data
Format data yang diunggah ke Geodatabase Bina Marga harus sesuai dengan format yang
ditetapkan oleh Ditjen Bina Marga.
f. Penerimaan
Setelah menerima data dari Penyedia Jasa, Pengguna Jasa akan melakukan audit data
dan/atau validasi & verifikasi terhadap format, ketelitian, kelengkapan, dan kewajaran
data. Penyedia Jasa harus memberikan penjelasan dengan disertai bukti-bukti untuk setiap
permasalahan atau isu yang ada pada data yang diserahkan. Apabila hasil audit
membuktikan adanya ketidaksesuaian atau permasalahan lainnya, maka Penyedia Jasa
harus segera mengambil tindakan perbaikan atau penyelesaian masalah. Tindakan
perbaikan dapat mencakup perbaikan pemrosesan data atau melakukan survei ulang
sebagian atau seluruh ruas jalan yang dipermasalahkan.
Bila dianggap perlu, Pengguna Jasa dapat memeriksa ulang data yang telah diserahkan
ulang, semua biaya yang diperlukan Pengguna Jasa untuk pemeriksaan ulang data menjadi
tanggungjawab Penyedia Jasa.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 26
Usulan Teknis

Setelah format, ketelitian, kelengkapan, dan kewajaran data dapat diterima oleh Pengguna
Jasa, maka Pengguna Jasa akan menerbitkan Berita Acara Penerimaan Data yang dapat
dilakukan secara parsial/bertahap sesuai dengan volume pekerjaan survei yang telah
diselesaikan dan diterima.
Berita Acara Penerimaan Data parsial/bertahap atau akhir harus menjadi salah satu syarat
pembayaran tagihan Penyedia Jasa untuk perioda waktu yang sesuai.

B.2.2.2 Survei Profil Jalan

Survei profil jalan dibagi dalam dua jenis survei, yaitu survei profil memanjang (roughness -
ketidakrataan) jalan dan survei profil melintang jalan (rutting - alur)

a. Survei Profil Memanjang (Ketidakrataan – IRI)

1) Pemeriksaan Surface Distress Index (SDI)


Ketidakrataan jalan (Road Roughness) merupakan parameter kondisi yang paling
banyak digunakan dalam mengevaluasi perkerasan jalan karena data ketidakrataan
jalan relatif mudah untuk diperoleh, obyektif, dan berkorelasi baik dengan biaya
operasional kendaraan, serta
merupakan parameter kondisi yang paling relevan dalam pengukuran perilaku
fungsional jalan dalam waktu jangka panjang (Robert.J.D,1999).
Ketidakrataan jalan (Road Roughness) merupakan parameter kondisi yang paling
banyak digunakan dalam mengevaluasi perkerasan jalan. Survei kondisi permukaan
jalan dengan alat Roughmeter NAASRA menghasilkan nilai ketidakrataan jalan (IRI)
per segmen dalam satu ruas jalan. Terdapat masalah karena hasil
data keluaran adalah akumulasi, maksudnya adalah hasilnya ratarata
per segmen, jadi terdapat perbedaan antara data keluaran
dari alat dengan kenyataan di lapangan sehingga menimbulkan pemeliharaan jalan
yang tidak tepat sasaran. Metode visual (SDI) sering digunakan untuk menghitung
kerusakan jalan dengan cara subjektif, terdapat juga kelemahan karena nilai yang
didapatkan berupa subjektif dan dapat berbeda- beda karena faktor manusiawi.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu menggunakan Surface
Distress Index (SDI) dan International Roughness Index (IRI). Nilai SDI didapat
berdasarkan survei pengamatan visual kondisi perkerasan di lapangan. Nilai IRI
diambil dengan menggunakan alat PARVID (Positioning Accurated Roughness with
Video) menggunakan Roughometer NAASRA sebagai alat pengukur ketidakrataan jalan
di lapangan. Dari hasil kedua parameter ini didapatkan suatu persamaan korelasi.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 27
Usulan Teknis

Hasil penelitian yaitu didapat empat persamaan korelasi dan yang memiliki Nilai R2
paling besar dengan persamaan dari kedua parameter ini adalah :
IRI = 0.257SDI + 0.790 dengan R2 = 0,825.
Nilai R2 menunjukkan bahwa kedua parameter ini berkorelasi paling kuat.

 Metodologi Pemeriksaan Surface Distress Index (SDI)

SDI (Surface Distress Index) adalah sistem penilaian kondisi perkerasan jalan
berdasarkan dengan pengamatan visual dan dapat digunakan sebagai acuan dalam
usaha pemeliharaan. Dalam pelaksanaan metode SDI di lapangan maka ruas jalan
yang akan disurvei harus dibagi ke dalam segmen-segmen. Penulis mengambil
panjang tiap segmen adalah 100 m.
Tabel B.6 Klasifikasi Tabel SDI

Kondisi
SDI
Jalan
Baik < 50
Sedang 50-100
Rusak Ringan 100-150
Rusak Berat > 150
Sumber : Mulyono (2007)

2) Pemeriksaan Roughnes & Defleksi


Metoda Pemeriksaan kondisi jalan secara visual masih merupakan salah satu bahan
pertimbangan atau dasar pengambilan keputusan penanganan pemeliharaan jalan.
Di Indonesia biasanya peninjauan kondisi jalan secara visual digabungkan dengan
pemeriksaan Roughnes dan Defleksi.

Peninjauan kondisi perkerasan secara visual meliputi pemeriksaan jenis dan besarnya
kerusakan yang terjadi pada suatu ruas jalan.

Adapun jenis-jenis kerusakan tersebut adalah :


1. Tambalan – tambalan permukaan jalan
2. Alur – alur jalan
3. Keretakan jalan
4. Lubang – lubang jalan
5. Gelombang
6. Ambles
7. Keausan
8. Pengelupasan
Sedangkan besarnya kerusakan adalah besarnya prosentase kerusakan terhadap
keseluruhan panjangatau luas ruas jalan yang ditinjau.
Sistem penilaian yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 28
Usulan Teknis

a) Nilai Jumlah Kerusakan (Nj), diperoleh dari prosentase kerusakan dan


b) nilai bobot kerusakan.
c) Nilai Kerusakan Jalan ( Nr ), diperoleh dari total nilai jumlah kerusakan.
d) Nilai Kenyamanan (Nn), diperoleh dari hasil penilaian terhadap
e) Kenyamanan perjalanan dengan batasan sebagai berikut :
 Nyaman,Nilai 30
 Kurang nyaman,Nilai 45
 Tidak nyaman,Nilai 55
 Nilai prosentase kerusakan (Np) :
 0% - 5%, Sedikit sekali, Nilai 2
 5% - 20%,Sedik it,Nilai 3
 20% - 40% Sedang,Niali 5
 Lebih dari 40% Banyak,Nilai 7
 Nilai bobot kerusakan :
 Tambalan,Nilai 4
 Retak,Nilai 5
 Lepas,Nilai 5,5
 Lubang,Nilai 6
 Alur,Nilai 6
 Gelombang,Nilai 6,5
 Ambles,Nilai 7
 Belahan,Nilai 7

3) International Roughness Index (IRI)


Kinerja perkerasan (pavement performance) harus dapat memberikan pelayanan yang
aman dan nyaman selama umur rencana. Secara umum kinerja perkerasan dapat
ditentukan dengan dua cara yaitu cara objektif dan cara subjektif. Dengan cara objektif,
parameter kinerja perkerasan diperoleh dari suatu pengukuran dengan menggunakan
alat seperti Roughometer NAASRA, sedangkan dengan cara subjektif didasarkan
kepada hasil pengamatan beberapa orang ahli. Suwardo (2004), salah satu parameter
kinerja perkerasan yang dapat ditentukan dengan cara objektif adalah International
Roughness Index (IRI), disebut juga dengan ketidakrataan permukaan jalan, sedangkan
Road Condition Index (RCI), disebut juga dengan indeks kondisi jalan, dapat
dikatagorikan kedalam penentuan parameter kinerja perkerasan secara subjektif.
Kedua parameter kinerja perkerasan tersebut dikelompokan kedalam kinerja
fungsional.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 29
Usulan Teknis

Sukirman (1999), kinerja fungsional berhubungan dengan bagaimana jalan tersebut


memberikan pelayanan kepada pemakai jalan yaitu berupa kenyamanan mengemudi.
Selain kinerja fungsional tedapat juga kinerja struktural yang dipengaruhi oleh beban
lalu lintas dan lingkungan yang dapat dinyatakan dengan parameter Present
Serviceability Index (PSI).

a) International Roughness Index


International Roughness Index (IRI) atau ketidakrataan permukaan jalan
dikembangkan oleh Bank Dunia pada tahun 1980an. IRI digunakan untuk
menggambarkan suatu profil memanjang dari suatu jalan dan digunakan sebagai
standar ketidakrataan permukaan jalan. Satuan yang biasa direkomendasikan
adalah meter per kilometer (m/km).

IRI adalah Parameter Ketidakrataan yang dihitung dari jumlah kumulatif naik
turunnya permukaan arah profil memanjang dibagi dengan jarak / panjang
permukaan jalan yang diukur.

Sayer et al. (1986) telah mengembangkan nilai IRI untuk berbagai umur
perkerasan dan kecepatan. Untuk ketidakrataan permukaan jalan baru nilai IRI <
4 m/km yang dapat ditempuh pada kecepatan 100 km/jam dan untuk jalan lama
nilai IRI < 6 m/km dengan kecepatan sekitar 80 km/jam.

Metode pengukuran yang dikenal pada umumnya adalah metode NAASRA (SNI
033426-1994), Rolling Straight Edge, Slope Profilometer (AASHO Road Test),
CHLOE Profilometer, dan Roughometer.

b) Road Condition Index


Road Condition Index (RCI), disebut juga Indeks kondisi jalan, merupakan salah
satu kinerja fungsional perkerasan yang dikembangkan oleh American Association
of State Highway Officials (AASHO) pada tahun 1960an. Disamping Present
Serviceability Index yang digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan, indeks
kondisi jalan dapat digunakan sebagai indikator tingkat kenyamanan dari suatu
ruas jalan yang dapat diestimasi dari parameter kinerja fungsional lainnya seperti
ketidakrataan perumkaan jalan. Indeks kondisi jalan dapat juga ditentukan
dengan pengamatan langsung secara visual di lapangan oleh beberapa orang ahli.
Penilaian kondisi permukaan perkerasan terhadap parameter RCI dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 30
Usulan Teknis

Tabel B.7 Kondisi Permukaan Jalan secara Visual dan Nilai RCI

RCI Kondisi Permukaan Jalan Secara Visual


8- Sangat rata dan teratur
10
7-8 Sangat baik, umumnya rata
6-7 Baik
5-6 Cukup, sedikit sekali atau tidak ada lubang tetapi permukaan jalan tidak rata
4-5 Jelek, kadang-kadang ada lubang, permukaan jalan tidak rata
3-4 Rusak, bergelombang, banyak lubang
2-3 Rusak berat, banyak lubang dan seluruh daerah perkerasan hancur
≤2 Tidak dapat dilalui kecuali dengan 4WD Jeep

Terdapat beberapa korelasi antara RCI dengan IRI yang telah dikembangkan
antara lain adalah Sukirman (1999) menyarankan korelasi kedua parameter
tersebut seperti dinyatakan pada persamaan 1.

