Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS

(TKK-2257)

UJI KESADAHAN TOTAL DENGAN


METODE TITRIMETRI

A-...

Group / Hari : KA-A18 / Rabu, 17 September 2021

Nama Praktikan (NIM) : Raditya Baswara (25061107111011)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR KIMIA ANALISIS
(TKK-2257)

UJI KESADAHAN TOTAL DENGAN


METODE TITRIMETRI

KA-A18 / Rabu, 17 November 2021


Raditya Baswara (215061107111011)

Tanggal pengumpulan laporan akhir

Malang, 20 November 2021


Menyetujui,
DOSEN PEMBIMBING ASISTEN

Ibu Nia

A.S. Dwi Saptati N.H., S.T., M.T. Khiva Haidar Shauma Tassno
NIP. 2012018308272001 NIM. 195061100111046
PERCOBAAN 4

UJI KESADAHAN TOTAL DENGAN

METODE TITRIMETRI

Hari/Tanggal Percobaan : Rabu / 17 November 2021


KGroup : KA-A18

Nama Praktikan (NIM) : Raditya Baswara (215061107111011)

Asisten : Khiva Haidar Shauma Tassno (195061100111046)

ABSTRAK
Kesadahan pada prinsipnya adalah terkontaminasi air dengan unsur kation seperti Na,
Ca, Mg. didalam kesadahan yang paling banyak dijumpai adalah air laut. Pada air tawar
permukaan umumnya kandungan Ca dan Mg dalam kadar yang tinggi (>200 ppm)
CaCO3. Sehingga air yang mengalir pada daerah batuan kapur akan mempunyai tingkat
jelaskan metode!
kesadahan tinggi. Dalam percobaan ini menggunakan metode titrimetri EDTA, dengan
tujuan percobaan untuk menentukan nilai kesadahan total dalam sampel air yang telah
ada. Percobaan dilakukan dengan memberi sampel air yang ada dengan larutan
penyangga pH 10 dan indikator erichrome black T (EBT) kemudian dititrasi dengan
larutan Na2EDTA, perbuahan warna yang didapatkan ialah dari warna merah anggur
menjadu biru pucat. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan nilai kesadahan total
untuk sampel A dan B, pada sampel A nilai kesadahan total sebesar 110,5 mg/L CaCO3
dan pada sampel B nilai kesadahan total sebesar 166,6 mg/L CaCO3. Beerdasarkan
hasil data tersebut nilai sampel memenuhi standar baku mutu kesadahan air yang tertulis
di Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yang
menyatakan kualitas air minum yaitu maksimum 500 mg/L.

Kata Kunci : Baku Mutu, Indikator, Kesadahan, Titrimetri


tidak perlu dibold maupun italic
I. TUJUAN
Penentuan kesadahan total dalam sampel air dengan menggunakan
metode titimetri EDTA

II. DASAR TEORI


Kesadahan pada prinsipnya adalah terkontaminasi air dengan unsur
kation seperti Na, Ca, Mg. didalam kesadahan yang paling banyak dijumpai
adalah air laut. Pada air tawar permukaan umumnya kandungan Ca dan Mg
dalam kadar yang tinggi (>200 ppm) CaCO3. Sehingga air yang mengalir
pada daerah batuan kapur akan mempunyai tingkat kesadahan tinggi.
Kesadahan yang tinggi dan mulai berakubat pada peralatan rumah tangga
apabila jumlah diatas 100 ml/L. Pada kesadahan diatas 300 mg/L dalam
jangka waktu yang panjang akan berpengaruh pada manusia dengan ginjal
yang lemah sehingga mengalami gangguan pada ginjal. (Astuti, 2016)

Kesadahan sementara (temporer) disebabkan oleh garam bikarbonat


dari kalsium atau magnesium yaitu Ca(HCO3)2 atau Mg(HCO3)2. Air sadah
tidak baik untuk mencuci dengan sabun, karena ion kalsium dan magnesium
akan bereaksi dengan sabun dan membentuk garam-garam yang tidak larut
dalam air, karena terbentuknya endapan, sabun tidak mempunyai daya
pembersih, yang ditandai dengan cara tidak terjadinya busa. (Utami, 2017)

