Oleh :
Zerlina Najah Dewati
NIS 17.63.08847
Oleh :
Zerlina Najah Dewati
NIS 17.63.08847
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun oleh
NIS 17.63.08847
Telah memenuhi syarat dan disetujui Guru Pembimbing untuk digunakan sebagai
syarat mengikuti Ujian Akhir Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK Bogor
Tahun Pelajaran 2020/2021
Mengetahui, Disetujui,
Disahkan,
SMAK Bogor,
Dwika Riandari, M. Si
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Praktik Kerja Industri (Prakerin) dengan baik.
Laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan salah satu syarat
untuk mengikuti ujian akhir bagi siswa SMK-SMAK Bogor pada semester VIII yang
merupakan hasil dari praktik kerja industri pada Laboratorium Departemen Gizi
Mayarakat IPB yang dilaksanakan sejak tanggal 1 Februari 2021 sampai dengan
30 April 2021.
Laporan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dapat disusun dengan baik berkat
bantuan dari pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, saran dan dukungan
sebagai bahan masukan bagi penyusun. Laporan ini berisi tentang pendahuluan,
sejarah, dan struktur organisasi instansi tempat prakerin, kegiatan di laboratorium,
metode analisis, hasil dan pembahasan, serta simpulan, dan saran. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar- besarnya
kepada:
1. Ibu Dwika Riandari, M. Si selaku kepala Sekolah Menengah Kejuruan – SMAK
Bogor.
2. Ibu Amalia Sari Ghani, S.Si selaku Wakil Kepala Bidang Hubungan Kerjasama
Industri (HKI) Sekolah Menegah Kejuruan – SMAK Bogor yang telah
mengarahkan dan mengawasi jalannya Praktik Kerja Industri.
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi
Masyarakat IPB yang telah memberi kesempatan untuk melakukan Praktik
Kerja Industri.
4. Ibu Reisi Nurdiani. SP., M. Si, selaku Sekretaris Departemen Gizi Masyarakat
IPB yang telah memberi kesempatan untuk melakukan Praktik Kerja Industri.
5. Ibu Dr. Zuraidah Nasution, STP., M. Sc, selaku Penanggung Jawab
Laboratorium Departemen Gizi Masyarakat IPB, sekaligus menjadi
pembimbing institusi yang memberikan bimbingan dan nasihat sehingga
kegiata Praktik Kerja Industri berjalan dengan lancar.
iii
6. Teh Ine Amelia, S. Si, selaku Teknisi Laboratorium sekaligus asisten
pebimbing institusi yang memberikan arahan dan bantuan selama Praktik
Kerja Industri.
7. Mas Satrio Nugroho, selaku Staff Laboratorium yang memberikan dukungan
dan saran sehingga penyusun dapat menyelesaikan Praktik Kerja Industri.
8. Bapak Suparlan, S.Pd selaku Pebimbing Sekolah yang telah memberikan
semangat, dorongan, dan bimbingan selama Praktik Kerja Industri.
9. Orang tua yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis selama
pelaksanaan Praktik Kerja Industri.
10. Dinda, Nadhira, Ajeng, dan Azqa yang senantiasa memberikan semangat
serta bantuan kepada penyusun.
11. Lee Dong-hyuck yang senantiasa memberikan dukungan, serta inspirasi
kepada penyusun lewat lagu dan sikap humornya.
12. Sahabat-sahabat angkatan 63 yang telah berjuang bersama selama 4 tahun
menempuh suka duka menuntut ilmu di Sekolah Menengah Kejuruan–SMAK
Bogor.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktik Kerja Industri
dan penyusunan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
peningkatan laporan di masa yang akan datang, juga berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya di bidang analis kimia dan pembaca
secara umum.
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................v
BAB 1 ................................................................................................................................. 1
A. Sejarah Institusi......................................................................................... 5
B. Visi dan Misi Institusi ................................................................................. 7
C. Kebijakan Mutu Institusi ............................................................................ 8
BAB III .............................................................................................................................. 10
A. Sarapan .................................................................................................. 10
1. Susu .................................................................................................... 11
2. Sereal .................................................................................................. 12
B. Air ........................................................................................................... 14
C. Abu ......................................................................................................... 15
D. Protein .................................................................................................... 16
E. Lemak ..................................................................................................... 22
F. Logam Tembaga (Cu) ............................................................................. 25
G. Spektrofotometri Serapan Atom .............................................................. 25
BAB IV.............................................................................................................................. 30
v
B. Penetapan Kadar Air dalam Sampel Susu Sereal ................................... 30
C. Penetapan Kadar Abu dalam Sampel Susu Sereal ................................. 31
D. Penetapan Kadar Protein dalam Sampel Susu Sereal ............................ 32
E. Penetapan Kadar Lemak dalam Sampel Susu Sereal ............................. 33
F. Penetapan Kadar Logam Cu dalam Sampel Susu Sereal ....................... 34
BAB V ............................................................................................................................... 37
A. Kesimpulan ............................................................................................. 43
B. Saran ...................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 45
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 48
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Visi
Menjadi sekolah menengah analis kimia unggulan dan berwawasan
lingkungan yang menghasilkan lulusan profesional dan bermartabat.
1
Misi
1. Melaksanakan pendidikan kejuruan analisis kimia yang berkualitas
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dunia usaha dan dunia
industri baik tingkat nasional maupun tingkat internasional.
2. Meningkatkan kemitraan nasional dan membina kemitraan
internasional.
3. Menempatkan budaya cinta dan peduli lingkungan yang
berkesinambungan.
4. Membina dan menyelenggarakan fungsi sosial dan kemasyarakatan.
Tujuan
Tujuan SMK – SMAK Bogor untuk mewujudkan visi dan misi adalah
sebagai berikut:
1. Mencapai kualitas siswa dan lulusan sesuai SKKNI melalui metode
pengajaran menggunakan kurikulum terkini dan yang didukung dengan
bench/mark dari institusi pasangan yang menerapkan standar
pendidikan di negara anggota OECD.
2. Meningkatkan jumlah peminat masuk SMK – SMAK Bogor,
memperluas kemitraan, memudahkan pemasaran lulusan,
memperbaiki ketelusuran penyebaran lulusan dan mengantisipasi
perkembangan yang terjadi dalam persaingan dunia kerja sesuai
amanat Undang-Undang No. 3 Tahun 2014.
3. Mengembangkan penerapan sistem teknologi berkomunikasi informasi
(ICT) secara terintegrasi dimulai dari tahapan Penerimaan Peserta
Didik Baru (PPDB) hingga penelusuran lulusan yang diarahkan pada
pembentukan sistem basis data yang efisien dan tangguh.
4. Meningkatkan jaringan kemitraan dengan institusi luar negeri untuk
mempermudah akses bagi lulusan dalam menghadapi persaingan
global dan mengembangkan keterampilan, ilmu pengetahuan dan
teknologi.
5. Mendukung pengembangan Teaching Factory melalui pendekatan
sertifikasi Laboratorium Uji sesuai dengan standar ISO 17025 dan
pengembangan laboratorium yang mengarah ke laboratorium industri
2
dengan memperbaiki tata ruang dan tata kelola serta melengkapi
peralatan dan instrumentasi sesuai dengan perkembangan terkini.
