Anda di halaman 1dari 88

TINJAUAN JURIDIS DAN KRIMINOLOGI KEJAHATAN

PENGGELAPAN SEPEDA MOTOR DI PT. FEDERAL INTERNATIONAL

FINANCE (FIF) CABANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Mendapatkan Gelar
Sarjana Hukum

Oleh :
RISMALA SAPUTRI
NIM : 040200195
Bagian Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
TINJAUAN JURIDIS DAN KRIMINOLOGI KEJAHATAN

PENGGELAPAN SEPEDA MOTOR DI PT. FEDERAL INTERNATIONAL

FINANCE (FIF) CABANG MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Mendapatkan Gelar
SARJANA HUKUM

Oleh :
RISMALA SAPUTRI
NIM : 040200195
Bagian Hukum Pidana

Pelaksana Ketua Departemen


Hukum Pidana

Abul Khair, SH. Mhum


NIP. 131 842 854

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

M. Nuh, SH. Mhum Liza Erwina, SH.Mhum


NIP. 130 810 667 NIP. 131 835 565

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah S.W.T dimana berkat

rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi bagi setiap

mahasiswa untuk meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara. Adapun judul yang penulis pilih adalah :

”TINJAUAN JURIDIS DAN KRIMINOLOGI KEJAHATAN

PENGGELAPAN SEPEDA MOTOR DI PT. FEDERAL INTERNATIONAL

FINANCE (FIF) CABANG MEDAN”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari ketidaksempurnaan

karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan serta bahan yang dimiliki

penulis, maka untuk itu penulis dengan rendah hati mengharapkan adanya kritik

dan saran untuk perbaikan-pebaikan di masa yang akan datang.

Sejak awal hingga berakhirnya penulisan skripsi ini, penulis telah banyak

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang memberikan dorongan dan

bimbingan, karenanya penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. MHum selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Abul Khair, SH. MHum selaku Ketua Departemen Hukum

Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak M. Nuh, SH. MHum selaku Dosen Pembimbing I.

4. Ibu Liza Erwina, SH. MHum selaku Dosen Pembimbing II.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
5. Ibu Afnila, SH. MHum selaku Dosen Wali penulis, terima kasih atas

bimbingannya selama ini.

6. Bapak/ Ibu Dosen beserta seluruh staf pegawai yang telah banyak

memberikan bantuan dan masukan selama penulis menuntut ilmu di

Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara.

7. Ibu Ayu Chandra Hutagalung selaku Head Resources Departemen PT.

Federal International Finance Cabang Medan.

8. Staf dan Karyawan PT. Federal International Finance Cabang Medan,

khususnya kepada Bapak Dedi Pasaribu, SE.

9. Ayahanda tercinta Darsono dan Ibunda Almh. Indriati Sitepu, serta

kakanda penulis, Vera Novita, Amd, Nia Agustina, Endang Mustika

Sari dan suami, di mana mereka yang selalu memberikan kasih sayang,

dorongan semangat dan bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan

studi di kampus tercinta ini.

10. Teman-temanku tercinta ; thias, noey, surya, heri, yowa, fitri, teteh,

desi, dara, kubo, ilmy, suthe, taufik, mala, sabtia, teman-teman

stambuk 2004 FH USU, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

11. Buat alumni dan senioren HMI Komisariat FH-USU ; bang Iroy, bang

Comed, bang Jamil, bang Juned, bang Pa’i, bang Saleh Mukaddam,

bang Reynaldi, terima kasih atas bantuan dan dorongan semangatnya.

Medan, April 2008

Rismala Saputri

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar………………………………………………………… i

Daftar Isi……………………………………………………………….. iii

Daftar Tabel……………………………………………………………. v

Abstraksi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang……………………………………………….. 1

B. Permasalahan…………………………………………………. 3

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan……………………………….. 4

D. Keaslian Penulisan……………………………………………. 5

E. Tinjauan Kepustakaan………………………………………… 5

1. Pengertian kriminologi…………………………………….

2. Pengertian kejahatan………………………………………..

3. Hubungan kriminologi dan hukum pidana…………………

F. Metodologi Penelitian………………………………………….

Bab II Ketentuan Hukum Terhadap Kejahatan Penggelapan Sepeda

Motor di PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Medan

A. Ketentuan Hukum Dalam KUHP……………………………….

B. Ketentuan Hukum Dalam Perjanjian Kredit di PT. FIF….……..

C. Cara Melakukan Kejahatan Penggelapan……………………….

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Bab III Faktor – Faktor Yang Mendorong Timbulnya Kejahatan

Penggelapan Sepeda Motor di PT. Federal International Finance

(FIF) Cabang Medan

A. Faktor Intern…………………………………………………….

B. Faktor Ekstern…………………………………………………..

Bab IV Upaya – Upaya Penanggulangan Kejahatan Penggelapan Sepeda

Motor di PT. Federal International Finance ( FIF ) Cabang

Medan

A. Upaya Preventif…………………………………………………..

B. Upaya Represif……………………………………………………

C. Kasus dan Analisa Kasus…………………………………………

Bab V Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan……………………………………………………….

B. Saran………………………………………………………………

Daftar Pustaka

Lampiran

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Data Statistik Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2002……… ……….40

Tabel 2. Data Statistik Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2003……… ………40

Tabel 3. Data Statistik Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2004 ……...………41

Tabel 4. Data Statistik Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2005 ……................41

Tabel 5. Data Statistik Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2006 ……................42

Tabel 6. Data Statistik Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2007 ……................42

Tabel 7. Data Statistik Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2002 s/d 2007…...…43

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Abstrak

Skripsi ini berjudul : “Tinjauan Yuridis dan Kriminologi Kejahatan


Penggelapan Sepeda Motor di PT. Federal International Finance (FIF) Cabang
Medan”, yang merupakan tugas akhir penulis untuk memenuhi syarat-syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Masalah penggelapan sepeda motor merupakan persoalan yang sudah
sering terjadi. Masalah ini semakin menarik untuk diteliti karena sepeda motor
yang digelapkan adalah sepeda motor kredit yang belum lunas pembayarannya.
Penggelapan sepeda motor ini dilakukan oleh masyarakat yang melakukan
pembelian sepada motor secara kredit di PT. Federal International Finance (FIF)
Cabang Medan. Adanya penggelapan sepeda motor tentunya sangat merugikan
bagi perusahaan tersebut.Untuk mengantisipasi hal ini, maka perlu diketahui
ketentuan hukum yang mengatur mengenai masalah penggelapan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana dan ketentuan dalam perjanjian kredit, serta
diteliti secara mendalam apa saja yang menjadi faktor penyebab terjadinya
penggelapan sepeda motor dan upaya penanggulangannya.
Metode yang digunakan adalah yuridis normatif dengan mendapatkan data
yang berhubungan dengan penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber. Dalam
pengumpulan data penulis mengadakan penelitian kepustakaan (Library Research)
dan penelitian lapangan (Field Research). Penelitian dilakukan di PT. Federal
International Finance Cabang Medan. Data pokok dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang meliputi bahan hukum primer yaitu Kitab Undang-Undang hukum
Pidana (KUHP), bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, bahan hukum tersier yaitu
bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan sekunder seperti kamus bahasa maupun kamus hukum.
Penyebab terjadinya kejahatan penggelapan sepeda motor di PT. Federal
International Finance disebabkan oleh faktor yang berasal dari luar dan faktor
yang berasal dari dalam perusahaan. Faktor dari luar (ekstern) yaitu faktor
ekonomi dan faktor lingkungan anatara lain ; faktor adanya penadah, faktor
adanya agen/perantara, dan faktor adanya penjamin. Faktor dari dalam (intern)
yaitu adanya nafsu ingin memiliki dan faktor pemanfaatan kesempatan terjadinya
kejahatan penggelapan antara lain ; mudahnya mendapatkan fasilitas kredit,
jumlah uang muka dan angsuran yang terjangkau, adanya kolusi dengan internal
perusahaan (karyawan) dan adanya sistem target bagi karyawan.
Berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya penggelapan sepeda motor
yang telah disebutkan sebelumnya, maka diambil cara atau upaya untuk
menanggulangi kejahatan tersebut. Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah
upaya preventif yaitu upaya untuk mencegah jauh sebelum kejahatan itu terjadi
dan upaya represif yaitu upaya yang dilakukan setelah terjadinya kejahatan agar
kejahatan itu tidak terulang lagi.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggelapan adalah salah satu jenis kejahatan terhadap kekayaan manusia

yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan merupakan

masalah yang tidak ada habis-habisnya. Penggelapan adalah salah satu bentuk

dari kejahatan, oleh sebab itu tidak dibicarakan kejahatan secara umum deperti

pembunuhan, penganiayaan, perkosaan, dan sebagainya melainkan khusus

pembicaraan masalah penggelapan dalam hal penggelapan sepeda motor kredit.

Perkembangan teknologi dimanfaatkan sebagai sarana untuk melakukan

promosi produk kendaraan bermotor dengan berbagai keunggulan. Media cetak

dan elektronik banyak memuat iklan yang menawarkan cara mudah untuk

mendapatkan sepeda motor dengan pembayaran yang ringan melalui “kredit via

leasing”. Dimana dengan membayar uang muka dan angsuran berjalan sepeda

motor sudah dapat dimiliki oleh masyarakat. Tetapi adanya penawaran

kemudahan tersebut justru menyebabkan terjadinya kejahatan yaitu penggelapan.

Penggelapan sepeda motor kredit dari perusahaan pembiayaan/leasing oleh

masyarakat sangat merugikan bagi perusahaan pembiayaan tersebut. Masyarakat

melakukan kredit sepeda motor di perusahaan pembiayaan dengan sistem

pembayaran angsuran yang besarnya sesuai dengan kesepakatan yang ditentukan

dalam perjanjian dan selama waktu tertentu. Tetapi kenyataannya setelah

perjanjian kredit berjalan, banyak masyarakat yang melakukan kejahatan dengan

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
tidak melakukan kewajibannya untuk membayar angsuran sepeda motor. Bahkan

menjual, menggadaikan, menukar, dan atau menyewakan sepeda motor tersebut

tanpa sepengetahuan dari perusahaan. Perbuatan ini dikatakan sebagai kejahatan

penggelapan yang sangat merugikan perusahaan.

Penggelapan ini semakin meningkat terjadi setelah banyak ditemukan

masyarakat yang melakukan kredit sepeda motor, karena tidak sanggup

melanjutkan kredit melakukan overkredit liar dengan menjual atau menggadaikan

sepeda motor tanpa dokumen yang lengkap yaitu Buku Pemilikan Kendaraan

Bermotor (BPKB). Atau yang lebih dikenal dengan menjual atau menggadaikan

sepeda motor “panas”.

Keadaan inilah yang mendorong dan menimbulkan niat bagi penulis untuk

membahas dan menganalisa serta ingin mengungkap kasus atau masalah tersebut

dalam skripsi ini. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan

penelitian dengan judul : “Tinjauan Yuridis dan Kriminologi Kejahatan

Penggelapan Sepeda Motor di PT. Federal International Finance (FIF)

Cabang Medan”.

B. Permasalahan

Untuk dapat menguraikan suatu pembahasan dengan jelas haruslah

terlebih dahulu diketahui apa yang menjadi permasalahannya, seperti di dalam

menguraikan masalah penggelapan ditinjau dari segi yuridis dan kriminologi,

yang menjadi permasalahannya adalah sebagai berikut ;

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi timbulnya kejahatan penggelapan

sepeda motor di PT. Federal International Finance.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2. Upaya-upaya apa yang dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi

kejahatan penggelapan sepeda motor di PT. Federal International Finance.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam membahas dan menguraikan skripsi ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya

kejahatan penggelapan sepeda motor di PT. Federal international

Finance (FIF) Cabang Medan.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah dan

menanggulangi kejahatan penggelapan sepeda motor di PT. Federal

International Finance (FIF) Cabang Medan.

Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis, penulisan skripsi ini merupakan suatu sumbangsih

kepada para pembaca yang ingin menambah pengetahuan ilmu

hukum pada umumnya dan khususnya tentang kejahatan

penggelapan.

2. Secara praktis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat

sebagai sumbangan pemikiran dalam mengatasi dan

menanggulangi kejahatan penggelapan sepeda motor.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
D. Keaslian Penulisan

Dalam penulisan skripsi yang berjudul : “Tinjauan Yuridis dan

Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor di PT. Federal

International Finance (FIF) Cabang Medan”, penulis membuatnya dengan

melihat dasar-dasar yang telah ada, baik melalui literatur-literatur yang penulis

peroleh dari perpustakaan dan dari media massa, media cetak ataupun media

elektronik. Setelah sebelumnya penulis memeriksa terlebih dahulu bahwa belum

pernah ada judul atau tema yang sama dengan skripsi ini. Hal ini telah dibuktikan

dengan di Acc nya judul skripsi ini di Departemen Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara. Karena itu keaslian penulisan ini terjamin

adanya.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Kriminologi

Pengertian kriminologi belum ada sesuatu defenisi yang sama antara

pendapat yang satu dengan pendapat yang lainnya, demikian penulis akan

mencoba untuk meninjau dari satu segi antara lain :

a. Segi Etimologi

Bila diartikan dari segi etimologi, kriminologi berasal dari 2 (dua) suku kata

yaitu crime; kejahatan dan logos; ilmu pengetahuan. Jadi kalau diartikan

secara lengkap kriminologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk

kejahatan.

b. Menurut pendapat Sarjana

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Para sarjana kriminologi mengemukakan defenisi/batasan serta pengertian

tentang kriminologi, yaitu :

1) Mr.W.A.Bonger

Menyatakan bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan

menyelidiki gejala-gejala kejahan seluas-luasnya 1.

2) Mr. Paul Moedikno Moeliono

Mengatakan kriminologi adalah ilmu pengetahuan dari berbagai ilmu yang

membahas kejahatan seluas-luasnya 2.

3) Edwin H. Sutherland

Kriminologi adalah keseluruhan ilmu pengetahuan mengenai kejahatan

sebagai gejala sosial 3.

4) Frij

Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan,

bentuk, sebab dan akibatnya 4.

5) Van Bemelen

Kriminologi adalah ilmu yang mempelajari kejahatan, yaitu perbuatan

yang merugikan dan kelakuan yang tidak sopan yang menyebabkan

adanya teguran dan tantangan 5.

Kalau kita perhatikan defenisi menurut pendapat sarjana diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa kriminologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari

serta menyelidiki maupun membahas masalah kejahatan, baik mengenai

1
W.A.Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi, PT. Pembangunan Ghalia Indonesia, Jakarta
1982, Hal.21
2
Ediwarman, Selayang Pandang Tentang Kriminologi, USU Press Medan 1999, Hal.5
3
Ibid.
4
H.M.Ridwan dan Ediwarman, Asas-Asas Kriminologi,USU Press, Medan 1994, Hal.1
5
Ibid.
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
pengertiannya, bentuknya, sebab-sebabnya, akibat-akibatnya, dan penyelidikan

terhadap suatu kejahatan maupun hal-hal lain yang ada hubunganya dengan

kejahatan itu.

2. Pegertian Kejahatan

Masalah kejahatan merupakan suatu problem sosial yang sering terjadi

dalam kehidupan sehari-hari tanpa melihat klasifikasi dan status sosial dari orang-

orang yang melakukannya. Oleh karena itu istilah kejahatan sudah menjadi istilah

yang tidak asing lagi bagi masyarakat karena kejahatan merupakan suatu prilaku

yang menyimpang, suatu tindakan yang sifatnya negatif. Namun apakah yang

dimaksud dengan kejahatan itu ternyata tidak ada pendapat yang seragam. Hal ini

disebabkan oleh karena perbuatan jahat bersumber dari alam nilai, tentu peafsiran

yang diberikan kepada perbuatan atau tingkah laku tersebut sangat relatif sekali.

