Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN CITRA TUBUH

PRAKTIKUM KEPERAWATAN JIWA

MARYAMA NUR
PO713201191073
KELOMPOK LAB C
KELAS 3B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR
PRODI DIPLOMA III
TAHUN AJAR 2021-2022

A. Pengertian
Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tida disadari terhadap
tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang struktur, bentuk, dan
fungsi tubuh. Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap perubahan struktur, bentuk,
dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.

B. Penyebab
1. Masalah fisik seperti amputasi, kerusakan penampilan wajah, kehilangan fungsi bagian tubuh
2. Penyakit yang dapat merubah struktur tubuh (misal : post operasi, stroke)
3. Trauma berat (luka baar di area muka, amputasi ekstrimitas)
4. Efek pemakaian obat yang terus menerus
5. Obesitas
6. Kegiatan kemoterapi (menyebabkan rambut rontok)
7. .Penurunan fungsi otak (misal : demensia)

C. Tanda dan Gejala


1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2. Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi
3. Menolak penjelasan perubahan tubuh
4. Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang
5. Mengungapkan keputusasaan
6. Mengungkapkan ketakutan

D. Akibat
Akibat yang ditimbulkan dari gangguan citra tubuh menurut Soegih dan Wiramiharja (2009) yaitu
harga diri rendah, isolasi sosial, keputusasaan, dan risiko bunuh diri. Jika seseorang mengalami
gangguan citra tubuh dan tidak diatasi atau dibiarkan saja, maka akan mengakibatkan hal buruk bagi
seseorang tersebut.

E. Rentan Respon
Karena konsep diri terdiri dari lima komponen yaitu ideal diri, harga diri, peran, identitas, dan salah
satunya body image. Rentang individu terhadap konsep diri berflukuatsi sepanjang rentang respon
konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif, berikut rentang respon menurut Struart dalam buku Principles
and Practice of Psychiatric Nursing 2001 :

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Diri Konsep Diri Positif Harga Diri Rendah Kerancauan Identitas Depersonalisasi

Keterangan :

 Aktualisasi diri; penyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
 Konsep diri posisif; apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri dalam menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
 Harga diri rendah; individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah
dari orang lain.
 Identitas kacau atau Kerancauan Identitas; kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.
 Depersonalisasi; perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

F. Perilaku
 Depresi
 Body Dysmorphia Disorder

G. Patofisiologi
Gangguan citra tubuh dalam diri seseorang dapat muncul dikarenakan terdapat faktor yang
mempengaruhinya antara lain :
1. Self esteem
Gangguan citra tubuh seseorang lebih mengacu pada pandangan seseorang tersebut terhadap
tubuhnya yang dibentuk dalam pemikirannya, lebih berpengaruh pikiran orang itu sendiri
dibanding pikiran orang lain terhadap dirinya. Selain itu, juga dipengaruhi oleh keyakinan dan
sikapnya terhadap tubuh seseorang sebagaimana gambaran ideal dalam masyarakat.
2. Perbandingan dengan orang lain
Gangguan citra tubuh secara global terbentuk dari perbandingan yang dilakukan seseorang
terhadap fisiknya sendiri, hal tersebut sesuai dengan standar yang dikenal oleh lingkungan
sosial dan budayanya. Salah satu penyebab adanya perbedaan antara citra tubuh ideal dengan
kenyataan tubuh yang nyata sering disebabkan oleh media massa yang seringkali menampilkan
gambar dengan tubuh yang dinilai sempurna, sehingga terdapat perbedaan dan menciptakan
persepsi akan penghayatan tubuhnya yang tidak atau kurang ideal. Konsekuensi yang
didapatkan adalah individu menjadi sulit menerima bentuk tubuhnya.
3. Bersifat dinamis
Gangguan citra tubuh memiliki sifat yang mampu mengalami perubahan terus menerus, bukan
yang bersifat statis atau menetap seterusnya. Citra tubuh sangat sensitif terhadap perubahan
suasana hati, lingkungan dan pengalaman fisik individual dalam merespon suatu peristiwa
kehidupan.
4. Keluarga dan budaya
Gangguan citra tubuh merupaan hal yang dipelajari, proses pembelajaran citra tubuh ini sering
kali dibentuk lebih banyak oleh orang lain diluar individu sendiri, yaitu keluarga dan
masyarakat, yang terjai seja dini sektika masih kanak-kana dalam lingkungan keluarga,
khususnya cara orang tua mendidik ana dan di antaranya kawan-kawan pergaulannya. Tetapi
proses belajar dalam kehidupan keluarga dan pergaulan ini sesungguhnya hanyalah
mencerminkan apa yang dipelajari dan diharapkan secara budaya. Proses sosialisasi yang
dimulai seja usia ini, bahwa bentuk tubuh yang langsing dan proposional adalah yang
diharapkan lingkungan, akan membuat individu sejak dini mengalami ketidakpuasan apabila
tubuhnya tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungan terutama orang tua (dalam
Samura, 2011).
STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN

GANGGUAN CITRA TUBUH

Sp 1

Orientasi

Perawat : “Assalamualaikum…”

“Selamat pagi bapak/ibu…”(senyum).

Pasien : “Wa’alaikumsalam” “Selamat pagi “

Perawat : “Perkenalkan nama saya……, saya paling senang dipanggil…, saya

perawat yang akan merawat bapak/ibu.”

“Nama bapak/ibu siapa?...”

Pasien: “...........”

Perawat : “Senangnya dipanggil siapa bapak/ibu…?”

Pasien : “...........”

Perawat : “Bagaimana kabar bapak/ibu hari ini…?”

Pasien : “Alhamdulillah baik…”

Perawat : “Baiklah bapak/ibu, apa keluhan yang bapak/ibu rasakan hari ini?”

Pasien : ”Saya merasa malu dengan diriku sendiri, karena saya bingung bagaimana

cara merawat dan membesarkan anak-anakku sedang suami/istri ku pun

meninggal dan dengan dangan aku yang cacat seperti ini.”

Perawat : “Baiklah bapak/ibu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang bapak/ibu rasakan
selama ini?”

“Bapak/ibu maunya dimana…?”

Pasien : “Disini saja pak/bu…?!

Perawat : “Berapa lama bapak/ibu..??

Pasien: “..........“(Diam)

Perawat : “Baiklah bapak/ibu. Bagaimana kalau 20 menit saja yah…?”

Pasien : “(Mengangguk). Ya …”
Kerja

Perawat : “Baiklah bapak/ibu…., (pegang tangan atau pundak pasien). Bagaimana

perasaan bapak/ibu, setelah ibu mengalami bencana ini dan kehilangan tangan

kiri bapak/ibu…?”

Pasien : “Saya sedih, malu, terkadang saya merasa tidak berguna dengan keadaan yang

saya alami ini, terlebih lagi tangan saya tidak dapat saya gunakan seperti

biasanya.”

Perawat : “Kemudian, apa yang bapak/ibu lakukan ketika perasaan bersalah dan putus

asa bapak/ibu muncul…?”

Pasien : “Saya hanya bisa menangis dan ikhlas menerima semua ini. Tapi, saya tidak

dapat membohongi diri saya sendiri dan berteriak ketika melihatnya dan

mengingat kejadian itu. (Bencana yang telah menhilangkan tangannya ).”

Perawat : “Maaf bapak/ibu sebelumnya…sekarang bapak/ibu hanya memiliki satu

tangan yang berfungsi dan dapat bapak/ibu gunakan dengan baik.”

“Apa yang dapat bapak/ibu lakukan atau yang ingin bapak/ibu lakukan hanya

dengan satu tangan bapak/ibu miliki sekarang?”

Pasien : “Jujur pak/bu, saya ingin sekali melakukan aktivitas seperti biasanya

meskipun sekarang saya hanya memiliki satu tangan saja.”

Perawat :”Baiklah begini bapak/ibu , bapak/ibu hanya memiliki satu tangan yang

berfungsi dan satunya lagi sebelah kiri sudah tidak berfungsi lagi.

Tapi, tangan sebelah kanan bapak/ibu kan masih bisa digunakan untuk

melakukan aktivitas sehari-hari dan kaki bapak/ibu juga dapat difungsikan

dengan baik.”