RCI = 10*exp(-0,0501*IRI1,220920) ......................... (1)


Analisa persamaan korelasi dilakukan dengan menggunakan beberapa
kemungkinan persamaan yaitu linear, logarithma, kuadratik dan ekponensial.
Namun hasil yang memberikan nilai R2 paling besar adalah persamaan korelasi
ekponensial.

Gambar B.2 Korelasi antara IRI dengan RCI

Gambar diatas memperlihatkan korelasi antara ketidakrataan permukaan jalan


dengan indeks kondisi jalan.

Pada Gambar diatas terlihat bahwa hampir seluruh data, terlewati oleh garis
persamaan korelasi. Apabila nilai ketidakrataan permukaan mendekati nilai nol,
maka nilai indeks kondisi jalan akan mendekati nilai 10. Hal ini tentunya sesuai
dengan batasan dari nilai indeks kondisi jalan, seperti yang diperlihatkan pada
Tabel E-5. Untuk nilai ketidakrataan permukaan lebih besar dari 25,0 m/km, maka
nilai indeks kondisi jalan akan mendekati nilai nol.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 31
Usulan Teknis

Persamaan korelasi antara kedua parameter tersebut adalah :


RCI = 10 exp

Tabel B.8 Kondisi Permukaan Jalan Secara Visual Dengan Menggunakan Metode RCI

Nilai Perk.
N
Jenis Permukaan Kondisi Ditinjau Secara Visual RCI Nilai
o
IRI
1 Jalan tanah dengan drainase yang jelek, Tidak bisa dilalui 0-2 24-17
dan semua tipe permukaan yang tidak
diperhatikan sama sekali
2 Semua tipe perkerasan yang tidak Rusak berat, banyak lubang dan 2-3 17-12
diperhatikan sejak lama (4-5 tahun atau seluruh daerah perkerasan
lebih)
3 Pen. Mac. lama Latasbum lama, Rusak, bergelombang, banyak 3-4 12-9
Tanah/Batu krikil gravel kondisi baik lubang
dan sedang
4 Pen. Mac. setelah pemakaian 2 tahun, Agak rusak, kadang-kadang ada 4-5 9-7
Latasbum lama lubang, permukaan tidak rata
5 Pen. Mac. baru, Latasbum baru, Tasbutag Cukup, tidak ada atau sedikit 5-6 7-5
setelah pemakaian 2 tahun sekali lubang, permukaan jalan
agak tidak rata
6 Lapis tipis lama dari hotmix, Latasbum Baik 6-7 5-3
baru, Lasbutag baru
7 Hotmix setelah 2 tahun, hotmix tipis Sangat baik umumnya rata 7-8 3-2
diatas Pen. Mac
8 Hotmix baru (Lataston, Laston) Sangat rata dan teratur 8-10 2-0
(Peningkatan dengan menggunakan lebih
dari 1 lapis)

Sumber : Bina Marga

b. Survei Profil Melintang (Alur – Rutting)


Tujuan survei pengukuran profil melintang jalan adalah untuk mengukur kedalaman
(tingkat keparahan – severity) dan sebaran (extent) alur di permukaan jalan, yang
merupakan salah satu parameter dalam penilaian kondisi jalan dan umum digunakan untuk
memonitor kinerja perkerasan jalan.

Alur adalah deformasi permukaan perkerasan aspal dalam bentuk turunnya perkerasan ke
arah memanjang pada lintasan roda kendaraan. Kedalaman alur diukur sebagai deformasi
vertical maksimum pada penampang melintang, baik pada lajur roda atau lajur lalu lintas,
lokasinya diukur dari titik referensi dan tegak lurus sumbu jalan.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 32
Usulan Teknis

Alur dinilai dengan pengukuran profil melintang menggunakan alat profilometer laser. Alat
tersebut harus dapat menghasilkan gambaran penampang melintang dengan lebar
minimum tiga meter, dan data dicatat dan dilaporkan sebagai berikut :
 Lebar pengukuran tidak kurang dari 3200 mm
 Resolusi vertical 0,5 mm
 Jumlah minimum pengukuran setiap profil 13
 Jarak antar pengukuran pada profil melintang 200 mm hingga 400 mm
 Interval pengukuran kearah memanjang 2-meter atau kurang
 Interval pelaporan 20 meter
 Data yang dilaporkan: nilai rata-rata dan standar deviasi dari kedalaman alur lajur roda
kiri dan kanan
 Pembacaan harus dikoreksi untuk menghilangkan pengaruh suspense kendaraan yang
bergerak dan untuk menetapkan ketinggian referensi untuk pengukuran profil
melintang.
Untuk mengukur alur terdapat beberapa metoda dan alat yang sering digunakan, baik
secara manual atau otomatis, dengan kontak atau tanpa kontak, diakukan pada kecepatan
tinggi atau secara statis; seperti dtunjukkan pada Tabel di bawah ini.
Tabel B.9 Metoda Pengukuran Profil Melintang (Rutting)

Manual or Contact or Non- High Speed or


Rutting Measurement Method/Device
Automated Contact Static
Physyical straight edge and wegde Manual Contact Static
Rod and level Manual Contact Static
Dipstick™ (The FACE Companies, Norfolk, Contact Static
Automated
Virginia, USA)
Walking Profilier (ARRB Group, Vermont, Automated Contact Static
Victoria, Australia)
Profilometers with optical sensors (e.g. Automated
Non-Contact High Speed
lasers)
Profilometers with ultrasonic sensors Automated Non-Contact High Speed

Metoda yang ideal untuk pengumpulan data alur adalah dengan menggunakan profilometer
laser dan pelaksanaannya dapat dilakukan bersamaan dengan pengukuran profil
memanjang (ketidakrataan). Di beberapa daerah, dimana penggunaan profilometer laser
diperkirakan tidak layak, maka dapat diterapkan metoda manual dengan menggunakan
mistar. Dalam hal ini, Penyedia Jasa harus melengkapi Rencana Mutu Kontraknya dengan
manajemen lalu lintas untuk menjamin keselamatan personil survei dan pengguna jalan
lainnya.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 33
Usulan Teknis

1) Peralatan
Metoda otomatis dalam pengukuran alur menggunakan kendaraan yang dilengkapi
dengan beberapa sensor laser, misalnya sensor ultrasonik atau Profiler Laser Digital
(DLP) pada profilometer dengan multi laser berfungsi seperti benang atau mistar untuk
mengukur alur. Alat-alat tersebut dapat mengukur profil melintang jalan dengan
interval 50mm ketika kendaraan tersebut dijalankan dengan kecepatan normal.

Validasi pengukuran alur (metoda non-kontak) - Validasi mencakup serangkaian


pengukuran terpisah pada lokasi pengujian masing-masing menggunakan kendaraan
survei dan alat pengukur acuan, dan membandingkan kedua set data secara statistik.
Tujuannya adalah untuk memastikan kendaraan survei yang akan digunakan dapat
mengasilkan data yang valid. Ketelitian alat profilometer laser bervariasi tergantung
jumlah sensor yang diginakan dan kedalaman tekstur permukaan jalan.

Salah satu metoda validasi yang menggunakan suatu alat pengukuran acuan. Metoda
ini terdiri atas dua pengujian:
 Pertama, lima profil melintang diukur dengan profilometer laser dan hasilnya
dibandingkan dengan pengukuran yang independen. Profil yang diukur dapat
berupa permukaan jalan atau profil buatan. Perbandingan ini dilakukan secara
statis, yaitu pengukuran dengan profilometer laser dilakukan dengan kendaraan
tidak bergerak. Pengukuran berikutnya dilakukan dengan kendaraan survei yang
bergerak dengan kecepatan normal, dan hasilnya dibandingkan dengan hasil
pengukuran dengan alat pengukuran acuan seperti alat ukur waterpass, transverse
profile logger, atau mistar. Profil hasil pengukuran profilometer laser yang
mendekati/sama/berimpit dengan profil hasil pengukuran independen, dan
perbandingan dilakukan terhadap kedalaman lajur roda dan alur yang diukur. Sama
seperti metoda validasi pengukuran ketidakrataan (IRI), digunakan analisis regresi
linear. Pengujian dilakukan pada beberapa kecepatan berbeda, untuk membuktikan
bahwa hasil pengukuran dengan profilometer laser tidak terpengaruh oleh
kecepatan kendaraan survei. Metoda ini juga harus dilakukan pengujian
keberulangan (repeatability test), seperti yang diuraikan di bawah ini.
 Kedua, membandingan data alur yang diperoleh menggunakan profilometer yang
divalidasi dengan suatu set data acuan yang diperoleh dari alat profilometer lain
yang sejenis.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 34
Usulan Teknis

Pengukuran keberulangan (repeatability) untuk mengetahui mengetahui indikasi


variasi pada serangkaian pengukuran. Kesalahan bias (bias error) mengindikasikan
adanya pengukuran yang secara sistematis terlalu tinggi atau terlalu rendah yang
dihasilkan suatu alat ukur bila dibandingkan dengan serangkaian pengukuran dengan
alat acuan. Metoda pemeriksaan ini membandingkan dua set pembacaan profil, yang
diambil pada suatu waktu, sepanjang jalan yang disurvei. Pemeriksaan ini harus
dilakukan sebagai bagian dari proses validasi dan harus diulang setiap 30 hari selama
survei.

2) Prosedur
Prosedur survei pengumpulan data alur yang menggunakan alat profilometer laser
sama seperti prosedur survei pengumpulan data ketidakrataan IRI (profil
memanjang).

