Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN K EPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN


HISTEREK TOMI DI RUANG OK /INSTALASI BEDAH SENTRAL RS
BHAYANGK ARA ANTON SOEDJARWO PONTANAK

Disusun Oleh:
SYAUQIYAH SALSABILA
NIM. 211133073

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PRODI PROFESI NERS
2021/2022
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN


KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional
Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN K EPERAWATAN PERIOPERATIF PADA
PASIEN HISTEREK TOMI DI RUANG OK /INSTALASI BEDAH SENTRAL RS
BHAYANGK ARA ANTON SOEDJARWO PONTANAK

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik (Clinical Teacher) dan


Pembimbing Klinik (Clinical Instructure).
Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Mahasiswa
LAPORAN PENDAHULUAN
HISTEREKTOMI

A. DEFINISI
Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti kandungan,
rahim, atau uterus, dan ectomi yang berarti memotong, jadi histerektomi adalah suatu
prosedur pembedahan mengangkat rahim yang dilakukan oleh ahli kandungan.
Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim,uterus) pada
seorang wanita, sehingga setelah menjalani ini dia tidak bisa lagi hamil dan
mempunyai anak. Histerektomi biasanya disarankan oleh dokter untuk dilakukan
karena berbagai alasan. Alasan utamanya dilakukan histerektomi adalah kanker mulut
rahim atau kanker rahim.
Histerectomy adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
serviks uteri

B. ETIOLOGI
 Adanya mioma uteri fibroid yang merupakan tumor jinak pada rahim,
Histerektomi perlu dilakukan karena tumor ini dapat menyebabkan perdarahan
berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, dan tekanan pada kandung kemih.
 Endometriosis, suatu kelainan yang disebabkan dinding rahim bagian dalam yang
seharusnya tumbuh didalam rahim saja, juga ikut tumbuh diindung telur, tuba
falopii, atau bagian tubuh lainnya. Hal ini bisa membahayakan bagi ibu, oleh
karena itu, biasanya dianjurkan untuk melakukan histerektomi oleh dokter.

C. TUJUAN
Histerektomi bertujuan untuk mengangakat rahim melalui operasi yang disebabakan
karena berbagai alasan seperti kanker rahim atau mulut rahim,

D. JENIS-JENIS HISTEREKTOMI
 Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, rahimn diangkat, tetapi
mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu, penderita masih dapat
terkena kanker mulut rahim sehingga masih perlu pemeriksaan pap smear
(pemeriksaan leher rahim) secara rutin.
 Histerektomi total. Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara
keseluruhan.
 Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral. Histerektomi ini mengangkat
uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii, dan kedua ovarium. Pengangkatan
ovarium menyebabkan keadaan penderita seperti menopause meskipun usianya
masih muda.
 Histerektomi radikal, histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan
dan kelenjar limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada
beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa penderita.

Histerektomi dapat dilakukan melalui 3 macam cara, yaitu abdominal, vaginal dan
laparoskopik. Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis
penyakit yang mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal
tetap merupakan pilihan jika uterus tidak dapat dikeluarkan dengan metode lain.
Histerektomi vaginal awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga
dikerjakan pada kelainan menstruasi dengan ukuran uterus yang relatif normal.
Histerektomi vaginal memiliki resiko invasive yang lebih rendah dibandingkan
histerektomi abdominal. Pada histerektomi laparoskopik, ada bagian operasi yang
dilakukan secara laparoskopi (garry, 1998)

E. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


Indikasi:
1. Ruptur uteri
2. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada, misalnya pada :
 Atonia uteri
 Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia pada solusio plasenta dan lainnya.
 Couvelaire uterus tanpa kontraksi.
 Arteri uterina terputus.
 Plasenta inkreta dan perkreta.
 Hematoma yang luas pada rahim.
3. Infeksi intrapartal berat.
4. Pada keadaan ini biasanya dilakukan operasi Porro, yaitu uterus dengan isinya
diangkat sekaligus.
5. Uterus miomatosus yang besar.
6. Kematian janin dalam rahim dan missed abortion dengan kelainan darah.
7. Kanker leher rahim.

Kontra Indikasi
1. Atelektasis
2. Luka infeksi
3. Infeksi saluran kencing
4. Tromoflebitis
5. Embolisme paru-paru.
6. Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial pada adneksa
7. Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan abses pada
cul-de-sac Douglas karenadiduga terjadi pembentukan perlekatan.