Kerelatifannya terletak kepada penilaian yang diberikan oleh masyarakat dimana

perbuatan tersebut terwujud 6. Para sarjana telah memberikan penafsiran terhadap

kejahatan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. W.A. Bonger

“ Kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial yang memperoleh

tentangan dengan sadar dari negara berupa pemberian penderitaan (hukuman

atau tindakan)” 7.

2. Paul Mudikdo Moeliono

“ Kejahatan adalah pelanggaran norma hukum yang ditafsirkan atau patut

ditafsirkan sebagai perbuatan yang merugikan, menjengkelkan, dan tidak

boleh dibiarkan” 8.

6
Gerson W. Bawengan, Pengantar Psikologi Kriminil, PT. Pradnya Paramitha, 1991, Hal.7
7
W.A. Bonger, Op. Cit., Hal.25
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
3. Frank Tannembaum

“ Kejahatan merupakan problema manusia, oleh karena itu dimana ada

manusia pasti ada kejahatan. “crime is eternal-as eteral as society” 9.

4. JE. Sahetapy dan B. Mardjono Reksodipuco

“ Kejahatan adalah setiap perbuatan (termasuk kelalaian), yang dilarang oleh

hukum publik untuk melindungi masyarakat dan diberi sanksi berupa pidana

negara. Perbuatan tersebut diberi hukuman pidana karena melanggar norma-

norma sosial masyarakat yaitu harapan masyarakat megenai tingkah laku

yang patut dari seorang warga negaranya” 10.

Kata kejahatan menurut pengertian sehari-hari adalah tingkah laku atau

perbuatan yang jahat yang tipa-tiap orang dapat merasakannya bahwa itu jahat,

seperti pembunuhan, penganiayaan, penipuan, penggelapan dan lain sebagainya

yang dilakukan oleh manusia 11.

Terlepas dari berbagai pengertian tentang kejahatan tersebut, pada

prinsipnya pengertian kejahatan itu dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu :

1. Pengertian kejahatan ditinjau dari segi yuridis

2. Pengertian kejahatan ditinjau dari segi sosiologis

3. Pengertian kejahatan ditinjau dari segi psikologis

Kejahatan ditinjau dari segi yuridis merupakan jenis-jenis kejahatan yang

sudah difinitif. Maksudnya telah ditentukan secara tertentu dalam suatu ketentuan

8
Paul Mudikno Moeliono, dikutip oleh Soedjono D, SH., Penanggulangan Kejahatan, Alumni
Bandung, 1999, Hal. 18
9
Made Darma Weda, Kriminologi, PT. Raja Grafindo Persada, 1996, Hal.11
10
Ibid, Hal.11-12
11
R. Soesilo, Kriminologi (Pengetahuan Tentang Sebab Kejahatan), Politeia Bogor, 1995, Hal.11
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
undang-undang bahwa perbuatan jenis-jenis tertentu dianggap suatu perbuatan

jahat 12.

Hal ini berarti dalam pengertian yuridis yang termasuk kejahatan itu hanya

terbatas pada perbuatan-perbuatan baik itu yang bertentangan dengan moral

kemanusiaan maupun yang merugikan masyarakat yang telah dirumuskan secara

tegas dalam perundang-undangan saja. Dengan kata lain secara yuridis seseorang

baru dapat dikatakan telah melakukan kejahatan apabila perbuatan yang

dilakukannya secara nyata telah sesuai dengan KUHP, dan memenuhi unsur-unsur

pasal tertentu yang mengatur sanksi terhadap perbuatan pelaku tersebut.

Pengertian kejahatan ditinjau dari segi sosiologis ini sifatnya lebih luas

daripada pengertian kejahatan secara yuridis. Sebab tidak hanya menekankan

pada adanya pelanggaran hukum pidana yang berlaku, tetapi juga memperhatikan

faktor-faktor di luar hukum dimana termasuk juga sebagai kejahatan segala

tingkah laku manusia walaupun tidak atau belum ditentukan dalam udang-undang.

Tetapi pada hakekatnya warga masyarakat merasa pebuatan atau tingkah laku

tersebut secara ekonomis maupun psikologis menyerang rasa aman dan merugikan

masyarakat.

Kejahatan yang merupakan gejala sosial dipandang dari segi sosiologis

sangat tergantung pada situasi dan kondisi dalam suatu masyarakat tertentu

dimana perbuatan itu telah terjadi, atau dengan kata lain pergeseran-pergeseran

sosial budaya menimbulkan pergeseran-pergeseran terhadap nilai-nilai perbuatan

12
Chainur Arrasyid (1), Pengantar Psikologi Kriminal, Yani Tri Pratiwi, 1996, Hal.61
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
yang ada hubungannya dengan perbuatan-perbuatan yang merugikan gejala sosial

tersebut 13.

3. Hubungan Antara Kriminologi Dan Hukum Pidana

Hukum pidana adalah ilmu tentang hukumnya kejahatan. Ada ilmu

tentang kejahatannya sendiri yang diamakan kriminologi. Kecuali objeknya

berlainan, tujuannya pun berbeda. Kalau objek ilmu hukum pidana adalah aturan-

aturan hukum yang mengenai kejahatan atau yang bertalian dengan pidana, dan

tujuannya agar dapat mengerti dan mempergunakan dengan sebaik-baiknya serta

seadil-adilnya. Maka objek kriminologi adalah orang yang melakukan kejahatan

(si penjahat) itu sendiri. Adapun tujuannya yaitu agar dapat diketahui apa

sebabnya sehingga seseorang sampai berbuat jahat. Apakah karena bakatnya jahat,

ataukah didorong oleh keadaan masyarakat sekitarnya (milieu) baik keadaan

sosiologi maupun ekonomis, ataukah ada sebab-sebab lain lagi. Jika sebab-sebab

itu sudah diketahui, maka disamping pemidanaan, dapat dilakukan tindakan-

tindakan yang tepat agar orang lain tidak berbuat demikian atau agar orag lain

tidak melakukannya. Berhubungan dengan ini, terutama di negara-negara Anglo

Saxon kriminologi biasanya dibagi tiga bagian : Pertama, Criminal Biology yaitu

yang menyelidiki dalam diri orang itu sendiri akan sebab-sebab dari perbuatannya,

baik dalam jasmani maupun rohaniah; kedua, Criminal Sosiology, yaitu yang

mencoba mencari sebab-sebab kejahatan itu dalam lingkungan masyarakat dimana

penjahat itu berada (dalam milieunya). Ketiga, Criminology Policy, yaitu

tindakan-tindakan apa yang sekiranya harus dijalankan supaya orang lain tidak

berbuat demikian pula. Ada yang berpendapat bahwa nanti kalau perkembangan

13
Ibid, Hal. 61
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kriminologi sudah sempurna maka tidak diperbolehkan lagi adanya pidana. Sebab

kata mereka, meskipun telah berabad orag menjatuhi pidana pada orang yang

berbuat kejahatan, namun kejahatan masih tetap dilakukan orang. Ini

menandakan bahwa pidana itu tidak mampu untuk mencegah adanya kejahatan,

jadi bukan obat bagi penjahat.

Kalau penjahat diibaratkan orang sakit, dan pidana yang bersifat memberi

nestapa sehingga pembalasan atas kejahatan yang dilakukan, hal itu dijadikan

untuk sakit tadi. Untuk dapat mengobatinya tentu terlebih dahulu diperlukan

mengetahui sebab-sebab dari penyakit itu. Karena yang diperlukan bukanlah

pidana yang bersifat memberi nestapa sebagai pembalasan atas kejahatan yang

telah dilakukan, melainkan pembinaan.

Kalau sekarang masih ada sifat pembalasan maka itu adalah hanya suatu

faset, suatu sesi yang kecil. Hal lain yang lebih penting adalah menentramkan

kembali masyarakat yang telah digoncangkan dengan adanya perbuatan pidana di

satu pihak dan di lain pihak mendidik kembali orang yang melakukan perbuatan

pidana tadi agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Pada umumnya

sekarang orang menganggap bahwa dengan adanya kriminologi disamping ilmu

hukum pidana, pengetahuan tentang kejahatan menjadi lebih luas karea dengan

demikian orang mendapat pengertian baik tentang penggunaan hukumnya

terhadap kejahatan maupun tentang pengertiannya mengenai timbulnya kejahatan

dan cara-cara memberantasnya sehingga memudahkan penentuan adanya

kejahatan dan bagaimana menghadapinya untuk kebaikan masyarakat itu sendiri.

Hubungan ilmu hukum pidana dengan kriminologi seperti dalam

pandangan diatas, lalu merupakan pasangan, merupakan dwi tunggal yang satu

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
melengkapi yang lainnya. Jadi keduanya saling membutuhkan satu dengan yang

lain 14.

F. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara yuridis normatif dengan mendapatkan data

yang berhubungan dengan penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber.

b. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri Medan dan PT. Federal

International Finance (FIF) cabang Medan.

c. Metode Pengumpulan data

Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode sebagai berikut :

a. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Yakni melakukan penelitian dengan cara mecari data melalui berbagai

sumber bacaan seperti buku, majalah, surat kabar, internet, pendapat

sarjana dan bahan kuliah.

b. Field Research (Penelitian Lapangan)

Yakni dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan dengan cara

melakukan wawancara dan meminta data dari pihak-pihak yang terkait.

4. Sumber Data

Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi :

1. Bahan hukum primer, yaitu Kitab Undang-Undang hukum Pidana

(KUHP).

14
Moelyatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta 2002, Hal.13-15
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2. Bahan hukum sekunder , yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti buku, majalah, pendapat sarjana,

dan bahan kuliah.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus

bahasa maupun kamus hukum.

5. Analisis Data

Analisa data yang dilakukan secara kualitatif yaitu apa yang diperoleh dari

penelitian di lapangan secara tertulis dan lisan dipelajari secara utuh dan

menyeluruh.

G. Sistematika Penulisan

Bab I : Pedahuluan

Merupakan bagian yang memberikan ilustrasi guna memberikan

informasi yag bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis,

terdiri dari latar belakang permasalahan, permasalahan, tujuan

dan manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

Bab II : Ketentuan Hukum Terhadap Kejahatan Penggelapan Sepeda

Motor di PT. Federal International Finance (FIF) Cabang

Medan

Hal ini terdiri dari pembahasan mengenai ketentuan hukum

hukum terhadap kejahatan penggelapan dalam Kitab Undang-

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Undang Hukum Pidana (KUHP), Ketentuan hukum dalam

perjanjian kredit dan cara melakukan penggelapan.

Bab III : Faktor–Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Penggelapan

Sepeda Motor di PT. Federal International Finance (FIF)

Cabang Medan

Memberikan penjelasan mengenai faktor penyebab terjadinya

kejahatan penggelapan sepeda motor di PT. Federal International

Finance (FIF) Cabang Medan.

Bab IV : Upaya-Upaya Penanggulangan Kejahatan Penggelapan

Sepeda Motor di PT. Federal International Finance (FIF)

Cabang Medan

Memberikan penjelasan mengenai cara menanggulangi terjadinya

kejahatan penggelapan sepeda motor di PT. Federal International

Finance (FIF) Cabang Medan dan contoh kasus yang telah

diputus oleh Pengadilan Negeri Medan dan menganalisis kasus

tersebut.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Merupakan bagian akhir yang berisikan beberapa kesimpulan dan

saran dari hasil penulisan dan kaitannya dengan masalah yang

diidentifikasikan.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
BAB II

KETENTUAN HUKUM TERHADAP KEJAHATAN PENGGELAPAN

SEPEDA MOTOR DI PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF)

CABANG MEDAN

A. Ketentuan Hukum Terhadap Kejahatan Penggelapan Dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Dari sistematika jenis kejahatan, tampak bahwa kejahatan penggelapan

adalah salah satu kejahatan terhadap kepentingan individu yang merupakan

kejahatan terhadap harta benda atau kekayaan.

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, penggelapan adalah suatu

perbuatan memiliki dengan melanggar hukum atas suatu barang yang seluruh atau

sebagaian kepunyaan orang lain yang berada dibawah kekuasaannya bukan karena

kejahatan. Dimana adanya keinginan untuk memiliki dan menguasai barang orang

lain dilakukan dengan cara seperti yang termuat dalam pasal 372 Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana.

Bentuk kejahatan penggelapan yang diatur dalam Bab XXIV (buku II),

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah sebagai berikut :15

a. Penggelapan dalam bentuk pokok (pasal 372);

b. Penggelapan dalam bentuk-bentuk yang diperberat (pasal 374-375);

c. Penggelapan ringan (pasal 373);

15
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda,Bayumedia, Malang, 2003, Hal.69
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
d. Penggelapan dalam kalangan keluarga (pasal 376);

Ad.1 : Penggelapan dalam bentuk pokok

Yang dimaksud dengan penggelapan dalam bentuk pokok atau

penggelapan biasa yaitu delik penggelapan yang diatur dalam pasal 372 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana, yang berbunyi :

“Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki


barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dan yang ada
padanya bukan karena kejahatan dihukum karena penggelapan dengan
hukuman penjara selama-lamanya empat tahun”.

Rumusan penggelapan diatas terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :

1. Unsur-unsur Objektif;

a. Perbuatan memiliki ;

Memiliki adalah setiap perbuatan penguasaan atas barang atau lebih tegas

lagi setiap tindakan yang mewujudkan suatu kehendak untuk melakukan

kekuasaan yang nyata dan mutlak atas barang itu, hingga tindakan itu merupakan

perbuatan sebagai pemilik atas barang tersebut 16. Pada penggelapan memiliki

merupakan unsur objektif yakni unsur tingkah laku atau perbuatan yang dilarang

dalam penggelapan. Memiliki pada penggelapan karena merupakan unsur tingkah

laku, berupa unsur objektif, maka memiliki itu harus ada bentuk/wujudnya,

bentuk mana harus sudah selesai dilaksanakan sebagai syarat untuk menjadi

16
H.A.K.Noach Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP buku II), Alumni, Bandung, 1980,
Hal.35
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
selesainya penggelapan. Bentuk-bentuk perbuatan memiliki misalnya; menjual,

menukar, menghibahkan, menggadaikan, dan sebagainya 17.

b. Sesuatu barang;

Pada perbuatan penggelapan, barang yang menjadi objek penggelapan

adalah hanya terhadap benda-benda berwujud dan benda bergerak saja 18.

c. Yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain;

Orang lain yang dimaksud sebagai pemilik benda yang menjadi objek

penggelapan, tidak menjadi syarat sebagai orang itu adalah korban, atau orang

tertentu, melainkan siapa saja asalkan bukan petindak sendiri 19.

d. Yang berada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan;

Pelaku sudah harus menguasai barang. Dan barang itu oleh pemiliknya

dipercayakan kepada pelaku, hingga barang ada pada pelaku secara sah, bukan

karena kejahatan. Dengan melakukan perbuatan memiliki barang itu dengan

melawan hukum pelaku melanggar kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh

pemilik 20.

2. Unsur-unsur Subjektif;

a. dengan sengaja;

17
Adami Chazawi, Op. Cit., Hal.71
18
Ibid, Hal.77
19
Ibid, Hal.78
20
H.A.K.Noach Anwar, Op. Cit., Hal.36
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Pelaku mengetahui dan sadar hingga ia dapat dipertanggungjawabkan atas

perbuatannya, ini berarti bahwa : 21

 dengan melawan hukum, harus diketahui oleh pelaku. Pelaku harus tahu

bahwa perbuatannya melawan hukum;

 barang, barang diketahui oleh pelaku, bahwa perbuatan yang dilakukan itu

ditujukan pada barang;

 seluruhnya atau sebagian milik orang harus diketahui oleh pelaku;

 dikuasai bukan karena kejahatan pun harus diketahui. Bukan karena

kejahatan ia kuasai barang itu harus disadari;

b. dan melawan hukum;

Pelaku melakukan perbuatan memiliki itu tanpa hak atau kekuasaan. Ia

tidak mempunyai hak untuk melakukan perbuatan memiliki, sebab ia bukan yang

punya, bukan pemilik. Hanya pemilik yang mempunyai hak untuk memilikinya 22.

Ad. 2 : Penggelapan dalam bentuk yang diperberat

Penggelapan dalam bentuk yang diperberat diatur dalam pasal 374 dan 375

KUHP. Faktor yang menyebabkan lebih berat dari betuk pokoknya, disandarkan

pada lebih besarnya kepercayaan yang diberikan pada orang yang menguasai

benda yang digelapkan.

Pasal 374 KUHP berbunyi :

“Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap


benda disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena suatu
pencaharian atau karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun”.

21
Ibid, Hal.36-37
22
Ibid, Hal.37
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Apabila rumusan tersebut dirinci, maka terdiri dari unsur-unsur sebagai

berikut :23

a. Semua unsur penggelapan dalam bentuk pokok (pasal 372);

b. Unsur-unsur khusus yang memberatkan, yakni beradanya benda dalam

kekuasaan petindak disebabkan oleh :

1) karena adanya hubungan kerja,

2) karena mata pencaharian,

3) karena mendapatkan upah untuk itu,

Ketentuan pasal ini tidak berlaku bagi pegawai negeri; apabila pegawai

negeri itu menggelapkan :

a. Uang atau surat yang berharga yang disimpan karena jabatannya, ia

dikenakan pasal 415;

b. Barang bukti atau keterangan yang dipakai untuk kekuasaan yang berhak

atau surat akte, surat keterangan atau daftar yang disimpan karena

jabatannya, dikenakan pasal 417.

Pasal 375 KUHP berbunyi :

“Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang karena terpaksa diberi

benda untuk disimpan atau dilakukan oleh wali, pengampu, kuasa, atau

pelaksana surat wasiat, pengurus lembaga sosial atau yayasan, terhadap

suatu benda yang dikuasainya selaku demikian, diancam dengan pidana

penjara paling lama 6 tahun”.

Apabila rumusan tersebut dirinci, maka terdiri dari unsur-unsur :

a. Unsur-unsur penggelapan bentuk pokoknya (pasal 372);

23
Adami Chazawi, Op. Cit., Hal.85
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
b. Unsur-unsur khusus yang sifatnya memberatkan, yakni beradanya benda objek

penggelapan di dalam kekuasaan petindak disebabkan oleh :

1) Suatu keadaan yang terpaksa untuk dititipkan;

2) Kedudukan sebagai seorang wali;

3) Kedudukan sebagai pengampu;

4) Kedudukan sebagai seorang kuasa;

5) Kedudukan sebagai pelaksana surat wasiat;

6) Kedudukan sebagai pengurus dari lembaga sosial atau yayasan;

Ad.3 : Penggelapan ringan

Penggelapan yang dikualifikasikan sebagai penggelapan ringan

dirumuskan dalam pasal 373 KUHP, yang berbunyi :

“Perbuatan yang dirumuskan dalam pasal 372 apabila yang digelapkan


bukan ternak dan harganya tidak lebih dari Rp 250,00 dikenai sebagai
penggelapan ringan dengan pidana penjara paling lama 3 bulan atau denda
paling banyak Rp 900,00”.

Rumusan penggelapan ringan tersebut diatas terdiri dari unsur-unsur

sebagai berikut :

1. Semua unsur penggelapan dalam bentuk pokoknya (pasal 372);

2. Unsur-unsur khusus, yakni :

a. objeknya : benda bukan ternak;

b. nilai benda tidak lebih dari Rp 250,00

Dari sisi pasal tersebut diatas dapatlah kita simpulkan bahawa penggelapan

ini menjadi ringan, terletak dari objeknya bukan ternak dan nilainya tidak lebih

dari Rp 250,00. dengan demikian maka terhadap ternak tidak mungkin terjadi

penggelapan ringan.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Ad. 4 : Penggelapan dalam kalangan keluarga

Penggelapan dalam kalangan keluarga diatur dalam pasal 376 KUHP.

Dalam kejahatan terhadap harta benda, apabila dilakukan dalam kalangan

keluarga maka dapat menjadi : 24

1. Tidak dapat dilakukan penuntutan baik terhadap petindaknya maupun

terhadap pelaku pembantunya (pasal 367 ayat 1);

2. Tindak pidana aduan. Tanpa ada pengaduan, baik terhadap petindaknya

maupun pelaku pembantunya tidak dapat dilakukan penuntutan (pasal 367

ayat 2);

Penggelapan dalam keluarga diatur dalam pasal 367 KUHP, dimana

dimaksudkan dengan penggelapan dalam keluarga itu adalah jika pelaku atau

pembantu salah satu kejahatan adalah suami atau istri atau keluarga karena

perkawinan, baik dalam garis keturunan yang lurus maupun keturunan yang

menyamping dari derajat kedua dari orang yang kena kejahatan itu. Di dalam hal

ini, apabila pelaku atau pembantu kejahatan ini adalah suami atau istri yang belum

bercerai (masih dalam ikatan perkawinan), maka pelaku atau pembantu ini tidak

dapat dituntut.

Apabila diantaranya telah bercerai meja makan dan tempat tidur atau harta

benda, maka bagi pelaku atau pembantu kejahatan ini hanya dapat dilakukan

penuntutan bila ada pengaduan dari orang yang dikenakan kejahatan itu (delik

aduan). Demikian pula bila pelaku atau pembantu kejahatan itu adalah sanak

keluarga seperti yang telah disebutkan diatas atau yang dilakukan kemenakan

24
Ibid, Hal.94
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
terhadap mamaknya (adat minang kabau), hanya dapat dituntut bila ada

pengaduan (delik aduan).

B. Ketentuan Hukum Terhadap Kejahatan penggelapan Dalam

Perjanjian Kredit di PT. FIF

a. Ketentuan Perjanjian Kredit

Anggota masyarakat selalu mempunyai hubungan antara manusia yang

satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan kepentingan yang

sangat berbeda. Dalam rangka mewujudkan kebutuhan para pihak tersebut maka

terlebih dahulu harus dipertemukan kehendak masing-masing. Inilah yang

menjadi dasar utama untuk terjadinya suatu perjanjian.

Subekti mengatakan bahwa :

“ Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain

dimana 2 (dua) orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”.

Syarat sah suatu perjanjian antara lain ;

1. adanya sepakat

2. adanya kecakapan

3. adanya objek tertentu

4. adanya sebab yang halal

Dasar perjanjian kredit adalah UU Perbankan No.10 Tahun 1998 tentang

perjanjian kredit diatur dalam pasal 1 ayat 11, yang berbunyi :

Kredit adalah peyediaan uang atau tagihan yang bisa dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakata pinjam-meminjam antara bank

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
(kreditor) dengan pihak lain (debitor) yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dari uraian diatas dapat dibedakan dua kelompok perjanjian kredit, yaitu :

1. Perjanjian kredit uang. Contoh : perjanjian kartu kredit.

2. Perjanjian kredit barang. Contoh : perjanjian sewa beli.

Perjanjian kredit sepeda motor termasuk dalam perjanjian sewa beli. Dimana

perjanjian dilakukan antara pihak perusahaan pembiayaan dengan konsumen.

Individu (konsumen) mengajukan kredit sepeda motor yang dilakukan dengan

cara mengajukan permohonan pembiayaan sepeda motor kepada PT. Federal

International Finance. Setelah konsumen memenuhi persyaratan administrasi yang

ditentukan, maka pihak PT. Federal International Finance akan menentukan

apakah konsumen tersebut layak atau tidak mendapatkan pembiayaan (kredit)

dengan menunjuk surveyor untuk melakukan survey langsung ke lapangan yaitu

ketempat tinggal konsumen dan memastikan bahwa kenyataan yang ada di

lapangan sesuai dengan keterangan yang diisi konsumen dalam formulir isian.

Apabila permohonan tersebut diterima, maka PT. Federal International

Finance akan membiayai kredit sepeda motor konsumen dengan ketentuan dalam

perjanjian bahwa konsumen harus melaksakan kewajibannya untuk membayar

angsuran setiap bulannya yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang telah

ditentukan. Tetapi kasus yang sering terjadi adalah konsumen serigkali melakukan

kelalaian dengan tidak memenuhi kewajibannnya membayar angsuran setiap

bulannya. Bahkan ketika pihak PT. Federal International Finance melakukan

penarikan sepeda motor yang telah menunggak tersebut, ternyata sepeda motor

telah dialihkan/dipindahtangankan oleh pelaku kepada pihak lain tanpa

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
sepengetahuan dan ijin pihak PT. Federal International Finance dengan cara

dijual, digadaikan, ataupun disewakan kepada pihak lain atau pelaku melarikan

diri membawa serta sepeda motor ke luar daerah. Tindakan ini tentunya

menimbulkan kerugian bagi pihak PT. Federal International Finance (FIF) Cabang

Medan. Perbuatan ini termasuk dalam kejahatan penggelapan seperti yang termuat

dalam pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

b. Bentuk perjanjian kredit sepeda motor di PT. FIF

Kejahatan penggelapan sepeda motor ini timbul sebagai akibat atau resiko

dari suatu perjanjian kredit yang dibuat secara sepihak dan baku dimana isi

perjanjian sudah ditentukan secara sepihak terlebih dahulu (standard contract).

Maka dalam perjanjian kredit sepeda motor diatur akibat-akibat hukum yang

timbul apabila pihak-pihak yang bersangkutan melanggar ketentuan yang diatur

dalam perjanjian termasuk apabila terjadi kejahatan pidana.

Pengajuan permohonan kredit sepeda motor di PT. Federal International

Finance ada beberapa perjanjian yang harus ditandatangani oleh konsumen

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Perjanjian Pembiayaan Konsumen

2. Perjanjian Pemberian Jaminan Fidusia 2.

Berdasarkan penjelasan Bpk. Taufik selaku Surveyor PT. Federal

International Finance (FIF) Cabang Medan, perjanjian pembiayaan konsumen dan

2
Wawancara dengan Bpk.Taufik Harahap (Surveyor PT. Federal International Finance Cabang
Medan)
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
perjanjian pemberian jaminan fidusia harus ditandatangani oleh konsumen dan

PT. Federal International Finance yang isinya berlaku bagi kedua belah pihak.

Pihak PT. Federal International Finance (FIF) melalui surveyor-nya akan

mengajukan perjanjian ini dengan terlebih dahulu menjelaskan isi perjanjian

tersebut. Pihak PT. Federal International Finance akan memastikan bahwa

konsumen mengerti isi perjanjian dan ketentuan yang ada di dalamnya

menyangkut jumlah fasilitas (besar angsuran, tanggal jatuh tempo, jangka waktu),

tata cara pembayaran, hak dan kewajiban, wanprestasi, ketentuan pidana, dan

penyelesaian sengketa.

Adapun perjanjian tersebut adalah :

1. Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Perjanjian pembiayaan konsumen merupakan suatu bentuk perjanjian

dimana pihak PT. Federal International Finance (FIF) selaku pemberi fasilitas

berupa penyediaan dana pembiayaan kepada konsumen selaku penerima fasilitas

untuk membeli barang berupa sepeda motor Honda. Dalam perjanjian ini terdapat

ketentuan pidana yaitu pasal 6 yang berbunyi :

a) Konsumen dilarang mengalihkan dengan cara apapun, menggadaikan atau

menyewakan barang jaminan kepada pihak lain kecuali dengan

persetujuan tertulis dari PT. Federal International Finance (FIF).

b) Perbuatan mengalihkan dengan cara apapun, menggadaikan atau

menyewakan barang jaminan kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis

dari PT. Federal International Finance (FIF) merupakan perbuatan pidana.

Berdasarkan ketentuan dalam perjanjian tersebut jelaslah bahwa konsumen

dilarang melakukan pengalihan sepeda motor dengan cara apapun tanpa

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
persetujuan PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Medan. Apabila

perbuatan tersebut dilakukan maka pihak PT. Federal International (FIF) Cabang

Medan dapat melakukan penuntutan terhadap pelakunya dengan tuntutan

penggelapan yang diatur dalam pasal 372 KUHP.

2. Perjanjian Jaminan Fidusia

Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar

kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan

tetap berada dalam penguasaan pemilik benda. Pada perjanjian kredit pada

dasarnya jaminan merupakan pilihan. Atas pertimbangannya kreditor dapat

menentukan meminta jaminan atau tidak dari debitor atau menentukan bentuk

jaminannya. Perjanjian jaminan merupakan perjanjian pelengkap (assesoir) dari

perjanjian kredit biasa atau perjanjian induk. Sebagai perjanjian pelengkap, daya

berlakunya tergantung perjanjian induknya, bilamana perjanjian induknya msih

berlaku maka berlaku pula perjanjian pelengkapnya. Selama masih belum

terlunasi berdasarkan perjanjian induknya, maka debitor masih terikat pula dengan

pejanjian jaminannya.

Dalam melakukan pembiayaan sepeda motor, pihak PT. Federal

International Finance (FIF) Cabang Medan juga melakukan perjanjian dengan

konsumen dalam bentuk perjanjian pemberian jaminan fidusia. Barang yang

diperjanjikan dalam perjanjian ini adalah setiap unit sepeda motor Honda type

apapun yang dibeli oleh konsumen dari penjual melalui dana pembiayaan dari PT.

Federal International Finance (FIF) Cabang Medan. Selama kredit sepeda motor

belum dilunasi oleh konsumen maka pihak PT. FIF adalah pemilik dari sepeda

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
motor tersebut. Apabila konsumen telah membayar lunas seluruh angsuran sepeda

motor maka kepemilikan sepeda motor akan langsung beralih kepada konsumen

yang ditandai dengan dikeluarkannya Buku Hitam sepeda motor atau yang disebut

Bukti Pemilikan Kedaraan Sepeda Motor (BPKB).

Dalam perjanjian ini diatur mengenai ketentuan pidana terhadap barang

jaminan. Barang jaminan yang dimaksud adalah sepeda motor Honda type

apapun. Ketentuan pidana tersebut termuat dalam pasal 2 yang berbunyi :

a. Konsumen selama memegang/mempergunakan objek jaminan fidusia

dilarang/tidak diperbolehkan mengalihkan dengan cara apapun,

menggadaikan, menyewakan, menjual dan/atau melakukan fidusia ulang

atas objek jaminan fidusia dengan cara apapun juga kepada pihak lain

tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PT. Federal International

Finance (FIF) Cabang Medan;

b. Perbuatan mengalihkan dengan cara apapun, menggadaikan, menyewakan,

menjual dan/atau melakukan fidusia ulang atas objek jaminan fidusia

dengan cara apapun juga kepada pihak lain tanpa persetujuan terlebih

dahulu dari PT. Federal International Finance merupakan perbuatan

pidana.

Barang jaminan fidusia yaitu sepeda motor merek Honda type apapun

tidak boleh dialihkan kepada pihak lain tanpa persetujuan PT. Federal

International Finance (FIF) karena pembayaran angsurannya belum lunas

sehingga hak milik atas sepeda motor masih berada pada PT. Federal International

Finance (FIF) Cabang Medan. Pelaku yang melanggar dapat dituntut melakukan

perbuatan pidana.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Pelanggaran atas pasal 6 Perjanjian Pembiayaan Konsumen dan pasal 2

Perjanjian Pemberian Jaminan Fidusia secara pidana termasuk penggelapan

berdasarkan pasal 372 KUHPidana. Penggelapan yang dimaksud dengan dasar :

 Peggelapan atas barang jaminan, bahwa sepeda motor merupakan

barang jaminan yang dijaminkan secara fidusia dari konsumen kepada

PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Medan;

 Penggelapan atas sepeda motor yang dibeli berdasarkan pembiayaan

dari PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Medan, pelaku

hanya membayar uang muka ditambah angsuran berjalan, sementara

PT. Federal International Finance membayar penuh kepada

dealer/penjual;

C. Cara Melakukan Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor

Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan suatu barang yang diinginkan

tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Hal inilah yang dilakukan pelaku untuk

mendapatkan sepeda motor dengan hanya membayar uang muka dan uang

angsuran yang hanya dibayar beberapa bulan saja.

Wawancara penulis dengann Bpk Dedi Pasaribu selaku Eksekutor PT.