6. Meningkatkan pembinaan dan penyelenggaraan kegiatan sosial dan
kemasyrakatan.
7. Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat
pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga terwujud
sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
3
2. Menambah referensi pustaka di perpustakaan sekolah maupun di
institusi Prakerin, sehingga dapat menambah pengetahuan, baik bagi
dirinya (penulis) maupun para pembaca.
3. Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengumpulkan referensi
pembuatan laporan.
4. Mengembangkan kemampuan siswa dalam pembuatan laporan yang
dapat dipertanggungjawabkannya.
4
BAB II
GAMBARAN WILAYAH PRAKTIK
A. Sejarah Institusi
5
di IPB memasuki era otonomi perguruan tinggi (IPB BHMN) dalam proses
klusterisasi departemen. Cikal bakal FEMA IPB adalah Departemen Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) Fakultas Pertanian,
Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Departemen Sosek
Pertanian Fakultas Pertanian, serta bagian sosial ekonomi dari berbagai
fakultas di IPB.
6
B. Visi dan Misi Institusi
Visi
Menjadi lembaga pendidikan tinggi terkemuka dalam bidang gizi di
tingkat Asia Pasifik pada tahun 2033.
Misi
1. Menyelenggarakan Pendidikan Tinggi Berkualitas di bidang Gizi di
Tingkat Asia Pasifik.
2. Mengembangkan IPTEKS berbasis Ekologi melalui Penelitian Mutakhir
di bidang Gizi.
3. Menerapkan dan mendayagunakan IPTEKS gizi untuk mencapai
kualitas kehidupan yang sehat, cerdas, produktif dan berkelanjutan.
Tujuan
1. Menghasilkan lulusan pendidikan tinggi di bidang gizi yang mampu
menganalisis dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah gizi.
2. Menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat inovatif
dan produktif di bidang gizi.
3. Memberikan pelayanan masyarakat berdasarkan kebutuhan yang
sesuai dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang gizi, serta implementasi hasil-hasil penelitian.
4. Meningkatkan kerjasama dengan stakeholders di Asia Tenggara/Asia
Pasifik untuk mendukung kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi sesuai
dengan perkembangan IPTEKS dan kebutuhan
masyarakat/stakeholders.
7
C. Kebijakan Mutu Institusi
8
ajaran, dilakukan evaluasi yang meliputi kekhasan mata ajaran,
silabus, dan garis-garis besar program pengajaran);
c. Pasal 19 tentang Evaluasi Proses Belajar Mengajar (evaluasi
proses belajar mengajar dilakukan secara periodik untuk
meningkatkan mutu pendidikan);
d. Pasal 20 tentang Evaluasi Kinerja Dosen, khususnya dalam proses
belajar mengajar (evaluasi kinerja dosen dilakukan secara periodik
untuk meningkatkan mutu pendidikan).Evaluasi tersebut dilakukan
secara periodik sebagaimana ketentuan yang ditetapkan dalam
Ketetapan SA-IPB tersebut.
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sarapan
10
siang, sebagai pengganti waktu malam yang tidak terisi oleh makanan.
Setelah tidur selama kurang lebih 8 jam, maka zat gula dalam tubuh akan
menurun, hal itu dapat digantikan dengan mengkonsumsi karbohidrat
ketika sarapan. Terdapat beberapa manfaat sarapan, antara lain sebagai
berikut.
a. Menyediakan karbohidrat untuk meningkatkan kadar gula darah. Kadar
gula darah yang cukup akan meningkatkan konsentrasi belajar
sehingga berdampak positif terhadap prestasi akademik.
b. Memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh
seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini
bermanfaat untuk proses fisiologis dalam tubuh
c. Memelihara ketahanan fisik dan meningkatkan produktivitas kerja.
1. Susu
Gambar 3. Susu
11
Buckle et al. (1987) menyatakan bahwa susu merupakan bahan
makanan yang sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh, karena susu merupakan makanan utama dan
pertama untuk bayi mamalia yang dilahirkan. Komposisi susu
bervariasi dan tergantung pada banyak faktor. Normalnya susu
mengandung rata-rata 3,60% lemak, 3,20% protein, 4,70% laktosa,
abu 0,65% dan air 87,25%, serta bahan kering 12,75% (Soeparno,
1992).
2. Sereal
Gambar 4. Sereal
12
harganya murah. Sereal juga memiliki manfaat -manfaatnya tersendiri
bila dikonsumsi, diantaranya adalah :
a. Sumber energi yang baik
Sereal adalah sumber energi karena dapat memberi kita
hingga 30 persen dari total kalori dalam makanan.
b. Sumber protein yang baik
Protein sangat penting bagi kita karena tubuh
menggunakannya untuk memperbaiki dan membangun jaringan.
Tulang, darah, kulit, dan otot sangat membutuhkan kandungan
protein. Karena itu, kiga harus mengonsumsi sereal untuk menjaga
asupan protein harian kita.
c. Membantu mencegah kanker
Sereal yang memiliki kaya akan steroid nabati yang
merangsang estrogen. Sereal juga mengandung fitosterol yang
memblokir estrogen untuk meningkatkan produksi kanker pada
payudara. Banyak penelitian menunjukkan bahwa sereal bahkan
dapat mencegah kanker usus besar karena kandungan seratnya
yang tinggi.
d. Membantu mengatasi sembelit
Sereal mengandung serat yang tinggi sehingga membantu
dalam sistem pencernaan. Sereal meningkatkan jumlah tinja dan
membuatnya lebih lunak sehingga lebih mudah bagi tubuh untuk
melewatinya.
e. Sumber vitamin yang baik
Sereal mengandung berbagai macam vitamin. Jenis dan
jumlahnya dapat bervariasi dari satu sereal ke yang lain. Dengan
mengonsumsi sereal gandum utuh, kita dapat secara efektif
mengatasi kekurangan vitamin B kompleks.
f. Mendukung kesehatan jantung
Sereal baik untuk kesehatan jantung kita ketika dikonsumsi
dalam jumlah yang tepat. Karena kita tidak merasa lapar untuk
sementara waktu, serat dapat membantu kita menahan diri dari
makan hal-hal yang akan berakhir sebagai lemak dalam tubuh.
13
g. Membantu menjaga berat badan
Sarapan yang dibuat dengan sereal utuh adalah cara
terbaik untuk mengatur berat badan kita. Karena efek pelumasnya
di usus besar, sereal memastikan saluran pencernaan kita bersih.
Ini juga membuat kita merasa kenyang untuk jangka waktu lama.
B. Air
14
pemanasan yaitu bahan dimasukkan dalam desikator dengan H2SO4 pekat
sebagai pengering, hingga mencapai berat konstan (Winarno, 2004).
Untuk mengetahui kadar pada umumnya menggunkan metode
oven yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan dengan pemanasan
pada suhu 105 oC. Penimbangan bahan dengan berat konstan yang berarti
semua air sudah diuapkan dan cara ini relatif mudah dan murah
(Sudarmadji dkk, 2007).
C. Abu
15
mioglobin-Fe, dan (4) kandungan abu dan komposisinya tergantung
macam bahan dan cara pengabuannya (Apriyantono, 1988).
Untuk mengetahui kadar abu pada umumnya menggunakan
metode pengabuan kering. Pengabuan kering menggunakan tingginya
panas dan adanya oksigen dalam menentukan komponen mineral.
Caranya adalah dengan mendestruksi komponen organik contoh dengan
suhu tinggi di dalam tanur pengabuan, tanpa terjadi nyala api sampai
terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat tetap (konstan) tercapai.
Oksigen yang terdapat di dalam udara bertindak sebagai oksidator.
Oksidasi komponen organik dilakukan pada suhu tinggi 550 oC – 600 oC.
Residu yang tertinggal ditimbang dan merupakan total abu dari suatu
sampel. Kandungan abu total yang tinggi dalam bahan dan produk pangan
menunjukkan terdapat potensi tingginya kandungan unsur-unsur logam
dalam bahan atau produk pangan.
D. Protein
16
Protein dicerna atau dihidrolisis di dalam tubuh, untuk membedakan
asam amino agar dapat diserap dan didistribusikan oleh darah keseluruh
organ dan jaringan tubuh. Asam amino merupakan produk akhir dari
perombakan protein. Proses perubahan protein menjadi asam amino
berlangsung didalam saluran pencernaan,terutama usus halus, akan
dihasilkan 20 jenis asam amino yang berbeda (Afrianto dan Liviawaty,
2007). Protein yang berbentuk polipeptida (polimer dari asam amino) akan
diubah menjadi peptida yang lebih sederhana oleh enzim pepsin dan
tripsin. Selanjutnya, dengan bantuan amino peptidase, peptida ini akan
diubah lagi menjadi asam amino. Asam amino akan diserap oleh darah dan
diangkut keseluruh bagian tubuh. Didalam jaringan tubuh, asam amino
akan diubahn kembali menjadi protein dan selanjutnya disimpan sebagai
cadangan dalam bentuk protein tubuh (Afrianto dan Liviawaty, 2007).
Menurut Fatchiyah, dkk (2011), protein dapat dikelompokkan
menjadi 4 tingkatan struktur, yaitu:
a. Struktur primer
17
b. Struktur sekunder
c. Struktur tersier
18
d. Struktur kuartener
19
Menurut Ngili (2013), protein memiliki fungsi - fungsi biologis bagi
tubuh manusia sebagai berikut :
a. Katalis enzim
Enzim merupakan protein katalis yang mampu meningkatkan laju
reaksi sampai 1012 kali laju awalnya.
b. Alat transport dan penyimpanan
Banyak ion dan molekul kecil diangkut dalam darah maupun di
dalam sel dengan cara berikatan pada protein pengangkut. Contohnya,
hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen. Zat besi disimpan
dalam berbagai jaringan oleh protein ferritin.
c. Fungsi mekanik
Protein menjalankan perannya sebagai pembentuk struktur.
Misalnya, protein kolagen yang menguatkan kulit, gigi, serta tulang.
Membran yang mengelilingi sel dan organel juga mengandung protein
yang berfungsi sebagai pembentuk struktur sekaligus menjalankan
fungsi biokimia lainnya.
d. Pengatur pergerakan
Kontraksi otot terjadi karena adanya interaksi antara dua tipe
protein filamen, yaitu aktin dan miosin. Miosin juga memiliki aktivitas
enzim yang berfungsi untuk memudahkan perubahan energi kimia ATP
menjadi energi mekanik.Pergerakan flagela sperma disebabkan oleh
protein.
e. Pelindung
Antibodi merupakan protein yang terlibat dalam perusakan sel
asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteria, dan sel-sel
asing lain.
f. Proses informasi
Rangsangan luar seperti sinyal hormon atau intensitas cahaya
dideteksi oleh protein tertentu yang meneruskan sinyal ke dalam sel.
Contoh protein rodopsin yang terdapat dalam membran sel retina.
Protein memiliki peran yang penting bagi tubuh, namun menurut
Kurniawan (2014), terlalu banyak mengkonsumsi protein hewani akan
membuat sistem pencernaan sulit untuk diuraikan dan diserap secara
menyeluruh karena sia-sia makanan yang tidak dapat diserap oleh tubuh
20
akan menumpuk dan akhirnya membusuk didalam usus. Racun yang
dihasilkan oleh sisa-sisa makanan yang menumpuk akan dinetralkan oleh
hati. Kondisi inilah yang mengakibatkan sebagian besar enzim didalam
usus dan hati menguras energinya hanya untuk melindungi tubuh dari
racun-racun yang ada di dalam pencernaan. Kerugian yang didapatkan
oleh tubuh adalah protein akan terbuang sia-sia melalui urine.
Analisis kuantitatif protein pada umumnya menggunakan Cara
Kjeldahl. Cara ini digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam
bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan
cara ini adalah kadar nitrogennya. Tahap-tahap dalam Cara Kjeldahl dibagi
menjadi 3 tahap yaitu:
a. Destruksi
Sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu destruksi.
Kemudian didestruksi dengan asam sulfat dan campuran selen sebagai
katalisator dalam keadaan panas. Destruksi bertujuan untuk mengubah
nitrogen menjadi amonia dengan hasil samping berupa CO2, H2O, dan
SO2. Fungsi larutan H2SO4 pekat pada proses destruksi, untuk
mengikat gas amonia yang dilepaskan dalam bentuk ion amonium
(NH4+) membentuk senyawa (NH4)2SO4. Reaksi yang terjadi :
N-organik + H2SO4 (p) → (NH4)2SO4 + SO2↑ + CO2↑ + H2O
b. Destilasi
Larutan dalam labu destilasi dibasakan dengan penambahan
NaOH yang mengubah amonium sulfat menjadi amonia dengan
adanya panas. Amonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap
oleh penampung. Penampung yang digunakan adalah penampung
asam borat H3BO3 4 % dan indikator MM:MB. Destilasi diakhiri bila
sudah semua ammonia terdestilasi sempurna dengan ditandai adanya
perubahan warna larutan dari pink menjadi hijau. Reaksi yang terjadi:
(NH4)2SO4 + NaOH → 2NH4OH + Na2SO4
2NH4OH → 2NH3 + 2H2O
NH3 + H3BO3 → NH4BO3
c. Titrasi
Penampung destilat yang digunakan adalah asam borat berlebih,
maka sisa asam borat yang tidak bereaksi dengan amonia dititrasi
21
dengan HCl 0.1 N. Titik akhir titrasi dapat ditandai dengan perubahan
warna dari warna hijau menjadi merah muda seulas. Reaksi yang
terjadi:
NH4BO3 + HCl → NH4Cl + H3BO3
E. Lemak
Lemak adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam
air, tetapi dapat larut dalam pelarut organik seperti kloroform, eter, dan
benzen. Unsurpenyusun lemak antara lain adalah Karbon (C), Hidrogen
(H), Oksigen (O), dan Fosforus (P) serta Nitrogen (N) (Hardinsyah, 2014).