Pasien : “Ya pak/bu…. Terkadang saya mencoba untuk melatih tangan saya dan

melakukan kegiatan dengan tangan kanan saya, tapi tetap saja saya merasa

bahwa saya memang tidak berguna lagi di dunia ini.”

Perawat : “Saya mengerti bapak/ibu…. Tapi setidaknya bapak/ibu sudah berusaha untuk
melatihnya sendiri. Sekarang saya ajarkan ibu bagaimana agar bisa tetap

beraktivitas meskipun dengan menggunakan tangan bapak/ibu yang masih

dapat digunakan dengan baik yaitu sebelah kanan.”

Pasien : “ (Mengangguk). Ya…”

Perawat : “Bapak/ibu… dulu sebelum mengalami bencana ini dan kehilangan tangan

bapak/ibu. Apa saja kegiatan atau aktivitas yang bapak/ibu sering lakukan di

rumah?”

Pasien : “Dulu saya kan guru, paling sebelum berangkat mengajar saya siapkan ankaanak sarapan dan bersih-
berih rumah juga…..”

Perawat : “Apa sekarang bapak/ibu masih ingin melakukan kegiatan-kegiatan tersebut

bapak/ibu….?”

Pasien : “Ya pak/bu…”

Perawat : “Begini bapak/ibu, seperti yang saya katakan tadi, saya akan ajarkan

bapak/ibu agar dapat beraktivitas meskipun dengan menggunakan satu tangan.

Tapi sebelumnya kita coba berlatih untuk menggerakkan dan melakukan

aktivitas yang ringan-ringan.

Pasien : “Ya pak/bu

Perawat : “Baiklah bapak/ibu, coba sekarang bapak/ibu mencoba untuk mengangkat

tangan sebelah kanan pelan-pelan dan mencoba menggenggam dengan sekuatkuatnya. (Sebelumnya sediakan
benda yang dapat digunakan seperti sapu dll).

(contohkan kepada pasien).

“sekarang bapak/ibu bisa mencobanya sendiri ya…”

Pasien : “(Berlatih sendiri dan diawasi

Perawat : “Baiklah bapak/ibu, itu sudah bagus sekali…..”

“Sekarang kita akan mencoba dengan menggunakan sapu langsung bapak/ibu

ya… Nah ini tangan bapak/ibu pegang sapunya dan ayunkan perlahan, anggap

saja ibu sedang menyapu beneran (sambil mencontohkan). Nah, sekarang giliran bapak/ibu mencobanya ya,,?
Tapi sambil beriri bapak/ibu ya…?!”
Pasien : “Ya…..(mencoba sendiri yang diajarkan perawat)?!?!”

Perawat : “Baiklah pak/bu terima kasih. Bagus sekali dan terus dilatih bapak/ibu yah.”

(tulis atau masukkan ke dalam tugas harian terapi dengan rapi pada buku

Rencana tindakan pasien).”

Terminasi

Perawat : “Bapak/ibu… Bagaimana perasaan bapk/ibu setelah kita berbincang-bincang

dan melakukan latihan hari ini…?”

Pasien : “Alhamdulillah… saya merasa lebih baik dan lega rasanya pak/bu…”

Perawat : “Kalau begitu sekarang bapak/ibu coba beritahu saya kembali, kegiatan apa

saja yang sudah kita lakukan hari ini?”

Pasien : “Tadi pak/ibu bilang kalau saya masih bisa menggunakan tangan kanan untuk

beraktivitas dan melatihnya untuk melakuakan kegiatan seperti menyapu…”

Perawat : “Baik sekali bapak/ibu, ternyata bapak/ibu masih mengingatnya ya…?

(senyum)”

Pasien : “Ya….(mengangguk dan senyum)”

Perawat : “Baiklah bapak/ibu. Apa yang kita lakukan hari ini bapak/ibu dapat

melatihnya sendiri dan mulai mencoba-coba melakukannnya sendiri di rumah.”

Pasien : “Ya pak/bu… akan saya coba…”

Perawat : “Bpak/ibu saya akan kembali lagi besok kesini dan melatih bapak/ibu

beberapa cara untuk mengkoordinasikan anggota-anggota tubuh bapak/ibu yang

lain dan melatihnya dengan-kegiatan yang lain.”

“Bagaiamana apa bapak/ibu bersedia?”

Pasien : “Ya….”

Perawat : “Bapak/ibu maunya jam berapa?”

Pasien : “Jam 10 pagi saja pak/ibu.”

Perawat : “Ya bapak/ibu… Terima kasih dan saya akan kembali lagi besok pada jam 10

pagi ke rumah bapak/ibu. Baiklah kalau begitu saya permisi dulu bapak/ibu dan
terima kasih untuk waktunya bapak/ibu ya…??”

“Jangan lupa latihannnya bapak/ibu ya…(senyum dan pegang pundak pasien).”

“Kalau begitu saya pamit…”

“Assalamualaikum…”

Pasien : “wa’alaikumsalam”
Sp 2

Orientasi

Perawat : ”Assalamualaikum…”

“Selamat pagi bapak/ibu…” (senyum)

Pasien : “Wa’alaikumsalam…”

Perawat : “Belum pak/ibu, karena saya masih sering teringat dengan hal itu…”

Perawat : “Baiklah bapak/ibu. Tapi, apa sebelumnya cara yang kemarin kita latih sudah

bapak/ibu lakukan …?”

Pasien : “Sudah saya coba…, tapi tetap saja saya merasa tidak berguna sama sekali.

Karena yang bisa saya lakukan hanya kegiatan-kegiatan ringan saja. Saya

sangat sedih dan kecewa dengan diri sendiri ketika melihat anak saya yang

masih membutuhkan saya dalam melakukan aktivitas.”

Perawat : “Baiklah bapak/ibu, sesuai kesepaktan kita kemarin kita akan berbincangbincang dan mengajarkan
bapak/ibu bagaimana cara untuk melakukan

pekerjaan yang lainnya dan mengkoordinasikan bagian tubuh bapak/ibu yang

lain.”

“Apa bapak/ibu bersedia…?”

Pasien : “Ya pak/ibu…”

Perawat : “Bagaimana kalau disini saja bapak/ibu ya….. dan waktunya 20 menit bapak/ibu ya…??”

Pasien : “Ya ….” (Mengangguk).

Kerja

Perawat : “Bagaiamana persaan bapak/ibu sekarang, apakah sudah membaik?”

Pasien : “Alhamdulillah sudah agak membaik, tapi ada yang masih membebani di

pikiran saya…?”

Perawat : “ Kira-kira Apa itu bapak/ibu…?”

Pasien : “Saya masih merasa kurang leluasa dalam melakukan aktivitas sehari-hari

dengan satu tangan. Apa lagi ketika saya mengangkat barang-barang yang
begitu banyak.”

Perawat : “Seperti itu ya bapak/ibu. Begini bapak/ibu misalnya ketika bapak/ibu ingin

mengangkat barang-barang yang begitu banyak bapak/ibu dapat meminta

bantuan dengan orang di sekitar untuk menaikkannya ke atas kepala bapak/ibu

dan bisa menggunakan tangan kanan ibu yang masih berfungsi untuk menjaga

agar barang yang di atas kepala bpak/ibu tidak terjatuh. Nanti ketika bapak/ibu

ingin menurunkannya dapat diletakkan di tempat yang sedikit lebih tinggi atau

bapak/ibu sedikit menjongkok atau meminta bantuan untuk menurunkan barang

yang bapak/ibu bawa.”

“Bagaiamana apa ibu paham dengan penjelasan saya atau bagaimana kalau kita

mencoba untuk mempraktekkannya?”

Pasien : “Ya….pak/bu?!?!” ( Pasien dan perawat berlatih bersama…)

Perawat : “Bagus sekali bapak/ibu…, sekarang bapak/ibu sudah dapat melakukannnya.

Cara ini bisa bapak/ibu gunakan ketika bapak/ibu akan membawaq barang yang

banyak dan sebagainya.”

Pasien : “Ya…..pak/bu?!?!”