Federal International Finance (FIF) Cabang Medan :

“Apabila konsumen tidak membayar kredit sepeda motor yang telah jatuh

tempo dan bunganya selama 3 (tiga) bulan berturut-turut maka Eksekutor akan

melakukan penarikan sepeda motor “. Masih menurut Beliau, fakta di lapangan

banyak pelaku yang tidak memberikan keterangan yang sebenarnya ketika pihak

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
eksekutor menanyakan tentang keberadaan sepeda motor. Alasan klasik yang

sering diungkapkan adalah bahwa :

- Sepeda motor sedang dipakai oleh saurada/famili, teman atau kerabat;

- Pelaku melakukan kredit atas nama; jadi tidak tahu menahu tentang

keberadaan sepeda motor;

- Telah melakukan over kredit pada pihak lain; 25

Adapun beberapa cara yag sering dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Dengan cara mengalihkan sepeda motor pada pihak lain tanpa persetujuan

dan sepengetahuan PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Medan.

Cara ini biasa disebut over kredit “liar”. Biasanya cara ini dilakukan

pelaku karena pelaku tidak sanggup memenuhi kewajibannya membayar angsuran

sehingga mengalihkannya pada orang lain untuk meneruskan kreditnya. Apabila

pembayarannya lancar, tentunya tidak timbul masalah tetapi ketika pihak ketiga

juga menunggak pembayaran kredit maka disinilah masalah timbul karena pihak

PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Medan akan melakukan

penarikan sepeda motor melalui Eksekutor dari tangan pihak pertama yang

merupakan penerima fasilitas kredit yang namanya tertera dalam perjanjian. Pada

saat inilah biasanya pihak PT. Federal International Finance (FIF) mengetahui

bahwa sepeda motor telah dialihkan pada pihak lain karena pada saat dilakukan

penarikan ternyata sepeda motor sudah tidak lagi berada di tangan pelaku/pihak

pertama. Apabila pihak PT. FIF menemukan kasus seperti ini, maka akan

diarahkan agar pelaku melakukan pengalihan hak dan kewajiban.

25
Wawancara dengan Bpk. Dedi Pasaribu (Eksekutor PT. Federal International Finance Cabang
Medan)
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2. Dengan cara menjual, menggadaikan atau menyewakan sepeda motor tanpa

sepengetahuan pihak PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Medan.

Penggelapan ini dilakukan pelaku dengan menjual sepeda motor pada

pihak lain dengan harga yang lebih rendah. Biasanya dijual dengan maksud untuk

mengembalikan modal yang telah dikeluarkan untuk membayar uang muka dan

angsuran yang telah dibayar,sehingga pelaku tidak terlalu merugi. Tindakan ini

tentunya melanggar ketentuan dalam perjanjian dan dapat dikatakan suatu

perbuatan pidana yang dapat dituntut dengan penggelapan berdasarkan pasal 372

KUHP.

3. Dengan cara melakukan kredit atas nama.

Kredit atas nama dilakukan dengan modus pinjam KTP (Kartu Tanda

Penduduk). Kredit atas nama maksudnya adalah seseorang yang atas namanya

sendiri (pihak pertama) melakukan perjanjian kredit dengan PT. Federal

International Finance (FIF) Cabang Medan untuk kepentingan pihak lain (pihak

ketiga) yang sebenarnya menginginkan sepeda motor tersebut dengan ketentuan

bahwa pihak lain tersebutlah yang akan membayar angsuran kredit sepeda motor

setiap bulannya. Hal ini dapat terjadi atas kesepakatan kedua belah pihak. Dan

kasus yang sering terjadi kredit atas nama ini dilakukan dengan latar belakang

hubungan keluarga atau rekan kerja.

Pihak yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi pada

sepeda motor adalah pihak yang namanya tertera dalam perjanjian yaitu pihak

pertama. Ketika pihak ketiga ini melakukan kelalaian dalam pembayaran kredit

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
atau melakukan tindak pidana tentunya pihak pertama yang akan dilaporkan oleh

PT. Federal International Finance.

4. Membawa lari sepeda motor ke luar daerah.

Teknik ini dilakukan oleh pelaku yang dengan sengaja membawa lari

sepeda motor ke tempat atau daerah yang sulit dijangkau agar jejaknya tidak dapat

diketahui. Pihak perusahaan tentunya akan sulit melakukan pengejaran terhadap

pelaku yang telah lari sampai ke luar daerah apalagi pihak-pihak terdekat pelaku

tidak atau sulit untuk diajak bekerjasama.

BAB III

FAKTOR – FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA

KEJAHATAN PENGGELAPAN SEPEDA MOTOR DI PT. FEDERAL

INTERNATIONAL FINANCE (FIF) CABANG MEDAN

Kejahatan penggelapan sepeda motor dapat disebabkan oleh beberapa

faktor pendukung, tetapi sebelum membahas mengenai faktor-faktor penyebab

kejahatan penggelapan sepeda motor tersebut, penulis akan menguraikan teori-

teori mengenai sebab-sebab kejahatan, yaitu :

A. Sebab – Sebab Kejahatan Menurut Kriminologi

1) Mazhab Italia atau Mazhab Antropologi

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Antropologi berarti ilmu tentang manusia dan merupakan istilah yang

sangat tua. Dahulu istilah ini dipergunakan dalam arti lain, yaitu ilmu tentang ciri-

ciri tubuh manusia.

Dalam pandangan kriminologi yang mempelajari sebab-sebab terjadinya

kejahatan dengan cara mempelajari bentuk tubuh seseorang. Mazhab Antropologi

ini berkembang sekitar tahun 1830-1870 yang dipelopori oleh Gall dan

Spurzheim. Menurut Yoseph Gall bahwa bakat dan watak manusia ditentukan

oleh otak dan sebaliknya otak memberi pengaruh pula pada bentuk tengkorak.

Oleh karena itu, tengkorak dapat diperhatikan dan diukur, maka pembawaan,

watak dan bakat manusia dapat dipelajari secara ilmiah 26.

a. Aliran Lombroso

Mazhab antropologi baru dikenal sejak C. Lombroso (1835-1909)

menerbitkan bukunya yang berjudul L’uomodelin-quente. Menurut beliau orang

yang yang melakukan kejahatan dapat dikenali dari tanda-tanda lahir (tipologi

penjahat), yaitu :

1. tulang rahang lebar

2. roman muka yang tidak harmonis

3. tengkorak yang tidak simetris

4. hidung pesek

5. tulang dahi melengkung

6. suka akan tato

26
Made Darma Weda, Op. Cit., Hal. 16
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Jadi menurut Lombroso seorang penjahat itu memang sejak dilahirkan

sudah akan menjadi penjahat (criminal is born) 27.

Lombroso mencoba membuktikan tanpa pengertian sedikitpun juga

tentang Ethnologi, tanpa kritik dan sering dari sumber-sumber yang paling buruk,

dicari bahan-bahan untuk membuktikan bahwa orang laki-laki yang sederhana

peradabannya adalah penjahat dari sejak lahirnya (pencuri, suka memperkosa,

membunuh) dan perempuan adalah pelacur 28.

Kenyataan yang berani ini adalah salah sama sekali. Pertama Lombroso

rupanya masih menyadarkan diri atas aliran hukum alam, bahwa tiap-tiap

pendapat tentang kesusilaan tidak sama, tentang perubahan menurut tempat dan

waktu, tidaklah diketahuinya. Yang kedua Lombroso tidak membedakan

tindakan-tindakan yang dilakukan di dalam dan di luar kelompok itu (dalam hal

ini kita menamakan in group dan out group) suatu yang dipergunakan oleh

W.G.Sumner seorang ahli sosiologi Amerika Serikat dengan bukunya “Folkways”

1907 yang dari saat itu diakui oleh perkataan “dualisme” dari ethnik 29.

Ajaran Lombroso umumnya tidak mendapat hasil yang baik. Baik

teorinya mengenai penjahat sejak lahir maupun tipe penjahat tidak dapat

dipertahankan. Salah satu akibat yang terpenting dari karangannya adalah bahwa

Lombroso karena perkembangan ajarannya kemudian memberi sokongan kepada

pendapat mengenai psychiatri criminal yang mulai timbul di Perancis. Dengan

demikian antropologi kriminal toh juga memberi bantuan untuk memperdalam

pengetahuan mengenai sebab-sebab pathologis dari kejahatan. Sebaliknya

27
Chainur Arrasyid (1), Op. Cit., Hal.39
28
Ediwarman, Op.Cit, Hal.31
29
W.A.Bonger, Op.Cit, Hal.79-80
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
mazhab Italia sangat meremehkan pengaruh keadaan lingkungan 30. Mazhab

antropologi malahan menghalang-halangi majunya kriminologi karena memberi

sugesti bahwa penjahat dipandang dari sudut biologi adalah makhluk yang tak

biasa (abnormal) untuk dapat menduga daya sugesti tersebut kita harus pernah

mengalami sendiri pada waktu itu.

Terlepas dari kenyataannya bahwa sejarah ilmu pengetahuan hasil yang

negatif dapat juga mempunyai arti yang besar dan kepada mereka yang

mengusahakan dapat memberi kehormatan yang sama besar seperti hasil yang

positif. Jasa Lambroso dalam lapangan pidana sangat besar, ia memberi

perubahan dengan akibat yang terhingga. Jasa mazhab italia yang tidak dapat

dilupakan ialah terutama karena karya pribadi si penjahat, bakat dan

lingkungannya makin lama menjadi pusat perhatian para hakim 31.

b. Aliran Yang Menggunakan Tes Mental (The Mental Testern)

Pelopornya Godrad, ia melakukan percobaan-percobaan dengan

melakukan tes mental. Dan pada akhirnya berkesimpulan bahwa tingkah laku

jahat adalah feeblemindness yang dibawa sejak lahir. Sifat-sifat bapak menurun

kepada anaknya dan demikian seterusnya 32.

c. Aliran Psychiatrik

Aliran ini sebenarnya juga merupakan kelanjutan dari aliran Lambroso

akan tetapi teori ini lebih mengutamakan dan menitikberatkan pada masalah

30
Ibid, Hal.92
31
Ibid.
32
Ridwan Hasibuan, Kriminologi Dalam Arti Sempit dan Ilmu-Ilmu Forensik, USU Press,
Medan,1994, Hal.23
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kejiwaan. Penekanan dari ajaran ini adalah kekacauan-kekacauan emosional, yang

dianggap timbul dalam interaksi sosial bukan karena pewarisan. Pokok dari ajaran

ini adalah organisasi tertentu dari kepribadian orang yang berkembang jauh

terpisah dari pengaruh-pegaruh jahat akan tetapi menghasilkan kelakuan jahat

tanpa mengingat situasi-situasi sosial 33. Gejala psykologis merupakan faktor yang

tidak dapat dipisahkan dengan masalah kejahatan, karena ia merupakan unsur

penting dalam mempengaruhi tingkah laku manusia. Aliran ini sangat dipengaruhi

oleh Sigmund Freud yang mengajarkan struktur kepribadian dengan

mengemukakan sistem-sistem dalam struktur tersebut 34.

2) Mahzab Perancis atau Mazhab Lingkungan

1. Mahzab Perancis Dalam Arti Sempit

Ketika Lambroso bersama penganutnya memajukan ajaran mengenai

kejahatan yang bercorak antropologis pada tahun tujuh puluhan pada abad ke-19,

sejak permulaan dunia kedokteran di Perancis sudah menentang semua garis-garis

yang diberikan oleh J. Lamarch, F.Geoffroy juga dari L. Pasteur (1822-1895)

yang semuanya menekankan pada arti lingkungan untuk terjadinya berbagai jenis

makhluk dan untuk actiologi penyakit-penyakit karena infeksi 35.

33
Topo Santoso, Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2005
34
Ridwan Hasibuan, Op. Cit.,Hal. 34
35
W.A.Bonger, Op.Cit, Hal.95
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Tokoh yang terkemuka dari mazhab ini yaitu A. Lacassagne (1843-1924).

Beliau menolak hipotesa atavisme yang dikemukakan oleh Lombroso. Ia

merumuskan Mazhab Lingkungan sebagai berikut :

Yang terpenting adalah keadaan sosial sekeliling kita. Keadaan sosial

sekeliling kita adalah suatu pembenihan untuk kejahatan; kuman adalah si

penjahat, suatu unsur yang baru mempunyai arti apabila menemukan

pembenihan yang membuatnya berkembang 36.

Dengan kata lain, keadaan sekelilingnya menjadi penyebab kejahatan, oleh

karena itu apabila terjadi kejahatan, maka yang dihukum adalah lingkungan itu

dengan cara mengubah dan membebaninya menjadi lingkungan yang baik.

Tokoh penting lainnya dalam Mazhab Lingkungan ialah Gabriel Tarde

(1843-1904) seorang ahli hukum dan sosiologi. Sejak semula ia menentang ajaran

Antropologi, menurutnya kejahatan bukan suatu gejala yang antropologi, tapi

sosiologis, yang seperti kejadian-kejadian mesyarakat lainnya dikuasai oleh

peniruan. Menurutnya, kejahatan adalah hasil peniruan (crime by imitation) 37.

Semua perbuatan penting dalam kehidupan sosial dilakukan di bawah kekuasaan

contoh.

Dalam kenyataannya kita mengakui peniruan dalam masyarakat memang

mempunyai pengaruh yag sangat besar sekali. Walaupun kehidupan manusia

bersifat khas sekali dapat dipahami bahwa banyak orang dalam kebiasaan oleh

keadaan sekelilignya.

2. Mazhab Lingkungan Ekonomi

36
Ibid, Hal.96
37
H.M.Ridwan, Ediwarman, Op. Cit, Hal.18
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Aliran ini mulai berpengaruh pada abad ke-18 dan permulaan abad ke-19

yaitu pada saat munculnya sistem baru dalam perekonomian. Aliran ini

menganggap bahwa keadaan ekonomi yang menyebabkan timbulnya perbuatan

jahat. Menurut F. Turati ia menyatakan tidak hanya kekurangan dan kesengsaraan

saja yang dapat menimbulkan kejahatan tetapi juga didorong oleh nafsu ingin

memiliki yang berhubungan erat dengan sistem ekonomi pada waktu sekarang

yang mendorong kejahatan ekonomi 38. Menurut N. Collajani, dalam bukunya

sosiologi kriminal (1887) menunjukkan bahwa timbulnya kejahatan ekonomi

dengan gejala patologis sosial yang berasal dari keadaan perekonomian dan

kejahatan politik mempunyai hubungan dengan keadaan kritis. Collajani

menekankan bahwa antara sistem ekonomi dan faktor-faktor umum dalam

kejahatan hak milik mendorong untuk mementingkan diri sendiri yang

mendekatkan pada kejahatan 39. Menurut beliau cara yang baik untuk mencegah

kejahatan adalah membuat keadaan ekonomi menjadi stabil dan sebanding dalam

membagi kekayaan.

3. Beberapa Hasil Aetiologi dari Sosiologi Kriminal

Menurut Mr.Bonger dalam bukunya pengantar tentang kriminologi

berdasarkan penyelidikan sosiologi kriminal maka terdapat beberapa unsur yang

mengakibatkan terjadinya kejahatan yaitu : 40

1. Terlantarnya anak-anak

38
W.A. Bonger, Op.Cit, Hal.95
39
Ediwarman,Op.Cit, Hal.38-39
40
W.A.Bonger, Op.Cit, Hal.100
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Kebanyakan penjahat yang sudah dewasa memang sudah sejak dari

mudanya menjadi penjahat karena sejak kecil kesusilaannya sudah merosot.

Pertumbuhan perindustrian dalam keadaan yang luar biasa terutama pada perang

dapat menyebabkan terjadinya kejahatan.

2. Kesengsaraan

Pada pertengahan abad ke-19 pada saat penghidupan rakyat bertambah

sulit ditemukan kenaikan angka-angka kejahatan (pencurian,penipuan,

penggelapan,dan sebagainya). Kejahatan tersebut akan terus meningkat jika

keadaan penghidupan untuk rakyat menjadi bertambah besar.

3. Nafsu ingin memiliki

Kejahatan terhadap kekayaan terutama didorong oleh nafsu ingin

memiliki. Nafsu ingin memiliki menonjol dari si miskin karena adanya golongan

kaya dan miskin dalam masyarakat. Nafsu ingin memiliki timbul karena adanya

keinginan untuk mencapai kemakmuran yang lebih besar walaupun

mendapatkannya dengan melakukan kejahatan.

4. Alkoholisme

Pengaruh langsung dari alkoholisme yang berasal dari kebiasaan minum

minuman keras dari yang bersangkutan, dibedakan antara yang chronis dan yang

akut yang dapat beralih dari yang satu ke yang lain. Pada perkembangannya

alkoholisme chronis pada seorang akan merusak jiwa yang sehat sehingga

menyebabkan timbulnya kejahatan yang beraneka ragam. Alkoholisme akut dapat

menyebabkan hilangnya sekonyong-konyong daya tahan tubuh.

5. Kurangnya peradaban

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Selain pengaruh dari alkoholisme, peradaban dan pengetahuan yang terlalu

sedikit dan kurangnya daya menahan diri juga merupakan faktor penyebab

terjadinya kejahatan.

6. Lingkungan physik (alam)

Montesqieu yang menginsafi arti dari ajaran tersebut untuk kriminoligi

menegaskan :”Dalam daerah utara akan ditemukan orang yang mempunyai sifat-

sifat jahat dan banyak sifat-sifat baik dengan kejujuran yang besar dan bersifat

terus terang 41.

Kalau kita mendekati daerah selatan seolah-olah kita menjauhi moral itu

sendiri, bahwa nafsu yang lebih bergejolak mempropagandakan kejahatan. Setiap

orang mencoba dengan merugikan orang lain mencari keuntungan untuk

mempermudah pemuasan nafsu. Pada daerah iklim sedang, akan ditemukan

bangsa-bangsa yang cara hidupnya bukan dalam perbuatan-perbuatan jahat dan

baiknya lebih cepat berubah-ubah.

3) Mazhab Bio-Sosiologis

Mazhab Bio-Sosiologis ini dipelopori oleh E. Ferri yang mengatakan

bahwa rumusan setiap kejahatan dalam hasil dari unsur-unsur yang terdapat dalam

individu, masyarakat dan keadaan fisik, sedangkan unsur tetap yang paling

penting menurutnya adalah individu.

Yang dimaksud dengan unsur-unsur yang terdapat dalam individu ialah

unsur-unsur seperti apa yang diterangkan Lombroso, yaitu :

41
Ediwarman, Op.Cit, Hal.37
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
1. Keadaan yang mempengaruhi individu dari lahirya hingga pada saat

melakukan perbuatan tersebut.

2. Bakatnya yang terdapat dalam individu 42Pada perkembangannya aliran ini

berpendapat penganut yang banyak serta berpengalaman, seperti Ad. Prins

di Brussel, F.R.Von Liszt di Berlin, G.A. Van Hammel di Amsterdam.

Tetapi akhirnya Von liszt pada saat menjelang tuanya cenderung kealiran

sosiologis 43.

Dalam mazhab Bio-Sosiologis ini Ferri memberikan rumusan bahwa tiap-

tiap kejahatan = (keadaan sekelilingnya + bakat) dengan keadaan sekelilingnya.

Jadi keadaan sekeliling manusia berpengaruh dua kali, yang terdiri dari keadaan

yag mempengaruhi individu dari lahirnya sehingga pada saat melakukan

perbuatan jahat dan dengan bakatnya terdapat diri individu. Hal ini berarti bahwa

keadaan sekeliling individu atau lingkungan kerapkali merupakan unsur yang

menentukan 44.

4) Mazhab Spiritualis

Mazhab ini mengaitkan antara kejahatan dengan kepercayaan pada agama.

Dimana tingkah laku manusia erat sekali hubungannya dengan kepercayaan.

Orang yang beragama akan mempunyai tingkah laku yang baik dibandingkan

dengan orang yang tidak beragama. Pendapat ini dikemukakan berdasarkan pada

peelitian yang dilakukan terhadap orang-orang yang dipenjara. Bahwa orang yang

42
W.A.Bonger, Op. Cit, Hal.134
43
Ibid, Hal.133
44
Ibid, Hal.133-134
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
berada di penjara kurang beragama karena kepercayaannya kepada Tuhan belum

dapat berubah tingkah lakunya 45.

5) Mazhab Mr. Paul Moedikno Moeliono

Menurut Mr. Paul Moedikno Moeliono sebab musabab kejahatan dapat

digolongkan sebagai berikut :46

1. Golongan Salahmu Sendiri

Golongan ini berpedapat bahwa perbuatan jahat merupakan perwujudan

dari kehendak dari pelaku sendiri. Tegasnya apabila kamu melakukan

kejahatan maka kejahatan itu merupakan salahmu sendiri karena terlepas

dari tanggung jawab masyarakat dan pihak-pihak lain.

2. Golongan Tiada Yang Salah

Mengemukakan bahwa herediter biologi kultural lingkungan, bakat + fisik,

perasaan keagamaan merupakan faktor terjadinya kejahatan.

3. Golongan Salah Lingkungan

Aliran ini mengatakan bahwa lingkungan yang salah dapat menimbulkan

terjadinya kejahatan.

4. Golongan Kombinasi

Golongan ini menyatakan timbulnya kejahatan karena adanya kombinasi

pada diri manusia yaitu ide, ego, dan super ego.

5. Golongan Dialog

Golongan ini menyatakan manusia senantiasa berdialog dengan

lingkungan. Karena manusia berdialog dengan lingkungan, maka ia

45
Ibid, Hal.52-54
46
Ibid.
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan. Mempengaruhi lingkungan

maksudnya memberi struktur pada lingkungan sedangkan dipengaruhi

lingkungan maksudnya manusia yang dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan.

B. Data Statistik Frekuensi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor di PT.

FIF Cabang Medan Selama 6 Tahun Terakhir (2002 s/d 2007)

Penggelapan sepada motor yang terjadi adalah penggelapan terhadap

sepeda motor Honda dengan berbagai type. Pelakunya adalah konsumen yang

membeli sepeda motor secara kredit di PT. Federal International Finance (FIF)

Cabang Medan.

Dari hasil riset yang penulis lakukan ke PT. Federal International Finance

(FIF) Cabang Medan yang terletak di Kecamatan Medan Helvetia, diperoleh data-

data mengenai penggelapan sepeda motor selama enam tahun terakhir yaitu sejak

tahun 2002 s/d tahun 2007 adalah sebagai berikut :47

Tabel 1 :
Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2002

JUMLAH JUMLAH PELAKU


NO. BULAN
KASUS LAKI-LAKI PEREMPUAN
1. Januari - - -
2. Februari 2 2 -
3. Maret - - -
4. April - - -
5. Mei - - -
6. Juni 1 1 -
7. Juli - - -
47
Data dari Kantor PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Medan
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
8. Agustus - - -
9. September 1 - 1
10. Oktober - - -
11. November 2 2 -
12. Desember - - -
TOTAL 6 5 1
Sumber : Kantor PT. FIF Cabang Medan, bagian Personalia.

Tabel 2 :
Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2003

JUMLAH JUMLAH PELAKU


NO. BULAN
KASUS LAKI-LAKI PEREMPUAN
1. Januari - - -
2. Februari 1 1 -
3. Maret 2 2 -
4. April - - -
5. Mei 1 - 1
6. Juni - - -
7. Juli 1 1 -
8. Agustus - - -
9. September - - -
10. Oktober - - -
11. November 1 - 1
12. Desember 1 1 -
TOTAL 7 5 2

Sumber : Kantor PT. FIF Cabang Medan, bagian Personalia.

Tabel 3 :
Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2004

JUMLAH JUMLAH PELAKU


NO. BULAN
KASUS LAKI-LAKI PEREMPUAN
1. Januari - - -
2. Februari 1 1 -
3. Maret - - -
4. April - - -
5. Mei - - -
6. Juni - - -
7. Juli 1 - 1
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
8. Agustus - - -
9. September 2 2 -
10. Oktober - - -
11. November - - -
12. Desember 1 1 -
TOTAL 5 4 1

Sumber : Kantor PT. FIF Cabang Medan, bagian Personalia.

Tabel 4 :
Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2005

JUMLAH JUMLAH PELAKU


NO. BULAN
KASUS LAKI-LAKI PEREMPUAN
1. Januari 1 1 -
2. Februari - - -
3. Maret - - -
4. April 1 1 -
5. Mei - - -
6. Juni - - -
7. Juli - - -
8. Agustus 1 - 1
9. September - - -
10. Oktober 2 1 1
11. November - - -
12. Desember 2 2 -
TOTAL 7 5 2

Sumber : Kantor PT. FIF Cabang Medan, bagian Personalia.


Tabel 5 :
Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2006

JUMLAH JUMLAH PELAKU


NO. BULAN
KASUS LAKI-LAKI PEREMPUAN
1. Januari 1 1 -
2. Februari 1 1 -
3. Maret - - -
4. April 1 1 -
5. Mei 1 - 1
6. Juni 3 3 -
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
7. Juli 1 1 -
8. Agustus - - -
9. September 1 1 -
10. Oktober - - -
11. November - - -
12. Desember 1 1 -
TOTAL 10 9 1

Sumber : Kantor PT. FIF Cabang Medan, bagian Personalia.

Tabel 6 :
Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2007

JUMLAH JUMLAH PELAKU


NO. BULAN
KASUS LAKI-LAKI PEREMPUAN
1. Januari - - -
2. Februari - - -
3. Maret 1 1 -
4. April - - -
5. Mei - - -
6. Juni 1 1 -
7. Juli - - -
8. Agustus - - -
9. September 2 2 -
10. Oktober - - -
11. November 1 - 1
12. Desember 1 1 -
TOTAL 6 5 1

Sumber : Kantor PT. FIF Cabang Medan, bagian Personalia.

Tabel 7 :
Penggelapan Sepeda Motor Tahun 2002 s/d 2007

JUMLAH JUMLAH PELAKU


NO. TAHUN
KASUS LAKI-LAKI PEREMPUAN
1. 2002 6 5 1
2. 2003 7 5 2
3. 2004 5 4 1
4. 2005 7 5 2
5. 2006 10 9 1
6. 2007 6 5 1
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
TOTAL 41 33 8

Sumber : Hasil Penjumlahan Tabel 1 s/d Tabel 6

Dari data statistik diatas dapat kita lihat bahwa penggelapan sepeda motor

di PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Medan telah banyak terjadi

yang dilakukan oleh pelaku yang mengambil kredit sepeda motor Honda di PT.

Federal International Finance (FIF) Cabang Medan.

Berdasarkan jumlah kasus yang terjadi selama 6 (enam) tahun terakhir

kejahatan penggelapan sepeda motor rata-rata pelakunya adalah laki-laki. Hal ini

menunjukkan bahwa kejahatan penggelapan lebih banyak dilakukan oleh laki-laki

daripada perempuan. Indikasinya adalah pengajuan permohonan kredit sepeda

motor di PT. FIF lebih banyak dilakukan oleh laki-laki.

Frekuensi kejahatan penggelapan sepeda motor setiap tahunnya

mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada tahun 2006, dimana terjadi

10 (sepuluh) kasus penggelapan sepeda motor di PT. FIF. Dari banyaknya kasus

yang terjadi hanya beberapa kasus saja yang sampai pada putusan pengadilan. Hal

ini dikarenakan adanya kendala yang dihadapi dalam pengusutan pelakunya dan

mendapatkan sepeda motornya.

Kendala dalam pengusutan pelakunya didapati apabila pelaku melarikan

diri membawa serta sepeda motor ke luar daerah tempat tinggalnya atau daerah

yang jauh dari kawasan kerja Pihak PT. FIF. Maka proses penyelidikannya akan

berjalan lambat atau bahkan kasusnya akan terbenam. Dalam hal sepeda motor

dialihkan pada pihak lain, apabila sepeda motor yang dijual atau digadaikan

tersebut tidak ditemukan pada orang yang menerima gadai atau penadah maka

pihak yang bertanggung jawab adalah orang yang namanya tertera dalam

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
pejanjian kredit. Banyaknya kejahatan penggelapan yang terjadi di PT. Federal

International Finance (FIF) Cabang Medan membuat kita harus melakukan

sesuatu untuk menaggulangi atau memperkecil angka penggelapan sepeda motor

tersebut. Karena adanya penggelapan sepeda motor ini tidak hanya merugikan

pihak PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Medan tetapi juga

menimbulkan resiko yang besar bagi pihak yang bersangkutan dengan perjanjian

kedit khususnya, seperti penjamin yang merupakan orang yang menjamin

pelunasan hutang konsumen, atau pihak ketiga yang membeli sepeda motor kredit

yang digelapkan karena membeli dengan tidak dilengkapi surat-surat yang

lengkap (BPKB) dan dapat dijerat dengan pasal penadahan (480 KUHP).

C. Faktor-Faktor Yang Mendorong Terjadinya Kejahatan Penggelapan

Sepeda Motor di PT. FIF Cabang Medan

Dari hasil penelitian para pakar yang berlandaskan berbagai cara

pendekatan dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab

terjadinya penggelapan sepeda motor kredit adalah :

a. Faktor Intern

Faktor Intern (Endogen) merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam

diri individu sendiri. Faktor Internal (Endogen) ini telah ada sejak kelahiran.

Dengan kata lain faktor internal adalah semua sifat, bakat, kemampuan dalam

bentuk potensi, proses perkembangannya dan kecepatannya ditentukan oleh

susuan gen dan faktor endogen umum yang individual.

Secara umum, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis

terhadap faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan penggelapan

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
sepeda motor kredit di PT. FIF Cabang Medan, yang berasal dari internal pelaku

adalah :

1. Faktor Keluarga

Keluarga adalah lingkup terkecil yang dapat membentuk kepribadian

seseorang. Pola tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh keluarganya,

dalam hal ini peran orang tua sangat penting.

Orang tua mempunyai tanggung jawab atas pendidikan, penanaman modal

dan agama dalam diri anak-anak. Hubungan yang serasi dan harmonis, kesatuan

pendapat dan kemanunggalan sikap dalam membawa anak-anak menghadapi

hidup dan kehidupan dengan segala tantangannya akan memungkinkan

pertumbuhan yang serasi antara jiwa dan raga si anak.

Apabila orang tua dapat mendidik moral, tingkah laku dan agama anak

maka akan kecil kemungkinan seorang anak dapat melakukan kejahatan. apalagi

kejahatan yang menyangkut harta kekayaan (benda) seperti penggelapan.

Oleh karena itu orang tua harus mampu menggerakkan hati anak-anak

mereka kepada kebaikan-kebaikan dan menjauhkan dari kejahatan.

2. Pemanfaatan Kesempatan Terjadinya Kejahatan

Kejahatan dapat muncul bukan hanya dari adanya niat si pelaku tetapi juga

karena adanya kesempatan. Tindakan atau aksi kriminil yang dilakukan oleh para

penjahat karena adanya hal-hal yang mendukung, karena adanya suatu

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kesempatan yng membuat kemungkinan tindakan kriminil itu berlangsung.

Adanya kesempatan inilah yang dimanfaatkan pelaku untuk melakukan aksinya.

Adapun hal-hal yang memberi kesempatan bagi terlaksananya

penggelapan sepeda motor di PT. Federal International Finance (FIF) Cabang

Medan sesuai dengan hasil penelitian di lapangan adalah sebagai berikut :

a. Mudahnya mendapatkan fasilitas kredit

Untuk memperoleh fasilitas kredit di PT. Federal Internasional Finance

(FIF) pelaku hanya perlu melengkapi persayaratan berupa : Foto copy Kartu

Tanda Penduduk (KTP), kartu keluarga, slip gaji dan rekening (air, listrik, atau

telepon). Untuk meyakinkan pihak PT. Federal International Finance (FIF) bahwa

pelaku dapat memenuhi kewajiban pembayaran setiap bulannya, pelaku dapat

mengajukan seseorang sebagai penjamin. Orang inilah yang akan menanggung

resiko apabila pelaku melanggar perjanjian. Setelah syarat administrasi ini

terpenuhi maka pihak PT. Federal International Finance (FIF) akan melakukan

survey langsung ke lapangan untuk memastikan bahwa data yang ada di formulir

isian telah sesuai dengan kenyaataan yang ada di lapangan. Apabila telah sesuai

dan memenuhi persyaratan untuk mendapatkan kredit maka PT. Federal

International Finance akan mencairkan dana untuk membiayai sepeda motor

tersebut. Pelaku hanya membayar uang muka dan angsuran setiap bulannya yang

besarnya dan lama waktu kredit sesuai dengan ketentuan.

b. Jumlah uang muka dan angsuran yang terjangkau.

Untuk melakukan kredit sepeda motor seorang konsumen hanya cukup

membayar uang muka yang besarnya ditentukan oleh perusahaan dan dapat

dijangkau masyarakat. Pada periode tertentu PT. Federal International Finance

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
(FIF) menawarkan subsidi uang muka dan diskon atau potongan harga uang

angsuran untuk sepeda motor Honda type tertentu. Besarnya jumlah uang

angsuran dipengaruhi oleh besarnya uang muka yang dibayarkan. Adanya

kemudahan yang ditawarkan ini sering menyebabkan munculnya niat masyarakat

untuk melakukan kejahatan karena dengan mengeluarkan uang yang tidak begitu

besar sepeda motor dapat beralih ke tangan masyarakat.

c. Adanya kolusi dengan internal perusahaan (karyawan)

Untuk memperoleh pembiayaan sepeda motor bagi konsumen harus

memenuhi kriteria yang diajukan oleh pihak perusahaan adalah :

 Usaha berjalan minimal 3 tahun. Dilihat jenis usaha dan prospeknya.

 Gaji/penghasilan ± Rp.1.500.000,-/bulan.

 Memiliki rumah sendiri.

 Persetujuan suami/istri.

 Alamat kantor/tempat usaha.

Ketentuan ini berlaku secara resmi dari perusahaan. Pada tahap survey di

lapangan surveyor akan melihat apakah konsumen dapat memenuhi kriteria

tersebut. Apabila kriteria tersebut tidak terpenuhi maka permohonan kredit akan

ditolak.

Namun pada kenyataannya sering dijumpai seorang konsumen yang tidak

memenuhi kriteria yang ditentukan juga dapat memperoleh fasilitas kredit. Hal

ini tentunya mengidentifikasi adanya “permainan” antara konsumen dengan pihak

karyawan (surveyor).

d. Adanya sistem target bagi karyawan

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam perusahaan leasing terdapat penetapan target yang harus dipenuhi

oleh karyawan, termasuk di PT. Federal International Finance (FIF) Cabang

Medan. Bagi karyawan ditetapkan bahwa target perbulan nya harus dapat

dipenuhi oleh karyawan karena target ini sangat berpengaruh bagi pendapatan/gaji

mereka. Pendapatan karyawan di PT. Federal International Finance (FIF) Cabang

Medan terdiri dari gaji pokok dan insentif. Gaji pokok besarnya ditentukan

berdasarkan posisi atau jabatan masing-masing sedangkan insentif adalah bonus

gaji bagi karyawan yang besarnya tergantung dari seberapa besar karyawan

tersebut dapat memenuhi target yang ditetapkan perusahaan.

Berdasarkan wawancara penulis dengan Bpk. Chandra Zaini selaku

surveyor, bahwa target yang harus dipenuhi oleh petugas lapangan adalah

menyelesaikan 75% masalah yang ditanganinya dengan terjun langsung ke

lapangan.

Ada beberapa target yang ditetapkan oleh perusahaan diantaranya adalah sebagai

berikut :

a. Booking Quality. Target yang ditetapkan untuk surveyor. Seorang surveyor

harus melakukan survey langsung ke lapangan untuk menentukan apakah

seorang konsumen memenuhi syarat atau tidak untuk mendapatkan

pembiayaan kredit sepeda motor. Penentuan ini didasarkan pada kualitas

konsumen.

b. Account Collection. Target yang ditetapkan untuk kolektor/penagih.

Seorang kolektor bertugas untuk menagih pembayaran kredit pada

konsumen yang telah menunggak dan membuat penjadwalan kapan

konsumen yang menunggak tersebut akan malakukan pembayaran.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
c. Rolling. Target yang ditetapkan untuk Eksekutor. Penetuan target

berdasarkan penyelesaian kasus yang ditangani.

d. Marketing. Target penjualan yang harus dipenuhi adalah sebanyak 1000

unit setiap bulannya.

Apabila target yang ditetapkan ini dapat dipenuhi oleh karyawan maka

mereka akan memperoleh pendapatan yang besar pada akhir bulan.

b. Faktor Ekstern

Faktor Ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar indvidu yang

tercakup dalam faktor lingkungan seperti lingkungan keluarga, masyarakat,

geografis dan fasilitas yang ada di dalamnya seperti ; makanan, kesempatan,

belajar dan lainnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, faktor-faktor eksternal

yang mendorong terjadinya penggelapan sepeda motor kredit adalah :

1. Tekanan Ekonomi

Keadaan perekonomian yang serba sulit saat ini disebabkan oleh krisis moneter

yang berkepanjangan sejak tahun 1998 hingga sekarang bahkan harga kebutuhan

hidup terus meningkat. Keadaan ini membuat masyarakat bingung karena

pendapatan yang diperoleh terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan yang

semakin meningkat. Sementara kebutuhan hidup keluarga, anak dan istri harus

tetap dipenuhi. Perubahan keadaan ekonomi tentunya akan sangat mempengaruhi

kehidupan masyarakat. Kondisi perekonomian yang tidak stabil dan terus

meningkatnya kebutuhan pokok menyebabkan masyarakat tertekan sehingga

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
mudah melakukan kejahatan. Bagi masyarakat dalam kondisi ekonomi yang sulit

meminjam uang/hutang menjadi solusi yang aman untuk sementara bagi mereka.

Wawancara dengan Bpk. Dedi Pasaribu selaku Eksekutor PT. Federal

International Finance (FIF) Cabang Medan :

“Rata-rata yang melakukan kejahatan penggelapan sepeda motor di PT.

Federal International Finance (FIF) Cabang Medan adalah mereka yang

terlilit masalah hutang piutang. Mereka terpaksa menjual atau menggadaikan

sepeda motor untuk membayar hutang dan memenuhi kebutuhan hidup

keluarga” 48.

2. Faktor Lingkungan

Penyebab terjadinya kejahatan adalah lingkungan. Dunia adalah

bertanggung jawab terhadap bagaimana jadinya saya dari pada diri saya sendiri 49.

Sejak dilahirkan manusia hidup di dalam suatu lingkungan tertentu yang menjadi

wadah bagi kehidupannya. Lingkungan tersebut merupakan keseluruhan dari

kondisi maupun benda yag ditempah manusia dan yang mempengaruhi seluruh

kehidupanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa lingkungan tersebut

merupakan segala sesuatu yang ada di sekeliling manusia, baik yang bersifat

material maupun immaterial dan juga yang hidup maupun yang tidak hidup.

Semua hal-hal tersebut mempengaruhi kehidupan manusia dan dipengaruhi oleh

manusia.

48
Wawancara dengan Bpk.Chadra Zaini (Collector PT. Federal International Finance Cabang
Medan)
49
Chainur Arrasjid, Op. Cit, hal.51-52.
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Menurut pendapat mahzab lingkungan, ada beberapa faktor lingkungan

yang dapat dipandang sebagai sebab kejahatan, yaitu ;

a) Lingkungan yang memberi kesempatan akan timbulnya kejahatan.

b) Lingkungan pergaulan yang memberi contoh/tauladan.

c) Lingkungan ekonomi 50.

Lingkungan sosial yang menunjukkan kesenjangan antara kalangan yang

mampu dan kurang mampu, dengan adanya kekayaan yang dipertontonkan akan

membangkitkan nafsu ingin memiliki yang lebih besar bagi yang kurang mampu

sehingga mendorong timbulnya kejahatan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa

budaya masyarakat Indonesia yang masih kental dengan aroma iri hati. Melihat

tetangga punya barang baru maka akan cepat muncul rasa ingin memiliki barang

yang sama agar tidak ketinggalan. Tidak mampu membeli tunai maka kredit

adalah cara yang paling mudah. Ketika pembayarannya mulai bermasalah dan

keadaan ekonomi sulit maka akan mendorong timbulnya kejahatan penggelapan.

Adapun faktor lingkungan yang dapat mendukung terlaksananya kejahatan

penggelapan sepeda motor adalah :

a. Faktor Adanya Agen (Perantara)

Agen (perantara) adalah pihak yang menjadi penghubung/perantara antara

konsumen dan PT. Federal International Finance. Agen inilah yang akan

mengurus semua kelengkapan persyaratan yang diperlukan untuk pengajuan

kredit sepeda motor di PT. Federal International Finance.

Dalam hal kredit di perusahaan leasing, agen sangat berperan bagi pihak

konsumen dan perusahaan. Bagi konsumen yang tidak ingin repot dan bisa cepat

50
Ediwarman, Op. Cit., USU Press, Medan, 1994, hal. 74.
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
mendapatkan kredit sepeda motor, agen adalah orang yang tepat. Sedangkan bagi

pihak perusahaan khususnya karyawan lapangan, agen sangat membantu untuk

pemenuhan target penjualan sepeda motor. Dan bagi agen sendiri, keuntungannya

adalah mendapatkan komisi atas jasanya yang akan ia terima dari konsumen dan

pihak perusahaan. Adanya saling ketergantungan inilah yang menyebabkan

seringnya timbul kejahatan penggelapan sepeda motor.

b. Faktor Adanya Penadah

Penadah adalah orang yang menampung sepeda motor kredit yang belum

lunas pembayarannya. Penadah disini adalah orang yang menerima gadai atau

menerima penjualan barang yang berasal dari hasil kejahatan. Pelaku penggelapan

menjual atau menggadaikan sepeda motor kredit tersebut kepada penadah dengan

harga yang lebih murah.

c. Faktor Adanya Penjamin

Penjamin adalah orang yang menjamin seluruh hutang seseorang dan

bertanggung jawab untuk membayar hutang tersebut apabila pihak yang

dijaminkan tersebut tidak memenuhi kewajibannya.

Adanya penjamin inilah yang juga menyebabkan pelaku penggelapan

mudah melaksanakan kejahatan. Apabila penjamin adalah orang yang mempunyai

pengaruh yang cukup kuat di masyarakat atau merupakan oknum aparat penegak

hukum maka akan sangat meyakinkan pihak perusahaan. Pengajuan kredit

tentunya akan diterima dan sepeda motor akan langsung dapat dimiliki.

3. Faktor Teknologi

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Teknologi sebagai suatu sarana yang dipergunakan oleh manusia pada saat

ini sudah mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat. Dengan

adanya televisi, radio, surat kabar dan internet, kita dapat mengetahui berbagai

jenis produk baru kedaraan bermotor dengan berbagai keunggulan yang

ditawarkan. Media cetak dan media elektronik menjadi faktor yang

mempengaruhi orang melakukan kejahatan. Iklan yang intensif dilakukan untuk

menarik konsumen agar membeli sepeda motor yang ditawarkan.

Banyaknya iklan tentunya banyak menarik minat masyarakat yang ingin

mendapatkan sepeda motor dimana harga yang ditawarkan terjangkau, cara

memperoleh kreditnya mudah, dan ditambah lagi penawaran menarik dari

perusahaan pembiayaan seperti : pemberian subsidi uang muka, penarikan undian

bagi konsumen yang membayar angsuran tepat waktu dan sebagainya.

Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan tersebut menjadi daya tarik

bukan hanya mereka yang berniat baik ingin memiliki tetapi juga mereka yang

memiliki niat jahat. Karena dengan hanya membayar uang muka yang dan

angsuran berjalan, sepeda motor sudah berada di tangan dan dapat langsung

dipakai.

BAB IV

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENCEGAH DAN

MENANGGULANGI KEJAHATAN PENGGELAPAN SEPEDA MOTOR

DI PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF) CABANG MEDAN

Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan

kejahatan adalah termasuk dalam kebijakan kriminal. Kebijakan kriminal ini tidak

terlepas dari kebijakan yang lebih luas yaitu kebijakan sosial (Sosial Policy) yang

terdiri dari kebijakan/upaya untuk melindungi masyarakat yang disebut dengan

sosial defence policy. Dengan demikian maka apabila kebijakan yang

dipergunakan dalam menanggulangi kejahatan adalah kebijakan kriminal. Maka

jalan jalan yang harus ditempuh adalah dengan menggunakan kebijakan penal

atau kebijakan hukum pidana. Khususnya terhadap kebijakan yudikatif/aplikatif

harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya kebijakan sosial itu.

Dalam melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus ada

keseimbangan antara kebijakan penal/kebijakan hukum pidana dengan kebijakan

sosial atau non-penal. Di pandang dari sudut politik kriminal maka kebijakan

yang paling strategis adalah kebijakan non-penal karena lebih bersifat preventif.

Sedangkan kebijakan hukum pidana atau kebijakan penal mempunyai

keterbatasan dan kelemahan, yakni bersifat prakmataris tidak struktural dan di

dalam pelaksanaannya harus didukung oleh infrastruktur dan biaya yang tinggi 51.

Pencegahan dan penanggulangan kejahatan yang dilakukan dengan

menggunakan sarana penal harus dilakukan dengan beberapa tahap yaitu :

1. Formulasi (kebijakan legislatif);

51
Barda Nawawi Arif, Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, Hal.73-74
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2. Aplikasi (kebijakan yudikatif/yudicial);

3. Eksekusi (kebijakan eksekusi/administratif);

Dengan adanya tahap formulasi maka upaya pencegahan dan

penanggulangan kejahatan juga menjadi tugas aparat pembuat hukum bukan

hanya tugas penegak dan penerap hukum. Dan kebijakan legislatif ini merupakan

kebijakan yang paling strategis dalam upaya pencegahan dan penanggulangan

kejahatan pada tahap aplikasi dan eksekusi 52.

Berbagai upaya untuk menanggulangi terjadinya kejahatan atau setidak-

tidaknya megurangi frekuensi kejahatan terus dilakukan oleh berbagai pihak, baik

pemerintah maupun oleh masyarakat. Tugas untuk menanggulangi terjadinya

kejahatan bukan semata-mata tugas pemerintah saja, tetapi juga masyarakat,

karena orang yang melakukan kejahatan merupakan anggota masyarakat itu

sendiri.

Soeharjo Sastrosoeharjo menyatakan : “sesungguhnya di dunia ini tidak

ada suatu masyarakat tanpa kejahatan, tetapi masalah pemecahan kejahatan adalah

sebuah problem penting yang harus dihadapi oleh masryarakat” 53.

A. Upaya Preventif (Pencegahan Secara Umum)

Upaya preventif adalah sutau kebijakan penanggulangan kejahatan lewat

jalur non-penal yang bersifat usaha untuk mencegah jauh sebelum terjadi

kajahatan yaitu bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan sebelum terjadinya

kejahatan itu. Oleh karena itu, sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor

kondusif penyabab terjadinya kejahatan yang berpusat pada masalah-masalah atau

52
Ibid, Hal.74
53
Gerson W. Bawengan, Op. Cit, Hal.199
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat

menimbulkan atau menumbuhsuburkan kejahatan 54.

Bonger mempunyai pendapat, yaitu :

“Mencegah kejahatan adalah lebih baik daripada mencoba mendidik penjahat

menjadi orang baik kembali”55.

Mencegah adalah lebih baik dari pada menghukum. Ibarat menjaga

kondisi tubuh supaya tetap sehat sehat adalah lebih baik dari pada berobat untuk

menyembuhkan suatu penyakit. Tetapi apabila pencegahan ini tidak berhasil,

maka usaha lain harus diadakan yaitu dengan menghukum orang yang telah

melakukan kejahatan tersebut. Menurut Abrahamsen dan Guttmacher pencegahan

tersebut terutama dimulai sejak kanak-kanak. Selanjutnya dikemukakan, masa

depan anak-anak sangat tergantung pada pengaruh iklim yang diciptakan oleh

orang tua dan pada dasarnya atau dalam bentuk orisinilnya, manusia itu baik tidak

ada seseorang yang sejak kecilnya terus jahat. Sampai beberapa jauh sanggup

mempertahankan orisinalitasnya itu, tergantung pada pertumbuhan-pertumbuhan

kondisi-kondisi tertentu56.

Dalam usaha preventif ini yang bertanggung jawab adalah masyarakat

secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan program kerja untuk usaha-usaha

tersebut, yang melibatkan beberapa instansi, para tokoh masyarakat serta dari

beberapa disiplin keahlian. Prof. Mr. W.A. Bonger juga berpendapat kejahatan

orang-orang dewasa tidak dapat terlepas dari masa kanak-kanak, maka usaha

pencegahan kejahatan (crime prevention) yang lebih baik harus bertitik tolak dari

54
Mahmud Mulyadi, Bahan Kuliah Politik Hukum Pidana. Fakultas Hukum USU, Tahun
akademik 2007/2008, Hal.110
55
Barda Nawawi Arif, Op. Cit, Hal.34-36
56
Gerson.W.Bawengan, Op.Cit., Pradnya Paramitha, Jakarta 1991, Hal.185
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
pencegahan kenakalan anak-anak (remaja), dengan kata lain menanggulangi

kejahatan secara umum.

Jadi dapat disimpulkan bahwa mencegah kejahatan haruslah dilakukan

mulai sejak masa anak-anaknya seseorang, oleh karena itu peranan orang tua

untuk membina anak-anak adalah lebih bermanfaat dari pada peranan penegak

hukum yang menghukum seseorang yang melakukan kejahatan betapapun adil

dan objektifnya putusan itu. Mengembangkan tingkah laku melalui pendidikan,

memperluas dan memperdalam tradisi, mengadakan kontak atau saling pengertian

antara mereka yang mengutamakan penilaian norma-norma dengan mereka yang

menjadi penantang norma-norma itu akan usaha-usaha yang baik untuk

prevensi 57.

Dalam ceramahnya di depan mahasiswa Universitas Gajah Mada, Jendral

Abdul Haris Nasution mengatakan :

“Agama untuk membimbing manusia dengan kebahagiaan hakiki dunia

akhirat…...kebahagiaan dicapai dengan mengusahakan keseimbangan mencari

harmoni dunia dan akhirat, keseimbngan antara kehidupan materil dan spirituil,

antara kultur dan alam…… Kemajuan-kemajuan materil telah memperkaya

kehidupan manusia secara luas, tetapi tidak dapat disangkal pula, bahwa ia

meniadakan juga sedikit banyak kebahagiaan yang sesungguhnya, yakni dalam

ketenangan batin. Kemajuan materil yang tidak diimbangi dengan kemajuan

spirituil oleh iman kepada Tuhan, membawa jiwa yang retak dan gelisah, jiwa

yang penuh ketakutan, dan mengakibatkan masyarakat yang banyak penyakit

57
Sujono, Kriminologi, Ruang Lingkup dan Cara Penelitian, Tarsito, Bandung 1994, Hal.20
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
psikomatis, dengan kata lain membawa penderitaan manusia, membawa semakin

kosongnya, semakin merosotnya kualitas hidup manusia” 58.

Penanggulangan kejahatan dengan upaya preventif dapat dilakukan dengan

2 (dua) cara, yaitu :

1. Cara moralistik

2. Cara abolisionik

Ad. 1. Cara Moralistik

Cara moralistik dilakukan dengan penyebarluasan ajaran-ajaran agama dan

moral, perundang-undangan yang baik dan sarana-sarana lain yang dapat

mengekang nafsu untuk berbuat jahat” 59.

Penanggulangan kejahatan dengan cara moralistik ini dapat dilakukan oleh

orang tua, pendidik, ulama dan lain-lain. Tetapi yang paling utama adalah peran

orang tua dalam mendidik dan membina anak-anaknya. Bismar Siregar

menyatakan tanpa mengabaikan peranan sekolah dan masyarakat, pendidikan

keluarga merupakan benteng terampuh membentuk kepribadian dan penangkal

mujarab selera kriminal.

Orang tua mempunyai tanggung jawab atas pendidikan, penanaman

modal agama dalam diri anak-anak. Hubungan yang serasi dan harmonis,

kesatuan pendapat dan kemanunggalan sikap dalam membawa anak-anak

menghadapi hidup dan kehidupan dengan segala tantangannya akan

memungkinkan pertumbuhan yang serasi antara jiwa dan raga si anak.

58
Ibid.
59
Soejono D., Konsepsi Kriminologi Dalam Usaha Penanggulangan Kejahatan, Alumni
Bandung, 1996, Hal.15
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Orang tua tidak hanya dituntut untuk menanamkan pengetahuan baik dan

buruk berdasarkan moral dan agama, tetapi juga harus memberikan contoh yang

nyata bagi anak-anaknya.

Masa depan anak-anak sangat tergantung pada pengaruh-pengaruh dan

iklim yang diciptakan oleh orang tua mereka. Guttmacher menyatakan : “Dari

sekian banyak penjahat-penjahat, ternyata bahwa hubungan mereka pada masa

anak-anak merupakan penyebab keterlibatan memasuki dunia kejahatan” 60.

Oleh karena itu orang tua harus mampu menggrerakkan hati anak-anak

mereka kepada kebaikan dan menjauhkan dari kejahatan. Jangan sampai mereka

menjadi subjek (pelaku) kejahatan ataupun menjadi objek (korban) kejahatan.

Ad. 2. Cara Abolisionistik

Cara abolisionistik berusaha memberantas, menanggulangi kejahatan

dengan memberantas sebab-musababnya. Misalnya kita ketahui bahwa faktor

kejahatan adalah faktor ekonomi atau kemiskinan, maka upaya mencapai

kesejahteraan untuk mengurangi kejahatan yang disebabkan oleh kemiskinan atau

faktor ekonomi merupakan cara abolisionistik

Cara ini biasa dilakukan dengan mengikutsertakan tenaga ahli seperti psikolog,

ekonom, sosiolog dan lain-lain.

Menurut penulis upaya preventif yang dapat dilakukan untuk

menanggulangi kejahatan penggelapan sepeda motor di PT. FIF adalah sebagai

berikut :

60
Gerson, W. Bawengan, Op. Cit, Hal.199
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
1. Mengawasi kinerja karyawan di lapangan melalui supervisior masing-

masing bidang khususnya untuk mengawasi surveyor “nakal” yang meng-

gol-kan permohonan kredit konsumen yang sebenarnya tidak atau kurang

memenuhi syarat dengan tujuan agar mencapai target yang ditetapkan dan

mendapatkan bonus gaji.

2. Ditingkatkannya pengawasan terhadap konsumen yang sering menunggak

pembayaran kredit. Apabila telah sering menunggak maka harus lebih

diawasi keberadaan sepeda motor dan apabila sudah menunggak 3 (tiga)

bulan maka pada tanggal jatuh tempo tiga bulan langsung dilakukan

eksekusi sepeda motor sehingga dapat memperkecil kemungkinan sepeda

motor berpindah ke pihak lain.

3. Meningkatkan jumlah Eksekutor yang melakukan pengejaran terhadap

pelaku maupun sepeda motor yang digelapkan ke luar daerah sehingga

pencapaian target mengeksekusi aset perusahaan dapat terpenuhi.

4. Memberikan penyuluhan yang dilakukan oleh pihak yang terkait (polisi,

jaksa) mengenai kesadaran hukum masyarakat, sehingga masyarakat dapat

memahami hak-hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Hal

ini dapat dilakukan dalam bentuk ceramah-ceramah, temu wicara, diskusi

dan lain-lain.

B. Upaya Repressif

Yang dimaksud dengan upaya repressif adalah upaya-upaya atau tindakan-

tindakan yang diambil untuk melakukan penekanan agar si pelaku tidak dapat

melakukan perbuatan atau kejahatan itu lagi atau untuk menekan terjadinya

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kejahatan itu. Usaha itu bertujuan agar kejahatan tersebut jangan sampai terulang

lagi yaitu dengan melakukan tindakan langsung terhadap orang-orang yang

terlibat dalam kejahatan tersebut. Jadi usaha repressif ini dilakukan setelah

terjadinya kejahatan itu 61.

Kejahatan akan selalu ada selama manusia itu ada. Kejahatan merupakan

bayang-bayang dari peradaban “The shadow of civilation”. Semakin tinggi

peradaban manusia semakin tinggi pula tingkat kejahatan yang terjadi. Akan

tetapi, walaupun demikian kita harus berusaha mencegah terjadinya tindak

kejahatan tersebut dan menanggulanginya.

Apabila upaya preventif belum mampu untuk mencegah terjadinya

kejahatan. Sehingga antara upaya prevetif dan represif mempunyai hubungan

yang erat.

Gerson W. Bawengan menyatakan :

Sebenarnya kedua jenis tindakan itu hanya dapat dibeda-bedakan, tapi sulit

untuk dipisahkan, sebab tindakan represif itu sendiri mempunyai pula ciri-

ciri preventif. Terhadap yang dihukum nempaknya sebagai tindakan

represif, tetapi bahkan bagi dia sendiri ciri hukuman itu prevensi dan

demikian pula prevensi itu kelak menjadi perhatian seluruh masyarakat 62.

Usaha-usaha repressif dilakukan melalui suatu proses tertentu yang

dimulai dengan melakukan pengejaran, penangkapan, penahanan, penyidikan dan

dilanjutkan dengan mengadili dan menjatuhkan hukuman. Para penegak hukum

hendaknya selalu mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan

meringankan dengan melihat faktor-faktor yang membawa si pelaku pada

61
Ibid, Hal.38
62
Ibid, Hal.197
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kejahatan yang dilakukannya tersebut serta menyadari bahwa tujuan utama

penjatuhan hukuman tersebut bukanlah sebagai pembalasan tetapi untuk mendidik

dan membina mental dan rohani si pelaku sehingga menginsyafi perbuatannya dan

tidak mengulanginya lagi.

Dalam upaya represif ini setiap orang yang melakukan kejahatan harus

diberi hukuman agar ia enggan mengulangi perbuatannya. Apakah tujuan

pemberian hukuman kepada orang yang telah melakukan kejahatan?

Dalam hal ini ada beberapa teori hukuman (straftheorien), yaitu :

1. Teori Absolut atau Teori Pembalasan

2. Teori Relatif atau Teori Tujuan

3. Teori Gabungan

Ad. 1. Teori Absolut atau Teori Pembalasan

Menurut teori absolut atau teori pembalasan hukuman itu merupakan

konsekuensi dari suatu kejahatan yang telah dilakukan. Hukuman itu bersifat

mutlak bagi setiap orang yang melakukan kejahatan. Kejahatan itu sendiri yang

membuat anasir-anasir tentang hukuman yang harus dijatuhkan.

Pemberian hukuman bukan untuk memperbaiki kelakuan si penjahat agar

menjadi baik, tetapi untuk memberikan suatu penderitaan kepada si penjahat.

Dalam hal ini kepuasan hati orang yang memberikan hukumanlah yang

diutamakan. Jadi hukuman itu merupakan pembalasan bagi si penjahat atas

perbuatan yang telah dilakukannya.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Ad. 2. Teori Relatif atau Teori Tujuan

Menurut teori relatif atau teori tujuan, hukuman yang diberikan kepada

orang yang telah melakukan kejahatan bukan sebagai pembalasan, tapi merupakan

suatu cara untuk mencapai tujuan lain daripada penghukuman itu sendiri yaitu

pencegahan terjadinya kejahatan.

1. Prevensi Umum, ancaman hukuman dapat membuat orang merasa takut

dan menahan diri untuk melakukan kejahatan. Tujuannya untuk

memberikan peringatan kepada masyarakat supaya tidak melakukan

kejahatan.

2. Prevensi khusus, pemberian hukuman bertujuan agar orang yang dijatuhi

hukuman tidak mengulangi lagi perbuatannya dan bagi yang hendak

melakukan kejahatan akan mengurungkan niatnya tersebut hingga tidak

terjadi kejahatan.

Ad. 3. Teori Gabungan

Teori gabungan merupakan teori absolut dan teori relatif. Menurut teori

gabungan, pemberian hukuman bertujuan sebagai unsur pembalasan dan sebagai

unsur untuk memperbaiki kelakuan si penjahat.

Chainur Arrasyid membagi teori ini dalam tiga golongan, yaitu :

1. Menitikberatkan pada pembalasan, tetapi tidak boleh melampaui batas apa

yang perlu dan sudah cukup untuk dapat mempertahankan tata tertib

masyarakat.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2. Menitikberatkan pada pertahanan tata tertib masyarakat, tetapi hukuman

tidak boleh lebih berat daripada suatu penderitaan yang beratnya sesuai

dengan beratnya perbuatan oleh terhukum.

3. menggabungkan kedua asas tersebut dengan titik berat yang sama 63.

Sehubungan dengan skripsi penulis, maka upaya represif yang dapat

dilakukan untuk menanggulangi terjadinya kejahatan penggelapan sepeda motor

kredit adalah dengan melakukan penangkapan, penahanan, mengadili serta

menjatuhi hukuman yang sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukan, sehingga

dengan adanya hukuman tersebut akan menyebabkan orang takut untuk

melakukan kejahatan dan bagi si terpidana diharapkan ia tidak akan mengulangi

perbuatannya yang salah itu.

Upaya represif yang dilakukan untuk menanggulangi kejahatan bukan

merupakan pembalasan, bukan pula sekedar prevensi, tetapi harus membawa

manfaat bagi masyarakat umum dan berguna pula bagi pribadi si terpidana.

Tindakan terhadap seseorang yang melakukan penggelapan sepeda motor

kredit yaitu berupa hukuman, dengan cara melaporkan pelaku yang melakukan

kejahatan penggelapan sepeda motor sehingga dapat diproses dan diberikan

hukuman yang setimpal maka hal ini juga merupakan pencegahan terhadap orang

lain yang mungkin akan melakukan penggelapan agar tidak melakukannya karena

akibatnya akan dihukum. Namun dalam usaha repressif ini perlu diperhatikan

dengan baik sebelum memberikan hukuman.

63
Chainur Arrasyid (1), Op. Cit., Hal.109
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dengan demikian seorang penegak hukum harus mengetahui tentang

kriminologi, faktor apa yang membuat seseorang melakukan kejahatan

penggelapan sepeda motor kredit, bagaimana ia melakukan penggelapan itu dan

siapa yang melakukan penggelapan itu. Dalam hal inilah penting sekali peranan

kriminologi bagi para penegak hukum, dimana dengan mengetahui keadaan si

pelaku (dader) maka seorang hakim dapat menjatuhkan hukuman yang paling

tepat terhadap seseorang yang melakukan kejahatan.

C. Kasus dan Analisa Kasus

Kasus penggelapan sepeda motor di PT. Federal International Finance

(FIF) Cabang Medan yang penulis peroleh dari Pengadilan Negeri Medan adalah

sebagai berikut :

1. Putusan No. 2887/Pid.B/2006/PN.Mdn

Tanggal terjadi : Kamis, 30 Juni 2005 sekitar jam 14.00 WIB.

Tempat terjadi : PT. Federal International Finance (FIF) Cabang

Medan, Jl. Kapten Muslim No. 60D-F Medan

Pelaku penggelapan : Ani Nuraini, perempuan, umur 35 tahun, lahir di

Medan, 29 Juli 1971, agama Islam, pekerjaan ibu

rumah tangga, tempat tinggal Jl. Seroja Gg.

Pribadi No.28A Medan Sunggal.