3) Pelaporan
Data alur jaringan jalan harus dicatat pada interval:
 Setiap 200 meter (untuk metoda non-kontak kecepatan tinggi)
 Panjang yang mewakili ≤ 1.0 km (metoda survei manual)
Data alur harus dilaporkan dalam bentuk tingkat keparahan (severity) dan sebaran
(extent) untuk lajur roda sebelah kiri (dan untuk lajur lalu lintas, bila ada) untuk setiap
interval pelaporan, sebagai berikut:
 Tingkat Keparahan:
 Kedalaman alur rata-rata (mm), dibulatkan
 Standar deviasi kedalaman alur (mm), dalam satu decimal
 Sebaran:
 Persentase panjang dengan kedalaman alur maksimum:
- alur ≤ 5 mm
- 5 mm < alur ≤ 10 mm
- 10 mm < alur ≤ 15 mm
- 15 mm < alur ≤ 20 mm
- 20 mm < alur ≤ 25 mm
- 25 mm < alur ≤ 30 mm
- 30 mm < alur ≤ 35 mm
- 35 mm < alur ≤ 40 mm
- alur > 40 mm
 Dibulatkan.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 35
Usulan Teknis

Data alur harus diikat terhadap titik referensi pada jaringan jalan, agar bermanfaat
dalam proses pengambilan keputusan.
Laporan data alur harus secara jelas menyatakan lajur yang disurvei, dan arah dan
kecepatan kendaraan selama survei, serta termasuk tanggal dan cuaca pada saat
survei; dan faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil survei
(misalnya: adanya pekerjaan konstruksi jalan, kemacetan lalu lintas, permukaan yang
basah, adanya genangan air di permukaan jalan, kendaraan berpindah lajur karena
hambatan atau menyusul kendaraan lain).
Data alur digunakan sebagai salah satu parameter untuk penilaian Kondisi Perkerasan
Jalan (PCI).

4) Data Format
Format data yang diunggah ke Geodatabase Bina Marga harus sesuai dengan format
yang ditetapkan oleh Balai Pelaksanaan Jalan Nasional III Ditjen Bina Marga.

5) Penerimaan
Setelah menerima data dari Penyedia Jasa, Pengguna Jasa akan melakukan audit data
dan/atau verifikasi& validasi terhadap format, ketelitian, kelengkapan, dan kewajaran
data. Penyedia Jasa harus memberikan penjelasan dengan disertai bukti-bukti untuk
setiap permasalahan atau isu yang ada pada data yang diserahkan. Apabila hasil audit
membuktikan adanya ketidaksesuaian atau permasalahan lainnya, maka Penyedia Jasa
harus segera mengambil tindakan perbaikan atau penyelesaian masalah. Tindakan
perbaikan dapat mencakup perbaikan pemrosesan data atau melakukan survei ulang
sebagian atau seluruh ruas jalan yang dipermasalahkan.

Bila dianggap perlu, Pengguna Jasa dapat memeriksa ulang data yang telah diserahkan
ulang, semua biaya yang diperlukan Pengguna Jasa untuk pemeriksaan ulang data
menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa.

Setelah format, ketelitian, kelengkapan, dan kewajaran data dapat diterima oleh
Pengguna Jasa, maka Pengguna Jasa akan menerbitkan Berita Acara Penerimaan Data
yang dapat dilakukan secara parsial/bertahap sesuai dengan volume pekerjaan survei
yang telah diselesaikan dan diterima.

Berita Acara Penerimaan Data parsial/bertahap atau ahir harus menjadi salah satu
syarat pembayaran tagihan Penyedia Jasa untuk perioda waktu yang sesuai.

B.2.2.3 Survei Kapasitas Sturktur Perkerasan Jalan

a. Pengukuran Survey Kerusakan Perkerasan Aspal

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 36
Usulan Teknis

Jenis dan Type Kerusakan pada Perkerasan Aspal


 Fatigue (Allligator) Cracking
Deskripsi : serangkaian retak yang saling bersambung, yang disebabkan rusak
kelelahan pada permukaan hot mix akibat lalu lintas berulang. Pada perkerasan tipis
retak dimulai dari dasar, dimana tensile stress cukup besar lalu menjalar kepermukaan
dalam bentuk satu atau lebih retak memanjang. Ini merupakan retak yang umum atau
“klasik”atau disebut “bottom –up”.

Pada perkerasan yang cukup tebal retak biasanya dimulai dari atas pada lokasi tensile
tress yang tinggi yang dihasilkan dari interaksi ban dan asphalt binder aging (to-down
cracking). Setalah beban berulang retak memanjang akan saling tersambung
membentuk bersudut banyak dan terbentuk seperti kulit buaya.
Masalah yang timbul : indikasi kerusakan struktural, retak dapat dimasuki air,
roughness, dapat berlanjut menjadi rusak berlobang.
Penyebab yang mungkin : tidak cukup menanggung struktur, yang dapat disebabkan
hal-hal berikut :
 Menurunnya karakteristik menanggung beban, pada base, subbase akibat drainese
yang buruk atau kualitas base yang mengandung clay.
 Stripping pada dasar hot mix, bagian yang tripping berkontribusi melemahkan
kekuatan perkerasan akibatnya efektif tebal perkerasan berkurang.
 Meningkatnya beban (ump beban berlebih dibanding dengan disain)
 Tidak memadainya disain struktur perkerasan.
 Pelaksanaan yang tidak baik umpamanya pemadatan yang tidak tercapai sesuai
ketentuan.
Perbaikan: kerusakan harus diteliti untuk menentukan akar penyebab termasuk test
pit atau coring untuk mengetahui adanya air dibawah perkerasan, perbaikan umumnya
dengan dua kategori,
 Rusak setempat menunjukan subgrade yang lemah, ganti dengan pengalian dan
perbaiki drainasenya, lalu di tambal dengan material baru

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 37
Usulan Teknis

 retak yang luas menunjukan kerusakan struktur secara umum, lakukan overlay yang
cukup kuat untuk menanggung beban yang ada.

 Bleeding
Deskripsi : suatu film asapal pada permukaan perkerasan, yang biasanya terlihat licin
dan seperti kaca yang seterusnya dapat lengket pada roda kendaraan.

Masalah: hilangnya skid resistance terutama saat hujan.


Penyebab yang mungkin: bleeding terjadi bila ruang antar agregat diisi seluruhnya oleh
aspal terutama saat cuaca panas yang mengembang kepermukaan perkerasan. Karena
saat cuaca dingin asapal tidak bisa masuk lagi pada perkerasan maka aspal akan
terakumulasi pada permukaan perkerasan, hal ini terjadi akibat kombinasi :
 Kelebihan asapal pada campuran bisa dari salah mix disain atau saat produksinya
 Kelebihan takaran pada penyemprotan chip seal c) rendahnya kadar pori pada
campuran.
Perbaikan : perbaikan dibawah ini hanya memperkecil aspal dipermukaan tetapi tidak
memperbaiki masalah penyebab bleding :
 Bleeding terbatas gunakan pasir kasar untuk blot up kelebihan aspal
 Bleeding yang luas buang dengan grader atau heater palner, lalu diresurfacing.

 Block Cracking
Deskripsi : retak yang saling terhubung yang membagi perkerasan menjadi beberapa
bagian persegi, blok berukuran kira-kira 0,1 m2 – 9 m2. Blok yang luas diklasifikasi
sebagai retak memanjang dan melintang,. Blok cracking unmumnya terjadi pada bagian
perkerasan yang jarang dilalui lalu lintas.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 38
Usulan Teknis

Penyebab yang mungkin: HMA shringkage akibat temperatur berulang, umunya


disebabkan tidak mampunya aspal mengembang dan mengerut akibat cyles temperatur
disebabkan :
 Aspal binder aging
 Pemilihan aspal yang jelek saat mix disain.
Perbaikan: tergantung parah tidaknya kerusakan
 Kerusakan yang rendah (lebar <1/2 inci) cukup retak disealing untuk mencegah
masuk air dan tidak terjadi ravelling pada sisi retak,
 Retak parah (lebar >1/2 inci dan reveled pada sisi retak) bongkar dan ganti dengan
overlay.

 Corugation dan Shoving (Renjul dan Terdorong)


Deskripsi : suatu pergerakan plastis biasanya keriting atau terdorong melintang
permukaan perkerasan,kerusakan biasanya melintang arah lalu lintas,yang biasa terjadi
dipersimpangan.

Masalah : roughness
Kemungkinan penyebab : biasanya disebabkan gerakan lalu lintas (bergerak dan
behenti) dikombinasi dengan low stiffness HMA, disebabkan campuran terkontaminasi,
disain campuran yang salah, produksi yang salah atau penguapan penggunaan aspal
emulsi yang terhambat, kadar air yang berlebihan di subgrade.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 39
Usulan Teknis

Perbaikan: kerusakan yang parah harus dicari akar penyebabnya, trategi perbaiakan
antara lain dengan,
 Rusak yang terbatas buang yang rusak dan ditambal
 Rusak meluas mengindikasikan kerusakan umum campuran, bongkar dan lapisi
dengan overlay.

 Depression (Melendut)
Deskripsi; daerah setempat perkerasan yang lebih rendah dari elevasi yang
sesungguhnya, lendutan ini umumnya terjadi setelah hujan dan air masuk ke tepi
perkerasan.
Masalah yang timbul : roughness, lendutan yang diisi oleh air dapat menyebabkan
vehicle hydroplaning.
Kemungkinan penyebab: settlement subgrade akibat pemadatan yang tidak cukup,
atau ada bagian subgrade yang lemah.
Perbaikan: harus diteliti akar masalah penyebabnya apakah akibat subgrade yang
turun atau sebab lainnya, daerah yang turun dibongkar dan diganti dengan materail
yang baik, lalu tutup dengan tambalan.

 Joint Reflection Cracking


Deskripsi : retak ini terjadi pada overlay
diatas perkerasan kaku, retak terjadi
tepai ditas sambungan perkerasan kaku.
Masalah yang timbul: memungkinkan
air masuk perkerasan, roughness.
Kemungkinan Penyebab: pergerakan
plat beton dibawah perkerasan hot mix
karena thermal atau perubahan kadar air, biasanya tidak disebabkan oleh beban lalu
lintas, namun demikian lalu lintas dapat memperparah kerusakan.
Perbaikan: strategi tergantung pada keparahan retaknya, untuk
retak tidak parah (<1/2 inci lebar retak), retak disealing untuk
mencegah masuknya air dan ravelling pada sisi retak, retak
parah (>1/2 inci lebar retak dam retaknya banyak) bongkar
retak dan diganti dengan overlay.

 Longitudinal Cracking
Deskripsi: retak yang paralel terhadap as jalan atau arah
penghamparan, biasanya jenis fatigue cracking.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 40
Usulan Teknis

Masalah yang timbul: bisa kemasukan air, roughness, indikasi akan terjadi retak buaya
dan kerusakan struktur.

Penyebab yang mungkin:


 Pelaksanaan sambungan yang jelek atau salah lokasinya,sambungan merupakan
daerah perkerasan yang kurang padat, oleh sebab itu harus dibuat diluar jejak roda
sehingga beban berkurang,
 Refektif retak dari lapisan dibawahnya
 Fatigue hot mix yang dapat berlanjut menjadi retak buaya
 Top-down cracking.
Perbaikan : strategi tergantung tingkat kerusakan,
 Rusak ringan dengan lebar retak <1/2 inci seal retak untuk menghindari masuk air
dan terjadinya raveling pada sisi retak,
 Resak berat dengan lebar retak >1/2 inci bongkar dan diperbaiki dengan overlay.

 Patching (Tambalan)
Deskripsi : Daerah Perkerasan yang telah
diganti dengan Material baru untuk
memperbaiki Perkerasan Lama.
Masalah : roughness
Kemungkinan penyebab : kerusakan perkerasan
setempat yang dibuang dan ditambal, pemotongan
utilitas
Perbaikan : tambalan sendiri merupakan
tindakan perbaikan, hanya perbaikan sendiri harus
mengingat sebagai struktural atau non struktural.

 Potholes (Berlubang)

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 41
Usulan Teknis

Deskripsi : penurunan berbentuk cekungan


dari permukaan perkerasan sampai seluruh
lapisan hotmix sampai ke base course nya
,umumnya mempunyai sisi yang tajam dan
vertikal dekat sisi dari lobang, lobang biasa
terjadi pada jalan yang mempunyai hotmix
yang tipis 25 sampai 50 mm dan jarang
terjadi pada jalan hot mix yang tebal 100 mm.

Masalah yang timbul: roughness,


infiltrasi air pada perkerasan
Penyebab yang mungkin: umumnya
,lobang merupakan hasil dari retak
buaya, lalu berlanjut akibat lalu lintas
terlepasnya bagian retak menjadi
lobang.
Perbaikan: dengan penambalan.

 Raveling (Pelepasan Butir)


Deskripsi: kerusakan yang berlanjut pada
lapisan hot mix dari permukaan berlanjut
ke bawahnya sebagai akibat terlepasnya
butiran agregat.
Masalah yang timbul : terlepasnya dubu
pada perkerasan, roughness, air yang
terkumpul pada bagian yang reveling bisa
menyebabkan hydroplaning, dan hilangnya
skid resistance.
Kemungkinan Penyebab: hilangnya ikatan butiran agregate dan aspal sebagai akibat,
 Debu menyelimuti butiran agregat sehingga aspal melekat pada debu bukan pada
agregat
 Segregasi agregat, apabila butiran halus hilang dari matrik agregat, lalu aspal hanya
mampu merekat
 Pada agregat kasar yang relatif mempunyai titik kontak yang terbatas

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 42
Usulan Teknis

 Tidak cukup pemadatan saat pelaksanaan, kepadatan yang tinggi diperlukan untuk
membuat kohesi dalam hotmix, pelepasan mekanis oleh jenis lalu lintas tertentu.
Perbaikan: perkerasan yang reveling harus diteliti akar penyebab kerusakan, umumnya
dibagi dua kategori rusak yang kecil dibuang dan ditambal ulang, rusak yang besar
mengindikasikan kerusakan umum, buang bagian yang rusak dan di overlay.

 Rutting (Beralur)
Deskripsi: depresi permukaan perkerasan pada
jejak roda, terjadi jembulan sepanjang sisi yang
beralur tersebut, alur akan nampak setelah turun
hujan dan terisi air, ada dua jenis rutting yaitu
rutting campuran dan rutting subgrade. Ritting
campuran terjadi bila subgrade belum rutting, tetapi terjadi deprise permukaan pada
jejak roda sebagai akibat masalah pemadatan/ disain campuran. Subgrade rutting
terjadi bila menunjukan subgrade depresi akibat beban, dalam hal ini perkerasan settle
pada subgrade yang diikuti oleh depresi permukaan pada jejak roda.
Masalah yang timbul: alur yang terisi air akan menyebabkan vechile hydroplaning,
dapat berbahaya karena akan menarik kendaraan tetap berada pada lajur alur.
Penyebab yang mungkin: deformasi permanen pada suatu lapisan perkerasan atau
subgrade biasanya disebabkan konsolidasi atau pergerakan lateral material akibat
beban lalu lintas, penyebab khususnya adalah:
 Kurang pemadatan lapisan hot mix saat pelaksanaan, bila kepadatan awalnya belum
cukup, perkerasan akan terus memadat dibawah pengaruh beban lalu lintas.
 Subgrade rutting akibat tidak memadainya struktur perkerasan,
 Tidak memadainya perencanaan campuran umpamanya akibat terlalu tingginya
kadar aspal, kebanyakan material filler, tidak memadainya jumlah butiran agregat
yang bersudut. Rutting yang diakibatkan studded tire wear menunjukan masalah
yang sama seperti rutting yang dibicarakan diatas, tetapi hal ini akibat macanical
dislodfing (pengeluaran mekanis) akibat pemakaian bukan deformasi perkerasan.
Perbaikan : rutting yang berat harus
diteliti akar penyebabnya apakah
kurang pemadatan, subgrade rutting, disain campuran
salah atau studded tire wear, ratung yang
kecil < 1/3 inci (7 mm) dalamnya
biasanya dibiarkan saja, sedangkan
yang berat harus diratakan dan di overlay.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 43
Usulan Teknis

 Slippage Cracking (Retak Bergeser)


Deskripsi : retak bentuk bulan sabit atau setengah lingkaran umumnya mempunyai
dua titik akhir sesuai arah lalu lintas.
Masalah yang timbul :bisa kemasukan air, dan roughness.
Penyebab yang mungkin : pengereman atau belokan roda kendaran yang
menyebabkan permukaan perkerasan slip dan berubah posisi, terjadinya slip dan
deformasi disebabkan rendahnya kekuatan permukaan campuran atau ikatan yang
lemah antara permukan hot mix dengan lapisan dibawahnya pad suatu susunan struktur
perkerasan.
Perbaikan : bongkar dan ganti bagian daerah yang rusak tersebut.

 Stripping
Deskripsi : hilangnya ikatan antara agregat dan aspal pengikat yang umunya dimulai
pada dasar hotmix dan berlanjut kearah atas, apabila stripping mulai dari permukaan
dan berlanjut ke bawah hal ini dinamakan ravelling.
Masalah yang timbul : menurunnya daya dukung struktural, rutting,
shoving/corugation, ravelling atau craking alligator atau longitudinal.
Penyebab yang mungkin: bottom-up stripping susah dikenali karena merupakan
manifestasi pada permukaan perkerasan itu sendiri akibat bentuk distres yang lainnya
termasuk rutting, shoving/corugation, ravelling, atau cracking, biasanya perlu dilakukan
coring untuk menentukan secara jelas akibat kerusakan tersebut hal ini terjadi akibat
 Sifat kimia permukaan agregat yang jelek
 air pada campuran hot mix menyebabkan kerusakan akibat air
 overlay diatas lapisan existing open graded.

 Transverse (Thermal) Cracking


Deskripsi : retak pada perkerasan arah melintang sumbu jalan atau arah pengaspalan,
biasanya merupakan jenis retak thermal
Masalah yang timbul : memungkinkan infiltrasi aiar, roughness
Kemungkinan penyebab :
 Shringkage pada permukaan campuran akibat temperatur rendah atau penuaan
aspal
 Reflective crack akibat retak dibawah lapisan permukaan
 top-down cracking
Perbaikan : strategi tergantung tingkat kerusakan dan berlanjutnya retak,
 Retak ringan lebar (<1/2 inci dan tidak meluas), sealing retak untuk mencegah
masuknya air ke subgrade melelui retak dan terjadinya raveling pada sisi retak

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 44
Usulan Teknis

 Retak berat lebar (>1/2 inci dan meluas) bongkar dan ganti perkerasan yang retak
dengan overlay.
b. Survey Kerusakan Perkerasan Beton (Rigid Pavement)

 Shinkage Cracking
Asumsi Kerusakan Jalan :
1. Lean concrete
 Kesalahan:permukaan terlalu kasar, terjadi retak, tidak menggunakan lapis
pemisah
 Akibat : proses shrinkage (penyusutan) terganggu
 Kerusakan : retak acak
2. Pelat beton
 kesalahan : slump terlalu tinggi
 akibat : dapat menurunkan mutu beton
 kerusakan : kualitas tekstur rendah
 kesalahan : pemadatan kurang sempurna
 akibat : kepadatan kurang homogen
 kerusakan : keropos
Penanganan :
1. Sambungan (joint)
Fungsi : membatasi tegangan dan pengendalian retak yang diakibatkan oleh
penyusutan, pengaruh lenting serta beban lalu-lintas.
Jenis sambungan antara lain : sambungan memanjang ; sambungan melintang;
sambungan isolasi

Gambar B.3 Tipikal sambungan - 1

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 45
Usulan Teknis

Gambar B.4 Tipikal sambungan - 2

Gambar B.5 Sambungan pelaksanaan


2. Lapis pondasi
 Granular material : memenuhi persyaratan gradasi dan mutu pondasi bawah.
Derajat kepadatan minimum 100%.
 Lean concrete : dinyatakan dengan kuat tekan beton karakteristik pada umur 28
hari (tipikal 50 kg/cm2)
 Sebelum pengecoran beton permukaan lapis pondasi ditutup dengan menggunakan
plastik (mencegah kadar semen masuk kedalam lapis pondasi dan sebagai lapis
pemisah).

Gambar B.6 Potongan melintang


3. Pemasangan ruji (dowel)
 Fungsi : sebagai transfer beban, batang muai
 Batang polos yang ditempatkan ditengah ketebalan pelat
 Bagian ruji yang bergerak agar dicat

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 46
Usulan Teknis

Gambar B.7 Dowel dipasang diatas dudukan

B.2.3 Tahap Akhir

Tahap akhir merupakan tahapan analisa data terkait data yang sudah didapatkan di lapangan.

B.2.3.1 Analisa Data Perkerasan dengan Metode Surface Distress Index (SDI)

Dalam menentukan nilai SDI suatu segmen jalan, harus diketahui faktor – faktor kerusakan yang
berpengaruh terhadap nilai SDI tersebut. Adapun faktor kerusakan yang berpengaruh adalah
retak - retak (cracking), bleeding, depression, edge cracking, longitudinal and transverse cracking,
patching and utility cut patching, polished aggregate, potholes, , rutting, shoving, slippage
cracking, swell, weathering and ravelling.

Dari hasil pengamatan tersebut, maka di dapat nilai dari tiap jenis kerusakan yang
diidentifikasi, sehingga untuk menentukan penilaian kondisi jalan didapat dengan cara
menjumlahkan seluruh nilai kerusakan perkerasan yang terjadi dengan bobot yang sudah
ditentukan, dan kemudian akan didapat nilai SDI. Contoh menghitung SDI dapat kita lihat pada
tabel dibawah.

Tabel B.10 Contoh Menghitung SDI


N
Tipe Kerusakan Bobot Survey Perhitungan Jumlah
o
1 % luasan retak 1 10-30 % 20 x 1 20
2 % luasan dengan retak lebar 2 < 10 % 5x2 10
3 Jumlah lubang (no/100m') 3’ < 10’ 5x3 15’
4 Permukaan
Raveling Ravelin
50 50 50
g
Fatty/normal 0 -
5 Kedalaman alur (mm) 5 5 mm 5x5 25
6 % bekas lubang 3 10-30 % 20 x 3 60
SDI = 180
Sumber : Hasil Analisis

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 47
Usulan Teknis

Hasil survei digunakan untuk menghitung nilai Surface Distress Index (SDI) per kilometer. SDI
per km dihitung dengan menjumlahkan hasil survei kondisi per 50 meter, untuk perhitungan
segmen per 50 meter maka parameter jumlah lubang (number of potholes) terlebih dahulu
harus dikalikan 10 sebelum dimasukkan dalam Formula penilaian SDI Number of Potholes.

Gambar B.8 Tata Cara Perhitungan SDI

Gambar B.9 Tata cara perhitungan nilai SDI (2)

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 48
Usulan Teknis

Dari nilai SDI yang didapatkan, dapat ditentukan kondisi segmen jalan dengan menggunakan
Tabel di bawah ini.

Tabel B.11 Tabel Hubungan Nilai SDi Dengan Nilai IRI

IRI SDI
(m/km) < 50 50-100 100-150 > 150
<4 Baik Sedang Sedang Rusak Ringan
4-8 Sedang Sedang Rusak Ringan Rusak Ringan
Rusak Rusak
8-12 Rusak Berat Rusak Berat
Ringan Ringan
> 12 Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat

Berdasarkan Panduan Suvei Kondisi Jalan Nomor SMD-93/RCS, Jakarta, Direktorat Jenderal
Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (2011), perhitungan nilai SDI dilakukan sebagai
berikut:
a. Menetapkan SDI 1 berdasarkan luas retak (Total Area of Cracks)
1. NONE
2. Luas Retak: < 10 % …. SDI1 = 5
3. Luas Retak: 10 - 30 % .. SDI1 = 20
4. Luas Retak: > 30 % ….. SDI1 = 40
b. Menetapkan SDI2 berdasarkan lebar rata-rata retak (Average Crack Width)
1. NONE
2. Lebar rata-rata retak: Halus < 1 mm........... SDI2 = SDI1
3. Lebar rata-rata retak: Sedang 1 - 3 mm............ SDI2 = SDI1
4. Lebar rata-rata retak: Lebar > 3 mm ....SDI2 = SDI1 * 2
c. Menetapkan SDI3 berdasarkan jumlah lubang (Total No. of Potholes)
1. NONE
2. Jumlah lubang: < 1 / 100 m ……… SDI3 = SDI2 + 15
3. Jumlah lubang: 1- 5 / 100 m ……. SDI3 = SDI2 + 75
4. Jumlah lubang: > 5 / 100 m ……… SDI3 = SDI2 + 225
d. Menetapkan SDI4 berdasarkan bekas roda kendaraan (Average Depth of Wheel Rutting)
1. NONE
2. Kedalaman Rutting: < 1 cm … X = 0.5 .. SDI4 = SDI3 + 5 * X
3. Kedalaman Rutting: 1 - 3 cm ... X = 2.…SDI4 = SDI3 + 5 * X
4. Kedalaman Rutting: > 3 cm … X = 4…SDI4 = SDI3 + 5 * X
Setelah perhitungan SDI dari setiap jenis kerusakan didapat nilai total keseluruhan SDI dengan
mengambil nilai yang terbesar dari SDI1, SDI2, SDI3 dan SDI4. Keunggulannya pemilihan nilai

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 49
Usulan Teknis

yang terbesar adalah untuk memperoleh nilai keamanan tertinggi, sedangkan kelemahannya
adalah biaya yang keluar lebih besar.
1. Analisis data mencakup penilaian kondisi jalan pada setiap ruas jalan;
Perhitungan SDI dilakukan secara akumulasi berdasarkan kerusakan pada jalan. Dari nilai
tersebut dapat ditentukan kondisi jalan seperti yang ditetapkan pada Tabel di bawah ini:

Tabel B.12 Kondisi Jalan Berdasarkan Indeks SDI

IRI (m/km) SDI


Baik < 50
Sedang 50-100
Rusak 100-150
Ringan
Rusak Berat > 150
Sumber : Bina Marga, 2011

2. Hasil analisis akan menyampaikan rencana jenis penanganan pada setiap ruas jalan
misalnya apakah penanganan dengan Pemeliharaan Berkala, Pemeliharaan Rutin atau
dengan Peningkatan Jalan.

Berdasarkan Bina Marga (2011), hasil penilaian kondisi kerusakan jalan yang diperoleh
dipergunakan untuk menentukan jenis penanganan jalan berupa Pemeliharaan Rutin (nilai
SDI<100), Pemeliharaan Berkala (nilai SDI 100 - 150) dan Peningkatan /Rekonstruksi (nilai
SDI>150). Penentuan jenis penanganan jalan dari hasil penilaian kondisi kerusakan jalan
dan penilaian kondisi permukaan jalan dapat dilihat dalam Tabel dibawah ini :

Tabel B.13 Penentuan Jenis Penanganan Jalan

SDI
< 50 50-100 100-150 > 150
Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Peningkatan / rekontrsuksi
Pemeliharaan Rutin
Berkala
Sumber : Bina Marga, 2011

B.2.3.2 Penyusunan Stripmap dan Skala Prioritas penanganan Jalan

Data dan informasi keadaan eksisting lapangan berupa data tipikal penampang jalan dan data-
data pendukung lainnya seperti status, fungsi, kelas, dan daerah di mana jalan itu berada dimuat
pada sebuah gambar stripmap. Stripmap jalan dibuat dalam pembagian segmen per 5 meter
untuk 1 jalur jalan.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 50
Usulan Teknis

Dari stripmap jalan yang sudah dibuat kemudian bisa dilakukan pembuatan skala skala
prioritas untuk rencana penanganan di program Pembangunan, Peningkatan dan
Pemeliharaan/ Rehabilitasi Jalan berdasarkan kebutuhan Kabupaten Seluma.

B.2.3.3 Rekomendasi Penanganan Perkerasan

Penanganan perkerasan akan dilakukan berdasarkan hasil penilaian Surface Distress Index.
Penanganan yang dilakukan terdiri dari 3 jenis penanganan antara lain:
1. Rekonstruksi
Penanganan berupa penggantian seluruh lapis permukaan dan lapis pondasi.
2. Rehab Mayor
Penanganan berupa penambalan (patching) dan penambahan lapis tambah (overlay)
struktural.
3. Rehab Minor
Penanganan berupa penambalan (patching) atau penambahan lapis tambah (overlay) non
struktural.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 51
Usulan Teknis

Gambar B.10 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

B.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Protokol Kesehatan


Pada Pelaksanaan Pekerjaan

Untuk melindungi keselamatan dan Kesehatan karyawan kami telah menerapkan


sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam melaksanakan
kegiatan konstruksi.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 52
Usulan Teknis

B.3.1 Perencanaan K3

a. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya


JENIS/TIPE IDENTIFIKASI JENIS
PENGENDALIAN RESIKO K3
PEKERJAAN BAHAYA DAN RESIKO K3
Survei Inventarisasi JenisBahaya : - Memasang Rambu Secukupnya
Jalan - Tertabrak Kendaraan - Memakai Sepatu Boot
- Jatuh - Memakai APD
- Digigit Ular
Resiko :
- Luka Berat
- Meninggal

b. Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya.


Daftar perundang – undangan dan Persyaratan K3 yang wajib dipunyai dan dipenuhi dalam
melaksanakan paket pekerjaan ini adalah :
1. Undang Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 01/Men/1980 Tentang K3 Konstruksi
Bangunan.
3. SKB Menaker Dan Menteri PU No. 174/MEN/1986 Dan No. 104/KPTS/1986
No. 174/MEN/1986 Dan No. 104/KPTS/1986 Tentang K3 Pada Tempat Kegiatan
Konstruksi Beserta Pedoman Pelaksanaan K3 Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
4. SE Menakertrans No.321 tahun 2007
5. Permen PU No. 9 Tahun 2008 tentang Pedoman SMK3
6. PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3
7. Permen PU No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum.
8. UU No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/Prt/M/2014 Tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.
c. Skematika Program SMK3
Skema Program SMK3 dalam Pekerjaan Konstruksi, dapat dilihat pada gambar berikut :

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 53
Usulan Teknis

Gambar B.11 Skematika Program SMK3

1. Program Pencegahan Kecelakaan

 Melakukan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko, dengan


memprioritaskan upaya meniadakan bahaya, mengurangi bahaya, mengisolasi
sumber bahaya, mengikuti prosedur yang selamat, dan upaya yang terakhir
memakai alat pelindung diri, dengan uraian sbb:

 Peniadaan bahaya (eliminasi) yaitu mencegah secara langsung, misal


menutup sumber bahaya, memberi pagar pelindung dari jatuh, dsb.
 Penggantian bahan, metode, alat, proses menjadi yang lebih kecil bahaya dan
risiko-nya, misalnya penggunaan beton precast, penggantian asbes dengan
gypsum, dsb.
 Pengendalian rekayasa, misalnya dengan memberi pelindung pada bukaan,
metode kerja/metode pelaksanaan yang lebih selamat, penggunaan alat bantu
mekanis dsb.
 Pengendalian administratif, misalnya membuat prosedur kerja, ijin kerja,
pelatihan, pemberian rambu-rambu dsb.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 54
Usulan Teknis

 Penggunaan alat pelindung diri (APD), antara lain pelidung kepala dari
benturan (helmed) pelindung kaki (safety shoes), pencegah jatuh (safety
harness), pelindung mata (google), pelindung

 Membuat analisis keselamatan pekerjaan (Job Safety Analysis) langsung di


tempat/lokasi pekerjaan nya untuk memastikan, jenis bahaya yang ada dan apa
upaya pengendalian yang paling tepat.

 Melakukan pengendalian yang langsung bias mencegah kecelakaan di tempat


kerja :

 Mengendalikan perilaku pekerja agar disiplin pakai APD (Alat Pelindung Diri)
dari kecelakaan,
 Mengendalikan kondisi tempat, alat, bahan, & lingkungan kerja dengan
memasang APK (alat pelindung kerja) a.l: pagar, tangga, barikade, jaring
pengaman dll untuk mencegah kecelakaan.

2. Penjelasan Bahaya & Pencegahan Risiko Kecelakaan (Safety Induction)

Setiap orang yang baru masuk pertama kali ke lokasi proyek, apakah pegawai,
pengguna jasa, konsultan, subkontraktor, tamu dsb. harus mendapatkan safety
induction, yaitu penjelasan tentang:

 Peraturan Keselamatan dan kesehatan kerja di proyek


 Potensi bahaya terkait dengan pekerjaan atau lokasi yang akan dihadapi
 Upaya pencegahan kecelakaan yang harus dilakukan ketika berada di tempat
berbahaya
 Petunjuk keselamatan yang harus diikuti
 Tindakan darurat, yang harus disadari, dipahami dan dilakukan bila terjadi
keadaan darurat.