Molekul lemak terdiri atas 4 bagian, antara lain 1 molekul gliserol serta 3
molekul asam lemak. Asam lemak terdiri atas rantai Hidrokarbon dan juga
gugus Karboksil. Molekul gilserol mempunyai 3 gugus Hidroksil serta pada
tiap gugus hidroksil tersebut dapat berinteraksi dengan gugus karboksil
asam lemak.
Berdasarkan komposisi kimianya, lemak terbagi menjadi 3
(Hardinsyah, 2014), yaitu :
a. Lemak Sederhana / Netral (Trigliserida)
Lemak sederhana tersusun oleh trigliserida, yang terdiri dari satu
gliserol dan tiga asam lemak (Hardinsyah, 2014).
Contohsenyawalemak sederhana adalah lilin (wax), malam, atau
plastisin (lemak sederhana yang padat pada suhu kamar), dan minyak
(lemak sederhana yang cair pada suhu kamar).
b. Lemak Campuran
Lemak campuran merupakan gabungan antara lemak dengan
senyawa bukan lemak. Contoh lemak campuran adalah lipoprotein
(gabungan antara lipid dan denganprotein), fosfolipid (gabungan antara
lipid dan fosfat), serta fosfatidilkolin (yang merupakan gabungan antara
lipid,fosfat, dan kolin).
c. Lemak Asli (Derivat Lemak)
Derivat lemak adalah senyawa yang dihasilkan dari proses
hidrolisis lipid, misalnya kolesterol dan asam lemak. Berdasarkan
22
ikatan kimianya asam lemak dibedakan menjadi 2 (Hardinsyah,2014),
yaitu:
1) Asam lemak Jenuh
Bersifat non-esensial karena dapat disintesis oleh tubuh dan
pada umumnya berwujud padat pada suhu kamar. Asam lemak
jenuh berasal dari lemak hewani, misalnya mentega.
2) Asam lemak tidak jenuh
Bersifat esensial karena tidak dapat disintesis oleh tubuh
dan umunya berwujud cair pada suhu kamar. Asam lemak tidak
jenuh berasal dari lemak nabati, misalnya minyak zaitun,
minyak canola, minyak dari biji matahari, minyak wijen, minyak
kacang, alpukat, buah zaitun, aneka kacang (kacang mete,
kacang tanah, almond). Sedangkan hasil tanaman yang
mengandung banyak lemak jenuh diantaranya adalahminyak
kelapa,minyak biji kapas, minyak inti sawit, dan mentega coklat.
Produk dan makanan yang diproses dari bahan dengan lemak
jenuh dipastikan akan mengandung lemak jenuh tinggi.
Manusia mempunyai tubuh yang membutuhkan kadar lemak yang
seimbang. Hal ini untuk membuat agar cadangan energi tetap ada. Akan
tetapi, jika lemak yang terdapat di dalam tubuh melebihi batas normal maka
akan mengalami obesitas yang pada akhirnya akan menimbulkan berbagai
macam jenis penyakit. Oleh karena itu kadar lemak yang ada dalam darah
yang berlebih haruslah untuk berolahraga, diet untuk membakar lemak
yang ada di dalam tubuh (Anonim, 2016).
Banyaknya kebutuhan lemak yang harus dipenuhi oleh tubuh
manusia biasanya berbeda ± beda. Orang yang hidup dan menetap di
daerah yang memiliki suhu dingin serta orang yang bekerja berat juga
memerlukan lemak yang lebih banyak. Fungsi lemak sangatlah penting
untuk tubuh. Berikut fungsi lemak :
a. Pelindung tubuh dari temperatur suhu yang rendah.
b. Fungsi lemak yang berperan sebagai pelarut vitamin A, E, K, dan D.
c. Salah satu bahan penyusun vitamin dan hormon.
d. Pelindung sebagai alat tubuh vital yaitu berperan sebagai bantalan
lemak.
23
e. Salah satu penghasil energi tertinggi.
f. Salah satu bahan penyusun asam kholat, empedu.
g. Fungsi lemak salah satunya dapat menahan rasa lapar, hal ini karena
lemak dapat memperlambat perencanaan. Apabila perencanaan yang
terjadi terlalu cepat maka menyebabkan timbul rasa lapar yang cepat
pula.
h. Salah satu bahan penyusun dalam membran sel.
Untuk mengetahui kadar lemak pada susu sereal menggunakan
Metode Weibull. Prinsip dari metode Weibull itu sendiri adalah ekstraksi
lemak dengan pelarut non polar, setelah sampel dihidrolisis dalam suasana
asam untuk membebaskan lemak yang terikat. Analisis kadar lemak
metode weibull dilakukan dengan menimbang sampel, lalu dihidrolisis
menggunakan HCl 25 % hingga mendidih selama 15 menit. Penambahan
HCl 25 % untuk mendapatkan suasana asam sehingga membantu
melepaskan atau membebaskan lemak yang terkandung dalam sampel.
Setelah dihidrolisis, sampel kemudian disaring dalam keadaan panas
menggunakan kertas saring, lalu endapan dibilas menggunakan air panas
sampai bebas H+ (diuji bebas H+ dengan cara menggunakan lakmus biru,
warna lakmus tetap biru). Proses pembilasan dengan air panas dilakukan
untuk membantu melarutkan HCl yang masih terkandung dalam endapan,
air dipergunakan untuk membilas endapan karena air bersifat polar dan
tidak akan melarutkan lemak atau minyak yang terkandung dalam bahan
(karena lemak atau minyak hanya akan larut oleh pelarut non polar)
sehingga pembilasan dengan air panas tidak akan berpengaruh pada hasil
analisis. Setelah itu, dikeringkan dalam oven dengan suhu ± 105 oC untuk
menguapkan sebagian besar sisa air yang terkandung dalam endapan.
Setelah endapan kering, kertas saring dimasukkan kedalam thimble dan
ditutup menggunakan kapas, lalu Diekstraksi dengan heksana dalam
cawan lemak aluminium. Proses ekstraksi dengan heksana dilakukan
untuk memisahkan lemak dengan pelarutnya yaitu heksana. Kemudian
cawan lemak aluminium dikeringkan dalam oven dan didinginkan dalam
desikator. Dilakukan pengeringan ulang hingga bobot penimbangan yang
dihasilkan konstan.
24
F. Logam Tembaga (Cu)
25
gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al.,
2000).
Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada
tahun 1802 Wollaston menemukan garis hitam pada spektrum cahaya
matahari yang kemudian diselidiki lebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun
1820. Brewster mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer ini
diakibatkan oleh proses absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi
ini kemudian mendasari Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian
yang sistematis mengenai spektrum dari logam alkali dan alkali tanah.
Kemudian Planck mengemukakan hukum kuantum dari absorpsi dan emisi
suatu cahaya. Menurutnya, suatu atom hanya akan menyerap cahaya
dengan panjang gelombang tertentu (frekwensi), atau dengan kata lain ia
hanya akan mengambil dan melepas suatu jumlah energi tertentu, (ε = hv
= hc/λ). Kelahiran SSA sendiri pada tahun 1955, ketika publikasi yang
ditulis oleh Walsh dan Alkemade & Milatz muncul. Dalam publikasi ini SSA
direkomendasikan sebagai metode analisis yang dapat diaplikasikan
secara umum (Weltz, 1976).
