net/publication/301222911
CITATIONS READS
0 34,884
1 author:
Nusdianto Triakoso
Airlangga University
48 PUBLICATIONS 6 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Nusdianto Triakoso on 13 April 2016.
Nusdianto Triakoso
Glukokortikoid
Kortikosteroid adalah hormon yang disekresi oleh kelenjar adrenal. Hormon-hormon
tersebut bervarisi kerjanya dalam menghambat respon inflamasi dan mendorong
glukoneogenesis (glukokortikoid) dan mendorong retensi natrium danmelepas kalium
dari tubuh (mineralokortikoid). Lebih dari 95 % glukokortikoid yang disekresi anjing
adalah glukokortikoid. Kortikosteroid eksogen sangat banyak digunakan sebagai terapi
dalam dunia veteriner. Obat-obat tersebut umumnya ditujukan untuk pengobatan anti-
inflamasi, pruritus, penyakit imunologis, sehingga istilah kortikosteroid lebih
diasumsikan sebagai glukokortikoid.
Fisiofarmakologi
Glukokortikoid mempunayu dampak pada seluruh sel dalam tubuh melalui berbagai
cara. Efek farmakologi glukokortikoid lebih bervariasi disbanding efek fisiologi dan
bergantung pada tipe dan dosis glukokortikoid yang digunakan. Sejumlah kecil
kortikosteroid, 0,5-1 mg/kg perhari hydrocortisone, diperlukan untuk memberikan
efek fisiologi normal dari hari ke hari pada anjing yang tidak stress untuk
mempertahankan distribusi air tubuh, aktifitas otak, dan kekuatan otot jantung dan otot
alat gerak.
Nusdianto Triakoso
glumerular filtration rate (GFR), menghambat aksi antidiuretik hormone (ADH) pada
tubulus renalis dan meningkatkan inaktivasi ADH.
Nusdianto Triakoso
Macam-Macam Glukokortikoid
Antiinflamatory (antiallergic)
Inflamasi sebagai respon kondisi alergi, seperti dermatopati atau gigitan serangga,
biasanya memberikan respon baik terhadap terapi glukokortikoid. Glukokortikoid
seringkali digunakan dalam terapi alergi dermatosa (atopi, flea allergy, dan alergi
makanan). Dosis induksi menggunakan prednisone atau prednisolone 0,5-1,1 mg/kg
per hari hingga pruritus membaik, kemudian dosisnya dikurangi. Dibanding anjing,
kucing membutuhkan dosis glukokortikoid dua kali lebih banyak untuk induksi dan
maintenance. Pada sebagian besar kasus, etiologi penyakitnya harus diatasi karena
terapi glukokortikoid lebih ditujukan sebagai paliatif, bukan kuratif. Secara umum,
penggunaan berulang long-acting glukokortikoid, repositol ester tidak dianjurkan untuk
terapi pruritus dermatosa karena efek yang ditimbulkan akibat penggunaan jangka
panjang.
Imunosupresi
Glukokortikoid juga seringkali digunakan pada kasus penyakit imunologis (hemolitik
anemia, trombositopenia, sistemik lupus eritematosus, pemfigus). Pada kasus hemolitik
dan trombolitik, glukokortikoid dalam meningkatkan masa hidup (lifesaving) Dosis
Nusdianto Triakoso
yang disarankan adalah 2,2-6,6 mg/kg per hari dengan prednisone atau prednisolone.
Pada periode induksi, dosis harian dapat dibagi dan diberikan tiap 8-12 jam. Untuk
efek yang cepat dapat diberikan parenteral kemudian diikuti pemberian peroral. Dosis
induksi diberikan selama 7-10 hari atau bergantung kebutuhan, melihat respon pasien
dan kemduian secara bertahap dosisnya diturunkan.
Shock
Glukokortikoid disarankan digunakan dalam mengatasi berbagai macam shock.
Langkah ini sebetulnya juga masih menimbulkan kontroversi, khususnya dalam
tatalaksana penanganan shock akibat hemoragis. Septik shock (endotoksik shock)
biasanya responsive dengan terapi glukokortikoid.
Jika digunakan dalam tatalaksana shock, dapat digunakan dosis yang lebih besar.
Penggunaan prednisone atau methylprednisone direkomendasikan 15-30 mg/kg atau
dexamethasone 4-8 mg/kg. Penggunaan kortikosteorid tidak dapat menggantikan
terapi cairan pada pasien yang membutuhkan atau penangan suportif yang lain.
