Anda di halaman 1dari 14

1

Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

KAJIAN POTENSI AIR TANAH DENGAN PENGUJIAN GEOLISTRIK DI DESA TELONANG


KABUPATEN SUMBAWA BARAT

ADY PURNAMA1 ADRIAN NOVAL2


Dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Samawa Sumbawa Besar 1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Samawa Sumbawa Besar2

ABSTRAK
Ketersediaan air bersih yang mulai menipis ditambah dengan kondisi lahan atau wilayah yang
mengalami kekeringan, maka dituntut untuk mencari suatu solusi dan salah satu solusi yang bisa
direalisasikan adalah mencari sumber potensi air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersih
masyarakat. Berdasarkan permasalahan akan kebutuhan air bersih yang terjadi di Kabupaten
Sumbawa Barat, maka cukup layak diangkat suatu penelitian yang nantinya diharapkan bisa
menjawab permasalahan masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat akan ketersediaan air bersih.
Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi akuifer untuk pemanfaatan air tanah melalui
sumur dalam.
Penelitian ini merupakan penyelidikan air tanah dengan sistem pengukuran lapangan yang
dilakukan di Desa Telonang Kabupaten Sumbawa Barat. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
metode Geolistrik Resistivitas dengan jumlah titik penyelidikan adalah 9 titik yang dibagi dalam 3 zona.
Adapun tahapan penyelidikan adalah dimulai dari tahap persiapan, tahap survey lapangan, dan tahap
analisis dan interpretasi data dengan menggunakan software IPI2Win.
Hasil penelitian menunjukkan Zona 1 (Dusun A) batuan yang berpotensi sebagai akuifer adalah
pasir tufaan dengan titik pengukuran 3 adalah lokasi yang memiliki potensi lebih besar dari pada titik
lainnya. Karakteristik akuifer didaerah ini adalah akuifer setempat yang dipengaruhi oleh musim. Zona
2 (Dusun B) batuan yang berpotensi sebagai akuifer adalah pasir tufaan dengan titik pengukuran 3
adalah lokasi yang memiliki potensi lebih besar dari pada titik lainnya. Karakteristik akuifer didaerah ini
adalah akuifer setempat yang dipengaruhi oleh musim. Zona 3 (Dusun C) batuan yang berpotensi
sebagai akuifer adalah pasir tufaan dengan titik pengukuran 2 adalah lokasi yang memiliki potensi
lebih besar dari pada titik lainnya. Karakteristik akuifer didaerah ini adalah akuifer setempat yang
dipengaruhi oleh musim.

Kata Kunci : Air Tanah, Potensi, Telonang, Pengujian Geolistrik, Software IPI2Win.

PENDAHULUAN adalah salah satu Dusun yang berada pada


Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) adalah Kecamatan Sekongkang-KSB, yang terletak
salah satu kabupaten di wilayah Pulau diujung selatan KSB dan merupakan daerah
Sumbawa, merupakan Kabupaten baru hasil perbatasan antara KSB dan Kabupaten
dari pemekaran dari Kabupaten Sumbawa, Sumbawa. Daerah ini merupakan daerah
terletak diujung barat pulau Sumbawa pada transmigrasi yanag telah dibuka sekitar tahun
posisi 116” 42’ sampai dengan 117” 05’ BT dan 2010, dimana awalnya merupakan kawasan
08” 30’ sampai dengan 09” 07’ LS. Secara hutan non produktif. Mengingat daerah ini
geografis, wilayah Kabupaten Sumbawa Barat digolongkan daerah baru berpenghuni,
dan sekitarnya tergolong daerah kering ketersedian sarana dan prasarana masih
dimana musim basah (hujan) lebih pendek (4 - tergolong minim. Khususnya dalam penyedian
5) bulan dibandingkan musim kering air baku guna keperluan sehari-hari, karena
(kemarau). Perubahan iklim yang ditandai saat ini sebagian besar masyarakat
dengan peningkatan suhu, diperkirakan akan memanfaatkan air baku harus mengambil
menurunkan curah hujan di wilayah yang langsung dari sungai. Pemanfaatan air tanah
cenderung kering dan meningkatkan curah melalui pengembangan sumur dalam
hujan di wilayah curah. Dusun Talonang merupakan salah satu alternatif dalam
2
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

