Anda di halaman 1dari 8

A.

Mengidentifikasi Unsur Kritik dan Esai


Kritik Sastra
1. Pengertian Kritik
Kritik adalah Suatu ungkapan atau tanggapan mengenai baik atau buruknya suatu tindakan yang
akan atau sudah dibuat. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997 : 531 ),
disebutkan kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan
pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Selain itu,
menurut Sutopo (2011) kritik merupakan analisis secara langsung dengan mempertimbangkan
baik buruknya suatu karya, penerangan, dan penghakiman karya. Kritik meliputi tiga bidang,
yaitu teori dan sejarah.

2. Struktur Kritik
1) Evaluasi/pernyataan umum (Tesis) : berisi pernyataan umum mengenai suatu yang akan
disampaikan.
2) Deskripsi Teks/Argumentasi : bagian isi teks tanggapan kritis, memuat informasi tentang
data-data dan pendapat-pendapat yang mendukung pernyataan atau melemahkan
pernyataan.
3) Penegasan Ulang: bagian terakhir teks, berisi penegasan ulang mengenai suatu yang sudah
dilakukan atau diputuskan.
Contoh:
Air Mata Anakku
Cerpen "Air Mata Anakku karya Shoim Anwar menceritakan betapa rendahnya pendidikan
yang ada di negara ini. Bahkan, seorang guru ikut berperan aktif membantu peserta didiknya
dalam mengerjakan soal UN. Tidak hanya itu, berbagai cara pun ditempuh oleh kepala sekolah
untuk membantu peserta didiknya mendapatkan jawaban. Pihak sekolah pun semakin berani
berbuat kecurangan agar dapat meluluskan semua peserta didiknya. Selain peserta didiknya
dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan lebih tinggi, sekolah itu dianggap berhasil
mengantarkan anak didiknya untuk mendapatkan nilai yang sudah ditentukan oleh
Kementerian Pendidikan sehingga ditentukan lulus. Kecurangan ini dapat dilihat dari kutipan
cerpen "Air Mata Anakku" berikut ini.
"Huki, kamu kan siswa paling malas. Pingin lulus, kan?" tanya Pak Dar, kepala sekolah kami.

"Ya, Pak" aku mengangguk.


"Nah, perhatikan untuk semuanya. Ada beberapa cara untuk itu. Tapi rahasia, jangan sampai
ketahuan orang luar. jaga, ya?"
Salah satu yang sangat ditakuti oleh para siswa selama mereka sekolah adalah UN. Namun, UN
Itu sekarang sudah dianggap biasa. Mereka sudah mengetahul kecurangan-kecurangan yang
akan dibuat oleh pihak sekolah. Jadi, siswa menganggap UN adalah sesuatu yang tidak perlu
ditakutkan. Meskipun semakin tahun semakin bertambah paketnya, pihak sekolah akan
membantu agar anak didiknya bisa lulus. Bantuan itulah yang merugikan siswa karena tidak
ada gunanya mereka belajar. Bantuan seperti itu dapat dilihat dari kutipan cerpen "Air Mata
Anakku berikut ini.
Soal ujian, yang para pembuatnya harus dikarantina, soal disimpan di kantor polisi dan dijaga
ketat, pihak sekolah ketika mengambil dan menyetor harus dikawal polisi, ternyata tidak
bermakna apa-apa. Orang tuaku sudah mencari lobi agar aku dapat diterima bekerja. Beberapa
hari sebelum pengumuman, ayahku mendapat telepon untuk menemui kepala kantor. Tawar-
menawar pun terjadi.
Cerpen "Air Mata Anakku ini memberikan gambaran yang sangat positif bagi kita. Kita
diharapkan sadar betul bahwa kualitas dunia pendidikan yang ada di negara ini begitu rendah.
Rendahnya kualitas dunia pendidikan kita disebabkan karena banyak kecurangan yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan semata. Kecurangan
tidak hanya di dunia pendidikan, tetapi kecurangan juga terjadi di dalam dunia kerja. Untuk
mendapatkan pekerjaan yang bagus seseorang cukup membayarnya. Kalau sejak kecil sudah
dibiasakan seperti itu maka selamanya mereka akan hidup dengan kebohongan.
Jadi, sebagai penerus kita harus menjadikan pendidikan yang akan datang lebih baik lagi.
Tujuannya agar kecurangan yang sudah terjadi sekarang tidak terjadi pada anak didik yang
akan datang. Cerpen ini juga memberikan cerminan bahwa pendidikan sangat penting bagi
kehidupan anak-anak yang akan datang. Anak-anak jangan mudah menerima kecurangan-
kecurangan yang dilakukan oleh pihak sekolah karena kecurangan itu akan memengaruhi
kehidupannya di masa depan.