Kesadahan tetap (permanent) disebabkan oleh garam-garam kabonat


dan sulfat atau clorida dari kalsium atau magnesium yaitu : CaCl2, CaSO4,
MgSO4, MgCl2, MgCO3. Kesadahan tetap di hilangkan dengan penembahan
zat kimia. Pada umumnya terjadi kesadahan tetap, air berlangsung pada saat
air melewati batu – batuan yang mengandung sulfat dari kalsium atau
magnesium. (Utami, 2017)
Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logamlogam atau
kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi
penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
Kalsium dalam air mempunyai kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat,
sulfat, khlorida dan nitrat, sementara itu magnesium dalam air kemungkinan
bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat dan khlorida. (Marsidi, 2001)
Air yang mengandung kesadahan kalsium karbonat dan magnesium
karbonat disebut kesadahan karbonat atau kesadahan sementara, karena
kesadahan tersebut dapat dihilangkan dengan cara pemanasan atau dengan
cara pembubuhan kapur. Sementara itu Air yang mengandungkesadahan
kalsium sulfat, kalsium khlorida, magnesium sulfat dan magnesium khlorida,
disebut kesadahan tetap karena tidak dapat dihilangkan dengan cara
pemanasan, tetapi dapat dengan cara lain dan salah satunya adalah proses
penukar ion. (Marsidi, 2001)

Baku mutu air minum adalah ukuran batas atau kadar makhluk
hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Standar baku mutu
yang ditetapkan Menteri kesehatan untuk baku mutu air minum Cr-VI adalah
(0,05 ppm). (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32
ini berapa dalam mg/l?
Tahun 2017)

Berdasarkan reaksi kimia yang berperan sebagai dasar dalam analisis


titrimetri, maka metoda analisa Titrimetri dikelompokkan dalam empat jenis,
yaitu ;

1. Reaksi Asam-basa (Asidimetri – Alkalimetri) merupakan titrasi yang


didasarkan pada reaksi netralisasi antara analit dan asam atau titran dasar.

2. Reaksi Oksidasi - Reduksi (Redoks) adalah suatu penetapan kadar


reduktor atau oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksiantara
analit dengan titran, dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator akan
tereduksi. (Rifqi, 2012)

3. Reaksi Pengendapan (Argentometri) reaksi pengendapan dimana zat yang


hendak ditentukan kadarnya di endapkan oleh larutan baku perak nitrat
(AgNO3) dan indikator kromat. Zat tersebut misalnya garam-garam
halogenida (Cl, Br, I), sianida, tiosianida dan fosfat. Titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan adanya endapan berwarna (Sari, 2014)