penyediaan kebutuhan air baku bagi Tabel 1. Luas Wilayah Daratan


masyarakat yang belum atau tidak bisa KSB menurut Kecamatan
dijangkau oleh air permukaan. Akan tetapi,
keberadaan air tanah sangatlah bervariasi dan
tidak menyebar rata, tergantung pada
topografi, geologi bawah permukaan (lapisan
pembawa / aquifer), dan sejarah geologi
setiap wilayah. Informasi tentang geologi
bawah permukaan merupakan salah satu Kabupaten Sumbawa Barat
aspek penting dalam mencari air tanah. mempunyai iklim tropis basah dan
Informasi ini meliputi struktur geologi (lipatan, dipengaruhi oleh pergantian angin muson
patahan, rekahan), jenis dan sifat fisis batuan. barat laut dan angin muson
Susunan batuan di bawah permukaan, tenggara.Angin muson tenggara yang
kedalaman, ketebalan dan distribusinya, kering mengakibatkan terjadinya musim
termasuk kondisi akuifer pengandung air kemarau (umumnya terjadi bulan April
tanah. Salah satu cara untuk bisa mengetahui sampai Oktober) dan angin muson barat
kondisi bawah permukaan tersebut adalah laut yang basah menyebabkan musim
melakukan pengukuran geofisika dengan hujan (umumnya terjadi pada bulan
metode geolistrik resistivity (tahanan jenis). Nopember sampai dengan bulan Maret)
Berdasarkan permasalahan akan dengan sifat hujan umumnya dibawah
kebutuhan air bersih yang terjadi di Desa normal (B).Curah hujan rata-rata tahunan
Telonang, maka cukup layak diangkat suatu di Kabupaten Sumbawa Barat adalah
penelitian yang berjudul “Kajian Potensi Air 1.000 s/d 2.000 mm.
Tanah Dengan Pengujian Geolistrik Di Desa
Telonang Kabupaten Sumbawa Barat”.
Penelitian ini nantinya diharapkan bisa
menjawab permasalahan masyarakat Desa
Telonang akan ketersediaan air bersih.

METODOLOGI PENELITIAN
Kabupaten Sumbawa Barat sebagai salah Gambar 1. Peta Curah Hujan di
satu daerah dari sembilan kabupaten/kota Pulau Sumbawa (Kusmajaya F, 2015)
yang berada di wilayah Propinsi Nusa
Tenggara Barat terletak diujung barat pulau Keadaan topografi wilayah KSB cukup
Sumbawa pada posisi 116” 42’ sampai dengan beragam, mulai dari datar, bergelombang
117” 05’ BT dan 08” 30’ sampai dengan 09” curam sampai sangat curam dengan
07’ LS, dengan batas-batas wilayah sebagai ketinggian berkisar antara 0 hingga 1.730
berikut : Sebelah Utara adalah Kec. Alas Barat meter dari permukaan laut (mdpl) seperti
dan Kec. Alas Kabupaten Sumbawa, Sebelah disajikan pada Tabel 2.
Timur adalah Kec. Batu Lanteh dan Kec.
Lunyuk Kab. Sumbawa, Sebelah Selatan adalah Tabel 2. Keadaan Topografi
Samudera Indonesia dan Sebelah Barat adalah Wilayah KSB Tahun 2009
Selat Alas. Wilayah daratan KSB tahun 2009
seluas 1.849,02 km2 atau 184.902 ha yang
tersebar pada delapan kecamatan dengan 57
desa dan enam kelurahan, seperti disajikan
pada Tabel 1.berikut.
Ketinggian ibukota pada setiap
kecamatan di KSB berkisar antara 7
sampai 31 mdpl. Topografi yang semakin
datar dan bergelombang sebagian besar
3
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

