Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/301222911

PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID DAN NON STEROID ANTI-INFLAMMATORY


DRUG'S

Presentation · June 2008


DOI: 10.13140/RG.2.1.4230.4400

CITATIONS READS
0 34,884

1 author:

Nusdianto Triakoso
Airlangga University
48 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Nusdianto Triakoso on 13 April 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID DAN
NON STEROID ANTI-INFLAMMATORY DRUG’S

Nusdianto Triakoso

Glukokortikoid
Kortikosteroid adalah hormon yang disekresi oleh kelenjar adrenal. Hormon-hormon
tersebut bervarisi kerjanya dalam menghambat respon inflamasi dan mendorong
glukoneogenesis (glukokortikoid) dan mendorong retensi natrium danmelepas kalium
dari tubuh (mineralokortikoid). Lebih dari 95 % glukokortikoid yang disekresi anjing
adalah glukokortikoid. Kortikosteroid eksogen sangat banyak digunakan sebagai terapi
dalam dunia veteriner. Obat-obat tersebut umumnya ditujukan untuk pengobatan anti-
inflamasi, pruritus, penyakit imunologis, sehingga istilah kortikosteroid lebih
diasumsikan sebagai glukokortikoid.

Fisiofarmakologi
Glukokortikoid mempunayu dampak pada seluruh sel dalam tubuh melalui berbagai
cara. Efek farmakologi glukokortikoid lebih bervariasi disbanding efek fisiologi dan
bergantung pada tipe dan dosis glukokortikoid yang digunakan. Sejumlah kecil
kortikosteroid, 0,5-1 mg/kg perhari hydrocortisone, diperlukan untuk memberikan
efek fisiologi normal dari hari ke hari pada anjing yang tidak stress untuk
mempertahankan distribusi air tubuh, aktifitas otak, dan kekuatan otot jantung dan otot
alat gerak.

Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak


Glukokortikoid akan meningkatkan glukosa darah melalui glukoneogenesis dan insulin
anatagonisme. Glukokortikoid akan menginduksi sintesis enzim-enzim hepar seperti
glukosa-6-fosfatase yang mengkatalisis sintesis glukosa. Begitu glukosa darah
meningkat, akan timbul sekresi insulin sebagai kompensasi. Glukokortikoid juga
mendorong sintesis glikogen hepar. Pada defisiensi glukokortikoid, kekurangan
makanan akan menimbulkan kehilangan glikogen, dan meningkatkan potensi
hipoglisemia.
Glukokortikoid juga mendorong glukoneogensis melalui mobilisasi asam amino dari
jaringan perifer dan memfasilitasi pembongkaran trigliserida pada jaringan lemak. Efek
protelisis dan lipolisis ini akan meningkatkan asam lemak dan asam amino, yang mana
kedua substrat tersebut merupakan bahan glikogen hepar.

Distribusi air dan elektrolit


Kortisol dan beberapa glukokortikoid sintetik lain mempunyai efek mineralokortikoid
yang mana mendorong retensi natrium, eksresi kalium dan ekspansi volume cairan
ekstraseluler. Terapi glukokortikoid akan menyebabkan diuresis melalui peningkatan

Nusdianto Triakoso
glumerular filtration rate (GFR), menghambat aksi antidiuretik hormone (ADH) pada
tubulus renalis dan meningkatkan inaktivasi ADH.