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan
pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan
maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan
akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada
dalam sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan
dari:
a. Hukum Lambert : Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati
medium transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang
dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorpsi.
b. Hukum Beer : Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap
sinar tersebut. Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:
𝑙𝑜
A = - Log lt
= εbc
26
Keterangan :
Io = Intensitas sumber sinar
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Absortivitas molar
b = Panjang medium
c = Konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar
A = Absorbans
a. Sel Atom
Terdapat dua tahap utama yang terjadi dalam sel atom pada alat
SSA dengan sistem atomisasi nyala. Pertama, tahap nebulisasi untuk
menghasilkan suatu bentuk aerosol yang halus dari larutan contoh.
Kedua, disosiasi analit menjadi atom-atom bebas dalam keadaan gas.
Berdasarkan sumber panas yang digunakan maka terdapat dua
metode atomisasi yang dapat digunakan dalam spektrometri serapan
atom, yaitu atomisasi menggunakan nyala, dan atomisasi tanpa nyala
(flameless atomization).
27
Pada atomisasi menggunakan nyala, digunakan gas pembakar
untuk memperoleh energi kalor sehingga didapatkan atom bebas
dalam keadaan gas. Sedangkan pada atomisasi tanpa nyala digunakan
energi listrik seperti pada atomisasi tungku grafit (grafit furnace
atomization).
Diperlukan nyala dengan suhu tinggi yang akan menghasilkan atom
bebas. Untuk alat SSA dengan sistem atomisasi nyala digunakan
campuran gas asetilen-udara atau campuran asetilen-N2O. Pemilihan
oksidan bergantung kepada suhu nyala dan komposisi yang diperlukan
untuk pembentukan atom bebas.
b. Sumber Cahaya
28
mengisolasi dan mengontrol intensitas energi yang diteruskan ke
detektor. Monokromator yang biasa digunakan ialah monokromator
difraksi grating.
Energi yang diteruskan dari sel atom harus diubah ke dalam bentuk
sinyal listrik untuk kemudian diperkuat dan diukur oleh suatu sistem
pemproses data. Proses pengubahan ini dalam alat SSA dilakukan
oleh detektor. Detektor yang biasa digunakan ialah tabung pengganda
foton (photomultiplier tube), terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa
yang bersifat peka cahaya dan suatu anoda yang mampu
mengumpulkan elektron. Ketika foton menumbuk katoda maka elektron
akan dipancarkan, dan bergerak menuju anoda. Antara katoda dan
anoda terdapat dinoda - dinoda yang mampu menggandakan elektron.
Sehingga intensitas elektron yang sampai menuju anoda besar dan
akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk menambah kinerja
alat maka digunakan suatu mikroprosesor, baik pada instrumen utama
maupun pada alat bantu lain seperti autosampler.
29
BAB IV
METODA ANALISA
A. Preparasi Awal
1. Prinsip
Air pada sampel teruapkan dalam oven yang bersuhu 100 - 105°C
sehingga bobot sampel berkurang sesuai dengan air yang teruapkan.
Perbandingan bobot air dan bobot sampel sebelum pemanasan adalah
kadar air dalam sampel. Pengujian dilakukan dengan metode gravimetri.
30
3. Cara Kerja
1. Ditimbang ± 1 gram sampel dengan kotak timbang yang sudah diketahui
bobot kosongnya.
2. Sampel dikeringkan dalam oven (105°C, ± 3 jam) kotak timbang dalam
keadaan terbuka tanpa tutup.
3. Didinginkan dalam desikator.
4. Ditimbang dan pengerjaan dilakukan hingga bobot tetap.
4. Perhitungan
Bobot air
Kadar air (%) = Bobot sampel 𝑥 100 %
1. Prinsip
Dengan memijarkan sampel dalam tanur pada suhu 550°C, air akan
menguap dan zat organik mengurai menjadi CO2. Zat anorganik tertinggal
dalam bentuk abu dan ditetapkan secara gravimetri.
3. Cara Kerja
1. Ditimbang ± 2 gram sampel dalam cawan porselen yang sudah diketahui
bobot kosongnya.
31
2. Diabukan menggunakan teklu lalu dimasukkan ke tanur (T= 550°C).
3. Didinginkan dalam desikator.
4. Ditimbang dan pengerjaan dilakukan hingga bobot tetap.
4. Perhitungan
Bobot abu
Kadar air (%) = 𝑥 100 %
Bobot sampel
1. Prinsip
Contoh didestruksi dengan H2SO4 pekat pada suhu tinggi sehingga
semua nitrogen yang terikat sebagai amonia pada protein membentuk garam
(NH4)2SO4. Amonia dibebaskan dengan penambahan NaOH. NH3 akan
ditangkap oleh penampung H3BO3.
3. Cara Kerja
1. Ditimbang ± 0.2 gram sampel susu sereal.
32
2. Dimasukkan ke labu Kjeldahl, lalu ditambahkan sesudip campuran selen
dan 6 mL H2SO4 pekat.
3. Didestruksi selama 1 jam menggunakan digester.
4. Hasil larutan destruksi ditambahkan 30 mL air suling, lalu didestilasi
dengan NaOH 40 % dan penampung 25 mL H3BO3 4 % + indikator MM:MB.
5. Dititar dengan HCl 0,1 N hingga warna TA merah muda seulas.
4. Perhitungan
(Vp−Vb) 𝑥 𝑁𝑝 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 𝐵𝑠𝑡 𝑁 𝑥 𝐹𝑘
Kadar protein (%) = 𝑥 100 %
mg sampel
E. Penetapan Kadar Lemak dengan Metode Weibull dalam Sampel Susu Sereal
1. Prinsip
Lemak dihidrolisis dalam suasana asam sehingga lemak bebas. Untuk
memisahkan lemak, larutan hasil hidrolisis disaring dan dicuci hingga bebas
H+, lalu dikeringkan dan dimasukkan ke dalam thimble. Setelah itu, sampel
dalam hulls diekstraksi dengan heksana dan heksana disuling sehingga bobot
lemak dapat diketahui.
33
3. Cara Kerja
1. Ditimbang ± 1 gram sampel susu sereal dalam piala gelas 100 mL.
2. Ditambahkan 25 mL HCl 25 %.
3. Dipanaskan menggunakan hotplate hingga mendidih, lalu tunggu selama
15 menit.
4. Disaring dengan kertas saring bebas lemak dan dicuci hingga bebas H+.
5. Dilakukan pengujian bebas H+ menggunakan kertas lakmus biru.
6. Kertas saring yang berisi sampel dikeringkan dalam oven (T= ± 100°C).
7. Kertas saring dimasukkan ke dalam thimble ekstraksi, lalu ditutup
menggunakan kapas.