digunakan untuk lokasi permukiman dan Tahapan Pelaksanaan Penelitian


lahan pertanian, sedang topografi yang Untuk mencapai tujuan dan hasil
semakin curam hingga sangat curam terbaik, pelaksanaan penelitian ini dibagi
sebagian besar merupakan kawasan hutan dalam beberapa tahap.
yang berfungsi untuk melindungi kawasan Tahap Persiapan
sekitarnya yang lebih rendah. Pada tahap ini disusun rencana
kerja yang lebih terinci dan mulai
Lokasi Penelitian memberikan penugasan kepada
Adapun lokasi penelitian berada di personil-personil yang akan
Pulau Sumbawa yaitu Kabupaten ditugaskan dalam kegiatan ini.
Sumbawa Barat, Kecamatan Sekongkang, Pekerjaan persiapan merupakan tahap
Dusun Talonang, dengan jumlah titik kegiatan awal yang bermaksud untuk
penyelidikan adalah 9 (sembilan) titik yang menunjang tahapan berikutnya, yaitu
dibagi dalam 3 (tiga) zona. pekerjaan lapangan sehingga seluruh
pekerjan ini dapat dilaksanakan sesuai
Tabel 3. Lokasi Kegiatan dengan yang diharapkan. Pada tahap
Penyelidikan Geolistrik ini kegiatan yang dilakukan diperlukan
untuk memperlancar kegiatan
penyelidikan lapangan dan
analisisnya. Kegiatan tahap persiapan
meliputi pengumpulan data sekunder
dan penyiapan peralatan kerja.
a. Penyusunan Rencana Kerja dan
Formulir Survey
Berdasarkan evaluasi dan analisis
Kerangka Pikir Penelitian terhadap data sekunder yang telah
diperoleh, diharapkan pelaksana
dapat menyusun Rencana Kerja
sehingga seluruh ruang lingkup
pekerjaan ini dapat diselesaikan
dengan baik dalam kurun waktu
seefisien mungkin. Sebelum
mobilisasi peralatan dan personil ke
lapangan, konsultan harus
menyiapkan format data dan kurva
tahanan jenis semu (apperent
resistivity).
b. Pengumpulan data
Kegiatan ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi teknis yang
berkaitan dengan air tanah yaitu
publikasi yang menyangkut kondisi
topografi, geologi, hidrogeologi,
photo udara, geofisika serta data
sumur bor (debit, kedalaman, well
log, posisi screen, conductivity dan
kualitas air) di daerah penyelidikan.
Publikasi-publikasi tersebut
umumnya dari instansi Pemerintah
dan Swasta seperti : Pendayagunaan
Air Tanah (PAT II) – BWS NT I,
4
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

Direktorat Geologi Tata Lingkungan 7) GPS


(DGTL) Bandung, LAPI-ITB Bandung, 8) Laptop dan Charger
Dinas Pertambangan dan Energi, 9) Alat pendukung lainnya : alat tulis,
Perusahaan pengebor ABT dan payung, dll
PDAM. Pengumpulan data sekunder Adapun bentuk atau model alat
atau pendukung yang diperlukan survey geolistrik resistivitas dapat dilihat
dari berbagai sumber instansi: pada gambar 2 dibawah ini.
1) Data iklim meliputi curah hujan,
temperatur dan sebagainya.
2) Data sumber air dan daerah isian.
3) Data sumur bor yang sudah ada.
4) Data Bench Mark/elevasi lokasi
di sekitar daerah proyek.
5) Peta-peta topografi, peta geologi Gambar 2. Peralatan Survey Geolistrik
dan hidrogeologi daerah proyek. dan Perlengkapannya
Data-data tersebut selanjutnya (Foto Pribadi, 2016)
dianalisa dan dijadikan sebagai
referensi atau acuandalam Tahap Survey Lapangan
penentuan perlapisan batuan yang Pada tahap ini dilakukan
kemudian dijadikan dasar untuk pengukuran geolistrik di Dusun
menentukan aquifer dari perlapisan Talonang serta dilakukan pengamatan
batuan tersebut. posisi geografis titik-titik pengukuran
c. Mobilisasi peralatan kerja geolistrik dengan menggunakan handy
Peralatan yang harus disiapkan Global Positioning System (GPS).
antara lain Unit Resistivity Survey, Selain itu juga dilakukan pengamatan
alat-alatpencatat data, alat hitung, tinggi muka air penduduk. Tahapan
meteran dan lain-lain. Peralatan pekerjaan lapangan meliputi beberapa
tersebut perlu diperiksadan disetujui hal, diantaranya adalah :
oleh Direksi tentang kondisi dan a. Recognise/ Orientasi Lapangan
ketelitiannya, agar hasil pelaksanaan antara lain :
pekerjaan sesuai dengan persyaratan 1) Menyiapkan peralatan dan
ketelitian yang ditentukan serta kendaraan untuk survey
hasilnya baik. Apabila selama 2) Koordinasi dengan pemberi kerjaan
pengukuran lapangan terjadi masalah b. Investigasi Kondisi Geologi,
pada unit peralatan dan perbaikannya Hidrogeologi dan Pembuatan
membutuhkan lebih dari 24 jam, maka Rencana Titik Pengukuran
atas perintah Direksi, Konsultan harus Geolistrik
mendatangkan peralatan pengganti Kajian geologi dimaksudkan
dengan segera yang mempunyai untuk mengetahui kondisi penyebaran
fungsi dan spesifikasi sesuai dengan litologi, singkapan batuan, kemiringan
ketentuan. dan arah lapisan batuan (strike dan
Alat-alat untuk penelitian Geolistrik dip) serta struktur geologi secara
Resistivitas adalah : lokal. Adapun kajian hidrgeologi
1) Geolistrik Tahanan Jenis/ Resistivity dimaksudkan untuk mengetahui aspek
Meter yang berhubungan dengan potensi air
2) Elektroda Potensial (Terbuat dari tanah dan penyebaranya. Kedua
tembaga) kajian di atasdipakai sebagai acuan
3) Baterai basah (Aki) 12 Volt 6Ah sebelum dilakukan pengukuran
4) Palu/hammer geolistrik dan sebagai dasar awal
5) Kabel roll dan Patok untuk konsep interpretasi data
6) HT Motorolla geolistrik. Hasil investigasi ini secara
5
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

