Anda di halaman 1dari 129

BAB IV

KONSELING ISLAMI DI MADRASAH


A. Temuan Umum
1. Praktik Konseling Islami Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan, merupakan salah satu Madrasah Aliyah
Negeri yang ada di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia yang bertaraf Internasional
berakreditasi "A". Sama dengan MA pada umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di
MAN 1 Medan ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas X sampai Kelas
XII. Pada tahun 2013, sekolah ini menggunakan Kurikulum 2013. Madrasah Aliyah Negeri
1 Medan (MAN 1 Medan) pada awal berdirinya merupakan Sekolah Persiapan Institut
Agama Islam Negeri yang disingkat SPIAIN. SPIAIN ini berdiri tanggal 1 Februari 1968
bertempat di gedung Sekolah Hakim Jaksa Negeri di Jalan Imam Bonjol. Selanjutnya
SPIAIN ini pindah ke gedung Yayasan Pendidikan Harapan dengan peserta didik berjumlah
19 orang. Terhitung tanggal 1 April 1979 pemerintah merubah seluruh SPIAIN, PHIAIN,
SGHA, PPPUA dan yang lainnya menjadi Madrasah Aliyah Negeri. SPIAIN Sumatera Utara
juga berubah menjadi MAN dengan gedung tetapnya ada di kompleks IAIN Sumut jalan
Sutomo Ujung Medan. Pada tahun tahun 1980 dan 1981 telah di bangun gedung MAN
Medan di Jalan Williem Iskandar. Selanjutnya MAN Medan pindah ke lokasi baru tersebut.
Pada tahun 1984 Bapak Drs. H. Mukhtar Ghaffar diangkat menjadi Pengawas Pendidikan
Agama Kanwil Depag Provinsi Sumatera Utara. Sebagai penggantinya adalah Bapak Drs. H.
Nurdin Nasution. Selanjutnya terjadi pergantian kepemimpinan di MAN Medan seperti
diuraikan berikut :
1) Tahun 1979 s/d 1984 dipimpin oleh Bapak Drs.H.Mukhtar Ghaffar
2) Tahun 1984 s/d 1987 dipimpin oleh Bapak Drs.H. Nurdin Nasution
3) Tahun 1987 s/d 1993 dipimpin oleh Bapak Drs.H. Musa HD
4) Tahun 1993 s/d 1996 dipimpin oleh Bapak Drs. H. Suangkupon Siregar
5) Tahun 1996 s/d 2000 dipimpin oleh Bapak Drs. H.Miskun
6) Tahun 2000 s/d 2007 dipimpin oleh Ibu Dra. Hj. Fatimah Ibrahim
7) Tahun 2007 s/d 214 dipimpin oleh Bapak Dr. Burhanuddin S.Ag, M.Pd
8) Tahun 2014 s/d Sekarang dipimpin oleh Bapak H. Ali Masran Daulay, S.Pd,
Pada masa kepemimpinan bapak Drs.H.Musa HD terjadilah perubahan MAN Medan
menjadi MAN-1 Medan. Ketika terjadi perubahan tuntutan kebutuhan terhadap kualitas
guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mensyaratkan lulusan Diploma II,
maka PGAN 6 tahun dilikuidasi oleh pemerintah menjadi MAN pada tahun 1992. Maka sejak
itulah MAN Medan berubah menjadi MAN-1 Medan.
Mengenai Profil MAN 1 Medan dapat dilihat sebagai mana di bawah ini:

Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan


Nomor Statistik Sekolah : 311127503010
Nomor Pokok Sekolah Nasional : 10210403
(NPSN)
Berdiri Sejak : Tahun 1979
Akreditasi : A
Alamat : Jl. Williem Iskandar No. 7B Medan 20222
Nomor Telepon : 061-4159623
Email : info@man1medan.sch.id
Nama Kepala Sekolah : Maisaroh Siregar. S.Pd, M.Si
Kurikulum : KTSP MAN 1 Medan
Jumlah Guru : 111 Orang
Jumlah Pegawai : 31 Orang
Jumlah Siswa : 1585 Siswa
Jumlah Rombongan Belajar : 38 Rombel
Luas Tanah : 4.704 m2
Jenis bangunan : Permanen bertingkat lantai 2

a. Lokasi MAN 1 Medan


Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan terletak wilayah yang strategis di antara kota
Medan dengan Kabupaten Deli Serdang dan kendraan umum dapat menjakaunya. Untuk
kegiatan belajar dan mengajar sangat baik dilakukan karena terletak dipinggiran kota jauh
dari kebisingan kendraan dan banyaknya warga masyarakat serta pabrik.

b. Sarana dan Prasarana


Jumlah Kelas di MAN 1 Medan tahun ajaran 2015/2016 saat ini berjumlah 40 rombel
yang terdiri dari:
1) Kelas X sebanyak 16 ruangan, dengan rincian sebagai berikut jurusan IPA ada 9 kelas (X
IPA 1-8 ditambah dengan kelas pertiwi), jurusan agama ada 2 kelas (Agama 1 -2), jurusan
IPS ada 5 (IPS 1-5)
2) Kelas XI sebanyak 14 ruangan (XI IPA 1-8, XI IPS 1-3, XI Agama 1-2, XI Bahasa)
3) Kelas XII sebanyak 10 ruangan (XII IPA 1-6, XII IPS 1-3, XII Agama) Berdasarkan
observasi yang yang peneliti lakukan pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, tergambar
nyata bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
dapat dilihat dalam table berikut ini:
Tabel: 1
Sarana dan Prasarana MAN 1 Medan
No Jenis sarana/ Prasarana Jumlah Keterangan
1 Tanah
a. Luas tanah 4704 m Hibah
b. Luas Bangunan 3500 m Permanen
c. Luas Halaman 1204 m Permanen
2 Sarana dan Prasarana Belajar
a. Ruang belajar
b. Meja murid
c. Kursi Murid
d. Papan Tulis
Permanen
e. Meja guru di kelas
Bagus
f. Kursi guru
g. Lemari
h. Komputer
i. LCD/ Infokus
j. Layar proyektor
3 Sarana dan Prasarana Kantor
a. Computer/ printer
b. Lemari
c. File cabinet
d. Meja Kepala Madrasah
e. Kursi kepala Madrasah
f. Meja Tata Usaha
g. Kursi Tata Usaha
h. Meja bendahara
i. Kursi Bendahara
j. Sofa
4 Ruangan
a. Ruang kepala Madrasah
b. Ruang Administrasi / Tata
Usaha
c. Ruang Bendahara Ruang
UKS Ruang Guru
d. Dapur umum Guru
e. Ruang Laboratorium
Bahasa
f. Ruang Laboratorium Fisika
g. Ruang Laboratorium
Kimia
h. Ruang Laboratorium
Biologi
i. Ruang Laboratorium
Komputer
j. Ruang Lab. Keterampilan
k. Ruang Perpustakaan Ruang
eksekutif
l. Ruang Fitnes
m. Ruang Aula
n. Ruang ISO
o. Ruang OSIS
p. Ruang BK
q. Ruang Alumni
r. Ruang Paskibra
s. Ruang Pramuka
t. Kamar mandi
u. Ruang Penjaga Madrasah
v. Pentas Kreasi Seni (Pensi)
Gudang
5 Mesjid
Kantin
Pendopo
Apotik hidup/ Taman Madrasah
Pot bunga
Sumber :Arsip Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan TP. 2017/2018

c. Visi, Misi dan Tujuan


MAN 1 Medan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pendidikan yang bermutu
bagi masyarakat untuk tingkat aliyah. Ada dua tema utama yang diusung dalam
melaksanakan tugas pokok tersebut yaitu Ilmu pengetahuan dan Teknologi serta Iman dan
Taqwa. Tema ini di dasari oleh kenyataan pada saat ini dimana kehidupan manusia yang
tidak terlepas dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, Iptek telah melahirkan satu
permasalahan baru yaitu degradasi akhlak. Banyak manusia yang merasa terasing dan
kehilangan makna hidup. Oleh karena itu peran Iman dan Taqwa sangat diperlukan dalam
mendasari prilaku manusia dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu MAN 1 Medan
menetapkan Visi dan Misi sebagai berikut :
Visi : Bertaqwa, Berilmu Pengetahuan dan Populis serta Berwawasan Lingkungan
Misi :
1. Memiliki akhlakul karimah
2. Mengamalkan dan menyampaikan ajaran Islam
3. Mampu melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi
4. Produktif mengisi pembangunan nasional
5. Meningkatkan profesional guru
6. Melaksanakan pembelajaran sistematis dan berteknologi
7. Meningkatkan peran serta orangtua siswa, masyarakat dalam pengelolaan
pendidikan
8. Melestarikan lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah dan mencegah
pencemaran serta menciptakan Green School.
Secara keseluruhan Misi bermuara kepada Visi yang telah dirumuskan di atas. Tujuan
yang ingin dicapai oleh MAN 1 Medan adalah sebagai lembaga yang ada ditengah-
tengah masyarakat, serta mampu memenuhi harapan masyarakat dan mampu bersaing, serta
sejajar dengan sekolah-sekolah umum bahkan memiliki nilai tambah yaitu nilai keagamaan
lebih mewarnai.
Untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat tersebut, MAN 1 melakukan
upaya-upaya sebagai langkah peningkatan kualitas output madrasah, seperti menjalin
kerjasama dengan mitra pendidikan, menjalin kerjasama dengan wali murid lewat kelas
moral, komite madrasah, serta membenahi sarana dan prasarana pembelajaran.
Jurusan-Jurusan yang ada di MAN 1 Medan ada ada empat jurusan yaitu:
1. IPA = Ilmu Pengetahuan Alam. Rumpun ilmu-ilmu ini adalah Matematika IPA, Fisika,
Kimia, Biologi
2. IPS = Ilmu Pengetahuan Sosial . Rumpun ilmu ini adalah Sejarah, Geografi, Ekonomi,
Sosiologi, Akuntansi
3. IPB = Ilmu Pengetahuan Bahasa. Rumpun ilmu pengetahuan ini adalah Antropologi,
Sastra Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Jerman
4. IA = Ilmu Agama. Rumpun dari llmu ini adalah Ilmu Kalam, Tafsir Imu Tafsir, Hadits
Ilmu Hadis, Fiqih, Ushul fikih, SKI.

d. Rekapitulasi Guru
Berdasarkan data dan hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan, jumlah guru
dan murid dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel : 2
Rekapitulasi Tenaga Personil Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan

No Status K W G L P B P P P P Jlh
Kepegawai a u A u K e i e e
an m K r B s g k g g
a M u t e k t
d a T t o e
k U m k
a p n
1 Guru Neg. 1 6 52 5 1 .. 65

2 PNS 1 8 9
3 Guru Swasta 24 1 3 2 30
4 Pegawai 1 3 15 2 1 22

5 Jumlah 1 6 76 6 3 3 23 3 4 1 126
Sumber: Laporan dari KTU MAN 1 Medan, Tahun 2017/2018

Tabel diatas dan dikaitkan pengamatan peneliti berdasarkan data dokumentasi sekolah
Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, menunjukkan jumlah personil guru yang telah diberi tugas
dan pegawai menurut bidang keahliannya secara menyeluruh. Selanjutnya mengenai
rekapitulasi siswa siswi MAN 1 Medan, menurut jenjang kelas dan spesifikasi jurusan yang
telah ditetapkan berdasarkan dokumen pada Madrasah.

e. Rekapitulasi Siswa.
Jumlah siswa yang belajar di MAN 1 Medan tentunya sangat signifikan sejelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Untuk mendukung terselenggaranya pendidikan dan pembelajaran di MAN 1 Medan,


maka pihak madrasah membuat uraian prosedur kegiatan dan tata tertib yang harus ditaati
oleh seluruh personil MAN 1 Medan:
Tabel : 4
Uraian prosedur & Tata Tertib Siswa MAN 1 Medan

No Uraian Prosedur Kreteria keberhasilan


1 Pembuatan/penyusunan peraturan dan
tata tertib madrasah.
2 WKM Kesiswaan bersama tim  Peraturan dan tata tertib sudah
penyusun peraturan dan tata tertib siap untuk disosialisikan
madrasah menyiapkan draft peraturan  Peraturan dan tata tertib
dan tata tertib madrasah madrasah telah selesai disusun
paling lama seminggu
sebelum tahun ajaran baru
dimulai
 Dokumen terkait berupa
peraturan dan tata tertib
madrasah telah di sahkan oleh
kepala Madrasah
3 Sosialisasi peraturan dan tata tertib
madrasah
4 WKM Kesiswaan bersama wali kelas  Peraturan dan tata tertib
serta seluruh personil pendidik telah diketahui/diterima oleh
dan tenaga kependidikan siswa dan orang tua/wali
mensosialisasikan peraturan dan tata siswa dengan menandatangani
tertib madrasah kepada siswa dan orang surat pemberitahuan peraturan
tua/wali siswa dan tata terib madrasah.
 Waktu sosialisasi paling lama
2 (dua) minggu setelah awal
tahun pembelajaran baru
dimulai
5 Pelaksanaan pembinaan disiplin siswa
atas peraturan dan tata tertib madrasah
6 WKM Kesiswaan dan seluruh  Seluruh personil pendidik
personil pendidik dan tenaga dan tenaga kependidikan aktif
kependidikan yang ada di MAN 1 dan bertanggung jawab atas
Medan melakukan pengawasan dan pelaksanaan pembinaan
pembinaan terhadap siswa MAN-1 disiplin siswa.
Medan.
7 Pelaksanaan pembinaan disiplin
siswa dilakukan sesuai dengan
peraturan dan tata tertib yang sudah
ditetapkan.
8 Pelaksanaan pembinaan dilakukan sejak
siswa hadir di gerbang madrasah
sampai siswa meninggalkan lingkungan
madrasah.
9 Penanganan pelanggaran disiplin
siswa atas peraturan dan tata tertib
madrasah
10 Apabila guru atau personil  Dokumen terkait berupa
pendidik dan tenaga kependidikan surat laporan pelanggaran
menemukan pelanggaran disiplin, maka disiplin yang ditandatangani
guru atau personil pendidik dan tenaga oleh pihak yang melaporkan
kependidikan yang bersangkutan tersedia.
menyerahkan laporan kepada wali kelas
dan guru pembimbing akademis.
11 Wali kelas dan guru pembimbing  Dokumen terkait berupa
akademis melakukan pembinaan berita acara hasil
terhadap siswa yang melakukan pembinaan siswa
pelanggaran disiplin
12 Wali kelas menyerahkan surat  WKM Kesiswaan telah
laporan pelanggaran disiplin dan berita menerima laporan pelanggaran
acara hasil pembinaan siswa kepada BK disiplin siswa
kemudian dilaporkan ke WKM
kesiswaan atau stafnya.
13 Hasil pembinaan setiap siswa dicatat  Dokumen terkait berupa buku
pada buku kasus yang ada pada kasus siswa.
guru BK dan WKM Kesiswaan
14 Pengenaan sanksi atas pelanggaran
disiplin siswa atas peraturan dan tata
tertib madrasah
15 Pengenaan sanksi dilakukan  Dokumen terkait berupa surat
berdasarkan banyaknya pelanggaran laporan pelanggaran disiplin,
disiplin yang telah dilakukan siswa serta berita acara hasil pembinaan
berdasarkan kadar kesalahan yang siswa, surat pernyataan siswa,
dilakukan siswa, berpedoman pada surat panggilan orang tua,
peraturan dan tata tertib madrasah. surat perjanjian orang tua,
surat pernyataan mematuhi
peraturan, berita acara hasil
rapat dewan kehormatan dan
surat pengembalian siswa
kepada orang tua.
16 Pelaporan Pembinaan Pelanggaran
Disiplin Siswa
17 WKM Kesiswaan menyusun  Kepala Madrasah menerima
rekapitulasi Laporan Kasus Siswa laporan kasus siswa.
kepada Kepala Madrasah setiap akhir  Dokumen terkait berupa
semester. rekapitulasi laporan kasus
siswa.
18 Semua catatan/rekaman yang  WKM Kesiswaan bertanggung
berhubungan dengan kegiatan jawab atas catatan/rekaman
penanganan pelanggaran disiplin siswa kegiatan pelanggaran disiplin
harus disimpan dan dipelihara oleh siswa.
WKM Kesiswaan.
Sumber data : Drs. Sunariadi Wakil Kepala Madrasah bidang Kesiswaan MAN 1 Medan
Untuk mengkontrol mutu dalam satuan pendidikan di MAN 1 Medan mempunyai
catatan mutu ialah sebagai berikut:
a. Peraturan dan Tata Tertib Madrasah
b. Surat Pemberitahuan Tata Tertib
c. Surat Pernyataan Mematuhi Peraturan
d. Surat Laporan Pelanggaran Disiplin
e. Berita Acara Hasil Pembinaan Siswa
f. Surat Pernyataan Siswa
g. Surat Panggilan Orang Tua
h. Surat Perjanjian Orang Tua
i. Berita Acara Hasil Rapat Dewan Kehormatan
j. Surat Pengembalian Siswa Kepada Orang Tua
k. Surat Izin Pulang
l. Surat Izin Permisi
m. Surat Izin Masuk
n. Buku Kasus Siswa
Di MAN 1 Medan Kriteria Keberhasilan dalam bidang kesiswaan yaitu terdapat
indikasi keberhasilan berupa pelaksanaan tata tertib sekolah dan perangkat pembinaan
disiplin siswa . Yang dimaksud dengan tata tertib siswa adalah seluruh ketentuan atau
perturan yang wajib dipatuhi, ditaati dan dilaksanakan oleh setiap siswa/siswi, tata tertib
siswa juga merupakan usaha untuk mematuhi ketentuan yang berlaku (khusus di MAN
1 Medan). Tata tertib siswa MAN 1 Medan meliputi:
a. Pakaian Seragam
Pakaian Seragam Siswa Putra:
1) Baju kemeja putih model sport lengan pendek (bukan model junkies), memakai saku
tanpa tutup di sebelah kiri dada, baju dimasukkan kedalam celana serta harus nampak
tali pinggang.Atribut pada baju lengkap, lambang ikhlas beramal di dada kiri, nama
siswa di dada kanan dan tulisan MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 MEDAN di
lengan baju sebelah kanan.
2) Celana panjang warna abu-abu model biasa tanpa lipatan, lebar bagian bawah tidak
menyempit dan maksimum 25 cm, saku biasa di samping kiri dan kanan, di belakang
satu di sebelah kanan memakai tutup, kain merek Varena No. 35.
3) Tali pinggang warna hitamlebar maksimum 4 cm.
3) Kaus kaki warna putih.Sepatu model putra bentuk rendah, warna hitam polos, bahan
dari kain atau kulit.
4) Pakaian olah raga sesuai dengan ketentuan Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan.
5) Diwajibkan memakai topi pet pada upacara hari Senin dan upacara hari-hari Besar
(tidak dibenarkan memakai peci lain, kecuali peci warna hitam di lingkungan
Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan).
b) Pakaian Seragam Siswa Putri
1) Blus berwarna putih panjang sampai 10 cm di atas lutut, lengan panjang memakai
manset, pakai kancing, leher bulat.
2) Memakai jilbab, warna putih diberi pita warna hitam 10 cm dari tepi jilbab, pita
dimasukkan ke jilbab dengan cabut benang.
3) Rok panjang warna abu-abu sampai dengan mata kaki dengan lipatan jumpa di depan
tanpa belahan, memakai saku samping, kain merek VARENA No. 35.
4) Kaus kaki panjang warna putih polos.
5) Atribut pada baju lengkap (seperti ketentuan siswa putra).
6) Sepatu model pentopel (tanpa tali), bentuk rendah, warna hitam polos, bahan dari kain
atau kulit.
c) Pakaian Seragam Pramuka Siswa Putra.
1) Kemeja lengan pendek, kerah model sport, memakai dua saku dengan tutup warna
coklat muda.
2) Lengan baju kanan berturut dari atas : Kota Medan, No. Gudep, Sumatera Utara
3) Pada saku kiri lambang Cikal Bakal Gerakan Pramuka.
4) Di atas saku kanan lambang nama dan lambang scouting boy
5) Tali pinggang lebar maksimum 4 cm, warna hitam.
6) Kaus kaki warna hitam polos
7) Sepatu hitam bentuk tumit rendah dengan tali sepatu warna hitam polos dari kain atau
kulit.
8) Pakaian pramuka lapangan tidak dibenarkan dipakai di lingkungan madrasah.
d) Pakaian Seragam Pramuka Untuk Siswa Putri
1) Blus panjang lengan pakai kancing pakai kerah senyawa dan memakai kancing warna
coklat.
2) Lengan baju kanan berturut dari atas : Kota Medan, No. Gudep, Sumatera Utara
3) Pada saku kiri lambang Cikal Bakal Gerakan Pramuka.
4) Di atas saku kanan lambang nama dan lambang scouting girl.
5) Memakai jilbab warna coklat tua polos.
6) Rok panjang sampai mata kaki dengan lipatan jumpa di depan, saku tersembunyi di
samping.
7) Kaus kaki panjang warna hitam polos.
8) Sepatu warna hitam polos (tanpa tali), tumit rendah, bahan dari kain atau kulit.
e) Penataan Rambut (Khusus Untuk Siswa Putra)
1) Bagian belakang tidak kena kerah baju.
2) Bagian samping tidak kena telinga.
3) Bagian atas dan di depan panjang maksimal 4 cm.
4) Rambut tidak boleh diberi warna dan disisir secara rapi.
1) Masuk Sekolah
a) Siswa-siswi harus berada di MAN 1 Medan paling lambat pukul 07.15 WIB.
b) Siswa-siswi yang terlambat setelah pukul 07.30 WIB tidak dibenarkan memasuki
kelasnya untuk mengikuti pelajaran dan harus menghadap kepada guru piket dan BK.
c) Siswa-siswi yang tidak dapat hadir mengikuti pelajaran karena sakit/halangan
penting harus menunjukkan surat yang sah atau memberitahukan secara langsung oleh
Orang Tua/Wali jika sakit lebih dari 3 (tiga) hari wajib memberikan surat keterangan
dokter ke madrasah.
d) Siswa-siswi yang tidak mengikuti proses belajar mengajar 90% dari jam tatap muka,
maka tidak memenuhi syarat untuk naik kelas.

2) Waktu Belajar
a) Sebelum belajar dimulai (pada jam pertama siswa/siswi terlebih dahulu berdo‟a
dengan membaca Ayat-ayat Al-Qur‟an, lalu memberi salam kepada Guru
dipimpin oleh seorang siswa yang ditunjuk, demikian juga pada akhir pelajaran
membaca Ayat-ayat Al-Qur‟an, siswa-siswi memberi salam kemudian siswa-siswi
keluar secara teratur dan rapi lalu disusul oleh guru yang bersangkutan. (Catatan;
Dalam hal ini untuk sosialisasi akan dilaksanakan oleh Petugas Piket untuk di
umumkan pada awal pelajaran dan 5 menit sebelum pelajaran berakhir).
b) Absensi kelas dan buku batas belajar sudah diisi sekretaris kelas sebelum
pelajaran dimulai dan diserahkan ke Petugas Piket pada jam pelajaran terakhir selesai
untuk direkap dalam buku harian Petugas Piket dan selanjutnya di serahkan
secara berkala kepada Petugas BK.
c) Siswa-siswi harus menyediakan sendiri alat-alat tulisnya ataupun perlengkapan
lainnya agar tidak mengganggu proses belajar.
d) Setiap siswa-siswi harus memelihara dan menjaga setiap sarana dan prasarana belajar
di lingkungan madrasah.
e) Siswa-siswi harus senantiasa bersikap sopan santun terhadap Guru, Pegawai, sesama
Teman dan Tamu.
f) Selama proses belajar mengajar berlangsung siswa-siswi harus pada tempat
belajar (kelas, laboratorium, perpustakaan, lapangan, Lab. Bahasa, Musholla dan
pentas kreasi siswa)
g) Siswa-siswi tidak boleh meninggalkan kelas tanpa seizin guru yang bersangkutan.
h) Waktu pertukaran jam pelajaran siswa-siswi harus berada di dalam kelas, jika 5 menit
berikutnya guru yang mengajar belum hadir, ketua kelas melapor kepada Petugas
Piket atau PKM.
3) Waktu Istirahat
a) Siswa-siswi yang duduk di depan kelas atau teras sebaiknya memberi salam
kepada guru, pegawai, tamu yang pantas dihormati jika lewat di hadapan siswa- siswi
dengan cara berdiri ditempat atau memberi salam.
b) Siswa-siswi harus berpakaian rapi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
c) Siswa-siswi selama istirahat tetap berada dalam komplek MAN1 Medan dan tidak
boleh keluar lingkungan MAN 1 Medan tanpa izin Petugas Piket dan Satuan
Pengaman Sekolah.
d) Pada saat istirahat kedua, siswa-siswi diharapkan telah siap untuk pelaksanaan sholat
zhuhur berjamaah sebelum azan berkumandang.
4) Kendaraan Siswa
a) Siswa-siswi dibenarkan membawa sepeda motor dan diparkir pada tempat yang telah
ditentukan dengan syarat:
b) Memiliki dan membawa SIM
c) Menggunakan helm sesuai standar
d) Memakai kaca spion 2 buah kanan-kiri
e) Melengkapi perlengkapan sepeda motor sesuai dengan standar lalu lintas yang
berlaku.

5) Hal-Hal Yang Dilarang Bagi Siswa


Berikut ini hal-hal yang dilarang bagi siswa dan diberikan sanksi sesuai bobot sanksi:
Tabel : 5
Jenis Pelanggaran dan Bobot Score
No Jenis Pelanggaran Bobot Score
1 2 3
1 Meninggalkan pelajaran selama pelajaran 5
berlangsung tanpa seizin Guru/Piket
2 Keluar dari pekarangan Madrasah sewaktu 10
belajar dan istirahat tanpa seizin Guru/Piket
3 Membuang sampah sembarangan dan 25
merusak bunga/taman madrasah
4 Membawa rokok atau merokok atau 50
sejenisnya dimanapun berada
5 Membawa dan menyalahgunakan NARKOBA, 150
senjata tajam, senjata api atau sejenisnya
6 Membawa buku/majalah atau gambar 100
(media) yang tidak senonoh serta peralatan
lainnya yang tidak ada hubungannya dengan
pelajaran
7 Melakukan kegiatan yang bersifat distruktif 75
8 Menjadi sponsor perkelahian siswa-siswi 100
baik di Madrasah maupun di luar Madrasah
9 Mencoret-coret serta mengotori kursi meja 50
dinding dan seluruh fasilitas Madrasah
dalam bentuk apapun
10 Menggunakan telefon seluler (HP) 50
selama jam pembelajaran serta
menggunakan nada dering yang
mengganggu jam pembelajaran
11 Menerima tamu tanpa seizin Guru atau
Petugas Piket
1 2 3
12 Jika terlibat NARKOBA dikembalikan
kepada orang tuanya dan diberhentikan
sebagai siswa MAN 1 Medan.
13 Jika terjadi pernikahan dalam masa belajar 100
dikembalikan kepada orang tuanya dan
diberhentikan sebagai siswa MAN 1 Medan
14 Tidak dibenarkan berdua-duaan berlainan
jenis di lingkungan Madrasah
15 Barang-barang kecil seperti HP, kalkulator
dan uang serta lain sebagainya agar
diamankan sendiri jika hilang tidak menjadi
tanggung jawab Madrasah
16 Melawan dan berbicara tidak sopan kepada 150
Guru
17 Meninggalkan sholat Fardhu (Peringatan 100
paling keras)
18 Menebarkan fitnah, aliran yang tidak 100
benar dalam agama dan berkata bohong
(Peringatan paling keras)
19 Melakukan kegiatan dalam bentuk 100
apapun tanpa sepengetahuan/izin pihak
Madrasah
20 Membuat kebijakan, mengutip dana 100
dalam bentuk apapun dan ajakan/anjuran
siapapun tanpa izin dan pengetahuan
pihak Madrasah
Sumber data: Surat edaran yang diberikan kepada seluruh siswa baru MAN 1 Medan
untuk diketahui oleh seluruh siswa dan wali murid ditandatangani oleh
kepala MAN 1 Medan.

Catatan Bobot
a) 50 Membuat perjanjian diketahui oleh orang tua
b) 100 Membuat perjanjian di atas kertas segel dan diketahui oleh orang tua
c) 150 Diadakan konfrensi kasus untuk pengambilan keputusan Droup Out atau tetap
tinggal/dengan persyaratan oleh Team Kehormatan MAN 1 Medan terdiri dari Kepala
Madrasah, PKM, BK, Wali Kelas, Guru Mata Pelajaran dan pihak-pihak yang terlibat.
Selanjutnya, untuk mendukung kreativitas dan pengembangan keterampilan siswa-
siswa MAN 1 Medan memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler, diantaranya:1
1) Bidang Seni, Budaya, dan Agama
a) Teater
b) Tari
c) Nasyid
d) Syarhil Quran
e) Tilawatil Quran
f) Tahfizul Quran
2) Bidang Keterampilan dan Kreasi
a) Dokter Remaja-UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
b) Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera)
c) Pramuka
d) Drum Corps
e) SISPALA (Siswa Pencinta Alam)
f) PMR (Palang Merah Remaja)
g) Photography
h) English Club
i) German Club
j) Mandarin Club
k) Arabic Club
l) Jurnalistik
3) Bidang Sains dan Teknologi
a) Robotic Club
b) Olimpiade Matematika
c) Olimpiade Kimia
d) Olimpiade Biologi
e) Olimpiade Fisika
4) Bidang Olahraga
a) Tarung Drajat
b) Futsal
c) Basket
d) Badminton
1
Wawancara dengan Sunariadi Wakil Kepala Bidang Kesiswaan Rabu,
e) Tenis Meja

2. Profil Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Medan


a. Sejarah Singkat MAN 2 Model Medan.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Medan merupakan lanjutan dari Pendidikan
Guru Agama Negeri (PGAN) yang berdiri pada tahun 1957, selanjutnya pada tahun 1993
oleh SK. Dirjen Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Nomor : E.129/1993,
tgl. 13 April 1993 PGAN resmi menjadi MAN 2 Model Medan dan dikepalai oleh bapak Drs.
H. Musa, yang beralamat di jalan Willem Iskandar nomor 7A, kelurahan Sidorejo, kecamatan
Medan Tembung, kota Medan.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan Nasional akan SDM yang berkualitas tinggi
dalam penguasaan IPTEK sekaligus dibekali IMTAQ yang kuat, maka atas prakarsa
pemerintah cq. Departemen Agama RI pada tahun 1998 dengan bantuan ADB mewujutkan
MAN 2 Medan menuju MAN 2 Model Medan, dengan SK. Dirjen Kelembagaan Agama
Islam Departemen Agama RI, Nomor : E.IV/PP.00.6/KEP/17.A/98, tanggal 20 Pebruari
1998, dan dikepalai oleh bapak Drs. H. Musa sampai tahun 2000. Dari tahun 2000-2002
dikepalai oleh bapak Drs. H. Yulizar, dilanjutkan oleh bapak Drs. H.Hadi KS dari tahun
2002-2003. Pada tahun 2003-2005 dikepalai oleh bapak Drs. Syaiful Syah, dan tanggal 17
April 2005 dikepalai oleh bapak H. Ali Masran Daulay, S.Pd, MA.
Saat ini MAN 2 Model Medan di pimpin oleh seorang kepala madrasah yaitu Bapak
Dr. H. Burhanuddin, M.Pd kelahiran Tapsel tanggal 13 April 1967. Sebelum menjabat kepala
Madrasah di MAN 2 Model Medan 2014, beliau bertugas di MAN 1 Medan. Sebelumnya
beliau juga pernah menjabat Kepala MTsN 1 Medan dan MIN Medan Tembung, Sumatera
Utara, beliau juga memiliki riwayat kerja sebagai Konselor sekolah/BK selama 2 tahun yakni
pada tahun1995 sampai dengan 1997. Sampai saat ini MAN 2 Model Medan masih tetap
eksis berada di jalan Willem Iskandar No. 7A Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Medan
Tembung, Kota Medan. Perjalanan panjang yang telah dilalui MAN 2 Model Medan dari
awal berdirinya hingga sekarang membuatnya mampu menjadi sekolah yang matang,
tentunya sesuai dengan usia dan pengalaman yang telah dilaluinya. Diharapkan mampu
melahirkan siswa-siswa yang kelak dikemudian hari menjadi orang-orang penting, sukses dan
berguna di tengah-tengah masyarakat, negara, bangsa dan agama.

b. Prestasi MAN 2 Model Medan 5 Tahun Terakhir


MAN 2 Model Medan telah memiliki segudang prestasi baik bidang akademik
maupun non-akademik, prestasi MAN 2 Model Medan 5 tahun terakhir di antaranya adalah:
a. Bidang Akdemik:
1) Juara III Siswa Berprestasi Honda Tingkat Nasional Tahun 2010,
2) Juara III Karya Tulis Ilmiah Antara Siswa SMU/MA Se-Sumatera di Universitas
Andalas tahun 2010,
3) Juara Olimpiade Kimia Se-Sumatera Bagian Utara (NAD, Sumut, Riau, Kep. Riau,
Sumbar) tahun 2010, Juara I dan II Olimpiade MIPA Kota Medan tahun 2010,
4) Juara I Olimpiade IPS Se-Kota Medan tahun 2010, Juara II dan III Olimpiade B.
Inggris Kota Medan tahun 2010,
5) Peringkat 5 dan 6 Olimpiade UN IPA Se-Sumatera bagian Utara (NAD, Sumut,
Riau, Kep. Riau, Sumbar) tahun 2011,
6) Juara II Kompetensi Kimia Kota Medan tahun 2011,
7) Juara I Olimpiade Sains Madrasah: Kimia, Tkt Sumut tahun 2013,
8) Juara I Olimpiade Sains Madrasah: Biologi, Tkt Sumut tahun 2013,
9) dan yang alinnya.
b. Bidang Non-Akademis:
1) Juara Umum Marching Band Se-Sumatera Utara tahun 2010,
2) Juara Umum Tim Lingkungan Hidup Tkt Sumatera Utara tahun 2011,
3) Juara Umum Paskibra Kota Medan Tahun 2011,
4) Peserta MTQ Tkt Nasional di Bengkulu Tahun 2010,
5) Juara II – MTQ Tk Propinsi Sumatera Utara di Madina tahun 2010,
6) Juara III MFQ Kota Medan tahun 2011
7) Petugas Pengibar Bendera dan Paduan Suara MTQ Medan tahun 2009-2013,
8) Juara I Paskibra Pangdam I Bukit Barisan tahun 2012
9) Juara Umum Marching Band Nasional (BMBC) di Bandung tahun 2013,
10) Juara VIII Lomba Roket Air se Sumuatera Utara di USU Medan Tahun 2013,
11) dan yang lainnya.
c. Identitas Madrasah
a. Nama Madrasah : MAN 2 Model Medan
b. Nomor Statistik Madrasah : 31 1 12 75 03 002
c. Nomor Pokok Madrasah Nasional : -
d. Penyelenggara Madrasah : Pemerintah
e. Status : Negeri
f. Alamat Madrasah
1) Jalan : Jl. Willem Iskandar no.7A
2) Kelurahan : Sidorejo
3) Kecamatan : Medan Tembung
4) Kota : Medan
5) Propinsi : Sumatera Utara
6) Kode Pos : -
7) Nomor Telepon : 061-4524713
8) Nomor Fax : 061-4523557
9) Website : man2modelmedan.co.id
10) e-mail : -

d. Data Tanah Bangunan


a. status : milik negara
b. luas tanah : 17.043 m2
c. luas bangunan : 4.771 m2
d. pagar : 9.000 m2
e. Jumlah Rombongan Belajar
a. kelas X : 13 Rombel
b. kelas XI IPA : 6 Rombel
c. kelas XI IPS : 4 Rombel
d. kelas XI IPB : 1 Rombel
e. kelas XI IA : 1 Rombel
f. kelas XII IPA : 5 Rombel
g. kelas XII IPS : 3 Rombel
h. kelas XII IPB : 1 Rombel
i. kelas XII IA : 1 Rombel
Jumlah : 35 Rombel
f. Visi dan Misi
Adapun visi dan misi MAN 2 MODEL MEDAN adalah sebgai berikut:
a. Visi
Islam, Integritas, Berprestasi dan Cinta Lingkungan
b. Misi
1) Menyelenggarakan proses pembelajaran dan latihan berbasis pada akhlakul
karimah dan prestasi,
2 Menyelenggarakan proses pembelajaran dan latihan berkarakter Indonesia,
3 Menyelenggarakan proses pembelajaran dan latihan yang bernuansa lingkungan,
4 Menyelenggarakan proses pembelajaran dan latihan sistematis dan berteknologi,
dan
5 Mengembangkan proses pembelajaran dan latihan berbasis penelitihan dan
pengembangan.

g. Keadaan Sarana/Prasarana
Sarana dan fasilitas merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan proses belajar
mengajar yang baik, terutama adanya sarana dan fasilitas yang memadai, maka segala
keinginan dari proses pendidikan atau pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah akan
memungkinkan terlaksana dan tercapai dengan baik. Demikian sebaliknya, jika sarana dan
fasilitas tidak terpenuhi dengan baik akan lebih menyulitkan dalam pelaksanaan pendidikan
dan tercapainya tujuan yang diinginkan. Untuk mengetahui keadaan sarana dan fasilitas
MAN 2 Model Medan dapat dikemukakan sebagai berikut:
Tabel : 6
Keadaan Sarana Prasarana Sekolah

No Nama Bangunan Luas (m2) Jumlah Keadaan


1 2 3 4 5
1 Ruang teori/kelas 2.496 39 Baik
2 Laboratorium biologi 64 1 Kurang baik
3 Laboratorium kimia 96 1 Kurang baik
4 Laboratorium fisika 64 1 Kurang baik
5 Laboratorium komputer 192 2 Baik
6 Laboratorium bahasa 64 1 Kurang baik
7 Laboratorium Keterampilan 64 2 Baik
8 Ruang perpustakaan 96 1 Baik
9 Aula Pertemuan 384 1 Kurang baik
10 Ruang UKS 64 1 Baik
11 Ruang Koperasi/Kantin 64 1 Baik
12 Ruang BP/BK 32 1 Baik
13 Ruang Kepala Sekolah 48 1 Baik
14 Ruang WKM kurikulum 32 1 Baik
15 Ruang WKM sarana/Prasaran 16 1 Baik
16 Ruang WKM Kesiswaan 16 1 Baik
17 Ruang WKM Humas 8 1 Baik
18 Ruang Staf WKM 64 1 Baik
1 2 3 4 5
19 Ruang Guru 192 1 Baik
20 Ruang Administrasi/TU 48 1 Baik
21 Ruang KTU/Bendahara 32 1 Baik
22 Ruang komite sekolah 32 1 Baik
23 Ruang OSIS 64 1 Kurang baik
24 Masjid Al-Qurra’ 80 1 Baik
25 Gudang 64 1 Kurang baik
26 Ruang mandi/WC guru 36 3 Baik
27 Ruang mandi/WC siswa 89 4 Kurang baik

28 Rumah Dinas Kasek 64 1 Kurang baik


29 Rumah penjaga sekolah 24 1 Kurang baik
30 Ruang keterampilan 128 3 Kurang baik
31 Ruang internet 64 1 Kurang baik
32 Gedung PSB 64 1 Baik
33 Lapanan Upacara 400 1 Baik
34 Lapnan Olahraga 300 1 Baik
36 Lapangan Parkir 192 1 Baik
36 Asrama putra/putri 384 2 Baik
37 Pos Penjagaan/Securiti 8 1 Baik

h. Keadaan Siswa
Tabel : 7
Jumlah Peserta Didik Tahun Pelajaran 2017/2018
Jenis Kelamin
Kelas Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 2 3 4
X 156 199 355
XI IPA 63 115 178
XI IPS 61 65 126
1 2 3 4
XI IPB 8 25 33
XI IA 6 10 16
XII IPA 59 111 170
XII IPS 70 74 144
XII IPB 5 19 24
XII IA 23 12 35
Jumlah 451 630 1081