Perawat : “Nah, sekarang kira-kira kegiatan atau pekerjaan apa yang ingin bapak/ibu

lakukan kedepannya…?”

Pasien : “Untuk sekarang ini, saya ingin merawat anak-anak saya, melakukan tugas

sebagaimana kepala/ibu rumah tangga.

Perawat : “Wah, lumayan banyak kegiatan-kegiatan bapak/ibu bisa dilakukan setiap

harinya…, mulai dari sekarang bapak/ibu dapat melakukan semua kegiatan ang bapak/ibu sebutkan tadi. Tapi
jika bapak/ibu merasa lelah atau tidak

mampu untuk melakukannya bapak/ibu dapat meminta bantuan keluarga atau

tetangga. Mungkiun ada kegiatan lain yang ingin bapak/ibu lakukan

kedepannya selain kegiatan-kegiatan yang bapak/ibu sebutkan tadi…?”

Pasien : “Ya pak/bu…, siapa sih tidak ingin melakukan kegiatan. Kegiatan normal
seperti orang lain, saya ingin meneruskan usaha saya untuk berjualan di took

pak/bu…?”

Perawat : “Alhamdulillah… rencana yang bagus sekali bapak/ibu (senyum). Jika

keinginannya seperti itu saya do’akan agar selalu lancer kegiatannya.. amiiin..”

Pasien : “Amiiin pak/bu.”

Terminasi

Perawat : “Bagaimana perasaanya bapak/ibu setelah mengobrol hari ini dan mencoba

untuk melatih tangan bapak/ibu untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti

biasanya?”

Pasien : “Alhamdulillah saya sudah paham dan senang, bahkan saya tidak sabar ingin

mencoba dan melakukan kegiatan itu”

Perawat : “Bagus sekali . baiklah bapak/ibu… tapi apa bapak/ibu bisa menjelaskan

sedikit yang kita diskusikan tadi?”

Pasien : “Hari ini kita berlatih tentang cara mengkoordinasikan tangan saya yang

masih berfungsi dengan anggota tubuh lain, yaitu dengan membawa dan

meletakkan barang banyak di atas kepala dan tangan saya serta menjaganya

tidak terjatuh. Dan pak/bu mengajarkan saya untuk berusaha melakukan

kegiatan sehari-hari dengan normal seperti biasanya…”

Perawat : “ Bagus sekali bapak/ibu (senyum), ternyata bapak/ibu sudah memahami

dengan baik apa yang saya sampaikan. Mungkin pertemuan hari ini saya akhiri

dan terima kasih untuk waktunya dan saya do’akan agar bapak/ibu selalu sehat

untuk melakukan aktivitas sehari-hari bapak/ibu ya”

“Jangan lupa tetap berlatih yah”

Pasien : “Amiiinn, terima kasih pak/bu yah…”(senyum)

Perawat : “ Kalau begitu saya pamit pak/bu yah…”. “Assalamualaikum…”

Pasien : “Wa’alaikumsalam….”

Sumber : lp-amp-sp-gangguan-citra-tubuh-dan-identitas-diri-kelompok-2-s17bdoc_compress.pdf
FORMAT PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
IDENTITAS

1. Nama pasien : Ny. S


2. Umur : 51 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status perkawinan : Menikah
5. Orang yang berarti : suami/istri/anak/ibu
6. Pekerjaan : TNI/Polisi/PNS/Swasta,Petani
7. Pendidikan : SLTA
8. Tanggal masuk : 17 Mei 2016
9. Tanggal pengkajian : 31 Mei 2016
10. Diagnosa medik : Post Mastektomi hari ke 7
11. Penampilan : Baik, kebersihan tubuh pasien terlihat bersih, gigi dan mulut juga bersih,
serta kuku pasien terlihat bersih.

STATUS MENTAL

1. Emosi : Stabil
2. Konsep Diri : Gambaran diri baik, ideal diri pasien ingin cepat sembuh, harga diri pasien baik,
peran diri pasien merupakan ibu dari 3 orang anak, identitas pasien seorang yang ramah dan
penyayang di keluarganya.
3. Pola Interaksi
Interaksi dengan keluarga dan orang lain, baik.
4. Gaya Komunikasi
Berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat secara baik bahkan pasien dikenal dengan
pembawaan yang ramah dan penyayang.

LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL BUDAYA

1. Pekerjaan : Petani
2. Hubungan Sosial : Orang yang berarti dalam hidup pasien yaitu suami, anak, dan keluarga.
Hubungan keluarga dan dengan orang lain juga baik. Serta tidak ada hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain.
3. Sosio-budaya : Sosial yang baik dengan budaya yang ramah
4. Gaya Hidup : Sederhana

RIWAYAT KELUARGA

1. Genogram :
] ]

] ] ] ]

Keterangan :

: Laki-laki : Garis perceraian

: Perempuan : Garis hubungan yang paling dekat


]
: Pasien : Meninggal

: Garis tinggal serumah

PENGKAJIAN FISIK

1. Riwayat Penyakit : Orang tua memiliki riwayat penyakit hipertensi, saudara kandung tidak
memiliki riwayat penyakit, penyakit turunan tidak ada.
2. Kebiasaan yang Berhubungan dengan Status Kesehatan : Berinteraksi bersama keluarga dan
masyarakat dengan sikap yang ramah dan penyayang sehingga keadaan emosinya stabil.
3. Merokok : Tidak merokok
4. Alkohol/Obat-obatan : Tidak meminum alkohol
5. Istirahat dan Tidur : -
6. Nutrisi :
Pasien memiliki selera makan, tidak memiliki alergi, jumlah dan jenis makanan susu dan bubur,
tidak memiliki masalah dalam makan dan minum.
7. Eleminasi :
BAB : 1-2 x/hari, karakter feses normal, riwayat pendarahan tidak ada, diare tidak ada, BAK :
tidak tentu, karakter urine kuning jernih, nyeri atau rasa terbakar atau kesulitan BAK tidak ada.
Keluarga mengatakan pasien saat di rumah BAB dan BAK sembarangan
8. Orientasi :
Nilai dan keyakinan pasien sudah mengerti masalah tentang agama dan kegiatan ibadah pasien
sudah mengerti
9. Tingkat Aktivitas
Mandi secara mandiri, makan secara mandiri, BAB sebahagian, BAK sebahagian, dang anti
pakaian sebahagian.
10. Tingkat Energi
Suhu : 36,7 C⁰, TD : 110/70 mmHg, Nadi : 78 x/menit, Pernapasan : 22 x/menit, skala nyeri 6,
TB : 152 cm, BB : 56 kg

KLASIFIKASI DATA

No Data Masalah
1. Subyektif : Pasien mengatakan malu dengan kondisi Gangguan Citra
payudaranya dan takut dibicarakan orang Tubuh
Objektif : Terlihat lemah, teraba hangat, mengalami
kerusakan di daerah payudara karena adanya
bekas operasi, banyak melamun, mukosa bibir
kering
TD : 110/70 mmHg, HR : 90 x/menit, RR : 24
x/menit, T : 37,70 C⁰
Nyeri pada bagian dada, punggung dan di
daerah lengan terkait dengan post mastektomi

.
POHON MASALAH

Harga Diri Rendah Effect

Gangguan Citra Tubuh Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif Causa