umum juga akan sangat membantu 1)Pelaksanaan Pengukuran


menentukan titik-titikpengukuran Geolistrik
geolistrik, karena secara teknis jarak Pengukuran geolistrik di lapangan
antara titik pengukuran tidak linier menggunakan beberapa sistem
terhadap jarak melainkan sangat dengan Rangkaian elektroda
tergantung pada kondisi geologi dan Schlumberger, dengan ketentuan
hidro-geologi setempat. sebagai berikut:
c.Pengukuran Geolistrik dan a) Titik elektroda “Potensial”
Pengeplotan Data di Lapangan dengan kode M & N dan titik
1) Survei Geolistrik elektroda “Arus” dengankode A
Cara Vertikal electrical sounding & B.
(VES) dapat dipakai dalam b) Panjang kabel-kabel untuk
penentuan kedalaman batuan elektroda “Arus” (AB/2),
dasar, penyelidikan potensi sumber minimal 100 meter.
bahan. c) Nilai tegangan arus potensial
2) Metode agar selalu diusahakan minimal
Metode konfigurasi pengukuran 1 volt, dengan
geolistrik ada beberapa macam caramengubah/memperbesar
antara lain: Schlumberger, Wenner, curve pada kertas grafik log-log.
Three Electrode Schlumberger, d) Lintasan bentangan kabel
Three Electrode Wenner dan elektroda selama pengukuran,
Azimuthal Dipole. diusahakan selalu sejajardengan
Penentuan titik pengukuran jurus (strike) lapisan batuan dan
didasarkan pada analisis peta posisi titik elektroda (A.B.M.N)
geologi dan hidro-geologi daerah berada dalam satu garis lurus.
penelitian. Setelah didapatkan e) Titik duga/pengukuran harus
analisis geologi dan hidro-geologi diupayakan jauh dari bangunan/
daerah penelitian, dilakukan jembatanberkerangka baja, jalur
penetapan titik duga geolistriknya. listrik bertegangan tinggi,
Pada studi ini pendugaan genangan-genangan air, saluran,
hambatan jenis semu dilakukan sungai dan lain-lain.
dengan konfigurasi Schlumberger. f) Jarak pengukuran dari garis
Data yang harus dicatat dalam pantai minimal 250 meter.
setiap lokasi titik pengukuran g) Metode pengukuran dan jarak,
geolistrik adalah: pada setiap titik pengukuran
a) Nomor titik pengukuran, harus selalu konsisten.
wilayah administrasi (desa) h) Sebelum dilakukan pengukuran
b) Posisi geografis titik pengukuran hubungan kabel-kabel instalasi
dengan GPS instrumen harusselalu dicek
c) Jarak antar elektroda pada lewat ground (tanah) dengan
posisi konfigurasi (meter) menunjukkan hasil baik.
d) Bacaan potensial (Volt), arus i) Apabila terjadi gangguan teknik
(Ampere) dan hambatan (ohm) dalam pengukuran, pengukuran
Selain itu juga dilakukan tidak boleh dilanjutkan dan
pengukuran kedalaman muka air harus diulang kembali setelah
tanah dengan menggunakan unit peralatan berfungsi
rollmeter. Pengukuran muka air normalkembali.
tanah dilakukan pada sumur gali
yang dianggap mewakili daerah
sekitarnya.
6
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

