Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENYULUHAN KESEHATAN

“TEKNIK DISTRAKSI DAN RELAKSASI”


Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Promosi Kesehatan
Dosen Pegampu: Ns Asnah, S.Kep. M.Pd., dan Nurhayati S.ST. M.Pd.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1. Ahmad Yusuf P07220118061
2. Bunga Tang P07220118071
3. Christine Octavia A. K. P P07220118072
4. Diella Mirabel Amanda P07220118062
5. Fahdilia Suryanti P07220118081
6. Fiqhi Syarifatun Nisa P07220118083
7. Mahesa Chandra Aditama P07220118093
8. Mardiyana P07220118082
9. Rica Nur Safitri P07220118101
10. Risa Asri Setianingrum P07220118102

KEMENTRIAN KESEHATANRAPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM
PRODI D-III KEPERAWATAN BALIKPAPAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas karunianya sehingga


penyelesaian tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Laporan tentang “Teknik Distraksi Dan Relaksasi” ini disusun dan


dikemas dari berbagai sumber sehingga memungkinkan untuk dijadikan referensi
maupun acuan.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penyusun ucapkan semoha makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua orang yang membaca makalah ini.

Terima kasih.

Balikpapan, 19 Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan...........................................................................................................2

C. Manfaat.........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................4

A. Pendidikan Kesehatan...................................................................................4

B. Konsep Manajemen Nyeri..........................................................................10

BAB III LAPORAN PENDIDIKAN PENYULUHAN KESEHATAN................25

ii
A. Tujuan Umum.............................................................................................25

B. Tujuan Khusus............................................................................................25

C. Materi..........................................................................................................25

D. Metode........................................................................................................26

E. Media..........................................................................................................26

F. Evaluasi.......................................................................................................26

G. Sumber.........................................................................................................26

H. Proses Penyuluhan.......................................................................................27

I. Uraian Materi Penyuluhan..........................................................................29

J. Hambatan dan Pendukung..........................................................................32

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................34

BAB V PENUTUP.................................................................................................35

A. Kesimpulan.................................................................................................35

B. Saran............................................................................................................35

Lampiran Leaflet....................................................................................................36

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyuluhan bertujuan dalam mencapai perubahan perilaku
individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan memelihara
perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Maharani, 2013).
Penyuluhan kesehatan berperan penting, karena saat ini banyak terjadinya
perubahan gaya hidup di dalam masyarakat.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak
luput juga kemajuan ilmu dibidang kesehatan dan semakin canggihnya
teknologi banyak pula ditemukan berbagai macam teori baru, penyakit
baru dan bagaimana pengobatannya. Manajemen nyeri merupakan salah
satu cara yang digunakan dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang
dialami oleh pasien. Pemberian analgesik biasanya dilakukan untuk
mengurangi nyeri. Teknik relaksasi merupakan salah satu metode
manajemen nyeri non farmakologi dalam strategi penanggulangan nyeri,
disamping metode TENS (Transcutaneons Electric Nerve Stimulation),
biofeedack, plasebo dan distraksi. Relaksasi merupakan kebebasan mental
dan fisik dari ketegangan dan stress, karena dapat mengubah 2 persepsi
kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik relaksasi membuat pasien
dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress
fisik dan emosi pada nyeri. Pemberian analgesik dan pemberian narkotik
untuk menghilangkan nyeri tidak terlalu dianjurkan karena dapat
mengaburkan diagnosa. Perawat berperan dalam mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan pasien dan membantu serta menolong pasien dalam
memenuhi kebutuhan tersebut termasuk dalam manejemen nyeri. Secara
garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen
farmakologi dan manajemen non farmakologi.
Manajemen nyeri dengan melakukan teknik 3 relaksasi merupakan
tindakan eksternal yang mempengaruhi respon internal individu terhadap

1
nyeri. Manajemen nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup latihan
pernafasan diafragma, teknik relaksasi dan meditasi, beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam
menurunkan nyeri pasca operasi.
Di Rumah Sakit dr Kanudjoso Djatiwibowo, khususnya di Ruang
Soka. Mayoritas penyakit yang dialami oleh pasien yaitu berhubungan
dengan adanya gangguan pada sistem pencernaan. Terdapat banyak kasus
pada gangguan sistem pencernaan mulai dari kasus bedah hingga kasus
medis, yang tentunya akan berhubungan dengan diangkatnya diagnosa
nyeri akut yang menjadi diagnosa prioritas utama di sebagian besar pasien
di Ruang Soka.
Sehingga penulis mengambil salah satu kasus pada pasien di
Ruang Soka yang berhubungan dengan gangguan pada sistem pencernaan
yaitu penyakit appendisitis. Dalam penyuluhan kesehatan, penulis lebih
memprioritaskan diagnosa nyeri akut karena merupakan prioritas masalah
utama pada pasien dan kurangnya pengetahuan pasien mengenai
manajemen nyeri. Sehingga penyuluhan yang akan dibahas adalah
manajemen nyeri dengan menggunakan teknik relaksasi dan distraksi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar dapat mengetahui tentang penyuluhan kesehatan serta
gambaran nyeri, jenis, serta manajemen nyeri .
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan materi
penyuluhan secara sistematis dan benar.
b. Mahasiswa dapat mengetahui ruang lingkup pendidikan
penyuluhan.
c. Mahasiswa menguasai alat bantu dan media yang digunakan dalam
penyuluhan.

2
C. Manfaat
Penyusunan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara
teoritis laporan ini berguna sebagai pengembangan pengetahuan mengenai
pendidikan dan penyuluhan kesehatan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang
berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan
pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perorangan,
masyarakat dan bangsa. Kesemuanya ini dipersiapkan dalam rangka
mempermudah diterimanya secara sukarela perilaku yang akan
meningkatkan atau memlihara kesehatan (Wood, 1992 dalam Azwar
1983).
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan
perseorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah sesuatu
yang dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula
sesuatu rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil
yang akan dicapai, melainkan suatu proses perkembangan yang selalu
berubah secara dinamis dimana seseorang dapat menerima atau
menolak keterangan baru, sikap baru dan perilaku baru yang ada
hubungannya dengan tujuan hidup sehat (Nyswander, 1947 dalam
Azwar 1983 ).
Dari berbagai pengertian tentang pendidikan kesehatan di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan tentang pendidikan kesehatan seperti
yang ditetapkan oleh WHO (1945) bahwa pendidikan kesehatan
bertujuan untuk merubah perilaku seseorang dan atau masyarakat
dalam bidang kesehatan. (Azwar, 1983).

2. Tujuan dan Sasaran Pendidikan Kesehatan


Tujuan program pendidikan kesehatan adalah meningkatkan
pengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk hidup

4
bersih dan sehat, serta meningkatnya peran serta aktif masyarakat
termasuk dunia usaha dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal (Dahroni, 1996) Adapun sasaran program
pendidikan kesehatan yang ditetapkan oleh Depkes RI (1998) antara
lain:
a. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi,
keluarga dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan
dampak yang bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat.
b. Meningkatnya pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan
terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan
gaya hidup dan perilaku seperti AIDS, Kanker, penyakit
jantung, ketergantungan obat dan minuman keras sehingga
angka kesakitan terhadap penyakit tersebut berkurang.
c. Meningkatnya peran swasta / dunia usaha dalam berbagai
upaya pembangunan kesehatan terutama pelayanan kesehatan
pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan yang selama ini
masih dibiayai pemerintah seperti imunisasi, foging untuk
DBD, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan
pemukiman.
d. Meningkatnya kreatifitas, produktifitas dan peran serta generasi
muda dalam mengatasi masalah kesehatan diri, lingkungan dan
masyarakat
e. Meningkatnya dan lebih rasionalnya pembiayaan kesehatan
yang berasal dari masyarakat termasuk swasta terutama melaui
penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan masyarakat dan
dikelola berdasarkan JPKM.

3. Metode Pendidikan Keshatan


Pendidikan kesehatan mempunyai beberapa unsur, yaitu: input
adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan
pendidik (pelaku pendidikan), proses (upaya yang dilakukan) dan

5
output. Metode pendidikan merupakan salah satu unsur input yang
berpengaruh pada pelaksanaan pendidikan kesehatan ( Soekidjo, 2003)
a. Metode Pendidikan Individu (perseorangan)
Bentuk pendekatan ini antara lain :
1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Cara ini memungkinkan kontak antara petugas dan klien
lebih intensif, sehingga petugas dapat membantu penyelesaian
masalah klien.
2) Interview (wawancara)
Metode ini bertujuan untuk menggali informasi dari klien
mengenai perilaku klien.
b. Metode pendidikan kelompok
1) Ceramah
Metode ini diperuntukan untuk kelompok besar dan baik
untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah
2) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok ini dimungkinkan apabila peserta
kegiatan kurang dari 15 orang dan termasuk ke dalam metode
kelompok kecil
3) Curah Pendapat
Metode ini merupakan modifikasi dari diskusi kelompok
dan mempunyai prinsip yang sama dengan diskusi kelompok.
Perbedaannya terletak pada permulaannya, dimana peserta
diberikan suatu masalah dan peserta kemudian memberikan
tanggapannya.
4) Bola Salju
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang dan
dua orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau
masalah. Kemudian tiap 2 pasang bergabung, mediskusikan
masalah yang sama dan menarik kesimpulan. Begitupun
seterusnya sampai terjadi suatu diskusi seluruh peserta.

6
5) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
6) Memainkan peran (role playing)
Beberapa anggota kelompok memainkan suatu peran,
kemudian mereka memperagakan, misalnya bagaimana
interaksi/komunikasi sehari-hari dalam menjalankan tugas.
7) Permainan stimulasi Metode ini merupakan gabungan dari
metode diskusi kelompok dan role play
c. Metode Pendidikan Massa
1) Ceramah umum
Penyajian materi di depan khalayak publik yang berjumlah
besar dan terutama disampaikan secara lisan.
2) Siaran Radio
Metodanya sama dengan ceramah, tetapi anak didik tidak
berada di dalam ruangan yang sama.
3) Siaran TV
Sama dengan radio, tetapi ditambah dengan gerakan d.
Media cetak Penyajian materi disampaikan secara tulisan.
4. Strategi Pendidikan Kesehatan
Menurut Soekidjo (2003) untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan kesehatan dilakukan strategi kegiatan sebagai berikut :
a. Penyebarluasan Informasi Kesehatan
Kegiatan ini meliputi pengkajian sosial budaya kesehatan,
sistem komunikasi dan teknologi yang tepat dalam pengembangan
masyarakat. Pengembangan penciptaan dan penyebarluasan bahan
pendidikan kesehatan melalui media massa agar pesan kesehatan
menjadi bagian yang terpadu dengan pesan pembangunan nasional.
b. Pengembangan Potensi Swadaya Masyarakat di Bidang Kesehatan
Kegiatan ini meliputi pengembangan sikap, kemampuan
dan motivasi LSM (lembaga swadaya masyarakat) dan organisasi
kemasyarakatan lainnya dalam pembudayaan hidup sehat dan
penyebarluasan metodologi pengembangan masyarakat melalui

7
ormas dan kelompok potensial lainnya. Pengembanagan kerja sama
yang paling menguntungkan antara pemerintah dan masyarakat
berpenghasilan tinggi guna menopang kesehatan masyarakat
miskin serta mengembangkan kelompok keluarga mandiri sebagai
teladan.
c. Pengembangan Penyelenggaraan Penyuluhan
Di selenggarakan melalui pengembanagan sikap,
kemampuan dan motivasi petugas kesehatan baik pemerintah
maupun swasta di bidang penyuluhan, institusi pendidikan dan
litbang serta pembentukan kemitraan antara pemerintah, kelompok
profesi dan masyarakat dalam penyelenggaraan penyuluhan.
5. Komponen Pendidikan Kesehatan
Azrul (1983) Pendidikan kesehatan adalah mendidik masyarakat
dengan cara berkomunikasi. Hal ini pada proses perencanaa informasi
yang akan dilakukan dalam rangka berkomunkasi dan mendidik
masyarakat adalah menentukan jenis media termasuk kombinasi media
yang akan digunakan dan dapat mencapai sasaran. Menurut Azrul
(1983) hal ini didasarkan pada prinsip komunikasi yang baik yang
sangat ditentukan oleh empat komponennya, yaitu : Sumber Informasi,
Isi Pesan, Media dan Sasaran.
a. Komunikan / sasaran (Receiver)
Penetuan kelompok sasaran sangat penting karena sasaran
yang satu akan berbeda dengan sasaran lainnya, sehingga isi pesan
yang sama mungkin akan diinterpretasikan berbeda oleh masing-
masing kelompok sasaran yang berbeda.
b. Komunikator / Sumber Informasi (Source)
Umumnya masyarakat cenderung percaya terhadap
informasi yang diterima dari orang yang mereka percaya. Dalam
KRR sumber informasi terpercaya ini perlu dipelajari, apakah
institusi pemerintah, tokoh masyarakat, teman sebaya, orang tua
atau para tenaga medis. Menyarankan setidaknya empat faktor

8
yang harus diperhitungkan dalam memilih sumber
informasi/komunikator, yaitu : kredibilitas komunikator, terus
menerus melakukan perubahan perilaku, jarak kelas sosial antara
komunikator dan sasaran, dan jenis sumber informasi.
c. Isi Pesan (Message)
Isi pesan mempunyai dua tujuan, yaitu untuk memberikan
informasi kepada sasaran dan meyakinkan sasaran terhadap nilai
suatu informasi tersebut. Sedangkan mencatat berbagai
karakteristik isi pesan yang mempengaruhi proses komunikasi,
yaitu :
1) Jumlah komunikasi, termasuk volume dan isi pesan yang
disampaikan kepada sasaran
2) Frekuensi komunikasi yang membahas topik yang spesifik
d. Saluran atau media (Channel or media)
Mengacu kepada definisi komunikasi massa yaitu sebagai
jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar, heterogen dan anonim, melalui media cetak dan elektronis
sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat maka media massa berfungsi untuk membuat orang tertarik,
sebagai sumber informasi, merubah sikap dan menstimulasi
perubahan perilaku.

B. Konsep Manajemen Nyeri


1. Pengertian
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri
adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang
tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan
yang nyata, berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan. Secara umum nyeri dapat didefinisikan sebagai suatu rasa
yang tidak nyaman baik ringan maupun berat. Nyeri dapat dibedakan
nyeri akut dan nyeri kronis (Priharjo, 1993). Nyeri juga merupakan

9
mekanisme protektif bagi tubuh, yang timbul bila jaringan rusak dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa
nyeri tersebut. Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional
yang tidak menyenagkan yang dihubungkan dengan kerusakan
jaringan yang telah atau akan terjadi yang digambarkan dengan kata-
kata kerusakan jaringan ( Torrance, 1997).
Manajemen nyeri suatu pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan,
pada orang lain ataupun diri sendiri.

2. Penyebab Nyeri
a. Trauma
1) Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka
dan lain-lain.
2) Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat   panas, dingin, misal karena api dan air.
3) Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam
atau basa kuat
4) Elektrik

Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai


reseptor rasa   nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan
luka bakar.

b. Neoplasma
1) Jinak
2) Ganas

10
c. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor
akibat adanya    peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
Misalnya : abses
d. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
e. Trauma psikologis

3. Sifat-Sifat Nyeri
a. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi.
b. Nyeri bersifat subjektif dan indvidual.
c. Nyeri tidak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab
darah.
d. Perawat hanya dapat mengkaji nyri pasien dengan melihat
perubahan fisiologis tingkah laku dan dari  pernyataan klien
e. Hanya klien yang tau kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya.
f. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis.
g. Nyeri merupakan tanda adanya kerusakan jaringan.
h. Nyeri mengawali ketidakmampuan.
i. Perspsi yang salah mengenai nyeri menyebabkan manajemen
nyeri jadi tidak optimal.

4. Macam-macam nyeri
Berdasarkan sumbernya nyeri dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Cutaneus superficial, yaitu nyeri yang mengenai jaringan sub
kutan, biasanya bersifat burning (seperti terbakar). Contoh :
terkena ujung pisau atau gunting.

11
b. Deepsomatic (nyeri dalam), yaitu nyeri yang muncul dari ligamen,
pembuluh darah, tendon dan saraf, mnyebar dan lebih lama dari
cutaneus. Contoh : sprain    sendi.
c. Viseral (pada organ dalam), yaitu stimulasi reseptor nyeri didalam
rongga abdomen, cranium, thorax. Biasanya terjadi karena spasme
otot, iskemia.

Berdasarkan penyebab, nyeri dibagi 2 yaitu :

a. Nyeri fisik, bisa terjadi karena stimulasi fisik.contoh fraktur femur.


b. Nyeri Psikogenik, terjadi karena sebab yang kurang jelas atau
susah diidentifikasi,    bersumber dari emosi atau psikis dan
biasanya tidak disadari. Contoh : orang yang    marah tiba-tiba
merasa nyeri pada dadanya.

Bedasarkan lama atau durasinya, nyeri dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Nyeri akut adalah nyeri dengan tanda inflamasi, biasanya


berlangsung beberapa    hari sampai proses penyembuhan. Tanda-
tanda utama inflamasi adalah: rubor (kemerahan jaringan), kalor
(kehangatan jaringan), tumor (pembengkakan jaringan), dolor
(nyeri jaringan), fungsio laesa (kehilangan fungsi jaringan).
b. Nyeri kronik adalah nyeri tanpa tanda inflamasi, waktu
berlangsungnya lama atau    merupakan ikutan dari proses akut,
dimana nyeri masih berlangsung meskipun kerusakan jaringan
sudah sembuh. Nyeri kanker merupakan kombinasi dari nyeri akut
dan nyeri kronis dimana ada suatu proses inflamasi kemudian nyeri
berlangsung terus- menerus sesuai dengan perkembangan
kankernya, bilamana kanker tidak ditangani.

12
Berdasarkan lokasi atau letak, nyeri dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Radiating pain: nyeri yang mnyebar dari sumber nyeri ke jaringan


yang didekatnya. Contoh : nyeri kardiak.
b. Referred pain : nyeri dirasaan pada baian tubuh tertentu yang
diperkirakan berasal dari jaringan penyebab.
c. Intrcable pain: nyeri yang susah dihilangkan . contoh nyeri kanker
maligna
d. Phantom pain : Nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang
hilang. Contoh bagian tubuh yang diamputasi.

5. Fisiologi Nyeri
Banyak teori yang berusaha menjelaskan dasar neurology dari
nyeri. Untuk memudahkan memahami fisiologis nyeri maka perlu
mempelajari tiga komponen fisiologi berikut ini :
a. Reaksi : respon fisiologis dan prilaku setelah mempersepsikan
nyeri  resepsi.
b. Resepsi : proses perjalanan nyeri
c. Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri.

Adanya stimulus yang mengenai tubuh ( mekanik, termal, kimia) ,


akan menyebabkan pelepasan subtansi kimia, seperti histamine,
bradikinin, kalium. Substansi tersebut mnyebabkan nosi resetor
bereaksi. Apabila nosi reseptor mencapai ambang nyeri, maka akan
timbul Impuls saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer.
Sarabut saraf perifer yang akan membawa impuls saraf ada 2 jenis,
yaitu : serabut A delta dan serabut C. impuls saraf akan dibawa
sepanjang serabut saraf sampai ke cornudorsalis medulla spinalis.
Impuls saraf tersebut akan mnyebabkan cornudorsalis melepasakan

13
neurotransmitter ( substansi P). substang P ini menyebabkan transmisi
sinap dari saraf perifer kesaraf traktus spinotalamus. Hal ini
memngkinkan impuls saraf ditransmisikan lebih jauh kedlam system
saraf pusat. Setelah impuls saraf sampai di otak, otak akan mengolah
impuls saraf kemudian akan timbul reflek protektif. Contoh : apabila
tangan terkena strika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan
juga mealkukan refllek dengan mnarik tangan dari permukaan strika.

6. Respon fisiologis terhadap nyeri


a. Stimulasi Simpatik :nyeri ringan, moderat, dan superficial)
1) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
2) Peningkatan heart rate
3) Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
4) Peningkatan nilai gula darah
5) Diaphoresis
6) Peningkatan kekuatan otot
7) Dilatasi pupil
8) Penurunan motilitas GI
b. Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
1) Muka pucat
2) Otot mengeras
3) Penurunan HR dan BP
4) Nafas cepat dan irreguler

        Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:

a. Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)


b. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
c. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan
gerakan jari &    tangan.

14
d. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,
Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd
aktivitas menghilangkan  nyeri)

   Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi


sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau
menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu
terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan
nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena
menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.

Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:

1) Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)


Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena
fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan
seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri
tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam
memberikan informasi pada klien.
2) Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu
bersifat subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-
beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang
dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi
terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil,
sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah
merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi
tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya
orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya
mencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan
bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang

15
sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin
tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin
merasakan nyeri lebih besar. Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan
berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh.
Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk
mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus
melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan
nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu
tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan
bantuan perawat untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara
efektif.
3) Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase
ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat
krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri.
Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat
(aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan
dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut
akan kemungkinan nyeri berulang.

7. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri


a. UsiaAnak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat
harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan
fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,
karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus
dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau
meninggal jika nyeri diperiksakan.
b. Jenis kelaminGill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak
berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih

16
dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki
mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
c. KulturOrang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya
mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah
menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus
diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak
mengeluh jika ada nyeri.
d. Makna nyeriBerhubungan dengan bagaimana pengalaman
seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.
e. PerhatianTingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada
nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990),
perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon
nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan
tehnik untuk mengatasi nyeri.
f. AnsietasCemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri
bisa menyebabkan seseorang cemas.
g. Pengalaman masa laluSeseorang yang pernah berhasil mengatasi
nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia
akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang
mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam
mengatasi nyeri.
h. Pola kopingPola koping adaptif akan mempermudah seseorang
mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan
menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
i. Support keluarga dan sosialIndividu yang mengalami nyeri
seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat
untuk memperoleh dukungan dan perlindungan
j. Intensitas Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa
parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri
sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam

17
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan
respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan
gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :

a. Skala intensitas nyeri deskritif


b. Skala identitas nyeri numeric
c. Skala analog visual
d. Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :

0 :Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi


dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai,


dapat menunjukkan       lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,
dapat mengikuti perintah dengan baik.

18
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi        masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat      mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi


berkomunikasi, memukul.

8. Penanganan Nyeri
Dalam penanganan nyeri, perawat terlebih dahulu mengkaji tingkat
nyeri yang dirasakan pasien. Hal ini dikarenakan nyeri merupakan
pengalaman interpersonal, sehingga perawat harus menanyakannya
secara langsung kepada klien karakteristik nyeri dengan P. Q. R. S. T.
a. Provoking : Penyebab
b. Quality      : Kwalitas
c. Region       : Lokasi
d. Severate      : Skala
e. Time           : Waktu
a. Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi :
 Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superfisial
 Posisi atau lokasi nyeri

Nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh


klien; sedangkan nyeri yang timbul dari bagian dalam (viscera) lebih
dirasakan secara umum.

Nyeri dapat pula dijelaskan menjadi empat kategori, yang


berhubungan dengan lokasi:

 Nyeri terlokalisir : nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya

19
 Nyeri Terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf spesifik
 Nyeri Radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak
dapat dilokalisir
 Reffered Pain (Nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang jauh
dari area rangsang nyeri.
b. Intensitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri :
 Distraksi atau konsentrasi dari klien pada suatu kejadian
 Status kesadaran klien
 Harapan klien
 Nyeri dapat berupa : ringan, sedang, berat atau tak tertahankan.
Perubahan dari intensitas nyeri dapat menandakan adanya
perubahan kondisi patologis dari klien.

c. Waktu dan Lama (Time & Duration)


Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul;
berapa lama; bagaimana timbulnya dan juga interval tanpa nyeri dan
kapan nyeri terakhir timbul.
d. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala
mungkin dikatakan “ada yang membentur kepalanya”, nyeri abdominal
dikatakan “seperti teriris pisau”.
e. Perilaku Non Verbal
Beberapa perilaku nonverbal yang dapat kita amati antara lain :
ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah dan lain-lain.
f. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan nyeri :
lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba, stressor fisik dan
emosi.

20
1) Tindakan Farmakologis
Terapi farmakologis untuk menanggulangi nyeri dengan cara
memblokade transmisi stimulan nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan
dengan mengurangi respon kortikal terhadap nyeri. Adapun obat yang
digunakan untuk terapi nyeri adalah
a) Analgesik Narkotik
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional
dari pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan
perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman
meskipun nyerinya masih timbul.
Derivat Opiat (morphin dan codein) merupakan obat yang paling
umum digunakan untuk mengatasi nyeri pada klien, untuk nyeri sedang
hingga nyeri yang sangat berat. Pengaruhnya sangat bervariasi
tergantung fisiologi klen itu sendri. Klien yang sangat muda dan sangat
tua adalah yang sensitif terhadap pemberian analgesik ini, dan hanya
memerlukan dosis yang sangat rendah untuk meringankan nyeri
(long,1996).
b) Analgesik Lokal
Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat
diberikan langsung keserabut saraf.
c) Analgesik yang dikontrol klien
Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari impus yang diisi
narotika menurut resep, dipasang dengan pengatur padalubang injeksi
intravena.
d) Obat – obat nonsteroid
Obat-obat non steroid non inflamasi bekerja terutama terhadap
penghambat sintesa prostaglandin. Pada dosis rendah obat-obat ini
bersifat analgesik. Pada dosis tinggi obat ini bersifat anti
inflamatori,sebagai tambahan dari khasiat analgesik.

21
2) Tindakan Non Farmakologis
Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis untuk
menanggulangi nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi
nyeri terdiri dari beberapa tindakan penaganan berdasarkan :

o Penanganan fisik/stimulasi fisik meliputi :

a) Stimulasi kulitMasase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan


ketegangan otot, rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang
serabut berdiameter besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan
impuls nyeri. Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
 Kompres dingin
 Analgesics ointments
 Counteriritan, seperti plester hangat.
 Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang
berlawanan  dengan area yang nyeri.

b) Stimulasi electric (TENS)


TENS merupakan stimulasi pada kulit dengan mnggunakan arus
listrik ringan yang dihantarkan melalui elektroda dari luar.
c) Akupuntur
Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah lama dilakukan
untuk mengobati    nyeri, jarum-jarum kecil yang ditusukkan pada kulit,
bertjuan untuk menyentuh  titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi
nyeri, yang dapat memblok transmisi ke otak.
d) Plasebo

22
Dalam bahasa latin berarti ”saya ingin menyenangkan merupakan
Zat tanpa  kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal klien
sebagai obat, seperti tablet,kapsul, cairan injeksi dan sebagainya”.
Plasebo merupakan jenis dari  tindakan, seperti pada intervensi
keperawatan yang menghasilkan efek pada klien       dikarenakan adanya
suatu kepercayaan daripada kandungan fisik atau kimianya (McCaffery,
1982:22). Pengobatannya tidak mengandung komponen obat analgesik
(seperti : gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini
dapat menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus
mempunyai izin         dari dokter.\

3) Intervensi perilaku kognitif meliputi :


a) Relaksasi
Merupakan teknik untuk mengurangi ketegangan otot skeletal dan
menurunkan kecemasan. Teknik relaksasi dijarkan beberapa kali agar
mencapai hail yang optimal, tujuannya agar dapat merubah perepsi
pasien terhadap nyeri. Contohnya adalah yoga

Efek positif relaksasi pada klien yang menderita nyeri adalah:

 Memperbaiki kualitas tidur


 Memperbaiki kemampuan pemecahan masalah
 Menurunkan fatigue
 Meningkatkan kepercayaan diri dan self control dalam koping
terhadap nyeri
 Distraksi nyeri
 Meningkatkan efektifitas terhadap tindakan lain untuk mengurangi
nyeri
 Memperbaiki kemampuan dalam toleransi

23
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan
beberapa keuntungan, antara lain :

1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau


stres
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri

Menganjurkan beberapa teknik relaksasi berikut :

1. Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru


2. Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor
dan rasakan betapa nyaman hal tersebut
3. Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
4. Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-
lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada
klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan
dan hangat. kelompok otot-otot lain
5. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan.
Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

b) Hypnosis
Membantu mngubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif
c) Umpan balik biologis
Terapi perilaku yang dilakukan dangan memberikan individu
informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control

24
volunteer terhadap respon tersebut efektif untuk mengatasi ketegangan
otot dan migrant, dengan cara memasang elektroda pada pelipis
d) Distraksi
Memfokuskan perhatian klien pada hal lain diluar nyeri.Didasari
landasan teori bahwa jika bagian retikuler ‘brain stem’ memperoleh
input sensori yang cukup, akan menyebabkan gagalnya atau blockade
sensasi lain termasuk nyeri.Distraksi sangat baik dilakukan sebelum
timbul nyeri ataupun segera setelah nyeri timbul.Baik untuk nyeri
dengan skala sedang sampai berat, tetapi distraksi tidak dapat dipakai
terus-menerus untuk periode lama dan dapat menyebabkan peningkatan
fatigue dan nyeri secara bersamaan. Efektif dilakukan pada anak-anak
Beberapa contoh teknik distraksi:
1. Visual distraction –Memfokuskan pada satu subjek atau titik dan
menjelaskan secara detail, menghitung objek, membaca atau menonton
televisi
2. Auditory distraction –Mendengarkan musik, mendengarkan cerita
3. Tactil kinesthetic distraction –Memeluk orang yang dicintai, boneka,
nafas lambat dan ritmik
4. Project distraction –Memainkan permainan yang menantang misalnya
puzzle, computer game,dll
5. Guided Imagery (Imajinasi terbimbing)
Lebih efektif untuk klien yang mengeluh nyeri kronik daripada akut.
Contoh: perawat duduk dekat pasien tetapi tidak menyentuhnya,
dengan suara lembut, tenang dan halus membawa klien ke suasana
yang disenangi oleh klien.

25
BAB III
LAPORAN PENDIDIKAN PENYULUHAN KESEHATAN

Mata Ajar : Promosi Kesehatan

Pokok Bahasa : Manajemen Nyeri

Sub Pokok Bahasa : Teknik Distraksi dan Relaksasi

Sasaran : Ny. A dan keluarga

Tempat : RSUD Dr.Kanujoso Djatiwibowo diruang Soka

Hari/Tanggal : 7 November 2019

Waktu : 10.00 – 10.25

A. Tujuan Umum

26
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran mampu mengetahui
tentang Teknik Distraksi dan Relaksasi.

B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 45 menit, diharapkan pasien dan
keluarga dapat:
1. Menyebutkan pengertian teknik distraksi dan relaksasi dengan benar.
2. Menyebutkan 3 dari 5 jenis-jenis teknik distraksi dan relaksasi dengan
benar.
3. Menyebutkan dan mengetahui tujuan distraksi dan relaksasi dengan
benar.
4. Menyebutkan 3 dari 5 manfaaat latihan teknik distraksi dan relaksasi.
5. Menyebutkan 4 dari 8 tips melakukan teknik distraksi dan relaksasi.
6. Dapat mengplikasikan penatalaksanaan distraksi dan relaksasi.

C. Materi
1. Pengertian teknik distraksi dan relaksasi.
2. Jenis-jenis teknik distraksi dan relaksasi.
3. Tujuan teknik distraksi dan relaksasi.
4. Manfaat teknik distraksi dan relaksasi.
5. Tips melakukan teknik distraksi dan relaksasi.
6. Penatalaksanaan teknik distraksi dan relaksasi.

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Media
1. Leaflet

F. Evaluasi

27
Menanyakan pada peserta penyuluhan tentang:
1. Pengertian teknik distraksi dan relaksasi
2. Tujuan teknik distraksi dan relaksasi
3. Manfaat teknik distraksi dan relaksasi
4. Jenis-jenis teknik distraksi dan relaksasi
5. Penatalaksanaan teknik distraksi dan relaksasi

G. Sumber
Alimul, A., A,. A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Daftar Tilik Kebutuhan Dasar Manusia
Potter, P.,A & Perry, A.,G.(2005). Buku ajar fundamental keperawatan:
Konsep,proses,dan praktik (edisi 4) Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-
bedah Brunner & Suddarth (Edisi 8). Jakarta: EGC.
Diposting 20th February 2016 oleh Unknown

H. Proses Penyuluhan

N KEGIATAN WAKTU PENYAJI SASARAN


O

1 Pembukaan 5 menit  Mengucapkan salam Memperhatikan


 Memperkenalkan
diri

 Kontrak waktu

 Menjelaskan tujuan

28
pembelajaran. Menjawab Pertanyaan

 Apersepsi Memperhatikan

 Menjelaskan
cakupan materi yang
akan dibahas.

2 Penyajian bahan 10 menit 1. Menjelaskan  Mendengarkan


tentang: pengertian teknik  Mempertahankan
distraksi dan kontak mata
1. Menjelaskan
relaksasi
pengertian teknik
2. Menjelaskan jenis-
distraksi dan
jenis teknik
relaksasi
distraksi dan
2. Menjelaskan jenis-
relaksasi
jenis teknik
distraksi dan
relaksasi

3. Memberikan
3. Evaluasi formatif
pertanyaan

4. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan tujuan
distraksi dan
distraksi dan
relaksasi
relaksasi  Menjawab
5. Menjelaskan
5. Menjelaskan Pertanyaan
manfaat distraksi
manfaat distraksi
dan relaksasi
dan relaksasi

29
6. Evaluasi formatif  Mendengarkan
 Mempertahankan
6. Memberikan
kontak mata
7. Menjelaskan tips pertanyaan
distraksi dan
7. Menjelaskan tips
relaksasi
distraksi dan
8. Menjelaskan
relaksasi
penatalaksanaan
8. Menjelaskan
distraksi dan
penatalaksanaan
relaksasi.
distraksi dan
relaksasi.  Menjawab
Pertanyaan

 Mendengarkan
 Mempertahankan
kontak mata

3 Evaluasi 5 menit 1.   Memberi kesempatan


kepada peserta untuk
bertanya untuk  Menjawab

mengevaluasi pertanyaan

peserta,apakah peserta
dapat menjelaskan

30
kembali materi penkes
dengan bertanya

2.    Menyimpulkan kembali
materi yang disajikan

3.   Diharapkan 30%
memahami materi

4 Penutup 5 menit 1.   Penyaji mengucapkan 1.      Menjawab salam


terima kasih

2.   Mengucapkan salam
penutup

I. Uraian Materi Penyuluhan

TEKNIK DISTRAKSI DAN RELAKSASI

A. Pengertian

Tehnik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke


stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori
bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. jika seseorang menerima
input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri

31
ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien),. Stimulus yang
menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga
stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri
secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu,
banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam
stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan
mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu
indera saja (Tamsuri, 2007).

Relaksasi adalah kegiatan yang memadukan otak dan otot. Otak yang


"lelah" dibuat tenang dan otot yang tegang dibuat relaks. Jika seseorang
melakukan relaksasi, puncaknya adalah fisik yang segar dan otak yang siap
menyala kembali. Oleh karena itu, relaksali melibatkan komponen-komponen
penting tubuh yang secara terus menerus dipakai, misalnya pancaindra,
pernapasan, aliran darah, (sistem kardiovaskuler), otak dan otot-otot rangka.

B. Jenis Tekhnik Distraksi antara lain :


1. Distraksi visual
2. Distraksi pendengaran
3. Distraksi pernafasan
4. Distraksi intelektual
5. Imajinasi terbimbing
C. Jenis-jenis relaksasi:
1. Relaksasi pernafasan (Nafas dalam)

D. Tujuan

Tujuan  dari penggunaan teknik distraksi, yaitu agar seseorang yang menerima


teknik ini merasa lebih nyaman, santai, dan merasa berada pada situasi yang lebih
menyenangkan.

32
E. Manfaat Latihan Relaksasi dan Distraksi
1. Membuat lebih mampu menghindari stress
2.  Mengurangi bahkan mengatasi masalah yang berhubungan dengan
stressseperti: sakit kepala, pusing, sulit tidur, hipertensi, mual, muntah,
nyeri punggung dan nyeri lainnya.
3. Menurunkan dan mengatasi kecemasan
4. Membantu menyembuhkan penyakit tertentu seperti darah tinggi dsb
5. Meningkatkan penampilan kerja dan social

F. Tips Melakukan Relaksasi dan Distraksi


1. Dilakukan secara rutin dan teratur atau 2x sehari, sebelum makan, hendak
tidur
2. Dilakukan dengan santai
3. Pikiran tidak terfokus pada penyakit atau perasaan anda
4. Cari tempat yang nyaman seperti sofa atau tempat tidur
5. Longgarkan pakaian yang terasa sempit, lepas jam tangan, kaca mata dan
libatkan semua panca indra ikat pinggang bila anda memakainya
6. Hilangkan pikiran yang mengganggu, kamar diberi penerangan yang
cukup
7. Siapkan diri anda sesantai-santainya, duduklah atau berbaringlah ditempat
yang anda pilih senyaman-nyamannya.
8. Libatkan semua panca indera

G. Penatalaksanaan
Langkah-langkah relaksasi pernapasan menurut daftar tilik kebutuhan
dasar manusia , yaitu sebagai berikut :

33
1. Anjurkan kepada pasien/keluarga untuk posisi setengah duduk dengan
kaki ditekuk, punggung disangga, kepala diberi bantal atau dengan posisi
supinasi kepala diberi bantal dan kaki dibagian lutut ditekuk.
2. Tempelkan satu atau kedua tangan pasien diatas abdomen, tepat tulang iga
3. Anjurkan pasien/keluarga untuk bernafas melalui hidung dengan mulut
tertutup dan relaksasi, dengan menunduk dan berkonsentrasi pada
abdomen jika memungkinkan.
4. Jika pasien/keluarga mendapatkan kesulitan pasien/keluarga dibantu
dengan inhalasi melalui hidung
5. Menganjurkan pasien/keluarga untuk mengerutkan bibir seolah bersiul
untuk mengeluarkan nafas secara perlahan dan tenang, membuat bunyi
yang pelan tidak menggembungkan pipi, mengkonsentrasikan turun
naiknya perut dan kontraksi otot abdomen dan ekspresi

Langkah-langkah distraksi yaitu sebagai berikut:

1. Distraksi Visual dengan Melihat pertandingan, menonton televisi,


membaca koran, melihat pemandangan dan gambar termasuk distraksi
visual.
2. Distraksi pendengaran dengan mendengarkan musik yang disukai atau
suara burung serta gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik
yang disukai dan musik tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk
berkosentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk
menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu seperti bergoyang,
mengetukkan jari atau kaki. (Tamsuri, 2007)
a. Musik klasik salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian banyak
karya musik klasik, sebetulnya ciptaan milik Wolfgang Amadeus
Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan. Beberapa penelitian
sudah membuktikan, Mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyeri
fisik. Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan
Don Campbell. Mereka mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”.

34
b. Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi
pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan
daerah kreatif dan motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah
kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak
berarti karya komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan
(Andreana, 2006)
3. Distraksi pernafasan dengan bernafas ritmik, anjurkan klien untuk
memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan
inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan
kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan
menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk
berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi
ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan
ritmik. Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan
pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase pada
bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau
gerakan memutar di area nyeri.
4. Distraksi intelektual antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain
kartu, melakukan kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan
perangko, menulis cerita.
5. Imajinasi terbimbing adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang
menyenangkan dan mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta
berangsur-angsur membebaskan diri dari dari perhatian terhadap nyeri.

J. Hambatan dan Pendukung


Hambatan dalam menyampaikan pesan kepada pasien:
1. Baru pertama kali dalam melakukan penyampaian informasi terkait
dengan SAP
2. Terkadang terpaku pada teks atau leaflet dalam menyampaikan materi

Pendukung dalam menyampaikan pesan kepada pasien:

35
1. Lingkungan yang kondusif atau mendukung dalam komunikasi.
2. Pasien menerima apabila perawat melakukan intervensi kepada pasien
terkait materi yang disampaikan.
3. Perawat percaya diri dalam menyampaikan materi.
4. Pasien mendengarkan dan mempraktekkan sesuai arahan.

36
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Evaluasi Struktur
Persiapan media dibuat bersama oleh kelompok. Media yang digunakan
dalam penyuluhan tentang teknik distraksi menggunakan leaflet yang dibuat
berdasarkan konsep dan teori dari materi SAP.
Tempat penyuluhan di Ruang Soka RS. Kanudjoso Djatiwibowo pada
tanggal 7 November 2019.
B. Evaluasi Proses
Penyuluhan berlangsung dengan lancar dan Ny. A memahami materi
penyuluhan yang diberikan. Ny. A memperhatikan materi sebanyak 90%
Selama pelaksanaan penyuluhan, suasana tenang, Ny. A mengikuti dengan
aktif dan memberikan pertanyaan.
Penyuluhan berlangsung selama 25 menit
C. Evaluasi Hasil
Ny. A mampu mengulang materi tentang distraksi dilihat dari ketika
pertanyaan yang kami berikan.
Ny. A dapat mempraktikkan teknik distraksi setelah dilakukan simulasi
yang kami berikan.

37
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Kesehatan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat,
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
atau promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk
mengunggah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pemeliharaan dan penigkatan kesehatan bagi dirinya
sendiri, keluarganya maupun masyarakatnya. Tehnik distraksi adalah
pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain
Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa
aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. Relaksasi adalah kegiatan
yang memadukan otak dan otot. Otak yang "lelah" dibuat tenang dan otot
yang tegang dibuat relaks. Jika seseorang melakukan relaksasi, puncaknya
adalah fisik yang segar dan otak yang siap menyala kembali. Tujuan  dari
penggunaan teknik distraksi agar seseorang yang menerima teknik ini
merasa lebih nyaman, santai, dan merasa berada pada situasi yang lebih
menyenangkan.

B. Saran
Kami penyusun berharap laporan ini dapat menjadi pengetahuan
yang berguna bagi para pembaca dan dapat menjadi pelajaran dalam
rangka mengetahui dan mempelajari proses metabolism di dalam tubuh
manusia.
Akhir kata, kami penyusun mengucapkan mohon maaf apabila
terdapat banyak kekurangan pada makalah ini yang kurang berkenan.
Kami sebagai mahasiswa yang masih membutuhkan kritik dan saran untuk
memperbaiki kekurangan pada laporan ini.

38
Lampiran Leaflet

39
40

Anda mungkin juga menyukai