8. Thimble dimasukkan ke dalam soxtec.
9. Diekstraksi dengan heksana dalam cawan lemak aluminium.
10. Dikeringkan dalam oven, didinginkan dalam desikator, dan ditimbang.
11. Dilakukan hingga bobot tetap.
4. Perhitungan
Bobot lemak
Kadar air (%) = Bobot sampel 𝑥 100 %
1. Prinsip
Sampel didestruksi dengan destruksi kering, lalu dilarutkan dengan
dengan pengasam hingga hasil destruksi larut. Kemudian dalam nyala api
larutan sampel dijadikan atom bebas yang akan mengabsorb energi cahaya,
lalu nilai absorbansi dapat ditentukan dengan cara membandingkan nilai
absorbansi contoh dengan standar yang diukur pada λ maksimum masing -
masing logam dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
34
2. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Labu ukur 50 mL 1. Sampel susu sereal
2. Piala gelas 250 mL 2. Aquabides
3. Cawan porselen 3. HNO3 4 N
4. Pipet serologi 10 mL 4. HNO3 0,1 M
5. Pipet volum 5 mL 5. HCl 6 N
6. Labu semprot
7. Spektrofotometer serapan
atom
3. Cara Kerja
Persiapan Sampel:
1. Ditimbang 0,5 gram sampel susu sereal ke dalam cawan porselen.
2. Dipanaskan, diarangkan, dan diabukan di dalam tanur pada suhu 550°C.
3. Ditambahkan 2,5 mL HCl 6 N, lalu dipanaskan pada hot plate dalam ruang
4. asam hingga kering.
5. Dilarutkan dengan HNO3 0,1 M.
6. Dimasukkan ke labu ukur 50 mL (iencerkan dengan aquabides) dan
disaring jika keruh.
7. Diukur dengan SSA pada panjang gelombang Cu yang sudah ditentukan.
35
5. Diukur dengan SSA pada panjang gelombang Cu yang sudah ditentukan.
4. Perhitungan
Absorbansi − Intersep
Kadar Logam Cu (ppm) = Slope
𝑥 𝐹𝑝
36
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis
Label
No Parameter Metode Satuan Hasil Standar
Klaim
Kimia
1 Kadar Air Gravimetri % b/b 2,79 maks. 3 -
2 Kadar Abu Gravimetri % b/b 0,22 maks. 4 -
3 Kadar Protein Kjeldahl % b/b 9,29 min. 5 ± 6,67
4 Kadar Lemak Weibull % b/b 10,11 min. 7 ± 11,67
5 Kadar Karbohidrat By Different % b/b 77,59 min. 60 ± 73,33
Cemaran Logam
1 Tembaga (Cu) Instrumen mg/kg - 43,3038 maks. 30 -
B. Pembahasan
Analisis susu sereal secara kimia bertujuan untuk mengetahui kadar dan
kualitas dari sampel susu sereal, yang hasilnya dibandingkan dengan dengan SNI
01-4270-1996 tentang syarat mutu susu sereal dan label klaim pada kemasan
susu sereal. Adapun hasil analisis yang dilakukan pada susu sereal antara lain :
1. Kadar Air
Hasil dari analisis didapatkan kadar air dalam sampel susu sereal
sebesar 2,79 %. Hasil ini memenuhi persyaratan SNI 01-4270-1996, yaitu
37
kadar air dalam susu sereal maksimum 4 %. Hasil kadar air tidak bisa
dibandingkan dengan syarat label klaim pada kemasan untuk sebagai acuan
standar, karena tidak ada label klaim kadar air dalam kemasan produk
tersebut. Analisis kadar air dilakukan dengan memanaskan sampel pada suhu
105 °C karena titik didih air yaitu ± 100 °C, sehingga diharapkan pada suhu
105 oC air dalam sampel telah menguap. Perbedaan antara berat sebelum dan
sesudah dipamaskan adalah kadar air.
Penetapan kadar air perlu dilakukan, karena air yang terikat pada
sampel dapat mempengaruhi masa simpan dari bahan pangan pada sampel.
Apabila kadar air yang diperoleh tinggi, maka dikhawatirkan bahan pangan
tersebut akan mudah membusuk akibat aktivitas dari bakteri/jamur. Analisis ini
dilakukan hingga didapatkan bobot yang konstan, yang menunjukkan bahwa
semua molekul air dalam sampel sudah teruapkan. Adapun Faktor - faktor
yang dapat mempengaruhi kadar air antara lain :
a. Suhu dan kelembaban oven. Suhu yang tinggi akan mempercepat proses
pengeringan dan kelembaban yang tinggi akan memperlambat proses
pengeringan.
b. Penyimpanan sampel. Penyimpanan sampel yang terlalu lama akan
menimbulkan kadar air semakin besar.
c. Luas permukaan sampel. Luas permukaan yang besar akan menyebabkan
air lebih mudah menguap, sehingga sampel menjadi cepat kering.
d. Diameter dan tinggi kotak timbang. Jika luas permukaan kotak timbang
yang besar, maka sampel akan semakin mudah menguap.
2. Kadar Abu
Penentuan kadar abu dilakukan secara gravimetri. Abu memiliki
hubungan dengan mineral suatu bahan pangan, kadar abu yang cukup tinggi
disebabkan karena banyaknya mineral yang terdapat pada sampel. Apabila
kadar abu tinggi, maka susu sereal tersebut mengandung mineral yang
banyak sehingga tidak baik untuk dikonsumsi karena dapat menyebabkan
38
gangguan kesehatan pada konsumen yang mengonsumsi susu sereal
tersebut.
Hasil dari analisis didapatkan kadar abu dalam sampel susu sereal
sebesar 0,22 %. Hasil ini memenuhi persyaratan SNI 01-4270-1996, yaitu
kadar abu dalam susu sereal maksimum 3 %. Hasil kadar abu tidak bisa
dibandingkan dengan syarat label klaim pada kemasan untuk sebagai acuan
standar, karena tidak ada label klaim kadar abu dalam kemasan produk
tersebut. Analisis kadar abu dilakukan dengan mengabukan sampel di dalam
tanur bersuhu 550 oC. Abu yang diperoleh berwarna putih dan ditimbang
hingga didapatkan bobot yang konstan.
Dalam melakukan analisis kopi instan perlu diperhatikan pada saat
proses pengarangan. Pastikan sampel berubah menjadi arang secara
sempurna, karena apabila pada proses pengarangan sampel tidak berubah
menjadi arang sempurna maka pada proses pengabuan tidak semua
komponen berubah menjadi abu sehingga zat anorganik masih terperangkap
dan menyebabkan bobot bertambah dari yang sebenarnya.
3. Kadar Protein
Hasil dari analisis didapatkan kadar protein dalam sampel susu sereal
sebesar 9,29 %. Hasil ini memenuhi persyaratan SNI 01-4270-1996, yaitu
kadar protein dalam susu sereal minimum 5 %. Jika dibandingkan dengan
syarat label klaim kemasan yaitu 6,67 % maka hasil kadar protein dalam susu
sereal tidak sesuai dengan syarat label klaim. Kadar protein yang dihasilkan
dalam susu sereal melebihi syarat label klaim, karena bisa terjadi adanya
perbedaan metoda analisis yang digunakan di prakerin dengan di industri
pangan tersebut. Analisis kadar protein ini, menggunakan metode Kjeldahl.