F. KOMPLIKASI
1. Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi dengan cepat
dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini diklasifikasikan dalam sejumlah cara
yaitu, berdasarkan tipe pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan
waktu sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam waktu 24 jam
ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah kejadian dengan
disertai sepsis sekunder, perdarahan bisa interna dan eksterna.
2. Thrombosis vena
Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi membahayakan
jiwa adalah thrombosis vena dalam dengan emboli paru-paru, insiden emboli paru-
paru mungkin dapat dikurangi dengan penggunaan ambulasi dini, bersama-sama
dengan heparin subkutan profilaksis dosis rendah pada saat pembedahan dan
sebelum mobilisasi sesudah pembedahan yang memadai.
3. Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya didalam darah
atau jaringan lain membentuk pus.
4. Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau menghubungkan 1 organ
dengan bagian luar. Komplikasi yang paling berbahaya dari histerektomi radikal
adalah fistula atau striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah jarang terjadi, karena
ahli bedah menghindari pelepasan ureter yang luas dari peritoneum parietal, yang
dulu bisa dilakukan. Drainase penyedotan pada ruang retroperineal juga digunakan
secara umum yang membantu meminimalkan infeksi.
G. PENATALAKSANAAN
1. Preoperative
Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur dengan sangat
cermat dan dibersihkan dengan sabun dan air (beberapa dokter bedah tidak
menganjurkan pencukuran pasien). Traktus intestinal dan kandung kemih harus
dikosongkan sebelum pasien dibawa keruang operasi untuk mencegah kontaminasi
dan cidera yang tidak sengaja pada kandung kemih atau traktus intestinal. Edema
dan pengirigasi antiseptic biasanya diharuskan pada malam hari sebelum hari
pembedahan, pasien mendapat sedative. Medikasi praoperasi yang diberikan pada
pagi hari pembedahan akan membantu pasien rileks

2. Postoperative
Prinsip-prinsip umum perawatan pasca operatif untuk bedah abdomen diterapkan,
dengan perhatian khusus diberikan pada sirkulasi perifer untuk mencegah
tromboflebitis dan TVP (perhatikan varicose, tingkatkan sirkulasi dengan latihan
tungkai dan menggunakan stoking

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. USG
untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan
adnexa dalam rongg apelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun
MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus
sebaik USG. Untungnya leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat
membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnose
jaringan.
2. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai masaa di rongga pelvis
serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter
3. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
4. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis
5. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum,
kreatinin darah.
6. Tes kehamilan
7. D/K (dilatasi dan kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk
menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hyperplasia atau
adenokarsinoma endometrium).
GAMBAR
I. ASUHAN KEPERAWATAN TINDAKAN HISTEREKTOMI
Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Sebelum Operasi
 Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan.
 Nyeri di daerah benjolan.
 Mual, muntah, kembung.
 Konstipasi.
 Tidak nafsu makan.
b. Sesudah Operasi
 Nyeri di daerah operasi.
 Lemas.
 Pusing.
 Mual, kembung.
2. Data Obyektif
a. Sebelum Operasi
 Nyeri bila benjolan tersentuh.
 Pucat, gelisah.
 Spasme otot.
 Demam.
 Dehidrasi.
b. Sesudah Operasi
 Terdapat luka.
 Puasa.
 Selaput mukosa mulut kering.

Diagnosa keperawatan
a. Pre operatif
1) Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin
2) Ansietas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.
3) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan inkontenensia u

b. Intra operatif
1) Resiko cidera berhubungan dengan pengaturan posisi bedah, prosedur invasiv bedah,
anastesi regional.
2) Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosesur tindakan pembedahan

c. Post operatif
1) Nyeri berhubungan dengan luka operasi
2) Resiko Tinggi Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan muntah setelah
pembedahan.
3) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka operasi

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Intervensi pre operatif

No Diagnosa Tujuan dan intervensi


keperawatan kriteria hasil
1. Nyeri berhubungan Nyeri Tindakan Mandiri:
dengan eliminasi urin berkurang 1. Observasi tanda-tanda vital
terganggu sampai hilang 2. Observasi keluhan nyeri,
secara lokasi, jenis dan intensitas
bertahap
nyeri
3. Jelaskan penyebab rasa
sakit, cara menguranginya.
4. Beri posisi senyaman
mungkin buat pasien.
5. Ajarkan tehnik-tehnik
relaksasi, tarik nafas dalam.
6. Ciptakan lingkungan yang
tenang.

Tindakan kolaboratif:
1. Beri obat-obat analgetik
sesuai pesanan dokter.