3. Profil MAN 3 Patumbak Medan


a. Sejarah Singkat
Karena banyaknya peminat siswa-siswi untuk masuk MAN 1 Medan yang berasal
dari daerah Patumbak maka pada tahun 1993 dibuatlah lokal jauh MAN 1 Medan (yang
dipimpin oleh Bapak Drs. H. Suangkupon Siregar) dan untuk pengawasan, secara resmi
ditunjuk Bapak Drs. Sukoco yang belajarnya bersebelahan dengan MTsN 1 Medan.
Sehubungan dengan meningkatnya jumlah siswa siswi yang masuk ke local jauh, maka pada
tahun 1996 Berdasarkan SK Menteri Agama : No. 515 A, tanggal 25-11-1995, tentang SK
Pendirian MAN 3 Medan, maka didirikanlah MAN 3 Medan yang gedung belajarnya
bersebelahan dengan MTsN 1 Medan, dengan Kepala Madrasahnya adalah Bapak Drs.
Sukoco.
Madrasah aliyah Negeri 3 Medan (disingkat MAN 3 Medan) adalah jenjang
pendidikan menengah pada pendidikan formal yang setara dengan sekolah menengah atas,
yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Agama. Pendidikan madrasah aliyah
ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12.
Pada tahun kedua (yakni kelas 11), seperti halnya siswa SMA, maka siswa MAN 3
Medan memilih salah satu dari 3 jurusan yang ada, yaitu Ilmu Alam, Ilmu Sosial dan Ilmu-
ilmu Keagamaan Islam. Pada akhir tahun ketiga (yakni kelas 12), siswa diwajibkan mengikuti
Ujian Nasional yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan madrasah aliyah Negeri 3
Medan dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi umum, perguruan tinggi agama
Islam, atau langsung bekerja.

b. Nama - Nama Kepala MAN 3 Medan


Semenjak berdirinya MAN 3 Medan pada tahun 1996, setidaknya MAN 3 Medan
telah memiliki beberapa kepala madrasah, diantaranya:
1) Drs. Sukoco, dari tahun 1996 sampai 2002
2) Drs. Burhanuddin Zuhlil dari 2002 sampai 2005
3) Drs. Marzuki Saragih dari tahun 2005 sampai 2007
4) M. Arifin, S.Ag, MA dari tahun 2007 sampai 2009
5) H. Ali Masran Daulay, S.Pd, MA dari 2009 sampai 2014
6) Muhammad Asrul, S.Ag, M.Pd dari tahun 2014 – Sekarang

c. Identitas MAN 3 Medan


Nama : Madrasah Aliyah Negeri 3 Medan
NSM : 3111 2750 3312
NPSN : 60725195
NPWP : 00.198.175.2.122.000
Alamat : Jl. Pertahanan No. 99
Kelurahan : Timbang Deli
Kecamatan : Medan Amplas
Kota : Medan – 20361
Propinsi : Sumatera Utara
Telepon : 061-7879581
Website : man3medan.sch.id
E-mail : man3medan@yahoo.com
Izin Penegrian : Nomor : 5 Tahun 1997
Tanggal : 1 Maret 1997
Akreditasi : “A”, 2013-2018.

d. Lokasi
Jl. Pertahanan No. 99 Kel. Timbang Deli Kec. Medan Amplas Kota Medan 20361
Propinsi Sumatera Utara

b. Visi, Misi dan Tujuan MAN 3 Medan


VISI : Membentuk insan yang beriman, berakhlaqul karimah, berilmu, kreatif, serta peduli
dengan lingkungan dan masyarakat.
MISI :
1) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan agama.
2) Menumbuhkan sikap sopan santun dan berbudi pekerti luhur.
3) Membiasakan budaya rapi dan disiplin.
4) Membangkitkan rasa kebersamaan dan musyawarah.
5) Memotivasi belajar dikalangan siswa.
6) Melaksanakan PBM / bimbingan secara intensif.
7) Melaksanakan kegiatan pengembangan diri yang berkaitan dengan minat dan bakat
siswa.
8) Meningkatkan semangat musabaqoh (kompetisi).
9) Mencintai lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
10) Menumbuhkan semangat berinfaq dan bersodaqoh.
11) Menjalin kerja sama dengan orang tua siswa dan masyarakat.
MOTTO : Gali Potensi, Kembangkan Kreasi, Raih Prestasi.
MAN 3 BISA : BIJAKSANA INTELEKTUAL SANTUN AMANAH

Tabel : 8
PROGRAM KERJA MAN 3 MEDAN

Secara umum meliputi bidang-bidang, antara lain


Kelembagaan
[1] Menyempurnakan struktur organisasi
[2] Mempertegas dan memperjelas pembagian tugas setiap unsur dan personil
organisasi
[3] Harmoniasai mekanisme kerja inter & antar unsur dan personil organisasi
[4] Meningkatkan profesionalisme personil organisasi
[5] Menumbuh kembangkan kemandirian
Kurikulum
[1] Peningkatan kedalaman pemahaman tentang kurikulum dengan berbagai
perangkatnya.
[2] Peningkatan pengembangan nilai-nilai plus, baik pada intra maupun ekstra
kurikuler
[3] Meningkatkan program pembinaan mental spiritual
Ketenagaan
[1] Tercipta personil yang berkualitas dan profesional
[2] Memiliki motivasi kerja yang optimal
[3] Berjiwa inovatif dengan idealisme yang tinggi
[4] Kreatif dan kritis terhadap perkembangan dan tuntutan kemajuan zaman
[5] Rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi
Sarana Prasarana
[1] Peningkatan pemeliharaan
[2] Penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan
[3] Penyediaan sarana prasarana baru
[4] Memperhatikan prinsip 8 K
Kesiswaan
[1] Menyempurnakan program kegiatan
[2] Menitikberatkan pada peningkatan mutu dan prestasi
[3] Peningkatan keimanan dan ketaqwaan
[4] Peningkatan kuantitas yang masuk perguruan tinggi
[5] Penanaman disiplin dan rasa tanggung jawab
[6] Menumbuhkan rasa bangga dan cinta almamater
Hubungan Masyarakat
[1] Menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai unsur vertikal /horizontal
[2] Mempertahankan peranan dan kepedulian terhadap program pembangunan
daerah & nasional
[3] Menumbuhkembangkan peranan organisasi alumni
[4] Penekanan pada hubungan kerjasama yang saling menguntungkan
Pengawasan dan Evaluasi
[1] Bersifat menyeleluruh
[2] Secara rutin dan insidental
[3] Terencana dan terpogram
[4] Mengarah pada pencapaian visi dan misi
[5] Mengutamakan pengawasan melekat
Program Kerja Bagian Sarana Dan Prasarana

No Jenis dan Tujuan Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan


1 Pengaturan kelas / ruang Dilaksanakan dan Sewaktu – waktu bisa
kelas yang meliputi dipersiapkan pada terjadi perubahan
pengaturan meja guru dan awal tahun pelajaran formasi.
meja siswa, kursi guru dan
kursi siswa, kursi guru dan
kursi siswa, pemberian tanda
atau nama ruang agar teratur
dan rapi.
2 Pengadaan alat administrasi Dilaksanakan dan Sewaktu – waktu
guru dan kelas yang meliputi dipersiapkan pada adanya penambahan
buku jurnal, buku absen kelas, awal tahun ajaran dan penggantian alat
buku absen guru mata administrasi.
pelajaran, buku daftar nilai
guru mata pelajaran, tata
tertib siswa. Tujuannya agar
supaya fungsi masing –
masing menjadi jelas.
3 Pengadaan alat kebersihan Dilaksanakan pada Sewaktu – waktu akan
yang meliputi penyapu, awal tahun ajaran dan terjadi penambahan
ember, selabar, tempat cuci kontinyu terhadap barang yang
tangan, penyemprot nyamuk, cepat habis dipakai.
sabun cuci, pembersih kaca,
penyapu bulu, tong sampah
agar supaya terjaga
kebersihan semua ruangan
baik ruangan kepala sekolah,
ruangan tata usaha, ruang
guru, ruang BP, ruang
laboratorium, ruang komputer
dan lain – lain.
4 Pengadaan alat kemanan Dilaksanakan pada Suatu saat akan ada
seperti kunci, rantai kunci awal tahun pelajaran penggantian alat
gembok, senter. Agar supaya dan rutin keamanan
lingkungan sekolah tetap
aman dari gangguan seperti
pencurian.
5 Pengadaan alat penerangan Dilaksanakan pada Suatu saat akan ada
seperti lampu pijar, lampu awal tahun pelajaran penggantian alat
TL, lampu sorot agar supaya dan bersifat rutin. penerangan
semua ruanhg dan lingkungan
sekolah selalu terang atau
dengan kata lain apabila
cuaca gelap maka dapat
diatasi dengan alat
penerangan tersebut.
6 Pengadaan alat tanda bunyi Dilaksanakan pada
seperti bel untuk memberikan awal tahun pelajaran
kode atau bunyi tanda masuk
kelas, istirahat dan pulang.
7 Pengadaan alat atau sound Dilaksanakan atau
system seperti microphone, dipersiapkan pada
speaker, amplifier, mixer, awal tahun pelajaran
power, wireless, tape
recorder, megaphone; untuk
membantu kelancaran seperti
upacara dan pemberian
informasi lainnya.
8 Pengadaan alat elektronik Dilaksanakan dan
seperti televisi, komputer, dipersiapkan pada
LCD, OHP, printer, mesin tik, awal tahun pelajaran
mesin sheet, dan lain-lain
dengan maksud untuk
mempermudah dan
mempercepat proses
administrasi sekolah seperti
pengetikan dan penyampaian
administrasi maupun
informasi.
9 Pengadaan alat kebersihan Dilaksanakan dan
lingkungan sekolah seperti dipersiapkan pada
alat pemotong rumput (arit) awal tahun pelajaran
dan mesin pemotong rumput;
agar supaya halaman sekolah
tetap terjaga bersih dan rapi.
10 Pengadaan alat dan ruang Dilaksanakan dan
internet, karena adanya dipersiapkan pada
program RSKM; agar supaya awal tahun ajaran
semua administrasi dan
informasi menjadi mudah.
Program Unggulan
1. Menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN)
2. Mengembangkan Sikap dan Kompetensi Keagamaan
3. Mengembangkan Potensi Siswa Berbasis Multiple Intelligance
4. Mengembangkan Budaya daerah
5. Mengembangkan Kemampuan bahasa dan Teknologi Informasi
6. Meningkatkan Daya serap Ke Perguruan Tinggi Favorit
Program Pengembangan Sarana Prioritas
1. Pembangunan Kantin Siswa
2. Perbaikan dan Pengecetan Lapangan Olah Raga
3. Pengembangan Jaringan Infrastruktur LAN (Intranet dan Internet)
4. Pengembangan Sistem Informasi Sekolah (SIS)
5. Melengkapi Sarana dan Prasarana Perpustakaan dan Lab Komputer
6. Renovasi Aula
7. Renovasi Tampilan Depan Skolah/Gerbang Sekolah
8. Renovasi Koridor.

4. Profil MAPN 4 Matubung Medan


Madrasah Aliyah Persiapan Negeri 4 Martubung Medan atau dikenal juga dengan MAPN-4
Medan, merupakan lembaga pendidikan setingkat SLTA/Aliyah yang dipersiapkan
pemerintah untuk menjadi Madrasah Aliyah Negeri 4 Medan.

1. Identitas Madrasah
Nama Madrasah : MA Persiapan Negeri 4 Medan

NSM : 131212710026

NPSN : 60728333
Alamat Madrasah : Jl. Jala Raya Perumahan Griya Martubung Medan
Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan
Propinsi Sumatera Utara Kode Pos 20253
Email : mapn4medan@yahoo.co.id
Nomor Telepon Kantor : 061.6855727 / 061.76363468
Tahun Berdiri : 23 Mei 2010
Izin Pendirian Madrasah : Nomor : 1444 Tahun 2010/Tanggal 2 - 9 2010.
Nama Penyelenggara : Badan Penyelenggara MAPN 4 Medan,
Berdasarkan SK Walikota Medan Nomor :
451 /1055 K, Tanggal 23 Juli 2010 dan Akte
Notaris Nomor : 02 Tanggal 01 Sept 2010,
Kepala Madrasah : NURKHOLIDAH, M.Pd.I

2. Visi Dan Misi Madrasah


Visi Madrasah: Unggul, Islami, Berkualitas dan Berwawasan Lingkungan
Misi Madrasah :
a. Mengembangkan Peningkatan Kualitas IPTEK Siswa
b. Membina dan Mengembangkan Peningkatan Kualitas IMTAQ Siswa
c. Mengembangkan dan Menyempurnakan Sarana dan Prasarana Pembelajaran Siswa.
d. Menumbuhkembangkan apresiasi seni budaya dan meningkatkan prestasi olahraga di
kalangan siswa.
e. Menciptakan lingkungan sehat, kondusif dan bernuansa Islami.

3. Tujuan Madrasah

Tujuan Madrasah Aliyah adalah untuk membentuk siswa yang memiliki kompetensi:
a. Memegang teguh Aqidah Islam dan mempunyai komitmen kuat untuk menjalankan
ajaran Islam.
b. Memiliki nilai dasar humaniora untuk menerapkan kebersamaan dalam kehidupan.
c. Menguasai pengetahuan dan keterampilan akademik serta beretos belajar untuk
melanjutkan pendidikan.
d. Mengalihgunakan kemampuan akademik dan keterampilan hidup dimasyarakat lokal
dan global.
e. Menguasai kompetensi/keahlian yang terstandar sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
f. Kemampuan berolahraga, menjaga kesehatan, membangun ketahanan dan kebugaran
jasmani.
g. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara
demokratis.
h. Berwawasan kebangsaan.
i. Kemampuan berekspreasi, menghargai seni dan keindahan.
Berdasarkan tujuan umum madrasah, maka tujuan madrasah jangka pendek adalah :
a. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan siswa dan potensi dirinya agar
dapat berprestasi dengan kualitas yang kompetitif.
b. Menambah dan mengembangkan skill dan kemampuan guru dan siswa.
c. Meningkatkan kualitas diri dan profesionlisme guru dan pegawai dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensinya.
d. Meningkatkan minat motivasi belajar siswa.
e. Meningkatkan kreativitas belajar siswa maupun guru dalam proses pembelajaran
yang link and match (terpadu)
f. Membantu guru menciptakan sistem pembelajaran yang efektif dan produktif.
g. Meningkatkan mutu pembinaan terhadap anak didik untuk senantiasa berbuat yang
positif dan bernuansa islami.
h. Meningkatkan penataan lingkungan yang bersih.

4. Target Madrasah
Adapun target madrasah adalah tercapainya 5 indikator lulusan madrasah :
a. Memiliki sikap mental dan kepribadian Islam yang terpadu dan tahan uji dalam
berbagai kondisi global;
b. Diakui setara dengan lulusan lembaga pendidikan sederajat yang terkemuka dalam
negeri;
c. Dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi pada lembaga pendidikan
terkemuka dalam negeri tanpa syarat;
d. Dapat memainkan peran strategik dan konstruktif dalam kehidupan masyarakat
modern;
e. Memiliki kemampuan bersaing dalam mengisi lapangan kerja profesional, karena
sejak belajar pada jenjang/tingkat pendidikan madrasah aliyah terpadu telah
diinternalisasikan sikap mental profesionalisme dengan dunia usaha.

5. Keadaan Siswa
Tentang jumlah siswa Madrasah Aliyah Persiapan Negeri 4 Martubung dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel : 9
Jumlah Siswa T.P 2016/2017
Rombongan
Kelas Jumlah siswa Keterangan
belajar
X (IPA/IPS/IA) 7 278 2016/2017
XI (IPA/IPS/IA) 7 256 2016/2017
XII (IPA/IPS) 5 158 2016/2017
JUMLAH 19 692 -

Tabel : 10
Jumlah Siswa T.P 2017/2018

Rombongan
Kelas Jumlah siswa Keterangan
belajar
X (IPA/IPS/IA) 11 402 2017/2018
XI (IPA/IPS/IA) 7 280 2017/2018
XII (IPA/IPS/IA) 7 278 2017/2018
JUMLAH TOTAL 25 960 -

5. Tenaga Pendidik dan Kependidikan


Tabel : 11
Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Pendidikan
No Jenis Pekerjaan Jlh
≤ D3 S1 S2

1. Tenaga Pendidik :

1 - - 1
a. Kepala Madrasah
b. Wakil Kepala Madrasah 1 - - 1
- WKM Bidang Kurikulum 1 - - 1
- WKM Bidang Kesiswaan - 1 -
1
- WKM Bidang Sarana -
1 - 1
- WKM Bidang Humas
42 - 32 9
c. Guru Mata Pelajaran/Keterampilan
2 - 2 -
d. Guru BK/BP
e. Guru Pembina Ekstrakurikuler 3 - 3 -

Jumlah 52 - 39 13

2. Tenaga Kependidikan :

a. Kepala Tata Usaha


b. Bendaharawan Penerimaan 1 - - 1
c. Bendaharawan Gaji 1 - 1 -
d. Staf Tata Usaha
1 - 1 -
e. Penjaga Sekolah
4 2 2 -
f. Petugas Kebersihan
1 1 - -
g. Satpam
h. Tenaga Pengelola Perpustakaan 1 1 - -

i. Tenaga Laboratorium Biologi 1 1 - -


j. Tenaga Laboraorium Komputer 1 - - 1
1 - 1 -

Jumlah 13 5 6 2

Sumber : KTU MAPN- 4 Medan Tahun 2017

7. Sarana Dan Prasarana

Adapun tentang sarana dan prasarana yang tersedia di Madrasah Aliyah Persiapan
Negeri 4 Martubung dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel : 12
Sarana dan Prasarana

Ruang Jumlah Luas (m2)


1 2 3
Ruang Kepala Madrasah 1 18

Ruang Tata Usaha 1 18

Ruang Kelas Teori 10* 72 m2 x 8 = 576

Ruang Guru 1 72

Kamar mandi/WC Kepala 1 6

Kamar mandi/WC Guru/Pegawai 1 6

Kamar mandi/WC Siswa 4 40

Ruang Laboratorium IPA Terpadu 1 72

Ruang Laboratorium Komputer 1 72

Ruang Perpustakaan 1 72

Ruang OSIS 1 12
Ruang BK/BP 1 12

Ruang UKS/PMR 1 16

Gudang 1 30

Pos Jaga/satpam 1 16

Parkir 1 160

Green House 1 16

Daur Ulang Sampah 1 20

1 2 3
Ruang Komite Madrasah 1 12

Lapangan Basket 1

Lapangan Volly 1

Lapangan Badminton 1

Catatan : * 7 ruang/kelas sudah dipakai untuk ruang belajar; 1 ruang/kelas dipakai untuk
ruang BP/BK, Badan Penyelenggara, OSIS, UKS, Komite, 1 ruang/kelas
untuk ruang laboratorium IPA terpadu

B. Temuan Khusus
1. Praktik Konseling di MAN se Kota Medan
a. Praktik Konseling Islami MAN 1 Medan
Kegiatan konseling yang dilakukan oleh konselor/guru BK di MAN 1 Medan pada
dasarnya bukanlah layanan yang masih baru, melainkan praktik layanan yang telah ada
semenjak tahun 1990-an, semenjak munculnya peraturan pemerintah tentang tugas guru
pembimbing di sekolah. Menurut Bapak Amir, pelaksanaan konseling yang ada pada waktu
itu masih terkesan tradisonal dan lebih cendrung hanya mengatasi masalah-masalah
pelanggaran siswa terhadap tata tertib sekolah. Keberadaan konseling yang pada hakikat
mengkontruksi individu yang mengalami gangguan dalam perkembangannya menjadi
melenceng karena masih sangat minimnya pemahaman pihak sekolah/madrasah mengenai
tugas dan fungsi bimbingan konseling di madrasah kaitannya pendidikan anak.
Praktik bimbingan konseling Islami yang ada di MAN 1 Medan sebenarnya tidak
terlepas dari proses perjalanan panjang yang penuh dengan lika-liku untuk memahami
bimbingan konseling Islami itu sendiri. Pada periode awal keberadaan bimbingan konseling
sampai saat ini program BK di MAN 1 Medan, penyusunan program sebagian besar masih
dipengaruhi oleh penerapan pola 17+ yang disempurnakan. Hal ini disebabkan karena,
koordinator BK di MAN 1 Medan (Bapak Amir) merupakan alumni dari Universitas Negeri
Padang (UNP), yang mana Prof. Prayitno sebagai tokoh yang mengenalkan pola 17+ (17
plus) banyak mempengaruhi pemikirannya. Bisa dikatakan seluruh kegiatan layanan maupun
program BK di Sumatera Utara, banyak merujuk dari pemikiran Prof. Prayitno tentang pola
17+ dalam penyelenggaraan bimbingan konseling di sekolah maupun madrasah. hal ini
disebabkan karena karya-karya beliau lebih mudah didapatkan dan diterapkan dalam dunia
pendidikan pada saat itu, disamping banyaknya mahasiswa BK yang menjadi guru
pembimbing di seluruh pelosok sumatera utara bahkan Indonesia. Sehingga hal yang sangat
wajar jika penggunaan pola 17+ lebih dominan dipergunakan.
Menurut Bapak Amir, kegiatan konseling yang dilakukan pada tahun 1990-an, pada
awalnya lebih bersifat kuratif-hukuman. Siswa yang datang kepada guru BK bukan untuk
berkonsultasi melainkan dipanggil ke ruangan BK karena memiliki kesalahan yang telah
dilakukan di sekolah. oleh karena itu, umumnya, siswa yang namanya dipanggil oleh guru
BK sudah merasa kurang enak hati dan merasa ketakutan, karena akan mendapatkan
hukuman. Sadar akan dihukum, sampai ada siswa yang tidak masuk sekolah karena takut
akan dihukum. Memang tidak semua yang dipanggil oleh guru BK pasti bermasalah dan
dihukum, akan tetapi ciri khas yang menempel pada guru BK pada saat itu adalah polisi
sekolah, yang siap menghukum bagi siswa yang melanggar peraturan sekolah. Hukuman
yang diberikan pun bervariasi, mulai dari yang ringan sampai pada yang berat, dengan
memperhatikan pelanggaran yang dilakukan. Hukuman ringan seperti, berdiri di lapangan
sekolah, lari-lari mengelilingi sekolah, membersihkan kamar mandi sekolah. jika pelanggaran
yang dilakukan siswa termasuk kategori berat, maka pihak sekolah biasanya memanggil
orang tua wali siswa tersebut atau di droup out (DO). Pada haikatnya konseling bukan
menghukum, akan tetapi mendidik siswa yang salah agar memiliki kesadaran dan memahami
kesalahannya, membantu siswa yang mengalami masalah agar mampu mengatasi
masalahnya, serta membimbing siswa untuk menjadi pribadi yang mandiri.
Paradigma yang terbangun tentang keberadaan guru BK sebagai polisi sekolah,
tukang hukum dan lain-lain, tidak hanya dialamatkan kepada guru BK MAN 1 Medan saja,
bahkan hampir di setiap sekolah maupun madrasah pada saat itu, berasumsi bahwa tugas
guru BK adalah untuk menangani siswa yang bermasalah, nakal, membolos dan lain-lain
dengan cara menghukum. Kondisi seperti di atas, ternyata dirasakan oleh guru BK di MAN 1
Medan waktu itu. Bahkan menurut Bapak Amir, selaku salah satu guru BK yang telah lama
mengabdi di MAN 1 Medan menyatakan bahwa anggapan-anggapan tentang tugas guru BK
sebagai polisi sekolah masih saja ada sampai saat ini di pikiran siswa dan sebagian guru,
walaupun dari pihak guru BK sering sekali menjelaskan tupoksi mereka kepada seluruh
personil madrasah. Diakui atau tidak, pemberian hukuman agar siswa dapat merubah
perilakunya, motivasi belajar, serta keseriusan belajar seakan-akan menjadi stimulus yang
sangat di sekolah pada tahun 1970-1990-an, sehingga tidak heran, jika guru-guru senior yang
masih mengajar, terkadang terbawa model pengajaran lama. Begitu pula halnya, pandangan
terhadap guru BK saat ini, masih saja muncul stigma-stigma negatif terhadap peran guru BK
di madrasah. Keberadaan guru BK sebagai garda nomor dua dalam mendidik juga terkadang
dirasakan saat guru BK dijadikan guru pengganti jikalau ada guru mata pelajaran tidak dapat
hadir.
Satu dasawarsa terakhir, memang keberadaan guru BK tidak lagi menjadi “ban serep”
bagi guru mapel yang tidak hadir. Namun, peran guru BK sebagai bagian dari pendidik belum
mendapatkan porsi yang sesuai dengan amanat Permendikbud nomor 111 tahun 2014, tentang
Bimbingan dan Konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, yang secara
tegas meyebutkan bahwa guru BK sekurang-kurang memberikan empat layanan di
sekolah/madrasah, yakni layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan
individual/kelompok, dan layanan dukungan sistem. Tapi faktanya, keberadaan konseling
Islami di MAN 1 Medan hanya terfokus pada penanganan siswa yang bermasalah dan
melanggar peraturan tata tertib sekolah yang sudah ditetapkan. Selanjutnya, pemberian jam
untuk memberikan berbagai layanan-layanan yang bersifat prevensi belum mendapatkan
waktu khusus secara terjadwal dengan baik.
Saat ini, praktik konseling yang ada di MAN 1 Medan di fokuskan pada
pengembangan keterampilan diri siswa, selain juga masih tetap menangani masalah-masalah
siswa yang memiliki hambatan pada tugas perkembangannya. Sedangkan, keberadaan
konseling “Islaminya” sendiri menurut pengamatan peneliti di MAN 1 Medan masih mencari
berbagai model yang benar-benar dapat dikatakan bahwa suatu teknik konseling dikatakan
konseling Islami. Hal ini diakui Bapak Amir, bahwa pada praktiknya, pelaksanaan konseling
yang dilakukan masih mengikuti pendekatan-pendekatan behavioristik barat yang bersifat
direktif. Padahal menurut Bastaman, Aliran Behaviorisme terlalu deterministik dan kurang
menghargai bakat dan minat seseorang individu sebagai mahluk yang memiliki potensi.
Selain itu, aliran ini kurang menghargai adanya perbedaan antara setiap individu dalam
menilai, memandang dan menyelesaikan masalah, sementara perbedaan individual adalah
suatu kenyataan.2
Dilihat dari intensitas masalah yang sering ditangani oleh konselor/guru BK, dapat
dikategorikan menjadi lima bidang, yakni:
a. Masalah individu dengan pribadinya sendiri. Umumnya masalah yang sering dijumapai
adalah kurang percaya diri, motivasi diri yang rendah.
b. Masalah Individu dengan lingkungan sosialnya. terlambat datang ke sekolah, bolos.
pacaran, berantem, bullying, mencuri.
c. Masalah individu dengan aktivitas belajar. tidak mengerjakan tugas rumah, minat belajar
yang rendah
d. Masalah dengan masa depan/karir. Keraguan dalam menentukan jurusan, tidak mengerti
bakatnya, tidak paham kegiatan yang akan dilakukan setelah tamat MAN.
e. Masalah individu dengan Tuhannya. Pokok masalah pada bidang ini adalah malas untuk
beribadah, susah untuk untuk melakukan sholat dll.
Saat menangani masalah di atas, biasa guru BK jeli untuk mengetahui dulu pokok
masalahnya, orang-orang yang terlibat dalam masalah tersebut. Ibu Khairunnisa’
mengungkapkan bahwa mengetahui pokok masalah menjadi satu asalan untuk menentukan
cara penanganan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan yang siswa. Masalah keterlambatan
datang ke sekolah contohnya adalah salah satu masalah yang kerap sekali dilakukan oleh
siswa. praktik konseling Islami yang dilakukan adalah dengan memanggil siswa yang
terlambat datang, kemudian guru BK melakukan pengecekan buku pelanggaran siswa. jika
siswa yang melanggar baru pertama kali, maka guru BK hanya sebatas mengingatkannya saja
dahulu, karena guru BK beranggapan bahwa memang ada kendala yang benar-benar
membuat siswa tersebut terlambat. Lain halnya, jika siswa yang datang terlambat telah
malkukannya berulang kali, maka pada konteks ini guru BK menggunakan model pendekatan
behavioristik yang di dalamnya ada unsur hukuman atau punishment. Memang pada dasarnya
konseling bukanlah menghukum, akan tetapi menurut guru BK MAN 1 Medan, terkadang
hukuman dapat memberikan efek jera bagi individu yang melanggar, sehingga tidak
melakukan kesalahan yang sama terulang kembali.
Penggunaan pendekatan behavioristik barat dalam menangani masalah yang terjadi di
MAN 1 didasarkan pada pemikiran Ivan P. Pavlov (1849-1936). Ia menemukan bahwa ia
dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk

2
. Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Denga Islam: Menuju Psikologi Islami,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 51
perilaku (respons). Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya
sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat
dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam
hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya.
Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat
sesuatu.Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan
tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian
Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia
menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala
kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan
penghapusan sebagai berikut:
a) Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan
bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan
b) Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan
dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di
pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
c) Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau
dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
d) Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS
dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya
tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah
adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya
dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan
rangsang berkondisi. Dengan kata lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat
berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam
refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned refleks) keluar air liur ketika melihat makanan
yang lezat dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks) keluar air
liur karena menerima atau bereaksi terhadap suara bunyi tertentu.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-
hukum belajar, diantaranya:
a) Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam
stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer),
maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
b) Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang
sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun
Demikianlah maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian
menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita
memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning
ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang diutamakan dalm teori ini
adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis.
Model penangan masalah dengan menggunakan pendekatan behavioristik di atas pada
dasarnya masih pada sisi kulitnya saja, yakni proses konseling Islami sejatinya, tidak hanya
berkutat pada aspek material semata, akan tetapi menganggap bahwa terdapat unsur ruhani
yang sangat mempengaruhi perilaku dan cara pandang seseorang dalam bersikap. Dalam
konseling Islami, teknik nadzira (peringatan) memang sangat kental dalam beberapa kasus
yang pernah dihadapi oleh Nabi Muhammad Saw., sesekali Nabi memerintahkan kepada
seorang anak muda untuk berpuasa sebagai cara untuk menjauhkan diri agar tidak terjerumus
dalam praktik perzinahan. Selain itu juga, konsep pendekatan adanya punishment juga
digunakan oleh Nabi, untuk menakut-nakuti para sahabat atas hukuman bagi orang yang
melanggar syariat Allah Swt. seperti hukuman bagi individu yang melakukan zina, maka
diberikan hukuman razam (dicambuk), ada lagi hukuman bagi seseorang yang mencuri, maka
hukum potong tangan pun diberikan bagi yang melanggar sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Praktik nadzira dalam pelaksanaan konseling Islami pada zaman Nabi bukanlah
teknik yang utama dilakukan, melainkan teknik dengan strategi basyira (menyampaikan
kabar baik), adalah konsep utama yang menunjukkan bahwa Islam sebagai sebuah ajaran
tidak mendahulukan hukuman (kekerasan) akan tetapi mendahulukan kedamaian dan
kebahagiaan dalam membimbing maupun mengkonseling ummat. Dalam Al Qur’an
penggunaan basyira menunjukkan bahwa konsep utama konseling adalah menyampaikan
kabar gembira dan kebahagiaan menjadi cara yang utama, seperti dalam Q.S. Al Baqarah,
2:119, Q.S. Saba’, 34:28, Q.S. Fushilat, 41:4, dan Q.S. Al Maidah, 5:19. Proses
menggunakan konsep basyira dalam konseling Islami tampak pada Q.S. Al Baqarah, 2:119
menunjukkan bahwa tuntunan dalam konseling Islami adalah menunjukkan sikap dan materi
yang dapat mendorong individu untuk berimajinasi tentang kebaikan dan kedamaian.
          
Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta
(pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.
Ketika peneliti tanyakan kepada siswa yang pernah mendapat konseling individual
dari guru BK, diperoleh penjelasan bahwa dalam melakukan proses konseling Islami, guru
BK memberikan pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan kadar masalah yang
dihadapinya. Namun demikian, menurut penuturan mereka, guru BK selalu memerintahkan
konseli/siswa untuk banyak beristigfar meminta ampun kepada Allah Swt atas perbuatan
yang mereka lakukan. Awalnya, banyak siswa yang masih kurang memahami mengapa guru
BK menyuruh mereka untuk beristigfar, padahal mereka masalah yang mereka hadapi adalah
melanggar peraturan seperti: terlambat datang ke sekolah (lebih dari 15 menit), bolos sekolah,
tidak mengerjakan tugas rumah, dan bermain saat guru menjelaskan pelajaran. Menurut Ibu
Nisa’, permasalahan yang dialami siswa pada dasarnya memiliki kaitan yang tidak dapat
dipisahkan dari perilaku individu seseorang terhadap pandangannya kepada Tuhan.
Rendahnya relegiusitas individu terhadap ajaran agama, berdampak pada rendahnya
kesadaran siswa terhadap mentaati peraturan sekolah. sehingga, disamping proses konseling
Islami dilakukan dengan metode interview kepada siswa, praktik konseling dilakukan dengan
cara mengingatkan kepada siswa bahwa melanggar tata tertib sekolah sama halnya
membiasakan diri sendiri untuk melanggar perintah Tuhan untuk belajar yang rajin.
Kegiatan serupa peneliti amati saat guru BK memberikan konseling Islami. Bapak
Amir selaku koordinator BK di MAN 1 Medan dan salah satu guru BK yang memiliki lisensi
sebagai seorang konselor, mengaku bahwa penerapan konseling Islami yang ia pakai selama
ini masih sebatas menasehati, dan terkadang memerintahkan siswa yang ditanganinya untuk
banyak beristigfar. Bapak Amir berpandangan bahwa segala bentuk maladaptif atau masalah
yang dihadapi oleh siswa pada dasarnya dikarenakan rendahnya kesadaran siswa terhadap
tanggung jawab sebagai siswa, disebabkan oleh kebiasaannya melalaikan perintah Allah Swt.
Menurut peneliti sendiri rendahnya kesadaran siswa, berawal dari lemahnya mental spiritual
siswa terhadap menunaikan kewajibannya kepada Allah Swt.sehingga, berdampak pada
minimnya rasa kesadaran diri untuk bertindak yang baik dan benar. Oleh karena itu, ada
baiknya juga jika dalam proses konseling Islami diwarnai dengan nuansa-nuansa yang dapat
menumbuhkan sisi ruhaniyyah siswa yang dapat mengarahkannya menuju pribadi yang
memiliki kecakapan material dan kesadaran spiritual.
Tidak dapat dipungkiri bahwa persoalan-persoalan spritual yang dialami oleh siswa
(seperti yang telah dijelaskan di atas) memberikan dampak yang tidak kecil dalam kehidupan
dan sikap mental siswa, baik dalam lingkungan sekolah, masyarakat, maupun lingkungan
keluarga. Masalah-masalah siswa berupa sering bolos sekolah, datang terlambat, berselisih
paham dengan teman yang berujung pada keributan, serta putus asa dalam meraih cita-cita,
ternyata memiliki kaitan terhadap tingkat relegiusitas dan pemahaman siswa terhadap ajaran
agamanya. Hal ini pernah disampaikan oleh Bapak Amir, bahwa sebagian besar siswa yang
melanggar peraturan dan tata tertib sekolah memiliki pemahaman tentang ajaran agama yang
rendah serta kemampuan mengamalkan ajaran agama yang minim pula. Data tersebut
diperoleh saat melakukan interview dalam kegiatan konseling individu kepada siswa yang
melanggar tata tertib sekolah, bahwa secara jujur siswa-siswa tersebut masih jarang
melaksanakan perintah agama khususnya sholat lima waktu sehari semalam. Alasannya pun
beragam, ada yang mengatakan sering menunda-nunda sholat, lupa waktu solat, bahkan ada
yang menyampaikan males saat ingin melaksanakan sholat.
Melihat kondisi yang demikian, dalam proses konseling Islami, guru BK selalu
menganjurkan dan menasehati siswa untuk terus menjaga keimanan, ketaqwaan, dan
melakukan amal saleh, atau paling tidak, adalah menjauhi perilaku-perilaku negatif yang
dapat menghantarkan mereka pada sikap yang keji. Selain itu, dalam praktiknya, penanganan
kasus siswa pun berbeda-beda pula. Bagi siswa yang diberikan konseling individu maupun
kelompok karena melanggar peraturan maupun membuat kegaduhan di sekolah, guru BK
selalu memberikan tugas tambahan kepada mereka, yakni menghapalkan beberapa surat-surat
pendek yang bertujuan, disamping siswa mendapat bantuan layanan konseling yang
memandirikan, siswa juga memperoleh tambahan hapalan Al Qur’an. Sedangkan, konseling
individu bagi siswa yang memang datang sendiri (seperti masalah kurang percaya diri, putus
asa, dan susah dalam belajar), pada umumnya praktik konseling Islami disisipi dengan
nasehat-nasehat, yang dapat membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk terus
berusaha menjalankan perintah-perintah agama dengan terus berzikir dan berdoa, memohon
petunjuk dan pertolongan kepada Allah Swt., agar diberikan kemudahan dan keberkahan
dalam setiap kegiatan yang dilakukannya.
Layanan konseling Islami pada hakikatnya, menggiring dan menuntun siswa untuk
memperoleh hidayah dan petunjuk Allah sebagai bekal siswa dalam mengarungi
kehidupannya saat ini maupun masa yang akan datang, tegas Pak Amir. Ia juga meyakini
sepenuhnya, bahwa masalah apu pun yang dihadapi oleh siswa pada prinsipnya berawal dari
masalah antara dirinya yang kurang mampu beradaptasi serta masalah dirinya dengan Tuhan
yang belum mampu menerapkan proporsinya sesuai dengan potensi tauhid yang dimilikinya.
Dalam Q. S. Al Baqarah, 2:
Tujuan guru BK melakukan layanan konseling kepada siswa, bukan sekedar
membantu mereka untuk memberi pengetahuan dan kemampuan untuk
mengatasi/menyelesaikan masalahnya secara mandiri sehingga mereka terbebas dari problem
yang dapat mengganggu perkembangannya, akan tetapi yang lebih utama adalah dapat
membantu dan memberikan kecerdasan (petunjuk) agar siswa mampu menyadari bahwa
masalah yang dihadapinya memiliki keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan dari
melencengnya perilaku kehidupan diri dari jalan Tuhan. Oleh karena itu, konseling Islami
tidak hanya diarahkan pada penyelesaian masalah saja, akan tetapi mampu mengarahkan,
menyadarkan, membimbing dan menasehati siswa untuk terus mengingat Allah sebagai Dzat
yang menciptakan seluruh alam beserta makhluk yang ada di dalamnya. Hal inilah yang
dirasakan oleh guru BK di MAN 1 Medan, sebagai konselor atau pendidik memiliki
kewajiban yang harus dilaksanakan atas dasar perintah Allah Swt., yang termaktub dalam
Q.S. Al Maidah, 5:2, Q.S Al Asr, 103:1-3, yang ini maknanya adalah menyeru manusia untuk
saling tolong menolong dalam berbuat kebajikan.
Ketika peneliti menanyakan kepada siswa MAN 1 Medan tentang praktik pelaksanaan
konseling Islami yang dilakukan oleh guru BK, diperloreh informasi bahwa memang tidak
semua siswa datang menjumpai guru BK karena memiliki masalah dan dipanggil. Ada juga
siswa yang datang menemui guru BK atas dasar kehendak mereka sendiri yang ingin
memperoleh informasi tentang pengembangan diri dan petunjuk dalam menyelesaikan
masalah pribadi siswa. sedangkan, siswa yang dipanggil oleh guru BK, pada umumnya
menurut mereka (siswa MAN 1 Medan) pasti memiliki masalah seperti melanggar tata tertib
sekolah sehingga mereka dipanggil untuk menemui guru BK. Saat menemui guru BK, ada
juga siswa yang meminta untuk ditemani oleh kawan dekatnya, bahkan meminta temannya
untuk tetap duduk disampingnya saat proses konseling dilakukan. Hal ini mungkin
disebabkan karena fobia yang dialami oleh siswa bahwa ketika siswa melanggar atau
memiliki masalah di sekolah pasti akan dihukum. Menurut Bapak Amir, kesalahan persepsi
siswa yang telah menjadi warisan pemikiran atas keberadaan dan tugas guru BK di sekolah
sebagai tukang jagal masalah mereka rasakan sampai saat ini, menjadi salah satu pemicu
utama mengapa siswa merasa ketakutan saat dipanggil oleh guru BK.3
Berkenaan dengan masalah apersepsi yang salah atas keberadaan guru BK, guru BK
terus berupaya melakukan layanan informasi baik yang bersifat langsung (komunikasi
langsung dengan siswa) maupun komunikasi tidak langsung, seperti: membuat leaflet,
menulis di papan informasi tentang tugas guru BK maupun menulis pada baliho di sekolah.
Selain itu, guru BK juga ditekankan untuk bersikap ramah dan memiliki sikap attending
(perhatian) yang tinggi kepada siswa baik terhadap siswa yang bermasalah maupun tidak
bermasalah. hal tersebut terus disampaikan kepada segenap guru BK maupun kepada guru-
guru pelajaran lainnya. Oleh karena itu, guru BK dengan senang hati menyediakan waktu
kerjanya baik ketika usainya jam pelajaran/bimbingan maupun waktu lain, yang dianggap
tidak mengganggu pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas. Lebih lanjut, Bapak Amir
menegaskan bahwa keikhlasannya untuk meyediakan waktu senggangnya untuk memberikan
layanan konseling bagi siswa, didasari oleh rasa tanggung jawabnya sebagai guru BK yang
bukan hanya sekedar mencerdaskan akal pikiran siswa melainkan juga usaha untuk
mencerdaskan nurani siswa khususnya agar siswa mampu mendekatkan dirinya kepada Allah
Swt.
Pemahaman baru terkait praktik bimbingan konseling yang tidak hanya sebatas
bersifat responsif dan kuratif, menuntut ada terobosan baru dalam kajian konseling, sehingga
konseling harus berbagai layanan-layanan yang berfungsi pengembangan (development),
pemberdayaan (empowering), dan preventif. Maka kemudian, MAN 1 Medan melakukan
serangkaian beberapa layanan yang dapat membantu terwujudnya pribadi yang kreatif,
sehingga diharapkan dengan adanya layanan konseling, siswa mampu mencegah muncul
sebuah masalah, atau paling tidak mampu meminimalisir masalah yang sedang dihadapinya
secara mandiri.di antara layanan yang peneliti lihat pernah dilakukan adalah:
1. Layanan Orientasi
Seperti yang telah disebutkan pada Bab II pada disertasi ini, layanan orientasi adalah
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa
baru atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Pemberian layanan ini
bertolak dari anggapan bahwa memasuki lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat

3
Wawancara dengan Konselor MAN 1 Medan Bapak Amir, M.Pd, Kons, pada tanggal 05 Agustus
2017
berlangsung dengan mudah dan menyenangkan bagi setiap orang. Demikian juga bagi siswa
baru di sekolah atau bagi orang-orang yang baru memasuki suatu dunia kerja, mereka belum
banyak mengenal tentang lingkungan yang baru dimasukinya. 4 Situasi atau lingkungan yang
baru bagi individu merupakan sesuatu yang asing. Dalam kondisi keterasingan, individu akan
mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dengan lingkungan barunya. Ketidakmampuan
bersosialisasi juga bisa menimbulkan perilaku mal adaptif atau perilaku menyimpang bagi
individu.
Menurut Ibu Nisa’ Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan di awal tahun yang
berusaha mengantarkan individu memasuki suasana ataupun objek baru agar ia dapat
mengambil manfaat berkenaan dengan situasi atau objek yang baru tersebut. Layanan
orientasi adalah salah satu dari layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling yang
berfungsi untuk memberiakan pemahamana kepada siswa terkait lingkungan baru.5 Melalui
layanan orientasi ini, siswa juga diberikan pemahaman terkait hal-hal yang menjadi hak siswa
sebagai murid, serta kewajiban siswa dalam mentaati segala bentuk tata tertib yang telah
ditetapkan, agar siswa dapat mencegah dirinya sendiri untuk melakukan perbuatan yang
dapat merugikan dirinya dan instansinya. Dalam agama Islam, layanan Orientasi diberikan
kepada orang yang baru mengenal Islam, terkait perkara-perkara yang wajib, sunnah,
makruh, halal, dan haram, dan lain-lain bagi ummat Muslim, yang bertujuan agar seorang
yang telah menjadi Muslim tidak melanggar dan terjerumus melaksanakan perbuatan-
perbuatan dosa. Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi saat mengenalkan tentang Iman, Islam
dan Ihsan, melalui hadist:
‫ ٌل‬C‫ا َر ُج‬CCَ‫ َع َعلَ ْين‬Cَ‫و ٍم إِ ْذ طَل‬C
ْ Cَ‫لَّ َم َذاتَ ي‬C‫س‬
َ ‫ ِه َو‬C‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي‬
َ ِ‫س ْو ِل هللا‬ُ ‫س ِع ْن َد َر‬ ٌ ‫ بَ ْينَ َما نَ ْحنُ ُجلُ ْو‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ أَ ْيضا ً قَا َل‬ِ ‫عَنْ ُع َم َر َر‬
‫ه‬CC‫لى هللا علي‬CC‫س إِلَى النَّبِ ِّي ص‬ َ َ‫ َحتَّى َجل‬،ٌ‫ د‬C‫هُ ِمنَّا أَ َح‬Cُ‫ َوالَ يَ ْع ِرف‬،‫سفَ ِر‬
َّ ‫ الَ يُ َرى َعلَ ْي ِه أَثَ ُر ال‬،‫ش ْع ِر‬
َّ ‫س َوا ِد ال‬
َ ‫ش ِد ْي ُد‬ ِ ‫ض الثِّيَا‬
َ ‫ب‬ ِ ‫ش ِد ْي ُد بَيَا‬
َ
ْ ‫رنِي َع ِن ْا ِإل‬Cْ Cِ‫ا ُم َح َّمد أَ ْخب‬CCَ‫ ي‬:‫ض َع َكفَّ ْي ِه َعلَى فَ ِخ َذ ْي ِه َوقَا َل‬
ُ ‫ا َل َر‬CCَ‫ فَق‬،‫الَ ِم‬C‫س‬
‫لى هللا‬CC‫ ْو ُل هللاِ ص‬C‫س‬ ْ َ ‫وسلم فَأ‬
َ ‫سنَ َد ُر ْكبَتَ ْي ِه إِلَى ُر ْكبَتَ ْي ِه َو َو‬
‫ َوت َُح َّج‬   َ‫ضان‬َ ‫ص ْو َم َر َم‬ُ َ‫صالَةَ َوتُؤْ تِ َي ال َّزكاَةَ َوت‬ ُ ‫ش َه َد أَنْ الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬
َّ ‫س ْو ُل هللاِ َوتُقِ ْي َم ال‬ ْ َ‫سالَ ُم أَنْ ت‬ ِ ‫ ْا ِإل‬: ‫عليه وسلم‬
ِ‫ؤْ ِمنَ بِاهلل‬CCُ‫ أَنْ ت‬: ‫ا َل‬CCَ‫ا ِن ق‬CC‫َن ْا ِإل ْي َم‬
ِ ‫أ َ ْخبِ ْرنِي ع‬CCَ‫ ف‬:‫ا َل‬CCَ‫ ق‬،ُ‫ ِّدقُه‬C‫ص‬َ ُ‫أَلُهُ َوي‬C‫س‬
ْ َ‫هُ ي‬Cَ‫ فَ َع ِج ْبنَا ل‬، َ‫ص َد ْقت‬َ : ‫سبِ ْيالً قَا َل‬ َ ‫ستَطَعْتَ إِلَ ْي ِه‬ ْ ‫ا ْلبَيْتَ إِ ِن ا‬
‫ َد‬Cُ‫ أَنْ تَ ْعب‬:‫ا َل‬CCَ‫ ق‬،‫ان‬ َ ‫أ َ ْخبِ ْرنِي َع ِن ْا ِإل ْح‬CCَ‫ا َل ف‬CCَ‫ ق‬، َ‫ص َد ْقت‬
ِ C‫س‬ َ ‫ قَا َل‬.‫سلِ ِه َوا ْليَ ْو ِم اآل ِخ ِر َوتُؤْ ِمنَ بِا ْلقَ َد ِر َخ ْي ِر ِه َوش َِّر ِه‬
ُ ‫َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر‬
َّ َ‫أ َ ْعلَ َم ِمن‬CC‫ا ِب‬CC‫ؤ ُْو ُل َع ْن َه‬C‫س‬
‫ا َل‬CCَ‫ ق‬.‫ائِ ِل‬C‫الس‬ َّ ‫أ َ ْخبِ ْرنِي َع ِن‬CCَ‫ ف‬:‫ا َل‬CCَ‫ ق‬. ‫هللاَ َكأَنَّ َك ت ََراهُ فَإِنْ لَ ْم تَ ُكنْ تَ َراهُ فَإِنَّهُ يَ َرا َك‬
ْ ‫ا ا ْل َم‬CC‫ َم‬:‫ا َل‬CCَ‫ ق‬،‫ا َع ِة‬C‫الس‬
ِ Cَ‫ َقا َل أَنْ تَلِ َد ْاألَ َمةُ َربَّتَ َها َوأَنْ تَ َرى ا ْل ُحفَاةَ ا ْل ُع َراةَ ا ْل َعالَةَ ِرعَا َء الشَّا ِء يَتَطَا َولُ ْونَ فِي ا ْلبُ ْني‬،‫فَأ َ ْخبِ ْرنِي عَنْ أَ َما َراتِ َها‬
َ C َ‫ ثُ َّم ا ْنطَل‬،‫ان‬C
‫ق‬
‫[رواه‬. ‫ ُل أَ َتـا ُك ْم يُ َعلِّ ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم‬C‫ا َل فَإِنَّهُ ِج ْب ِر ْي‬Cَ‫ ق‬. ‫ ْولُهُ أَ ْعلَ َم‬C‫س‬ َّ ‫ ْد ِري َم ِن‬Cَ‫ َر أَت‬C‫ا ُع َم‬Cَ‫ ي‬: ‫ ثُ َّم قَا َل‬،‫فَلَبِ ْثتُ َملِيًّا‬
ُ ‫ هللاُ َو َر‬: ُ‫ائِ ِل ؟ قُ ْلت‬C‫الس‬
]‫مسلم‬

4
Prayitno & Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,( Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal.
255-256.
5
Wawancara dengan Guru BK MAN 1 Medan Khairunnisa’, S.Pd.I, pada tanggal 05 Agustus 2017
Artinya: Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang
mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-
bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga
kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada
lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad,
beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam :
“ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah,
dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “.
Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya
lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau
beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.
Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan
adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak
melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang
hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika
seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan
dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan
bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau
(Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada
kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)
Dari hadis di atas, dapat dipetik sebuah pemahaman, bahwa layanan orientasi yang
dilakukan oleh Nabi Saw., merupakan sebuah kegiatan Islami yang bertujuan untuk
mengenalkan pemeluknya atas berbagai hal yang menyangkut tentang ajaran Islam, agar
seorang muslim tidak merasa asing dalam ajaran Agamanya, dan dapat mencegah dirinya
sendiri terjerumus pada perilaku maladaptif terhadap agamanya. Begitu pula halnya,
penerapan layanan orientasi di sekolah, setidaknya dapat memberikan pencerahan bagi siswa
untuk lebih memahami situasi sekolah.
Adapun materi-materi layanan orientasi yang disampaikan di MAN 1 Medan
mencakup:
a. Struktur keorganisasian yang ada di MAN 1 Medan dari tingkatan atas sampai bawah dan
pola komunikasi yang terbangun di dalamnya.
b. Seluruh jajaran guru pada masing-masing bidang keahlian dan staf yang membantu
terselenggaranya pendidikan,
c. Kurikulum yang digunakan di MAN 1 Medan, dan sistem pembelajaran yang dilakukan.
d. Pengenalan program bimbingan konseling, berbagai macam kegiatan dan layanan yang
diperoleh oleh siswa.
e. Macam-macam ekstrakurikuler yang boleh diikuti oleh siswa, sebagai wadah untuk
penyaluran bakat siswa
f. Sarana dan prasaran yang dapat mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang
efektif.
Menurut bapak Amir, layanan orientasi memang sudah ada sejak lama, hanya saja
layanan orientasi dahulu dilakukan pada masa Masa orientasi siswa (MOS) dan pelaksananya
masih siswa dari OSIS saja. Sedangkan saat ini, guru BK bersama dengan beberapa guru
yang ditunjuk oleh kepala sekolah ikut memberikan materi yang berkaitan dengan
pengemban dan pengenalan pola belajar di MAN 1 Medan, sehingga, siswa lebih memahami
tentang kehidupan di sekolah.
Pelaksanaan layanan orientasi pada umumnya, dilakukan secara klasikal yang secara
langsung dipandu oleh guru BK, dan tata usaha sekolah di awal tahun ajaran baru.
Selanjutnya untuk mengenalkan berbagai fasilitas guru BK bekerja sama dengan OSIS
membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk berkeliling area sekolah, untuk mengenali
gedung dan sarana MAN 1 Medan. Melihat waktu pelaksanaan layanan orientasi yang
dilakukan pada awal tahun saja, kiranya masih kurang mendalam tentang pemaknaan layanan
orientasi bagi guru BK.
2. Layanan Informasi
Menurut Bapak Amir, ada tiga alasan utama mengapa pemberian informasi perlu
diselenggarakan. pertama, membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang
lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya yang berkenaan
dengan lingkungan sekitar. kedua, memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya,
ketiga, setiap individu adalah unik, keunikan itu akan membawakan pola pola pengambilan
keputusan dan bertindak yang berbeda-beda disesuaikan dengan aspek-aspek kepribadian
yang berbeda-beda pula sesuai dengan aspek-aspek kepribadian masing-masing individu.
Layanan informasi pada dasarnya merupakan sebuah bentuk bantuan dalam layanan
bimbingan konseling yang memungkinkan siswa dapat menambah wawasan baru dan up to
date agar siswa memiliki bekal untuk dirinya dalam mengatasi masalahnya secara mandiri.
Layanan informasi di MAN 1 Medan diberikan oleh guru BK melalu berbagai metode
dan strategi (komunikasi langsung maupun tidak langsung). Komunikasi langsung biasanya
diberikan secara klasikal, dimana guru BK menentukan siswa-siswa yang akan diberikan
layanan, kemudian mengumpulkannya di ruang kelas masing-masing secara bergantian.
Sedangkan komunikasi tidak langsung guru BK memberikan layanan informasi melalui
media cetak maupun elektronik, seperti: buku, brosur, leafleat majalah dan internet.
Pemilihan materi yang diberikan kepada siswa pada layanan Informasi didasarkan pada aspek
kebutuhan (need) siswa maupun sekolah. Menurut penuturan Ibu Nisa’, materi layanan
informasi disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata siswa yang diketahui
melalui instrumen asesmen atau inventori yang ada di sekolah, seperti: Alat Ungkap Masalah6
(AUM) yang diisi oleh siswa.
Setelah siswa selesai mengerjakan AUM, guru BK menganalisa masalah-masalah apa
saja yang sering dialami, dan menjadi pokok masalah yang membebani siswa selama ini.
Kemudian selanjutnya, guru BK menafsirkannya dan mengatur skala prioritas kebutuhan
siswa yang kemudian dikembangkan untuk dijadikan materi pada layanan informasi. hasil
studi dokumentasi di MAN 1 Medan pada tahun 2017, menunjukkan bahwa presentasi
masalah yang paling sering dialami siswa adalah:
Tabel : 12
Presentasi Masalah yang Sering Dialami Siswa

Jumlah Rata-
No Bidang Masalah Soal %
Masalah rata
1 2 3 4 5 6
1 Jasmani dan Kesehatan 1429 25 3,97 16
2 Diri Pribadi 1037 20 2,88 14
3 Hubungan Sosial 624 15 1,73 12
1 2 3 4 5 6
4 Ekonomi dan Keuangan 551 15 1,53 10
5 Karir dan Pekerjaan 749 15 2,08 14

6
AUM adalah singkatan dari Alat Ungkap Masalah, AUM ini berasal dari Mooney Problem Checklist
(MPCL) yang dibuat oleh Roos L. Mooney dan dikembangkan oleh Prayitno. AUM yang dipergunakan di MAN
1 Medan adalah AUM Seri Umum tingkat SLTA, AUM ini mengungkapkan semua permasalahan yang terdiri
dari 225 pernyataan yang berkiatan dengan keadaan: Jasmani dan kesehatan (JDK), Diri pribadi (DPI),
Hubungan sosial (HSO), Ekonomi dan keuangan (EDK), Karier dan pekerjaan (KDP), Pendidikan dan
pelajaran (PDP), Agama, nilai dan moral (ANM), Hubungan muda-mudi (HMM), Keadaan dan hubungan
dalam keluarga (KHK), Waktu senggang (WSG). Dalam perangkatnya AUM terdiri dari Buku Petunjuk
Penggunaan AUM, buku item pernyataan AUM dan lembar jawaban AUM.
6 Pendidikan dan Pelajaran 3417 55 9,49 17
7 Agama Nilai dan Moral 1612 30 4,48 15
Hubungan Muda Mudi dan
8 Perkawinan 488 15 1,36 9
Keadaan dan Hubungan Dalam
9 Keluarga 1016 25 2,82 11
10 Waktu Senggang 426 10 1,18 12
Jumlah 11349 225  

Tabel di atas menunjukkan bahwa pendidikan dan pelajaran (PDP) menduduki


peringkat teratas masalah yang sering dihadapi oleh siswa MAN 1 Medan sekitar 17%. Rata-
rata masalah pendidikan dan pelajaran yang dialami terkait dengan rendahnya motivasi
belajar siswa, model belajar yang monoton, serta rendahnya minat terhadap bidang pelajaran
tertentu. Untuk menambah informasi mengenai masalah pada bidang belajar, diperoleh suatu
penjelasan bahwa masalah-masalah pada bidang belajar yang sering mererka alami
disebabkan oleh kurangnya minat untuk memahami pelajaran tertentu seperti matematika
yang mereka anggap sangat susah dan harus menghafalkan rumus-rumus. Selain itu juga,
model pembelajaran yang monoton dan kurang menarik minat peserta didik menjadi salah
satu alasan yang mendasar terhadap rendahnya motivasi belajar siswa.
Masalah bidang belajar, pada dasarnya bukanlah masalah baru di MAN 1 Medan,
karena masalah yang sama juga sudah berulang kali dan hampir setiap tahun menjadi isu
yang yang dialami oleh siswa. oleh karena itu, untuk meminimalisir masalah tersebut pihak
guru BK beserta para jajaran guru di MAN 1 Medan melakukan berbagai upaya untuk
mengatasinya. Di antara usaha yang dilakukan adalah pemberian layanan orientasi dan
informasi mengenai belajar. Seperti yang telah dikemukan di atas, layanan orientasi diberikan
kepada siswa salah satunya untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang model
belajar yang dilaksanakan di MAN 1 Medan. Sedangkan, prakktik layanan informasi yang
diberikan berupa penjelasan-penjelasan kepada siswa mengenai model-model belajar yang
dapat dipergunakan oleh siswa, sesuai dengan ciri khas dan karakter masing-masing siswa.
Guru BK di MAN 1 Medan menyadari sepenuhnya bahwa, setiap siswa memiliki
keunikannya sendiri-sendiri yang berbeda dengan siswa lainnya. Ada siswa yang memiliki
dan cendrung belajar dengan model audio, visual, audio visual dan praktik.
Penelusuran tentang mengetahui cara belajar siswa di MAN 1 Medan, peneliti
melakukan wawancara dengan guru BK di MAN 1, Ibu Nisa’. Beliau menjelasakan untuk
mengetauhi karekteristik model belajar siswa, guru BK memberikan layanan informasi
terlebih dahulu mengenai ragam cara orang dalam belajar. Selanjutnya, setelah siswa
memahami berbagai jenis model belajar, guru BK memberikan instrument yang
dipergunakan untuk menilai seseorang dalam memahami sebuah kegiatan tertentu, disamping
ada pula lembar yang harus diisi oleh siswa mengenai kecendrungan siswa dalam belajar.
Setelah seluruh siswa menyelsaikan instrumen yang diberikan, guru BK mengumpulkan
lembar instrumen yang diberikan untuk dianalisa. Hasil interpretasi yang ditemukan,
menunjukkan bahwa sebagaian besar siswa lebih condong belajar dengan model praktik,
selanjutnya model belajar audio visual, lalu diikuti dengan model visual. Setelah mendapai
hasil tersebut, guru BK mengkonfirmasikan kepada guru pelajaran untuk melakukan koreksi
terhadap gaya dan model mengajar guru di kelas, sebagai perbaikan dan koreksi terhadap
kegiatan belajar-mengajar selama ini.
Disamping layanan informasi mengenai belajar, guru BK juga menganjurkan kepada
seluruh siswa bahwa belajar, bukan semata-mata aktifitas materiil saja. Pak Amir, selaku
koordinator guru BK sering mengingatkan bahwa, aktivitas belajar, memiliki keterkaitan
spiritual yang harus dipahami oleh siswa. Menurutnya, ilmu seperti halnya cahaya yang
diberikan oleh oleh Allah Swt., kepada manusia yang ingin mengabdikan dirinya untuk
belajar. Hal ini seperti syai’r yang pernah disampaikan oleh Imam Syafi’i tentang belajar
kepada gurunya Imam waki’:
ِ ‫صي َوأَ ْخبَ َرنِي بِأَنَّ ا ْل ِع ْل َم نُو ٌر َونُو ُر هَّللا اَل يُ ْهدَى لِ َعا‬
‫صي‬ َ ‫سو َء ِح ْف ِظي فَأ َ ْر‬
ِ ‫ش َدنِي إلَى ت َْر ِك ا ْل َم َعا‬ ٍ ‫ش َك ْوت إلَى َو ِك‬
ُ ‫يع‬ َ
Artinya: “Aku pernah mengadukan kepada Waki’ (Guru tentang jeleknya hafalanku. Lalu
beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa
ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.”7
Disini Imam Syafii setelah mendengarkan apa yang di ucapkan oleh gurunya, beliau
mulai merenung, setelah merenung beliau ingat kalau beliau tidak sengaja melihat paha
wanita ketika naik motornya kemudian kerangkat. Dari ketidak sengjaan Imam Syafii
membuat beliau merasa jelek hafalannya. Oleh karena itu, seorang yang hendak mencari ilmu
seharusnya menjaga dirinya untuk tidak terjerumus melakukan perbuatan maksiat yang dapat
mencegah masuknya cahaya Allah dalam diri. Masalah-masalah kesusahan siswa dalam
mengahapal, pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan masalah hati dan kebiasaan perilakuk
siswa. siswa yang sering melakukan perbutan maksiat, maka sulit menghafal pelajaran-
pelajaran yang bernilai kebajikan, karena pikirannya selalu diliputi oleh perilaku yang

7
Al Syaikh Abi Bakr al Masyhur Sayyid Bakr Ibn Sayyid Muhammad Syatho al Dimyathi, Hasyiyah
I’anatuth Tholibin, (Bairut: Alharamain, tt), Juz II, h. 190
mendorong untuk melakukan kemaksiatan yang dapat merusak jasmani maupun mental yang
ada dalam dirinya.
Praktik konseling Islami seperti di atas, yakni memasukkan nilai-nilai ajaran Islami
dalam kegiatan bimbingan maupun konseling merupakan salah satu bagian yang mungkin
tidak didapati pada lembaga pendidikan umum. Pemikiran barat hanya memfokuskan
masalah belajar siswa pada aspek materiil saja, berupa model belajar yang tampak. Padahal
kegiatan belajar bukan hanya semata-mata transfer of knowledge yang dapat dilakukan
dengan mudah jika antara guru dan murid sudah saling memahami model dan karakter belajar
masing-masing siswa. siswa yang mengerti bahwa ciri belajarnya berbasis pada model audio-
visual dianggap telah sukses, jika guru sudah mampu mengajarkannya cara belajar yang sama
dengan ciri khasnya. Dalam kajian keislaman, ada unsur psikologis dalam diri manusia yang
ikut berperan dalam seluruh kegiatan, seperti belajar. Aspek psikologis yang dimaksud dapat
berupa dimensi yang tidak tampak dalam diri manusia, namun dapat diamati seperti
kecendrungan manusia dalam ikatan keagamaan, yakni dimensi spritualis. Saipul Akhyar
menjelaskan, dimensi rohani manusia memainkan peran yang sangat signifikan terhadap
karakter dan terbentuknya suatu perilaku seseorang.8
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran menjadi salah satu bagian dalam konseling
Islami yang ada dilakukan di MAN 1 Medan untuk menunjang terwujudnya proses
bimbingan konseling Islami yang baik. Pak Amir mengemukakan bahwa layanan penempatan
dan penyaluran di MAN 1 Medan merupakan serangkaian kegiatan bimbingan dalam
membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya
penempatan atau penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan, atau program studi,
program pilihan, magang, kegiatan ekstrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat,
serta kondisi pribadinya. Sedangkan menurut Ibu Khairunnisa’, layanan penempatan dan
penyaluran bertujuan agar memiliki modal yang mumpuni saat berada ditenga-tengah
masyarakatnya, karena mau tidak mau, peserta didik akan menghadapi dunia kerja dan
perguruan tinggi setelah mereka lulus dari sekolah menengah, dan yang menjadi
permasalahan adalah banyak diantara peserta didik yang tidak tahu program apa yang akan
mereka pilih sesuai dengan kemapuan mereka. Dari alasan itulah layanan penempatan dan
penyaluran diberikan kepada peserta didik dengan tujuan mereka memperoleh tempat yang
sesuai untuk mengembangkan diri mereka secara maksimal.
Potensi dalam diri peserta didik perlu dikembangkan secara optimal. Pengembangan
potensi memerlukan kondisi dan lingkungan yang memadai. Layanan penempatan dan
8
Saiful Akhyar, Konseling Islami.., h. 296
penyaluran membantu peserta didik untuk ditempatkan pada lingkungan yang lebih serasi
agar potensi dalam yang ada dapat berkembang secara optimal. 9 Individu dalam proses
perkembangannya sering dihadapkan pada kondisi yang di satu sisi serasi (kondusif)
mendukung perkembangannya dan di sisi lain kurang serasi atau kurang mendukung. Kondisi
tersebut berpotensi menimbulkan masalah pada individu (siswa). Di samping itu, layanan
penempatan dan penyaluran bertujuan agar siswa menempatkan diri dalam program studi
akademik dan lingkup kegiatan non akademik, yang menunjang perkembangannya dan
semakin merealisasikan rencana masa depannya, atau melibatkan diri dalam lingkup suatu
jabatan yang diharapkan cocok baginya dan memberikan kepuasan kepadanya. Dengan kata
lain, tujuan layanan penempatan dan penyaluran ini agar siswa memperoleh tempat yang
sesuai untuk pengembangan potensi dirinya. Tempat yang dimaksud adalah lingkungan baik
fisik maupun psikis atau lingkungan sosio emosional termasuk lingkungan budaya yang
secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan siswa.
Praktik layanana konseling Islami dengan strategi penempatan dan penyaluran adalah
memberikan peluang kepada siswa untuk memilih jurusan yang sesuai dengan keahlian dan
minat belajar. Seperti yang dikemukan pada masalah belajar siswa di MAN 1 Medan di atas,
isu tentang rendahnya minat belajar siswa terhadap salah satu pelajaran dapat ditanggulangi
dengan menempatkan siswa pada jurusan yang benar-benar dikuasinya. Selanjutnya, agar
tidak terjadi maladaptif terhadap penjurusan siswa, guru BK memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengisi instrumen identifikasi penjurusan siswa. instrumen penjurusan siswa
diberikan kepada siswa dalam bentuk lembar kerja siswa, yang di dalamnya memuat tentang
data diri siswa, minat dan kelebihan dalam pelajaran tertentu, kelemahan dalam bidang
pelajaran beserta mencantumkan nilai hasil belajar, serta memberikan alasan yang relevan
memilih jurusan yang ia minati. Pada umumnya, sebelum mengisi formulis tersebut, siswa
diberiakn jangka waktu selama satu minggu untuk berkomunikasi terlebih dahulu atas
pemilihan jurusan kepada orang-orang terdekat. Selain itu juga, guru BK memberiakan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan konsultasi di ruangan BK bagi siswa yang masih
merasa kesulitan dalam pemilihan jurusan.
Pembagian jurusan di madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, dibagi menjadi tiga jurusan,
yakni, jurusan Ilmu pengetahuan Alam (IPA), jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan
jurusan Ilmu Agama (IA). Walaupun siswa diberikan kesempatan untuk memilih satu dari
ketiga jurusan yang diminati, namun, pada praktiknya penempatan jurusan tetap diputuskan
oleh pihak madrasah bersama dengan para guru dan kepala sekolah. instrumen yang diisi oleh
siswa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menempatkan siswa sesuai yang ia
9
Retno Tri Hariastuti, Dasar-Dasar.., hal. 29-30
minati, dengan memperhatikan nilai pelajaran yang diperolehnya, disamping minat dan
motivasi yang tinggi terhadap jurusan yang dipilih. Menurut, Pak Amir, jika pemilihan
jurusan diserahkan sepenuhnya kepada siswa, maka sangat sedikit siswa yang akan mimilih
jurusan IPA. Karena hampir rata-rata siswa merasa ketakutakan jika harus mempelajari
matematika, yang penuh dengan angka-angka dan rumus-rumus yang mereka anggap sangat
susah. Oleh karena itu, siswa yang dianggap mampu namun tidak memilih jurusan IPA, akan
dipanggil dan diberikan dorongan dan motivasi agar fobia tentang angka tidak algi
mengahantui mereka dalam menentukan jurusan IPA.
Salah satu yang peneliti sayangkan dalam menentukan jurusan, adalah minimnya
anjuran kepada siswa untuk meminta petunjuk kepada Allah terlebih dahulu sebelum
menentukan pilihan yang besar dalam karir pendidikan siswa. padahal, anjuran untuk
memohon pentunjuk dalam menentukan suatu perkara besar merupakan sebuah ajaran dalam
agama Islam yang seharusnya menjadi tradisi yang mesti dilestarikan dan diajarkan sejak
anak-anak berada dalam lingkup pendidikan. Sehingga, saat anak-anak yang saat ini menjadi
siswa akan terbiasa menyandarkan dan bertawakkal kepada Penciptanya dalam menentukan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Memang, kelihatannya sangat unik dan jarang
terjadi dalam kehidupan siswa di sekolah/madrasah, hal ini terjadi karena kegiatan manusia
lebih didominasi dan diukur dengan menggunakan alat maupun instrumen yang bersifat
materiil, dan tidak jarang melupakan intrument yang bersifat sprituil yang dianggap sulit
untuk diukur jawabannya.
Bidang ekstrakurikuler siswa di MAN 1 Medan menyediakan beberapa kegiatan yang
dapat menyalurkan bakat siswa. pada umumnya guru BK mengamati kecendrungan-
kecendrungan siswa ketika waktu pertama kali siswa masuk MAN 1 Medan. selain itu juga,
guru BK memiliki intrument minat siswa yang dipergunakan untuk mengukur keberminatan
siswa terhadapa lingkungan tersebut. Berbagai bidang ekstrakurikuler tersebut ditangani
langsung oleh siswa. Menurut penuturan Ibu Nisa’ pada layanan penempatan dan penyaluran,
guru BK tidak terlalu bnyak ikut campur dalam menentukan penyaluran bakat dan minat
siswa. Guru BK hanya memberikan informasi minat siswa berdasarkan instrumen minat yang
telah diisi oleh siswa.
4. Layanan Penguasaan Konten
Praktik konseling Islami di MAN 1 Medan juga didukung dengan memberikan
layanan penguasaan konten. Pada awalnya, layanan penguasaan konten ditujukan hanya
sebatas kegiatan-kegiatan remidial yang berisifat pengualangan materi kepada siswa yang
belum mengusai terhadap bidang pelajaran tertentu. Menurut Bapak Amir, dahulu praktik
layanan konten disamakan dengan kegiatan bimbingan belajar yang diperuntukkan kepada
siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, dan siswa yang mendapatkan nilai
dibawah rata-rata. Siswa yang memiliki prestasi yang rendah dikumpulkan baik secara
kelompok maupun pribadi untuk dilakukan sebuah kegiatan yang dapat mengembangkan
kemampuan siswa yang berkenaan dengan sikap belajar yang baik dan pengulangan terhdap
beberapa jenis pelajaran yang dianggap berdampak negatif terhadap perkembangan belajar
siswa. hal ini sesuai dengan pandangan Prayitno yanga mengatakan bahwa Layanan konten
yakni layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan
kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.Layanan konten
merupakan layanan bantuan kepada individu baik secara sendiri atau kelompok untuk
menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui proses belajar. 10 Layanan konten
membantu individu menguasai aspek-aspek konten tersebut secara tersinergikan, dengan
penguasaan konten, individu diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya serta mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya.
Belakangan ini, layanan penguasaan konten di MAN 1 Medan diarahkan kepada
penguasaan terhadap pengembangan keterampilan khusus yang diajarkan kepada siswa untuk
menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian sikap, menguasai cara-cara
atau kebiasaan tertentu, untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah-masalahnya.
Permasalahan yang diangkat pada layanan penguasaan konten biasanya masalah-masalah
yang bersifat umum dan tidak bersifat pribadi keterampilan siswa dalam memanajeman stres
dalam menghadapi ujian nasional (UN), kemampuan meningkatkan kepercayaan diri siswa,
keterampilan berbicara di depan umum dan atau mengamalkan amalan-amalan dan doa-doa
khusus dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah) agar menjadi
pribadi yang selaras dengan tuntunan ajaran agama Islam dan sukses dalam belajarnya.
Ketika peneliti tanyakan kepada siswa MAN 1 Medan, diperoleh penjelasan bahwa
masalah-masalah umum yang sering diangkat dalam layanan penguasaan konten tersebut
diberikan atas dasar kebutuhan siswa. sedangkan jika ada masalah yang lebih bersifat pribadi,
biasanya siswa sendiri datang menemui guru BK/Konselor untuk berkonsultasi atau meminta
petunjuk tentang penyelesaian masalah yang tengah dihadapinya secara khusus (secara empat
mata), diluar jam-jam pelajaran. Dalam konteks ini, maka Bapak Amir, sering menjadi
rujukan, disamping beliau adalah salah satu guru BK yang senior, beliau pula, guru BK di

10
Prayitno, Seri Panduan Layanan Dan Kegiatan Pendukung Konseling:Jenis Layanan Dan Kegiatan
Pendukung Konseling, (Padang: Universitas Negeri Padang, 2012), hal. 89
MAN 1 Medan yang telah memiliki sertifikasi profesional sebagai seorang konselor
(menempuh pendidikan profesi konselor). Lantas, dorongan serta motivasi yang diberikan
kepada siswa yang mengalami masalah tersebutlah yang menyebabkan mereka semakin
berani untuk mengajukan berbagai permasalahannya kepada guru BK.
Selain itu, dalam rangka mengembangkan kebiasaan relegius dan membangun
generasi bangsa yang berkarakter Islami dan berilmu pengetahuan (visi MAN 1 Medan),
maka pihak sekolah mendesign sebuah program yang dianggap dapat menumbuhkan
kecintaan diri terhadap Agamanya, yakni Program membaca Alquran sebelum belajar.
Penulis sendiri, mempertanyakan hal ihwal mengenai program baca Alquran sebelum belajar
berlangsung kepada Kepala sekolah MAN 1 Medan.11 “sesuai dengan visi dan misi sekolah,
kami ingin mengedepankan siswa yang tidak hanya Islam tetapi juga berkarakter Islami,
siswa yang beriman lagi berpengetahuan. Program membaca Alquran sebelum membaca
merupakan sebuah alasan agar siswa didorong untuk cinta pada Alquran dan dapat
mengamalkan isi yang terkandung di dalamnya, karena pada zaman sekarang, para remaja
lebih mementingkan hp, gadget dibandingkan membaca Alquran. Bahkan parahnya lagi,
banyak siswa yang sudah berbulan-bulan tidak membaca Alquran. Oleh karena itu, kami
menargetkan 2 Minggu Khatam sekali.”
Suatu hal yang menarik dari hasil wawancara di atas adalah, cita-cita besar yang
jarang dimiliki oleh sekolah lainnya, yakni mengedepankan Iman dibanding kepintaran. Di
saat sekolah/madrasah berlomba-lomba untuk menciptakan siswa yang pintar, maka MAN 1
Medan memiliki harapan kecil yang bernilai besar yakni, menciptakan siswa yang bukan
hanya Islam tetapi berkarakter Islami. Zaman Informasi saat ini diwarnai dengan semakin
terbukanya seseorang untuk mendapatkan informasi dari berbagai Negara. Segala jenis
kebutuhan mudah ditemukan, segala jenis media sosial sangat laku di pasaran, namun
sayangnya kebutuhan spiritual (membaca Alquran) dilupakan, sikap sopan santun diolok-
olok dan dianggap sudah tidak relevan dengan zaman sekarang oleh remaja saat ini.
Menurut analisa penulis, langkah yang telah dilakukan oleh pihak MAN 1 Medan
berkaitan dengan program baca Alquran sebuah usaha yang sangat berperan besar terhadap
pembentukan karakter siswa. ditambah lagi, jika pihak sekolah mampu memberikan
pemahaman yang baik atas apa yang dibaca oleh siswa. Ilmu kesehatan jiwa, psikoterapi,
maupun konseling ternyata memiliki kaitan yang sangat erat dengan Agama. Dadang Hawari
mencatat beberapa penemuan penting terkait masalah kesehatan kejiwaan pada masa remaja,

11
Wawancara dengan Guru BK MAN 1 Medan Bapak Khairul Fuadi, S.Psi, pada tanggal 12 Agustus
2017
yakni dari 200 penelitian epidemiologik menyimpulkan terdapat hubungan yang positif
terhadap antara komitmen Agama dan kesehatan, resiko terserang penyakit kardiovaskuler
lebih kuat kepada mereka yang tidak memiliki komitmen terhadap agama menurut Larson
dalam temuannya.12 Salah satu komitmen dalam bergama adalah membaca Al Qur’an yang
berfungsi sebagai penawar bagi mereka yang mempercayainya. Bahkan secara tegas Firman
Allah dalam Q.S. Al Isra’, 17 :82,

b. Praktik Konseling Islami di MAN 2 Model Medan


Seperti yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya (konseling di MAN 1
Medan), konseling yang dilaksanakan di MAN 2 Model Medan ditinjau secara khusus dari
model pelayanan konseling Islami terhadap para siswa. dapat dikatakan bahwa MAN 2
Model Medan sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam setingkat pendidikan menengah
atas yang memiliki jumlah siswa yang tidak kurang dari 2000 siswa. Dengan jumlah yang
sedemikian banyak, maka tidak diragukan lagi bahwa pelaksanaan konseling Islami sudah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan. Konseling sebagai salah
satu bagian yang integral dalam pendidikan Nasional, telah memiliki tempatnya sendiri
dalam bidang pengembangan keterampilan siswa, agar siswa mampu tumbuh dan
berkembang sesuai dengan fitrah dasar yang dimilikinya. Dalam konteks pendidikan Islam,
fitrah diartikan sebagai sifat bawaan manusia sejak dalam kandungan, yakni fitrah tauhid.
Keberadaan MAN 2 Model Medan yang telah memiliki nama yang tersohor di
Provinsi Sumatera Utara juga menjadai salah satu lembaga pendidikan Islam Negeri yang
memiliki asrama putri sebagai tempat tinggal, bagi siswa yang berasal dari daerah yang jauh
dari kota Medan. paling tidak terdapat 150 siswa yang memilih tinggal di asrama di bawah
pengawasan dua orang guru, yang bertugas sebagai pembina dan guru pembimbing di MAN
2 Model Medan. hampir mirip dengan model pesantren, dimana santri tinggal menginap di
asrama yang disediakan, maka MAN 2 Model Medan mencoba mempraktikkan model
pendidikan pesantren sebagai salah satu cara baru dalam sistem pendidikan Islam Negeri
setingkat pendidikan menengah atas. Rangkaian kegiatan yang ada di asrama pun dikelola
secara baik, yang sengaja didesign untuk meningkatkan kualitas siswa yang berada di asrama,
sehingga siswa yang tinggal, tidak merasa seperti berada di kos atau kontrakan, melainkan
ada kegiatan-kegiatan yang diperuntukkan untuk mendukung karir akademik siswanya,