Masalah Utama Keperawatan : Gangguan Citra Tubuh


TINDAKAN KEPERAWATAN

FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN MASALAH PSIKOSOSIAL

Inisial : Ny. S Nama Mhs : Maryama Nur


pasien No. : 120405 NIM : PO713201191073
Medrec : Kenanga 1
\uRuangan

Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Tgl No.Dx
Keperawat Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
an
Rabu, D.0083 Ganguan citra tubuh 1.Mengatakan 1. Klien 1. Kaji skala nyeri
02 nyeri menunjukkan (0-10).
Juni berkurang tindakan santai, 2. Berikan posisi
2016 atau hilang, mampu nyaman ketika nyeri
sakal nyeri 0. berpartisipasi dalam muncul.
aktivitas /istirahat 3. Ajarkan tekhnik
dengan cepat. relaksasi (tarik nafas
2. Klien dalam) ketika nyeri
menampilkan muncul.
keterampilan 4. Kaji tanda-tanda
relaksasi dan vital.
aktivitas terapeutik 5. Bantu pasien
sesuai indikasi untuk mengidentifikasi
situasi individual. tingkat kenyamanan
yang efektif, seperti
memperhatikan
lokasi/intensitas
nyeri (0-10),
relaksasi, atau
kompres hangat
dingin disekitar
nyeri.
Kamis, D.0083 Gangguan 1. Klien 1. Klien mampu 1. Diskusikan arti
03 Citra Tubuh mampu menerima kehilangan
Juni melakukan keadaannya, /perubahan pada
2016 adaptasi klien mampu klien.
terhadap meningkatkan 2. Berikan
perubahan kepercayaan stimulasi positif
citra tubuh dirinya secara mengenai
yang dialami bertahap. penerimaan klien
klien. terhadap dirinya.
3. Dorong klien
untuk merawat diri
dan berperan serta
dalam asuhan
klien secara
bertahap.
4. Ajak keluarga
dalam
berpartisipasi
memberikan
dukungan kepada
klien.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Nama : Ny. S
Ruangan : Kenanga 1
RM.No : 120405
Implementasi Tindakan
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Keperawatan
Ganguan citra tubuh a. Mengukur skala nyeri (0- S:pasien mengatakan masih
Rabu, 02 Juni 2016 10). lemah dan masih terasa nyeri
b. Memberikan posisi nyaman dipayudara dan sekitar luka,
ketika nyeri muncul. menggunakan tekhnik relaksasi
c. Mengajarkan tekhnik jika nyeri muncul.
relaksasi ketika nyeri muncul
(tekhnik tarik nafas dalam. O: skala nyeri 6, terlihat lemah,
d. Mengukur tanda-tanda vital. jika berjalan masih terlihat
e. Membantu pasien menahan nyeri,gelisah masih
mengidentifikasi tingkat ada, TD:120/80mmHg, HR: 80
kenyamanannya seperti x/i, RR: 20 x/i
menanyakan skala nyeri, lokasi
nyeri. A:masalah teratasi sebagian
f. Membantu pasien untuk
fokus pada aktifitasnya bukan P: intervensi dilanjutkan
pada nyerinya seperti
menganjurkannya menonton
TV yang ada diruangan,
menganjurkan untuk bercakap-
cakap dengan orang yang ada
disekitarnya atau dengan pasien
yang ada disebelahnya
g. Pasien mengalami kebas
dibagian lengan dan punggung,
dikarenakan adanya bekas luka
operasi/nyeri visceral.
Ganguan citra tubuh a. Diskusikan persepsi pasien S:pasien mengatakan malu
Rabu, 02 Juni 2016 tentang citra tubuhnya yang dengan keadaannya yang
dulu dan saat ini, perasaan dan sekarang.
harapan yang dulu dan saat ini
terhadap citra tubuhnya. O: ekspresi wajah terlihat
b. Diskusikan potensi tubuh lemah, gelisah, pasien malu
yang lain. untuk berinteraksi dengan
c. Bantu pasien untuk mening orang disekitarnya.
katkan fungsi bagian tubuh
yang terganggu. A:masalah teratasi sebagian
d. Ajarkan untuk mening
katkan citra tubuh P: intervensi dilanjutkan
Ganguan citra tubuh a. Mengkaji skala nyeri. S:pasien mengata kan masih
Kamis, 03 Juni 2016 b. Memperhatikan lokasi dan lemah dan masih terasa nyeri
intensitas nyeri. dipayudara dan sekitar luka,
c. Mengobservasi tanda-tanda menggunakan teknik relaksasi
vital. jika nyeri muncul.
d. Mengajarkan teknik relaksasi
(teknik tarik nafas dalam). O: skala nyeri 6, terlihat lemah,
jika berjalan masih terlihat
menahan nyeri, gelisah masih
ada. TD:120/80mmHg, HR: 80
x/i, RR: 20 x/i

A:masalah teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkan

Sumber : file:///C:/Users/MARYAMA%20NUR/Downloads/132500124.pdf

Anda mungkin juga menyukai