Tahap Analisis dan Interpretasi Data


a. Analisa Data Pengukuran
Dalam melakukan analisis data
hasil pengukuran dan interpretasinya
dilakukan dengan menggunakan
software IPI2Win pada pengolahan data
kali ini, yangnantinya akan menghasilkan
nilai (tahanan jenis dalam Ohm meter),
h (jangkauan kedalaman dalam meter),
d (ketebalan suatu lapisan dalam
meter), dan Alt (nilai minus dari nilai h). 6) Pengolahan data hasil survey atau
Memasukkan data ke dalam software, pengukuran geolistrik dilakukan
langkahnya : secara :
1) Open file atau klik “F3”, a) bertahap, mulai dari
2) Memilih konfigurasi perhitungan untuk setiap titik
(Schlumberger), pengukuran (sounding),
3) Memilih input data yang hanya b) korelasi antar titik pengkuran
membutuhkan nilai AB/2, MN, dan (pseodosection, interpretasi
R, karenaalat yang dipakai sudah jenis batuan dari
langsung dapat membaca nilai “R”, c) data resistivitas, dan pembuatan
sehingga kitatidak perlu profil geologi dari data survey
memasukkan nilai SP, V, I untuk geolistrik.
mendapatkan nilai K lalu nilai R. d) Dari profil geologi yang dibuat
dapat direkomendasikan titik
pemboran dan kedalamannya.
b. Analisis titik pengukuran (sounding)
Berdasarkan data hasil survey
geolistrik, pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan metode fitting
curve automatic invertion untuk
memperoleh nilaiVES (Vertical
Electrical Sounding). Nilai masukan
4) Di save TXT, klik OK. yang dilakukan berasal dari spasi
elektroda (AB/2), (MN), serta masukan
nilai resistivitas semu
(Apparentresistivity) yang dihitung
berdasarkan persamaan :

…………. (3.1)

Data hasil pengukuran lapangan


dengan konfigurasi schlumberger
dianalisis dengan menggunakan software
5) Di save dalam IPI format, klik save Progress 3, kemudian diuji ulang
lalu akan muncul grafik hasilnya, denganIP2WIN. Apabila dari analisis
yang disertai dengan nilai h, d, dan kedua software tersebut tidak
Alt, grafik yang didapat, diusahakan menunjukkan perbedaan yang berarti,
untuk mencapai kesalahan relatif maka proses analisis selanjutnya
sekecil mungkin. dilakukan.Untuk mendapatkan nilai
resistivitas yang sebenarnya dilakukan
7
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

iterasi pada nilai masukan sehingga e. Pembuatan Profil Geologi


didapatkan nilai kedalaman dalam meter Profil geologi dibuat dengan
dan nilai resistivitas untuk masing-masing mengkorelasikan lapisan yang
lapisan. Iterasi dilakukan hingga mempunyai kesamaan jenis batuan
mencapai fitting terbaik antara kurva dan strutur geologi yang logis, juga
lapangan dengan kurva model (teori) disesuaikan dengan hasil korelasi
dengan nilai kesalahan (RMS yaitu Root antar titik sounding (pseudosection).
Mean Square) terkecil. Data Hasil Pembuatan Profil atau Penampang
pengukuran dan perhitungannya dengan Melintang Beberapa ketentuan yang
program Progress 3. Dari perhitungan perlu diperhatikan dalam pembuatan
tahap ini dihasilkan: profil hasil pengukuran geolistrik
1) Nilai tahanan jenis dari tiap-tiap antara lain:
lapisan 1) Penggambaran peta situasi dan
2) Ketebalan dan kedalaman lapisan. titik lokasi pengukuran dengan
c. Korelasi antar titik pengukuran skala 1:50.000 atau lebih besar.
(pseudosection) Titik patok harus digambarkan
Pemodelan lapisan bawah dalam peta lokasi lengkap dengan
permukaan dapat dilakukan dengan koordinat dan elevasi/ketinggian,
mengkorelasikan antar titik pengukuran lokasi dari level garis pantai/muka
(sounding) yang telah diketahui laut.
hambatan jenis setiap lapisannya, 2) Profil atau sayatan melintang hasil
sehingga dihasilkan profil hambatan korelasi data geolistrik disajikan
jenis (pseudosection). Data yang telah sedemikian rupa, sehingga dapat
diperoleh dari setiap titik sounding memberikan gambaran struktur
diolah dengan menggunakan software bawah permukaan.
IP2WIN, sehingga dihasilkan gambaran 3) Dalam membuat korelasi juga
dua dimensi lapisan bawah permukaan. mencerminkan beda tinggi
Dengan mengetahui sebaran nilai topografi masing-masing titik
hambatan jenis setiap lapisan, maka lokasi.
akan memudahka interpretasi model 4) Dalam pembuatan korelasi/cross
geologinya baik secara vertikal maupun section apabila melintasi titik
horisontal. sumur bor, maka sayatan litologi
d. Interpretasi Jenis Batuan sumur harus digambarkan pula.
Untuk membuat model kondisi 5) Penampang korelasi geologi/cross
geologi bawah permukaan, termasuk section dibuat dalam dua arah,
keberadaan lapisan pembawa air, hasil yakni sejajar jurusan lapisan batuan
perhitungan data geolistrik yang berupa (sejajar strike) dan sejajar
perlapisan dan resistivitas semu perlu kemiringan lapisan batuan (tegak
diterjemahkan menjadi perlapisan dan lurus strike/sejajar dip).
jenis batuan terlebih dahulu,
Interpretasi data berupa penentuan ANALISIS DAN PEMBAHASAN
kedalaman, ketebalan lapisan, serta Interpretasi Geologi
tahanan jenis yang dikorelasikan dengan Morfologi lokasi pengukuran berupa
keadaan Geologi lokal. Selain itu, dalam dataran pantai yang terletak tepat dikaki
menginterpretasikan data tersebut juga perbukitan. Dengan kondisi geologi
dibutuhkan pemahaman geologi dan tersusun oleh Satuan Breksi-Tuf yaitu
hidro-geologi regional daerah setempat, batuan breksi yang bersifat andesit,
dan akan lebih baik apabila ada hasil dengan sisipan tuf pasiran, tuf batu apung
pemboran yang pernah dilakukan dan batu pasir tufaan, setempat
disekitar lokasi. mengandung lahar, lava andesit dan basal.
Umumnya kelabu kehijauan dan hijau
8
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