4. Reaksi Pembentukan Kompleks (Kompleksometri)ctitrasi kompleksometri


merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi pembentukan senyawa
kompleks antara ion logam target dengan zat pembentuk kompleks. (Taufik,
2018).
Titrasi kompleksometri ialah suatu titrasi berdasarkan reaksi
pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk
senyawa kompleks. Kompleksometr merupakan jenis titrasi dimana larutan
penitrasi dan larutan yang dititrasi saling mengkompleks, membentuk hasil
berupa senyawa kompleks. Kompleksometri merupakan titrasi yang
menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks dari zat penitrasi dengan
alatnya (Indayatmi, 2020). Senyawa kompleks terdiri dari atom pusat dan
ligan. Atom pusat adalah ion pusat, sedangkan ligan adalah
ion/molekul/gugus atom yang mempunyai pasangan electron bebas. Contoh :
NH3, Cl-, OH-. Prinsip dan dasar reaksi penentuan ion-ion logam secara titrasi
kompleksometri umunya digunakan komplekson III (EDTA) sebagai zat
pembentuk kompleks khelat, dimana EDTA bereaksi dengan ion logam yang
polivalen seperti Al3+, Bi3+, Ca2+, dan Cu2+ membentuk senyawa atau
kompleks khelat yang stabil dan larut dalam air (Indayatmi, 2020).
Dalam percobaan ini menggunakan metode titrimetri EDTA. Prinsip
dari metode titrimetri EDTA adalah garam Na2EDTA akan bereaksi dengan
kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. Pada
pH 10 ± 0,1, ion-ion kalsium dan magnesium dalam sampel akan bereaksi
dengan indikator eriochrome black T (EBT) dan membentuk larutan
berwarna merah keunguan. Jika Na2EDTA ditambahkan sebagai titran, maka
ion - ion kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa kompleks dan
molekul indikator terlepas kembali sehingga pada titik akhir titrasi, larutan
akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru. Berdasarkan hal
tersebut, didapatkan kesadahan total (Ca2+ dan Mg2+). Kalsium dapat
ditentukan secara langsung dengan Na2EDTA, bila pH sampel dibuat cukup
tinggi (12 - 13) maka magnesium akan mengendap sebagai magnesium
hidroksida (Mg(OH)2) dan pada titik akhir titrasi indikator EBT hanya akan
bereaksi dengan kalsium saja membentuk larutan berwarna biru (Indayatmi,
2020).
Kadar magnesium dapat dihitung dengan cara mengurangkan kadar
kesadahan total dengan kadar kalsium yang diperoleh yang dihitung sebagai
CaCO3. Penambahan indikator EBT dan larutan buffer pH ± 10, tujuan
awalnya adalah untuk memelihara agar pH tetap konstan karena ketika ion
hidrogen terlepas pada proses titrasi dikhawatirkan dapat menyebabkan
terjadinya perubahan pH yang besar disamping untuk mencegah ter
bentuknya endapan logam hidroksida (Indayatmi, 2020). Dengan demikian,
larutan buffer pH ± 10 dapat bertindak sebagai zat pembentuk kompleks
tambahan. Reaksi terjadinya pembentukan kompleks titran Na2EDTA dengan
ion Mg2+ adalah sebagai berikut:
Mg2+ (aq) + Na2EDTA (aq) → (Mg - EDTA)2- (aq) + 2Na+(aq).
Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan tetapi membentuk
kompleks merah anggur (Mg – EBT)2+ (aq) seperti reaksi berikut ini:
Mg 2+ (aq) + EBT (aq) → (Mg – EBT)2+ (aq).
Jika Na2EDTA mengkompleks semua Mg2+ bebas dari sampel air
maka kompleks merah anggur (Mg – EBT)2+ akan terdisosiasi dari warna
merah anggur berubah menjadi biru langit dari indikator EBT dan titik akhir
dicapai, semua ion sadah telah terkomplekskan dengan Na2EDTA dengan
reaksi sebagai berikut:
(Mg – EBT)2+(aq) + Na2EDTA(aq) → Mg - EDTA(aq) + 2Na+(aq)
+ EBT(aq)
Sedangkan untuk reaksi terjadinya pembentukan kompleks titran
Na2EDTA dengan ion Ca2+ dalam larutan adalah sebagai berikut:
Ca2+(aq) + Na2EDTA (aq) → (Ca - EDTA)2-(aq) + 2Na+(aq)
Indikator EBT berwarna biru langit dalam larutan tetapi membentuk
kompleks merah muda (Ca – EBT)2+ (aq) seperti reaksi di bawah ini:
Ca2+ (aq) + EBT (aq) → (Ca – EBT)2+ (aq)
Sebelum titran Na2EDTA ditambahkan, larutan analit berwarna
merah muda karena pembentukan ion kompleks (Ca – EBT)2+ (aq). Jika
Na2EDTA mengkompleks semua Ca2+ yang bebas dalam sampel air maka
kompleks merah muda (Ca – EBT)2+ akan terdisosiasi dan berubah warna
dari merah muda menjadi ungu dari indikator EBT dan titik akhir dicapai,
semua ion sadah telah terkomplekskan dengan Na2EDTA seperti reaksi
berikut ini:
(Ca – EBT)2+ (aq) + Na2EDTA (aq) → Ca – EDTA (aq) + 2Na+
(aq) + EBT (aq) (Martasih Fifi dkk, 2012).
Na2EDTA umum digunakan sebagai titran untuk titrasi
kompleksasi. Bahan ini memiliki sifat fisika yaitu, berbentuk liquid,
wujudnya jernih dan tidak berwarna, tidak berbau, dan densitasnya 1 g/mL.
sedangkan untuk sifat kimianya yaitu, kelarutannya larut dalam air. Bahan
ini tidak berbahaya, tidak menyebabkan iritasi, dan tidak mudah terbakar.
Namun, tetap hindari kontak dengan pencernaan. Sedangkan untuk bahaya
lingkungan bahan ini tidak boleh dilepaskan secara langsung ke lingkungan
karena dapat mempengaruhi keseimbangan ekologi. Dianjurkan
mengenakan sarung tangan dan kacamata pelindung ketika menangani
bahan ini (LabChem, 2017).
Eriochrome Black-T (EBT) adalah salah satu zat warna azo yang
penting digunakan dalam pencelupan sutra, wol, nilon, multifibers dan di
laboratorium digunakan sebagai indikator dalam titrasi kompleksometri
untuk mendapatkan konsentrasi Ca2+, Mg2+, dan Zn2+ . Sifat – sifat EBT
diantara lain memiliki massa molekul sebesar 461,39 g/mol dan mudah larut
dalam air. (LabChem, 2017).
Sifat dari larutan penyangga sendiri yang pertama terhadap
perubahan pH yang disebabkan oleh penambahan asam atau basa kuat. Lalu
yang kedua yaitu memiliki pH yang mendekati pKa (dari asam lemah) dan
pKb (dari basa lemah). Hal itu terjadi karena reaksi buffer punya konstanta
kesetimbangan yang besar, sehingga ion OH atau H yang ditambahkan tidak
secara langsung memengaruhi pH. (Masterton and Hurley, 2020)