3. Perbincangan K3 (Safety Talk, Safety Morning Talk)


Mengumpulkan semua pekerja di lapangan sebelum mulai bekerja, dan menyampaikan
himbauan / komitmen bersama setiap Jum’at pagi selama +/- 15 menit, untuk terus
melindungi dan menjaga keselamatan dan kesehatan diri masing-masing dan orang-
orang yang berada di dekatnya dengan mematuhi peraturan K3 dan terus disiplin
memakai APD dan berperilaku selamat dan hati-hati.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 55
Usulan Teknis

4. Pemeliharaan dan Peningkatan Kesadaran K3 (Safety Awareness).


Promosi dan memberikan motivasi kepada semua orang yang ada ditempat kerja
untuk secara terus-menerus melaksanakan program K3 secara konsisten agar tidak
ada kecelakaan, berupa:

 Pemberian informasi dan berita terkait K3 melalui papan pengumuman,


 Poster, sapanduk K3, dan Rambu-rambu,
 Mengadakan safety sharing event, pemberian penghargaan ketaatan dan sanksi
pelanggaran.

5. Inspeksi K3 & Patroli K3 (Safety Inspection & Safety Patrol)


 Inspeksi K3 berkala (Harian, Mingguan, pakai Formulit Inspeksi) untuk setiap item
pekerjaan, alat, material & lingkungan kerja, untuk menguji kesesuaiannya dengan
standar K3, spesifikasi teknisInspek si insidentil/dadakan, untuk menguji tingkat
penerapan program K3 dan perilaku pekerja secara real/nyata apakah telah betul
membudaya atau diikuti hanya jika ada jadwal inspeksi.
 Patroli K3 (safety patrol) secara rutin oleh tim proyek atau dari pengawas dan
pengguna jasa.
Tujuan inspeksi ini adalah untuk menguji Kesesuaian terhadap standar K3 setiap
sumberdaya dan proses, untuk segera dilakukan perbaikan & tindakan pencegahan,
karena menyangkut keselamatan dan kesehatan, yang sewaktu-waktu dapat
menimbulkan kecelakaan berat dan fatal.

6. Pengukuran Kinerja SMK3


 Pengukuran kinerja SMK3 terhadap indikator positif, berupa Tingkat Penerapan
SMK3, sejauh mana program SMK3 dilaksanakan, mengukut tingkat kepatuhan
terdap Peraturan dsb. Sifatnya lebih pro aktif guna meningkatkan kinerja dan
mencegah kecelakaan.
 Pengukuran terhadap indikator negatif, antara lain jumlah insiden, jumlah hari
kerja hilang, jumlah pelanggaran, nearmiss, dsb.
 Melakukan penyelidikan insiden, dan
 Membuat Laporan ketidak sesuaian,
 Melakukan observasi nearmiss, tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan,
 Melakukan Audit internal untuk mengukur efektifitas penerapan SMK3.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 56
Usulan Teknis

7. Rapat K3 (Safety Meeting)


Menyelenggarakan Rapat Pertemuan K3 seminggu sekali setiap hari Rabu untuk
membahas : Pencapaian targetK3, Angka Pelanggaran, Efektifitas pelaksanaan, Tindk
lanjut hsl inspeksi dan Tindak lanjut audit. Dalam rapat ini diharapkan setiap masalah
K3 bisa diperbaiki.

8. Audit Internal SMK3 (Safety Internal Audit)


Dilakukan setiap 3 bulan sekali untuk mengevaluasi seberapa jauh efektifitas SMK3,
tindakan perbaikan dan pencegahan secara sistemik yang harus dilakukan.

9. Pelatihan K3 (Safety Training)


 Pelatihan K3 bagi pekerja cara menggunakan APD dan APK, agar sehat, selamat
dan produktif
 Pelatihan K3 bagi mandor & staf proyek agar dapat melatih & memotivasi pekerja
untuk belerja sehat & selamat dalam kondisi apapun.
 Materi/subyek yang dilatihkan, meliputi sekurang-kurangnya: Penggunaan APD,
alat, dan bahan, Dasar-dasar K3, P3K, evakuasi, Pemadaman Api, dan Simulasi
keadaan darurat

B.3.2 Sasaran dan Program K3

A. Sasaran K3
a. Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal Accident)
b. Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80 %
c. Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan resiko pekerjaannya
masing-masing

B. Program K3
a. Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD, Rambu-rambu,
Spanduk, Poster, pagar pengaman, dsb) secara konsisten
b. Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja berbahaya
c. Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan

C. Organisasi K3
Menyediakan Petugas K3 sesuai dengan Struktur Organisasi yang diusulkan.

PENANGGUNG JAWAB K3

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 57
EMERGENCY P3K KEBAKARAN
Usulan Teknis

B.3.3 Protokol Kesehatan

Pandemi COVID-19 telah memengaruhi seluruh aspek kehidupan, bahkan menghentikan


aktivitas perekonomian di berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia. Banyak masyarakat yang
terkena dampaknya, mulai dari kehilangan pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja (PHK)
hingga berkurangnya pendapatan. Di sisi lain, ketahanan perusahaan dalam menghadapi situasi
seperti ini sangatlah menentukan nasib keberlanjutan bisnisnya. Beberapa perusahaan bahkan
telah menyiapkan skenario terburuk dalam menghadapi dampak COVID-19.

Dunia juga disebut akan memasuki era baru atau New Normal. Kondisi ini memungkinkan
adanya banyak perubahan tatanan kehidupan manusia yang lebih menitikberatkan pada aspek
kesehatan. Pada intinya, kondisi new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap
menjalankan aktivitas normal dengan memperhatikan penerapan kesehatan guna mencegah
penyebaran COVID-19. 

a) Protokol kesehatan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi


Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI telah menerbitkan Keputusan Menteri Nomor
HK.01.07/MENKES/328/2020. Dalam dokumen ini, telah dijabarkan hal-hal teknis yang
dapat dilakukan perusahaan untuk melakukan pengendalian penyebaran COVID-19.
Protokol kesehatan tersebut kemudian diperkuat dengan disusulnya Instruksi Menteri
PUPR Nomor 2/IN/M/2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Mengacu pada dua keputusan meneri ini, kami akan merangkum sekaligus menjelaskan
bagaimana protokol kesehatan yang dapat diterapkan perusahaan untuk pekerjaan yang
berkaitan dengan proyek konstruksi.

1. Membentuk Satuan Tugas Pencegahan COVID-19


Dalam tahap awal, perusahaan diharuskan membentuk Satuan Tugas pencegahan
COVID-19. Satuan Tugas setidaknya berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang yang
terdiri dari 1 ketua yang merangkap sebagai anggota dan 4 (empat) anggota yang
dapat mewakili pemilik/penyelenggara proyek, konsultan, kontraktor, subkontraktor,
maupun vendor/supplier.
Pihak Satuan Tugas yang telah dibentuk diharapkan dapat memantau dan
memperbarui perkembangan informasi mengenai COVID-19 yang berada di
wilayahnya. Selain itu, Satuan Tugas Pencegahan COVID-19 memiliki tanggung jawab

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 58
Usulan Teknis

untuk melakukan sosialisasi, edukasi, mencegah, memeriksa, maupun menangani


kasus yang berkaitan dengan COVID-19.

2. Membuat kerja sama penanganan dengan fasilitas kesehatan setempat


Pihak perusahaan kontraktor bersama Satuan Tugas diharapkan dapat menjalin
koordinasi dan kerja sama dengan rumah sakit atau fasilitas kesehatan setempat.
Dengan dibangunnya koordinasi yang baik, jika sewaktu-waktu terdapat kasus reaktif
di area kerja, pihak perusahaan dapat dengan cepat memberikan penanganan maupun
merujuk pasien.
3. Menyediakan fasilitas pencegahan COVID-19
Adapun fasilitas kesehatan yang dimaksud pada poin ini adalah ruang klinik yang
dilengkapi sarana kesehatan memadai, seperti tabung oksigen, pengukur suhu badan,
pengukur tekanan darah, obat-obatan, nomor telepon darurat, termasuk juga petugas
medis.
Selain fasilitas kesehatan pada ruang klinik, perusahaan kontraktor diwajibkan
menyediakan fasilitas pencuci tangan beserta sabun, hand sanitizer dengan
konsentrasi alkohol minimal 70%, tisu, dan poster edukasi mengenai tata cara mencuci
tangan yang baik dan benar.
Perusahaan juga diharapkan dapat menyediakan vitamin dan nutrisi tambahan bagi
setiap pekerja. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga stamina dan kekebalan tubuh
pekerja dari risiko terinfeksi virus.
4. Mengedukasi karyawan dan seluruh orang untuk dapat menjaga diri dari COVID-
19
Bentuk edukasi pencegahan COVID-19 dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu melalui
sosialisasi langsung dan tidak langsung. Proses sosialisasi langsung dapat dilakukan
sebelum karyawan memulai pekerjaan atau dikenal dengan penyuluhan K3 (Kesehatan
dan Keselamatan Kerja) di pagi hari (safety morning talk) dan setelah menyelesaikan
pekerjaan.

Sementara sosialisasi tidak langsung dapat dilakukan melalui pemasangan poster pada
tempat yang strategis dan menyebar poster digital mengenai imbauan mencuci tangan
secara teratur, menggunakan masker, menjaga jarak, maupun langkah pencegahan
lainnya.