dengan umur satuan yang menunjukkan Tabel 4. Lokasi Titik Pengukuran


Miosen, didasarkan atas umur fosil (Kadar Geolistrik Dusun A
1972, komunikasi tertulis) yang terdapat
dalam lensa batu gamping (Tml). Satuan Koordinat (UTM)
Breksi-Tuf ini menjemari dengan Satuan No. Dusun Titik
X Y
Batu pasir Tufan (Tms) dan juga Satuan
Batu Gamping (Tml). Secara tidak selaras 1 1 498750,90 8997102,91
mengalasi Satuan Batu Gamping Koral
2 A 2 498716,09 8997139,76
(Tmcl).
3 3 498815,00 8996984,98

Penetrasi kedalaman sounding untuk


3 (tiga) pengukuran geolistrik di Dusun A
adalah 100 m (AB/2) dengan panjang
bentangan 200 m.

Gambar 3. Kondisi Geologi


Regional Daerah Pengukuran
Berdasarkan Morfologi

Berdasarkan susunan batuannya


seperti disebutkan diatas, kondisi hidro-
geologi daerah pengukuran tergolong
dalam sistem akuifer bercelah atau
sarang, dengan produktifitas kecil,
setempat berarti yaitu umumnya
keterusan sangat rendah, setempat air
tanah dangkal dalam jumlah terbatas
dapat diperoleh pada zona pelapukan dari
batuan padu.
Gambar 5. Peta Lokasi Pengukuran
Dusun A Berdasarkan Elevasi

Hasil Inversi Software IP2WIN Dosen A:

Gambar 4. Kondisi Geologi


Regional Daerah Pengukuran
berdasarkan Susunan Batuannya

Hasil Pengukuran Geolistrik


Hasil Pengukuran Dusun A
Titik pengukuran geolistrik untuk
wilayah dusun A dapat dilihat pada
Tabel 4 dibawah ini.
9
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

Tabel 6. Hasil Inversi


Titik 2 Dusun A

Tabel 7. Hasil Inversi


Titik 3 Dusun A

Berdasarkan hasil inversi seperti


gambar 6 dan gambar 7 serta tabel 5
hingga tabel 7 diatas, pola sebaran
akuifer dari arah utara menuju selatan
dengan titik pengukuran 3 (tiga)
Gambar 6. Hasil Inversi Bantuan merupakan titik yang
Software IP2WIN Untuk Dusun A direkomendasikan untuk
dikembangkan sebagai sumur dalam.
Karakteristik akuifer didaerah ini
berdasarkan nilai tahanan jenis dan
struktur lapisan bawah tanah
merupakan akuifer setempat yang
dipengaruhi oleh musim.

Gambar 7. Penampang Melintang Resistivitas


Antar Titik Pengukuran Dusun A

Dari hasil inversi diatas berdasarkan


gambar 5 hingga gambar 7 menunjukkan
bahwa diperoleh nilai tahanan jenis
sebenarnya dengan errors = 8,76 s/d 13,6
% masih dibawah 15 % sehingga dapat
disimpulkan struktur lapisan dibawah
permukaan tanah berdasarkan nilai
tahanan jenisnya sebagai berikut :
Gambar 8. Sebaran Akuifer
Tabel 5. Hasil Inversi Dusun A
Titik 1 Dusun A

Gambar 9. Profil Memanjang


(Titik 2-1-3) Akuifer Dusun A
10
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

Penetrasi kedalaman sounding untuk 3


(tiga) pengukuran geolistrik di Dusun B
adalah 85 m (AB/2) dengan panjang
bentangan 170 m. Adapun hasil
pengukuran geolistrik disajikan dalam
Lampiran 2.