3. Kaidah Kritik
1) Kalimat kompleks: kalimat yang memiliki lebih dari 2 struktur dan 2 verba.
2) Konjungsi: kata penghubung yang menghubungkan setiap kata dan struktur.
3) Kata Rujukan: sesuatu yang digunakan oleh penulis untuk memperkuat pernyataan dengan
tegas. Dikenal juga dengan sebutan referensi.
4) Pilihan Kata: pemilihan kata yang sesuai dalam penggunaan sekaligus pembuatan teks
tanggapan kritis.

4. Ciri-ciri Kritik
1) Bersifat menanggapi atau mengomentari karya orang lain
2) Menunjukkan kelebihan dan kekurangan
3) Memberi saran perbaikan
4) Bertujuan menjembatani pemahaman pembaca

5. Jenis-jenis Kritik Berdasarkan Penerapannya


1) Kritik induktif adalah kritik dengan memperhatikan unsur-unsur yang ada di dalam karya.
Contoh kritik induktif adalah menilai karya sastra, misalnya puisi.
2) Kritik judisial adalah kritik kritik yang menganalisis dan menerangkan efek-efek karya
berdasarkan permasalahannya, oraganisasinya, teknik, serta gaya kepenulisannya. Kritik ini
atas dasar standar umum tentang kehebatan dan kebiasaan. Contoh Kritik Judisial adalah
menilai puisi-puisi karya Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul "POT" (1981).
3) Kritik Impresionik adalah kritik yang berusaha menggambarkan sifat khusus dalam sebuah
karya serta mengekspresikan tanggapan kritikus yang ditimbulkan secara langsung oleh
karya tersebut. Kritik Impresionik menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar
bagi pembentukan karya keseniannya. Contoh : kritik terhadap bangunan "Gedung DPR
RI".

6. Jenis-jenis Kritik Berdasarkan Cara Kerja Kritikus


1) Kritik impresionistik adalah kritik yang berupa kesan-kesan pribadi secara subjektif terhadap
sebuah karya, di sini selera pribadi amat berperan. Padahal selera pribadi itu berubah-ubah
setiap saat sesuai dengan perkembangan kepribadian orang itu. Contoh : Kritik terhadap
novel "Pabrik", karya Putu Wijaya.
2) Kritik penghakiman adalah kritik yang bekerja secara deduksi dengan berpegang teguh pada
ukuran-ukuran tertentu, untuk menetapkan apakah sebuah karya itu baik atau tidak.
Contoh : Kritik oleh Prihatmi terhadap novel "Kehilangan Mestika", karya Hamidah.
3) Kritik teknis adalah kritik yang bertujuan menunjukan kelemahan-kelemahan tertentu dari
sebuah karya agar pengarangnya dapat memperbaiki kesalahan kesalahan dikemudian hari.

ESAI

1. Pengertian Esai

Esai adalah Suatu tulisan yang menggambarkan opini penulis tentang subyek tertentu yang coba
dinilainya. Bentuk karangan esai dapat berupa formal atau informal. Esai sering juga disebut
dengan artikel, tulisan atau komposisi. Secara umum, esai didefinisikan sebagai sebuah karangan
singkat yang berisi pendapat atau argumen penulis tentang suatu topik.

