Anda di halaman 1dari 2

Plagiatisme yang Dianggap sebagai Jalan Pintas Intelektual

Plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan karangan,
pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat
sendiri. Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain

Plagiarisme dapat muncul dalam berbagai bentuk, tetapi hasil akhirnya selalu sama: plagiar
mencuri sesuatu dari orang lain. Plagiarisme mengacu pada penggunaan ide dan informasi
orang lain tanpa mengakui orang tersebut sebagai sumbernya.

Plagiarisme atau tindakan penjiplakan karya ilmiah saat ini marak terjadi dan jadi
perbincangan dunia pendidikan. Kesamaan tulisan ataupun ide karya ilmiah bisa terjadi
dimana saja dan kapan saja.

Meski mungkin tidak ada maksud menjiplak, tetapi apapun itu, sengaja atau tidak, tetap saja
terjadinya kesamaan ide ataupun tulisan tanpa menuliskan sumber yang jelas akan dianggap
sebagai tindakan plagiat.

Selain dianggap sebagai kecurangan, tindakan plagiarisme itu dapat dikategorikan sebagai
ketidakjujuran intelektual. Sunguh sebuah ironi di dunia pendidikan.

Tindakan plagiat bisa juga terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang bagaimana cara
mengutip yang benar dari tulisan orang lain.

Disinilah fungsi dosen pembimbing sangat dibutuhkan, dalam rangka untuk melakukan
pembimbingan dan pemantauan terhadap karya ilmiah mahasiswa sebagai upaya mencegah
adanya unsur plagiat.

Dr. M.J. Dewiyani Sunarto, Dosen Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, fungsi
dosen pembimbing selain melakukan bimbingan terhadap penelitian yang sedang dilakukan
oleh mahasiswanya juga berfungsi sebagai pengawas (supervisor).

Tetapi fungsi itu acapkali dikesampingkan, sehingga ini menjadi kesempatan melakukan


plagiarisme. Pembimbing yang semestinya menjadi first filter malah terkesan membantu
memuluskan praktek plagiarisme.

Bagaimanapun, lanjut Dewiyani plagiarisme adalah tindakan yang sangat dikutuk dalam
dunia ilmiah. Si pelaku akan mendapatkan hukuman berat pada forum-forum ilmiah.

Dewiyani menambahkan, langkah awal untuk pencegahan adalah melakukan penyaringan


(filtering) terhadap karya ilmiah mahasiswa melalui pengecekan tingkat kesamaan tulisan
dengan karya lain.

“Melalui pengecekan ini akan diketahui seberapa miripkah tulisan kita dengan karya orang
lain. Dengan membiasakan itu, mahasiswa jadi tahu dan paham kemudian berhati-hati ketika
menulis kutipan agar tidak sampai dianggap atau masuk kategori plagiarisme. Ini penting,”
kata Dewiyani.

Selasa (2/2/2016) bertempat dikampus Stikom Surabaya digelar workshop dan pelatihan bagi
dosen khususnya mereka yang memberikan bimbingan penelitian kepada mahasiswa, guna
mendeteksi plagiat pada karya ilmiah. Workshop digelar dengan harapan nilai-nilai kejujuran
intelektual dapat ditanamkan untuk membentuk generasi-generasi yang berkualitas dalam
dunia pendidikan.

https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2016/Aksi-Plagiarisme-Nodai-Kejujuran-
Intelektual/

Anda mungkin juga menyukai