Metode Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam
bahan makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini
adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan
faktor konversi 6,25, diperoleh nilai protein dalam bahan makanan tersebut.
39
Angka 6,25 berasal dari angka serum albumin yang biasanya mengandung
16% nitrogen.
Analisis kadar protein metode kjeldahl dilakukan 3 tahapan kerja, yaitu
destruksi, destilasi, dan titrasi. Sampel didestruksi menggunakan H2SO4 pekat
untuk mengubah N organik menjadi N anorganik. Elemen nitrogen akan
berubah menjadi senyawa ammonium sulfat (NH4)2SO4. Untuk mempercepat
proses destruksi maka ditambahkan katalisator yaitu campuran selen.
Senyawa ammonium sulfat yang terbentuk pada proses destruksi akan
dipecah menjadi NH3 dengan penambahan NaOH dan dipansakan. Pada saat
dipanaskan, uap NH3 yang bebas akan ditangkap oleh penampung asam yaitu
asam borat H3BO3. Penampung asa borat yang didetilasi akan dititrasi
menggunakan HCl 0,1 N. Titik akhir titrasi dapat ditandai dengan perubahan
warna hijau menjadi merah mudah seulas setelah dititrasi dengan HCl 0.1 N.
4. Kadar Lemak
Hasil dari analisis didapatkan kadar lemak dalam sampel susu sereal
sebesar 10,11 %. Hasil ini memenuhi persyaratan SNI 01-4270-1996, yaitu
kadar lemak dalam susu sereal minimum 7 %. Jika dibandingkan dengan
syarat label klaim kemasan yaitu 11,67 % maka hasil kadar protein dalam
susu sereal sesuai dengan syarat label klaim, karena kadar lemak yang
dihasilkan mendekati dengan syarat label klaim. Analisis lemak metode
Weibull ini, dilakukan dengan sampel dihidrolisis, lalu diekstraksi
menggunakan soctex. Setelah itu dikeringkan dalam oven pada suhu ± 105 oC
dan ditimbang hingga didapatkan bobot yang konstan.
Proses hidrolisis bertujuan untuk memecah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol. Asam lemak mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan
tidak bercabang. Proses ekstraksi bertujuan untuk mengambil lemak dalam
sampel. Sampel harus bebas asam terlebih dahulu agar semua lemak dalam
sampel ikut terekstrak oleh pelarut, maka dilakukan uji bebas asam untuk
memastikan bahwa H+ yang ditambahkan pada proses pengasaman tidak
mengganggu pada saat ekstraksi lemak dalam sampel. Pelarut yang
40
digunakan pada analisis ini adalah heksane karena murah, tidak berbahaya,
dan lebih selektif dalam pelarutan lipida non polar. Hal-hal yang perlu
diperhatikan saat melakukan penetapan kadar air adalah sebagai berikut:
a. Peralatan harus bersih agar tidak ada pengotor yang ikut teranalisi.
b. Menggunakan sarung tangan saat memegang kerta saring agar tidak
terjadi kesalahan positif. Dikhawatirkan ada lemak dari tangan yang
menempel pada kertas saring.
c. Pastikan tidak ada lemak yang lolos dari kertas saring agar tidak terjadi
kesalahan negatif
5. Kadar Karbohidrat
Hasil dari analisis didapatkan kadar karbohidrat dalam sampel susu sereal
sebesar 77,59 %. Hasil ini memenuhi persyaratan SNI 01-4270-1996, yaitu
kadar karbohidrat dalam susu sereal minimum 60 %. Jika dibandingkan
dengan syarat label klaim kemasan yaitu 73,33 % maka hasil kadar lemak
dalam susu sereal tidak sesuai dengan label klaim. Kadar lemak yang
dihasilkan dalam susu sereal melebihi syarat label klaim, karena bisa terjadi
adanya perbedaan metoda analisis yang digunakan di prakerin dengan di
industri pangan tersebut. Kadar karbohidrat yang dihasilkan yaitu kadar
karbohidrat dalam bahan pangan secara kasar. Analisis kadar karbohirat ini,
menggunakan metode by different yaitu dengan perhitungan 100 % dikurang
dengan jumlah kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar lemak.
.
6. Kadar Logam Cu
Hasil dari analisis didapatkan kadar logam Cu dalam sampel susu
sereal sebesar –43,8792 mg/kg. Hasil ini memenuhi persyaratan SNI 01-
4270-1996, yaitu kadar logam Cu dalam susu sereal maksimum 30 mg/kg.
Hasil kadar logam Cu tidak bisa dibandingkan dengan syarat label klaim pada
kemasan untuk sebagai acuan standar, karena tidak ada label klaim kadar
logam Cu dalam kemasan produk tersebut. Pada analisis didapatkan logam
Cu yang terdeteksi sangatlah kecil, sehingga didapatkan hasil kadar logam
41
yang sangat kecil. Didapatkan hasil LoQ sebesar 0,0277. Jika hasil yang
didapatkan lebih kecil dari nilai LoQ maka pada analisis tidak didapatkan
logam pada sampel atau kadar logam yang didapatkan sangat kecil dalam
sampel. Limit Kuantisasi (LoQ) adalah konsentrasi atau jumlah terendah dari
analit yang masih dapat ditentukan dan memenuhi kriteria akurasi dan presisi.
42
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis susu sereal pada parameter kadar air, kadar
abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, dan kadar cemaran logam
Cu, yang dimana hasil sudah memenuhi SNI 01-4270-1996 tentang syarat
mutu susu sereal. Hasil analisis berdasarkan label klaim pada kemasan, masih
terdapat beberapa parameter yang tidak sesuai dengan syarat label klaim
pada kemasan susu sereal. Parameter yang tidak sesuai dengan label
klaimpada kemasan yaitu parameter kadar protein, dan kadar karbohidrat,
yang dimana hasil kadar yang didapatkan melebihi syarat label klaim pada
kemasan. Adapun parameter analisis yang tidak terdapat dalam label klaim
pada kemasan yaitu parameter kadar air, kadar abu, dan kadar logam Cu.
Parameter tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas dari produk yang
dianalisis.
B. Saran
43
1. Diharapkan hubungan antara sekolah dengan institusi dapat berjalan
dengan baik dan berlanjut di masa yang akan datang.
2. Departemeb Gizi Masyarakat diharapkan dapat menerima siswa/siswi
SMK – SMAK Bogor untuk melaksanakan prakrin, karena penulis
mendapatkan banyak ilmu setelah melaksanakan prakrin ini.
3. Departemen Gizi Masyarakat IPB diharapkan adanya pembuangan limbah
sesuai prosedur K3.
4. Sekolah diharapkan dapat menyesuaikan kurikulum sekolah dengan
kebutuhan institusi agar para siswa lebih siap terjun di dunia industri.
44
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI 01-4270-1996. Syarat Mutu Susu Sereal.
Jakarta : Dewan Standarisasi Nasional.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wootton, 1987. Ilmu Pangan. Jakarta
: UI-Press.