2. Struktur Esai
1) Pendahuluan: struktur awal pembangun kerangka dari esai. Pendahuluan biasanya akan
mengungkapkan secara sekilas topik atau tema yang akan diangkat pada keseluruhan esai.
2) Bagian isi: Bagian ini merupakan bagian inti dari struktur pembangun esai. Pada bagian ini,
topik atau tema yang telah dipilih sebelumnya akan dibahas dan dijelaskan secara lebih
rinci dan mendetail
3) Penutup atau Kesimpulan: Seperti namanya, bagian penutup merupakan bagian terakhir
dalam menyusun sebuah esai.
Contoh :
Sajak-Sajak Cerah
Elaborasi terhadap kata-kata yang marak dilakukan oleh para penyair di tahun 1970-an.
Berbagai upaya pembebasan kata serta pemanfaatan musikalitas serta kandungan nuansa
kata didapat dari akar tradisi. Di awal tahun 1980-an mulai dianggap selesai atau telah sampai
pada titik jenuh. Tahun 1980-an perhatian utama para penyair cenderung beralih pada imaji.
Kata-kata cenderung diberi peran terutama sebagai alat menciptakan dan menyampaikan
imaji (gambar dalam pikiran serta hati) dari penyair atau sajak untuk para pembacanya. Bila
pada dasawarsa sebelumnya dilakukan upaya pembebasan bagi kata-kata, pada periode
berikutnya, tahun 1980-an, imajilah yang ingin dibebaskan. Kata-kata hanya sekadar alat
untuk membangun kehadiran imaji yang kebebasannya bisa begitu ekstrem, sehingga tak
perlu diperhitungkan apakah sinkron dengan imaji-imaji pada ungkapan-ungkapan dari larik-
larik atau bait-bait sebelum atau sesudahnya.
Sajak sebagai kesatuan dari berbagai imaji yang saling mendukung dalam suatu kesatuan,
kurang dihiraukan. Imaji-imaji tidak diupayakan saling bahu-membahu untuk mengarah pada
suatu pemusatan (fokus). Agaknya ada pengaruh pandangan posmo yang sedang populer
waktu itu. Yang penting kehadiran berbagai imaji walau hanya sesaat, artinya boleh dihapus
oleh imaji sebelumnya atau berikutnya.
Dalam bentuk yang ekstrem, sajak seakan membiarkan pembaca memilih imaji-imaji atau
tarik-tarik atau bait-bait mana yang penting dan selebihnya boleh dianggap sebagai intro,
epilog, atau ornamen, yang bisa pula dibuang atau tak dibaca. Mitos bahwa setiap kata dalam
sajak adalah penting dan tidak bisa diabaikan atau dihapus, tidak lagi dipercayai.
Membaca sajak bisa dianggap membaca suatu teks yang ceral-berai dan pecah-belah. Teori
gestalt adalah angin yang sudah lalu. Tidak heran kalau sajak bisa jadi gelap. Minim pintu,
arah, tanda, dan isyarat yang diberikan pada pembaca untuk menciptakan sesuatu yang
masuk hati dan akal sehat.
Namun, kegelapan sebuah sajak adalah kebebasan bagi pembaca. Sajak yang ekstrem gelap
menciptakan pembaca yang ekstrem merdeka. Kebebasan ekstrem dari pembaca untuk
menunda atau membuangnya sebagai sajak. Atau pembaca mencipta kembali sajak yang
dibaca, dalam porsi yang lebih dari diri pembaca dibandingkan dengan diri sajak. Mungkin
karena jenuh, di tahun 1990-an para penyair kembali menulis puisi dengan memerhatikan
kata dan tidak melulu menekankan kehadiran kebebasan imaji sebagai yang utama. Kata-kata
diupayakan menciptakan keutuhan sajak. Dan sajak menjadi transparan
Tentu saja yang dituliskan di atas adalah gejala-gejala atau kecenderungan yang sengaja
dibuat hitam putih untuk penyederhanaan, Kelekatan kata dengan imaji adalah suatu yang
niscaya, jadi memisahkan satu dengan yang lainnya tidak segampang membedakan toilet pria
dan toilet perempuan. Juga hendaknya diingat sajak gelap ataupun sajak terang tidak
langsung berkaitan dengan mutu, sebagaimana mutiara hitam dan putih adalah sama-sama
mutiara. Di samping itu, elaborasi pada kata-kata saja bisa pula menimbulkan sajak yang
gelap.
3. Kaidah Esai
1) Baku
Struktur yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa indonesia baku, baik mengenai
struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata/istilah, dan penulisan sesuai
dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
2) Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa indonesia ragam ilmiah dapat diterima
akal.
3) Ringkas
Ide dan gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian
kata seperlunya, tidak berlebihan, tetapi isinya bernas
4) Runtun

Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik dalam kalimat
maupun dalam paragraf.