Kontraindikasi
Penyakit infeksius
Glukokortikoid bersifat imunosupresif, sehingga merupakan kontraindikasi bila
diberikan pada kasus penyakit infeksius, baik bakterial ataupun fungal. Hasil penelitian
menunjukkan anjing yang mengalami bakterimia bila diberikan glukokortikoid akan
mengalami kematian. Pertimbangan yang masih diperkenankan dalam penggunaan
glukokortikoid adalah dalam upaya menekan infamasi akut berat dan mengancam
nyawa pasien. Indisriminasi penggunaan glukokortikoid pada pasien infeksi tidak
dijamin. Jika hewan dalam pengobatan glukokortikoid jangka panjang, kekebalan
tubuh host akan tertekan dan harus selalu dipantau perkembangan infeksinya.
Pemberian glukokortikoid lebih dari 6 bulan untuk mengobati penyakit kulit pada
anjing akan menimbulkan risiko lebih dari dua kali lipat berkaitan dengan penyakit
saluran perkemihan terutama pada anjing betina.
Nusdianto Triakoso
Perdarahan dan atau perforasi gastrik dan intestinal
Glukokortikoid akan mempengaruhi mekanisme pertahanan mukosa. Glukokortikoid
juga akan menggangu aliran darah mukosa lambung, selanjutnya mempengaruhi
produksi mukus, merangsang sekresi gastrin dan menurunkan pembaharuan sel-sel
mukosa gastrointestinal.
Perdarahan gastrointestinal dan perforasi kolon pada anjing telah diketahui pada anjing
yang diberikan glukokortikoid.
Diabetes mellitus
Glukokortikoid mempunyai sifat anti insulin yang berpengaruh terhadap pengobatan
diabetes mellitus. Glukokortikoid juga bersifat glukoneogenik dan meningkatkan
kebutuhan insulin. Pengaruh terhadap pengobatan diabetes akan timbul akibat
pemberian glukokortikoid peroral, parenteral dan topikal.
Pankreatitis
Terapi glukokortikoid diduga menjadi predisposisi penyebab pankreatitis akut pada
manusia dan anjing. Glukokortikoid akan meningkatkan viskositas sekresi pankreas,
hyperplasia duktus pankreas dan lipemia. Semua factor tersebut memberi kontribusi
terjadi pankreatitis akut. Meskipun beberapa data masih meragukan akibat
penggunaan glukokortikoid terhadap kejadian pankreatitis akut. Namun pankreatitis
akut harus tetap dipertimbangkan bila anjing mengalami anoreksia atau vomit setelah
pemberian glukokortikoid.
Penyakit Renal
Glukokortikoid harus digunakan secara hati-hati pada pasien dengan penyakit
ginjal/renal. Rasio risiko dan keuntungan harus dipertimbangkan dengan baik pada
tiap-tiap pasien dan masing-masing kasus. Glukokortikoid akan meningkatkan
katabolisme protein, menyebabkan peningkatan konsentrasi nitrogen yang akan
memperparah kasus gagal ginjal dan azotemia.
Ulserasi kornea
Pemberian glukortikoid ophtalmik merupakan kontraindikasi pada kasus ulserasi
kornea karena akan memperlama proses kesembuhan dan menyebabkan perforasi
kornea.
Nusdianto Triakoso
reproduksi anjing betinda dan menyebabkab atrofi testis serta oligospermia pada anjing
jantan. Namun efek ini bersifat reversible.
Cromolyin
Cromolin akan menstabilkan sel mast, dengan mencegah degranulasi dan pelepasan
histamin selanjutnya. Pada manusia, biasanya dalam bentuk dry-phase nebulized dan
inhalasi untuk mencegah asthma dan digunakan pada cairan ophtalmik untuk
mencegah konjungtivitis alergi. Karena juga dibutuhkan dalam bentuk topikal
cromolyn juga digunakan dalam dunia veteriner. Meski diklasifikasikan sebagai
bronchodilator, methylxantien dan beta agonist sangat baik pada kasus penyakit
respirasi akibat alergi dengan menstabilkan mast sel.
Antihistamine
NSAID’s
Aspirin
Phenylbutazone
Dypirone
Flunixin
Piroxicam
Acetaminophen
Naproxen
Ibuprofen
Nusdianto Triakoso