12
Dadang Hawari, Al-Qur’an: Il Kedokteran Jiwa dan Kkesehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT. Dana Bakti
Prima Yasa, 1995), h. 14-17.
seperti kegiatan mengaji Alquran setelah sholat magrib yang dipandu oleh guru pembimbing,
takror (mengulang kembali pelajaran), serta kegiatan menghafal Alquran.
Menurut Bapak Khairun Naim, S.Pd.I, selaku guru BK di MAN 2 Model Medan
menyatakan, adanya asrama sebagai tempat tinggal bagi siswa yang berasal dari daerah
sangat membantu guru pembimbing khususnya untuk mengamati perkembangan siswa baik
dari sisi sikap keagamaan maupun membantu meningkatkan kualitas akademik siswa. karena
kegiatan di asrama, secara khusus didesign untuk memberikan layanan-layanan yang
mendukung kemajuan dan pengembangan kecerdasan spiritual maupun kecerdasan akal. 13
Selain itu, orang tua siswa yang anaknya tinggal di asrama merasa tenang dengan keberadaan
anaknya yang selalu diawasi oleh pihak sekolah. menurut hemat peneliti, keberadaan asrama
di MAN 2 Model Medan itulah alasan mengapa MAN 2 Medan disebut sebagai MAN 2
Model, yang ingin mempraktikkan pendidikan Islam Negeri berbasis ala pesantren (semi
pesantren). Memang, jika kembali mengulas sejarah madrasah, maka kehadiran madarasah
adalah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berangkat dari nilai-nilai pesantren di
Indonesia yang telah ada semenjak zaman penjajahan, yang bertujuan memfasilitasi siswa
untuk memahami ajaran-ajaran Islam disamping pengetahuan umum.
Praktik layanan bimbingan dan konseling di MAN 2 Model Medan model medan
memang dirasakan terus mengalami perbaikan dan perkembangan yang positif untuk terus
berbenah menuju model pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge), tetapi juga berupaya memberikan bimbingan kepada siswa-siswanya
untuk memiliki kemandirian yang kuat sebagai salah satu langkah menuju pribadi yang
berkembang secara optimal. Hal ini ditandai dengan diwujudkannya sub-bagian pendidikan
yang secara khusus menangani dimensi psikologis siswa, atau yang lebih familiar disebut
dengan bidang bimbingan dan konseling. Penerjemahan akan pentingnya keberadaan
bimbingan dan konseling memang mulai dirasakan oleh pihak sekolah maupun siswa setelah,
guru BK di MAN 2 Model Medan mampu mempresentasikan keberadaan konseling Islami,
yang tidak hanya mengurusi siswa-siswa yang bermasalah dan melanggar tata tertib sekolah,
akan tetapi bimbingan dan konseling secara idealnya, memiliki ekspektasi dan tujuan yang
tinggi dalam pendidikan Nasional, yang berbeda praktik pelaksanaannya dengan guru-guru
mata pelajaran yang ada di MAN 2 Model Medan.
Secara yuridis, peraturan pemerintah mengenai bimbingan dan konseling di sekolah
memang sudah sangat jelas disebutkan pada Permendikbud nomor 111 tahun 2014 tentang

13
Wawancara dengan Guru BK MAN 2 Model Medan Bapak Khairun Naim, S.Pd.I, pada tanggal
21September 2017
bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Namun
sayangnya implementasi bimbingan dan konseling hampir rata-rata lembaga pendidikan di
Indonesia belum menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditengarai oleh minimnya
pemahaman dari segenap personil sekolah terhadapa keberadaan bimbingan dan konseling
pada ranah pendidikan. Pandangan-pandangan miring yang ditujukan baik kepada bimbingan
dan konseling maupun kepada guru BK masih sering sekali muncul dan disalah artikan. salah
persepsi mengenai eksistensi guru BK di sekolah/madrasah sering sekali disebut dengan
polisi sekolah, tukang hukum siswa, dan guru ban serep terus dialamatkan kepada guru BK.
Hal tersebut tidak bisa dipungkiri, karena memang secara realitas, masih banyak guru BK
yang kerjanya seperti polisi, yang mengawasi siswa-siswa yang melanggar tata tertib atau
mengganggu kesakralan dalam proses belajar-mengajar serta siswa yang nakal dan bandel.
Tidak jarang, guru BK memberikan hukuman kepada siswa yang melanggar, dimulai dari
lari-lari kecil keliling sekolah, dijemur di lapangan sekolah. membersihkan toilet dan bahkan
ada yang dihukum secara fisik, dengan alasan agar siswa tidak mengulangi lagi
kesalahannya.
Guru BK yang ada pada saat itu memang tidak bisa disamakan dengan guru BK saat
ini yang telah banyak mengeyam pendidikan tentang bimbingan dan konseling serta
terbukanya keran informasi yang sangat luas, yang memungkinkan guru BK saat ini untuk
mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman yang baru tentang pendidikan. Bayangkan saja,
pengangkatan guru BK di MAN 2 Model Medan, pada tahun 1990-an didasarkan pada
keahlian dan kemahiran seorang guru dalam bidang agama, walaupun dari segi pendidikan
tidak linear dengan jurusan bimbingan dan konseling dan tidak pernah mendapatkan
pelatihan tentang tugas dan fungsi guru BK di sekolah. bahkan, yang lebih menggelitik lagi,
guru BK pada saat itu diangkat karena alasan memiliki perawakan yang ditakuti oleh siswa,
sehingga muncul sebuah paradigma, minimnya pelanggaran siswa disebabkan oleh takut
kepada guru BK dan bukan karena munculnya kesadaran dalam diri siswa atas perilaku yang
dilakukannya sudah merugikan diri sendiri dan lingkungan sekolahnya.
Saat ini eksistensi guru BK di MAN 2 Model Medan sedikit demi sedikit telah
mengalami perubahan, walaupun belum dikatakan cukup maksimal, akan tetapi usaha yang
telah dilakukan sampai saat ini menunjukkan adanya komitmen yang kuat terhadap
pembenahan dalam bidang bimbingan dan konseling. Salah satu perubahan yang tampak
adalah sistem perekrutan guru BK yang didasarkan pada guru yang benar-benat memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling yang dibuktikan melalui lulusan pendidikan
jurusan bimbingan dan konseling. Setidaknya di MAN 2 Model Medan kini telah memiliki
empat guru BK yang secara akademis adalah strata 1 (S1) bimbingan dan konseling dari
berbagai latar belakang lembaga pendidikan,baik yang umum maupun lulusan dari bimbingan
dan konseling Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Perbedaan yang tampak lagi, dari lembaga bimbingan dan konseling di MAN 2 Model
Medan, yakni memiliki program layanan konseling secara terjadwal satu kali seminggu untuk
masing-masing kelas yang ada (satu jam mata pelajaran = 45 menit). Selebihnya adalah
kegiatan konseling Islami yang dilakukan secara insidentil terhadap siswa yang bermasalah
atau mengajukan masalahnya kepada guru BK untuk dibantu cara penyelesaiannya, di
ruangan bimbingan dan konseling yang secara khusus disediakan untuk melakukan layanan
konseling individu maupun kelompok. Hal ini sesuai dengan penjelasan lampiran
permendikbud nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan Dan Konseling Pada Pendidikan
Dasar Dan Pendidikan Menengah.
Selanjutnya, penelusuran mengenai kegiatan konseling Islami di MAN 2 Model
Medan, difokuskan pada seluruh kegiatan yang dilakukan oleh guru BK, baik yang yang
dilakukan secara terjadwal maupun konseling Islami yang dilakukan secara insedentil. Pada
dasarnya, pelaksanaan konseling Islami di MAN 2 Model Medan bersumber pada
pengamatan yang dilakukan oleh guru BK ketika berlangsungnya proses belajar-mengajar
maupun di luar jam pelajaran di lingkungan sekolah. selain itu juga, proses kegiatan
konseling Islami tidak lagi hanya bersifat insedentil semata melainkan sebuah proses analisis
dan dialektis untuk menetapkan kegiatan yang akan dilakukan selama satu ajaran dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan (Tujuan Pendidikan Nasional). Bimbingan konseling
merupakan salah satu dari sekian perangkat yang berupaya mewujudkan tujuan pendidikan
nasional maupun tujuan MAN 2 Model Medan. Penyusunan program BK maupun konseling
Islami memang pada dasarnya harus dimulai dengan melakukan asesmen, atau kegiatan lain
yang dapat mengidentifikasi aspek-aspek yang mengdukung untuk dijadikan program
BK/Konseling Islami di sekolah maupun madrasah. Hal ini senada dengan arahan Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), bahwa program BK dilakukan berdasarkan
atas need assesment siswa yang meliputi:
1) Asesmen lingkungan, yang berupa hal-hal yang berkaitan dengan harapan (visi, misi, dan
Tujuan) sekolah/madrasah dan masyarakat (orang tua siswa), sarana dan prasarana
program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, serta kebijakan pimpinan
sekolah/madarasah.
2) Asesmen kebutuhan siswa, dalam hal ini terkait masalah siswa yang meliputi, aspek
kesehatan jasmani dan rohani, motivasi belajar, sikap belajar, kemampuan komunikasi,
bakat-minat (pekerjaan, jurusan, olah raga, seni dll.), masalah-masalah kepribadian dan
tugas-tugas perkembangan siswa.14
Asesmen lingkungan dalam program BK/konseling Islami berangkat dari sebuah
paradigma bahwa pendidikan hendaknya membekali siswa dengan kemampuan dan
keterampilan yang dapat dipraktikkan di lingkungan masyarakat, karena siswa adalah bagian
dari anggota masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari kelompoknya. Namun,
Permasalahan yang saat ini masih sering ditemui adalah adanya jurang pemisah antara
sekolah dan masyarakat. Seakan-akan, sekolah memiliki dunia sendiri dan lingkungan
masyarakat memiliki dunianya sendiri pula, sehingga keduaanya susah untuk bertemu apalagi
disinkronkan. Dalam membuat program BK, pihak sekolah sangat jarang mengelaborasikan
kearifan lokal masyarakat, harapan dan ekspektasi masyarakat menjadi bagian program BK
yang harus diajarkan. Padahal, sebagai bagian dari masyarakat, siswa harus dibekali dengan
berbagai pengetahuan tentang kehidupan bermasyarakat, agar siswa tidak merasa canggung
dengan kehidupan di masyarakatnya. Pengabaian harapan stakeholder terhadap
perkembangan siswa dapat menimbulkan kesenjangan antara sekolah/madrasah dan
lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, program-program BK/konseling Islami sudah
semestinya didesign sedemikian rupa dengan memperhatikan isu-isu yang terkait dengan
harapan masyarakat terhadap pendidikan siswa, jangan sampai pendidikan (Konseling Islami)
diselenggarakan dengan melalaikan isu-isu pokok yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Tidak hanya sampai disitu, isu-isu yang ada di masyarakat, baik fisik, psikis, maupun
sosial dijadikan salah satu alasan dalam perencanaan pembuatan program BK. Hal ini senada
dengan hasil wawancara yang peneliti peroleh dari guru BK di MAN 2 Model Medan Ibu
Zuraidah Damanik, S.Psi.15 Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan
yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat.
Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau diluar jangkauan kemampuan, maka
akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseling, seperti terjadinya stagnasi
(kemandekan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Iklim
lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti maraknya tayangan televisi dan media-
media lain, penyalahgunaan alat kontrasepsi, ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga,
dan dekandensi moral orang dewasa ini mempengaruhi perilaku atau gaya hidup konseli

14
Departemen Pendidikan Nasional, Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dan Layanan
Bimbingan Dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, (Bandung: Jurusan Psikologi dan BK, 2008), hlm.
220
15
. Wawancara dengan Guru BK MAN 2 Model Medan Ibu Zuraidah , S.Psi, pada tanggal 07 Oktober
2017
(terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak
yang mulia), seperti pelanggaran tata tertib, pergaulan bebas, tawuran, dan kriminalitas.
Berangkat dari pemahaman-pemahaman tersebut, maka praktik konseling Islami di
MAN 2 Model Medan tidak lagi bekerja pada kondisi sesaat. Artinya, pelaksanaan konseling
Islami tidak hanya dilakukan ketika adanya siswa yang bermasalah atau siswa yang datang
untuk mengajukan masalahnya. Melainkan, membuat upaya-upaya yang dapat mencegah
siswa untuk masuk terjerumus dalam permasalahan kehidupannya, atau paling tidak, siswa
mampu meminimalisir masalah yang tengah dihadapinya. Oleh karena itu, praktik konseling
Islami juga memuat tentang segala bentuk layanan yang secara terjadwal dan tersistematis
akan diuraikan setelah penjelasan mengenai konseli Islami di MAN 2 Model Medan.
Saat peneliti mengajukan pertanyaan kepada guru BK di MAN 2 Model Medan
mengenai masalah yang sering ditangani, guru BK menuturkan bahwa permasalahan yang
dihadapi siswa sangat beragam dan berbeda-beda. Pada dasanya, guru BK terus mengamati
perilaku siswa-siswai dan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan madrasah
atau saat berlangsungnya proses belajar-mengajar. Ketika siswa berada di lingkungan
sekolah/madrasah, guru BK memperhatikan perubahan-perubahan perilaku siswa yang
memperlihatkan gejala-gejala yang tidak wajar, atau menunjukkan simtom-simtom yang
terkesan bahwa siswa sedang memiliki masalah. Perilaku-perilaku tersebut ditangkap oleh
guru BK, kemudian dipahami, apakah perilaku yang dimunculkan mengganggu pada sikap
belajar dirinya dan temannya, kurang bergairah/semangat dalam belajar, hilangnya
konsentrasi, mudahnya hilang hafalan, melamun saat pelajaran sedang berlangsung, atau
sama sekali tidak hadir mengikuti pelajaran, bahkan sampai bolos sekolah. selain itu,
pengamatan guru BK terhadap masalah siswa didasarkan pula atas laporan dari guru-guru
pelajaran maupun wali kelas. Laporan yang disampaikan oleh para guru biasanya mengenai
masalah kedisiplinan siswa, seperti: melanggar tata tertib sekolah/madrasah, terjadi
pertengkaran sesama teman kelas maupun sesama teman madrasah, pacaran antar sesama
madrasah, dan keselutian dalam beradaptasi dengan lingkungan baru.
Sebagai salah satu guru BK di MAN 2 Model Medan, Bapak Naim, yang merupakan
alumni dari UIN-SU, menyatakan bahwa apapun masalah yang dihadapi oleh siswa di
sekolah memiliki kaitan yang sangat erat dengan pandangan siswa terhdap Allah Swt., maka
praktik konseli Islami yang dilakukan oleh Guru BK dengan cara menegakkan kembali
potensi-potensi tauhid yang ada pada dalam diri siswa sesuai dengan proporsi yang
sebenarnya. beliau juga meyakini bahwa konseling Islami pada dasarnya adalah sebuah upaya
mengembangkan fitrah yang ada dalam diri manusia, agar dapat berkembang secara optimal,
sehingga siswa mampu hidup selaras dengan ajaran-ajaran Islam untuk memperoleh
kebahagiaan hidup di Dunia dan kebahagiaan hidup di Akhirat. Oleh karena itu,
pengembangan fitrah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain untuk terus
mengingatkan dan menasehati siswa untuk selalu menjaga keimanan meraka, lebih-lebih
mampu meningkatkan kesadaran diri siswa dalam beribadah dan memiliki gairah yang tinggi
dalam mengamalkan ajaran Islam pada setiap aspek kehidupan.
Tidak dapat dinafikan, bahwa melaksanakan konseling Islami dengan terus
mengingatkan untuk merawat keimanan dan mengamalkan Islam dan Ihsan bukan perkara
yang mudah, terlebih sasaran konseling Islami di sekolah ditujukan kepada siswa-siswa yang
nota bene masih usia remaja, yang memiliki sifat labil, ingin senang-senang bersama teman-
teman, bebas dalam bergaul dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Namun, keyakinan kuat
serta usaha yang ikhlas dalam diri guru BK peneliti anggap akan membuahkan hasil manis
pula, yang dapat dinikmati dikemudian hari baik untuk siswa sendiri maupun masyarakat
yang ditinggalinya. Barang siap yang menanam pasti akan menuai/memanen hasilnya. Paling
tidak itulah dasar yang menguatkan komitmen guru BK di MAN 2 Model Medan untuk terus
membibing para siswa agar menjadi siswa yang tidak hanya shaleh individula tetapi juga
saleh secara sosial.
Seperti yang telah disampaikan di atas, mengenai masalah-masalah yang dihadapi
oleh siswa ( merasa gelisah tidak memiliki tujuan di masa depan, melanggar tata tertib
sekolah/madrasah, terjadi pertengkaran sesama teman kelas maupun sesama teman madrasah,
pacaran antar sesama madrasah, dan keselutian dalam beradaptasi dengan lingkungan baru).
Maka konseling Islami diawali dengan menyadarkan siswa bahwa masalah yang dimaksud
harus dipandang sebagai sesuatu yang datang dari diri sendiri maupun dari Allah (apakah
ujian, atau cobaan), yang adakalanya merupakan akibat dari perilaku dan sikap negatif yang
secara tidak sadar telah dilakukan. Dalam konteks ini, guru BK ingin menyampaikan bahwa
pada dasarnya semua masalah pasti ada jalan keluarnya, dan tidak ada masalah yang tidak
bisa diselesaikan, kecuali tidak ada keinginan untuk memperbaikinya. Dalam Q.S Al Insyrah,
94: 5-6 memiliki makna bahwa setiap masalah pasti memiliki banyak jalan keluar. Oleh
karena itu, pada tahap awal dari konseling Islami yang dilakukan di MAN 2 Model Medan,
teknik insight, pencerahan dan penyadaran awal menjadi dasar utama dalam proses konseling
Islami.
Selanjutnya, proses konseling Islami dilanjutkan dengan melakukan wawancara yang
dilakukan secara pribadi (empat mata), untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi
oleh siswa serta sebab-sebab munculnya masalah yang dihadapi. Pada tahap ini keterampilan
keterampilan attending (bersikap) memang harus benar-benar dimunculkan, agar terkesan
bahwa guru BK memiliki sikap perhatian dan tidak terlihat adanya rasa benci atau marah
kepada siswa yang bermasalah. kecakapan dalam memperhatikan dan mendengar setiap
detail masalah yang diutarakan oleh siswa merupakan ketrampilan yang paling mendasar
dalam proses konseling Islami tegas guru BK. Dengan memperhatikan kondisi siswa secara
seksama, maka secara tidak sadar, masalah siswa sudah mulai berkurang. Tanggapan senada
pernah disampaikan pula oleh Namora Lumongga Lubis, bahwa sikap attending (perhatian)
dalam proses konseling telah mampu mengurangi 20% masalah yang dihadapi oleh klien.16
Hal ini mengingatkan peneliti pada sikap dan peran yang diambil oleh Rasulullah Saw
dalam menangani kasus “pemuda yang meminta izin berbuat zina” kepadanya. Rasulullah
Saw tidak memposisikan diri sebagai subyek yang melarang atau menasehati, tetapi
menempatkan diri sebagai subyek yang mengantarkan pemuda itu untuk berpikir jernih dan
merenung tentang implikasi perbuatan zina terhadap orang lain. Proses penanganan ini
dimulai setelah pemuda itu duduk di dekat Rasulullah Saw. Kesedihan pemuda itu duduk di
dekat Rasul sebenarnya secara psikologis telah menjadi modal dasar bagi Rasulullah untuk
memberikan jawaban-jawaban yang dapat diterima oleh akal sehatnya. Proses penanganan ini
dicermati manakalah Rasul tidak secara serta merta memberikan jawaban atas pertanyaan
yang dilontarkan oleh pemuda itu, tetapi Rasul balik bertanya dengan melontarkan satu
pertanyaan dengan cara yang lemah lembut, yakni “bagaimana (pendapatmu) jika ada orang
yang akan menzinahi ibumu?” Pemuda itu dengan pasti memberikan jawaban: “Demi Allah
aku tidak akan membiarkannya”. Dan jawaban pemuda ini, sudah dapat dipahami bahwa
gejolak emosional pemuda itu sudah mulai menurun dan akal sehat mulai berfungsi dengan
baik.
Ketika itu Rasul memberi komentar yang amat singkat: “Nah begitu pula orang tidak
akan membiarkan hal (perbuatan zina) ini terjadi pada ibu mereka. Namun demikian, Rasul
masih mengajukan dua pertanyaan berikutnya, yakni: (1) bagaimana jika (perbuatan zina itu
dilakukan) terhadap anak perempuanmu? Pemuda itu juga memberikan jawaban: Tidak, demi
Allah, aku tidak akan membiarkannya; dan (2) bagaimana jika terhadap saudara
perempuanmu? Pemuda itu juga menjawab: tidak juga ya Rasul, demi Allah, aku tidak akan
membiarkannya. Pada kesempatan ini Rasul menekankan komentarnya yang amat singkat
dengan nada suara yang lembut: “nah begitu juga orang lain tidak akan membiarkan putrinya
atau saudara perempuannya atau bibinya dizinahi”.

16
Namora Lumongga Lubis, Memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktek (Jakarta:
Kencana, 2001), h. 22,
Berdasarkan kajian di atas, dapat dipahami bahwa salah satu faktor keberhasilan
penanganan kasus “seorang pemuda minta zina berbuat zina” yang dipraktekkan oleh
Rasulullah Saw pada tahap pelaksanaan adalah:
(1). Proses awal penanganan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw adalah menempatkan diri
sebagai subyek yang mengantarkan pemuda (klien) itu berpikir jernih dan merenung
(bertafakkur). Dari apa yang dipraktekkan Rasul ini dapat diambil teladannya adalah
konselor harus memulai kegiatannya dengan mengumpulkan data atau informasi tentang
kasus yang dihadapi seseorang (klien). Ketika informasi kasus telah ditemukan, konselor
tidak langsung mengambil keputusan seperti dengan cara menasehati, melarang atau
menyuruh suatu tindakan tertentu kepada klien. Dalam hal ini, konselor dituntut untuk
memposisikan diri sebagai subyek yang mengantarkan klien berpikir jernih dan
bertafakkur.
(2). Rasul bersikap sopan-santun dan lemah-lembut ketika mengajukan pertanyaan lisan,
mendengar jawaban dan ketika meresponnya. Jadi, dalam wawancara konseling; (1)
proses penanganannya dengan cara-cara yang lemah lembut dan sopan santun; (2) nada
bicara yang baik dan pantas, tidak menyinggung perasaan; dan (3) dalam suasana yang
penuh keakraban.
(3). Rasul mengajukan pertanyaan secara lisan, mendengar jawaban dan diikuti dengan
memberikan respon secara singkat dan padat maknanya. Dari apa yang dipraktekkan
Rasul ini dapat diambil teladannya bahwa konselor dalam melakukan wawancara
konseling perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yang sifatnya: (1) menyentuh
langsung kepada pokok persoalan yang dihadapi; (2) rumusan pertanyaan yang diajukan
sederhana, singkat dan mudah dipahami maksudnya, (3) esensi pertanyaan mengandung
makna yang mendalam, baik dalam bentuk perbandingan dan perumpamaan; dan (4) arah
dari wawancara konseling itu menyerah aspek-aspek pengembangan potensi fitrah
manusia, yakni nilai-nilai kebenaran yang sifatnya universal, sehingga meninggalkan
bekas atau kesan yang sukar dilupakan.
Pada tahap berikutnya, proses konseling Islami yang dilakukan oleh guru BK dengan
melakukan konfrontasi terhadap masalah-masalah siswa, melalui cara critical moment.
Menurut Bapak Naim, proses konfrontasi dimensi kritikal yang dilakukan oleh guru
BK/konselor kepada konseli/siswa terhadap perilaku yang menyebabkan munculnya sebuah
masalah. Menurut R. R. Carkhouf, dalam bukunya The Art Of Helping (seni dalam
membantu), teknik konfrontasi selain digunakan untuk mempertanyakan ulang sebuah
masalah, konfrontasi juga berupa teknik yang bertujuan untuk meyakinkan klien atas
kemampuan yang ada dalam dirinya untuk menyelesaikan masalah, sebab, disamping
masnusia memiliki kekurangan dan kelemahan dalam menghadapi masalah, manusia juga
mempunyai kekuatan yang dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.17 Disini, tugas seorang
guru BK/konselor, tidak hanya sebagai orang yang menasehati, melainkan pribadi yang
mampu mendorong dan meyakinkan siswa untuk mengeksplorasi segenap kemampuannya
untuk meyelesaikan masalahnya.
Salah satu ciri khas dalam konseling Islami adalah dorongan yang kuat dari seorang
guru BK/konselor kepada siswa untuk melakukan introspeksi diri atas segala perilaku yang
telah diperbuat, yang berdampak pada munculnya sebuah masalah. Hal ini disebabkan
karena, pada dasarnya posisi konselor, bukan semata-mata orang yang dapat merubah
perilaku konseli/siswa seketika, setelah proses konseling Islami selesai diberikan. Tugas
konselor adalah seseorang yang membantu mendewasakan konseli/siswa untuk dapat
memahami diri, menerima diri, merencanakan kehidupan diri, dan merealisasikannya dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan tujuan dan fungsi manusia, yakni, sebagai khalifah Allah
di muka bumi (Q.S. Al Baqarah, 2: 35), yang dibekali dengan segenap fasilitas yang dapat
mendukung perkembangan manusia menuju arah yang optimal. Maka dari itu, praktik
konseling Islami secara ideal, selalu mengingatkan konseli, untuk terus mengingat hakikat
dirinya sebagai hamba Allah Swt., yang harus selalu bersyukur terhadap apa yang telah
diterimanya dengan cara terus beribadah menyembah kepada Allah.
Menurut Bapak Naim, Termasuk dalam kategori memberikan motivasi positif
(basyira) kepada Konseli/siswa adalah menggembirakan orang yang mengalami masalah
dalam kehidupan, dengan cara meyakinkan bahwa setiap langkah kehidupan manusia pasti
memiliki cobaan, dari hal yang ringan sampai hal yang berat.18 Allah sangat mencintai orang
yang rela untuk bersabar dalam menerima cobaan yang diberikan, untuk mencapai tangga
kesuksesan di masa yang akan datang. Dalam konteks ini guru BK menganalogikannya
dengan masalah melawan kemalasan dalam belajar dan masalah-masalah lain yang dihadapi
oleh siswa di MAN 2 Model Medan. upaya bimbingan maupun konseling yang demikian
menurut Guru BK MAN 2 Model Medan didasarkan pada Q.S. Al Baqarah, 2: 155-157.
        
          
         
  
Artinya: 155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
17
Robert. R. Carkhof, The Art Of Helping, (USA: Possibelities Publishing, 2009), h. 27.
18
Wawancara dengan Guru BK MAN 2 Model Medan Bapak Khairun Naim, S.Pd.I, pada tanggal 07
November 2017
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" 157. Mereka Itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk.
Inti maknanya adalah anjuran Allah untuk menggembirakan atau membuatnya
bahagia untuk bersabar dalam menerima cobaan yang diberikan olehNya (rasa takut, rasa
lapar, merasa kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan) seraya melaukan penyerahan diri
kepada Allah sebagai pemiliki seluruh yang ada di Dunia maupun di Akhirat. Allah pula
menegaskan bagi mereka yang ridho dan bersabar maka rahmat dan dan petunjuk Allah pasti
selalu menaungi langkah demi langkah yang dijalani dan dirasakannya. Oleh karena itu,
peneliti berasumsi bahwa hidayah, Irsyad (bimbingan), dan pertolongan Allah akan diterima
manusia, manakala munculnya doing (aksi) yang dilakukan barulah secara bersamaan atau
setelah amal, petunjuk akan diberikan langsung oleh Allah Swt.
Pendekatan keagamaan yang diberikan oleh guru BK/Konselor dalam rangka
melakukan konseling Islami kepada siswa yang melanggar tata tertib sekolah dikatakan
ampuh dalam meminimalisir kasus yang sering terjadi di MAN 2 Model Medan, seperti yang
dicontohkan oleh Bapak Naim, saat melakukan konseling kepada siswa yang sering datang
terlambat ke sekolah. Dari pengakuan konseli (siswa kelas XI IPS) diketahui bahwa pada
awal masuk di MAN 2 Model Medan tergolong siswa yang bersemangat untuk belajar,
bahkan orang tuanya memberikan kebebasan dalam menentukan sekolah lanjuntan, dan
MAN 2 Model Medan adalah sekolah pilihannya sendiri. Namun, setelah ia naik kelas XI
(kelas 2 Aliyah), secara perlahan nampak perubahan dari dalam diri konseli, mulai dari tidak
fokus saat belajar, menurunnya semangat belajar, sampai sering terlambat datang ke sekolah.
kemudian konselor pun mengajukan pertanyaan, mengapa muncul perasaan males belajar
dalam diri diri siswa? namun jawaban yang diterima oleh guru BK, bahwa siswa sendiri tidak
menyadari mengapa akhir-akhir ini merasa malas untuk belajar dan menekuni akademiknya.
Menurut hemat peneliti, kasus ini termasuk salah satu kasus yang tergolong penyakit
ruhani seperti yang disampaikan oleh Ibn Qoyyim dalam Kitabnya “Al Ruh”. Menurutnya,
ada dua jenis penyakit (amradh), pertama, penyakiti badan (jism), penyakit ini dapat
dirasakan oleh penderita, akan tetapi orang lain tidak dapat merasakannya, seperti, sakit
kepala, sakit gigi, asam lambung, jantung, demam, dan lain-lain. penderita pada umumnya
merasakan sakit yang amat dirasakan, bahkan terkadang meraung-raung menahan sakit yang
diderita. tetapi orang lain tidak merasakan sakit yang dideritanya, walaupun orang terdekat itu
adalah saudara kandung sendiri. Kedua, penyakit hati, ciri-cirinya adalah, penderita tidak
menyadari kalau dirinya sakit, akan tetapi orang sekitarnya merasakan dampak sakitnya.
Contoh penyakit hati sangat banyak ditemukan saat ini, seperti: mencuri, begal,
menggunakan NAPZA, korupsi, menghina orang lain, hasud, sombong, iri, dengki, dan lain-
lain.19 dalam konteks pendidikan di sekolah, dapat juga digolongkan sering terlambat ke
sekolah, males belajar, ribut di kelas dan lain-lain.
Menurut guru BK masalah ini dapat dikategorikan sangat rumit, karena konseli/siswa
yang sedang bermasalah tidak menyadari bahwa dirinya sedang memiliki masalah dan sulit
untuk didiagnosis. Untuk itu, penanganan yang paling utama menggiring konseli/siswa untuk
menyadari terlebih dahulu bahwa dirinya saat ini memiliki masalah, yang dapat merugikan
dirinya dan orang lain sembari mengajak konseli untuk beristigfar dan berdoa, memohon
kepada Allah agar diberikan petunjuk dan kemudahan dalam segala aktifitasnya. Pada
umumnya, menurut Bapak Naim, teknik yang sering sekali digunakan untuk melakukan
penyadaran adalah dengan melakukan konfrontasi. Pada tahap ini, guru BK menyampaikan
kekurangan, kekeliruan atau kesalahan selama ini sebagai timbulnya masalah dan
memberikan kesempatan kepada konseli/siswa untuk menanggapi hal-hal yang disampaikan
oleh guru BK.
Setelah hal-hal tersebut disadari dan dipahami sepenuhnya oleh konseli/siswa, maka
maka guru BK melanjutkan konseling, pada tahap berikutnya, yakni menerangkan beberapa
sebab, yang dapat memicu timbulnya peristiwa tersebut dari perspektif agama maupun
psikologi perkembangan siswa. dalam perspektif agama, banyak pemicu yang menyebabkan
hati menjadi keras dan tertutup untuk menerima petunjuk Tuhan, yakni: rendahnya kesadaran
diri untuk melaksanakan Ibadah, hati lebih dipuaskan oleh kesenangan-kesenangan yang
bersifat duniawi, sehingga, waktu untuk dekat dengan Allah sangat sedikit bahkan jarang.
Tahap selanjutnya adalah memberikan irsyad (petunjuk/kecerdasan), setelah
kesadaran dan pengakuan konseli diutarakandari hati nurani yang paling dalam, konseling
dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada konseli/siswa untuk
mendayagunakan kemampuannya yang dimiliki dalam upaya memperbaiki kondisi
konseli/siswa saat ini. Sedangkan guru BK, membantu, memfasilitasi konseli/siswa dalam
menentukan program dan langkah-langkah penyelesaian masalahnya, sembari
memperkenalkan petunjuk Islam dalam membimbing kehidupan individu bagi seseorang
yang belajar. Dalam hal ini, guru BK, menggunakan pula cara, mauizhoh al hasanah, dengan
cara mengambil ibrah (pelajaran) dari upaya para orang-orang Alim dan Shalih dalam
menuntut Ilmu, dan sekaligus menjadikan mereka sebagai contoh dan suri tauladan baik.