5) Denotatif
Kata yang diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata
seperlunya, tidak berlebihan, tetapi isinya bernas.

4. Tipe-tipe Esai
1) Esai deskriptif. Esai jenis ini dapat meluliskan subjek atau objek apa saja yang dapat
menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat
rekreasi dan sebagainya.
2) Esai tajuk. Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai
satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah
tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk, surat kabar
tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan nama
penulis.
Esai cukilan watak. Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi
dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu
pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Disini
penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari
kehidupan dan watak pribadi tersebut.
3) Esai pribadi, hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai pribadi ditulis sendiri
oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya.
Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia
membuka tabir tentang dirinya sendiri.
Esai reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis
mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang
penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat
manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan.
Esai kritik. Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya,
lukisan, tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang seni
tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, tentang seni kontemporer. Esai
ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya
seni. Kritik yang menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.

5. Ciri-ciri Esai
1) Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan
bahasa dan ungkapan figur.
2) Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
3) Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang
khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
4) Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan
subjek yang hendak ditulis,
5) Memenuhi keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun
harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan,
pengembangan sampai ke pengakhiran.
6) Mempunyai nada pribadi atau bersifat individu, yang membedakan esai dengan jenis karya
sastra adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis
sendiri tentang pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan kepada pembaca.

B. Membandingkan Kritik Sastra dan Esai


1. Membandingkan Kritik Sastra dan Esai Berdasarkan Pengetahuan

Perbandingan isi teks kritik "Air Mata Anakku" dan Teks Esai "Sajak-Sajak Cerah" Berdasarkan
Pengetahuan.

Aspek Air Mata Anakku Sajak-Sajak Cerah

Hal yang dikaji Aspek yang dikaji berupa cerpen Aspek yang dikaji berupa
"Air Mata Anakku". fenomena kata-kata dalam sajak
yang digunakan penyair pada
tahun 1970-an mencapai titik
jenuh pada tahun 1980-an.

Deskripsi/Sinopsis Cerpen "Air Mata Anakku" Tidak ada ringkasan atau sinopsis
menceritakan betapa rendahnya karya.
kualitas pendidikan yang ada di
negara ini. Rendahnya kualitas
pendidikan disebabkan banyak
kecurangan yang dilakukan
pihak-pihak tertentu demi
keuntungan semata. Kecurangan
tidak hanya terjadi di dunia
pendidikan, tetapi kecurangan
juga terjadi di dunia kerja.
Cerpen ini memberikan
cerminan bahwa pendidikan
sangat penting bagi kehidupan
anak-anak yang akan datang.

Data yang disajikan Data yang disajikan bersifat Data yang disajikan bersifat
objektif. Data yang disajikan subjektif. Data disajikan menurut
sesuai dengan analisis cerpen pendapat penulis. Menurutnya,
yang dikritik. elaborasi terhadap kata-kata
marak dilakukan oleh para
penyair pada tahun 1970-an
dianggap selesai dan telah
sampai titik jenuh pada awal
tahun 1980-an.

2. Membandingkan Kritik Sastra dan Esai Berdasarkan Sudut Pandang Penulis

Perbandingan isi teks kritik "Air Mata Anakku" dan Teks Esai "Sajak-Sajak Cerah" berdasarkan
Sudut Pandang Penulis.

Aspek Air Mata Anakku Sajak-Sajak Cerah

Cara Penilaian Penilaian penulis bersifat Penilaian penulis terhadap teks


objektif. Penilaiannya disertai bersifat subjektif. Penilaiannya
dengan data dan alasan yang sesuai dengan sudut pandang
logis. atau pendapat pribadi penulis.

Penggunaan Kajian Teori Dalam memberikan penilaian Tidak mencantumkan kajian


menggunakan kajian teori yang teori.
sudah mapan.

Keutuhan Pembahasan Karya cerpen tersebut dibahas Fenomena yang dikaji tersebut
secara utuh dan menyeluruh. tidak dibahas menyeluruh, tetapi
hanya dari aspek yang menarik
menurut pandangan penulisnya,
yakni tentang fenomena kata-
kata dalam sajak.

Anda mungkin juga menyukai