5. Skrining kesehatan karyawan secara teratur


Manajer proyek di lapangan haruslah menyediakan alat pengukur suhu
atau thermogun untuk memeriksa suhu setiap pekerja maupun pengunjung yang

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 59
Usulan Teknis

masuk ke area lapangan. Pengecekan suhu ini sebaiknya juga dilakukan secara teratur,
baik di waktu pagi, siang, dan sore. Jika terdapat pekerja atau pengunjung yang terlihat
kurang sehat dan suhu tubuh tinggi, manajer proyek di lapangan wajib untuk
melarangnya masuk dan membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat.
6. Menjaga kebersihan dan higienitas area kerja
Banyak orang yang menghabiskan
kesehariannya di tempat kerja. Untuk itu,
kebersihan dan higienitas area kerja
adalah hal yang utama. Di masa pandemi
COVID-19 ini, pihak perusahaan harus
melakukan pembersihan fasilitas secara
rutin.
Lakukan penyemprotan disinfektan
secara berkala. Pemilihan disinfektan juga harus sesuai dengan persyaratan
perdagangan dari pemerintah setempat, termasuk peraturan-peraturan yang berlaku.
Larutan disinfektan harus dipersiapkan dan digunakan sesuai instruksi dari
Kementerian Kesehatan/departemen kesehatan, termasuk instruksi untuk melindungi
keselamatan dan kesehatan petugas disinfeksi, penggunaan alat pelindung diri, dan
tidak mencampur disinfektan-disinfektan kimia yang berbeda.
Disinfeksi harus diprioritaskan untuk permukaan-permukaan yang sering disentuh,
termasuk juga permukaan meja, pegangan pintu, laptop, remote control, mouse,
maupun peralatan kerja yang digunakan saat di lapangan.
Selain itu, koordinator proyek di lapangan juga harus mengatur penggunaan alat kerja
masing-masing karyawan. Bila harus bergantian, pastikan peralatan kerja (sharing
tools) telah dibersihkan menggunakan cairan disinfektan.
7. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
Adapun alat pelindung diri yang wajib
dikenakan oleh setiap pekerja adalah
masker dan sarung tangan. Jika
memungkinkan, gunakan masker jenis
N95, atau minimal masker kain yang
diganti setiap empat jam sekali. Tentunya,
pihak perusahaan kontraktor harus
berusaha menyediakan masker bagi para
pekerja.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 60
Usulan Teknis

Untuk menjaga aspek kesehatan dan kebersihan area kerja, sediakan juga tempat
pembuangan tertutup untuk membuang bahan-bahan yang telah terpakai agar area
kerja tetap terjaga higienisnya.  
8. Melakukan physical distancing di area proyek
Virus COVID-19 dapat menular dengan mudah melalui kontak langsung maupun
percikan/partikel droplet dari penderita. Risiko paparan COVID-19 menurut WHO
adalah adanya kemungkinan kontak erat (di bawah 1 meter)  dengan orang-orang
yang telah terinfeksi COVID-19. Untuk itu, sosialisasikan juga mengenai pengaturan
jarak antarpekerja minimal satu meter pada setiap aktivitas kerja.
Pengorganisasian kerja dengan menggunakan panggilan telepon, surat elektronik,
maupun rapat virtual dapat menjadi alternatif cara untuk menjalin komunikasi
antarpekerja. 
9. Membatasi jumlah pekerja dan pengunjung di lokasi proyek
Physical distancing atau menjaga jarak akan semakin mudah jika jumlah orang yang
ada di area proyek sedikit. Untuk itu, jumlah pekerja dan pengunjung haruslah
dibatasi. Buatlah kebijakan mengenai pembatasan pengunjung maupun jadwal kerja
karyawan. Meskipun pembatasan jumlah pekerja akan berdampak terhadap jadwal
proyek yang telah ditentukan, keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja tetaplah
harus diutamakan.  
10. Menghentikan sementara pekerjaan jika terindikasi karyawan yang terpapar
COVID-19
Menurut Instruksi Menteri PUPR Nomor 2/IN/M/2020, penyelenggaraan jasa
konstruksi dapat diberhentikan sementara jika teridentifikasi:
 Memiliki risiko tinggi akibat lokasi proyek berada di pusat/zona penyebaran
COVID-19
 Telah ditemukan pekerja yang positif dan/atau berstatus Pasien Dalam Pengawasan
(PDP), atau
 Pimpinan kementerian/lembaga/instansi/kepala daerah telah mengeluarkan
peraturan untuk menghentikan kegiatan sementara akibat keadaan kahar

b) Langkah-langkah khusus untuk lokasi kerja dan pekerjaan berisiko tinggi


Selain langkah-langkah yang telah disebutkah di atas, WHO telah menerbitkan protokol
kesehatan yang dapat diimplementasikan untuk kegiatan dan pekerjaan berisiko tinggi.

Buatlah penilain risiko dan rencana aksi pencegahan dan mitigasi COVID-19

Penggunaan masker medis, jubah sekali pakai, sarung tangan, dan perlindungan mata
untuk pekerja di lingkungan yang berisiko tinggi atau berada di dalam zona merah

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 61
Usulan Teknis

Latih pekerja dalam praktik-praktik pencegahan dan pengendalian infeksi serta


penggunaan alat pelindung diri

Jangan menugaskan pekerja yang memiliki gangguan kesehatan bawaan, mengandung, atau
berusia lebih dari 60 tahun untuk menjalankan tugas-tugas berisiko tinggi

Pencegahan dan penanganan COVID-19 tidak akan berjalan sukses tanpa dukungan dari
kita semua, termasuk juga organisasi pekerja. Untuk itu, organisasi pekerja memiliki peran
penting untuk ikut berpatisipasi dalam melakukan pencegahan penularan. Organisasi
pekerja juga harus ikut mengawasi dan mengedukasi setiap pekerja agar mengikuti praktik
protokol kesehatan yang telah disusun oleh perusahaan.

Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh negara menunjukkan fungsi penting


penyelenggaraan K3 untuk setiap bidang pekerjaan. Selain untuk memastikan tempat kerja
aman digunakan, K3 sangat penting untuk menjamin kesehatan maupun membatasi
penyebaran virus yang mudah menular. Dengan begitu, penerapan K3 di area kerja menjadi
kunci dalam melindungi kesehatan pekerja dan keluarganya.

Dengan memiliki rencana mitigasi risiko darurat di tempat kerja, maka penyebaran COVID-
19 dapat dengan mudah diatasi. Selain itu, setiap pengawas K3 diharapkan tetap
melakukan pemantauan terhadap kondisi area kerja. Hal ini sangat diperlukan untuk
memastikan bahwa langkah-langkah pengendalian COVID-19 telah dijalankan dengan baik.

B.4 Organisasi Pelaksana Kegiatan

B.4.1 Tenaga Ahli

Tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan yang dijelaskan dalam kerangka acuan kerja untuk
melaksanakan pekerjaan Updating Data Base dan Survey Kondisi Jalan Jembatan di Kabupaten
Seluma ini terdiri dari dua tenaga ahli termasuk team leader sesuai dengan keahliannya masing-
masing. Kebutuhan tenaga ahli terdiri dari :

1. Tim Leader (Ahli Jalan – Madya)

Minimal telah berpengalaman dalam bidang jalan atau sejenisnya, berlatar belakang pendidikan
minimal S1 Teknik Sipil dan memiliki sertifikat keahlian (SKA) Ahli Teknik Jalan – Madya
dengan pengalaman kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun. Tugas Team Leader yaitu :

 Mengkoordinasikan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan ini sehingga dapat
menghasilkan pekerjaan yang baik.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 62
Usulan Teknis

 Mempersiapkan petunjuk teknis dari setiap kegiatan pekerjaan baik pengambilan data,
pengolahan maupun penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan.
 Melakukan penelaahan sistem survey jalan yang telah dikembangkan.
 Menyusun rencana skala prioritas penanganan jalan.

2. Tenaga Ahli Geodesi

Minimal tekah berpengalaman dalam bidang jalan atau sejenisnya, berlatar belakang
pendidikan S1 Teknik Sipil dan memiliki sertifikat keahlian (SKA) Ahli Geodesi – Muda dengan
pengalaman kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun. Tugas tenaga ahli geodesi yaitu :

 Melakukan penelaahan sistem survey jalan yang telah dikembangkan.


 Melakukan pengumpulan data ruas jalan baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy.
 Menyusun pekerjaan persiapan
 Melaksanakan survey awal
 Mengitung sumber daya dan teknologi
 Menyusun rencana kerja pekerjaan geodesi
 Melaksanakan pekerjaan geodesi
 Menyusun laporan hasil pekerjaan geodesi
 Melakukan koordinasi dengan Tenaga Ahli lainnya terhadap hasil kajian dan evaluasi
penyusunan informasi database jalan.
 Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Ketua Tim

B.4.2 Tenaga Pendukung

Tenaga pendukung merupakan anggota tim yang bertugas untuk membantu pekerjaan sebagai
surveyor, drafter/operator CAD dan operator komputer dalam pekerjaan Updating Data Base
dan Survey Kondisi Jalan Jembatan di Kabupaten Seluma. Kebutuhan tenaga pendukung terdiri
dari :

1. Surveyor

Anggota tim surveyor terdiri dari 8 (delapan) orang dan berpendidikan minimal SMA / SMK.
Adapun tugas surveyor adalah sebagai berikut :

• Melaksanakan Survey Kondisi Jalan


• Melaksanakan Survey Inventarisasi Jalan
• Melaksanakan Pengolahan Hasil Lapangan
• Bertanggung jawab kepada Team Leader;

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 63
Usulan Teknis

• Membantu melaksanakan entry database jalan

2. Drafter / Operator CAD

Tenaga pendukung sebagai drafter/operator CAD terdiri dari 1 (satu) orang dan berpendidikan
minimal SMA / SMK. Adapun tugas drafter/operator CAD adalah sebagai berikut :

• Bertanggungjawab kepada team leader dan tenaga ahli geodesi


• Menyiapkan program kerja SIG.
• Koordinasi dalam penentuan referensi yang digunakan dengan direksi pekerjaan.
• Memeriksa data lapangan dan analisis data dalam penggambaran.
• Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan pembuatan peta
• Pembuatan Peta
• Mengikuti staf konservasi ke lapangan untuk mengecek kondisi di lapangan dibandingkan
kondisi yang dilihat dari citra satelit.
• Bekerjasama dengan tim konservasi dalam mengumpulkan data GPS terkait dengan
kebutuhan program

3. Operator Komputer

Anggota tim operator komputer terdiri dari 2 (dua) orang dan berpendidikan minimal SMA /
SMK. Adapun tugas operator komputer adalah sebagai berikut :

• Membangtu Tenaga ahli dalam Pengetikan dan editing Laporan-Laporan Pekerjaan.


• Membantu malakukan Input Data hasil survey.

B.5 Pelaporan

Kegiatan Updating Data Base dan Survey Kondisi Jalan Jembatan di Kabupaten Seluma terdiri
dari beberapa tahap laporan sebagai berikut :

A. Laporan Pendahuluan

Laporan pendahuluan ini pada intinya memuat berbagai aspek yang berkaitan dengan
rencana kerja (work plan) Konsultan pada kegiatan awal. Target pengumpulan laporan
pendahuluan harus diserahkan selambat-lambatnya: 30 hari kalender/bulan sejak SPMK
diterbitkan dan dicetak sebanyak 5 (lima) eksemplar.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 64
Usulan Teknis

B. Laporan Teknis

Laporan ini esensinya memuat tentang paparan fakta beberapa aspek yang ada beserta
analisisnya terkait dengan hasil survey dilapangan mengenai kondisi jalan dan jembatan.
Target pengumpulan laporan teknis harus diserahkan selambat-labatnya : 60 hari
kalender/bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

C. Laporan Akhir

Laporan ini berisi rangkuman semua kegiatan Survey yang telah dilaksanakan, pengolahan
data, perhitungan dan analisis beserta asumsi yang digunakan dalam pekerjaan ini. Target
pengumpulan laporan akhir harus diserahkan selambat-lambatnya 90 hari kalender sejak
SPMK diterbitkan dan dicetak sebanyak 5 (lima) eksemplar.