Efek pada tubuh


Kadar fisiologis dari glukokortikoid dibutuhkan dalam mempertahankan hampir
seluruh sistem tubuh. Banyak pengaruh-pengaruh pada tubuh yang diakibatkan
pemberian glukokortikoid dan berpengaruh pada peningkatan dosis secara langsung,
potensi dan durasi treatment.
Pada saluran pencernaan, glukokortikoid menyebabkan peningkatan asm lambung dan
sekresi pepsin serta merangsang sekresi pancreas. Vakuolisasi hepatosit dan induksi
isoenzim alkalin fosfatase juga berhubungan dengan pemberian glukokortikoid pada
anjing.
Pemberian glukokortikoid juga berdampak pada system musculoskeletal,
menyebabkan kelemahan muskulus dan atrofi. Interferensi dengan pelepasan growth
hormone akan menyebabkan menurunnya pertumbuhan fibrocartilage dan
menurunkan matrik tulang.
Dosis farmakologi berpengaruh pada sistem endokrin. Hormon lain yang dipengaruhi
adalah TSH, GH, FSH, LH dan prolactin.
Glukokortikoid juga mempunyai efek secara signifikan pada sistem hematology dan
imun. Glukokortikoid akan merangsang produksi sel darah merah dan meningkatkan
platelet dalam sirkulasi, namun menekan platelet agregasi. Glukokortikoid eksogen
meningkatkan netrofil sirkulasi danmenurunkan limfosit, eosinofil dan basofil.

Fungsi Antiinflamasi dan imunosupresif


Dosis farmakologi glukokortikoid akan menyebabkan limfopenia. Pada hewan sangat
sensitive terhadap steroid (tikus, mencit dan kelinci) akan terjadi limfolisis. Sedang
pada hewan yang tahan terhadap steroid (kuda, sapi, anjing dan kucing, termasuk
manusia) lisis pada limfosit normal tidak terjadi. Perkeculaian terjadi pada limfosit
neoplastik. Pada hewan yang tahan steroid, glukokortikoid akan menyebabkan
redistribusi limfosit ke daerah ekstravaskular. Sel T lebih kena dampak dibanding sel
B. Penurunan limfosit dalam sirkulasi juga berdampak pada respon atau reaksi
inflamasi dan imunologi. Glukokortikoid punya efek pada sel B secara tidak langsung
melalui modulasi sel-sel asesoris.
Asam arakidonat yang berperan penting dalam proses inflasi juga dipengaruhi oleh
glukokortikoid. Lipomodulin adalah anti inflamasi protein yang penting diinduksi oleh
interaksi steroid-reseptor-nuclear, menghambat fosfolipasi A2 yang secara normal
mengkonversi membrane fosfolipid menjadi asam arakidonat (AA). AA adalah
prekursor mediator inflamasi yang poten, baik pada jalur siklooksigenase dan
lipooksigenase, seperti prostaglandin, prostasiklin, tromboksan, leukotrien.
Glukokortikoid adalah terapeutik agen yang menghambat kedua jalur inflamasi AA.

Nusdianto Triakoso
Macam-Macam Glukokortikoid

OBAT POTENSI Duration of Action


(jam)
Short acting
Hydrocortisone (Cortisol) 1 8-12
Intermediate acting
Prednisone 4 12-36
Prednisolone 4 12-36
Methylprednisolone 5 12-36
Triamcinolone 5 12-36
Long acting
Dexamethasone 30 >48
Betamethasone 35 >48

Penggunaan Klinik Glukokortikoid

Defisiensi glukokortikoid endogenous


Terapi hipoadrenokortisism primer membutuhkan pemberian mineralokortikoid dan
glukokortikoid. Pada anjing terapi glukokortikoid menggunakan dosis 0,5-1,1 mg/kg
perhari Hydrocortisone. Dosis equivalen prednisone atau prednisolone adalah 0,11-0,22
mg/kg per hari. Beberapa anjing mungkin membutuhkan dosis yang lebih rendah
karena mengalami poliuria dan polidipsia pada dosis yang disarankan.

Antiinflamatory (antiallergic)
Inflamasi sebagai respon kondisi alergi, seperti dermatopati atau gigitan serangga,
biasanya memberikan respon baik terhadap terapi glukokortikoid. Glukokortikoid
seringkali digunakan dalam terapi alergi dermatosa (atopi, flea allergy, dan alergi
makanan). Dosis induksi menggunakan prednisone atau prednisolone 0,5-1,1 mg/kg
per hari hingga pruritus membaik, kemudian dosisnya dikurangi. Dibanding anjing,
kucing membutuhkan dosis glukokortikoid dua kali lebih banyak untuk induksi dan
maintenance. Pada sebagian besar kasus, etiologi penyakitnya harus diatasi karena
terapi glukokortikoid lebih ditujukan sebagai paliatif, bukan kuratif. Secara umum,
penggunaan berulang long-acting glukokortikoid, repositol ester tidak dianjurkan untuk
terapi pruritus dermatosa karena efek yang ditimbulkan akibat penggunaan jangka
panjang.