19
Al Hafidz Abu Abdillah Muhammad Ibn Ahmad Al Dzahabi, Thibbun Nabawi, (Beirut: Darul Ihya’
ulum, 1990), h. 63-65
Sesuai dengan Q. S. Yusuf, 12: 3, diantara makna yang dapat dipetik adalah metode qishsoh
(cerita) salah satu bagian dari cara Allah dalam mengingatkan kepada orang-orang yang lalai
terhadap perintah Allah, agar dapat kembali sadar dan ingat tentang kondisi-kondisi
terdahulu.
Praktik konseling Islami yang dilakukan oleh guru BK di MAN 2 Model Medan, tidak
dilakukan hanya dengan satu kali petemuan/konseling, melainkan ada proses tindak lanjut
(follow up), sebagai cara untuk memantau perubahan-perubahan perilaku siswa setelah
membuat programnya sendiri. Evaluasi dalam proses konseling sangat dibutuhkan untuk
mengetahui sampai sejauh mana perubahan yang dialami oleh siswa. biasanya, guru BK
bersama dengan konseli/siswa menjadwalkan pertemuan lanjutan pasca konseling, sesuai
dengan kesepakatan kedua belah pihak. Selain itu juga, guru BK melakukan kolaborasi
dengan orang tua, untuk membantu siswa dalam proses bimbingan yang dilakukan, dan
mengingatkan para orang tua, untuk memberikan informasi perubahan yang dialami oleh
siswa.
Tidak dapat dipungkuri bahwa muatan-muatan spritual dan psikologis sangat
membantu proses konseling dan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh siswa di MAN 2
Model Medan. Pengalaman guru BK saat menangani masalah siswa yang tampak kurang
konsentrasi dalam belajar serta seperti lebih sering menyendiri dibanding bermain bersama
teman-teman sekelasnya. Setelah mendapat laporan dari wali kelas konseli/siswa, guru BK
akhirnya memanggil siswa yang bersangkutan untuk mengetahui alasan perubahan perilaku
yang ditampilkan oleh siswa tersebut. Melalui sikap dan penampilan yang ditunjukkan oleh
konseli/siswa, guru BK menilai bahwa siswa tersebut memiliki energi yang rendah/lemah.
Menurut Marinhu dan Abimanyu, mengutip pendapat dari Robert. R. Carkhouf, observasi
dalam konseling sangat diperlukan dan menjadi bagian yang sangat sentral dari proses
bantuan, yang bertujuan untuk menilai energi yang dimiliki oleh konseli/siswa. 20 Jika
konseli/siswa lebih banyak menunduk, berarti konseli/siswa memiliki energi yang lemah dan
memiliki tekanan mental yang dalam. Sedangkan, konseli/siswa datang dengan kondisi yang
tegang, berarti ia memiliki energi yang tinggi. Dalam konteks ini, siswa yang dipanggil oleh
guru BK benar-benar mengalami masalah yang sangat sulit untuk dipecahkan oleh dirinya
sendiri, sehingga tenaga dan pikirannya banyak terkuras untuk mengahdapi masalahnya yang
belum kunjung selesai.
Pada tahap awal, guru BK menyampaikan alasannya, memanggil konseli/siswa yang
menurut pengamatan dan laporan dari wali kelas bahwa konseli/siswa sering menyendiri.
Kemudian, guru BK menjelaskan tentang tujuan konseling dan asas dalam konseling, agar
20
Robert R. Carkhouf, The Art.., h. 29
konseli/siswa tidak salah persepsi dalam memandang dan mengartikan peran guru BK
memanggilnya. Setelah selesai menyampaikan penjelasannya, guru BK masih belum melihat
adanya perubahan yang tampak dari wajah konseli/siswa, sampai akhirnya guru BK,
memerintahkan konseli/siswa untuk beritigfar tiga kali dan membaca shalawat secara
perlahan-lahan yang dibimbing langsung oleh guru BK. Tidak disangka, konseli/siswa
tersebut malah meneteskan air mata dan membuat guru BK merasa heran. Akhirnya, guru BK
menanyakan hal ihwal masalah yang sedang dihadapinya, dan meyakinkannya bahwa guru
BK berjanji akan menjaga kerahasiaannya.
Asas kerahasiaan merupakan asas yang sangat mendasar dalam layanan konseling,
karena melalui asa ini konseli merasa nyaman dan terjaga setiap masalah yang disampaikan
dan tidak memiliki rasa cemas kembali. Oleh karena itu, konseli/siswa tersebut bersedia
menceritakan semua keluh kesah yang dihadapinya. Dari pengakuannya diketahui bahwa
kedua orang tuanya sering sekali ribut dan akhir-akhir ini Ibunya tidak berada di rumah lagi
karena telah diusir oleh Ayahnya. Sedangkan ia berserta kedua adiknya yang masih sekolah
di MTs dan SD, tinggal bersama ayahnya yang ditemani oleh nenek dari keluarga Ayahnya.
Ia dilarang untuk ikut ibunya yang pulang kampung di Mandailing Natal. menurut ayahnya,
kalau ia bersama ibunya maka ia tidak akan sekolah lagi dan tidak akan memiliki masa depan
yang jelas. Satu bulan belakangan ia beserta adik-adiknya sudah tidak pernah berkomunikasi
dengan ibuny apa lagi sampai berjumpa. Ia mengatakan bahwa sangat rindu kepada ibunya,
bahkan adik-adiknya sering sekali bertanya dan menangis “kapan ibu pulang”. Kondisi ini
membuat konseli/siswa merasa sangat terganggu dan stres berat, apalagi setelah ibunya tidak
tinggal lagi di rumah, kehidupan keluarganya bukan semakin baik malah bertambah parah.
Ditambah lagi, ayahnya yang sering marah-marah kepada adik-adiknya yang minta bertemu
dengan ibunya. Menurutnya, masalah yang dihadapi oleh kedua orang tuanya, hanya masalah
sederhana, akan tetapi ayahnya bertipikal orang yang sangat emosional dan keras kepala yang
tidak mau mendengarkan nasihat orang lain.
Guru BK memandang bahwa masalah ini cukup berat dan serius karena sudah masuk
pada ranah kehidupan keluarga konseli/siswa, sehingga harus ditangani dengan sangat hati-
hati. Untuk itu, guru BK menilai penanganannya harus dengan pendekatan Ilahiyyah, yakni
dengan melakukan pendekatan kepada Allah Swt., melalui ibadah sholat hajat, dan berdoa
memohon kepada Allah agar diberikan pertolongan dan petunjuk dalam menghadapi masalah
kehidupan keluarganya. Selain itu, guru BK juga memberikan beberapa pendapatnya dalam
mengatasi masalah dan mencari jalan keluar yang terbaik melalui tiga cara, yakni: 1. Masalah
ingin ikut/menemui ibu yang sedang berada di kampung, hendaknya dimusyawarahkan
dengan baik dan penuh rasa hormat kepada ayah maupun neneknya, 2. Jika konseli/siswa
mengalami kebuntuan dalam berkomunikasi dengan ayahnya, maka carilah orang ketiga yang
dihormati oleh kedua belah pihak, untuk dapat turut membantu dalam menengahi masalah
yang tengah dihadapi oleh konseli/siswa, 3. Sembari melakukan kedua cara di atas, alangkah
baiknya konseli/siswa memperbanyak berdo’a dan berzikir, agar Allah mempermudah segala
urusannya, dan mudah-mudahan kedua orang tuanya diberikan kelembutan hati masing-
masing, dan dapat pula bersatu kembali. Tidak hanya itu, Guru BK juga menasihati
konseli/siswa untuk terus bertawakkal dan bersabar bahwa lambat laun, usaha dan doanya
akan membuahkan hasil yang baik.
Melihat kondisi yang dialami oleh konseli/siswa tersebut, sebenarnya guru BK merasa
kasihan dan berempati terhadapnya. Dan guru BK hanya terus meyakinkan bahwa ada
hikmah yang sangat besar yang dapat dipetik kemudian hari olehnya, karena tidak ada
satupun cobaan yang dihadapi kecuali ada rencana Allah dibaliknya. Untuk itu, selain
memantau perkembangan konseli/siswa tersebut, guru BK memberikan kesempatan kepada
konseli/siswa untuk menentukan jadwal pertemuan kembali guna mengetahui hal-hal yang
dianggap kurang sesuai dalam program konseling yang dilakukan oleh keduanya.
Guru BK menyadari bahwa masalah yang dihadapi oleh siswa di MAN 2 Model
Medan, pada dasarnya sangat beragam dan kompleks, mulai dari masalah yang kecil sampai
masalah yang memiliki kadar bobot yang berat. Maka dari itu, praktik konseling Islami di
MAN 2 Model Medan dilakukan dengan berbagai layanan yang dapat mendukung
keberhasilan dari proses konseling Islami. Menurut Bapak Naim, dalam rangka membangun
keterampilan siswa dalam menangani masalah yang dihadapi secara mandiri dan
pengembangan kemampuan siswa dalam mengahadapi perubahan zaman yang semakin cepat
agar tidak mudah terbawa arus globalisasi yang negatif, guru BK memiliki beberapa strategi
sesuai dengan tuntutan Permendikbud nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan
Konseling Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah, yakni memberikan layanan-
layanan dasar yang berfungsi sebagai layanan preventif/pencegahan.
Identifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta didik, penyusunan program tahunan
dan program semester tersebut satu sama lain saling terkait untuk menentukan strategi
layanan yang bisa dilaksanakan dan kegiatan pendukungnya, di dalam program tahunan
bimbingan konseling Islam MAN 2 Model Medan ada sembilan layanan bimbingan
konseling antara lain: layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan
penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan
kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, layanan mediasi, dan enam
kegiatan pendukung antara lain; aplikasi instrumen, himpunan data, konferensi kasus,
kunjungan rumah, tampilan kepustakaan dan alih tangan kasus. Akan tetapi karena layanan
bimbingan konseling Islam mengacu pada asas keterpaduan yaitu asas yang menghendaki
agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan konseling Islam ini berorientasi keIslaman.
Maka sembilan layanan tersebut dapat dikaitkan dengan agama sesuai dengan identifikasi
kebutuhan dan permasalahan peserta didik, berikut pelaksanaan strategi layanan bimbingan
konseling Islam MAN 2 Model Medan berdasarkan identifikasi kebutuhan dan permasalahan
peserta didik:
1. Layanan Orientasi
Perencanaan, perencanaan yang dilaksanakan dalam layanan orientasi adalah
menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan, objek orientasi dalam layanan
ini adalah kenal lingkungan MAN 2 Model Medan, tujuan materi ini dilihat dari fungsi
pemahaman yaitu untuk membantu peserta didik agar memiliki pemahaman tentang berbagai
hal yang penting dari suasana yang baru saja ditemuinya dilingkungan MAN 2 Model Medan
baik dengan sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya, fasilitas penunjang di MAN
2 Model Medan maupun dengan warga MAN 2 Model Medan. Pelaksanaan, pada tahap ini
hal-hal yang dilaksanakan oleh guru bimbingan konseling adalah mengajak peserta didik
untuk melaksanakan kegiatan di luar kelas seperti mengunjungi perpustakaan, laboratorium,
dan lingkungan MAN 2 Model Medan lainnya, metode yang digunakan dalam layanan ini
adalah ceramah dan tanya jawab antara konselor sekolah dan peserta didik.
Evaluasi, cara mengevaluasi keberhasilan dalam bidang bimbingan konseling Islam
berbeda dengan mengevaluasi kemampuan dalam mata pelajaran, sebab capaian pada mata
pelajaran adalah pada penguasaan materi, sedang pada bidang bimbingan konseling pada
perubahan pemahaman, sikap dan perilaku peserta didik setelah memperoleh pelayanan
bimbingan konseling Islam tersebut.
Penilaian yang dilaksanakan guru bimbingan konseling dalam layanan orientasi ini
berdasarkan observasinya, yaitu perubahan sikap dan perilaku peserta didik setelah layanan
orientasi dilaksanakan adalah peserta didik dapat beradaptasi dengan baik dilingkungan
MAN 2 Model Medan, akan tetapi untuk analisis dan tindak lanjutsetelah pelaksanaan
layanan orientasi kembali kepada kemampuan adaptasi diri peserta didik masing-masing.
Layanan Orientasi ini dapat dijadikan sebagai layanan orientasi agama, di mana
materi atau objek yang akan dijadikan sasaran orientasi adalah tempat-tempat yang berkaitan
dengan keagamaan seperti mesjid, lembaga-lembaga keislaman yang ada di madrasah dan
juga disekitar lingkungan madrasah. Layanan orientasi ini ditujukan untuk siswa memahamai
letak, kondisi dan keadaan dari objek keagamaan yang ada di dalam lingkungan maupun
diluar lingkungan madrasah.
2. Layanan Informasi
Perencanaan, perencanaan yang dilaksanakan dalam layanan informasi adalah
menetapkan materi informasi sebagai isi layanan,materi yang ditetapkan dalam layanan
informasi berdasarkan identifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta didik MAN 2 Model
Medan sangat banyak, di antaranya; kecerdasan, pola hidup sehat, sikap dan kebiasaan
belajar, sukses, kecerdasan emosional, pertumbuhan dan perkembangan remaja, spiritual,
motivasi berprestasi, remaja mandiri dan belajar efektif, dari berbagai materi tersebut penulis
menetapkan materi kecerdasan sebagai contoh dalam pelaksanaan layanan informasi. Tujuan
dari materi kecerdasan yaitu agar peserta didik dapat memahami apa itu kecerdasan dan
macam-macamnya serta mengenali potensi kecerdasan yang dimilikinya baik intelektual,
emosional maupun spiritual.
Pelaksanaan, metode yang digunakan dalam layanan informasi adalah ceramah dan
tanya jawab melalui proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sehingga peserta didik
dapat memahami apa itu kecerdasan, macam-macam kecerdasan dan mengenali potensi
kecerdasan yang dimilikinya baik intelektual, emosional dan spiritual.
Evaluasi,hasil yang didapatkan dalam layanan ini peserta didik dapat mengenali
potensi kecerdasan yang dimilikinya baik intelektual, emosional maupun spiritualnya, Untuk
materi kecerdasan konselor sekolah menggunakan instrumen tes inteligensi (IQ), dari tes IQ
tersebut dapat mengetahui kemampuan kognitif peserta didiknya sedangkan untuk
menganalisis kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual peserta didik menggunakan
EPPS (Edward Personal Preference Schedule) tes untuk psikologi peserta didik, karena
menurut pembimbing “bagaimanapun pemahaman psikologi peserta didik berkaitan erat
dengan kecerdasan emosional spiritual peserta didik.” Sedangkan untuk analisis dan tindak
lanjutnya konselor sekolah membuat laporan hasil dari tes IQ dan tes EPPS untuk
diinformasikan kepada peserta didik, orang tua dan Kepala MAN 2 Model Medan.
Layanan informasi yang diberikan selalu dikaitkan dengan wawasan agama, sehingga
layanan informasi ini juga kadang muncul dengan nama layanan informasi agama dengan
materi aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalah.
3. Layanan Penguasaan Konten
Perencanaan, tujuan dalam layanan ini adalah memberikan bantuan kepada individu
atau peserta didik baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau
kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar mengajar didalam kelas. Salah satu materi
layanan penguasaan konten yang konselor sekolah jadikan sebagai aplikasi pelaksanaan
layanan penguasaan konten adalah gemar membaca Al-Qur’an, gemar membaca Al-Qur’an
merupakan salah satu program MAN 2 Model Medan untuk menambah keimanan wawasan
dan pengetahuan peserta didik lewat terjemah dan tafsir Al-Qur’an yang dibacanya,
sedangkan kegiatannya diadakan di kelas sekolah, di halaman dan di mesjid jadi dalam
materi ini pembimbing memadukan antara layanan penguasaan konten, dengan layanan
penguasaan konten agama.
Pelaksaanaan, dalam layanan penguasaan konten materi gemar membaca Al-Quran,
Penilaian, dalam hal ini peserta didik diharapkan dapat menulis rangkuman atau pesan utama
dari apa yang dibacanya. Jadi, konselor sekolah dapat menilai dan menganalisis peserta didik
mana yang mampu menguasai bacaannya, sedangkan untuk tindak lanjut dalam layanan ini
Ibu Annis Andani akan memberikan tugas rumah kepada peserta didik yang belum
menyelesaikan rangkuman tulisan dari yang dibacanya.

c. Praktik Konseling Islami di MAN 3 Medan


Kegiatan konseling Islami di madrasah pasti mengalami perubahan dan pergeseran
terus menerus dari mulai praktik yang bersifat konvensional (layanan konseling hanya
diberikan kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah), sampai pada kegiatan layanan
yang bersifat pengembangan. Begitu pula yang dilakukan di MAN 3 Medan, Perubahan
konseling Islami yang terjadi bukan tanpa alasan yang jelas, melainkan adanya tuntutan
kemajuan teknologi dan ciri khas keIslaman dalam lembaga pendidikan Islam tersebut.
Seperti yang telah dikemukakan di muka (BAB IV), lahirnya madrasah di Indonesia tidak
lepas dari nilai-nilai pesantren yang diadopsi dalam sebuah lembaga pendidikan Islam yang
langsung ditangani oleh Kementerian Agama sebagai antitesa penyatuan antara pelajaran
Umum dan Agama. Maka, sebagai konsekuensinya, kurikulum yang berlangsung di
madrasah, harus diisi dengan kajian-kajian yang bernuansa Islam pula, seperti penekanan
terhadap pelajaran-pelajaran Agama (Al Qur’an Hadis, aqidah Akhlak, Fiqh, Sejarah
kebudayaan Islam, Bahasa Arab, dll.) yang persentasinya mencapai fivety-fivety (50-50),
dengan bandingan pelajaran umum. Selain itu, besarnya harapan terhadap out put dari
madrasah yang tidak hanya mampu menguasai ilmu agama melainkan juga mumpuni dalam
bidang umum, menjadi alasan utama, agar alumni-alumni dari madrasah memiliki kecakapan
yang matang dalam menghadapi tuntunan zaman yang semakin cepat dalam kemajuan
teknologi informasi.
Berangkat dari tuntutan tersebut di atas pula, dirasakan oleh guru BK di MAN 3
Medan, untuk mendesaign praktik layanan yang bukan hanya sebatas konseling saja,
melainkan memasukkan nilai-nilai ajaran Islam dalam setiap praktik layanan konseling di
dalamnya. Guru BK di MAN 3 Medan, menyadari bahwa madrasah sebagai lembaga
pendidikan yang memiliki kekentalan terhadap kajian-kajian Islam, sudah seyogyanya
menerapkan segala kegiatan yang di dalamnya pada muatan-muatan Islami, sehingga siswa-
siswi di madrasah benar-benar merasakan perbedaan yang tampak antara lembaga pendidikan
umum dengan lembaga pendidikan Islam, yang kemudian harapannya dapat ditularkan
kepada masyarakatnya.
Ketika penulis tanyakan hal ihwal mengenai waktu pelaksanaan konseling Islami
diperoleh Informasi bahwa pada awalnya praktik konseling masih bersifat ala kadarnya yang
belum benar-benar mempraktikkan tugas dan fungsi konseling secara tepat. Praktik konseling
hanya diberikan kepada siswa-siswa yang bermasalah (memiliki kasus), seperti melanggar
aturan sekolah serta membuat kegaduhan dalam lingkungan sekolah. sedangkan, selain
masalah-masalah mengenai pengembangan keterampilan dan pemberdayaan kreativitas siswa
masih belum disentuh secara baik dan optimal. Hal ini dirasakan oleh Ibu Rezeki Amalia, S.
Psi, selaku guru BK tetap (PNS) di MAN 3 Medan, terkait pelaksanaan konseling belum
dapat dikatakan maksimal dan terkesan pelaksanaan konseling belum menemukan ritme yang
sesuai di sekolah. walaupun demikian, menurutnya pihak guru BK berusaha untuk dapat
menerapkan layanan konseling yang benar-benar dapat dinikmati oleh semua pihak yang ada
di sekolah, khususnya para siswa dalam menerima layanan konseling Islami. 21
Usaha yang kuat untuk menerjemahkan ajaran Islam dalam bentuk praktik pelayanan
bimbingan konseling Islami di MAN 3 Medan memang tidak mudah seperti membalikkan
telapak tangan, di samping diperlukan bantuan dan bimbingan dari tenaga ahli yang
profesional untuk menentukan klasifikasi bimbingan konseling Islami yang benar-benar
sesuai dengan kondisi riil masyarakat madrasah MAN 3 Medan. Diakui atau tidak, bahwa
penerapan bimbingan konseling Islami di MAN 3 Medan sering mengalami pasang surut dan
masih membutuhkan adanya pembenahan-pembenahan yang harus segera dikoreksi dan
dicarikan solusinya. Bahkan, menjadi sebuah motivasi yang kuat untuk mendorong
menciptakan sebuah layanan yang berbasis pada nilai-nilai ajaran Islam. Salah satu usaha
nyata yang tampak dalam mewujudkan keberadaan bimbingan konseling Islami adalah

21
Wawancara dengan Guru BK MAN 3 Medan Ibu Rezeki Amelia, S.Psi, pada tanggal 02 Oktober
2017
dengan direkrutnya alumni UIN-SU tahun 2011, untuk menjadi bagian dari guru BK di MAN
3 Medan, agar dapat memberikan nuansa baru dalam pelayanan bimbingan konseling Islami
Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus Salim, S.Pd.I selaku guru BK
lulusan Bimbingan dan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara di MAN 3
Medan, “bimbingan konseling di MAN 3 Medan pada dasarnya belum dapat dikatakan
sebagai bimbingan konseling Islam secara utuh, karena dari pihak guru BK sendiri belum
memahami dengan baik tentang bimbingan konseling Islam itu sendiri. Menurutnya juga,
program dan kegiatan yang direncanakan paling tidak sudah dapat dikategorikan sebagai
bimbingan konseling Islami, karena kegiatan-kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan
ajaran-ajaran Islam, bahkan konten yang diberikan memuat ajaran-ajaran Islam dimulai dari
Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan.22
Berdasarkan penelusuran peneliti terkait penerapan bimbingan konseling Islami di
MAN 3 Medan pada dasarnya masih mengikuti pola lama, yakni menggunakan pola 17+
yang telah. Pada pola 17 plus yang disempurnakan terdapat enam bidang bimbingan yang
dikembangkan, yakni meliputi: Pertama: Bidang Kehidupan Pribadi: bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan
kecakapan, bakat dan minat, sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya
secara realistik. Kedua, Bidang Kehidupan Sosial: bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial
yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial
yang lebih luas. Ketiga, Bidang Kegiatan Belajar: bidang pelayanan yang membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan
sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri. Keempat, Bidang Perencanaan, pelaksanaan
dan pemantapan Karir: bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan
menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir. Kelima, Bidang Kehidupan
Berkeluarga: bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam merencanakan
kehidupan keluarga, dan keragaman persoalan persiapan membentu keluarga. Keenam,
Bidang Kehidupan Keberagamaan: bidang pelayanan yang membantu peserta didik untuk
mementapkan diri dalam memahami dan melaksanakan nilai-nilai keagamaan dalam
kehidupan pribadi dan sosial.
Pelaksanaan layanan bimbingan konseling Islami di MAN 3 Medan diawali dari
melakukan analisis kebutuhan siswa, yang dipergunakan sebagai landasan dalam membuat

22
Wawancara dengan Guru BK MAN 3 Medan Bapak Agus Salim, S.Pd.I, pada tanggal 02 Oktober
2017
program BK. Hal ini senada dengan penuturan Ibu Amalia, 23pada setiap tahun seluruh guru
BK melakukan asesmen kebutuhan siswa untuk mengetahui kebutuhan siswa, dari yang
kurang butuh sampai pada tahaf yang sangat butuh dengan menggunkan instrumen alat
ungkap masalah (AUM) siswa SMA. Asesmen sangat diperlukan dalam perencanaan
program BK di madrasah karena menjadi navigasi dalam menentukan skala prioritas layanan
bimbingan konseling Islami untuk mengembangkan segala bentuk fitrah yang dimiliki oleh
siswa, sehingga siswa dapat mandiri dalam mengarungi kehidupannya.
Bimbingan konseling Islami atau bimbingan konseling, pada dasarnya bertujuan
mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat memahami diri, menerima diri,
merencanakan diri, dan merealisasikan diri agar siswa dapat berkembang secara optimal
sesuai dengan tuntunan Allah yang dibawa melalui Nabi Muhammad Saw. yakni,
keseimbangan hidup Dunia dan Akhirat. Untuk dapat menggapai tujuan mulia tersebut, maka
diperlukan sebuah sarana yang mampu memfasilitasi kebutuhan fitrah siswa, yakni
bimbingan konseling Islami, yang disusun dan direncanakan secara matang, agar program
BK tidak lagi melangit akan tetapi membumi sesuai dengan kebutuhan siswa. hal senada
dengan penuturan Bapak Agus Salim bahwa perencanaan program BK dibuat berdasarkan
atas permasalahan yang sering dialami oleh siswa, sehingga siswa yang memiliki hambatan
dalam menangani masalahnya dapat mengetahui upaya untuk mengatasinya di masa yang
akan datang.24
Asesmen kebutuhan siswa berperan penting dalam penyusunan program BK agar
program yang diberikan memang benar-benar riil atas kebutuhan siswa, akan tetapi, menurut
peneliti, perencanaan maupun penyusunan program BK, khususnya di MAN 3 Medan, jangan
hanya berdasarkan kebutuhan siswa saja. Guru BK perlu juga mempertimbangkan aspek-
aspek lain, yang tidak kalah pentingnya bagi bekal kehidupan siswa di masyarakat. Karena,
walaupun bagaimana keadaannya, siswa adalah bagia dari masyarakat dan pasti kembali ke
masyarakatnya. Oleh karena itu, program BK harus memperhatikan tentang kebutuhan
masyarakat yang perlu dipahami oleh siswa, sehingga madarasah/sekolah tidak seperti
memisahkan diri dari kehidupan masyarakat. Hal ini dapat tercapai jikalau pihak madrasah
(guru BK) mau melakukan kerja sama dengan masyarakat. Sebagai contoh, minimnya peran
remaja dalam kehidupan bermasyarakat seperti keanggaotaan remaja masjid, pengawalan
terhadap pergaulan bebas, dan NAPZA. Remaja saat ini lebih cendrung asik bermain gadget,

23
Wawancara dengan Guru BK MAN 3 Medan Ibu Rezeki Amelia, S.Psi, pada tanggal 02 Oktober
2017
24
Wawancara dengan Guru BK MAN 3 Medan Bapak Agus Salim, S.Pd.I, pada tanggal 02 Oktober
2017
daripada mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang sebenarnya jauh lebih baik untuk
mengembangkan kecerdasan emosional mereka. Oleh karena itu, kolaborasi yang baik antara
guru dengan masyarakat menjadi sebuah alasan yang kuat mengapa asesmen masyarakat
perlu dilakukan oleh MAN 1 Medan.
Perencanaan program bimbingan konseling Islami paling tidak juga memperhatihan
aspek visi, misi, dan tujuan masing-masing madarasah, sehingga nuansa bimbingan konseling
Islami di setiap madrasah memiliki kekhasan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, MAN 3
memiliki visi “Bijaksana, intelektual, santun, amanah ”, berangkat dari visi tersebut di atas,
maka program bimbingan konseling Islami seyogyanya berbanding lurus dengan seluruh
kegiatan yang ada di MAN 3, yang mana dapat membimbing siswa menjadi generasi yang
visioner dalam kehidupan di masyarakat sesuai dengan cita-cita luhur MAN 3 Medan.
Terekait hal ini, peneliti tanyakan kepada guru BK MAN 3 Medan saat wawancara, pihak
guru BK menegaskan bahwa memang saat ini perencanaan BK belum sampai pada tahap itu,
akan tetapi sudah beberapa persen telah dimasukkan menjadi acuan dalam pembuatan
program BK.
Seperti yang telah disebutkan di atas, MAN 3 Medan menggunakan AUM (alat
ungkap masalah) untuk merancang dan menyusun program BK. AUM dibagikan kepada
seluruh siswa untuk dikerjakan, sebelum mengerjakan guru BK memberikan petunjuk, bahwa
pengisian AUM harus dilakukan dengan sejujur-jujurnya, karena hasil AUM tidak ada
hubungan dengan penilaian prestasi belajar siswa, jadi siswa tidak perlu khawatir dengan
jawaban yang diberikan. Hasil AUM selanjutnya dianalisis oleh guru BK. Pada umumnya,
menurut Ibu Nisa’, jika ada mahasiswa yang sedang KKN atau praktik BK di MAN 3 Medan,
mereka diminta untuk membantu menganalisis hasil AUM. Selanjutnya, guru BK, melakukan
interpretasi kebutuhan siswa yang harus lebih utama untuk diprioritaskan dalam bentuk
program BK.
Hasil dari studi dokumentasi yang peneliti lihat pada program BK di MAN 3 Medan,
pada bidang pengembangan, hanya menggunakan empat bidang pengembangan yang
dipergunakan, yakni bidang pribadi, bidang Sosial, bidang belajar, dan bidang pengembangan
karir. Menurut bapak Agus Salim, empat bidang pengembangan yang diterapkan di MAN 3
Medan itu merupakan hasil rapat guru BK bahwa empat bidang pengembangan sudah dapat
mewakili dari bidang-bidang lainnya, Seperti bidang kehidupan berkeluarga dan
keberagamaan dimasukkan dalam bidang pengembangan pribadi dan sosial. Permasalahan
yang menyangkut pada bidang pribadi dan sosial yang sering sekali ditemui di MAN 3
Medan, Apabila dirinci lebih lanjut, maka permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut
:
a. Ketakwaan kepada Allah SWT, mencakup :
1) Kurang motivasi untuk mempelajari agama sebagai pedoman hidup;
2) Kurang memahami bahwa agama sebagai pedoman hidup;
3) Kurang memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan;
4) Masih merasa malas untuk melaksanakan shalat/sembahyang, shaum, sidkah, dan
amal shaleh lainnya;
5) Kurang memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur.
b. Perolehan sistem nilai, meliputi:
1) Masih memiliki kebiasaan berbohong;
2) Masih memiliki kebiasaan mencontek;
3) Kurang berdisiplin (khususnya memelihara kebersihan).
c. Kemandirian emosional, meliputi:
1) Belum mampu membebaskan diri dari perasaan atau perilaku kekanak-kanakan;
2) Belum mampu menghormati orang tua atau orang lain secara ikhlas;
3) Masih kurang mampu mengahadapi situasi frustasi (stress) secara positif.
d. Pengembangan keterampilan intelektual, meliputi:
1) Masih kurang mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang;
2) Masih suka melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan baik-buruknya dan untung-
ruginya.
e. Menerima diri dan mengembangkan secara efektif, meliputi:
1) Kurang merasa bangga dengan keadaan diri sendiri;
2) Merasa rendah diri, apabila bergaul dengan orang lain yang mempunyai kelebihan
(seperti teman yang lebih cantik/cakep).
Selain pokok-pokok bahasan di atas, pada bidang sosial, Bapak Agus Salim membagi
permasalahan yang dihadapi oleh siswa MAN 3 Medan menjadi beberapa kelompok masalah
sosial, diantaranya adalah:
a. Berperilaku sosial yang bertanggung jawab, meliputi :
1) Kurang menyenangi kritikan orang lain;
2) Kurang memahami tata krama (etika) pergaulan;
3) Kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial, baik di sekolah maupun di masyarakat.
b. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, meliputi:
1) Merasa malu untuk berteman dengan lawan jenis;
2) Merasa tidak senang kepada teman yang suka mengkritik.
c. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, meliputi:
1) Sikap yang kurang positif terhadap pernikahan;
2) Sikap yang kurang positif terhadap hidup berkeluarga.
Menurut peneliti ragam permasalahan di atas, apabila dikelompkkan dalam aturan
Standar Kualifikasi Kompetensi Nasional Bimbingan dan Konseling dapat dibagi menjadi
beberapa komptensi:
a) Landasan hidup religius, menyangkut masalah shalat dan berdoa, belajar agama,
keimanan serta aktivitas beragama.
b) Landasan perilaku etis, menyangkut masalah jujur, hormat kepada orang tua, sikap sopan
dan santun, serta ketertiban dan kepatuhan.
c) Kematangan emosional, menyangkut masalah kebebasan dalam mengemukakan
pendapat, tidak cemas, pengendalian emosi serta kemampuan menjaga stabilitas emosi.
d) Kematangan intelektual, mengangkut masalah sikap kritis, sikap rasional, kemampuan
membela hak pribadi serta kemampuan menilai.
e) Kesadaran tanggung jawab, menyangkut masalah mawas diri, tanggung jawab atas
tindakan pribadi, partisipasi pada lingkungan serta disiplin.
f) Peran sosial sebagai pria atau wanita, menyangkut masalah perbedaan pokok antara laki-
laki dan perempuan, peran sosial sesuai dengan jenis kelamin, tingkah laku dan kegiatan
sesuai dengan jenis kelamin, serta cita-cita sesuai jenis kelamin.
g) Penerimaan diri dan pengembangannya, menyangkut masalah kondisi fisik, kondisi
mental, pengembangan cita-cita, serta pengembangan pribadi.
h) Kemandirian perilaku ekonomis, mengangkut masalah upaya menghasilkan uang, sikap
hemat dan menabung, bekerja keras dan ulet, serta tidak mengharap pemberian orang.
i) Wawasan persiapan karir, mengangkut masalah pemahaman jenis pekerjaan,
kesungguhan belajar, upaya memahami keahlian serta perencanaam karir.
j) Kematangan hubungan dengan teman sebaya, mengangkut masalah memahami tingkah
laku orang lain, kemampuan berempati, kerja sama, serta kemampuan hubungan sosial.
k) Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga. Untuk murid belum dibahas
masalah-masalah yang tercakup dalam poin ini.
Menurut Ibu Amelia, masalah siswa yang sering sekali ditemui di MAN 3 Medan
adalah masalah pada bidang pribadi dan karir.25 Pada bidang pribadi, permasalahan yang

25
Wawancara dengan Guru BK MAN 3 Medan Ibu Rezeki Amelia, S.Psi, pada tanggal 02 Oktober
2017
sering sekali muncul adalah minimnya kemampuan siswa dalam beradaptasi baik dengan diri
sendiri, diri dengan masyarakat, diri dan lingkungan. Biasanya, untuk mengatasi kedua
masalah ini guru BK bermusyawarah baik dengan sesama guru BK, kepala madrasah,
maupun waka kurikulum untuk memperkirakan tentang pokok materi yang kiranya cocok dan
relevan dengan masalah kepribadian siswa. dari pernyataan guru BK MAN 3 Medan, untuk
materi di bidang pengembangan pribadi mereka lebih banyak menekankan sisi pemahaman
dan pengamalan ajaran Agama, dimulai dari kewajiban menjalankan rukun Islam, rukun
Iman dan pengamalan ihsan dalam kehidupan bermasyarakat.
Lebih lanjut, pelaksanaan bimbingan pribadi dan sosial di MAN 3 Medan dapat
berbentuk:
Kompetensi dasar Indikator
Mampu memahami dan menerima 1. Memperlihatkan sikap positif terhadap
diri realistis diri.
2. Menggunakan cara-cara yang tepat
untuk menangani pengalaman dan
masalah hidup sehari-hari.
3. Membedakan antara perilaku yang
tepat (adaptif) dan tidak tepat
(maladaptif).
4. Memperlihatkan konsep diri positif.
5. Memperlihatkan sikap dan keyakinan
pribadi.
6. Mengenali dan mengakui factor
intelektual, emosional, perilaku, dan
fisik yang memengaruhi konsep diri.
7. Mengakui perubahan sebagai bagian
dari pertumbuhan.
8. Memahami minat, kemampuan, sikap,
dan keterbatasan sebagai bagian dari
keunikan pribadi.
9. ……………
10. ………
Mampu memahami dan 1. Mengenali, mengakui, menerima, dan
menghargai/menerima orang lain menghargai adanya perbedaan
(keunikan) individual.
2. Menjelaskan interaksi dan kerjasama
antar kelompok dan orang dewasa.
3. Menggunakan keterampilan
komunikasi yang efektif.
4. Memperlihatkan keterampilan dalam
menangani konflik dengan orang lain.
5. Mengenali dan menjelaskan aspek-
aspek positif dari tekanan kelompok.
6. Memperlihatkan perilaku kooperatif
dalam kegiatan kelompok.
7. Menerima dan menghargai pendapat
orang lain.
8. …………….
9. …………….
Mampu memahami dan menghargai 1. Mengenali dan menjelaskan persamaan
lingkungan tempat tinggal dan dan perbedaan dalam keluarga.
keluarga 2. Mengenali hak dan tanggung jawab
orang tua dan anak sebagai anggota
keluarga.
3. Menganalisis dan menilai peran
keluarga dalam pengembangan pribadi.
4. ……………
5. ……………
Mampu mengembangkan minat 1. Memperlihatkan perilaku yang
sosial dan rasa kemasyarakatan mengakui dan menghargai perbedaan
dalam masyarakat.
2. Mengakui bahwa semua orang
memiliki tanggung jawab.
3. Memperluas peluang dan sumber-
sumber untuk berpartisipasi dalam
pelayanan kemasyarakatan.
4. …………….
5. …………….
Mampu membuat keputusan, 1. Memperlihatkan keterampilan dalam
menetapkan tujuan, dan mengambil menetapkan tujuan, mengambil
tindakan keputusan, dan pemecah masalah.
2. Memahami dan menerima konsekuensi
logis dari setiap keputusan yang
diambil.
3. Memperlihatkan penggunaan
keterampilan yang efektif untuk
menangani tekanan dan permasalahan.
4. Mengenali kapan, dimana, dan
bagaimana mencari bantuan untuk
memecahkan masalah atau membuat
keputusan.
5. Menerapkan keterampilan pemecahan
masalah atau pengambilan keputusan
yang efektif guna membuat pilihan
yang aman dan sehat.
6. …………….
7. …………….
Mampu mengembangkan rasa aman 1. Memperlihatkan kemampuan untuk
dan kecakapan hidup menegaskan kapan hak-hak pribadi
dilanggar.
2. Mengenali sumber-sumber dukungan
sosial di sekolah dan masyarakat.
3. Menerapkan pengetahuan bahaya
narkoba baik secara fisik, emosional,
dan intelektual.
4. …………….
5. …………….

Permasalahan-permasalahan di atas diberikan di MAN 3 Medan melalui beberapa


layanan dan kegiatan preventif berupa:
a. Layanan Orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik
memahami lingkungan baru, seperti lingkungan satuan pendidikan bagi peserta didik
baru, dan obyek-obyek yang perlu dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta
mempermudah dan memperlancar peran di lingkungan baru yang efektif dan berkarakter.
b. Layanan Informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik
menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/ jabatan, dan
pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan bijak.
c. Layanan Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam
kelas, kelompok belajar, peminatan/lintas minat/pendalaman minat, program latihan,
magang, dan kegiatan ekstrakurikuler secara terarah, objektif dan bijak.
d. Layanan Penguasaan Konten, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan dalam
melakukan, berbuat atau mengerjakan sesuatu yang berguna dalam kehidupan di
sekolah/madrasah, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan tuntutan kemajuan dan
berkarakter-cerdas yang terpuji, sesuai dengan potensi dan peminatan dirinya.
e. Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya melalui prosedur perseorangan.
f. Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan
belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu
sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji melalui dinamika kelompok.
g. Layanan Konseling Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami sesuai dengan
tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui dinamika kelompok.
h. Layanan Konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta
didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara dan
atau perlakuan yang perlu dilaksanakan kepada pihak ketiga sesuai dengan tuntutan
karakter-cerdas yang terpuji.
i. Layanan Mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik
dalam menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan dengan pihak lain sesuai
dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
j. Layanan Advokasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik
untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan/atau mendapat
perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
Sedangkan praktik layanan konseling Islami di MAN 3 Medan pada dasarnya tidak
berbeda jauh dengan model konseling Islami yang ada di MAN Medan lainnya (MAN 1
Medan dan MAN 2 Model Medan). konsep konseling Islami dilakukan dengan cara
memasukkan muatan-muatan agama Islam dalam setiap prosesi wawancara yang
berlangsung, seperti memberikan nasihat kepada konseli/siswa untuk banyak berdoa
memohon petunjuk kepada Allah, memperbanyak zikir mengingat Allah, serta beramal ikhlas
hanya karena memohon ridho dari Allah, agar senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap
perkara yang sedang dilaksanakannya.
Berkenaan dengan penanganan masalah siswa, Ibu Amelia menyatakan bahwa selama
ini proses konseling Islami yang dilakukan memang sebagian besar berangkat dari adanya
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa terhadap tata tertib sekolah yang sudah ditetapkan.
Siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah maka akan mendapatkan
pinalti berupa catatan skor pelanggaran, yang mana skor pelanggaran akan terus dikalkulasi
setiap kalinya apabila siswa melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. skor pelanggaran
siswa yang terkumpul akan mendapat hukuman dari hukuman ringan sampai pada
pemanggilan kepada orang tua wali siswa. oleh karena itu, agar siswa tidak mengulangi dan
terjebak dalam pelanggaran yang berlarut-larut, guru BK berupaya melakukan konseling
guna untuk membantu siswa dalam menangani masalah yang dialaminya. Hal ini dilakukan
oleh guru BK, dengan tujuan agar siswa memiliki kemandirian serta memberikan kesadaran
kepada siswa untuk lebih bertangung jawab atas fungsinya sebagai seorang pelajar.
Selain siswa yang mendapatkan konseling karena melakukan pelanggaran tata tertib
sekolah, ada juga siswa yang datang untuk menemui guru BK guna meminta bantuan dalam
penyelesaian masalah yang dihadapinya. Pada umumnya, masalah yang sering dihadapi oleh
siswa yang datang adalah masalah-masalah pribadi yang berhubungan dengan hubungannya
dengan orang tua, masalah karir tentang melanjutkan sekolah, kurang yakin dengan
kemampuan diri dan susah bergaul dengan teman-teman yang lainnya. Untuk itu, pada
umumnya guru BK melakukan konseling Islami secara individual, dimana proses konseling
dilakukan hanya antara guru BK dengan konseli/siswa yang memiliki masalah. Namun,
menurut penuturan Ibu Amelia, ada juga siswa yang tidak melanggar tata tertib sekolah dan
tidak datang menemui guru BK secara sukarela, akan tetapi dipanggil untuk menemui guru
BK. Siswa yang berikut adalah siswa yang sebenarnya memiliki hambatan dalam
perkembangan psikologis bidang belajarnya seperti masalah tentang penurunan konsentrasi
belajar, siswa yang sering menyendiri (tidak bermain bersama-sama temannya), dan siswa
memiliki wawasan pengetahuan yang baik dalam belajar. Untuk masalah-masalah siswa
tersebut, maka secara khusus guru BK, akan membantu konseli/siswa untuk memfasilitasi
mereka dalam mencari solusi dengan memberikannya petunjuk, bimbingan, nasihat secara
pribadi pula.
Untuk itu, guru BK dengan senang hati menyediakan waktu khusus kepada siswa-
siswa yang akan diberikan konseling. Pada prinsipnya, guru BK akan memberikan layanan
konseling kepada siswa secara segera pada saat siswa membutuhkannya, meskipun waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan proses konseling harus memakan beberapa kali
pertemuan. Namun, apabila guru BK melihat, masalah yang dihadapi oleh siswa bisa
ditunda, maka guru BK menyarankan kepada siswa bahwa proses konseling baiknya
dilaksanakan pada waktu istirahat atau selepas selesainya pelajaran berlangsung, agar tidak
mengganggu proses belajar-mengajar di sekolah.
Menurut penuturan Bapak Agus Salim, kesediaan guru BK dalam memberikan
waktunya dan memberikan bantuan kepada siswa dengan ikhlas bukan berangkat karena ia
adalah guru BK yang bertugas untuk memberikan konseling semata, melainkan karna ia
merasa bahwa membantu siswa dalam memberikan bimbingan merupakan panggilan jiwa
dan tanggung jawabnya.26 Hal itu yang mendasarinya memilih untuk menjadi guru BK yang
bisa memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan. Selain itu, ia merasa rasa ikhlas
dan penuh perhatian kepada siswa ternya memberikan dampak yang positif terhadap
perubahan perilaku siswa-siswa yang pernah dikonseling. Bantuan konseling yang ikhlas dan
penuh perhatian kepada konseli/siswa, dengan tidak pandang, apakah konseli/siswa bersalah
dengan melakukan pelanggaran sekolah atau pun siswa yang secara sukarela datang sendiri
menemui guru BK, berdampak pada kesediaan mereka untuk menceritakan masalahnya, serta
tersambungnya emosi batin antara guru BK dengan konseli/siswa. sehingga, konseli/siswa
yang dibantu dapat merasakan bantuan dan bimbingan yang benar-benar menyentuh perasaan
mereka.
Ternyata, persoalan-persoalan psikologis yang sering ditemui oleh siswa dalam
kehidupannya sudah dapat berkurang di saat guru BK mampu menunjukkan sikap yang
penuh kasing sayang dan perhatian, walaupun proses inti konseling belum dilakukan oleh
guru BK. Selain itu, sikap ikhlas (genuine) saat memberikan konseling Islami, dapat
menularkan sikap yang demian pula kepada orang yang yang dibantu. Hal ini peneliti peroleh
dari beberapa siswa yang pernah mendapatkan konseling Islami dari Guru BK, bahwa sikap
yang ditunjukkan oleh guru BK saat melakukan konseling sangat baik dan menggambarkan

26
Wawancara dengan Guru BK MAN 3 Medan Bapak Agus Salim, S.Pd.I, pada tanggal 02 Oktober
2017
sikap yang penuh perhatian kepada siswa, sehingga di antara mereka berkeinginan untuk
menjadi guru BK yang dapat membantu orang lain dalam memecahkan masalah.
Menurut peneliti, pendekatan bil hikmah (Q.S. Al Nahl, 16:125) yang ditunjukkan
oleh guru BK MAN 3 Medan melalui sikap perhatian kepada siswa telah menjadi model dan
suri tauladan yang baik bagi konseli/siswa. konsep inilah yang ditunjukkan oleh Nabi
Muhammad dalam beberapa kasus saat melakukan bimbingan kepada sehabat dalam rangka
membantu masyarakat untuk mendapatkan petunjuk Allah Swt., kisah ini Hal ihwal tentang
pendekatan bil hikmah sebagai salah satu cara dalam melakukan konseling Islami seperti
yang dilakukan Nabi tercatat dalam sebuah hadis, ketika Nabi Muhammad Saw., sedang
duduk di depan masjid dengan para sahabat untuk memberikan bimbingan, datang seorang
arab badui dan langsung memasuki masjid dan buang air kecil (take urine) di dalam Masjid.
Melihat kejadian tersebut Umar Ibn Khattab beranjak dari duduknya sambil melepaskan
pedang dari sarungnya untuk menyerang orang badui tersebut karena dianggap telah
menghina rumah Allah sebagai tempat peribadatan ummat Islam. Namun, seketika juga
Rasulullah menahan emosi Umar sambil berkata, “siramlah area yang terkena najis dengan
air”.27 Mendengar perintah Nabi, maka sahabat pun langsung melakukan perintah Beliau,
dengan menyiram air ke area yang terkena najis (air seni orang badui). Tidak lama
kemudian, orang Badui tersebut datang ke hadapan Nabi, sambil berkata “ Engkau memang
seperti diberitakan orang-orang (memiliki teladan yang baik), maka aku yakin dengan apa
yang Engkau bawa, dan akupun akan masuk Islam saat ini juga”.
Dari kisah di atas, terdapat beberapa hikmah yang dapat dipetik sebagai bahan
intropeksi dan pengingat, bagi guru BK khususnya dalam memberikan bimbingan dan
konseling, yakni:
a. Konseling dilakukan dengan niat dan tujuan untuk membantu konseli, bukan untuk
menghukum.
b. Konseling dilakukan dengan cara yang baik dan sikap yang tulus penuh perhatian karena
dapat menumbuhkan rasa kasih sayang dan menularkan kebaikan kepada konseli.
c. Sikap yang ikhlas mampu membantu konseli dalam memecahkan masalah, walaupun inti
dari proses konseling belum dilaksanakan
d. Inti konseling Islami adalah memudahkan dan bukan menyusahkan konseli.
e. Tidak diperbolehkan membeda-bedakan konseli dalam proses konseling, maka dari itu,
seorang konselor harus menanamkan niat bahwa keberadaannya sebagai konselor hanya
untuk membantu dan bukan seseorang yang membantai saat konseli salah.