D. Hardisk Eksternal 1 Terabbite

Hardisk eksternal digunakan sebagai alat penyimpanan data yang berisikan mengenai
pelaporan, dokumentasi hasil survey, data-data temuan dilapangan selama kegiatan
berlangsung dan data-data lainnya. Hardisk ini berkapasitas 1TB dan diserahkan selambat-
lambatnya bersamaan dengan berakhirnya kegiatan Updating Data Base dan Survey
Kondisi Jalan Jembatan Kabupaten Seluma.

B.6 Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

Secara normatif arti dari suatu organisasi adalah seluruh rangkaian proses kegiatan untuk
menetapkan dan membagi habis pekerjaan yang akan dilakukan, pembatasan wewenang dan
tugas, serta adanya penetapan hubungan antara unsur pelaksana dalam rangka mencapai
tujuan tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, dalam pelaksanaan pekerjaan, pihak penyedia
jasa adalah unsur pelaku secara langsung dalam kegiatan tersebut. Dalam pelaksanaannya,
penyedia jasa akan berperan untuk membantu Pemerintah dalam bidang penyusunan dan
pengembangan manajemen proyek beserta aplikasinya, pengembangan kelembagaan,
pengawasan kualitas teknis pekerjaan serta melakukan monitoring, evaluasi, akunting, dan
pelaporan dalam seluruh proses pengelolaan proyek tersebut.

Untuk kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan, pihak konsultan perlu


merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan peran dan tugas
tersebut. Untuk memudahkan dan memelihara efisiensi kerja, perlu disusun suatu organisasi
pelaksanaan pekerjaan agar dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan dan sasaran serta
jadwal yang telah ditetapkan. Pada dasarnya, penyusunan organisasi pelaksana tersebut
menyangkut hubungan kerja antara pemberi tugas dan penerima / pelaksana pekerjaan

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 65
Usulan Teknis

(Konsultan), disamping hubungan kerja yang bersifat pertanggung jawaban administratif.


Untuk jelasnya hubungan kerja akan terlihat pada diagram susunan organisasi pekerjaan,
seperti yang terlihat pada Gambar berikut.

Gambar B.12 Struktur Organisasi Pekerjaan

B.7 Peralatan Penunjang

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan dan juga aktivitas
intern perusahaan, selain keberadaan tenaga ahli dan staf pendukung, maka dibutuhkan juga
kelengkapan peralatan perkantoran serta perlengkapan survey lapangan. Sebagai pihak
penyedia jasa, dalam pelaksanaan pekerjaan telah menyediakan peralatan yang dimaksud
dengan jumlah cukup dan kondisi peralatan dalam keadaan baik. Peralatan tersebut merupakan
milik sendiri dan berlokasi di tempat (kantor) dengan tahun keluaran yang relatif masih baru.

Dalam pekerjaan, tidak semua peralatan yang tersedia digunakan dalam pekerjaan ini, hanya
beberapa peralatan saja yang dapat digunakan. Adapun peralatan kantor dan survey yang
digunakan dalam pekerjaan ini adalah:

1. Peralatan Kantor yang digunakan meliputi : komputer dan kelengkapannya, printer,


peralatan gambar, peralatan tulis, peralatan/instrument pengukuran/pemetaan, barang-
barang habis pakai, meja serta kursi.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 66
Usulan Teknis

2. Peralatan Survey yang digunakan yaitu: kamera digital, handycam, GPS, dan lain – lain.

B.8 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Pelaksanaan kegiatan akan dilakukan selama 90 (sembilan puluh) hari kalender. Setiap tahapan
yang akan dilakukan, diuraikan secara detail berdasarkan komponen-komponen kerja setiap
tahapan dan waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaannya, disusun dalam suatu rangkaian time
schedule.

Secara garis besarnya tahapan yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah
sebagai berikut :

Tabel B.14 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Bulan Ke-
N
Kegiatan I II III
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan dan Mobilisasi
1 Pemahaman KAK
2 Penajaman Metodologi
Menyusun Rencana Kerja dan Perangkat
3
Administrasi Teknis
4 Pengajuan Jadwal Waktu Pelaksanaan Pekerjaan
5 Mobilisasi Personil
6 Pengumpulan data awal
7 Koordinasi dan konfirmasi
8 Penetapan lokasi rencana
Survey Pendahuluan
9 Studi Literatur
10 Koordinasi dengan instansi terkait
11 Pengumpulan data sekunder
12 Survey pendahuluan inventarisasi jalan
13 Survey pendahuluan geometrik eksisting jalan
14 Dokumentasi
Survey Lapangan
15 Survey inventarisasi jalan
16 Survey kondisi jalan
17 Survey profil jalan
18 Survey kapasitas struktur perkerasan jalan
Drainase jalan eksisting : jenis konstruksi,
19
ukuran, arah aliran, kondisi gorong-gorong
Jarak pagar / bangunan, ke pinggir perkerasan
20
jalan rencana
21 Jarak tebing ke pinggir perkerasan jalan rencana
Tahap Akhir
22 Analisa dan evaluasi data
23 Analisis kondisi perkerasan
24 Data reduction
25 Penyiapan stripmap kondisi jalan
26 Mapping peta
27 Rekomendasi penanganan perkerasan

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 67
Usulan Teknis

Bulan Ke-
N
Kegiatan I II III
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan perangkat lunak untuk aplikasi
28 database jaringan Jalan berupa Sistem Informasi
Geografis
Penyiapan dokumen akhir laporan survey kondisi
29
jalan
Pelaporan
30 Laporan Pendahuluan
31 Laporan Teknis
32 Laporan Akhir
33 Pengumpulan Harddisk Eksternal 1TB

B.9 Komposisi Tim dan Penugasan Tenaga Ahli

Uraian singkat tugas tenaga ahli dan tenaga pendukung yang akan menangani pekerjaan ini,
adalah:

1. Bertanggungjawab kepada
Koordinator Proyek;
2. Merupakan tenaga ahli
yang dipercaya untuk mengerjakan pekerjaan;
3. Melakukan pengkajian
sesuai dengan bidang atau aspek masing-masing;
4. Bertanggung jawab
terhadap pekerjaan sesuai dengan bidang masing-masing;
5. Bertanggungjawab
terhadap kualitas pekerjaan; dan
6. Melakukan kerjasama tim.

Untuk jelasnya mengenai rekapitulasi tim dalam pekerjaan ini secara lengkap dapat dilihat pada
tabel berikut :

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 68
Usulan Teknis

Tabel B.15 Komposisi Tim dan Penugasan Tenaga Ahli

Jumlah
Tenaga Ahli
No Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing
Bulan
A TENAGA AHLI (PROFESIONAL STAFF)
PT. Kriyasa Lokal Teknik Sipil Team Leader  Mengkoordinasikan semua personil yang 3
Abdi terlibat dalam pekerjaan ini sehingga
Nusantara dapat menghasilkan pekerjaan yang baik.
 Mempersiapkan petunjuk teknis dari
setiap kegiatan pekerjaan baik
pengambilan data, pengolahan maupun
penyajian akhir seluruh hasil pekerjaan.
 Melakukan penelaahan sistem survey
jalan yang telah dikembangkan.
 Menyusun rencana skala prioritas
penanganan jalan.
PT. Kriyasa Lokal S1 Teknik Sipil Ahli Geodesi  Melakukan penelaahan sistem survey 3
Abdi jalan yang telah dikembangkan.
Nusantara  Melakukan pengumpulan data ruas jalan
baik dalam bentuk softcopy maupun
hardcopy.
 Menyusun pekerjaan persiapan
 Melaksanakan survey awal
 Mengitung sumber daya dan teknologi
 Menyusun rencana kerja pekerjaan
geodesi
 Melaksanakan pekerjaan geodesi
 Menyusun laporan hasil pekerjaan
geodesi
 Melakukan koordinasi dengan Tenaga
Ahli lainnya terhadap hasil kajian dan
evaluasi penyusunan informasi database
jalan.
 Dalam melaksanakan tugas bertanggung
jawab kepada Ketua Tim

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 69
Usulan Teknis

Jumlah
Tenaga Ahli
No Nama Personil Perusahaan Lingkup Keahlian Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing
Bulan
B TENAGA PENDUKUNG
PT. Kriyasa Lokal Surveyor Surveyor  Melaksanakan Survey Kondisi Jalan 3
Abdi  Melaksanakan Survey Inventarisasi Jalan
Nusantara  Melaksanakan Pengolahan Hasil
Lapangan
 Bertanggung jawab kepada Team Leader;
 Membantu melaksanakan entry database
jalan
PT. Kriyasa Lokal Drafter / Operator Drafter /  Bertanggungjawab kepada team leader 3
Abdi CAD Operator CAD dan tenaga ahli geodesi
Nusantara  Menyiapkan program kerja SIG.
 Koordinasi dalam penentuan referensi
yang digunakan dengan direksi
pekerjaan.
 Memeriksa data lapangan dan analisis
data dalam penggambaran.
 Bertanggung jawab terhadap hasil
pekerjaan pembuatan peta
 Pembuatan Peta
 Mengikuti staf konservasi ke lapangan
untuk mengecek kondisi di lapangan
dibandingkan kondisi yang dilihat dari
citra satelit.
 Bekerjasama dengan tim konservasi
dalam mengumpulkan data GPS terkait
dengan kebutuhan program
PT. Kriyasa Lokal Operator Komputer Operator  Membangt 3
Abdi Komputer u Tenaga ahli dalam Pengetikan dan
Nusantara editing Laporan-Laporan Pekerjaan.
 Membantu
malakukan Input Data hasil survey.

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 70
Usulan Teknis

B.10 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli

Dalam pekerjaan akan terlibat 2 orang tenaga ahli yang terdiri dari team leader dan ahli geodesi
yang berlatar belakang pendidikan Teknik Sipil. Selain tenaga ahli, juga terdapat tenaga
pendukung yang terdiri dari surveyor, drafter/operator CAD dan operator komputer dengan
tujuan untuk mempermudah dan mempercepat penyelesaian pekerjaan sesuai dengan batas
yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja.

Kontribusi tenaga ahli dalam hal ini, semuanya dilibatkan dalam pekerjaan hingga akhir waktu
pelaksanaan. Untuk lebih jelasnya mengenai jangka waktu keterlibatan tenaga ahli dalam
pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel B.16 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli


Bulan
N Jumlah OB
Tenaga Ahli ke
o
1 2 3
Tenaga Ahli
1 Team Leader 3
2 Tenaga Ahli Geodesi 3
Total OB Tenaga Ahli 6

Tenaga Pendukung
1 Surveyor 24
2 Drafter / Operator CAD 3
3 Operator Komputer 6
Total OB Tenaga Pendukung 33

Total OB Keseluruhan 39

P e n d e k a t a n d a n M e t o d o l o g i 71

Anda mungkin juga menyukai