Gambar 10. Tahanan Jenis


Pengukuran Geolistrik Dusun A

Gambar 11. Profil Memanjang


Tahanan Jenis (Titik 2-1-3) Dusun A
Gambar 13. Peta Lokasi Pengukuran
Dusun B Berdasarkan Elevasi

Hasil Inversi Software IP2WIN


Dusun B :

Gambar 12. Litologi Lokasi


Pengukuran Dusun A
Hasil Pengukuran Dusun B
Titik pengukuran geolistrik untuk
wilayah dusun B dapat dilihat pada Tabel 8
dibawah ini.

Tabel 8. Lokasi Titik Pengukuran


Geolistrik Dusun B
Koordinat (UTM)
N Dus
Titik
o un
X Y

1 1 498452,35 8997279,79 Gambar 14. Hasil Inversi Bantuan


Software IP2WIN Untuk Dusun B
2 B 2 498417,56 8997054,99

3 3 498481,66 8996966,54
11
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

berdasarkan nilai tahanan jenis dan


struktur lapisan bawah tanah merupakan
akuifer setempat yang dipengaruhi oleh
musim.

Gambar 15. Penampang Melintang


Resistivitas Antar Titik
Pengukuran Untuk Dusun B

Dari hasil inversi diatas berdasarkan


gambar 13 hingga gambar 15, menunjukkan
bahwa diperoleh nilai tahanan jenis
sebenarnya dengan errors = 9,06 s/d 10,6 %
Gambar 16. Sebaran
masih dibawah 15 % sehingga dapat
Akuifer Dusun B
disimpulkan struktur lapisan dibawah
permukaan tanah berdasarkan nilai tahanan
jenisnya sebagai berikut :

Tabel 9. Hasil Inversi


Titik 1 Dusun B
Gambar 17. Profil Memanjang
(1-2-3) Akuifer Dusun B

Tabel 10. Hasil Inversi


Titik 2 Dusun B

Gambar 18. Tahanan Jenis


Pengukuran Geolistrik Dusun B
Tabel 11. Hasil Inversi
Titik 3 Dusun B

Berdasarkan hasil inversi seperti Gambar 19. Profil Memanjang


gambar 13 hingga gambar 15 serta tabel 9 Tahanan Jenis (Titik 1-2-3)
hingga tabel 11 diatas, pola sebaran Untuk Dusun B
akuifer dari arah utara menuju selatan
dengan titik pengukuran 3 (tiga)
merupakan titik yang direkomendasikan
untuk dikembangkan sebagai sumur
dalam. Karakteristik akuifer didaerah ini
12
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

Hasil Inversi Software IP2WIN


Dusun C :

Gambar 20. Litologi Lokasi


Pengukuran Dusun B

Hasil Pengukuran Dusun C


Titik pengukuran geolistrik untuk
wilayah dusun C dapat dilihat pada Tabel
12 dibawah ini.

Tabel 12. Lokasi Titik


Pengukuran Geolistrik Dusun C

Koordinat (UTM) Gambar 22. Hasil Inversi Bantuan


No. Dusun Titik Software IP2WIN Untuk Dusun C
X Y

1 1 498093,36 8997362,69

2 C 2 498417,56 8997270,56

3 3 498481,66 8997379,26 Gambar 23. Penampang Melintang


Resistivitas Antar Titik Pengukuran
Untuk Dusun C
Penetrasi kedalaman sounding
untuk 3 (tiga) pengukuran geolistrik di Dari hasil inversi diatas berdasarkan
Dusun C adalah 100 m (AB/2) dengan gambar 21 hingga gambar 23,
panjang bentangan 200 m. menunjukkan bahwa diperoleh nilai
tahanan jenis sebenarnya dengan errors =
4,96 s/d 9,64 % masih dibawah 15 %
sehingga dapat disimpulkan struktur
lapisan dibawah permukaan tanah
berdasarkan nilai tahanan jenisnya
sebagai berikut :

Tabel 13. Hasil Inversi


Gambar 21. Peta Lokasi Pengukuran Titik 1 Dusun C
Dusun C Berdasarkan Elevasi
13
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