Prosedur standarisasi EDTA 0,01 M :


1. 10 ml larutan CaCO3 dipipet dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.
mengapa ada analisa
prosedur penelitian 2. Ditambahkan 1 – 2 ml larutan dapar, lalu pH dicek 10,0 + 0,1
orang lain di bab 2?
3. Ditambahkan indikator EBT sepucuk ujung sendok, lalu dikocok

4. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan


warna merah anggur menjadi biru. (Anonim, 2012)

Larutan Na2EDTA 0,01 M harus distandardisasi sebelum digunakan karena


merupakan larutan standar sekunder yang belum diketahui konsentrasinya
secara tepat. (Dwantari, 2019).

proses dan tujuan standarisasi


𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝐵𝑀 𝑥 1000
Kesadahan total (mg CaCO3/L) = (2.1)
Volume Sampel

Keterangan :
VEDTA = volume titrasi Na2EDTA sampai TAT
MEDTA = molaritas Na2EDTA yang digunakan untuk titrasi
BM = berat molekul CaCO3 (100 g/mol)
(Pertiwi, 2013)

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
perbaiki format tabel!
Tabel 3.1 Alat lihat bab 5

No Alat Jumlah
1 Erlenmeyer 3 buah
2 Pipet Volume 1 buah
3 Gelas ukur 1 buah
4 Labu Ukur 1 buah
5 Buret 1 buah
6 Pipet Tetes 1 buah
7 Corong Kaca 1 buah
8 Gelas Beaker 1 buah
9 Bola hisap 1 buah
10 Statif dan Klem 1 buah
11 Botol Semprot 1 buah
12 Neraca Analitik 1 unit
13 Hotplate 1 unit

3.2 Bahan
Tabel 3.2 Bahan
No Bahan Jumlah
1 Kalsium Karbonat (CaCO3) 10 mL

2 Asam Klorida HCl 6 M 200 ml

3 Na2EDTA dihidrat 3,723 g

4 Eriochrome Black T (EBT) 200 mg


5 Indikator Metil Merah Secukupnya

6 Natrium Klorida (NaCl) 100 mg


7 Air Bebas Mineral 370 ml

8 Larutan Penyangga 1 – 2 ml

3.3 Rangkaian Alat

Keterangan :

1. Statif
2. Labu Erlenmeyer
3. Kran Buret
4. Buret
5. Klem
ada yang kurang

IV. PROSEDUR KERJA

4.1 Pembuatan Indikator Eriochrome Black T (EBT)

200 mg EBT
+
100 g kristal NaCl

perbaiki!
Gerus Campuran

Pemindahan campuran EBT dan kristal NaCl


ukuran 40 – 50 mesh ke dalam botol

Indikator Erichrome
Black T (EBT)
4.2 Pembuatan Larutan Standar Kalsium Karbonat (CaCo3) 0,01 M

1,0 gram CaCO3 anhidrat

Masukkan ke labu
erlenmeyer

Asam klorida 1 : 1
+ Larutkan perbaiki!
200 ml air demin

Didihkan untuk menghilangkan CO2

Beberapa tetes
Dinginkan
indikator metil merah

Tambahkan NH4OH 3N Dicampur hingga larutan


atau HCl 1 : 1 terbentuk warana orange

Pindahkan secara kuantitatif ke labu


ukur 1000 ml, tepatkan tanda tera

Larutan Standar CaCO3 0,01 M


4.3 Pembuatan Larutan Baku NA2EDTA 0,01 M

3,723 g NA2EDTA
dihidrat

Air demin Larutkan di labu perbaiki!