Korban penggelapan : PT. Federal International Finance (FIF) Cabang

Medan

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dakwaan :

---------Bahwa terdakwa Ani Nuraini pada hari kamis tanggal 30 Juni 2005 sekitar

pukul 14.00 WIB terdakwa mempunyai keinginan untuk mendapatkan 2 (dua)

unit sepeda motor sekaligus secara kredit, dan untuk mewujudkan niatnya tersebut

terdakwa pergi ke sebuah dealer sepeda motor PT. Federal International Finance

yang terletak di Jalan Kapten Muslim No.60 D-F Medan dengan mengajak adik

terdakwa yang bernama saksi Chandra Achmad dan setelah sampai di dealer

sepeda motor PT. Federal International Finance Medan, terdakwa dilayani oleh

petugas dealer, dan pada saat itu juga terdakwa berusaha meyakinkan pihak dealer

dengan mengatakan bahwa dirinya akan mengajukan permohonan kredit berupa 2

(dua) unit sepeda motor sekaligus dengan sistem pembayaran secara angsuran per

bulannya, selanjutnya oleh pihak dealer diberitahukan kepada terdakwa bahwa

terdakwa hanya dapat membeli secara kredit 1 (satu) unit sepeda motor saja,

namun pada saat itu terdakwa tetap berkeinginan untuk dapat memiliki 2 (dua)

unit sepeda motor sekaligus yaitu dengan cara meminjam nama adiknya yaitu

saksi Chandra Achmad selanjutnya terdakwa berjanji akan mencicil angsuran

sepeda motor tersebut selama 46 (empat puluh enam) bulan dengan cicilan

perbulannya masing-masing sebesar Rp. 384.000,-(tiga ratus delapan puluh empat

ribu) rupiah dengan uang muka untuk masing-masing sepeda motor sebesar

Rp.1.000.000.000,-(satu juta rupiah), selanjutnya setelah memenuhi semua

persyaratan dan menandatangani surat perjanjian sewa beli sepeda motor dengan

pihak PT. Federal International Finance Medan, terdakwa diperbolehkan

membawa sepeda motor tersebut untuk dipakai sebagai sewa beli dengan

kewajiban terdakwa harus membayar cicilan sepeda motor tersebut setiap

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
bulannya masing-masing Rp.384.000,-(tiga ratus empat puluh ribu) rupiah selama

46 (empat puluh enam) bulan dan selama proses pembayaran belum selesai/lunas

sepeda motor tersebut tidak boleh dipidahtangankan/dijual atau digadaikan kepada

siapapun, akan tetapi setelah terdakwa dapat menguasai dan memiliki sepeda

motor tersebut, terdakwa hanya membayar cicilan kredit sepeda motor sebanyak 4

(empat) kali pada bulan Juli 2005 sampai dengan bulan Oktober 2005 dan setelah

itu terdakwa tidak pernah membayar cicilan sepeda motor tersebut, malahan

kedua unit sepeda motor tersebut pada tanggal 27 Juli 2005 dan tanggal 27

September 2005 oleh terdakwa digadaikan kepada Rustam (DPO) dan Haidir als.

Kancil (DPO) dengan harga gadai masing-masing untuk jenis Honda Supra Fit

warna silver BK 3783 WG kepada Rustam sebesar Rp. 2.700.000,-(dua juta tujuh

ratus ribu rupiah) dan untuk Haidir als. Kancil sebesar Rp.1.800.000,-(satu juta

delapa ratus ribu rupiah) tanpa seijin dan sepengetahuan dari pihak PT. Federal

International Finance Medan, kemudian karena terdakwa menunggak pembayaran

cicilan/kredit sepeda motor selama 5 (lima) bulan, akhirnya pihak PT. Federal

International Finance Medan melakukan penagihan ke rumah terdakwa,dan

menanyakan tentang keberadaan sepeda motor yang dibeli sewakan kepada

terdakwa, namun pada saat itu terdakwa tidak dapat menunjukkan sepeda motor

tersebut dan kemudian mengakui bahwa sepeda motor telah digadaikan oleh

terdakwa kepada seseorang bernama Rustam dan Haidir als. Kancil.

--------Bahwa perbuatan terdakwa dalam menggadaikan 2 (dua) unit sepeda motor

masing-masing jenis Honda Supra Fit warna silver KB 3783 WG atas nama

Nurmala Sari dan jenis Honda Supra Fit warna silver KB 3772 WG atas nama

Heri Kurniawan telah mengetahui dan menyadari bahwa sepeda motor tersebut

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
sebagiannya adalah termasuk kepunyaan orang lain yaitu milik PT. Federal

International Finance Medan. Akibat perbuatan terdakwa Ani Nuraini, pihak PT.

Federal International Finance Medan mengalami kerugiann sebesar +

Rp.17.000.000,-(tujuh belas juta) rupiah. Perbuatan terdakwa Ani Nuraini

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 372 KUHP.

Menimbang bahwa dengan mengingat hal-hal yang memberatkan dan

yang meringankan pidana atas diri terdakwa;

Hal-hal yang memberatkan :

perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat;

Hal-hal yang meringankan :

Terdakwa mengaku terus terang akan kesalahannya;

Terdakwa masih berusia muda sehingga dapat diharapkan dan masih banyak

kesempatan untuk memperbaiki perbuatannya;

Terdakwa menyatakan serta menunjukkan penyesalannya dan berjanji tidak akan

mengulangi lagi perbuatannya;

Mengingat pasal 372 KUHP, serta pasal-pasal lain dari ketentuan

perundang-undanga yang bersangkutan ;

MENGADILI

1) Menyatakan bahwa terdakwa : Nurmala Sari binti Ahmad Yusuf, tersebut

diatas terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“ PENGGELAPAN”;

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2) Menjatuhkan pidana penjara terhadap diri terdakwa selama 1 (satu) tahun 4

(empat) bulan;

3) Menetapkan para terdakwa tetap berada dalam tahanan;

4) Memerintahkan agar barang bukti berupa :

1 (satu) bundle surat perjanjian sewa beli sepeda motor tertanggal 30 Jinu

2005 atas nama Nurmala Sari dan 1 (satu) bundle surat perjanjian sewa beli

sepeda motor tertanggal 30 Juni 2005 atas nama Heri Kurnawan,

dikembalikan kepada PT. Federal International Finance Medan melalui saksi

Agus Purnama,SH;

5) Membebankan terdakwa membayar ongkos perkara sebesar Rp.1000,-(seribu

rupiah);

Analisa kasus

Setelah penulis membaca dan menganalisa berkas perkara pidana

No.422/Pen.Pid/2006/PN.MDN maka penulis mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

- bahwa terdakwa Ani Nuraini dengan sengaja dan pikiran sehat melakukan

penggelapan dengan menggadaikan sepeda motor Honda Supra Fit warna

silver KB 3783 WG kepada Rustam (DPO) sebesar Rp.2.700.000,-(dua

juta tujuh ratus ribu rupiah) dan sepeda motor Honda Supra Fit warna

silver KB 3772 WG kepada Haidir als.Kancil (DPO) sebesar

Rp.1.800.000,-(satu juta delapan ratus ribu rupiah) yang sebagiannya

merupakan milik PT. Federal International Finance karena pembayaran

kreditnya belum lunas.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
- Bahwa hukuman dijatuhkan kepada terdakwa Ani Nuraini dengan

hukuman penjara selama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan.

Berdasarkan keterangan saksi-saksi dan uraian dakwaan Jaksa Penuntut

Umum dapat diketahui bahwa terdakwa Ani Nuraini melakukan penggelapan

sepeda motor karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi. Terdakwa menggunakan

uang hasil penjualan sepeda motor untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga

sehari-hari dan untuk menembah modal usaha dagangnya.

Dengan memperhatikan duduk perkara dan keterangan saksi serta bukti-

bukti maka hukuman yang dijatuhkan oleh hakim yaitu selama 1 (satu) tahun 4

(empat) bulan penjara kepada terdakwa belum tepat.

Adapun alasan penulis tidak sependapat dengan keputusan Pengadilan

Negeri Medan tersebut adalah ;

1. Terdakwa dikenakan Pasal 372 KUHP yang mana dalam pasal tersebut

hukuman maksimalnya adalah 4 (empat) tahun penjara. Sementara

hakim hanya menjatuhkan hukuman 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan,

lebih ringan 8 (delapan) bulan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum

(JPU). Menurut pendapat penulis seharusnya hukuman diperberat

misalnya 3 (tiga) tahun sehingga membuat terdakwa sendiri tidak

mengulangi perbuatannya karena merasa jera dan membuat orang lain

juga merasa takut melakukan kejahatan yang sama karena hukuman

yang berat.

2. Putusan hakim kurang tepat karena hakim memutuskan hukuman 1

(satu) tahun 4 (empat) bulan penjara potong masa tahanan. Sementara

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
terdakwa di tahan sejak tanggal 30 Juni 2006 sampai putusan

pengadilan dibacakan yaitu tanggal 03 Oktober 2006. Artinya

terdakwa selama proses penyidikan sampai proses persidangan ditahan

selama 4 (empat) bulan. Berdasarkan putusan hakim yang menjatuhkan

hukuman penjara selama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan dipotong masa

tahanan selama 4 (empat) bulan berarti terdakwa hanya menjalani

hukuman selama 1 (satu) tahun. Masa hukuman yang singkat di

Lembaga Pemasyarakatan menyebabkan pembinaan yang diperoleh

terdakwa tidak maksimal sehingga masih ada kemungkinan terdakwa

mengulangi atau melakukan kejahatan lagi.

3. Menurut pandangan kriminologi terhadap kasus ini maka dapat

diambil suatu kesimpulan bahwa terdakwa melakukan penggelapan

atas kemauan sendiri tapa dipengaruhi dan tanpa sepengetahuan dari

adik terdakwa Chandra Achmad, dengan harapan uang hasil kejahatan

tersebut dapat digunakan untuk usaha dagang dan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari.

4. Menurut pandangan kriminologi terhadap putusan hakim tersebut

bahwa akibat terlalu singkatnya hukuman yang dijatuhkan oleh

pengadilan maka terdakwa kurang mendapatkan pembinaan dan

bimbingan sehingga tidak menutup kemungkinan terdakwa

mengulangi kejahatannya lagi.

Demikianlah analisa penulis mengenai kasus di atas yaitu kasus

penggelapan sepeda motor di PT. Federal Iternational Finance Cabang Medan.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Faktor yang mempengaruhi timbulnya kejahatan penggelapan sepeda

motor di PT.Federal International Finance Cabang Medan adalah :

a. Faktor Intern

1) Faktor Keluarga

2) Pemanfaatan kesempatan terjadinya kejahatan penggelapan

 Mudahnya mendapatkan fasilits kredit

 Jumlah uang muka dan angsuran yang terjangkau

 Adanya kolusi dengan internal perusahaan (karyawan)

 Adanya sistem target bagi karyawan

b. Faktor Ekstern

1) Faktor Ekonomi

2) Faktor Lingkungan

 Adanya agen (perantara)

 Adanya penadah

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
 Adanya penjamin

2. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi terjadinya kejahatan

penggelapan sepeda motor yang dilakukan di PT. Federal International

Finance (FIF) yaitu :

a. Upaya preventif adalah upaya untuk mencegah terjadinya kejahatan

sebelum kejahatan itu terjadi.

Penanggulangan kejahatan dengan upaya preventif dapat dilakukan

dengan 2 (dua) cara, yaitu :

1) Cara moralistik, dilakukan dengan penyebarluasan ajaran-ajaran

agama dan moral, perundang-undangan yang baik dan sarana-

sarana lain yang dapat menghambat terjadinya kejahatan.

2) Cara abolisionistik, yaitu usaha memberantas, menanggulangi

kejahatan dengan memberantas sebab-sebabnya.

Pihak perusahaan sendiri dapat melakukan upaya preventif dengan

cara ;

a. Mengawasi kinerja karyawan di lapangan melalui supervisior

masing-masing bidang khususnya untuk mengawasi surveyor

“nakal” yang meng-gol-kan permohonan kredit konsumen yang

sebenarnya tidak atau kurang memenuhi syarat dengan tujuan agar

mencapai target yang ditetapkan dan mendapatkan bonus gaji.

b. Ditingkatkannya pengawasan terhadap konsumen yang sering

menunggak pembayaran kredit. Apabila telah sering menunggak

maka harus lebih diawasi keberadaan sepeda motor dan apabila

sudah menunggak 3 (tiga) bulan maka pada tanggal jatuh tempo

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
tiga bulan langsung dilakukan eksekusi sepeda motor sehingga

dapat memperkecil kemungkinan sepeda motor berpindah ke pihak

lain.

c. Meningkatkan jumlah Eksekutor yang melakukan pengejaran

terhadap pelaku maupun sepeda motor yang digelapkan ke luar

daerah sehingga pencapaian target mengeksekusi aset perusahaan

dapat terpenuhi.

b. Upaya Repressif adalah upaya kebijaksanaan atau tidakan yang

diambil setelah terjadinya kejahatan agar kejahatan itu tidak terulang

kembali. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara melaporkan pelaku ke

pihak kepolisian sehingga dapat dilakukan penyelidikan dan pelaku

dapat dihukum.

B. Saran

1. Semua pihak harus ikut serta untuk mencegah dan meanggulangi dan

memerangi kejahatan penggelapan sepeda motor.

2. Pencegahan timbulnya kejahatan penggelapan sepeda motor harus lebih

ditingkatkan oleh pihak perusahaan. Bila karyawan terbukti melakukan

pelanggaran atau kejahatan harus ditindak tegas berupa pemecatan sebagai

karyawan atau PHK.

3. Perlunya pembinaan iman sejak masa anak-anak sehingga apabila mereka

dewasa akan melakukan perbuatan yang dibenarkan oleh agama.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
4. mengupayakan kerja sama yang baik dengan karyawan, antara karyawan

di kantor dan karyawan di lapangan. Misalnya dengan mengadakan

kegiatan outbond untuk menciptakan kekompakan antar karyawan.

5. Perusahaan tidak terlalu membebani target yang tinggi kepada karyawan

yang dapat menyebabkan karyawan menjadi stess dengan jam kerja yang

tinggi demi memenuhi target.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA

Bonger, W.A., Pengantar Tentang Kriminologi, PT. Pembangunan Ghalia


Indonesia, Jakarta, 1982.

Ediwarman, Selayang Pandang Tentang Kriminologi, USU Press, Medan, 1999.

Ridwan, H.M., dan Ediwarman, 1994, Asas-Asas Kriminologi, USU Press,


Medan, 1994.

Moelyatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.

Hasibuan, Ridwan, Kriminologi Dalam Arti Sempit dan Ilmu-Ilmu Forensik,


USU Press, Medan, 1994.

Chazawi, Adami, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Bayumedia, Malang, 2003.

Noach, H.K.A., Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP buku II),
Alumni, Bandung, 1980.

Nawawi Arif, Barda, Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan


Penanggulangan Kejahatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.

Arrasjid, Chainur, Suatu Pemikiran Tentang Psikologi Kriminil, Yani


Corporation, Medan, 1998.

Santoso, Topo, dan Achjani Zulfa, Eva, Kriminologi, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005.

Bawengan, G.W., Pengantar Psikologi Kriminal, Pradya Paramitha, Jakarta,


1991.

Mudikno Moeliono, Paul, dikutip oleh Soedjono D, SH., Penanggulanga


Kejahatan, Alumni Bandung, 1999.

Darma Weda, Made, Kriminologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.

Soesilo, R., Kriminologi (Pengetahuan Tentang Sebab Kejahatan), Politeia


Bogor, 1995.

D., Soedjono, Konsepsi Kriminologi Dalam Usaha Penanggulangan Kejahatan,


Alumni Bandung, 1996.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Sujono, 1994, Kriminologi, Ruang Lingkup dan Cara Penelitian, Tarsito,
Bandung.

Mulyadi, Mahmud, Bahan Kuliah Politik Hukum Pidana, Fakultas Hukum


USU, 2007/2008.

Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Rismala Saputri : Tinjauan Juridis Dan Kriminologi Kejahatan Penggelapan Sepeda Motor Di PT. Federal
International Finance (FiIF) Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009

Anda mungkin juga menyukai