27
Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtasid (Beirut: Darul Ma’rifah, 1982), h. 24
Berangkat dari perangai yang sangat santun tersebut di atas, maka sangat wajar
kiranya, jika akhlak yang ditampilkan oleh Nabi diabadikan dalam salah satu ayat dalam
Alquran surat al Qalam, 68: 4
   
Artinya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Ayat di atas merupakan gambaran dan pengakuan Allah Swt., atas akhlak yang
ditunjukkan oleh Nabi Muhammad Saw., baik sebelum diutus menjadi Nabi maupun setelah
mendapatkan mandat sebagai utusan Allah.
Lebih lanjut, praktik konseling Islami di MAN 3 Medan yang diberikan oleh guru BK
kepada konseli/siswa pada dasarnya menggunakan pola conselor oriented. Guru BK sebagai
konselor atau pembimbing menjadi pusat dalam kegiatan konseling, dengan cara memberikan
petunjuk, bimbingan, dan nasihat untuk terus mendekatkan diri kepada Allah, agar dengan itu
konseli/siswa merasa dekat dan merasa adanya kekuatan yang selalu mengawasi setiap
perilaku yang akan dilakukan. Pada dasarnya, masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa
merupakan masalah yang bersumber dari dirinya, yakni berkaitan dengan cara pandang
individu terhadap dirinya dan berperilaku sesuai dirinya atau yang lebih dikenal dengan
istilah self concept (konsep diri).28 Masalah konsep diri sangat penting untuk dipahami oleh
siswa secara seksama, karena kebanyakan siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib
sekolah adalah mereka yang keliru dalam memahami dirinya serta lingkungan. Kesadaran
akan potensi yang dimiliki oleh siswa, jarang dieksplorasi dengan baik, sehingga pandangan
negatif terhadap dirinya menciptakan perilaku yang negatif pula.
Penghargaan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan bertindak
dalam hidup. Apabila seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka individu tersebut
cenderung sukses, dan bila individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal, maka dirinya telah
menyiapkan diri untuk gagal. Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri merupakan bagian diri
yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan
tingkah laku individu. Allah Swt., telah memberikan kepada manusia berupa fitrah akal yang
berfungsi untuk berfikir, mengidentifikasi dan menganalisa, yang membedakannya dengan
makhluk yang ada di Bumi.
28
Menurut Rakhmat (2011) pembahasan mengenai konsep diri dapat dilacak sampai William james.
Dalam membahas konsep diri James membedakan antara “The I” diri yang sadar dan aktif, dan “The Me” diri
yang menjadi renungan diri. Adapun yang diharapkan oleh James tentang konsep diri adalah “The Me” diri yang
pasif merupakan hasil dari penilaian individu terhadap dirinya yang meliputi, fisik, psikis, dan sosial. Penilaian
diri “The Me” yang menyangkut seluruh kondisi diri kemudian membentuk “The I” diri bersifat aktif yang
berbentuk perilaku. Tindakan yang diperbuat oleh individu berkaitan erat dengan penilaian individu terhadap
kondisi dirinya, siswa yang yang menganggap dirinya tidak mampu, secara otomatis akan berdapak pada gejala
tingkah lakunya yang bersifat pesimis.
Menurut penuturan Bapak Agus Salim saat menangani konseli/siswa yang kurang
mampu beradaptasi dengan baik sehingga merasa disisihkan oleh teman-temannya, bahwa
masalah utama yang menjadi problema adalah rendahnya minat untuk bersosialisasi
melainkan persepsi yang salah telah terbangun dalam benak konseli/siswa, sehingga
muncullah sebuah pandangan bahwa ia merasa dijauhi oleh teman-temannya. Untuk
menanggulangi masalah konseli/siswa yang kurang mampu dalam bersosialisasi, guru BK
meyakinkan agar konseli/siswa lebih bijak dalam memandang kondisi yang ada di sekililing
sembari mengkontruksi persepsi konseli/siswa dalam memandang teman-temannya seperti
saudaranya sendiri, tempat ia berbagi suka dan duka. Oleh karena itu, setiap masing-masing
individu yang memiliki masalah dalam bersosialisasi dalam lingkungan sekolah atau
masyarakat harus mempunyai kesadaran yang baik, sebab dengan menunjukkan kepedulian
yang tinggi terhadap sesama merupakan modal bagi seseorang dalam beriteraksi. 29 Namun,
yang paling utama dalam beradaptasi adalah menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji dan
berkepribadian yang baik, agar teman-teman merasa senang dan bahagia. Seperti kata
pepatah Arab “keindahan tidak dilihat dari pakaian yang menghiasi diri kita, akan tetapi
keindahan itu berpusat pada keindahan ilmu dan adab yang dimiliki”.
Lebih lanjut, guru BK menyarankan kepada konseli/siswa untuk mengawali
keberaniannya dalam bersosiali dengan cara membiasakan diri untuk menegur sapa orang
lain atau memulainya dengan membiasakan diri sholat berjamaah ketika berada di sekolah
dan mengikuti setiap kegiatan yang ada di sekolah. selain itu, juga guru BK menasihati
konseli/siswa untuk berdoa kepada Allah agar diberikan kelapangan dan keberanian dalam
batinnya untuk berkomunikasi dengan baik terhdap teman-temannya. Paling tidak disinilah
letak konseling Islami yang tampak di MAN 3 Medan, dimana seorang konselor tidak bosan-
bosannya selalu mengingatkan konseli/siswa untuk berdoa bermunajat kepada Allah atas
persoalan-persoalan dalam kehidupannya, dengan tanpa melupakan perintah untuk
melaksanakan ibadah terlebih dahulu.
Dalam membantu konseli/siswa pada proses konseling Islami, guru BK selalu
menjelaskan terlebih dahulu akan penting kesiapan konseli/siswa dalam melaksanakan
konseling. Ibu Amelia menyatakan bahwa sangat percuma proses konseling dilakukan
apabila konseli/siswa tidak memiliki keinginan untuk merubah dirinya menuju perilaku yang
baik. Oleh karena itu, penekanan terhadap kesiapan konseli/siswa dalam melaksanakan
proses konseling menjadi salah satu modal utama bagi konseli/siswa untuk dapat mengatasi

29
Wawancara dengan Guru BK MAN 3 Medan Bapak Agus Salim, S.Pd.I, pada tanggal 02 Oktober
2017
masalahnya. Jika ada siswa yang masih belum siap untuk merubahnnya maka, guru BK
melakukan konfrontasi yang baik mengenai alasan yang dapat dijadikan landasan logis.
Karena pada dasarnya, guru BK/konselor adalah individu yang bertugas memberikan bantuan
pemecahan masalah, sedangkan masalah yang dialami oleh konselii/siswa tidak akan dapat
terselesaikan dengan baik jikalau konseli/siswa tidak memiliki kemauan untuk merubahnya.
Hal ini seseuai dengan Q.S. Al Ra’d, 13: 11 dan Q.S. Al Najm, 53: 39-50.
              
             
        
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak
merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri
mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak
ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Ayat di atas menunjukkan akan keyakinan bahwa pada dasarnya manusia memiliki
fitrah untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya untuk bertindak nyata dalam
menyelesaikan masalahnya secara mandiri. Sedangkan, seseorang yang tidak mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya, baarangkali disebabkan oleh kurang menyadari
akan potensi yang dimiliki, sehingga susah untuk memahami kemampuan yang ada dalam
dirinya. Atau bahkan terkadang ia lebih mampu memahami kemampuan orang lain
dibandingkan fitrah yang dalam dirinya. Hal ini sepert yang diungkapkan dalam teori Johari
Windows30
Selanjutnya, menanggulangi masalah siswa yang merasa kurang mampu untuk
melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi karena tidak memiliki biaya atau tidak
mampu lagi untuk belajar karena harus banyak membaca buku, sehingga ia merasa tidak akan
mampu untuk memperoleh pekerjaan layak dapat menjadikannya sebagai seorang yang bisa
membanggakan kedua orang tuanya. Mendengar permasalahan ini, guru BK mengkonfrontasi
konseli/siswa tentang makna ukuran yang menyebabkan manusia bahagia. Setelah
mendapatkan informasi dari konseli/siswa, selanjutnya guru BK memberikan pandangan
bahwa kebahagiaan hidup masa depan bukan ditentukan oleh pekerjaan yang mampu
menghasilkan harta yang berlimpah, lalu kedua orang tua dapat bahagia, tetapi kebahagian
orang tua dapat diperoleh ketika anak mampu membaktikan dirinya secara baik dengan cara
bersikap santun lagi menghormati serta mau berusaha keras untuk mencari rizki yang halal

30
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosyda Karya, 2004), h. 94
lagi thoyyibah, sehingga dapat dinikmati dengan baik dan berkah bagi kehidupannya. Harta
dan pendidikan bukanlah ukuran kesuksesan dalam Islam. Ridha Allah Swt., dan ridha kedua
orang tua adalah modal utama kesuksesan seseorang, disamping usaha yang tidak kenal lelah
untuk mencari rizki.
Konseling Islami dalam rangka melakukan bimbingan spritual di MAN 3 Medan
berupaya mendorong siswa-siswa untuk mengembalikan segala permasalahannya kepada
Allah Swt., melalui usaha berzikir dan berdoa memohon petunjuk dan bimbinganNya, agar
selalu diberikan jalan kemudahan dalam mengatasi masalah. Selanjutnya guru BK hanya
memberikan nasihat dan pelurusan cara pandang siswa terhadap sebuah masalah, bahwa tidak
ada masalah yang tidak bisa dipecahkan. Bahkan menurut Quraish Shihab dalam menafsirkna
Alquran surah Al Insyirah, 94: 5-6
       
Artinya: Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.
Ayat di atas menunjukkan bukti kepada manusia dalam menyelesaikan masalahnya.
Agar tidak merasa takut ketika dalam menghadapi sebuah masalah, karena pada satu masalah
Allah telah menjanjikan adany beberapa kemudahan dan jalan keluarnya. Hanya saja,
seseorang memerlukan motivasi dan dorongan yang lebih untuk meyakinkan seseorang
bahwa pada dasarnya ia mampu mengatasi segala persoalannya. Maka dari itu, dampak dari
motivasi yang diberikan oleh guru BK kepada siswa di MAN 3 Medan dapat dirasakan oleh
penjelasan dari beberapa siswa yang pernah menjumpai guru BK untuk meminta bimbingan
dan petunjuk dalam mengatasi masalahnya. Mereka menyatakan bahwa motivasi yang
diberikan oleh guru BK sangat membantu mereka untuk meyakinkan dan menanamkan rasa
percaya diri dalam mengatasi problematika mereka saat ini. Ketika masalah datang melanda,
maka motivasi dan dorongan yang kuat dari guru BK menjadi pecut bagi mereka untuk terus
membiasakan diri secara mandiri dalam mengurangi masalah.

d. Praktik Konseling Islami di MAPN 4 Medan Martubung


Seperti yang telah disampaikan pada sebelumnya, bahwa MAPN 4 Medan
Martubung, merupakan salah satu madrasah Aliyah Negeri yang umurnya belum mencapai
satu dasawarsa. Walaupun keberadaan MAPN 4 Medan masih baru, akan tetapi usaha dalam
mengembangkan kegiatan layanan bimbingan konseling Islami sangat tampak melalui
penjelasan yang disampaikan oleh Ibu Yusnida sebagai satu-satunya guru BK di MAPN 4
Medan. menurutnya, dalam rangka mengembangkan konseling Islami di MAPN 4, kami
mengikuti pola pemikiran yang disampaikan oleh Anwar Sutoyo. Menurutnya pemikiran-
pemikiran Anwar Sutoyo dalam bidang konseling Islami beserta materi yang kami dapatkan
sangat banyak membantu dalam melakukan layanan bimbingan konseling Islami. Materi-
materi keagamaan yang disampaikan oleh guru BK (mengadopsi dari pemikiran Anwar
Sutoyo), berupa pengamalan nilai-nilai Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan. yakni :

1) Nilai-nilai Dalam Rukun Imam


a) Iman Kepada Allah swt
Iman kepada Allah berarti mempercayai dan meyakini sepenuhnya bahwa ada dzat
yang mha menciptakan dunia dengan segala isinya. Adalah Allah Yang Maha Esa, yang
Maha Kuasa, yang Maha Bijaksana, yang Maha engasih lagi Maha penyayang, yang Maha
besar lagi Maha tinggi serta Maha kaya. Karena sifatnya yang amat sempurna itu, maka
wajarlah bila setiap islam bergantung kepadanya, menyembahnya, memohon
perlindungannya, dan mengaduan segala suka dan duka kepadanya. Pembawaan (fitrah)
beriman inilah yang menyebabkan individu sejak lahir cenderung ke hal-hal yang fositip dan
merasa resah dan gelisah ketika melakukan hal-hal yang negatif. Iman kepada Allah menjadi
bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia sejak manusia masih dalam kandungan.
Menurut penuturan Ibu Yusnida, materi konseling Islami yang diberikan di MAPN 4 Medan,
tidak boleh jauh dari pengamalan akan keimanan siswa terhadap Tuhannya. Hal ini sebagai
dasar bagi siswa untuk menyandarkan segala usahanya hanya kepada Allah Swt.31
Menurut peneliti, pandangan tersebut sejalan dengan pandangan Dadang Hawari
menunjukkan bahwa salah satu kebutuhan utama manusia utama manusia adalah kebutuhan
akan rasa aman/terlindung (security feeling). Rasa aman dan terlindung ini tumbuh dan
dirasakan makalah seseorang mendekat kepada Allah, yaitu ketika individu melakukan apa
yang di perintahkan dan menjauhi apa yang dilarang olehnya. 32 orang yang beriman selalu
ingat kepada Allah, perasaannya tenang dan aman karena merasa telindungi dzat yang Maha
perkasa lagi bijaksana. Dalam kehidupan ini tiada yang perlu ditakutkan selain Allah, karena
Allah selalu memberi petunjuk dan hidayahnya. Sebaliknya orang yang beriman akan merasa
resah dan gelisah makala tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan Allah atau melakukan
sesuatu yang dilarang olehnya. Orang yang beriman akan malu berbuat sesuatu yang tidak
baik meskipun tidak seorang pun yang melihatnya. Bahkan menurut Abdusyah Ahmad, MK
(2002:33-35) menunjukkan bahwa iman kepada Allah memiliki hubungan yang kuat dan
31
Wawancara dengan Guru BK MAPN 4 Medan Ibu Yusnida, S.Pd., pada tanggal 12 November 2017
32
Dadang Hawari, Al-Qur’an: Il Kedokteran Jiwa dan Kkesehatan Jiwa (Yogyakarta: PT. Dana Bakti
Prima Yasa, 1995), h. 431
kesembuhan suatu penyakit. Ketahanan seseorang ketika melemah, dihdapi dengan faktor
iman yang menjadi energi fisik maupun psikis yang mampu menambah ketahanan diri ketika
menghadapi penderitaan atau penyakit. Penyakit-penyakit ganas (seperti: kanker, rematik dan
penurunan syahwat) adalah penyakit-penyakit badan yang bersumber dari kegoncangan jiwa
seprti gelisah, takut dan marah.33 Individu yang memiliki keimanan yang kokoh tidak mudah
gelisah dan takut dalam menghadapi kekuatan yang lebih besar, lantaran ia yakin bahwa di
aas itu semua ada yang memiliki kekuatan yang sebenarnya, ia yakin bahwa Allah yang maha
menyembuhkan dari segala penyakit dan Allah yang maha mampu memberi jalan keluar
dalam menghadapi segala kesullitan akan menempatkan bahwa” D”okter bukan segalnya”,
tetapi Dokter hanyalah sebagian dari ikhtiar manusia yang hasilnya ditentukan oleh ijin Allah
merupakan takdir.
b) Iman Kepada Malaikat Allah
Iman kepada malaikat adalah individu meyakini bahwa Allah mempunyai mahkluk
inmaterial yang melaksanakan tugas-tugas dalam bidang tertentu, termasuk di dalamnya
menyampaikan wahyu kepada para rasul dan pencatat amal perbuatan manusia. Mereka
diciptakan dari nur selalu patuh kepada Allah, tidak pernah berbut dosa atau maksiat, tidak
sombong dan selalu bertasbih kepada Allah. Ia selalu tunduk dan patuh melaksanakan
perintah-perintah Allah, ia tiak pernah berkhianat terhadap segala perintah Allah yang
ditugaskan kepadanya. Menurut Ibu Yusnida, iman kepada malaikat sangat penting bagi
individu mengingat, manusia dan perjalanan hidupnya sering melanggar rambu-rambu moral
dan etika dalam hubungannya dengan manusia lain. Pelanggaran itu pada gilirannya akan
merugikan dirinya dan juga orang lain. Dengan keimanan kepada malaikat, manusia selalu
merasa bahwa segala tingkah laku dan ucapannya ada yang mengontrol. Oleh sebab itu
mereka selalu berhati-hati dalam bertindak dan berucap. Orang yang sehat jiwanya adalah
orang yang pikirannya, perasaannya, dan prilakunya selalu baik, tidak melanggar hukum dan
norma-norma sosial.

c) Iman Kepada Rasul


Iman kepada Rasulullah mengandung makna bahwa individu meyakini bahwa ada
individu tertentu yang dipilih sebagai Rasul nya, dengan tugas membawa risalah bagi
keselamatan manusia dan akhirat. Ia dalah manusia pilihan yang patut diteladani tingkah laku
dan tutur katanya, karena apa yang dilakukan dan diucapkan atas bimbingan Allah. Oleh

33
Abdussh Ahmad.M.K., Mu’jizat Ilmiah dalam Al Qur’an, Terj. Alimin. dkk (Jakarta: Akbar, 2002),
h. 33-35.
karena itu setiap muslim wajib beriman kepada Allah dan mentaati ajaran yang dibawanya
beriman kepada Allah tidak mungkin dipisahkan kepada Rasulnya sebab ajaran Allah yang
disampaikan kepada ummat manusia adalah melalui Rasul. Oleh karena itu Allah
menghukumi orang yang menolak beriman kepada Rasul sebagai orang yang durhaka, bahwa
menggolongkannya sebagai orang kapir.
Dalam hubungannya denga bimbingan dan konseling. Pembimbing ternyata bukan
hanya sekedar pengetahuan dan keterampilan memberikan layanan bimbingan. Tetpi lebih
dari itu adalah ketepatan memilih “rujukan” yang menjadi pegangan dalam memberikan
layanan bimbingan, sehingga layanan yang diberikan kepada individu dijamin tepat dan
akurat untuk berbagai karena setting, dan tema konseling. Disamping itu rujukan konseling
segogiyanya bukan hanya mengandung nilai kebenaran disini dan saat ini saja, tetapi lebih
dari itu adalah kebenaran abadi, artinya apa yang disarankan konselor kepada klien
hendaknya bukan hanya mengandung kebebnaran sesaat. Tetapi akan lebih baik nilai
kebenarannya itu bisa dibuktikan kapanpun dan dimanapun. Untuk mendapatkan rujukan
yang nilai kebenarannya mutlak dan universal, kiranya tidak ada pilihan lain kecuali
kebenaran yang bersumber dari wahyu dan menjelaskan yang di bawa oleh Rasulnya.
d) Iman Kepada Kitabnya
Iman kepada kitab Allah mengandung makna bahwa individu meyakini bahwa ada
kitab suci yang diturunkan Allah melalui Rasul-rasulan pilihannya. Salah satu diantaranya
adalah Al’quran yang ditujukan kepada nabi Muhammad Saw. Yang menjadi pedoman hidup
bagi manusia sepanjang jaman, agar selamat di dunia dan akhirat. Keyakinan nya itu maka ia
mencintainya, membacanya, menghapalnya, dan mempelajarinya setiap saat, serta
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara ikhlas. Al’quran adalah panduan hidup
bagi manusia, ia adalah pedoman bagi setiap pribadi dan undang-undang bagi seluruh
masyarakat. Di dalamnya terkandung pedoman praktis bagi setiap pribadi dalam
hubungannya dengan tuhannya, lingkungan sekitarnya, keluarganya, dirinya sendiri, dengan
sesama muslim dan juga dengan non muslim baik yang berdamai maupun yang
memeranginya. Individu yang mengikuti panduan ini pasti sselamat dalam hidupnya di dunia
maupun akhirat.
e) Iman Kepada Hari Akhir
Iman kepada “hari akhir” mengandung makna bahwa individu meyakini bahwa pada
saat yang tidak diketahui secara pasti akan datang hari penghabisan dan dari hari-hari di
dunia atau disebut pula sebagai “hari kiamat” pada hari itu bumi bergoyang mengeluarkan
segala isinya, kemudian melenyap dan di ganti dengan bumi yang lainnya, gunug-gunung
pecah berterbangan menjadi pasir, langit terbelah hancur menjadi minyak, menjadi matahari
di gunung dan binatang-binatang berjauha pada saat itu amal setiap manusia baik atau buruk
diperhitungkan dan mendapat balasannya.
Quraish Shihab menunjukkan bahwa keyakinan akan datangnya hari kiamat
mengantarkan manusia untuk melakukan aktifitas-aktifitas fositip dalam kehidupannya,
walaupun aktifitas itu tidak mendatangkan keuntungan materi dalam kehidupan dunianya. 34
Melalui keyakinan akan ada dan datangnya hari kiamat guru BK mendorong siswa untuk
melakukan kontrol diri dengan baik, terlebih apabila hal tersebut muncul dari kesadaran
bahwa apapun yang ia lakukan pasti akan mendapat balasan dari Allah. Menurut Ibu
Yusnida, Jika siswa telah memiliki kontrol diri yang baik, mereka tidak akan berani
mengambil hak orang lain, tak akan berani berbuat aniaya terhadap orang lain lantaran
mereka yakin bahwa apapun yang mereka lakukan pasti ada balasannya, baik nampak atau
tersembunyi, sedikit atau banyak.35
Beriman kepda hari kiamat juga bisa menjadi “terapi diri” yang mampu membantu
menyembuhkan luka hati, lantaran segala yang membuat kecewa di dunia kaan ada
pengadilan dari yang maha adil di akhirat seseorang bisa jadi mendapat prilaku tidak
menyenangkan dari pihak lain seperti dihina, disakiti, dirempas haknya, bahkan mungkin
dibunuh dengan cara keji. Sementara pelakunya mungkin bisa lepas dari kejaran polisi atau
jeratan hukum di pengadilan. Bagi orang yang beriman kepada hari kiamat meyakini bahwa
sekalipun seseorang bisa lepas dari kejaran polisi atau tuntutan pengadilan dunia, tetapi
mereka tidak akan mampu lari dari pengadilan ilahi. Dengan keyakinan ini. Luka hati mereka
menjadi sembuh dari dalam lantaran keyakinan bahwa pasti akan ada balasan Allah yang
berbuat aniaya kepadanya.
f) Beriman Kepada Takdir Allah
Iman kepada takdir Allah mengandung makna bahwa ada ketentuan Allah yang pasti
berlaku untuk setiap individu, apa yang diupayakan individu bisa terujud hanya dengan idzin
allah, musibah yang menimpa individu juga tidak mungkin terjadi tampa idzin Allah.
Individu yang telah mengimani takdir dengan sepenuh hati ridla menerima ketentuan Allah
yang berlaku atas dirinya sambil terus menerus berikhtiar.

2) Nilai-nilai Bimbingan Dalam Rukun Islam

34
Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Ummat, (Bandung:
Mizan, 2000), h. 107.
35
Wawancara dengan Guru BK MAN 3 Medan Bapak Agus Salim, S.Pd.I, pada tanggal 02 Oktober
2017
a) Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat
Rukun Islam pertama adalah mengucapkan kalimat syahadat “Asyhadu an la Ilahi illa
Allah, wa asyhadu anna Muhammad Rasul Allah,” (saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan
selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah).syahadat atau
pengakuan iman adalah pernyaaan formal yang membedakan antara orang islam (muslim)
dengan yang bikan Islam (kafir) dalam ajaran Islam. Jika seseorang telah menyatakan
beriman dengan mengucapkan dua kalimat syahadat (syahadatain), maka konsekuensinya
adalah Islam menjamin keselamatan dirinya dan harta bendanya. Karena keberadaan siswa
MAPN 4 Medan yang secara keseluruhan adalah beragama Islam, maka penguatan nilai-nilai
yang terkandung dalang rukun ini adalah pengamalan syahdat yang tidak hanya di lisan, akan
tetapi sampai pada ranah amalan.
Dua kalimat syahadat sering pula disebut dengan “syahadat tauhid” dan “syahadat
rasul”. Syahadat tauhid merupakan pernyataan seseorang mengesakan Allah swt. Para ulama
membagi syahadat tauhid itu ke dalam tiga pernyataan, yaitu tiada Tuhan selain Allah (laa
ilaha illa Allah), tiada yang berhak disembah selain Allah (laa ma’bud illa Allah), dan tiada
yang benar-benar ada atau nyata sebenarnya selain Allah (laa maujud illa Allah), syahadat
rasul atau kesaksian bahwa Muhammad saw, adalah Rasulullah membawa konsekuensi (a)
(QS,59:7), (b) mengikuti bahwa ajaran yang dibawanya telah sempurna, universal sesuai
untuk setiap generasi, dan abadi sepanjang masa (QS,5:3), (c) mengikuti bahwa ia adalah
rasul terakhir (penutup segala nabi) (QS,33:40), dan (d) ia di utus untuk seluruh umat dan
menjadi rahmat bagi seluruh alam (QS,34:28 dan 21:107).
b) Melaksanakan Shalat
Syarat-syarat shalat adalah harus suci dari hadast besar dan kecil, hadast besar bisa
disucikan dengan mandi sedang hadasat kecil bisa disucikan dengan berwudlu. Dalam
keadaan dharurat, kesulitan untuk melaksanakan mandi dan wudlu bisa diganti dengan
tayammum. M. Utsman Najati menjelaskan bahwa wudlu yang dikerjakan sesuai aturan
membuat seseorang mukmin merasa bahwa diri dan jiwanya menjadi bersih, perasaan itu
muncul mendasarkan pada keterangan dari Rasulullah.36 Rasulullah, bersabda, “Apabila
seseorang hamba yang muslim atau mukmin berwudlu, lalu ia membasuh wjahnya, maka
keluarlah dari wajahnya setiap dosa akibat pandangan matanya bersamaan dengan air (atau
bersamaan dengan tetes air yang terakhir). Apabila ia membasuh kedua tangannya, maka
keluarlah dari kedua tangannya setiap dosa yang telah dilakukan oleh kedua tangannya itu
bersamaan dengan air (atau bersamaan dengan tetes air yang terakhir) apabila ia
36
M. Utsman Najati, Al Qur’an dan Ilmu Jiwa (Yogyakarta: Pustaka pelajar Grup, 1982), h. 315-316.
membasuhkedua kakinya maka keluarlah setiap dosa yang telah dijalani oleh kedua
kakinyabersamaan dengan air (atau bersamaan dengan tetes air yang yang terakhir), sehingga
ia keluar dari dosa dengan bersih.
Upaya membiasakan siswa di MAPN 4 Medan, maka pihak sekolah membuat
peraturan yang menuntut siswa laki-laki untuk melakukan sholat berjamaah pada waktu
dhuhur di Masjid. Selanjutnya, bagi siswa perempuan dapat melakukannya di kelas masing-
masing, sehingga saat peneliti mengunjungi sekolah tersebut pada waktu dhuhur maka
tampak siswa MAPN Medan berduyun-duyun datang dan melakukan sholat dhuhur
berjamaah yang diimami oleh guru MAPN 4. Menurut penuturan Ibu Yusnida, kewajiban
sholat dhuhur berjamaah di sekolah merupakan salah satu usaha untuk membiasakan siswa
menjalankan sholat, khususnya sholat berjamaah, agar identitas siswa adalah pelajar di
madrasah memiliki bekas yang berbeda dengan siswa yang sekolah di sekolah umum
lainnya.37
c) Membayar Zakat, Infaq, dan Shadaqah
Zakat, infaq dan sadaqah adalah suatu yang sangat ditekankan Allah, sebab dalam
harta orang mukmin sebenarnya ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
tidak mendapat bagian. M. Ustman Najati memandang zakat sebagai media bagi
pengembangan sika sosial, membedakan diri dari egoisme, cinta diri, kikir dan tamak.
Egoisme membantu individu mengembangkan perasaan efilasi sosial.38 Zakat juga
menumbuhkan berbagai kebaikan moral., material, dan sarana untuk menghindarkan
pelakunya dari benana dunia dan akhirat. Dalam salah satu hadistnya Rasulullah bersabda
kepada salah seorang dari suku Tamim, “ kau keluarkan zakat dari harta-mu. Ia adalah harta
suci yang mensucikanmu, menghubungkanmu dengan para krabatmu, dan membantumu tahu
akan hak orang miskin, tetangga dan orang yang membutuhkan”.
Salah satu langkah yang tampak dilakukan dalam bimbingan konseling Islami di
MAPN 4 Medan dalam menumbuhkan kesadaran dalam berzakat maka pihak sekolah selalu
mendukung upaya-upaya OSIS dalam mengumpulkan dana untuk membantu orang-orang
yang benar-benar membutuhkannya, seperti pengumpulan dana untuk membantu korban
bencana alam, gempa, banjir bandang, longsor, dan gunung meletus. Selain itu juga, siswa
memberikan bantuan seikhlasnya bagi siswa yang mengenai musibah, seperti sakit maupun
kemalangan.
d) Puasa
37
Wawancara dengan Guru BK MAN 3 Medan Bapak Agus Salim, S.Pd.I, pada tanggal 02 Oktober
2017
38
M. Utsman Najati, Al Qur’an dan Ilmu Jiwa .., h. 318
Dari segi bahasa, shiyam berarti “menahan diri” dari segala sesuatu. Dari segi syar’I ,
puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan perkara-perkara lain yang dapat
membatalkan ibadah puasa di siang hari dengan niat karena Allah. Jadi jika ada orang yang
menahan diri dari makan dan minum lantaran perintah dokter sekalipun ia puasa tetapi bukan
termasuk shiyam dalam konteks Islam.
Menurut pandangan Al-Jurjawi adalah (a) sebagai media “pendidikan amanah” dari
Allah untuk manusia, wujudnya adalah dengan menahan diri dari makan, minum, dan
hubungan suami-istri sepanjang hari meskipun terhadap milik sendiri. Kalau terhadap milik
sendiri saja individu mampu menahanya, maka terhadap milik orang lain dimungkinkan lebih
bisa, (b) sebagian media untuk memperoleh kejenihan hati dalam berfikir dan beragama,
yaitu dengan menahan perut dari terlalu banyak mengkomsumsi makanan, (c) kesempatan
untuk beristirahat bagi perut, sebab dengan sesekali diistirahatkan dengan tidak mencerna
maka pencernaan tidak rentan terhadap penyakit ., (d) mengurangi kehendak nafsu biologis
yang sulit dikendalikan oleh manusia maupun binatang. Hal ini sejalan dengan nasehat
Rasulullah kepada remaja yang belum mampu (secara ekonomi) tetapi ingin menikah
lantaran takut terjerumus perbuatan zina supaya berpuasa, (e) mengembangkan rasa simpati
dan empatikepada orang-orang miskin sehingga tergerak untuk mengasihi dan membantu
mereka.Dan (f) metode bimbingan penggunaan pendengarannya penglihatannya, lidah, dan
hati dari hal-hal yang tidak diridhoi Allah.39
Bahkan menurut penuturan guru BK di MAPN 4 Medan, barang siapa yang ingin
sukses dalam karirnya, maka sebaiknya ia sering melakukan ibadah puasa senin-kamis.
Walaupun menurut peneliti sendiri, belum ada dasar yang mengatakan bahwa puasa senin
kamis dapat mensuskseskan seorang dalam karir, akan tetapi peneliti anggap bahwa ini bisa
diambil menjadi fadilah saja.
e) Haji
Haji adalah rukun islam yang kelima dan wajib dilakuakn oleh setiap muslim yang
mempunyai kesanggupan sekurang-kurangnya sekali dalam seumur hidup. Dalam kondisi
kesehatannya tidak memungkinkan seperti sakit yang sulit diharapkan kesembuhannya, atau
karena usia tua sesorang diizinkan mewakilkan pelaksanaan ibadah haji kepada pihak lain,
dengan catatan pihak yang menggantikannya itu sudah perbnah melaksanakan ibadah haji
untuk dirinya sendiri. Mewakilkan haji juga berlaku untuk orang yang yang sudah meninggal
asalkan orang yang meninggal tersebut juga berkewajiban haji.

39
Syaikh Ali Ahmad Al-Jurjawi, Hikmah dan Falsafah Dibalik Penetapan Syariat, Terj. Burhanuddin,
( Bandung: Pustaka Hidayah, 2003), h. 192-207.
Guru BK memandang ibadah haji sebagai media latihan bagi manusia dalam
menghadapi kesulitan dan merendahkan diri, sebab dalam menunaikan ibadah haji sesorang
harus melepas segala pakaian kehormatannya dan menggantikannya dengan pakaian ihram
yang sederhana. Haji juga menjadi media bagi pelatihan mengendalikan nafsu dan
dorongannya, sebab dalam beribadah haji seseorang tidak diperkenankan bersetubuh
betengkar, bermusuhan, berkata tidak baik, melakukan maksiat dan melanggar larangan
Allah. oleh karena itu, siswa dijarkan melalui layanan informasi untuk memahami bahwa haji
bukan sebatas amalan mencari predikat alhajj atau menunaikan rukun islam saja. Melainkan
menurutnya siswa diajarkan bahwa dalam berhaji seseorang harus memiliki usaha yang kuat
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt., dan mengambil contoh dari sejarah Nabi.

3) Nilai-nilai Bimbingan dalam Ihsan


Ihsan diartikan dalam ensiklopedi islam ( 1999,II : 178) Sebagai suasana hati dan
perilaku seseorang untuk senantiasa merasa dekat dengan Allah swt kerena yang ingin diraih
adalah posisi selalu dekat dengan Allah, maka individu selalu berupaya agar perasaan,
ucapan, dan tindakannya sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Orang yang berlaku
ihsan disebut “muhsin”, yaitu orang perilaku dan ucapannya (akhlaknya) selalu diridhai Allah
dan menyenangkan manusia. Ihsan mencakup segala tindakan dan ucapan dalam
hubungannya dengan diri sendiri dan orang lain
a) Bimbingan Makan dan Minum
Islam mengajarkan agar (a) sebelum makan membaca bismillah, makan dengan
tangan kanan, dan dari yang terdekat (HR. Bukhari dan Muslim),apabila sebelum makan
seseorang membaca bismillah, maka syaiton tidak tinggal di rumah itu dan tidak ikut makan
makanannya (HR.Abu daud Nasa’I (b) agar makan makanan hal dan baik serta tidak berlebih
(c) tidak makanan haram (bangkai, darah, daging babi, dan binatang (dan ketika) disembeli
disebut nama selain Allah, yang tercekik yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang
diterkam binatang buas (kecuali yang sempat disembeli), dan binatang yang disembeli untuk
berhala tatapi bagi orang yang terpaksa makanannya sedangkan dia tidak menginginkannya
dan tidak melalmpaui batas, maka dia tidak berdosa, (d) tidak membuang makan, jiga ada
makanan yang jatuh hendaknya diambil kemudian dibersihkan kotarnya kemudian dimakan,
dan jangan dibiarkan dimakan oleh setan (Hr.Muslim).
b) Bimbingan dalam pakaian
Islam memberikan tuntunan dalam pakaian (a) wanita agar menutup agar menenutup
dada dan tidak menampakan perhiasan (b) wanita menutup seluruh tubuh, kecuali muka tutup
tangan, (Hr. Abu Daud dan Thabrani) (c) wanita tidak berbusana terlalu tipis (tembus panjang)
(HR. Ahmad), (d) Tidak menampakan lekuk-lekuk tubuh (tidak terlalu ketat) (HR. Bukhori dan
Muslim), (e) busana wanita tidak menyerupai pakai pria dan sebaliknya (HR. Tirmizdi), (f)
busana wanita panjang menutupi kaki, tetapi tidak sampai menyapu tanah (HR. Tirmidzi dan
Nas’i) (g) pakaian sholat wanita menutup hingga telapak kaki (HR.Abu Daud), (h) pakai pria dan
wanita hendaknya sedap dipandang mata serta bersih ( HR. Baihaqi), (i) batas aurat pria antara
pusat dan lutut (HR.Bukhori, Ahmad, dan Hakim).

c) Bimbingan Untuk Berbicara


Islam mengajarkan dalam hal berbicara agar (a) senantiasa berbicara dengan baik
kalau tidak bisa lebih baik diam,(HR.Bukhori dan Muslim) tujuannya agar manusia tidak
terjerumus dalam godaan setan. Keselamatan manusia sebagaian terletak pada kemampuan
menjaga lidahnya (HR. Ibnu Hibban), (b) menjauhkan diri dari kebiasan dalam berkata-kata
yang tidak bermanfaat (QS, 23: 1-3), (c) Tidak berbicara berlebihan (HR.Baihaqi),(d) tidak
berbicara kebatilan kotor (Hadist dalam mifta farid, 2001:54), (f) tidak berkata dusta dan
bersaksi palsu (HR. Bukhori dan Muslim) (g) tidak menggunjing orang, (QS, 49:12)
menggunjing orang bisa menyebabkan kebaikannya berkurang lantaran dipindahkan pada
orang yang digunjing, dan jika telah habis kebaikannya akan dibebani tanggung jawab dosa
orang yang digunjing (Al-hadist ), (h) tidak mencela dan melaknat orang (HR. Tirmidzi), (i)
tidak berkata kasar (QS, 3:159), (j) tidak mengadu domba (HR,jama’ah dan ibnu Huzaimah),
dan (k) tidak menjawab panggilan orang tua dengan perkataan yang tidak sopan (QS,17:23)
d) Bimbingan untuk Hati
Hati memiliki peranan penting dalam keseluruhan kehidupan individu.Oleh sebab itu
Rasulullah SAW. Pernah mengingatkan:“……..berhati-hatilah ! ada segumpal daging
didalam tubuh yang apabila gumpalan daging itu baik maka baik pulalah seluruh tubuh, dan
bila gumpalan daging itu buruk maka buruk pulalah seluruh tubuh. Segumpal daging itu
adalah hati (qalb). (HR.Bukhori, dari Nu’man bin basir. Hadit shohih Bukhori kitab iman bab
35, nomor 48)
Dalam hubunganya dengan hati, islam mengajarkan kepada orang mukmin agar:

1) Tidak berburuk sangka kepada manusia. Jika seeorang berprasangka buruk, sebaiknya
ia jangan memandang bahwa sangkaan nya itu benar (HR. Ibnu Hibban )
2) Tidak dengki (hasud) dan iri hati, sebab dengki bisa makan (menghapus) segala
kebajikan seperti hati memakan kayu (HR. Abu Daud ), dengki juga bisa
membinasakan agama (HR.Ahmad dan Tirmidzi ). Dengki dan tamak,membuat orang
menjadi buta dan tuli (HR. Tirmidzi), dengki bisa menimbulkan hasut yang muncul
dalam bentuk menfitnah, dusta, dan profokasi. Bila individu dipengaruhi dengki,
maka hendaklah disebut-sebut, diperbincangkan, dan tidak dipraktekkan dengki itu
(HR, Ibnu Abid-Dunya)
3) Tidak sombong, islam mengajarkan agar tidak memalingkan wajah dihadapan
manusia karena sombong, agar tidak berjalan di muka bumi dengan kesombongan lagi
membanggakan diri (QS, 13 : 18-19). Tidak akan masuk sorga orang yang dalam
hatinya ada kesombongan walaupun sebesar semut ( HR. Muslim).
4) Tidak kikir dan mengikuti hawa nafsu, sebab kedua nya akan membinasakan manusia
(HR. Thabrani)
5) Tidak dendam, dendam bisa menghalangi ampunan Allah, memaafkan kesalahan
orang yang berbuat aniaya terhadap dirinya adalah keutamaan (HR. Thabrani)
6) Tidak riya’ yaitu melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang, amal yang
dilakukan karena riya’ dipandang mensekutukan Allah (syirik kecil) dan hilangnya
pahalanya ( HR. Tarmidzi).
7) Tidak mudah marah, islam mengajarkan agar orang Mukmin mampu mengalihka
marah dan siap memaafkan orang yang berbuat aniaya kepadanya (QS,3:133-34),
orang mampu menahan marah adalah pemberani ( HR. Bukhori dan Muslim ), kalau
terpaksa harus marah ia bisa menyembunyikan (HR. Ahmad), sadar bahwa marah itu
merusak iman (HR. Bukhori). Marah adalah bius akal, bila akal lemah maka setan
mudah masuk dan keseimbangan fikiranpun menjadi hilang. Marah bisa merusakkan
keislaman seseorang seperti benda pahit yang merusakkan madu, dan Allah sangat
membencinya (HR, Baihaqi). Kecuali marah untuk membela diri, mempertahankan
hak dan meluruskan kesalahan adalah dibolehkan terapi untuk mengatasi marah
adalah bila ia marah sambil berdiri, hendak lah dia duduk. Dan bila marah sambil
duduk, hendaklah ia tidur ( HR. Abu Daud ). Untuk menahan marah, kepada orang
yang dimarahi jika hal itu masih baik bagi individu yang dimarahi, atau menghukum
dengan hukum Allah Jika hal itu justru berakibat baik bagi individu dan agamanya
(QS, 3:134),
8) Tidak mudah bersedih, senangtiasa tegar dalam menghadapi orang kafir dan berendah
hati dengan orang-orang beriman ( QS, 15:88), iman dan amal shaleh bisa
menghilangkan kesedihan (HR.Tirmidzi),
9) Tidak menggagu orang lain, orang yang membuat mudhorat kepada orang muslim
maka Allah akan memberikan mudhorat lain kepadanya (HR.Tirmidzi)
e) Bimbingan Hidup Bersama Orang Tua
Tuntunan Islam tentang pergaulan dengan orang tua, Allah mengajarkan kepada
manusia agar (a) berbakti kepada kedua orang tuanya (QS, 31:14), (b) berbuat baik kepada
kedua orang tua (QS, 6:151,4:36) sekalipun orang tua masih musyrik atau kafir ( HR,
bukhori dan muslim) (c) jika orang tua mengajak kemusyrikan tidak boleh mengikuti
tetapi tetap harus dengan cara yang baik (QS, 31:15), (d) melayani orang tua dan
memprioritaskan pelayanan kepada ibu (HR. bukhori dan Muslim ), (e) menjalin
hubungan baik dengan sahabat orang tua (HR, abu Daud dan Ibnu majah), (f) mencaci
maki ayah ibu orang lain sama dengan mencaci maki ayah ibu sendiri, (g) Allah
memelihara hubungan baik orang yang memelihara hubungan baik dengan sanak
kerabatnya.
Muhammad Suwaid menunjukan beberapa kaidah dalam kaitannya dengan berbakti
kepada kedua orang tua yaitu :40
1) Mendahulukan birrulwalidain (berbakti kepada kedua orang tua )daripada jihad di
jalan Allah
2) Mendahulukan birrulwalidain dari pada istri dan teman
3) Mendahulukan birrulwalidain dari pada ibadah haji
4) Mendahulukan birrulwalidain daripada menjiarahi rasulullah
5) Mendahulukan birrulwalidain daripada kecintaan kepada anak-anak
6) Mendahulukan berbakti kepada ibu daripada melakukan ibadah-ibadah sunnah
7) Mendahulukan birrulwalidain dari pada hijrah di jalan allah
8) Tidak mematuhi mereka dalam hal maksiat kepada Allah .
9) bimbingan hidup dengan sesame muslim
Tuntunan islam tentang tata cara bergaul dengan sesama muslim,yaitu (a) rasulullah
berkasih sayang dengan sesama mu’min (QS.48: 29),(b) salah satu hak orang muslim
terhadap muslim lainnya adalah apabila bertemu memberi salam (HR.Bukhori dan
muslim) (c) untuk menjawab salam orang non muslim adalah cukup dengan
“waalaikum”,(HR.Bukhari dan Muslim) (d) orang-orang mu’min saling
mengasihi,mencintai,bersikap baik antara satu dengan yang lain seperti tubuh, bila
bagian yang satu sakit yang lain pun merasa sakit pula (H.R Bukhari), (e) rasulullah
melarang umatnya mencari-cari dan memata-matai kesalahan orang, mencemburui
orang,memutuskan hubungan, dan saling membenci (HR.Bukhari), (f) adalah
perbuatan baik sekalipun kecil, yaitu bermuka manis ketika nertemu kawan
(HR.Bukhari)
40
Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi Saw., (Solo: Arafah, 2004), h. 400.
Rahasia dibalik pelaksanaan adab tersebut.,adalah (a) bahwa orang yang diolok-olok
bisa jadi lebih bagus dari yang mengolok-olok, (b) sebagian dari perasangka adalah
dosa, (c) orang yang suka mencari kesalahan orang dan menggunjingnya disamakan
dengan bangkai saudaranya (QS, 48: 11-12) (d) orang yang tidak menyayangi orang
lain, Allah pun tidak menyayanginya (HR,Bukhari), (e) bila dua orang muslim
bertemu kemudian berjabat tangan, maka Allah akan mengampuni dosanya sebelum
mereka berpisah (HR. Abu daud)
f) Bimbingan pergaulan dengan yang bukan muhrim
Ayat-ayat al-quran dan hadis nabi mengajarkan adab pergaulan dengan orang yang
bukan muhrim, yaitu (a) agar tidak memandang lain jenis secara bebas, memelihara
kemaluan, dan tidak menampakkan perhiasan kecuali yang biasa nampak dan hanya pada
muhrim nya. (QS, 24: 30-31), (b) Allah SWT. Melarang individu mendekati perbuatan
zina ( QS,17:32), (c) termasuk bagian dari zina adalah zina mata adalah melihat, zina
telinga adalag mendengar, zinanya lidah adalah berkata, zinanya tangan menyentuh,
zinanya kaki berjalan, dan zinanya hati adalah ingin, dan yang mempraktekkan semua itu
adalah kemaluan (HR. bukhori dan muslim), (d) laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrim dilarang menyendiri tanpa ada muhrimnya (HR. Ahmad), (e) tidak halal bagi laki-
laki dan perempuan pergi yang menempuh perjalanan sehari semalam, kecuali bersama
muhrimnya (HR. Bukhari dan Muslim), (f) laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki
demikian pula perempuan, laki-laki juga tidak boleh tidur satu selimut dengan laki-laki
lain begitu pula perempuan (HR.Muslim).
Menurut Ibu Yusnida, bimbingan pernikahan hanya diberikan kepada siswa seluruh
siswa di MAPN 4 Medan, yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada siswa
mengenai ajaran-ajaran Islam terkait nilai dan akhlak dalam bergaul, karena menurutnya
pula, saat ini banyak para remaja yang salah dalam bergaul yang pada akhirnya jatuh pada
jurang kesengsaraan, seperti menggunakan NAPZA, yang awalnya adalah kesalahan
dalam bergaul dan hamil di luar pernikahan. Di samping itu juga, ekspektasi yang tinggi
dari orang tua siswa terhadap kehadiran MAPN 4 Medan sebagai lembaga pendidikan
Islam untuk dapat membimbing anak-anak mereka untuk mampu berakhlak sesuai dengan
ajaran-ajaran Islam dan mampu memfilter kehidupan di masyarakat.
Menurut peneliti, berangkat dari penelitian yang dilakukan oleh Abdushamad M.K
menunjukkan (a) dari hasil-hasil penelitian social bahwa individu yang sering melihat hal-
hal yang tidak patut pada lawan jenis menyebabkan berkembangnya permisifisme
terhadap lawan jenis yang mengarah pada pergaulan dan perilaku seks bebas, bermacam-
macam kejahatan terhadap lawan jenis, dan menularnya berbagai jenis penyakit yang
mematikan, (b) dari hasil penelitian dibidang kesehatan ditemukan bahwa seringnya
seseorang melihat hal-hal yang tidak pantas dilihat pada lawan jenis bisa mengakibatkan
alat reproduksinya banyak masalah dalam mendapatkan keturunan karena terkena penyakit
yang bisa menyebabkan kemandulan permanen, lemah syahwat, dan perubahan perilaku
menjurus pada yang lebih buruk.41
Di samping itu fakta-fakta yang sering muncul di media masa menunjukkan, bahwa
pergaulan bebas yang mendorong hubungan seks bebas sering mengakibatkan kehamilan
diluar nikah. Kehamilan di luar nikah ini sering mendorong pelakunya melakukan
tindakan maksiat yang lebih berat seperti : putus pacar kemudian melacur, membunuh
pacar, membuang bayi dalam keadaan hidup atau mati, dan tidak jarang berakhir
dipenjara. Jika sudah demikian maka hancurlah masa depannya.
g) Bimbingan untuk Pernikahan
Bimbingan untuk pernikahan diberikan kepada kelas XII di MAPN 4 Medan, hal ini
bertujuan bahwa siswa kelas XII adalah siswa yang dianggap mulai memiliki
kemampanan dalam berfikir dan mempersiapkan masa depan meraka pada jenjang
pernikahan. Bimbingan pernikahan juga, merupakan salah satu bidang yang
dikembangkan oleh Prof. Prayitno dalam BK 17-Plus yang disempurnakan. 42 Al-quran dan
hadist nabi mengajarkan tuntunan pernikahan, bahwa (1) hidup berpasangan (suami-istri)
maka diperlukan kesiapan fisik, mental, dan ekonomi bagi yang ingin menikah; tetapi wali
tidak bisa menjadikan alas an ekonomi sebagai alasan menolak peminang, sebab jika dia
miskin allah yang akan menjadikan mereka kaya (QS, 24:31), (c) Rasulullah mengajarkan
agar dalam memilih calon suami atau istri, pertimbangan agama lebih diutamakan dari
kecantikan, keturunan dan kekayaan, jika tidak maka akan sengsara.
Ada beberapa wanita yang dilarang menikahi, yaitu: tujuh golongan karena senasab, 2
golongan karena sesusuan, dan empat terdiri dari (a) ibu dan ibunya ibu (nenek), ibu dari
bapak seterusnya kebawah, (c) saudara perempuan ; seibu sebapak, seibu, atau sebapak
saja, (b) saudara perempuan bapak, (e) saudara perempuan ibu, (f) anak perempuan dari
saudara laki-laki ( keponakan ) dan seterusnya kebawah, (g) anak perempuan dari saudara
perempuan (keponakan) dan seterusnya kebawah. Golongan susuan terdiri atas (h) ibu
susuan, (i) saudara perempuan susuan. Golongan hubungan perkawinan terdiri (j) ibu dari
istri (mertua), (k) anak tiri, apabila (ayah tiri) sudah bercampur dengan ibunya, (l) istri dari
41
Ibid, Abdussh Ahmad.M.K., Mu’jizat Ilmiah.., h. 324-325.
42
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di sekolah dan Madrasah: Berbasis Integrasi (Jakarta: Raja
Grafindo, 2011), h. 141- 195.
anak ( menantu), (m) istri bapak (ibu tiri). Disamping itu juga diharamkan menikahi (n)
penzina sampai ia bertobat (QS,24:3), dan (o) orang-orang musrik (QS, 2:221 )
Hasil-hasil penelitian tentang kejiwaan menunjukkan bahwa laki-laki yang baik yang
senantiasa beribadah dan takut kepada Allah SWT tidak mungkin pernah sesuai
kepribadiannya dengan wanita penzina meskipun sebenarnya secara visik dia tertarik
kepadanya, demikian pula wanita-wanita shaleha yang tidak mungkin ada sesuai dengan
laki-laki penzina dari hasil penelitian itu akhirnya disarankan agar individu yang baik budi
pekertinya tidak menikahi orang yang bernafsu bejat.43 Oleh karena itu, konseling Islami
yang muncul dalam bimbingan pernikahan adalah menginformasikan kepada siswa untuk
lebih bijak dalam memilih pasangan hidup mereka kelak, karena pasangan hidup (suami-
istri) sangat berpengaruh pada kualitas anak yang didambakan, tutur Ibu Yusnida.
h) Bimbingan Untuk Membantu Mereka Yang Terlanjur Berbuat Salah Atau Dosa
Guru BK meyakini bahwa usia remaja merupakan masa bagi anak untuk
memperlihatkan kemampuan mereka dalam bersikap dan mandiri, akan tetapi tidak jarang
siswa yang terjerumus melakukan perbuatan-perbuatan salah dan melanggar. Di MAPN 4
Medan sendiri, masih saja terdapat siswa yang sering melakukan pelanggaran-pelanggaran
sekolah. artinya banyak siswa yang berbuat salah terhadap tugasnya sebagai siswa, oleh
karena itu guru BK melalui layanan preventif maupun responsi selalu dengan senag hati
memberikan waktu mereka untuk membimbing siswa agar lebih sadar akan tugas dan
peran siswa di sekolah, agar tidak selalu berbuat salah dan dosa pada sekolah yang mereka
masuki.
Al-Quran dan hadist nabi mengajarkan tentang apa-apa yang harus dilakukan ketika
seseorang terlanjur berbuat dosa, yaitu (a) segera ingat kepada Allah dan mohon ampun
atas dosa-dosa yang telah dilakukan, (b) tidak mengulangi perbuatan dosa itu (QS, 3:135),
(c) berlindung kepada Allah agar tidak mengulangi lagi dan selalu waspada (QS,7:200-
2001), (d) iblis akan selalu menyesatkan Bani Adam selama ruh berada dalam jasadnya.
Tetapi Allah senantiasa memberi ampunan kepada mereka selama mereka mohon ampun
kepada Allah (H.R. Ahmad dari Abu Sa’id dalam Tafsir IbnuKatsir I : 586), (e) berusaha
mengimbanginya dengan berbuat kebajikan, (f) memilih teman bergaul yang peranginya
baik (HR,Tirmidzi) sebab perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk (QS,11:114). Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan
seorang mukmin bahwa Allah menerima permohonan hamba-Nya, mengampuni dosa, dan
tidak mengingkari janji-Nya, akan mendorong individu untuk memohon ampunan-Nya,
43
Ibid, Abdussh Ahmad.M.K., Mu’jizat Ilmiah.., h. 323-324.
bertaubat dan menghindari perbuatan maksiat, dengan harapan akan memperoleh ampunan
Allah dan ridha-Nya.44 Dan apabila seorang mukmin bener-bener bertaubat dan konsisten
dalam mentaati Allah, menyembah-Nya, dan beramal shaleh, maka dirinya akan menjadi
tenang, jiwanya akan menjadi tentram, dan perasaan berdosa yang menimbulkan
kegelisaan dan kegonvcangan kepribadianpun akan sirna.
Sekalipun perasaan bersalah ini kecil dan sederhana tetapi peranannya dalam
mengubah tingkah laku manusia sangat penting, mengingat bagaimana mungkin seseorang
sadar merubah tingkah lakunya yang salah jika ia sendiri merasa tidak bersalah. Akibatnya
orang yang merasa tidak bersalah juga tidak segera mohon ampun kepada Dzat yang
didurhakai, apalagi segera mengikuti dengan perbuatan yang baik. Sikap seperti ini
sebenarnya sangat berbahaya, sebab individu seperti ini akan menjadi terbiasa berbuat
dosa.
i) Bimbingan untuk menhhadapi musibah
Ayat-ayat Al-quran dan hadist nabi tentang musibah menunjukkan bahwa (a) allah
menguji manusia dengan kebaikan dan keburukan, (Qs, 21:35), (b) semua musibah yang
menimpa manusia terjadi atas idjin allah (QS,57:22,64:11), (c) musibah yang menimpa
orang mu’min tidak lain dimaksudkan sebagai uijian dari Allah untuk mengetahui siapa
yang lebih baik amalan-Nya (QS,2:155-57,67:2), (d) ada pula musibah yang ditimpakan
Allah kepada manusia sebagai teguran akibat perbuatan dosa, ma’siat, kecerobohan, dan
ketidak hati-hatian manusia (4:62, 30:41), (e) musibah yang menimpa orang mu’min bisa
jadi sebagai bagian dari cara Allah menghapuskan sebagai dari kesalahan-kesalahannya
(HR,Bukhari dan Muslim).
Di samping itu, Islam juga mengajarkan (a) bacaan yang seharusnya dibaca ketika
seseorang mendapati musibah adalah “ inna lillahi wa inna lillahi raaji’un” (2:156), (b)
cara yang perlu dilakukan dalam menghadapi musibah, yaitu (1) jika musibah itu sebagai
“balasan” atau “teguran “ dari kesalahan yang pernah dilakukan, maka solusinya adalah
individu harus segera kembali ke jalan Allah da segera bertaubat kepada-Nya,dan (2) jika
jenis musibah itu adalah “ujian dari Allah “, maka individu harus ikhlas menjalani ujian itu
dengan sabar, iktiar dan selalu berdo’a kepada Allah SWT.
Dalam mengahadapi musibah diingatkan agar (a) hendaknya bersabar atas musibah
yang dialaminya dan yakin bahwa ada hikmah atau kebaikan dibalik musibah itu. (b)
orang mukmin dalam menerima musibah harus menyadari bahwa musibah itu tidak
mungkin terjadi tanpa izin Allah, dan ia ikhlas menerimanya. (QS, 6 : 59).(c) musibah

44
Ibid, M. Utsman Najati, Al Qur’an dan Ilmu Jiwa .., h. 331.
apapun yang menimpa manusia sebenarnya hanya bersifat sementara, pasti akan datang
masanya kemudahan sesudah kesulitan (QS, 94 : 5-6), (d) setiap musibah yang menimpa
diri disikapi sebagai sarana untuk mendidik diri dan memperbaiki diri guna meningkatkan
kualitas diri (e) tidak perlu bingung dan cemas dala menghadapi musibah, sebab hal itu
berarti menyiksa diri (QS, 6 : 125). Semua orang sedang betjalan menuju kematian yang
jaraknya sama antara yang tua dengan yang muda sebab tak seorang pun tahu kapan
kematian itu akan datang.

2. Kualifikasi dan Kompetensi Guru BK di MAN Kota Medan

Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu
kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong, dan tutor sebagaimana
disebutkan dalam pasal 1 (6) UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dengan
spesifikasi kontek tugas dan ekspektasi kinerja yang hanya merujuk kepada kelompok
pendidik yang menggunaan materi pembelajar sebagai kontek layanan itu, maka kontek tugas
dan ekspektasi kinerja konselor yang tidak menggunakan materi pembelajaran sebagai
konteks layanan sehingga merupakan sosok layanan ahli yang unik, yang berbeda dari sosok
layanan ahli keguruan meskipun sama-sama bertugas dalam setting pendidikan, yang tidak
ditemukan pengaturannya dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
yang telah disebutkan. Keberadaan konselor juga memang disebut-sebut kembali pada
penjelasan pasal 28 PP No. 19 tahun 2005 tentang standart nasional pendidikan, akan tetapi
sebagaimana halnya dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, juga
tidak ditemukan pengaturang standar kompetensi yang khas yang dapat diberlakukan bagi
konselor. Sementara itu dalam UU No. 14/2005 tentang guru dan dosen juga tidak ditemukan
pasal dan ayat yang menyangkut keberadaan konselor.
Sosok konselor dan guru BK pada pendidikan nasional baru tampak pada Amanat
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 27 tahun 2008 tentang
Kualifikasi akademik dan kompetensi guru BK menyebutkan bahwa Konselor atau guru
bimbingan konseling (BK) adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan
pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan program
Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan profesi
bimbingan dan konseling disebut konseli, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur
pendidikan formal dan non formal diselenggarakan oleh konselor. Kualifikasi akademik
konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal adalah: (1)
Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan (2) berpendidikan
profesi konselor. Namun pemenuhan keberadaan konselor/guru BK di sejumlah MAN di
Kota Medan masih dikatakan belum baik dan memadai.
Perubahan pada sosok kualifikasi dan komptensi konselor dan guru BK pada
Madrasah Aliyah Negeri di Medan, pada dasarnya memiliki implikasi yang positif pada
tenaga dan kontek tugas layanan konselor dan guru BK, walaupun tidak dapat dipungkiri
bahwa sosok konselor dan guru BK yang diharapkan belum dapat dikatakan ideal
sepenuhnya dalam arti peningkatan kualitas guru BK yang tidak hanya merupakan (S1) dari
jurusan bimbingan dan konseling atau bimbingan dan konseling Islami menuju pada taraf
konselor melalui pendidikan keprofesian bidang konseling. Hal ini dibuktikan melalui
keberadaan guru BK yang sudah mengenyam pendidikan profesi konseling hanya berjumlah
satu orang, yakni Bapak Amir Husain Pangaribuan, M.Pd. Kons. (koordinator guru BK di
MAN 1 Medan), dibanding dengan jumlah guru BK yang ada di MAN sekota Medan yang
berjumlah 14 orang. Rincian mengenai kualifikasi dan kompetesi konselor dan guru BK di
MAN kota Medan, sebagai berikut:

Daftar Nama Guru BK MAN 1 Medan


Status
Pendidikan
No Nama Jabatan Pegawa
terakhir & Profesi
i
Amir Husain Koordinator S2 BK UNP
1 PNS
Pangaribuan, M.Pd. Kons BK PPK UNP
Khairul Fuadi Ritonga,
2 Guru BK PNS S1 Psikologi USU
S.Psi
Khairunnisa’ M. Lubis,
3 Guru BK PNS S1 UIN SU
S.Pd.I
4 Asrul S. Pd.I Guru BK Honorer S1 BK Singapura
5 Ratna, S.Pd.I Guru BK Honorer UIN SU
Sumber: SK Guru BK MAN 1 Medan 2017
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa guru BK di MAN 1 yang telah sesuai dengan
sosok untuk seorang konselor masih berjumlah satu orang. Namun demikian, terdapat para
guru BK yang hampir rata-rata merupakan ahli pada bidangnya masing-masing, yakni
bimbingan dan konseling dan mungkin hanya satu orang saja yang bukan merupakan alumni
dari jurusan bimbingan konseling yakni Bapak Khirul Fuadi ritonga, S. Psi. yang merupakan
alumni dari jurusan psikologi Universitas Sumatera Utara.
Menurut Bapak Amir, M.Pd, keberadaan guru BK saat ini sudah semakin membaik,
karena MAN 1 telah didukung dengan 5 orang guru BK yang nota bene berangkat dari
pendidikan bimbingan dan konseling. Sedangkan pada awal tahun 2000-an sampai pada
tahun 2011 hanya memiliki 3 orang guru BK dan bukan berasal dari bimbingan dan
konseling, melainkan diambil dari guru Pendidikan Agama Islam seperti Hj. Ratna, S. Pd.I
(saat ini sudah pensiun). Untuk itu, MAN 1 Medan sudah mulai menapakkan pemenuhan
guru BK secara perlahan yang direkrut sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang
berlaku pada Permendikbud nomor 111 tahun 2014 tentang pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pasal 11 ayat 1 dan 2, (1) Guru
Bimbingan dan Konseling dalam jabatan yang belum memiliki kualifikasi akademik Sarjana
Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan kompetensi Konselor, secara
bertahap ditingkatkan kompetensinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2)
Calon Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling harus memiliki kualifikasi akademik
Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus pendidikan
profesi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor”.
Tuntutan dari permendibud tersebut di atas, maka seluruh guru BK di seluruh
lembaga pendidikan Nasional harus berangkat dari sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang
bimbingan dan konseling. Sedangkan guru BK yang masih berlatar belakang non-bimbingan
dan konseling (S-1 Psikologi), maka harus ditingkatkan kompetensinya untuk disesuaikan
dengan guru BK. Selain itu juga, menurut penuturan Ibu Khairunnisa’, S.Pd.I, dalam usaha
untuk meningkatkan kompetensi guru BK di MAN 1 Medan, maka pihak sekolah
memberikan peluang kepada guru BK untuk mengikuti berbagai pelatihan yang dapat
mendukung keterampilan dan kemampuan guru BK, salah satunya dengan mendelegasikan
guru BK untuk mengikuti berbagai pelatihan baik lokal maupun nasional. 45 Ungkapan senada
juga disampaikan oleh Bapak Amir, M.Pd. saat baru saja kembali dari mengikuti pelatihan
pengorganisasian guru BK di Jakarta.
Berbeda dengan MAN 1 Medan, guru BK di MAN lainnya (MAN 2 Model, MAN 3
Medan, dan MAPN 4 Medan), belum memiliki guru BK yang sudah mendapatkan profesi

45
Wawancara dengan Guru BK MAN 1 Medan Ibu Khairun Nisa’, S.Pd.I, pada tanggal 17 Oktober
2017
konselor (Kons). Menurut penuturan yang peneliti rangkum dari setiap MAN Medan yang
ada, tersimpulkan bahwa keiinginan untuk meningkatkan pendidikan untuk sampai pada
jenjang profesi sangat kuat, akan tetapi belum karena berbagai alasan, maka sampai saat ini
belum bisa direalisasikan. Sebagai bahan untuk melihat kondisi guru BK di MAN Sekota
Medan, berikut peneliti sajikan:
Daftar Nama Guru BK MAN 2 Model Medan Tahun 2017
Status
No Nama Jabatan Pendidikan
pegawai
Koordinator S1 Psikologi
1 Zuraidah Damanik, S.Psi PNS
BK USU
S1 BKI UIN
2 Khairun Naim, S.PdI Guru BK Honorer
SU
Achmad Zulfikar Siregar, S1 BK STAIS
3 Guru BK Honorer
S.Pd Al Hikmah
S1 BKI UIN
4 Iskandar Muda, S.Pd.I Guru BK Honorer
SU
Sumber: SK Guru BK MAN 2 Model Medan Tahun. 2017

Koordinator MAN 2 Model Medan bukan merupakan lulusan dari S1 bidang


bimbingan dan konseling, sehingga menurut peneliti, bisa jadi dalam praktik pelaksanaan
bimbingan konseling yang bersifat program-program yang berbasis pada ranah layanan
preventif kurang menguasai, karena secara teoritis program BK di sekolah dengan berbagai
layanannya sangat berbeda jauh dengan program-program pada kajia psikologi. Akan tetapi
dalam praktik layanan konseling, peneliti meyakini bahwa Ibu Zuraidah mampu
melakukannya dengan baik. Hal ini berdasarkan bahwa penerapan konseling dalam kajian
psikologi dan bimbingan dan konseling tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Selain itu,
pada praktik layanan konseling Islami di MAN 2 Model Medan, sangat tampak bahwa Ibu
Zuraidah sangat antusias dalam memberikan layanan konseling Islami.
Sedangkan kualifikasi guru BK di MAN 3 Medan sebagai berikut:
Tabel : 12
Daftar Nama Guru BK MAN 3 Medan Tahun 2017

Status
No Nama Jabatan Pendidikan
pegawai
1 Rezeki Amalia, S.Psi Koordinator BK PNS S1 Psikologi USU
2 Agus Salim, S.PdI Guru BK Honorer S1 BKI UIN SU
3 Sri Widia Astuti, S.Pd Guru BK Honorer S1 BK UNIMED
Kondisi yang sama (MAN 2 Model Medan dengan MAN 3 Medan) mengenai
koordinator BK juga dialami. Hanya saja menurut penuturan dari Ibu Amalia, bahwa ia
pernah mengikuti penyetaraan ulang kuliah pada jurusan bimbingan dan konseling di
Universitas Muslim Nusantara (UMN). Dengan demikian, Ibu Amalia saat ini memiliki
wawasan dan kompetensi pada bidang bimbingan dan konseling.
Hal yang menarik tampa pada kondisi MAPN 4 Medan dimana pelaksanaan layanan
bimbingan konseling hanya ditanganoi oleh satu orang guru BK yang menangani seluruh
siswa MAPN 4 Medan yang berjumlah 800-an siswa. Ibu Yusnida sendiri, merupakan
Sarjana bimbingan dan konseling dari Universitas Panca Budi Medan, yang telah lama
mengabdi di MAPN 4 Medan, jauh sebelum madrasah ini dipersiapkan untuk menjadi
madrasah aliyah Negeri. Meski demikian, Ibu Yusnida merasa senang mampu membantu
siswa dalam menyelesaikan persoalan-persoalan mereka di sekolah, walaupun tidak bisa
dipungkiri keberadaannya yang hanya sendiri belum bisa maksimal seutuhnya.
Tabel : 13
Daftar Nama Guru BK MAPN 4 Medan Tahun 2017

No Nama Jabatan Status pegawai Pendidikan


S1 BK Panca
1. Yusnida, S.Pd Guru BK Honor
Budi Medan
Muhammad Hasan
2. Guru BK Honor S1 Unimed
S.Si

Keberadaan konselor dan guru BK dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan


sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong
belajar, tutor, widya iswara, pasilitator, dan instruktur ( UU. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 6.
Kesejajaran posisi ini tidak berarti bahwa semua tenaga pendidik itu tanpa keunikan konteks
tugas dan ekspektasi kinerja. Dengan mempertimbangkan berbagai kenyataan serta pemikiran
yang telah dikaji, bisa ditegaskan bahwa pelayan ahli bimbingan dan konseling yang diampuh
oleh konselor berada dalam konteks tugas “kawasan pelayanan yang bertujuan memandirikan
individu dalam menavigasikan perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang
pendidikan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta
mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahterah, serta
untuk menajdi masyarakat yang perduli kemaslahatan umum melalui pendidikan”.
Sebagai figur yang memiliki setting wilayah kerja yang bertujuan memandirikan
individu untuk menuju perkembangan yang optimal, konselor dan Guru BK memainkan
peran yang sangat penting di MAN Medan. pada keempat MAN Medan yang diteliti tersebut,
maka kompetensi yang dimiliki oleh konselor dan guru BK tidak dapat diragukan lagi. Hal
ini peneliti kaji melalui dua kompetensi yaitu memiliki capability dan loyality. Capability,
yakni guru pembimbing harus memiliki kemampuan dalam bidang bimbingan, memiliki
kemampuan teoretik tentang membimbing yang baik. Loyalitas, yakni loyal terhadap tugas-
tugas sebagai guru pembimbing, tidak semata di dalam lingkungan sekolah, tapi sebelum dan
sesudah siswa berada di sekolah.46
a. Capability
Pada ranah kompetensi capability, konselor dan guru BK pada keempat MAN Medan
melakukan berbagai layanan-layanan yang dapat mendorong siswa agar menjadi siswa yang
memiliki kemandirian yang kuat dalam diri mereka. Melakukan perencanaan yang matang
dalam menentukan arah dan tujuan program BK sudah menjadi kegiatan tahunan yang terus
dilakukan. Selain itu juga, guru BK bersama-sama dengan guru-guru yang lain saling
berkolaborasi dalam menentukan skala prioritas layanan dan membagi job discribtion masing
dari wilayah kerjanya.
Program Planning competation menuntut seorang konselor dan Guru BK untuk
memiliki kecakapan dalam merencanakan kegiatan dan program-program yang layak untuk
dijadikan layanan kegiatan yang dilakukan di sekolah. menurut dokumentasi yang peneliti
lihat pada keempat MAN di Kota Medan, menunjukkan bahwa pada masing-masing sekolah
memiliki program umum, program tahunan (prota), program semesteran (prosem), program
bulanan (probul), dan program mingguan (proming), yang dijadikan sebagai perangkat
kinerja guru BK untuk melakukan layanan. Perencanaan (action plans) sebagai alat yang
berguna untuk merespon kebutuhan yang telah teridentifikasi, mengimplementasikan tahap-
tahap khusus untuk memenuhi kebutuhan, dan mengidentifikasi fihak yang bertanggung
jawab terhadap setiap tahap, serta mengatur jadwal dalam program tahunan dan semesteran
serta pengimplementasiannya. Dengan demikian, sejak awal telah dirancang efisiensi dan
keefektivan program dan rencana pengukuran akuntabilitasnya.Program bimbingan dan
konseling direncanakan sebagai program tahunan dan program semesteran.
kompetensi capability juga berimplikasi pada kemampuan yang dimiliki oleh
konselor dan Guru BK dapat dilihat dari keterampilan guru NK dalam melaksanakan layanan
dan memberikan materi yang bertujuan untuk penanaman akhlak mulia, disamping
menjelaskan sifat-sifat mahmudah dan menjauhi sifat-sifat yang tercela pada diri siswa.

46
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2004), h.112.
Konselor memahami sepenuhnya bahwa melihat kondisi globalisasi saat ini, bahwa konten-
konten materi pada layanan konseling Islami sudah seharusnya menitik beratkan pada ajaran-
ajaran agama Islam. Melalui kemampuan konselor dan guru BK dalam merencanakan
layanan di sekolah maka hampir rata-rata program di MAN Medan mengusulkan untuk
melakukan kegiatan yang berbasis pada pembiasaan membaca Al Qur’an dan mendorong
siswa untuk memiliki keinginan yang kuat dalam menghapal surat-surat pendek. Terbukti,
bahwa kegiatan membiasakan diri membaca dan menghapal Al Qur’an di MAN Medan
sangat membantu konselor dan guru BK dalam melakukan layanan konseling Islami.
Menurut penuturan Bapak Naim, S.Pd.I, dengan adanya kegiatan mengahapal Al
Qur’an di MAN 2 Model Medan, siswa yang melanggar diberikan peringatan bahwa ilmu
dan Al Qur’an secara otomatis akan susah masuk dalam hati mereka jikalau masih saja terus
berbuat maksiat berupa pelanggaran-pelanggaran sekolah.47 mendengar peringatan tersebut,
banyak di antara siswa yang berubah dan secara perlahan mengurangi kebiasaan diri untuk
melanggar peraturan dan tata tertib sekolah. Senada dengan Bapak Naim, hal sama juga
disampaikan oleh Bapak Amir bahwa kebiasaan membaca Al quran sebelum belajar ternyata
dapat membentuk kesadaran di dalam diri siswa, sehingga mulai merasa malu untuk
melakukan perbuatan tercela karena sering membaca Al quran tapi sikap dan perilakunya
tidak seiring dengan kegiatannya.48 Ditemukan kisah seorang sahabat Rasul Saw bernama
Ibnu Mas’ud ketika ada seseorang yang minta nasehat untuk mengatasi kegelisahan pikiran
khusut, makan tak enak, dan tidur tak nyeyak yang dialaminya. ia menasehati orang tersebut
agar membaca Al’quran dengan khusuk,. setelah nasehat itu dilakukan dengan sungguh-
sungguh ternyata jiwanya menjadi tenang dan tentram, pikirannya jernih, dan kegelisahannya
menjadi hilang sama sekali.
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan program Layanan Bimbingan dan Konseling di seluruh
MAN di Kota Medan dilaksanakan melalui :
a. Kontak langsung/Tatap muka dengan peserta didik
Secara terjadwal satu jam secara klasikal untuk menyelenggarakan layanan orientasi
layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten,
dan instrumentasi.
b. Di luar jam pembelajaran

47
Wawancara dengan Guru BK MAN 2 Model Medan Bapak Khairun Naim, S.Pd.I, pada tanggal 13
November 2017
48
Wawancara dengan Konselor MAN 1 Medan Bapak Amir, M.Pd. Kons. pada tanggal 14 Desember
2017
1) Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan
konseling perorangan,, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling
kelompok,dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar
kelas, Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam
pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.
2) Tidak kontak langsung/non tatap muka malalui Himpunan data, kunjungan
rumah,konferensi kasus, Kolaborasi, Konsultasi.
Selanjutnya, kompetensi capability guru BK juga dimunculkan melalui keterampilan
dalam melakukan evaluasi program dan hasil layanan yang dilakukan pada setiap MAN
sekota Medan. dari penuturan guru BK Pada masing-masing MAN peneliti menemukan tiga
model evaluasi, yakni:
1) Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang
dilayani.
2) Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu
sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling diselenggarakan untuk mengetahuidampak layanan/kegiatan
terhadap peserta didik.
3) Penilaian jangka panjang (LAIJAPAN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu(satu bulan
sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan kegiatan pendukung
Bimbingan dan konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan
dan atau kegiatan pendukung bimbingan dan konseling terhadap peserta didik.
Guru Mapel Wali Kelas Guru BK Kepala Sekolah

Daftar Nilai Daftar Nilai Kartu Akademik

Angket Peserta
didik

Catatan CatKonseling.
Observasi Konseling

Angket Ortu Buku


Map
Kartu Pribadi Diketahui

Catatan Anekdot Lap. Observasi

Cat. Anekdot Data Psikotest Diketahui

Diketahui

Lap. Kegiatan Laporan Kegiatan


Diperiksa
Layanan BK

Catatan Home Visit Cat. Konferensi


Diketahui
Kasus

Catatan Notula
Diketahui
Wawancara Rapat

b. Loyality
Keberhasilan dalam praktik konseling Islami di madrasah maupun sekolah pada
dasarnya bukan hanya terletak pada kemampuan konselor dan guru BK dalam menerapkan
teori-teori konseling pada setiap melakukan layanan konseling individual maupun kelompok.
Keterampilan loyality menuntut adanya kesadaran dalam bersikap dalam diri konselor dan
guru BK baik di sekolah maupun di luar sekolah. guru BK berusaha mempraktikkan sikap
yang baik dan dapat menjadi teladan bagi siswa. loyality dapat pula diartikan sebagai
kemampuan seorang konselor dan guru BK dalam bersosialisasi dengan baik dengan sesama
guru, siswa, maupun masyarakat. Sehingga, konselor dan guru BK secara utuh menjadi sosok
yang benar-benar menjadi guru (digugu dan ditiru) baik di lingkungan sekolah maupun
lingkungan masyarakatnya.
Keberadaan konselor dan guru BK di MAN Medan sebagai individu yang mampu
membangkitkan motivasi siswa, sangat memainkan peran yang sangat penting dalam
membantu perkembangan mental dan spiritual siswa. walaupu diakui bahwa sampai saat ini
masih saja ada siswa yang memiliki pandangan negatif terhadap keberadaan guru BK di
MAN, akan tetapi tidak sedikit pula siswa yang datang menemui konselor dan guru BK untuk
menyampaikan masalah-masalahnya agar dapat diberikan bantuan dalam menyelesaikan
masalahnya. Hal ini menunjukkan bahwa secara perlahan guru BK di MAN yang dimaksud
mampu mengubah persepsi siswa terhadap guru BK. Dengan demikian, tentu saja akan
membuahkan hasil berupa terdampinginya siswa saat menghadapi masalah.
Dalam penelusuran peneliti terhadap kompetensi sosial siswa melalui wawancara
yang dilakukan dengan siswa MAN Medan, diperoleh informasi bahwa perhatian guru BK
bukan hanya dilakukan pada saat siswa mengunjungi ruang BK, perhatian guru BK juga
ditampilkan melalui sikap guru BK yang tidak sungkan untuk duduk-duduk bersama dengan
siswa saat jam istirahat berlangsung bercerita mengenai kesulitan-kesulitan siswa saat belajar
dan keinginan melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya. Oleh karena itu, pada
umumnya di akhir penghujung semester bagi kelas XII, guru BK selalu membantu siswa
dalam memilih jurusan ketika ingin melanjutkan perguruan tinggi.
3. Keberhasilan Layanan Bimbingan Konseling Islami di MAN Kota Medan

Tujuan utama pelaksanaan layanan konseling Islami adalah memberikan kesadaran


kepada konseli/siswa akan fitrah (potensi) yang dimiliki masing-masing siswa yang berbeda-
beda serta kemampuan individu agar dapat menjadi pribadi yang mandiri sehingga mampu
untuk melakukan self counseling untuk meminimalisir masalah. Terselesaikannya masalah
konseli/siswa adalah hal yang penting, akan tetapi memandirikan siswa dengan memberikan
bekal kemampuan tumbuh dan berkembangnya keterampilan siswa untuk menyelesaikan
masalah lain atau persoalan yang serupa yang mungkin akan dialaminya kembali, atau
mencegah dan menghindar dari masalah yang dapat merusak perkembangan hidup di masa
depannya merupakan hal yang lebih penting dan utama. Selain itu, untuk dimengerti secara
baik, bahwa kemampuannya dalam menangani masalahnya secara pribadi dapat
dipergunakan secara baik dan dimanfaatkannya seoptimal mungkin manakala ia menjadi
konselor atau peer guide bagi teman-temannya atau orang lain, sebagai salah satu misi
menjadi khalifah.
Khoirukum anfa’ukum linnas (sebaik-baik kamu adalah orang yang memberikan
manfaat kepada orang lain), setidaknya menjadi pijakan yang harus dipegang teguh saat
konselor/guru BK memberikan layanan konseling Islami. Harapan ini menjadikan
konseli/siswa menjadi pribadi yang terdidik dan terlatih saat berada dalam lingkungan
masyarakat mereka, menjadi sosok mukmin yang memiliki kesadaran moral yang tinggi dan
kesalihan individual yang baik pula, untuk dapat menjadi tuntunan bagi sesama teman-teman
sekolah lainnya. Tidak kalah pentingnya dalam konseling Islami adalah usaha dari
konselor/guru BK untuk terus mengingatkan kepada konseli/siswa akan kebahagiaan
kehidupan di Dunia dan Akhirat, yang hanya dapat tercapai melalui usaha kerja keras dan
banyak beribadah kepada Allah Swt.
Dampak dari keberhasilan konselor/guru BK dalam memberikan motivasi saat
melakukan layanan bimbingan konseling Islami dapat dilihat dari penjelasan yang
disampaikan oleh siswa saat mengajukan masalahnya baik saat secara khusus dalam
pertemuan konseling individual (empat mata), maupun secara terbuka saat konselor/guru BK
melakukan layanan profentif lainnya. Mereka menyatakan bahwa rangkaian motivasi-
motivasi yang diberikan oleh konselor/guru BK dapat membangkitkan kembali rasa percaya
diri mereka yang hilang saat diterpa masalah. Dengan demikian, maka timbullah kesadaran
diri akan hakikat dan kemampuan diri untuk mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi
karena merupakan sebuah tantangan kehidupan yang normal. Selain itu juga, muuncul pula
rasa salah dalam diri karena menyebankan adanya masalah-masalah yang telah lalu.
Motivasi-motivasi dari konselor/guru BK seakan menjadi cambuk bagi konseli/siswa untuk
mendorong mereka untuk mampu melakukan tindakan nyata dalam menyelesaikan masalah.
Apalagi motivasi tersebut dikaitkan dengan ajaran dan tuntunan Islam, tentang kasih sayang
Allah bagi seseorang yang mau untuk berusaha dan sabar terhadap cobaan yang dihadapinya.
Selain itu, sikap yang ditunjukkan oleh konselor/guru BK saat memberikan solusi
secara sopan dan tidak memandang konseli/siswa sebagai pribadi yang nakal dan jahat,
melainkan dengan pandangan bahwa sebenarnya konseli/siswa belum mampu menyadari
dirinya menjadikan mereka lebih segan dan senang dengan adanya konseling yang dilakukan.
Dengan demikian, sudah terasa bial 60% masalah yang dihadapi oleh konseli/siswa sudah
berhasil terselesaikan dan tinggal saja kemauan mereka untuk mempraktikkannya dalam
bentuk tindakan nyata.
Hal ini menunjukkan bahwa porsi konselor/guru BK sebagai pembimbing, fasilitator
dan motivator, tercermin dalam sikap optimis yang ditunjukkannya, yang bukan saja
memberikan harapan-harapan, tetapi juga gagasan untuk perbaikan diri. Konselor yang baik
adalah konselor yang mampu memberikan dorongan dan motivasi kepada konseli untuk
bersemangat dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi, melalui sikap attending yang
benar-benar tulus, sembari terus mengingatkan mereka untuk menjadi pribadi yang shalih
secara individual maupun salih dalam sosial.
Meskipun disadari oleh para siswa yang pernah mendapatkan layanan konseling,
menyatakan bahwa tidak semua konseli/siswa benar-benar berhasil menyelesaikan
masalahnya dengan hanya satu kali menerima layanan konseling dari konselor/guru BK, akan
tetapi mereka kemudian dengan senang hati dan disiplin tetap mengunjungi konselor/guru
BK untuk menerima konseling lanjutan. Bahkan diantara mereka, ada yang harus
mengunjungi konselor/guru BK sampai tiga atau empat kali pertemuan. Hal ini rela mereka
lakukan karena sikap yang ditunjukkan oleh konselor/guru BK dengan tidak memperlakukan
mereka sebagai seorang terdakwa atas perilaku yang telah mereka lakukan, tetapi sebagai
murid atau anak yang memang benar-benar membutuhkan bantuan bimbingan untuk bekal
hidup mereka kelak di masa yang akan datang. Perlakuan yang lembut dalam berbicara dan
bersikap menunjukkan bahwa sebenarnya masalah yang dihadapi oleh konseli/siswa bukan
hanya masalah mereka, tetapi merupakan masalah konselor/guru BK juga, sehingga
perlakuan yang ditampilkan seperti menangani masalahnya sendiri. Tugas dan tanggung
jawab ini ternyata menurut penuturan dari Bapak Achmad Zulfikar Siregar, S.Pd (guru BK
MAN 2 Model Medan) kini telah berubah menjadi panggilan jiwa mereka untuk memberikan
bantuan kepada siswa baik saat mendapatkan masalah atau tidak sedang mimiliki persoalan. 49
Begitu pula yang dirasakan oleh hampir konselor dan guru BK lainnya di satuan pendidikan
yang mereka asuh.
Selain melakukan layanan konseling Islami, konselor/guru BK juga melakukan
evaluasi proses maupun evaluasi hasil setelah prosesi konseling berlangsung. Menurut Bapak

49
Wawancara dengan Guru BK MAN 2 Model Medan Bapak Achmad Zulfikar Siregar, pada tanggal
13 November 2017
Amir, M.Pd., (Konselor MAN 1 Medan) evaluasi proses kami lakukan untuk mengkaji ulang
tentang hal-hal yang dianggap kurang tepat atau belum tersampaikan saat konseling Islami.
Sedangkan evaluasi hasil adalah kegiatan kontrol terhadap perubahan-perubahan yang
dialami oleh konseli/siswa, dengan menanyakan kabar mereka, dan menanyakan masalah
yang sedang dihadapi saat ini. Dalam pengamatan peneliti, saat melakukan kungjungan di
MAN kota Medan, tampak dengan jelas kedekatan konselor dan guru BK dengan siswa
ketika berpapasan dengan saling menyapa, satu dan lainnya. Lebih lanjut, Bapak Agus Salim,
S. Pd.I menegaskan, bahwa menyapa dan menanyakan kabar merupakan cerminan sikap
ikatan persaudaraan antar sesama muslim, yang telah lama dilakukannya saat masih kuliyah
hingga kini, dan bisa jadi dapat ditiru oleh siswa dan dapat diamalkan oleh mereka di
kehidupannya.50 Selain itu, konselor sebagai panutan harus mampu bertindak, berbicara dan
bersikap secara sopan karena hal itu merupakan cerminan bagi siswa dan penarapan akhlak
yang mulia dalam pelaksanaan konseling Islami.
Setelah beberapa waktu pelaksanaan konseling Islami, konselor/guru BK melihat
sampai sejauh mana konseli yang ditangain berhasil dan mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapinya dengan baik. Menurut penuturan Bapak Iskandar Muda, S.Pd.I, saat
peneliti tanyakan tentang keberhasilan dalam konseling Islami, diperlor informasi bahwa cara
yang mudah untuk melihat keberhasilan dalam konseling tersebut adalah konseli/siswa tidak
lagi datang kepada konselor/guru BK untuk memohon bantuan layanan konseling, dan
kalaupun ada konseli/siswa datang kembali menemui guru BK, mungkin karena ada masalah
lainnya.51 Ibu Yusnida, S.Pd., menambahkan bahwa keberhasilan dalam proses konseling
dapat pula dicermati melalui terjadinya perubahan sikap yang ditampilkan sehari-hari di
lingkungan sekolah. Konselor/guru BK meyakini bahwa siswa sebagai remaja yang masih
ingin mencari jati diri mereka memang sering sekali bersentuhan dengan hal-hal baru yang
sangat ingin diketahuinya, dengan alasan untuk menambah pengalaman dan wawasan baru
atau bahkan hanya sebatas coba-coba. Namun tidak jarang pula, kebiasaan coba-coba yang
dilakuakn para remaja pada akhirnya terjebak pada kehancuran mereka sendiri, seperti
perilaku menggunakan NAPZA yang pada awalnya hanya ingin coba-coba saja, untuk
mengetahui rasanya. Maka berangkat dari kebiasaan inilah, konselor dan guru BK
memberikan layanan-layanan konseling Islami yang dapat dijadikan sebagai usaha preventif
agar siswa mampu memilah dan memilih pergaulan di kehidupan mereka.

50
Wawancara dengan Guru BK MAN 2 Model Medan Bapak Iskandar Muda, S.Pd.I, pada tanggal 13
November 2017
51
Wawancara dengan Guru BK MAPN 4 Medan Ibu Yusnida, S.Pd. pada tanggal 03 Desember 2017
Menurut konseli/siswa yang perna mendapatkan layanan konseling Islami dari
konselor/guru BK menyatakan bahwa setelah mereka mendapatkan motivasi, maka timbul
sikap tegar dan mawas diri terhadap masalah yang dihadapinya. Mereka juga menjelaskan,
jika kembali mengalami masalah, maka mereka teringat akan pesan, petunjuk dan bimbingan
yang pernah disampaikan oleh konselor/guru BK dalam layanan konseling terdahulu. Namun,
jika ada masalah yang dianggap mereka sulit untuk mengatasinya, maka mereka bergegas
mengunjungi konselor/guru BK untuk memohon petunjuk dan bimbingan dalam
menyelesaikannya, apalagi jika masalah yang dihadapi semakin kompleks dan sangat erat
kaitannya dengan kehidupan di dalam keluarga. Untuk itu, maka salah satu keberhasilan
konselor/guru BK di keempat MAN kota medan yang peneliti lakukan adalah pelaksanaan
konseling tidak hanya sebatas menyelesaikan masalah yang dihadapinya saat ini melainkan
juga membimbing dan memotivasi konseli/siswa agar dapat memiliki kemandirian dalam
menyelesaikan problematikanya, sehingga mereka dapat melakukan self counseling.
Lebih lanjut, keberhasilan konseling Islami menurut hemat peneliti dapat dikaitkan
dengan sikap sopan santun dan penuh penghormatan yang ditujukkan oleh konselor/guru BK
kepada konseli/siswa serta tutur kata yang lembut dalam mengingatkan konseli/siswa untuk
terus berdoa memohon petunjuk kepada Allah agar senantiasa mendapatkan bimbinganNya.
Oleh karena itu, jika mengamati model komunikasi yang dibangun oleh konselor/guru BK
dalam menyelesaikan masalah siswa dengan cara bermunajat kepada Allah Swt., sehingga
terdapat tiga komponen pokok dalam penyelesaian masalah, yakni: Allah, konselor, dan
konseli.

Allah Swt.

Proses BK

Konselor Konseli

3. Hambatan Guru BK Dalam Melaksanakan Layanan Bimbingan Konseling Islami

Pelaksanaan konseling Islami pada empat MAN yang ada di kota Medan tidak dapat
dikatakan mulus-mulus saja, dan berjalan dengan lancar tanpa adanya kendala yang
menghambat. Praktik pelayanan konseling Islami, yang selama ini dilakukan oleh guru BK di
sekolah, justru menurut penuturan dari masing-masing guru BK MAN yang dimaksud, masih
banyak sekali hambatan-hambatan yang menyebabkan praktik layanan konseling Islami di
MAN Medan belum dikatakan maksimal. Bahkan, persoalan-persoalan yang mengahambat
terselenggaranya pelaksanaan konseling Islami bukan lagi masalah yang baru, melainkan
masalah yang telah lama ada, dan telah diusulkan solusinya, Akan tetapi karena berbagai
alasan, hingga saat ini layanan masalah-masalah tersebut belum dapat dituntaskan dengan
segera, walaupun sudah mulai adanya perbaikan sedikit demi sedikit.

Faktor Penghambat Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islami

Secara teoritis, pelaksanaan bimbingan konseling yang baik, adalah pelayanan yang
didukung dengan seluruh komponen yang terkait erat dengan kegiatan layanan. Oleh karena
itu, dalam menganalisa faktor penghambat guru BK dalam melaksanakan layanan bimbingan
konseling Islami di keempat MAN, peneliti menggunakan Permendikbud nomor 111 tahun
2014 sebagai pisau analisis untuk meninjau kegiatanan bimbingan konseling Islami di empat
MAN, disamping menggunakan dasar-dasar kultural. Dari hasil wawancara dan observasi
yang peneliti lakukan di lapangan, setidaknya terdapat beberapa faktor yang menjadi masalah
pokok di MAN Medan, yakni:
1) Jumlah konselor dan guru BK yang belum memadai.
Mengamati Keberadaan konselor dan guru BK di masing-masing MAN Medan
sebenarnya suda di atas, menunjukkan bahwa jumlah konselor dan guru BK masih belum
dikatakan ideal baik secara kuantitas maupun profesionalitas. Hal ini didasari atas
Permendikbud Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan Dan Konseling Pada
Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah pasal 10 dan pasal 11.
Pertama, pada pasal 10 ayat 2 menyebutkan bahwa:
“Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling pada SMP/MTs atau yang sederajat,
SMA/MA atau yang sederajat, dan SMK/MAK atau yang sederajat dilakukan oleh
Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dengan rasio satu Konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling melayani 150 orang Konseli atau peserta didik”.52
Pada lampiran permendikbud tersebut dinyatakan secara tegas mengenai rasio jumlah
siswa yang ideal bagi satu orang konselor atau guru BK, sebagai berikut:
a) Beban kerja seorang Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling adalah 150 – 160
peserta didik ekuivalen 24 jam pembelajaran.
52
Salinan Permendikbud nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah.
b) Peserta didik/konseli yang diampu 80, berarti untuk memenuhi persyaratan jumlah
minimal adalah 70, dan 150-160 adalah ekuivalen 24 jam pembelajaran. Bila
diekuivalenkan dengan jam pembelajaran, maka masih kekurangan 11 jam
pembelajaran ( 70 dibagi 160 dikalikan 24=10,5 dibulatkan menjadi 11 jam
pembelajaran).53
Lampiran Permendikbud di atas, menunjukkan bahwa seorang konselor atau guru BK
menangani sebanya 150-160 siswa. akan tetapi jika mengaca pada jumlah siswa pada
masing-masing MAN di kota Medan yang hampir rata-rata berjumlah 900-an siswa,
maka menjadi penghambat dan tidak dapat dikatakan ideal.
Tabel : 14
Jumlah Guru BK Di MAN Kota Medan
No Nama Jumlah Jumlah Siswa keterangan
Madrasah Kons/guru siswa yang
BK ditangani
1 MAN 1 Medan 5 orang 1585 1 : 317 Kelebihan
MAN 2 Model
2 4 orang 1844 1 : 340 Kelebihan
Medan
3 MAN 3 Medan 3 orang 1021 1 : 340 Kelebihan
MAPN 4
4 2 orang 800 1 : 800 Kelebihan
Medan

Dari tabel di atas, maka sangat tampak bahwa pada masing-masing MAN di kota
Medan jumlah konselor atau guru BK tidak sebanding dengan jumlah siswa yang
ditangani. Kondisi yang sangat parah terjadi di MAPN 4 Medan, dimana satu orang guru
BK menangani seluruh jumlah siswa yang ada. Ketika peneliti menanyakan tentang hal
ini, Ibu Yusnida mengatakan, bahwa secara pribadi ia telah memohon kepada kepala
sekolah untuk menambah jumlah guru BK agar dapat membantunya dan membantu
kelancaran penangan persoalan-persoalan siswa, akan tetapi karena berbagai alasan
untuk saat ini belum ada penambahan jumlah guru BK. Sedangkan terkait dengan
pelaksanaan layanan bimbingan konseling, guru BK bekerja sama dengan guru
Pendidikan Agama Islam untuk melakukan bimbingan di masing-masing kelasnya saat
masuk jam pelajaran. Untuk itu maka masih dikatakan perlu untuk menambah jumlah
konselor atau guru BK agar penanganan siswa menjadi lebih efektif dan terarah.

53
Lampiran Salinan Permendikbud nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Pada lampiran Permendikbud tersebut di atas juga di sebutkan tentang pernyataan
bagi guru BK yang menangani lebih dari 150 – 160 siswa, sebagai berikut:
“Pengakuan jam kerja konselor atau guru Bimbingan dan Konseling
diperhitungkan dengan rasio 1: (150 - 160) ekuivalen dengan jam kerja 24 jam.
Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling yang rasionya dengan konseli kurang dari
1:150 maka jam kerjanya dapat dihitung dengan menggunakan satuan jam kinerja profesi
bimbingan dan konseling, yaitu melaksanakan berbagai kegiatan profesi bimbingan dan
konseling dengan bukti aktivitasnya terdokumentasikan. Penghargaan jam kerja
diekuivalenkan dengan jumlah peserta didik/konseli yang kurang adalah jumlah peserta
didik/konseli yang dilayani dibagi 160 dikalikan 24 jam. Sedangkan konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling yang rasionya melebihi 1 : 160 maka kelebihan jam kerjanya
dihitung dengan menambahkan setiap satu rombongan belajar dalam satuan pendidikan
dan setiap satuan rombongan belajar dihargai dua jam pembelajaran.Contoh : jumlah
peserta didik/konseli yang dilayani sejumlah 191, ukuran jumlah kelas adalah 32, maka
kelebihan 31 tidak dihitung kelebihan beban tugas, namun bila jumlahnya 192, maka
dapat dihitung sebagai tambahan jam kerja sejumlah 2 jam pelajaran/perminggu.
Perhitungan jumlah peserta didik/konseli dalam setiap rombongan belajar sesuai
dengan ketentuan standar nasional yang berlaku.”
Jelas bahwa setiap masing-masing MAN di kota Medan secara keseluruhan memiliki
beban tugas tambahan, yang dilihat melalui jumlah siswa yang ditangani. Namun, dalam
lampiran tersebut di atas pula, bahwa penghitungan jam kerja tidak hanya berdasarkan
jumlah siswa yang dintangani 1 : 150-160 (ekuivalen dengan 24 Jam), melainkan juga
kelebihan tugas dihitung melalui layanan yang diberikan pada setiap minggunya minimal
2 jam perminggu pada setiap rombel.
2) Pemberian Waktu Layanan BK di MAN Belum Maksimal
Seperti yang telah disampaikan di atas, bahwa kelebihan tugas konselor atau guru BK
tidak hanya dilihat dari jumlah siswa yang ditangani tetapi juga dengan pelaksanaan
layanan 2 jam perminngu pada setiap rombel. Ini artinya, konselor atau guru BK dituntut
untuk melaksanakan layanan di kelas setiap minggunya berupa layanan-layanan dasar
(layanan Informasi, Layanan Orientasi, Layanan Penguasaan Konten). Layanan dasar
bertujuan membantu semua konseli agar memperoleh perkembangan yang normal,
memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan hidup, atau dengan kata
lain membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya
secara optimal. Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk
membantu konseli agar (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama), (2) mampu
mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat
tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu
memenuhi kebutuhan dirinya dan mampu mengatasi masalahnya sendiri, dan (4) mampu
mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.54
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan
Konseling dalam komponen layanan dasar antara lain; asesmen kebutuhan, bimbingan
klasikal, bimbingan kelompok, pengelolaan media informasi, dan layanan bimbingan dan
konseling lainnya. Hanya saja pelaksanaan konseling Islami dapat berjalan dengan baik
apabila program-program kegiatan tersebut mampu diimplementasikan secara merata
kepada seluruh siswa sesuai dengan jadwal yang telah tersusun rapi.
Secara legal formal pada Permendikbud nomor 111 tahun 2014 pasal 6 ayat 4 tersebut
menyebutkan bahwa “Layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) yang diselenggarakan di dalam kelas dengan beban belajar 2 (dua) jam
perminggu”. Ini artinya konselor atau dan guru BK memberikan layanan-layanan kepada
siswa pada setiap minggunya secara teratur. Di keempat MAN yang peneliti tinjau,
pelaksanaannya belum tentu dilakukan satu kali dalam seminggu. Menurut Bapak Amir,
M.Pd., kenyataan bahwa saat ini layanan bimbingan konseling belum dapat terlakasana
dengan baik karena, sampai saat ini guru BK belum diberikan jam khusus dalam
memberikan layanan seperti guru mata pelajaran lainnya yang mendapatkan jam
pelajaran secara terjadwal.55 Layanan yang diberikan kepada siswa saat ini dilakukan
ketika ada jam-jam pelajaran yang kosong atau jam pelajaran muatan lokal, itu pun kalau
jamnya sedang kosong, sehingga dalam satu minggu konselor dan guru BK belum tentu
memberikan layanan bimbingan konseling.
Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Amelia (guru BK MAN 3 Medan), bahwa salah
satu kendala yang dihadapi oleh guru BK adalah masalah waktu yang memang benar-
benar disediakan secara khusus untuk melaksanakan layanan di dalam kelas, walaupun
secara yuridis, aturan pelaksanaan layanan bimbingan konseling sudah jelas
mengaturnya.56 Menurut peneliti, memang hampir di seluruh sekolah di sumatera utara,
54
Departemen Pendidikan Nasional, Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan
Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, (diperbanyak Oleh ABKIN: Bandung, 2008), h.
39-45
55
Wawancara dengan Konselor MAN 1 Medan Bapak Amir, M.Pd. Kons. pada tanggal 14 Desember
2017
56
Wawancara dengan Guru BK MAN 3 Medan Ibu Rezeki Amelia, S.Psi, pada tanggal 02 Oktober
2017
salah satu masalah yang dihadapi oleh guru BK adalah waktu pelaksanaan layanan
bimbingan konseling di dalam kelas belum sepenuhnya diberikan secara terjadwal oleh
pihak sekolah. hal ini disebabkan oleh persepsi personil sekolah terhadap keberadaan
konselor dan guru BK di sekolah masih belum beralih dari kultur-kultur kebiasaan yang
mereka bawa dari pengalaman bersekolah dulu. Oleh karena itu, menurut Bapak Naim,
S.Pd.I, selaku guru BK di MAN 2 Model Medan, salah satu upaya yang dilakukan guru
BK hingga saat ini adalah memberikan pemahaman yang komperhensif kepada para guru
maupun siswa tentang makna keberadaan guru BK di sekolah yang bertujuan untuk
mengembangkan kemandirian siswa, dan bukan hanya menjaga ketertiban sekolah dari
siswa yang berbuat masalah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sampai saat ini guru tugas guru BK tidak lebih seperti guru
piket yang menjaga absen, mengawasi siswa belajar di kelas, mencatat siswa yang
melakukan pelanggaran tata tertib sekolah, disamping melakukan konseling individual bagi
siswa yang ingin diberikan bantua, dan melakukan asesmen Alat Ungkap Masalah (AUM)
yang minim aksi karena terbentur dengan masalah jam pelayanan di dalam kelas. Kondisi
tersebut peneliti saksikan sendiri saat mengunjungi seluruh MAN di kota Medan, bahwa
keluhannya adalah jam yang belum diberikan secara terjadwal dan sistematis. Namun
demikia, guru BK setiap MAN di kota medan, telah membuat dan mendesign program-
programnya masing-masing secara baik dan mempunyai jadwalnya juga, walaupun jadwal
tersebut hanya sebatas formalitas.
3) Sarana dan Prasarana yang Belum Memadai
Sarana dan prasarana tak luput menjadi kendala bagi konselor dan guru BK dalam
melaksanakan tugas mereka sebaga guru pembimbing siswa menuju pribadi yang mandiri
dan berkembang optimal. Sarana dan prasarana pula berkontribusi terhadap kesuksesan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada setiap lembaga pendidikan. Idealnya,
Ruang kerja bimbingan dan konseling disiapkan dengan ukuran yang memadai, dilengkapi
dengan perabot/perlatannya yang mendukung kegiatan layanan, dan diletakan pada lokasi
yang mudah untuk akses layanan dan kondisi lingkungan yang sehat. Selain itu, jika
memungkinkan dapat pula dibangun taman sekolah yang berfungsi ganda yaitu untuk
kepentingan taman sekolah atau dapat juga ada didesign untuk layanan bimbingan dan
konseling yang bersifat layanan luar kelas.
Pada lampiran Permendikbud Nomor 111 tahun 2014 menyatakan bahwa secara garis
besar, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk layanan bimbingan konseling dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yakni ruangan kerja bimbingan konseling dan sarana
penunjang. Ukuran ruang bimbingan dan konseling harus disesuaikan dengan kebutuhan
jenis dan jumlah ruangan. Ruang kerja konselor atau guru bimbingan dan konselor
disiapkan secara terpisah dan antar ruangan tidak tembus pandang dan suara. Jenis
ruangan yang diperlukan antara antara lain (1) ruang kerja sekaligus ruang konseling
individual, (2) ruang tamu, (3) ruang bimbingan dan konseling kelompok, (4) ruang data,
(5) ruang konseling pustaka (bibliocounseling) dan (6) ruang lainnya sesuai dengan
perkembangan profesi bimbingan dan konseling. Jumlah ruang disesuaikan dengan
jumlah peserta didik/konseli dan jumlah konselor atau guru bimbingan dan konseling
yang ada pada satuan pendidikan.57

Sumber: Gambar Diambil Dari Lampiran Permendikbud

Sedangkan, Selain ruangan, fasilitas lain yang diperlukan untuk penyelenggaraan


bimbingan dan konseling antara lain:
a) Dokumen program bimbingan dan konseling yang disiman dalam almari.
b) Instrumen pengumpul data dan kelengkapan administrasi seperti:
1) Alat pengumpul data berupa tes.
2) Alat pengumpul data teknik non-tes yaitu: biodata peserta didik/konseli,
pedoman wawancara, pedoman observasi, catatan anekdot, daftar cek,
skala penilaian, angket (angket peserta didik dan orang tua), biografi dan
autobiografi, angket sosiometri, AUM, ITP, format RPLBK, format-format surat

57
Lampiran Salinan Permendikbud nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
(panggilan, referal, kunjungan rumah), format pelaksanaan pelayanan, dan
format evaluasi.
3) Alat penyimpan data, dapat berbentuk kartu, buku pribadi, map dan file dalam
komputer. Bentuk kartu ini dibuat dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu,
sehingga mudah untuk disimpan dalam almari/ filing cabinet. Untuk menyimpan
berbagai keterangan, informasi atau pun data untuk masing- masing peserta didik,
maka perlu disediakan map pribadi. Mengingat banyak sekali aspek-aspek data
peserta didik yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu alat
yang dapat menghimpun data secara keseluruhan yaitu buku pribadi.
4) Kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alat
bantu bimbingan perlengkapan administrasi, seperti alat tulis menulis, blanko
surat, kartu konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan agenda surat,
buku-buku panduan, buku informasi tentang studi lanjutan atau kursus-kursus,
modul bimbingan, atau buku materi pelayanan bimbingan, dan lain-lain.
Hasil dari penelusuran yang peneliti lakukan, ditemukan bahwa hampir rata-rata
ruangan yang dimiliki oleh MAN di kota Medan hanya seluas 5 x 5 M 2. Dalam ruangan
tersebut meja dan kursi disesuaikan dengan jumlah guru BK yang ada pada masing-
masing sekolah. MAN 1 Medan misalnya yang memiliki 5 guru BK, maka meja kerja
disiapkan sebanyak 5 meja, dan ditambah satu sofa khusus untuk tamu yang datang
menemui guru BK. Dalam ruangan tersebut diisi dengan lemari, komputer papan
kegiatan guru BK, serta beberapa buku dan catatan-catatan kesiswaan tentang
pelanggaran. Begitu pula dengan MAN di kota Medan lainnya, yang tidak jauh berbeda
kondisi fasilitasnya dengan MAN 1 Medan.
Melihat dari kondisi tata letak pengaturan ruangan, maka menurut hemat peneliti,
kendala yang sangat tampak dialami oleh konselor atau guru BK adalah saat akan
melaksanakan konseling individual, yang mana jika ada siswa yang datang menemui
guru BK untuk melakukan konseling, siswa merasa malu karena pelaksanaan konseling
Individual belum ada di ruang kerja BK. Selain itu, konseli/siswa merasa kurang nyaman
dengan keberadaan ruangan konseling yang terbuka dan dapat dilihat orang lain (baik
sesama guru BK maupun siswa), sehingga keinginan siswa untuk berkonsultasi atas
masalahnya diurungkan. Ketika hal ini peneliti tanyakan kepada para siswa, diperoleh
informasi bahwa sebagian besar siswa tidak merasa nyaman apabila ingin berkonsultasi
dengan guru BK atas permasalahan-permasalahan pribadinya, karena ruangan yang
tersedia dapat dilihat orang lain dan dapat pula didengar oleh konselor atau guru BK
lainnya yang sedang duduk disamping mejanya. Namun, apabila terpaksa, mau tidak
mau, ada juga siswa yang datang untuk menjumpai konselor atau guru BK walaupun
dilihat oleh orang lain.58
Hal serupa ternyata dirasakan pula oleh konselor dan guru BK mengenai tidak
adanya ruangan khusus untuk melaksanakan layanan konseling individual. Hal ini
disadari saat konselor dan guru BK melakukan konseling kepada siswa, akan tetapi
konseli tidak fokus pada proses konseling yang berlangsung, bahkan pandangan konseli
sering mengarah pada guru BK yang lain ketika ingin menyampaikan masalahnya. Dari
situ, konselor dan guru BK menilai bahwa siswa sedang dalam kondisi yang kurang
nyaman, dan bisa jadi kesusahan-kesusahan yang dialami konseli sulit untuk
disampaikan karena faktor takut rahasianya tidak terjaga. Tidak berbeda jauh dengan
kondisi konseli saat mengutarakan masalahnya, Konselor dan guru BK juga terkadang
merasa kurang nyaman saat akan memberikan layanan konseling individu, karena
ucapan, gaya saat berbicara dapat terdengar dan dilihat oleh teman di sebelahnya.
Menurut pernyataan dari guru BK di keempat MAN kota Medan yang diteliti, pada
dasarnya pihak guru BK telah mengajukan masalah ini kepada kepala sekolah, akan
tetapi pihak sekolah belum merealisasikan harapan mereka untuk menyekat ruangan
yang sudah ada menjadi ruangan konseling individual. Oleh karena itu sampai saat ini,
pelaksanaan konseling individual tetap dilakukan di ruang kerja BK dengan tanpa adanya
sekat yang dapat menjaga kenyamanan siswa saat menyampaikan masalahnya. Namun
demikian, saat ada siswa yang datang untuk melakukan konseling, guru BK selalu
meyakinkan bahwa rahasia mereka akan dijaga dengan baik, dan tidak perlu malu untuk
mengutarakannya.
Kendala yang lain juga dirasakan saat konselor atau guru BK mengadakan kegiatan
konseling kelompok atau bimbingan kelompok, dimana ruang BK belum memiliki
fasilitas yang mendukung untuk dapat dijadikan tempat yang nyaman dan tertutup dari
pandangan siswa lain yang datang. Selama ini, kegiatan konseling kelompok atau
bimbingan kelompok diadakan di kelas pada saat siswa melakukan kegiatan ekstra
kurikuler pada hari sabtu. Itu pun terkadang banyak siswa yang melihat kegiatan
bimbingan kelompok apabila mereka tidak sedang mengikuti ekstra sekolah, sehingga
anggota bimbingan kelompok merasa terganggu dengan kondisi tersebut.
Selain masalah ruangan konseling di atas, guru BK juga menuturkan adanya kendala
terkait dengan persoalan pelaksanaan dalam melakukan penilaian data yang bersifat tes.
58
Wawancara dengan para siswa MAN 1 Medan, pada 14 Desember 2017
Instrumen yang berupa, tes bakat, tes minat, tes kepribadian, dan tes Intelegen, sampai
saat ini belum dimliki oleh guru BK sepenuhnya. Adapun cara lain yang sebenarnya bisa
dilakukan dengan cara melakukan kerja sama dengan pihak yang memiliki lisensi
tersebut (psikolog/konselor yang bersertifikat tes) masih belum terwujud karena
terbentur masalah pembiayaan dalam setiap kegiatannya. Walaupun dalam aturan
pembiayaan dalam pelaksanaan BK di sekolah telah memiliki dasar yang jelas dalam
Permendikbud, namun, sampai saat ini hal tersebut belum terealisasi dengan baik.
Sedangkan, intrumen yang bersifat non tes, secara keseluruhan pihak dari guru
BK telah memilikinya dan tersusun rapi dalam lemari di ruang kerja BK. Adapun
instrumen kebutuhan tersebut berupa:

Teknik Tes Prestasi Oleh Guru


Tes Belajar MAPEL
Teknik
Asasm
en &
Psikologi
s Tes Intelegensi Dilakuk
pemah
aman Tes Bakat an
individ
u Tes Minat Oleh :
Tes Kreativitas Psikolo
g
Konsel
Teknik Tes or
NonTe Inventori
1. INVENTORI TUGAS
Berser
PERKEMBANGAN (ITP)
s
2. DAFTAR CEK tifikasi
Kom MASALAH (DCM) Tes
pete 3. TEKNIK WHO AM I
nsi Observasi 4. INVENTORI ANALISIS
kons Wawancara
Diambil dari Disertasi Dr. Tarmizi,KEBIASAAN
M. Pd, tahun BELAJAR
2016 UIN-SU
4) elor
Persepsi Tentang Keberadaan Angket
Guru BK
Satu lagi kendala yangSosiometri Pedoman
tidak kalah pentingnya dengan observasi
masalah lain adalah persepsi
Otobiografi
mengenai tugas dan kerja guru BK. Sebenarnya1. Daftar
saat inicek
peran Bimbingan Konseling di
Analisis daya Dokumenter 2. Catatan anekdot
setting sekolah/madrasah semakin jelas eksistensinya. Dengan diterbitkannya
serap siswa
Permendikbud
Studi Kasus 3. Skala penilaian
No. 111 Tahun 2014, tentang4 Implementasi Kurikulum 2013, tentunya
Cumulative alat alat mekanik
para Konselor sekolah tidak perlu bertanya lagi posisi dan peran apa yang harus
record
dilakukan. Karena dalam lampiran IV, tentang Pedoman Pembelajaran di jelaskan
Buku pribadi
Map pribadi
Kartu pribadi
dengan lengkap tentang Konsep dan Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bahwa
Konselor sekolah adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan
hak secara penuh dalam kegiatan Bimbingan Konseling terhadap sejumlah peserta didik.
Prayitno mengatakan bahwa Konselor sekolah adalah guru yang mempunyai tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan Bimbingan
Konseling terhadap sejumlah peserta didik.
Hampir di setiap MAN yang peneliti lakukan, guru BK juga mendapatkan tugas
administrasi, sehingga waktu kegiatan dalam memberi layanan Bimbingan Konseling
menjadi berkurang. Kurangnya pemahaman antar sesama guru di MAN di kota Medan
tentang peran dan tugas konselor sekolah selama ini masih menjadi masalah bagi
konselor sekolah secara sungguh-sungguh untuk mengembangkan program-program
yang telah dibuatnya. Anggapan tentang guru BK hanya menangani masalah siswa dari
dahulu sampai sekarang masih saja melekat di benak sebagian guru. Pada akhirnya, jika
sedang tidak melakukan proses konseling atau mengadakan seminar terkait
pengembangan diri, konselor sekolah sering diminta untuk membantu tugas mengawas
sekolah, menjadi guru piket.
Padahal sangat jelas tertera wilayah dan setting kerja guru BK dengan konteks kerja
guru-guru lainnya, sebagai berikut:
Manajeme
Wilayah n&
manajeme Survervisi Tuj
nWilayah
& Pembelajar uan
kepemimpi
Pembelaj an bidang :
nan
aran studi Per
yang
Wilayah Bimbinga ke
mendidik
Bimbinga n dan mb
n dan Konseling ang
Konseling an
yang opti
memandir mal
ikan tiap
pes
erta
didi
k

Wilayah kerja di atas menunjukkan bahwa dalam satuan lembaga pendidikan terdapat
tiga wilayah kerja yang masing-masing wilayah diberikan kepada guru yang benar-benar
memiliki kompetensi pada bidangya masing-masing. Pertama, wilayah manajemen dan
kepemimpinan yang diisi oleh individu yang memiliki kemampuan manajerial melalui
jalur pendidikan manajemen kependidikan. Pada ranah ini, tugas yang harus
dilaksanakan terkait dalam bidang manajemen dan suvervisi masalah pendidikan pada
lembaga tersebut. Kedua, wilayah pembelajaran, yang ditangan oleh guru bidang studi
(guru mata pelajaran) pada bidang studi masing-masing dan memiliki komptensi yang
sudah tersertifikasi. Ketiga, wilayah bimbingan konseling, yang bertugas untuk
membantu untuk mengembangkan psikologis siswa dengan berbagai model layanan yang
telah direncanakan.
Tujuan yang ingin dicapai dari ketiga wilayah bidang kerja dan tugas di atas sama,
yakni menghantarkan siswa sampai kepada perkembangan yang optimal baik fisis
maupun psikis dengan cara dan tugas masing-masing wilayah kerja. Artinya, jika
wilayah pembelajaran yang seharusnya dilaksanakan oleh guru bidang studi dilakukan
oleh guru bimbingan konseling, maka akan terjadi pengkaburan keilmuan.

Anda mungkin juga menyukai