Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MODUL 11

TRANSFORMASI

KELAS :B
PROGRAM STUDI : S1 PGSD BI
KULIAH : MATEMATIKA
TUTOR : DANI KUSUMA, S.Pd.,M.Pd
KELOMPOK 6:
1. ANDI KUSBIANTORO

2. FATA SAIFUDDIN

3. JUWITA RAHAYU

4. SARI RATIH N.H.


UNIVERSITAS TERBUKA
A. TRANSLASI (PERPINDAHAN)
Perpindahan suatu benda dari satu tempat ke tempat yang lain dapat dilakukan
dengan menggeser atau memutar atau lainnya. Misalnya perpindahan segitiga
ABC menjadi segitiga A’B’C’ pada gambar 11.1 dilakukan dengan menggeser

Pergeseran tidak mengubah bentuk dan ukuran dari benda atau bangun yang
digeser. Transformasi yang tidak mengubah bentuk dan ukuran disebut
tranformasi isometri.

Perhatikan gambar 11.2, titik A digeser menjadi titik B, ditulis dtranslasi A → B,


dan titik A digeser menjadi titik C , ditulis dengan A →C. Tampak bahawa
translasi A → B berbeda dengan translasi A →C. Apakah perbedaan dua translasi
tersebut? Perbedaan dua translasi itu terletak pada jarak (panjang) pergeseran dan
arah pergeseran. Pada translasi A → B, jarak (panjang ) pergeseran dinyatakan
oleh panjang garis AB dan arah pergeseran ditunjukkan oleh arah titik A ke titik B
yang dinyatakan dengan arah anak panah. Selanjutnya, panjang dan arah
pergeseran pada translasi A → B dinyatakan AB
´ disebut vektor translasi. Jadi
suatu pergeseran (translasi ) tertentu oleh jarak dan arahnya yang dinyatakan oleh
vektor translasi.
´ menjadi ∆DEF. pada translasi ini, A →
∆ ABC ditranslasikan dengan vektor AD
´ , BE
D, B → E dan C →F, sehingga vector vector translasi AD ´ .
´ , dan CF
´ = BE
mempunyai Panjang dan arah yang sama, atau dituliskan AD ´ .
´ = CF
´
Jadi ∆ ABC ditranslasikan dengan vector AD sama artinya dengan ∆ ABC
ditranslasikan dengan vector BE ´ . Hasilnya sama yaitu ∆ DEF
´ dengan CF
Contoh soal :

Pada gambar tampak 6 persegi Panjang yang kongruen. Translasi dengan vector
´ akan memetakkan persegi Panjang I menjadi persegi Panjang II. Kalimat ini
AB
ditulis menjadi
T ÁB : I → II atau T ÁB : (I) → II
T ÁB : II → III
T ÁB : IV → V
T ÁB : V → VI
´
Sedangkan translasi dengan vector CD
T CD
´ : I → IV atau T CD
´ : (I) → IV

T CD
´ : II → V

T CD
´ : III → VI
Misalnya T 1 adalah translasi dengan vector AB
´ dan T 2 adalah translasi dengan
´ , maka translasi komposisi (gabungan) T 1 yang dilanjutkan T 2 ditulis
vector CD
T 2 o T 1 . ¿ ¿ o T 1) (I) diartikan I trnaslasi oleh T 1 menghasilkan II dilanjutkan II
ditranslasi oleh T 2 menjadi V. dituliskan dengan rumus
¿ ¿ o T 1) (I) = ¿ ¿ ( T 1)) (I) = T 2 (II) = V
B. REFLEKSI (PENCERMINAN)
Ketika bercermin / berkaca, di belakang cermin tampak bayangan. Bayangan itu
sama seperti wujud aslinya, baik bentuk maupun besarnya. Perbedaannya terletak
pada arahnya, yaitu arahnya berlawanan karena benda dan bayangan saling
berhadapan.
Dalam matematika ∆ ABC adalah bayangan dari ∆ A’B’C’ oleh cermin m. Apabila
pencerminan diberi symbol M, maka pencerminan dengan garis m disimbolkan dengan
Mm. dengan garis m sebagai cermin, bayangan ∆ ABC adalah ∆ A’B’C’.
Ditulis Mm : ∆ABC → ∆ A’B’C’ atau Mm (∆ABC) = ∆ A’B’C’
Garis hubung antara suatu titik dengan bayangan titik tersebut selalu tegak lurus pada
cermin. Misalkan : AA’ ┴ m (gambar a) dan AA’ ┴ m (gambar b)

Selanjutnya, gambar a ∆ ABC sama kaki jika kertas memuat gambar ∆ABC
dilipat sehingga titik A dan B berimpit, maka garis lipatnya berupa garis CD.
Garis CD disebut sumbu sisi AB karena ∆ABC sama kaki, CD disebut sumbu
∆ABC.
Jika garis CD dianggap cermin pada gambar a. maka bayangan ∆ADC adalah
∆BDC. Segitiga sama kaki mempunyai simetri sumbu/ simetri cermin atau simetri
balik/simetri lipat.