Imunosupresi
Glukokortikoid juga seringkali digunakan pada kasus penyakit imunologis (hemolitik
anemia, trombositopenia, sistemik lupus eritematosus, pemfigus). Pada kasus hemolitik
dan trombolitik, glukokortikoid dalam meningkatkan masa hidup (lifesaving) Dosis

Nusdianto Triakoso
yang disarankan adalah 2,2-6,6 mg/kg per hari dengan prednisone atau prednisolone.
Pada periode induksi, dosis harian dapat dibagi dan diberikan tiap 8-12 jam. Untuk
efek yang cepat dapat diberikan parenteral kemudian diikuti pemberian peroral. Dosis
induksi diberikan selama 7-10 hari atau bergantung kebutuhan, melihat respon pasien
dan kemduian secara bertahap dosisnya diturunkan.

Cerebrospinal trauma dan edema


Glukokortikoid dapat digunakan untuk merununkan edema dan inflamasi berkaitan
dengan tumor otak, tapi umumnya digunakan dalam terapi trauma otak dan spinal cord
(tulang belakang). Pada kucing dapat digunakan 15-30 mg/kg methylprednisolone IV
pada kasus trauma spinal cord atau menggunakan dexamethasone 2,5-5 mg/kg. Dosis
berikutnya untuk methylprednisolone harus diberikan dalam 3-4 jam, selanjutnya
dosis diturunkan secara bertahap tiap 12 jam. Terapi dapat dilakukan 5-7 hari
bergantung pada respond dan efek samping pada pasien yang bersangkutan.

Shock
Glukokortikoid disarankan digunakan dalam mengatasi berbagai macam shock.
Langkah ini sebetulnya juga masih menimbulkan kontroversi, khususnya dalam
tatalaksana penanganan shock akibat hemoragis. Septik shock (endotoksik shock)
biasanya responsive dengan terapi glukokortikoid.
Jika digunakan dalam tatalaksana shock, dapat digunakan dosis yang lebih besar.
Penggunaan prednisone atau methylprednisone direkomendasikan 15-30 mg/kg atau
dexamethasone 4-8 mg/kg. Penggunaan kortikosteorid tidak dapat menggantikan
terapi cairan pada pasien yang membutuhkan atau penangan suportif yang lain.

Kontraindikasi

Penyakit infeksius
Glukokortikoid bersifat imunosupresif, sehingga merupakan kontraindikasi bila
diberikan pada kasus penyakit infeksius, baik bakterial ataupun fungal. Hasil penelitian
menunjukkan anjing yang mengalami bakterimia bila diberikan glukokortikoid akan
mengalami kematian. Pertimbangan yang masih diperkenankan dalam penggunaan
glukokortikoid adalah dalam upaya menekan infamasi akut berat dan mengancam
nyawa pasien. Indisriminasi penggunaan glukokortikoid pada pasien infeksi tidak
dijamin. Jika hewan dalam pengobatan glukokortikoid jangka panjang, kekebalan
tubuh host akan tertekan dan harus selalu dipantau perkembangan infeksinya.
Pemberian glukokortikoid lebih dari 6 bulan untuk mengobati penyakit kulit pada
anjing akan menimbulkan risiko lebih dari dua kali lipat berkaitan dengan penyakit
saluran perkemihan terutama pada anjing betina.