Tabel 14. Hasil Inversi


Titik 2 Dusun C

Tabel 15. Hasil Inversi Gambat 26. Tahanan Jenis


Titik 3 Dusun C Pengukuran Geolistrik Dusun C

Berdasarkan hasil inversi seperti


gambar 21 hingga gambar 23 serta tabel
Gambar 27. Profil Memanjang
13 hingga tabel 15 diatas, pola sebaran
Tahanan Jenis (Titik 1-2-3)
akuifer dari arah barat menuju timur
Untuk Dusun C
dengan titik pengukuran 2 (dua)
merupakan titik yang direkomendasikan
untuk dikembangkan sebagai sumur
dalam. Karakteristik akuifer didaerah ini
berdasarkan nilai tahanan jenis dan
struktur lapisan bawah tanah merupakan
akuifer setempat yang dipengaruhi oleh
musim. Gambar 28. Litologi Lokasi
Pengukuran Dusun C

KESIMPULAN
Dari hasil Kajian Potensi Air Tanah Dengan
Pengujian Geolistrik Di Desa Telonang
Kabupaten Sumbawa Barat dengan metode
tahanan jenis guna mengetahui potensi
akuifer untuk pemanfaatan air tanah dapat
Gambar 24. Sebaran ditarik kesimpulana sebagai berikut :
Akuifer Dusun C 1. Zona 1 (Dusun A) batuan yang
berpotensi sebagai akuifer adalah
pasir tufaan dengan titik
pengukuran 3 adalah lokasi yang
memiliki potensi lebih besar dari
pada titik lainnya. Karakteristik
akuifer didaerah ini adalah akuifer
setempat yang dipengaruhi oleh
musim.
Gambar 25. Profil Memanjang 2. Zona 2 (Dusun B) batuan yang
(1-2-3) Akuifer Dusun C berpotensi sebagai akuifer adalah
pasir tufaan dengan titik
pengukuran 3 adalah lokasi yang
14
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017

memiliki potensi lebih besar dari Kusmajaya, Febrian. 2015. Pengukuran


pada titik lainnya. Karakteristik Geolistrik Untuk Penentuan Detail
akuifer didaerah ini adalah akuifer Lokasi Sumur Bor Di Sumbawa. Nusa
setempat yang dipengaruhi oleh Tenggara Barat.
musim.
3. Zona 3 (Dusun C) batuan yang Purnama, A, 2011. STUDI KELAYAKAN
berpotensi sebagai akuifer adalah PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK
pasir tufaan dengan titik TENAGA MIKROHIDRO Studi Kasus:
pengukuran 2 adalah lokasi yang PLTMH Minggir pada saluran irigasi
memiliki potensi lebih besar dari Minggir di Padukuhan Klagaran Desa
pada titik lainnya. Karakteristik Sendangrejo Kecamatan Minggir
akuifer didaerah ini adalah akuifer Kabupaten Sleman, Jurnal Unsa
setempat yang dipengaruhi oleh Progress. Vol.10, No.15, Oktober,
musim. Universitas Samawa, Sumbawa Besar.

Saran Purnama, A., Badaruddin., dan Haris, A. 2016.


Berdasarkan pertimbangan nilai tahanan PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN
jenis, interpretasi geologi regional setempat AIR BERSIH DENGAN METODE
dan daerah tangkapan air, untuk kedalaman GRAVITASI DI DESA BATU TERING
pengeboran dari kedalaman 50 – 100m dan KECAMATAN MOYO HULU, Jurnal
pemanfaatan air tanah hanya untuk keperluan Saintek Unsa. Vol.1, No.2, September,
air baku (±5,00 l/dt). Universitas Samawa, Sumbawa Besar.

DAFTAR PUSTAKA

Adhyl. 2015. Keberadaan Dan Klasifikasi Air


Tanah. Di Akses : 6 April 2016

http://ideageografer.blogspot.co.id/2015/04/
keberadaan-dan-klasifikasi-air-
tanah.html.

Anonim, 2010. Kondisi Topografi Wilayah KSB


Tahun 2009, BPS dan BAPPEDA,
Kabupaten Sumbawa Barat.

Anonim, 2016. Kebutuhan Air Irigasi, Dinas


Pekerjaan Umum Pusat.
http://www.pu.go.id/uploads/services
/infopublik20120703114708.pdf. Di
Akses : 26 April 2016.

Anonim, 2016. Siklus Hidrologi dan Jenis


Perairan, PT. Phibeta Aneka Gama,
http://www. siklus-hidrologi-dan-
jenis-perairan.html. Di Akses : 26 April
2016.

Ardhana, Rika. 2013. Air Tanah. Di Akses : 6


April 2016
http://rinesaa.blogspot.co.id/2013/11
/air-tanah.html

Anda mungkin juga menyukai