secukupnya ukur 1000 ml

Tepatkan sampai tanda tera

Larutan Baku NA2EDTA 0,01 M

4.4 Standarisasi larutan Na2EDTA

10 mL larutan CaCO3

Dipipet ke Labu Erlenmeyer


40 ml air demin
+
1 ml larutan buffer
Dicampur
pH 10
+ perbaiki!
4 tetes EBT

Campuran Berwarna
Merah-Ungu

Larutan Baku NA2EDTA


Dititrasi secara perlahan
secukupnya

Larutan Na2EDTA yang


terstandarisasi
4.5 Penentuan kesadahan total

25 ml sampel air

Dipipet ke Labu Erlenmeyer


25 ml akuades
+
1 ml larutan buffer
pH 10 Dicampur
+
4 tetes EBT
perbaiki!
Dititrasi secara perlahan

Larutan berwarna biru muda

perbaiki prosedur kerja sesuai format

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Hasil Pengamatan

Tabel Data Hasil Pengamatan Larutan Baku Na2EDTA

tabel 5.1
Standarisasi Na2EDTA

No Penggunaan Konsentrasi
Na2EDTA Na2EDTA
(ml) (M)

1 11,7 0,008547

2 11,8 0,008474
Rata-rata 11,75 0,008510

perhatikan format
perhatikan margin

Tabel Data Hasil Pengamatan Larutan Aquades dan Sampel


tabel 5.2

Penentuan kesadahan total


Rata-rata
Penggunaan Kesadahan
No Sampel penggunaa
Na2EDTA Total
n
(ml) (mg/L
Na2EDTA
CaCO3)
(ml)
1 Aquades/Blanko (1) 1,2
1,1 37,4
2 Aquades/Blanko (2) 1,0
3 Sampel air - A (1) 3,3
3,25 110,5
4 Sampel air - A (2) 3,2
5 Sampel air - B (1) 5,0
4,9 166,6
6 Sampel air - B (2) 4,8

5.2 Pembahasan

5.2.1 Analisa Prosedur

Metode penentuan kesadahan dalam air dapat menggunakan


analisis titrimetri kompleksasi. Titrimetri adalah metode analisis dengan
penambahan sejumlah titran secara sistematis hingga jumlahnya setara
dengan jumlah analit dalam sampel. Dalam percobaan ini menggunakan
metode titrimetri EDTA. Prinsip dari metode titrimetri EDTA adalah
teori titrimetri?
garam Na2EDTA akan bereaksi dengan kation logam tertentu
membentuk senyawa kompleks kelat yang larut.
sitasi
Dalam uji kesadahan dengan metode titrimetri, tahap pertama
yang harus dilakukan yaitu membuat Indikator Eriochrome Black T
(EBT) yang bertujuan dalam menentukan titik akhir titrasi. Pembuatan
indikator ini dilakukan dengan cara menimbang 200 mg Eriochrome
Black T (EBT) dan 100 g kristal NaCl, kemudian dihomogenkan dan
digerus sampai berukuran 40-50 mesh. Tahap selanjutnya adalah
pembuatan Larutan Standar Kalsium Karbonat (CaCO3) 0,01 M yang
bertujuan untuk mereaksikan Na2EDTA sehingga akan terbentuk
senyawa kompleks khelat yang larut. Tahap selanjutnya adalah
Pembuatan Larutan Baku Na2EDTA 0,01 M yang bertujuan untuk
mengencerkan Na2EDTA dihidrat dengan air bebas mineral agar
nantinya dapat digunakan dalam percobaan. Tahap selanjutnya adalah,
Standarisasi Larutan Na2EDTA, dengan menggunakan larutan standar
kalsium karbonat 0,01M, tujuannya agar diperoleh konsentrasi larutan
Na2EDTA yang tepat dan hasil analisis yang akurat. Standarisasi
dilakukan dengan mengambil 10 mL larutan kalsium karbonat 0,01 M,
memasukkan larutan tersebut kedalam Erlenmeyer dengan tujuan untuk
melakukan pengenceran, karena terdapat penambahan 40 mL
demineralized water. Titrasi menggunakan larutan Na2EDTA 0,01 M
hingga warna larutan berubah dari merah keunguan menjadi biru. Lalu,
tahap yang terakhir adalah penentuan kesadahan total. Kesadahan total
ditentukan dengan prinsip dari metode titrimetri EDTA yaitu garam
Na2EDTA akan bereaksi dengan kation logam tertentu membentuk
senyawa kompleks kelat yang larut. Pada pH 10 ± 0,1, ion-ion kalsium
dan magnesium dalam sampel akan bereaksi dengan indikator
eriochrome black T (EBT) dan membentuk larutan berwarna merah
keunguan. Jika Na2EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion - ion
kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa kompleks dan
molekul indikator terlepas kembali sehingga pada titik akhir titrasi,
larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru.
Berdasarkan hal tersebut, didapatkan kesadahan total (Ca2+ dan Mg2+)
(Martasih Fifi dkk, 2012). Percobaan ini dapat diulangi 3 kali untuk
mendapatkan hasil yang akurat.