Gambar b merupakan trapesium sama kaki juga mempunyai simetri cermin dan
hanya mempunyai satu sumbu simetri.
Pada gambar pencerminan dengan garis m, bayangan ∆ABC adalah ∆DBC,
sehingga ∠ A = ∠D, ∠ABC = ∠DCB. Jadi pencerminan suatu sudut dan
bayangannya mempunyai besar yang sama.

Contoh soal
Diketahui titik P dan Q yang terletak pada pihak yang sama terhadap garis lurus n.
tentukanlah sebuah titik S pada garis n, sedemikian sehingga hingga PS + SQ
terpendek.
Garis n sebagai cermin, bayangan titik Q adalah titik R. selanjutnya ditarik garis
hubung titik titik P dan R yang memotong garis n di titik S yang diinginkan,
sedemikian hingga PS + SQ terpendek.
Membuktikan PS + SQ terpendek, diambil sebarang titik pada garis n, misal titik
T. maka ditunjukkan
PS + SQ < PT + TQ
karena titi R adalah bayangan titik Q oleh pencerminan garis n, maka SQ = SR
dan TQ = TR. Selanjutnya ∆PRT menurut ketidaksamaan segitiga, Panjang satu
sisi kurang dari jumlah Panjang dua sisi lain.
PR < PT + TR
PS + SR < PT + TR
PS + SQ < PT + TQ
karena T diambil sebarang titik pada garis n, maka untuk setiap titik pada garis n,
titik S pada garis n berlaku PS + SQ terpendek.
C. ROTASI (PERPUTARAN)
Rotasi atau perputaran adalah jenis lain dari transformasi isometri, selain translasi
(pergeseran) dan refleksi (pencerminan).Yaitu tranformasi yang tidak mengubah
bentuk dan ukuran bangun yang ditransformasikan.
Jika ingin melakukan rotasi,maka harus ada 3 hal yang tertentu,yaitu:
1. Titik pusat perputaran
2. Arah perputaran
3. Besar sudut putarannya
Arah perputaran dan besar sudut putar dinyatakan dengan bilangan dengan derajat
yang bertanda positif atau negatif.
Rotasi dinyatakan positif jika arahnya berlawanan jarum jam, dan bernilai negatif
jika searah jarum jam. Sebagai contoh:

Titik A berotasi 90o berlawanan arah jarum jam. Dalam diagram cartesius,


Bentuk-bentuk rotasi sebagai berikut:

D. DILATASI (PERBANYAKAN)
Dilatasi (perbanyakan adalah suatu transformasi yang mengubah ukuran (besar)
dari bangun yang ditransformasikan.

Perhatikan gambar 11.29, tampak bahwa ΔDEF dan ΔABC mempunyai bentuk
(bangun) yang sama, namun ukuran berbeda.
Perbandingan panjang sisi-sisi ΔDEF dan panjang sisi-sisi ΔABC adalah DF : AC
= 1 : 2, DE : AB = 1 : 2, dan EF : BC = 1 : 2.

Perhatikan bahwa perpanjangan garis-garis hubung AD, BE dan CF berpotongan


pada satu titik yaitu titik O. perbandingan OD : OA , OE : OB dan OF : OC
masing-masing juga sama dengan 1 : 2

Keadaan seperti itu, dikatakan bahwa terdapat suatu dilatasi dengan pusat ) dan
dengan faktor-faktor perbandingan 2, sehingga Δ DEF menjadi Δ ABC.
1. Contoh
Contoh 11.11
Pada gambar 11.31, diketahui ΔABC dan titik 0.
a) Tentukanlah bayangan dari ΔABC oleh dilatasi dengan pusat 0 dan dengan
faktor skala -2.
b) Tentukan sisi-sisi pada segitiga bayangan tersebut sejajar dengan AB, BC dan
AC.
c) Tentukanlah sudut-sudut segitiga bayangan tersebut yang sama dengan <A,
<B, <C.
d) Tentukanlah bayangan dari : [0,-2](AC), [0,-2](AB), [0,-2](BC), [0,-2](<A),
[0,-2](<B), [0,-2](<C).

Jawab :
a. Hubungkan A dan 0 dan diperpanjang hingga 0D = 2A0. Hubungkan B dan 0
dan diperpanjang hingga 0F = 2 B0. Hubungkan C dan 0 dan diperpanjang
hingga 0E = 2 C0. hubungkan titik-titik D, E dan F yaitu ΔDEF yang
merupakan bayangan dari ΔABC oleh dilatasi [0,2].

b. AB // FD, AC // DE dan BC // EF
c. <A = <D, <B = <F DAN <C =< E
d. [0,-2](AC) = DE, [0,-2](AB) = DF, [0,-2](BC) = FE, [0,-2](<A) = <D, [0,-2]
(<B) = <F, [0,-2](<C) = <E

Anda mungkin juga menyukai