Estiasih, T., dkk. 2016. “Kimia dan Fisik Pangan”. Jakarta : Bumi Aksara.
Fatchiyah, E.L., Arumingtyas S., Widyarti, & Rahayu, S. 2011. “Biologi molekuler
prinsip dasar analisis”. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gandy, J.W., dkk. 2014. “Gizi dan Dietetika Edisi 2”. Jakarta : EGC.
45
Giovannini M et al. (2008). “Breakfast: a good habit, not a repetitive custom. The
Journal of International Medical Research” , 613—624.
Hadiwiyoto. 1994. “Pengujian Mutu Susu Dan Hasil Olahannya”. Yogyakarta : Liberty.
Hal: 5.
Hardinsyah, Supariasa. 2014. “Buku Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi”. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran.
Jetvig, S. (2010). “Smart School Time Recipes. The Breakfast, Snack, and Lunchbox
Cookbook for Healthy Kids and Aduls. BMJ Journal”.
http://jech.bmj,com/content/early/2010/10/05/jec.full. Diakses pada tanggal 11
April 2021
Moehji, S. 2009. “ILMU GIZI 2”. Jakarta : Penerbit Papas Sinar Sinarti (63 - 66).
Muchtadi, M.S. 2010. “Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein”. Bogor : ALFABETA.
Palar,H.. 1994. “Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat”. Jakarta : Rineka Cipta
(hal 10-11; 74-75).
46
Santika, I Gusti Ngurah Adi. 2016. “Pengukuran Tingkat Kadar Lemak Tubuh melalui
Jogging Selama 30 menit Mahasiswa Putra Semester IV Frok IKIP PGRI Bali”.
Bali : Kesehatan IKIP PGRI Bali.
Soeparno. (1992). “Ilmu dan Teknologi Daging”. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Feringo, Tri. 2019. “Analisis Kadar Air, Kadar Abu, Kadar Abu Tak Larut Asam dan
Kadar Lemak pada Makanan Ringan di Balai Riset dan Standarisasi Industri
Medan.
47
LAMPIRAN
1. Data Analisis
a. Data penimbangan
Simplo Duplo
Bobot kotak timbang + sampel 6,6582 g 27,6456 g
Bobot sampel 1,0007 g 1,0102 g
b. Data pemanasan
Bobot pemanasan simplo = 7,6311 g
2. Perhitungan
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟
Kadar air (%) = × 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(7,6589 𝑔 − 7,6311 𝑔)
Kadar air (Simplo) = 1,0007 𝑔
× 100% = 2,78 %
(28,6558 𝑔 − 28,6274 𝑔)
Kadar air (Duplo) = 1,0102 𝑔
× 100% = 2,81 %
2,78 % + 2,81 %
Rata – rata = 2
= 2,79 %
48
Lampiran 2. Kadar Abu
1. Data Analisis
a. Data penimbangan
Simplo Duplo
Bobot cawan porselen + sampel 28,7093 g 29,2178 g
Bobot cawan porselen kosong 26,7082 g 27,2176 g
Bobot sampel 2,0011 g 2,0002 g
b. Data pemanasan
Bobot pemanasan simplo = 26,7128 g
2. Perhitungan
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑏𝑢
Kadar abu (%) = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 100%
(26,7128 𝑔 − 26,7082 𝑔)
Kadar abu (Simplo) = 2,0011 𝑔
× 100% = 0,23 %
(27,9219 𝑔 − 27,2176 𝑔)
Kadar abu (Duplo) = × 100% = 0,21 %
2,0002 𝑔
0,23 % + 0,21 %
Rata – rata = 2
= 0,22 %
49
Lampiran 3. Kadar Protein
1. Data Analisis
a. Data penitar
b. Data penimbangan
𝑚𝑔 Na2CO3
N HCl 0.1 N =
𝑉𝑝 𝑥 𝐵𝑠𝑡 𝑁𝑎2𝐶𝑂3 𝑥 𝑓𝑝
267.4
N HCl 0.1 N = = 0,1021 N
49,4 𝑥 53 𝑥 1
2. Perhitungan
a. Kadar protein
50
(𝑉𝑝 − 𝑉𝑏) 𝑥 𝑁𝑝 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 𝐵𝑠𝑡 𝑁 𝑥 𝑓𝑘
Kadar Protein (%) = x 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 9,29 %
= 9,29 %
9,29 % + 9,29 %
Rata – rata = 2
= 9,29 %
b. % Recovery
% 𝑁𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛
% Recovery = 21.09
x 100 %
18,09
% Recovery = 21,09
x 100 % = 85,78 %
51
Lampiran 4. Kadar Lemak
1. Data Analisis
a. Data penimbangan
Simplo Duplo
Bobot sampel 1,0009 g 1,0012 g
Bobot cawan lemak aluminium kosong 23,3394 g 22,3017 g
b. Data pemanasan
Simplo Duplo
1 23,4414 g 22,4031 g
2 23,4410 g 22,.4027 g
3 23,4409 g 22,4025 g
2. Perhitungan
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘
Kadar Lemak (%) = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 100 %
(23,4409 𝑔 − 23,3394 𝑔)
Kadar Lemak (simplo) = 1,0009 𝑔
× 100 % = 10,14 %
(22,4025 𝑔 − 22,3017 𝑔)
Kadar Lemak (duplo) = × 100 % = 10,07 %
1,0012 𝑔
10,14 % + 10,07 %
Rata – rata = 2
= 10,11 %
52
Lampiran 5. Kadar Karbohidrat
1. Data analisis
Parameter Hasil
Kadar air 2,79 %
Kadar abu 0,22 %
Kadar Protein 9,29 %
Kadar Lemak 10,11 %
2. Perhitungan
53
Lampiran 6. Kadar Logam Cu
1. Data Analisis
Volume Standar
No Konsentrasi (ppm) Absorbansi
(mL)
1 0 0 0
2 0,5 0,5 0,05552
3 1 1 0,1151
4 2 2 0,2223
5 3 3 0,3239
6 4 4 0,4195
Simplo 0,00092
Duplo 0,00063
LD 1 0,00581
LD 2 0,00553
LD 3 0,00487
LD 4 0,00520
LD 5 0,00542
LD 6 0,00526
LD 7 0,00537
SD 0,00029163
54
2. Grafik
0.4
0.3
0.2 y = 0.1051x + 0.0054
0.1 R² = 0.9989
0
0 1 2 3 4 5
Konsentrasi
3. Perhitungan
Slope = 0,1051
Intersep = 5,4 x 10-3
10 𝑥 0,00029163
LoQ = 0,1051
= 0,0277
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 − 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑢
x Fp x
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 1000
Kadar Logam Cu = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑘𝑔)
0.00092 − (5,4 𝑥 10−3) 50
x 10 x
0,1051 1000
Kadar Logam Cu (simplo) =
5,009 𝑥 10−4
= - 42,4545 mg/kg
0.00063 − (5,4 𝑥 10−3) 50
x 10 x
0,1051 1000
Kadar Logam Cu (duplo) = 5,009 𝑥 10−4
= - 45,3038 mg/kg
= - 43,8792
RPD = 6,49 %
55