Nusdianto Triakoso
Perdarahan dan atau perforasi gastrik dan intestinal
Glukokortikoid akan mempengaruhi mekanisme pertahanan mukosa. Glukokortikoid
juga akan menggangu aliran darah mukosa lambung, selanjutnya mempengaruhi
produksi mukus, merangsang sekresi gastrin dan menurunkan pembaharuan sel-sel
mukosa gastrointestinal.
Perdarahan gastrointestinal dan perforasi kolon pada anjing telah diketahui pada anjing
yang diberikan glukokortikoid.

Diabetes mellitus
Glukokortikoid mempunyai sifat anti insulin yang berpengaruh terhadap pengobatan
diabetes mellitus. Glukokortikoid juga bersifat glukoneogenik dan meningkatkan
kebutuhan insulin. Pengaruh terhadap pengobatan diabetes akan timbul akibat
pemberian glukokortikoid peroral, parenteral dan topikal.

Pankreatitis
Terapi glukokortikoid diduga menjadi predisposisi penyebab pankreatitis akut pada
manusia dan anjing. Glukokortikoid akan meningkatkan viskositas sekresi pankreas,
hyperplasia duktus pankreas dan lipemia. Semua factor tersebut memberi kontribusi
terjadi pankreatitis akut. Meskipun beberapa data masih meragukan akibat
penggunaan glukokortikoid terhadap kejadian pankreatitis akut. Namun pankreatitis
akut harus tetap dipertimbangkan bila anjing mengalami anoreksia atau vomit setelah
pemberian glukokortikoid.

Penyakit Renal
Glukokortikoid harus digunakan secara hati-hati pada pasien dengan penyakit
ginjal/renal. Rasio risiko dan keuntungan harus dipertimbangkan dengan baik pada
tiap-tiap pasien dan masing-masing kasus. Glukokortikoid akan meningkatkan
katabolisme protein, menyebabkan peningkatan konsentrasi nitrogen yang akan
memperparah kasus gagal ginjal dan azotemia.

Ulserasi kornea
Pemberian glukortikoid ophtalmik merupakan kontraindikasi pada kasus ulserasi
kornea karena akan memperlama proses kesembuhan dan menyebabkan perforasi
kornea.

Penyakit yang berhubungan dengan hormone hipofifis


Glukokortikoid akan mempengaruhi sekresi TSH menyebabkan atrofi tiroid sekunder.
Glukokortikoid mempunyai efek menekan GH dan sekresi somatomedin dan efek-
efeknya. Glukokortikoid akan memperlambat penutupan epifisis tulang panjang
sehingga akan menggangu pertumbuhan hewan muda.
Kebuntingan dan fertilitas juga terganggu dengan pemberian glukokortikoid.
Penghambatan sekresi gonadotropin akan menggangu fertilitas dan menyebabkan
abortus pada hewan bunting. Penekanan pada FSH dan LH akan mengganggu siklus

Nusdianto Triakoso
reproduksi anjing betinda dan menyebabkab atrofi testis serta oligospermia pada anjing
jantan. Namun efek ini bersifat reversible.

Obat Anti Inflamasi Lain

Agen yang menyebabkan pelepasan atau mengikat histamin


Histamin memegang peranan penting dalam proses inflamasi awal. Secara klinis
histamine sangat penting sebagai mediator hanya dalam kasus alergi.

Cromolyin
Cromolin akan menstabilkan sel mast, dengan mencegah degranulasi dan pelepasan
histamin selanjutnya. Pada manusia, biasanya dalam bentuk dry-phase nebulized dan
inhalasi untuk mencegah asthma dan digunakan pada cairan ophtalmik untuk
mencegah konjungtivitis alergi. Karena juga dibutuhkan dalam bentuk topikal
cromolyn juga digunakan dalam dunia veteriner. Meski diklasifikasikan sebagai
bronchodilator, methylxantien dan beta agonist sangat baik pada kasus penyakit
respirasi akibat alergi dengan menstabilkan mast sel.

Antihistamine

NSAID’s

Aspirin
Phenylbutazone
Dypirone
Flunixin
Piroxicam
Acetaminophen
Naproxen
Ibuprofen

Nusdianto Triakoso

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai