SAP Kelompok Teknik Distraksi Dan Relaksasi Revisi
SAP Kelompok Teknik Distraksi Dan Relaksasi Revisi
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penyusun ucapkan semoha makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua orang yang membaca makalah ini.
Terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
C. Manfaat.........................................................................................................3
A. Pendidikan Kesehatan...................................................................................4
ii
A. Tujuan Umum.............................................................................................25
B. Tujuan Khusus............................................................................................25
C. Materi..........................................................................................................25
D. Metode........................................................................................................26
E. Media..........................................................................................................26
F. Evaluasi.......................................................................................................26
G. Sumber.........................................................................................................26
H. Proses Penyuluhan.......................................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................34
BAB V PENUTUP.................................................................................................35
A. Kesimpulan.................................................................................................35
B. Saran............................................................................................................35
Lampiran Leaflet....................................................................................................36
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyuluhan bertujuan dalam mencapai perubahan perilaku
individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan memelihara
perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Maharani, 2013).
Penyuluhan kesehatan berperan penting, karena saat ini banyak terjadinya
perubahan gaya hidup di dalam masyarakat.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak
luput juga kemajuan ilmu dibidang kesehatan dan semakin canggihnya
teknologi banyak pula ditemukan berbagai macam teori baru, penyakit
baru dan bagaimana pengobatannya. Manajemen nyeri merupakan salah
satu cara yang digunakan dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang
dialami oleh pasien. Pemberian analgesik biasanya dilakukan untuk
mengurangi nyeri. Teknik relaksasi merupakan salah satu metode
manajemen nyeri non farmakologi dalam strategi penanggulangan nyeri,
disamping metode TENS (Transcutaneons Electric Nerve Stimulation),
biofeedack, plasebo dan distraksi. Relaksasi merupakan kebebasan mental
dan fisik dari ketegangan dan stress, karena dapat mengubah 2 persepsi
kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik relaksasi membuat pasien
dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress
fisik dan emosi pada nyeri. Pemberian analgesik dan pemberian narkotik
untuk menghilangkan nyeri tidak terlalu dianjurkan karena dapat
mengaburkan diagnosa. Perawat berperan dalam mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan pasien dan membantu serta menolong pasien dalam
memenuhi kebutuhan tersebut termasuk dalam manejemen nyeri. Secara
garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen
farmakologi dan manajemen non farmakologi.
Manajemen nyeri dengan melakukan teknik 3 relaksasi merupakan
tindakan eksternal yang mempengaruhi respon internal individu terhadap
1
nyeri. Manajemen nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup latihan
pernafasan diafragma, teknik relaksasi dan meditasi, beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam
menurunkan nyeri pasca operasi.
Di Rumah Sakit dr Kanudjoso Djatiwibowo, khususnya di Ruang
Soka. Mayoritas penyakit yang dialami oleh pasien yaitu berhubungan
dengan adanya gangguan pada sistem pencernaan. Terdapat banyak kasus
pada gangguan sistem pencernaan mulai dari kasus bedah hingga kasus
medis, yang tentunya akan berhubungan dengan diangkatnya diagnosa
nyeri akut yang menjadi diagnosa prioritas utama di sebagian besar pasien
di Ruang Soka.
Sehingga penulis mengambil salah satu kasus pada pasien di
Ruang Soka yang berhubungan dengan gangguan pada sistem pencernaan
yaitu penyakit appendisitis. Dalam penyuluhan kesehatan, penulis lebih
memprioritaskan diagnosa nyeri akut karena merupakan prioritas masalah
utama pada pasien dan kurangnya pengetahuan pasien mengenai
manajemen nyeri. Sehingga penyuluhan yang akan dibahas adalah
manajemen nyeri dengan menggunakan teknik relaksasi dan distraksi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar dapat mengetahui tentang penyuluhan kesehatan serta
gambaran nyeri, jenis, serta manajemen nyeri .
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan materi
penyuluhan secara sistematis dan benar.
b. Mahasiswa dapat mengetahui ruang lingkup pendidikan
penyuluhan.
c. Mahasiswa menguasai alat bantu dan media yang digunakan dalam
penyuluhan.
2
C. Manfaat
Penyusunan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara
teoritis laporan ini berguna sebagai pengembangan pengetahuan mengenai
pendidikan dan penyuluhan kesehatan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang
berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan
pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perorangan,
masyarakat dan bangsa. Kesemuanya ini dipersiapkan dalam rangka
mempermudah diterimanya secara sukarela perilaku yang akan
meningkatkan atau memlihara kesehatan (Wood, 1992 dalam Azwar
1983).
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan
perseorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah sesuatu
yang dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula
sesuatu rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil
yang akan dicapai, melainkan suatu proses perkembangan yang selalu
berubah secara dinamis dimana seseorang dapat menerima atau
menolak keterangan baru, sikap baru dan perilaku baru yang ada
hubungannya dengan tujuan hidup sehat (Nyswander, 1947 dalam
Azwar 1983 ).
Dari berbagai pengertian tentang pendidikan kesehatan di atas,
maka dapat ditarik kesimpulan tentang pendidikan kesehatan seperti
yang ditetapkan oleh WHO (1945) bahwa pendidikan kesehatan
bertujuan untuk merubah perilaku seseorang dan atau masyarakat
dalam bidang kesehatan. (Azwar, 1983).
4
bersih dan sehat, serta meningkatnya peran serta aktif masyarakat
termasuk dunia usaha dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal (Dahroni, 1996) Adapun sasaran program
pendidikan kesehatan yang ditetapkan oleh Depkes RI (1998) antara
lain:
a. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi,
keluarga dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan
dampak yang bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat.
b. Meningkatnya pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan
terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan
gaya hidup dan perilaku seperti AIDS, Kanker, penyakit
jantung, ketergantungan obat dan minuman keras sehingga
angka kesakitan terhadap penyakit tersebut berkurang.
c. Meningkatnya peran swasta / dunia usaha dalam berbagai
upaya pembangunan kesehatan terutama pelayanan kesehatan
pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan yang selama ini
masih dibiayai pemerintah seperti imunisasi, foging untuk
DBD, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan
pemukiman.
d. Meningkatnya kreatifitas, produktifitas dan peran serta generasi
muda dalam mengatasi masalah kesehatan diri, lingkungan dan
masyarakat
e. Meningkatnya dan lebih rasionalnya pembiayaan kesehatan
yang berasal dari masyarakat termasuk swasta terutama melaui
penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan masyarakat dan
dikelola berdasarkan JPKM.
5
output. Metode pendidikan merupakan salah satu unsur input yang
berpengaruh pada pelaksanaan pendidikan kesehatan ( Soekidjo, 2003)
a. Metode Pendidikan Individu (perseorangan)
Bentuk pendekatan ini antara lain :
1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Cara ini memungkinkan kontak antara petugas dan klien
lebih intensif, sehingga petugas dapat membantu penyelesaian
masalah klien.
2) Interview (wawancara)
Metode ini bertujuan untuk menggali informasi dari klien
mengenai perilaku klien.
b. Metode pendidikan kelompok
1) Ceramah
Metode ini diperuntukan untuk kelompok besar dan baik
untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah
2) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok ini dimungkinkan apabila peserta
kegiatan kurang dari 15 orang dan termasuk ke dalam metode
kelompok kecil
3) Curah Pendapat
Metode ini merupakan modifikasi dari diskusi kelompok
dan mempunyai prinsip yang sama dengan diskusi kelompok.
Perbedaannya terletak pada permulaannya, dimana peserta
diberikan suatu masalah dan peserta kemudian memberikan
tanggapannya.
4) Bola Salju
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang dan
dua orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau
masalah. Kemudian tiap 2 pasang bergabung, mediskusikan
masalah yang sama dan menarik kesimpulan. Begitupun
seterusnya sampai terjadi suatu diskusi seluruh peserta.
6
5) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
6) Memainkan peran (role playing)
Beberapa anggota kelompok memainkan suatu peran,
kemudian mereka memperagakan, misalnya bagaimana
interaksi/komunikasi sehari-hari dalam menjalankan tugas.
7) Permainan stimulasi Metode ini merupakan gabungan dari
metode diskusi kelompok dan role play
c. Metode Pendidikan Massa
1) Ceramah umum
Penyajian materi di depan khalayak publik yang berjumlah
besar dan terutama disampaikan secara lisan.
2) Siaran Radio
Metodanya sama dengan ceramah, tetapi anak didik tidak
berada di dalam ruangan yang sama.
3) Siaran TV
Sama dengan radio, tetapi ditambah dengan gerakan d.
Media cetak Penyajian materi disampaikan secara tulisan.
4. Strategi Pendidikan Kesehatan
Menurut Soekidjo (2003) untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan kesehatan dilakukan strategi kegiatan sebagai berikut :
a. Penyebarluasan Informasi Kesehatan
Kegiatan ini meliputi pengkajian sosial budaya kesehatan,
sistem komunikasi dan teknologi yang tepat dalam pengembangan
masyarakat. Pengembangan penciptaan dan penyebarluasan bahan
pendidikan kesehatan melalui media massa agar pesan kesehatan
menjadi bagian yang terpadu dengan pesan pembangunan nasional.
b. Pengembangan Potensi Swadaya Masyarakat di Bidang Kesehatan
Kegiatan ini meliputi pengembangan sikap, kemampuan
dan motivasi LSM (lembaga swadaya masyarakat) dan organisasi
kemasyarakatan lainnya dalam pembudayaan hidup sehat dan
penyebarluasan metodologi pengembangan masyarakat melalui
7
ormas dan kelompok potensial lainnya. Pengembanagan kerja sama
yang paling menguntungkan antara pemerintah dan masyarakat
berpenghasilan tinggi guna menopang kesehatan masyarakat
miskin serta mengembangkan kelompok keluarga mandiri sebagai
teladan.
c. Pengembangan Penyelenggaraan Penyuluhan
Di selenggarakan melalui pengembanagan sikap,
kemampuan dan motivasi petugas kesehatan baik pemerintah
maupun swasta di bidang penyuluhan, institusi pendidikan dan
litbang serta pembentukan kemitraan antara pemerintah, kelompok
profesi dan masyarakat dalam penyelenggaraan penyuluhan.
5. Komponen Pendidikan Kesehatan
Azrul (1983) Pendidikan kesehatan adalah mendidik masyarakat
dengan cara berkomunikasi. Hal ini pada proses perencanaa informasi
yang akan dilakukan dalam rangka berkomunkasi dan mendidik
masyarakat adalah menentukan jenis media termasuk kombinasi media
yang akan digunakan dan dapat mencapai sasaran. Menurut Azrul
(1983) hal ini didasarkan pada prinsip komunikasi yang baik yang
sangat ditentukan oleh empat komponennya, yaitu : Sumber Informasi,
Isi Pesan, Media dan Sasaran.
a. Komunikan / sasaran (Receiver)
Penetuan kelompok sasaran sangat penting karena sasaran
yang satu akan berbeda dengan sasaran lainnya, sehingga isi pesan
yang sama mungkin akan diinterpretasikan berbeda oleh masing-
masing kelompok sasaran yang berbeda.
b. Komunikator / Sumber Informasi (Source)
Umumnya masyarakat cenderung percaya terhadap
informasi yang diterima dari orang yang mereka percaya. Dalam
KRR sumber informasi terpercaya ini perlu dipelajari, apakah
institusi pemerintah, tokoh masyarakat, teman sebaya, orang tua
atau para tenaga medis. Menyarankan setidaknya empat faktor
8
yang harus diperhitungkan dalam memilih sumber
informasi/komunikator, yaitu : kredibilitas komunikator, terus
menerus melakukan perubahan perilaku, jarak kelas sosial antara
komunikator dan sasaran, dan jenis sumber informasi.
c. Isi Pesan (Message)
Isi pesan mempunyai dua tujuan, yaitu untuk memberikan
informasi kepada sasaran dan meyakinkan sasaran terhadap nilai
suatu informasi tersebut. Sedangkan mencatat berbagai
karakteristik isi pesan yang mempengaruhi proses komunikasi,
yaitu :
1) Jumlah komunikasi, termasuk volume dan isi pesan yang
disampaikan kepada sasaran
2) Frekuensi komunikasi yang membahas topik yang spesifik
d. Saluran atau media (Channel or media)
Mengacu kepada definisi komunikasi massa yaitu sebagai
jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar, heterogen dan anonim, melalui media cetak dan elektronis
sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat maka media massa berfungsi untuk membuat orang tertarik,
sebagai sumber informasi, merubah sikap dan menstimulasi
perubahan perilaku.
9
mekanisme protektif bagi tubuh, yang timbul bila jaringan rusak dan
menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa
nyeri tersebut. Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional
yang tidak menyenagkan yang dihubungkan dengan kerusakan
jaringan yang telah atau akan terjadi yang digambarkan dengan kata-
kata kerusakan jaringan ( Torrance, 1997).
Manajemen nyeri suatu pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan,
pada orang lain ataupun diri sendiri.
2. Penyebab Nyeri
a. Trauma
1) Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas
mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka
dan lain-lain.
2) Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
3) Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam
atau basa kuat
4) Elektrik
b. Neoplasma
1) Jinak
2) Ganas
10
c. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor
akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
Misalnya : abses
d. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
e. Trauma psikologis
3. Sifat-Sifat Nyeri
a. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi.
b. Nyeri bersifat subjektif dan indvidual.
c. Nyeri tidak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab
darah.
d. Perawat hanya dapat mengkaji nyri pasien dengan melihat
perubahan fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien
e. Hanya klien yang tau kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya.
f. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis.
g. Nyeri merupakan tanda adanya kerusakan jaringan.
h. Nyeri mengawali ketidakmampuan.
i. Perspsi yang salah mengenai nyeri menyebabkan manajemen
nyeri jadi tidak optimal.
4. Macam-macam nyeri
Berdasarkan sumbernya nyeri dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Cutaneus superficial, yaitu nyeri yang mengenai jaringan sub
kutan, biasanya bersifat burning (seperti terbakar). Contoh :
terkena ujung pisau atau gunting.
11
b. Deepsomatic (nyeri dalam), yaitu nyeri yang muncul dari ligamen,
pembuluh darah, tendon dan saraf, mnyebar dan lebih lama dari
cutaneus. Contoh : sprain sendi.
c. Viseral (pada organ dalam), yaitu stimulasi reseptor nyeri didalam
rongga abdomen, cranium, thorax. Biasanya terjadi karena spasme
otot, iskemia.
12
Berdasarkan lokasi atau letak, nyeri dibagi menjadi 3 yaitu :
5. Fisiologi Nyeri
Banyak teori yang berusaha menjelaskan dasar neurology dari
nyeri. Untuk memudahkan memahami fisiologis nyeri maka perlu
mempelajari tiga komponen fisiologi berikut ini :
a. Reaksi : respon fisiologis dan prilaku setelah mempersepsikan
nyeri resepsi.
b. Resepsi : proses perjalanan nyeri
c. Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri.
13
neurotransmitter ( substansi P). substang P ini menyebabkan transmisi
sinap dari saraf perifer kesaraf traktus spinotalamus. Hal ini
memngkinkan impuls saraf ditransmisikan lebih jauh kedlam system
saraf pusat. Setelah impuls saraf sampai di otak, otak akan mengolah
impuls saraf kemudian akan timbul reflek protektif. Contoh : apabila
tangan terkena strika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan
juga mealkukan refllek dengan mnarik tangan dari permukaan strika.
14
d. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,
Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd
aktivitas menghilangkan nyeri)
15
sama. Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin
tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin
merasakan nyeri lebih besar. Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan
berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh.
Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk
mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus
melakukan pengkajian secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan
nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu
tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya membutuhkan
bantuan perawat untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri secara
efektif.
3) Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase
ini klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat
krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri.
Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat
(aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan
dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut
akan kemungkinan nyeri berulang.
16
dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki
mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
c. KulturOrang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya
mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah
menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus
diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak
mengeluh jika ada nyeri.
d. Makna nyeriBerhubungan dengan bagaimana pengalaman
seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.
e. PerhatianTingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada
nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990),
perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang
meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon
nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan
tehnik untuk mengatasi nyeri.
f. AnsietasCemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri
bisa menyebabkan seseorang cemas.
g. Pengalaman masa laluSeseorang yang pernah berhasil mengatasi
nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia
akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang
mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam
mengatasi nyeri.
h. Pola kopingPola koping adaptif akan mempermudah seseorang
mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan
menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
i. Support keluarga dan sosialIndividu yang mengalami nyeri
seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat
untuk memperoleh dukungan dan perlindungan
j. Intensitas Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa
parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri
sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam
17
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan
respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan
gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
18
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
8. Penanganan Nyeri
Dalam penanganan nyeri, perawat terlebih dahulu mengkaji tingkat
nyeri yang dirasakan pasien. Hal ini dikarenakan nyeri merupakan
pengalaman interpersonal, sehingga perawat harus menanyakannya
secara langsung kepada klien karakteristik nyeri dengan P. Q. R. S. T.
a. Provoking : Penyebab
b. Quality : Kwalitas
c. Region : Lokasi
d. Severate : Skala
e. Time : Waktu
a. Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi :
Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superfisial
Posisi atau lokasi nyeri
19
Nyeri Terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf spesifik
Nyeri Radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak
dapat dilokalisir
Reffered Pain (Nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang jauh
dari area rangsang nyeri.
b. Intensitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri :
Distraksi atau konsentrasi dari klien pada suatu kejadian
Status kesadaran klien
Harapan klien
Nyeri dapat berupa : ringan, sedang, berat atau tak tertahankan.
Perubahan dari intensitas nyeri dapat menandakan adanya
perubahan kondisi patologis dari klien.
20
1) Tindakan Farmakologis
Terapi farmakologis untuk menanggulangi nyeri dengan cara
memblokade transmisi stimulan nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan
dengan mengurangi respon kortikal terhadap nyeri. Adapun obat yang
digunakan untuk terapi nyeri adalah
a) Analgesik Narkotik
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional
dari pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan
perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman
meskipun nyerinya masih timbul.
Derivat Opiat (morphin dan codein) merupakan obat yang paling
umum digunakan untuk mengatasi nyeri pada klien, untuk nyeri sedang
hingga nyeri yang sangat berat. Pengaruhnya sangat bervariasi
tergantung fisiologi klen itu sendri. Klien yang sangat muda dan sangat
tua adalah yang sensitif terhadap pemberian analgesik ini, dan hanya
memerlukan dosis yang sangat rendah untuk meringankan nyeri
(long,1996).
b) Analgesik Lokal
Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat
diberikan langsung keserabut saraf.
c) Analgesik yang dikontrol klien
Sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari impus yang diisi
narotika menurut resep, dipasang dengan pengatur padalubang injeksi
intravena.
d) Obat – obat nonsteroid
Obat-obat non steroid non inflamasi bekerja terutama terhadap
penghambat sintesa prostaglandin. Pada dosis rendah obat-obat ini
bersifat analgesik. Pada dosis tinggi obat ini bersifat anti
inflamatori,sebagai tambahan dari khasiat analgesik.
21
2) Tindakan Non Farmakologis
Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis untuk
menanggulangi nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi
nyeri terdiri dari beberapa tindakan penaganan berdasarkan :
22
Dalam bahasa latin berarti ”saya ingin menyenangkan merupakan
Zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal klien
sebagai obat, seperti tablet,kapsul, cairan injeksi dan sebagainya”.
Plasebo merupakan jenis dari tindakan, seperti pada intervensi
keperawatan yang menghasilkan efek pada klien dikarenakan adanya
suatu kepercayaan daripada kandungan fisik atau kimianya (McCaffery,
1982:22). Pengobatannya tidak mengandung komponen obat analgesik
(seperti : gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini
dapat menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus
mempunyai izin dari dokter.\
23
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan
beberapa keuntungan, antara lain :
b) Hypnosis
Membantu mngubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif
c) Umpan balik biologis
Terapi perilaku yang dilakukan dangan memberikan individu
informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control
24
volunteer terhadap respon tersebut efektif untuk mengatasi ketegangan
otot dan migrant, dengan cara memasang elektroda pada pelipis
d) Distraksi
Memfokuskan perhatian klien pada hal lain diluar nyeri.Didasari
landasan teori bahwa jika bagian retikuler ‘brain stem’ memperoleh
input sensori yang cukup, akan menyebabkan gagalnya atau blockade
sensasi lain termasuk nyeri.Distraksi sangat baik dilakukan sebelum
timbul nyeri ataupun segera setelah nyeri timbul.Baik untuk nyeri
dengan skala sedang sampai berat, tetapi distraksi tidak dapat dipakai
terus-menerus untuk periode lama dan dapat menyebabkan peningkatan
fatigue dan nyeri secara bersamaan. Efektif dilakukan pada anak-anak
Beberapa contoh teknik distraksi:
1. Visual distraction –Memfokuskan pada satu subjek atau titik dan
menjelaskan secara detail, menghitung objek, membaca atau menonton
televisi
2. Auditory distraction –Mendengarkan musik, mendengarkan cerita
3. Tactil kinesthetic distraction –Memeluk orang yang dicintai, boneka,
nafas lambat dan ritmik
4. Project distraction –Memainkan permainan yang menantang misalnya
puzzle, computer game,dll
5. Guided Imagery (Imajinasi terbimbing)
Lebih efektif untuk klien yang mengeluh nyeri kronik daripada akut.
Contoh: perawat duduk dekat pasien tetapi tidak menyentuhnya,
dengan suara lembut, tenang dan halus membawa klien ke suasana
yang disenangi oleh klien.
25
BAB III
LAPORAN PENDIDIKAN PENYULUHAN KESEHATAN
A. Tujuan Umum
26
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran mampu mengetahui
tentang Teknik Distraksi dan Relaksasi.
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 45 menit, diharapkan pasien dan
keluarga dapat:
1. Menyebutkan pengertian teknik distraksi dan relaksasi dengan benar.
2. Menyebutkan 3 dari 5 jenis-jenis teknik distraksi dan relaksasi dengan
benar.
3. Menyebutkan dan mengetahui tujuan distraksi dan relaksasi dengan
benar.
4. Menyebutkan 3 dari 5 manfaaat latihan teknik distraksi dan relaksasi.
5. Menyebutkan 4 dari 8 tips melakukan teknik distraksi dan relaksasi.
6. Dapat mengplikasikan penatalaksanaan distraksi dan relaksasi.
C. Materi
1. Pengertian teknik distraksi dan relaksasi.
2. Jenis-jenis teknik distraksi dan relaksasi.
3. Tujuan teknik distraksi dan relaksasi.
4. Manfaat teknik distraksi dan relaksasi.
5. Tips melakukan teknik distraksi dan relaksasi.
6. Penatalaksanaan teknik distraksi dan relaksasi.
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media
1. Leaflet
F. Evaluasi
27
Menanyakan pada peserta penyuluhan tentang:
1. Pengertian teknik distraksi dan relaksasi
2. Tujuan teknik distraksi dan relaksasi
3. Manfaat teknik distraksi dan relaksasi
4. Jenis-jenis teknik distraksi dan relaksasi
5. Penatalaksanaan teknik distraksi dan relaksasi
G. Sumber
Alimul, A., A,. A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Daftar Tilik Kebutuhan Dasar Manusia
Potter, P.,A & Perry, A.,G.(2005). Buku ajar fundamental keperawatan:
Konsep,proses,dan praktik (edisi 4) Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-
bedah Brunner & Suddarth (Edisi 8). Jakarta: EGC.
Diposting 20th February 2016 oleh Unknown
H. Proses Penyuluhan
Kontrak waktu
Menjelaskan tujuan
28
pembelajaran. Menjawab Pertanyaan
Apersepsi Memperhatikan
Menjelaskan
cakupan materi yang
akan dibahas.
3. Memberikan
3. Evaluasi formatif
pertanyaan
4. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan tujuan
distraksi dan
distraksi dan
relaksasi
relaksasi Menjawab
5. Menjelaskan
5. Menjelaskan Pertanyaan
manfaat distraksi
manfaat distraksi
dan relaksasi
dan relaksasi
29
6. Evaluasi formatif Mendengarkan
Mempertahankan
6. Memberikan
kontak mata
7. Menjelaskan tips pertanyaan
distraksi dan
7. Menjelaskan tips
relaksasi
distraksi dan
8. Menjelaskan
relaksasi
penatalaksanaan
8. Menjelaskan
distraksi dan
penatalaksanaan
relaksasi.
distraksi dan
relaksasi. Menjawab
Pertanyaan
Mendengarkan
Mempertahankan
kontak mata
mengevaluasi pertanyaan
peserta,apakah peserta
dapat menjelaskan
30
kembali materi penkes
dengan bertanya
2. Menyimpulkan kembali
materi yang disajikan
3. Diharapkan 30%
memahami materi
2. Mengucapkan salam
penutup
A. Pengertian
31
ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien),. Stimulus yang
menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga
stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri
secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu,
banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam
stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan
mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu
indera saja (Tamsuri, 2007).
D. Tujuan
32
E. Manfaat Latihan Relaksasi dan Distraksi
1. Membuat lebih mampu menghindari stress
2. Mengurangi bahkan mengatasi masalah yang berhubungan dengan
stressseperti: sakit kepala, pusing, sulit tidur, hipertensi, mual, muntah,
nyeri punggung dan nyeri lainnya.
3. Menurunkan dan mengatasi kecemasan
4. Membantu menyembuhkan penyakit tertentu seperti darah tinggi dsb
5. Meningkatkan penampilan kerja dan social
G. Penatalaksanaan
Langkah-langkah relaksasi pernapasan menurut daftar tilik kebutuhan
dasar manusia , yaitu sebagai berikut :
33
1. Anjurkan kepada pasien/keluarga untuk posisi setengah duduk dengan
kaki ditekuk, punggung disangga, kepala diberi bantal atau dengan posisi
supinasi kepala diberi bantal dan kaki dibagian lutut ditekuk.
2. Tempelkan satu atau kedua tangan pasien diatas abdomen, tepat tulang iga
3. Anjurkan pasien/keluarga untuk bernafas melalui hidung dengan mulut
tertutup dan relaksasi, dengan menunduk dan berkonsentrasi pada
abdomen jika memungkinkan.
4. Jika pasien/keluarga mendapatkan kesulitan pasien/keluarga dibantu
dengan inhalasi melalui hidung
5. Menganjurkan pasien/keluarga untuk mengerutkan bibir seolah bersiul
untuk mengeluarkan nafas secara perlahan dan tenang, membuat bunyi
yang pelan tidak menggembungkan pipi, mengkonsentrasikan turun
naiknya perut dan kontraksi otot abdomen dan ekspresi
34
b. Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi
pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan
daerah kreatif dan motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah
kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak
berarti karya komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan
(Andreana, 2006)
3. Distraksi pernafasan dengan bernafas ritmik, anjurkan klien untuk
memandang fokus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan
inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat dan
kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan
menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan klien untuk
berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang memberi
ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan
ritmik. Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan
pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase pada
bagaian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau
gerakan memutar di area nyeri.
4. Distraksi intelektual antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain
kartu, melakukan kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan
perangko, menulis cerita.
5. Imajinasi terbimbing adalah kegiatan klien membuat suatu bayangan yang
menyenangkan dan mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta
berangsur-angsur membebaskan diri dari dari perhatian terhadap nyeri.
35
1. Lingkungan yang kondusif atau mendukung dalam komunikasi.
2. Pasien menerima apabila perawat melakukan intervensi kepada pasien
terkait materi yang disampaikan.
3. Perawat percaya diri dalam menyampaikan materi.
4. Pasien mendengarkan dan mempraktekkan sesuai arahan.
36
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Evaluasi Struktur
Persiapan media dibuat bersama oleh kelompok. Media yang digunakan
dalam penyuluhan tentang teknik distraksi menggunakan leaflet yang dibuat
berdasarkan konsep dan teori dari materi SAP.
Tempat penyuluhan di Ruang Soka RS. Kanudjoso Djatiwibowo pada
tanggal 7 November 2019.
B. Evaluasi Proses
Penyuluhan berlangsung dengan lancar dan Ny. A memahami materi
penyuluhan yang diberikan. Ny. A memperhatikan materi sebanyak 90%
Selama pelaksanaan penyuluhan, suasana tenang, Ny. A mengikuti dengan
aktif dan memberikan pertanyaan.
Penyuluhan berlangsung selama 25 menit
C. Evaluasi Hasil
Ny. A mampu mengulang materi tentang distraksi dilihat dari ketika
pertanyaan yang kami berikan.
Ny. A dapat mempraktikkan teknik distraksi setelah dilakukan simulasi
yang kami berikan.
37
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Kesehatan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat,
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
atau promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk
mengunggah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang pemeliharaan dan penigkatan kesehatan bagi dirinya
sendiri, keluarganya maupun masyarakatnya. Tehnik distraksi adalah
pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain
Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa
aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. Relaksasi adalah kegiatan
yang memadukan otak dan otot. Otak yang "lelah" dibuat tenang dan otot
yang tegang dibuat relaks. Jika seseorang melakukan relaksasi, puncaknya
adalah fisik yang segar dan otak yang siap menyala kembali. Tujuan dari
penggunaan teknik distraksi agar seseorang yang menerima teknik ini
merasa lebih nyaman, santai, dan merasa berada pada situasi yang lebih
menyenangkan.
B. Saran
Kami penyusun berharap laporan ini dapat menjadi pengetahuan
yang berguna bagi para pembaca dan dapat menjadi pelajaran dalam
rangka mengetahui dan mempelajari proses metabolism di dalam tubuh
manusia.
Akhir kata, kami penyusun mengucapkan mohon maaf apabila
terdapat banyak kekurangan pada makalah ini yang kurang berkenan.
Kami sebagai mahasiswa yang masih membutuhkan kritik dan saran untuk
memperbaiki kekurangan pada laporan ini.
38
Lampiran Leaflet
39
40