Tujuan dari penambahan larutan penyangga pH 10 adalah untuk


memelihara agar pH tetap konstan. Dengan demikian, larutan buffer pH
10 dapat bertindak sebagai zat pembentuk kompleks tambahan.

Tujuan penambahan indikator EBT diharapkan akan menghasilkan


perubahan warna pada pH tertentu, sehingga dengan prinsip ini nilai
kesadahan air dapat dianalisis.

Titrasi dilakukan setelah penambahan larutan buffer pH 10 ± 0,1


dan indikator Eriochrome Black T saat larutan dalam suasana basa.
Larutan buffer pH 10 ± 0,1 digunakan untuk memastikan hanya ada satu
bentuk EDTA dalam air yaitu Y+ dan reaksi antara indikator EBT
dengan EDTA berlangsung sempurna pada pH 8-10 dalam keadaan
stabil. Kemudian melakukan titrasi dengan menggunakan larutan
Na2EDTA (Martasih Fifi dkk, 2012). Titik akhir titrasi ditandai oleh
larutan yang berubah warna dari merah menjadi biru saat EDTA
mengikat seluruh ion Ca2+ dan Mg2+. Hal ini sesuai dengan reaksi:

Ca2+ + EBT → CA2+ - EBT (merah)


Ca2+- EBT → Ca2+- EDTA + EBT (biru)

CaIn- (merah) + H2Y2- → CaY2- (tak berwarna) + HIn2- (biru) + H+

Perhatikan lagi videonya! Mg + H2Y ↔ MgY + 2H


2+ 2- 2- +

Dilengkapi lagi kerincian


dan alasan proses! Ca2+ + H2Y2- ↔ CaY2- + HIn- + H+

MgIn- + H2Y2- ↔ MgY2- + HIn- (biru) + H+ (Wiyantoko Bayu &


Dwantari, 2019).

Titrasi yang dilakukan mengalami pengulangan tiga kali yang


bertujuan agar memperoleh hasil yang akurat. Pada setiap percobaan
akan dicatat dan dihitung rata-ratanya. Oleh sebab itu, pengulangan
harus dilakukan dan hasil yang diperoleh adalah hasil yang pasti dan
akurat.

5.2.2 Analisa Hasil


Berdasarkan percobaan yang dilakukan mengenai penentuan uji
kesadahan total dengan menggunakan metode titrimetri EDTA,
didapatkan hasil pengamatan yang dituliskan di tabel 5.2, merujukpada
tabel tersebut sampel A didapatkan nilai kesadahan sebesar 110,5 mg/L
CaCO3 dan sampel B didapatkan nilai kesadahan sebesar 166,6 mg/L
CaCO3. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kesadahan total sampel B
lebih besar dibandingkan kesadahan total sampel A, alasan didapatkan
nilai seperti ini ialah dikarenakan adanya perbedaan penggunaan jumlah
rata- rata volume Na2EDTA pada masing – masing sampel. Selain itu,
dikarenakan jumlah larutan Na2EDTA yang digunakan untuk titrasi
tidak lebih dari 15 ml, maka tidak perlu dilakukan pengulangan prosedur
menggunakan pengenceran sampel. (SNI 06-6989.12-2004).
Hasil kesadahan total sampel air dapat diklasifikasikan berdasarkan
tingkatan kesadahan air, nilai tersebut dapat dilihat di tabel berikut :
jika memang
dibutuhkan mg/L CaCO3 Tingkat Kesadahan Air
pindahkan ke bab 2
0 – 50 Lunak (soft)

50 – 150 Sedang (moderately hard)

150 – 300 Tinggi (hard)

> 300 Tinggi sekali (very hard)


(Cahyana H Gede, 2010).

Jika membandingkan hasil pengamatan dengan tabel di atas. Dimana


aquades/blanko didapatkan nilai kesadahan 37,4 mg/L CaCO3, sampel A
didapatkan nilai kesadahan 110,5 mg/L CaCO3, dan sampel B
didapatkan nilai kesadahan 166,6 mg/L CaCO3, maka aquades/blanko
akan masuk dalam kategori lunak (soft) dengan range 0 – 50 mg/L,
sampel A akan masuk dalam kategori sedang (moderately hard) dengan
cukup jelaskan hasilnya
saja, lalu kaitkan dengan range 50 – 150 mg/L CaCO3, dan sampel B akan masuk ke dalam
teorinya
kategori tinggi (hard) dengan range 150 – 300 mg/L CaCO3. Kedua
sampel ini memenuhi baku mutu air sesuai dengan teori bahwa, standar
baku mutu kesadahan air menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tahun 2002 tentang kualitas air
minum yaitu maksikum 500 mg/L. (Permenkes RI, 2002)
VI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan untuk menentukan nilai
kesadahan total dari sampel air A dan B dapat diambil kesimpulan bahwa
nilai kesadahan dari sampel B (166,6 mg/L CaCO3) lebih besar
dibandingkan dengan nilai kesadahan dari sampel A (110,5 mg/L CaCO3).
disebabkan karena adanya perbedaan penggunaan jumlah rata - rata volume
Na2EDTA. Kedua sampel juga telah sesuai dengan standar baku kesadahan
air menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tahun 2002 yang menyatakan kualitas air
minum maksimum ialah 500 mg/L.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D.W, Fatimah, S, Anie, S. (2016) Analisis Kadar Kesadahan Total


Pada Air Sumur Di Padukuhan Bandung Playen Gunung Kidul
Yogyakarta. Analit : Anlaytical and Eniromental Chemistry, E-ISSN
2540-8267, Volume 1, No. 01.
Badan Standarisasi Nasional. (2004). Air dan air limbah – Bagian 12: Cara
uji kesadahan total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan
metode titrimetri. SNI No.6989.12:2004.
Dwantari, I.P.S, Wiyantoko, B. (2019). Analisa Kesadahan Total, Logam
Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dalam Air Sumur Dengan Metode
Titrasi Kompleksometri dan Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal
ratakan dan rapikan!
Indonesia Kimia Analisis, ISSN 2622-7401,Vol 2, No. 1.
Indayatmi. (2020). Analisis Titrimetri dan Gravimetri Kelas 11 SMK.
Yogyakarta: AG Publisher.
LabChem, (2017) Erichrome Black T, ACS Safety Data Sheet according to
Federal Register / vol.77, No. 58.
Marsidi, Ruliasih (2001). Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal
Teknologi Lingkungan, Volume 2, No. 1. Pusat Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Lingkungan. Jakarta Pusat : Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Martasih, F, Juliasih, N.L.G, Dewi, R.M. (2012) Studi Analisis Mineral
Elektrolit Tertentu (Ca2+, Mg2+ Dan Cl-) Dalam Air Minum Kemasan
Dan Air Minum Sumber Mata Air Permukaan Tanah Dengan
Menggunakan Metode Titrimetri Edta Dan Argentometri. Lab.
Biomassa, Fakultas MIPA. Lampung : Universitas Lampung.
Masterton W.L., Hurley C.N., (2020). Chemistry Principles and Reactions.
Sixth Edition : Brooks/Cole Cengage Learning, Connecticut:
University of Connecticut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
32/Permenkes/SR.140/9/2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat – syarat dan pengawasan
kualitas air minum.
Pertiwi, Dwi (2013). Analisis Kesadahan Total Pada Air Bersih. Fakultas
Farmasi. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Sari, N.P.Y, Parwatha, M.O.A, dkk (2014) Pengaruh Ion Tiosulfat Terhadap
Pengukuran Kadar Klorida Metode Argentometri. Jurnal Chemistry
Laboratory Vol.1. Denpasar-Bali : Lembagai Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika
PPNI Bali.
Taufik, M, Seveline, Saputri, E.R. (2018) Validasi Metode Analisis Kadar
Kalsium pada Susu Segar secara Titrasi Kompleksometri. Fakultas
Bioindustri. Jakarta Selatan : Universitas Trilogi.
Utami, M.H. (2017) Penentuan Kesadahan Total dan Warna Pada Air
Minum di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Laboratorium Kesehatan Fakultas MIPA. Medan : Universitas
Sumatera Utara.

VIII. LAMPIRAN

8.1 Data Laporan Sementara

buat tabel dan rincian data sendiri!


8.2 perhitungan
8.2 Perhitungan molaritas Na2EDTA
8.2.1
8.2.2 1. Rumus perhitungan molaritas larutan baku Na2EDTA (M)
Data No.1
𝑀𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝑥 𝑉𝐶𝑎𝐶𝑂3
MEDTA = (𝑚𝑚𝑜𝑙/𝑚𝐿)
𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴
0,01 𝑥 10
= 11,7

= 0,008547 M

Data No.2
𝑀𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝑥 𝑉𝐶𝑎𝐶𝑂3
MEDTA = (𝑚𝑚𝑜𝑙/𝑚𝐿)
𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴
0,01 𝑥 10
= 11,8

= 0,008474 M

Data Rata-Rata
𝑀𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝑥 𝑉𝐶𝑎𝐶𝑂3
MEDTA = (𝑚𝑚𝑜𝑙/𝑚𝐿)
𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴
0,01 𝑥 10
= 11,75

= 0,0085 M

8.3 Perhitungan Kesadahan Aquades/Blanko

Kesadahan Aquades/Blanko
1000
mg CaCO3/L = 𝑥 1,1 𝑥 0,0085 𝑥 100
25

= 37,4 mg/L
8.4 Perhitungan Kesadahan Sampel A

Kesadahan Sampel A
1000
mg CaCO3/L = 𝑥 3,25 𝑥 0,0085 𝑥 100
25

= 110,5 mg/L
8.5 Perhitungan Kesadahan Sampel B

Kesadahan Sampel B
1000
mg CaCO3/L = 𝑥 4,9 𝑥 0,0085 𝑥 100
25

= 166,6 mg/L
urutkan sesuai urutan dafpus!

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


32/Permenkes/SR.140/9/2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air.
Taufik, M, Seveline, Saputri, E.R. (2018) Validasi Metode Analisis Kadar
Kalsium pada Susu Segar secara Titrasi Kompleksometri. Fakultas
Bioindustri. Jakarta Selatan : Universitas Trilogi.
Sari, N.P.Y, Parwatha, M.O.A, dkk (2014) Pengaruh Ion Tiosulfat Terhadap
Pengukuran Kadar Klorida Metode Argentometri. Jurnal Chemistry
Laboratory Vol.1. Denpasar-Bali : Lembagai Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika
PPNI Bali.
Utami, M.H. (2017) Penentuan Kesadahan Total dan Warna Pada Air
Minum di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Laboratorium Kesehatan Fakultas MIPA. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
LabChem, (2017) Erichrome Black T, ACS Safety Data Sheet according to
Federal Register / vol.77, No. 58.
Astuti, D.W, Fatimah, S, Anie, S. (2016) Analisis Kadar Kesadahan Total
Pada Air Sumur Di Padukuhan Bandung Playen Gunung Kidul
Yogyakarta. Analit : Anlaytical and Eniromental Chemistry, E-ISSN
2540-8267, Volume 1, No. 01.
Marsidi, Ruliasih (2001). Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal
Teknologi Lingkungan, Volume 2, No. 1. Pusat Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Lingkungan. Jakarta Pusat : Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Pertiwi, Dwi (2013). Analisis Kesadahan Total Pada Air Bersih. Fakultas
Farmasi. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Dwantari, I.P.S, Wiyantoko, B. (2019). Analisa Kesadahan Total, Logam
Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dalam Air Sumur Dengan Metode
Titrasi Kompleksometri dan Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal
Indonesia Kimia Analisis, ISSN 2622-7401,Vol 2, No. 1.
Masterton W.L., Hurley C.N., (2020). Chemistry Principles and Reactions.
Sixth Edition : Brooks/Cole Cengage Learning, Connecticut:
University of Connecticut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat – syarat dan pengawasan
kualitas air minum.
Martasih, F, Juliasih, N.L.G, Dewi, R.M. (2012) Studi Analisis Mineral
Elektrolit Tertentu (Ca2+, Mg2+ Dan Cl-) Dalam Air Minum Kemasan
Dan Air Minum Sumber Mata Air Permukaan Tanah Dengan
Menggunakan Metode Titrimetri Edta Dan Argentometri. Lab.
Biomassa, Fakultas MIPA. Lampung : Universitas Lampung.
Indayatmi. (2020). Analisis Titrimetri dan Gravimetri Kelas 11 SMK.
Yogyakarta: AG Publisher.
Badan Standarisasi Nasional. (2004). Air dan air limbah – Bagian 12: Cara
uji kesadahan total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan
metode titrimetri. SNI No.6989.12:2004.

Anda mungkin juga menyukai