2. Cemas berhubungan Ekspresi wajah 1. Kaji tingkat kecemasan


dengan akan tenang. pasien
dilakukan tindakan 2. Jelaskan prosedur
pembedahan.
persiapan operasi seperti
pengambilan darah, waktu
puasa, jam operasi.
3. Dengarkan keluhan pasien
4. Beri kesempatan untuk
bertanya.
5. Jelaskan pada pasien
tentang apa yang akan
dilakukan di kamar operasi
dengan terlebih dahulu
dilakukan pembiusan.
6. Jelaskan tentang keadaan
pasien setelah dioperasi.
3. Resiko tinggi Turgor kulit 1. Observasi tanda-tanda vital
kekurangan volume elastis. tiap 4 jam.
cairan berhubungan 2. Timbang berat badan tiap
dengan inkontenensia
hari.
urin
3. Kalau perlu pasang infus
clan NGT sesuai program
dokter.

b. Intervensi intra operatif

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


keperawatan kriteria hasil
1. Resiko cidera Tidak terjadi 1. Atur posisi pasien sesuai
berhubungan dengan cidera dengan kebutuhan operasi
pengaturan posisi 2. Pasang pengaman tangan dan
bedah, prosedur kaki
invasif bedah, 3. Pasang patient plate/ elektroda
anastesi regional. dengan benar

2. Resiko perdarahan Perdarahan 1. Siapkan instrument operasi


berhubungan dengan dapat teratasi dengan lengkap
tindakan 2. Cek persiapan operasi seperti
pembedahan.
persediaan darah
3. Kolaborasi dengan dokter dan
tim medis lain bila terjadi
perdarahan

3. Resiko infeksi infeksi tidak 1. Cuci tangan bedah dengan


berhubungan dengan terjadi baik dan benar
prosesur tindakan 2. Lakukan aseptic dengan benar
pembedahan
3. Jaga kesterilan lapang operasi
dan instrument operasi

c. Intervensi Post operatif

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


keperawatan kriteria hasil
1. Nyeri berhubungan Nyeri 1. Kaji intensitas nyeri
dengan luka operasi berkurang, pasien.
secara bertahap 2. Observasi tanda-tanda
vital dan keluhan
pasien.
3. Letakkan klien di
tempat tidur dengan
teknik yang tepat
sesuai dengan
pembedahan yang
dilakukan.
4. Berikan posisi tidur
yang menyenangkan
clan
aman.
5. Anjurkan untuk
sesegera mungkin
beraktivitas secara
bertahap.
6. Berikan therapi
analgetik sesuai
program medis
7. Lakukan tindakan
keperawatan dengan
hati-hati.
8. Ajarkan tehnik
relaksasi
2. Resiko Tinggi Turgor kulit 1. Observasi tanda-tanda
Kekurangan Volume elastis, tidak vital tiap 4 jam.
Cairan berhubungan kering. 2. Monitor pemberian
dengan muntah setelah Mual clan
infus.
pembedahan. muntah ticlak
ada 3. Beri minum & makan
secara bertahap
4. Monitor tanda-tanda
dehidrasi.
5. Monitor clan catat
cairan masuk clan
keluar.
6. Timbang berat badan
tiap hari.
7. Catat dan informasikan
ke dokter tentang
muntahnya.
3. Kerusakan Integritas Luka operasi 1. bservasi keadaan luka
kulit berhubungan bersih, kering, operasi dari tanda-
dengan luka operasi tidak ada tanda peradangan :
bengkak. tidak
demam, merah,
ada perdarahan.
bengkak dan keluar
cairan.
2. Rawat luka dengan
teknik steril.
3. Jaga kebersihan sekitar
luka operasi.
4. Beri makanan yang
bergizi dan dukung
pasien untuk makan.
5. Libatkan keluarga
untuk menjaga
kebersihan luka
operasi clan
lingkungannya.
6. Kalau perlu ajarkan
keluarga dalam
perawatan luka
operasi.

5 Kurang pengetahuan px mengerti 1. Ajarkan kepada klien


tentang perawatan luka perawatan luka dan keluarga cara
operasi berhubungan operasi merawat luka operasi
dengan kurang
& menjaga
informasi.
kebersihannya.
2. Diskusikan tentang
keinginan keluarga
yang ingin
diketahuinya.
3. Beri kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
4. Jelaskan tentang
perawatan dirumah,
balutan jangan basah
& kotor.
5. Anjurkan untuk
meneruskan
pengobatan/ minum
obat secara teratur di
rumah, dan kontrol
kembali ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian obstetri & gineekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Bandung : Elstar
Friedman, Borten, Chapin. 1998. Seri skema Diagnosa & penatalaksanaan Ginekologi
Edisi 2. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Kasdu, Dini. 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara
Leveno, Kenneth J . 2009. Obstetric wiliam. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Rasjidi, Imam. 2008. Manual Histerektomi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai