Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.

1 (13-22)

Penerapan Model ARCS Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar


Siswa Pada Materi Hidrokarbon SMAN 1 Baitussalam

Retno Wilujeng Puspita Dewi *, Rusman, M. Nasir

Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111
*Corresponding Author: Retnowilujeng94@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada materi
hidrokarbon ditinjau dari segi motivasi dan minat belajar siswa. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif model one group
pretest posttest design. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 SMAN 1
Baitussalam yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 14 orang
perempuan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi aktivitas, pemberian
angket dan tes. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, lembar
angket dan soal tes pilihan ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa
meningkat dari pertemuan I sebesar 87%, pertemuan II sebesar 87,50%, hingga
pertemuan III sebesar 89,16%. Berdasarkan hasil angket, motivasi siswa tergolong baik
dengan persentase sebesar 78,96% dan persentase minat siswa sebesar 82,37% tergolong
baik sekali. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model ARCS memiliki ketuntasan
sebesar 80,95%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan
model ARCS hasil belajar siswa cukup tinggi, motivasi dan minat siswa terhadap
pembelajaran juga tergolong baik.

Kata Kunci: ARCS, Ketuntasan Belajar, Hidrokarbon, Motivasi, Minat

Abstract
The purpose of research was to improve mastery of students’ learning on material of
hydrocarbon in termmotivation and interest. Quantitative approach with type of descriptive
was chosen to the research by modeling of one group pretest posttest design. The subject
of the research was 21 students in classroom XI IPA 2 at State Senior High School
Baitussalam, which is 7 of male students and 14 of female students. Data were collected by
observed the activities, giving of questionnaire and holding of test. In consequence,
instrumentations used for the research were observation sheet, questionnaire, and multiple
choice questions. The result showed that activities was slightly increased from meeting I
with a percentage of 87%, meeting II with a percentage of 87.05% and meeting III with a
percentage of 89.16%. According to questionnaire, students’ motivation was good with a
percentage of 78.96% and students’ interest was very good with a percentage of 82.37%.
Then, learning outcomes of students by using model of ARCS have mastery with a
percentage of 80.95%. Therefore, it can be concluded that using of ARCS can improve not
only learning outcomes, but also motivation and interest of students.

Keywords: ARCS, mastery of learning, hydrocarbon, motivation, interest

Pendahuluan
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang peranannya cukup penting dalam
kehidupan. Peranan ilmu kimia tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari ilmu
lain, hal ini menunjukkan bahwa ilmu kimia memiliki keterkaitan dengan ilmu lain seperti
fisika, biologi, dan ilmu pengetahuan lainnya. Namun motivasi dan minat belajar siswa
terhadap pelajaran kimia masih rendah karena kebanyakan siswa menganggap bahwa kimia
itu sulit dan membosankan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMAN 1
Baitussalam, motivasi dan minat belajar siswa di sekolah tersebut masih rendah. Hal ini
mengakibatkan rendahnya nilai UN kimia sekolah, terutama pada tahun 2014 materi
1
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.1 (13-22)

senyawa karbon dengan nilai rata-rata sekolah hanya mencapai 33,60. Hal ini dapat
disebabkan kurangnya perhatian guru terhadap motivasi dan minat siswa terhadap
pembelajaran kimia di kelas.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat
timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan
kebutuhan belajar, serta harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah
adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik
(Uno, 2011:23). Selain motivasi, minat juga mempengaruhi proses pembelajaran karena
siswa yang memiliki minat terhadap pembelajaran cenderung akan memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap pembelajaran.

Salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa adalah dengan
menerapkan model pembelajaran. Model pembelajaran menurut Rahyubi (2012:251) adalah
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran memberikan kerangka dan arahan bagi guru untuk mengajar. Diantara model
pembelajaran yang ada, model pembelajaran yang menggunakan aspek-aspek motivasi dan
minat adalah model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and
Satisfaction). Model ini mengarahkan guru untuk bisa menciptakan motivasi intrinsik dan
ekstrinsik, karena menurut Pribadi (2011:54) siswa yang memiliki motivasi intrinsik dalam
proses pembelajaran umumnya akan memperlihatkan kinerja yang kontinu dalam mencapai
kompetensi yang diinginkan.

Menurut Irsaf (2014:193-194), model ARCS memiliki komponen yang dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran di kelas, komponen tersebut diantaranya adalah Attention yaitu
dengan membangkitkan perhatian siswa selama proses pembelajaran berlangsung,
kemudian Relevance yaitu menyajikan materi yang berkaitan dengan kehidupan sekitar
siswa, Confidence yaitu menanamkan rasa percaya diri siswa selama proses pembelajaran,
dan Satisfaction yaitu menimbulkan rasa puas dalam diri siswa setelah proses
pembelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-
masing. Menurut Awoniyi (dalam Hamoraon, 2010) model pembelajaran ARCS memunyai
kelebihan yaitu (1) memberikan petunjuk aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus
dilakukan siswa, (2) model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran
berpusat pada siswa, (3) penerapan model ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang
kembali materi lainnya yang pada hakekatnya kurang menarik, (4) penilaian menyeluruh
terhadap kemampuan-kemampuan yang lebih dari karakteristik siswa-siswa agar strategi
pembelajaran lebih efektif, (5) penyajian materi dengan menggunakan model ARCS bukan
hanya dengan teori yang penerapannya kurang menarik.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapa besar ketuntasan belajar, motivasi
dan minat siswa pada materi hidrokarbon yang diajarkan dengan model ARCS. Menurut
Rahyubi (2012:245), hasil belajar dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria
ketuntasan minimum yang telah ditetapkan oleh setiap guru. ketuntasan belajar siswa
dalam penelitian ini dilihat berdasarkan kriteria ketuntasan minimum yang telah ditentukan
oleh guru di sekolah yaitu sebesar 75.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif model
one group pretest posttest design. Menurut Arikunto (2010:212), model eksperimen one
group pretest posttest design adalah sebuah eksperimen yang dilaksanakan pada satu
kelompok saja tanpa kelompok pembanding tetapi menggunakan tes awal sehingga
besarnya efek dari eksperimen dapat diketahui dengan pasti. Skema model ini digambarkan
seperti rancangan pada Tabel 3.1
2
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.1 (13-22)

Tabel 3.1 Rancangan Model One Group Pretest Posttest Design


Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Kelas Eksperimen O1 X O2
Keterangan :
X = Perlakuan dengan model ARCS
O1 = Hasil Pretest
O2 = Hasil Posttest

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1
Baitussalam tahun ajaran 2016/2017. Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil
dengan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria kelas dengan siswa yang kurang
termotivasi dalam belajar kimia.

Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data aktivitas siswa dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Selanjutnya untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa, peneliti melakukan test berupa
pre-test dan post-test yang diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda. Data tanggapan
siswa terhadap model pembelajaran ARCS diperoleh melalui angket yang akan diberikan
setelah siswa selesai mengerjakan tes.

Teknik Analisis Data


Menurut Sudijono (2011:43) persentase ketuntasan belajar dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 3.1

= × 100% (Persamaan 3.1)

Keterangan :
P = Angka persentase ketuntasan klasikal
F = Jumlah siswa yang tuntas
N = Jumlah siswa keseluruhan

Data yang diperoleh dari angket tanggapan siswa dianalisis dengan penentuan persentase
setiap aspek dengan menggunakan persamaan 3.2 (Maidiyah dan Fonda, 2013:15)

x = × ×
x 100% (Persamaan 3.2)

Keterangan :
x = Persentase hasil angket
JKS = Jumlah keseluruhan skor pada setiap indikator
BNB = Banyak nomor butir indikator
N = Jumlah siswa

Untuk mengetahui seberapa besar motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan, maka kategori persentase yang diperoleh dapat dilihat seperti pada Tabel
3.2
Tabel 3.2 Kategori Persentase angket respon siswa
Persentase Kategori
25% - 43% Kurang
44% - 62% Cukup
63% - 81% Baik
82% - 100% Baik sekali
(Sumber: Maidiyah & Fonda 2013:15)
3
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.1 (13-22)

Hasil dan Pembahasan


Aktivitas Siswa
Pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang berlangsung diukur
dengan menggunakan lembar aktivitas siswa yang bertujuan untuk melihat interaksi siswa
dalam proses pembelajaran dengan diterapkannya model ARCS. Berdasarkan hasil
observasi keaktifan siswa selama tiga kali pertemuan dengan menerapkan model ARCS,
maka aktifitas siswa dikatakan baik karena mengalami peningkatan dari pertemuan pertama
dan pertemuan kedua menjadi 89,16%. Hal ini sesuai dengan Farida (2016:45) dalam
penelitiannya juga menjelaskan bahwa aktivitas siswa yang belajar dengan menerapkan
model ARCS berlangsung dengan baik. Secara keseluruhan persentase peningkatan
aktivitas siswa pada penerapan model ARCS dapat dilihat pada Gambar 4.1

Aktivitas Siswa
89,5
89
89,16
88,5
88
87,5
87 87,5

86,5 87

86
85,5
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Gambar 4.1 Grafik Aktifitas Siswa

Pada pertemuan pertama dalam menerapkan model ARCS, peneliti membagikan siswa
kedalam empat kelompok secara heterogen kemudian peneliti memberikan tugas kepada
siswa untuk membuat mind mapping (peta konsep) tentang identifikasi senyawa
hidrokarbon, kekhasan atom karbon, dan kedudukan atom karbon. Tugas ini dikerjakan
dengan adanya bimbingan dari peneliti yang bertindak sebagai guru. Setelah selesai, setiap
kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil keja kelompok mereka. Hasil
pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa
aktivitas siswa tergolong baik dengan persentase 87,0%

Pada pertemuan kedua, siswa duduk berdasarkan kelompok yang telah dibagikan pada
pertemuan sebelumnya, kemudian guru memberikan lembar kerja tentang tatanama
senyawa alkana, alkena, dan alkuna. Pemberian lembar kerja ini bertujuan untuk
memudahkan siswa dalam memahami aturan penamaan senyawa hidrokarbon. Selama
mengerjakan lembar kerja, guru memberi bimbingan untuk menghindari kebingungan
siswa. setelah selasai setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil
lembar kerjanya sementara kelompok lain memberi tanggapan. Hal ini bisa meningkatkan
rasa kepercayaan dan rasa puas dalam diri siswa sehingga minat dan motivasi siswa bisa
dipertahankan dan aktivitas pada pertemuan kedua meningkat dari pertemuan pertama
menjadi 87,5%.

Pada pertemuan ketiga penerapan model ARCS guru menjelaskan materi mengenai sifat-
sifat dan isomer dari alkana, alkena, alkuna. Pada pertemuan ini siswa cukup memusatkan
perhatiannya pada saat pembelajaran berlangsung, hal ini terlihat pada saat ada beberapa
siswa yang mengajukan pertanyaan dan ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Guru juga
terus berusaha untuk memberi bimbingan dan memberi penghargaan secara verbal kepada

4
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.1 (13-22)

siswa yang berpartisipasi selama proses pembelajaran. Hal ini menghasilkan aktivitas siswa
meningkat dibandingkan dengan dua pertemua sebelumnya menjadi 89,16%.

Ketuntasan Belajar Siswa


Ketuntasan belajar siswa dalam memahami senyawa hidrokarbon dapat diketahui dengan
membandingkan nilai akhir yang diperoleh oleh siswa dengan nilai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) yang ada di sekolah. Nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah pada materi
hidrokarbon adalah ≥ 75 sebagai nilai ketuntasan individual. Berdasarkan nilai ketuntasan
individual tersebut, terdapat 4 siswa yang tidak tuntas secara individual, sedangkan sisanya
17 siswa tuntas secara individual. Hasil belajar siswa pada materi hidrokabon dengan
menerapkan model ARCS dapat dilihat pada Gambar 4.2

Ketuntasan Belajar Siswa


100
90
80
70
60
Nilai

50
40 PRETEST
30 POSTTEST
20
10
0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U
Siswa

Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Belajar Siswa

Berdasarkan Gambar 4.2 persentase siswa yang tuntas adalah sebesar 80,95%.
Berdasarkan persentase tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kelas tersebut belum tuntas
secara klasikal, karena persentase ketuntasannya tidak mencapai ≥ 85. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Maidiyah & Fonda (2013:15-16) bahwa kelas dikatakan tuntas secara
klasikal apabila persentase siswa yang tuntas mencapai 85%. Jika belum mencapai 85%,
maka kelas belum dikatakan tuntas secara klasikal. Meskipun hanya beberapa siswa saja
yang belum tuntas secara individu, hal ini mempengaruhi besarnya persentase ketuntasan
hasil belajar secara klasikal . Berdasarkan tes yang telah diberikan kepada siswa, ada
beberapa sub materi yang kurang dipahami oleh siswa, hal ini ditunjukkan dari banyaknya
siswa yang menjawab salah dalam soal tersebut, seperti pada soal tentang kekhasan atom
karbon, penentuan kedudukan atom C, dan penentuan rumus molekul dari alkana, alkena
dan alkuna. Sementara sub materi lainnya dianggap sudah dipahami siswa karena
banyaknya siswa yang menjawab benar. Namun secara keseluruhan pemahaman siswa
tentang materi hidrokarbon cukup baik, karena proses pembelajaran yang menggunakan
model ARCS mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
jumlah persentase nilai pre-test dan persentase nilai akhir proses pembelajaran mengalami
peningkatan dari 14,3% menjadi 80,95%.

Motivasi Siswa
Motivasi siswa yang baik memegang peranan penting dalam proses belajar siswa, karena
fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar. Karena itu,
prinsip-prinsip penggerak motivasi erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang terjadi,

5
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.1 (13-22)

sehingga berpengaruh juga terhadap hasil belajar. Siswa biasanya akan termotivasi untuk
mengetahui sesuatu apabila yang dipelajari berkaitan dengan apa yang ada dalam
kehidupan. Sehingga apa yang dipelajari mengandung makna yang bermanfaat bagi siswa
dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa setelah mempelajarinya. Menurut Sutrisno
(2016:118) motivasi belajar siswa akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena
motivasi dalam belajar dapat menimbulkan rasa percaya diri untuk mencapai keinginan
terhadap keberhasilan. Upaya untuk mengetahui motivasi siswa terhadap penerapan model
ARCS dalam penelitian ini yaitu dengan memberikan angket yang mencakup keempat aspek
motivasi. Informasi mengenai hasil angket yang telah dibagikan disajikan dalam Gambar
4.3

Hasil Angket Motivasi Siswa


82,00%

81,00%
80,95%
80,00%
80,15%
79,00% Attention
Relevance
78,00%
Confidence
77,00% 77,38% 77,37% Satisfaction

76,00%

75,00%
Attention Relevance Confidence Satisfaction

Gambar 4.3 Grafik hasil angket motivasi

Perhatian merupakan salah satu aspek dari keempat aspek yang ada dalam model ARCS
yang dapat mempengaruhi motivasi siswa. berdasarkan angket yang diberikan kepada
siswa dapat diketahui bahwa persentase rata-rata perhatian siswa yang menunjukkan
motivasi siswa sebesar 80,15% dan termasuk kedalam kategori yang baik. Adanya rasa
ingin tahu pada siswa membuat siswa akan memperhatian apa yang sedang dipelajari. Hal
ini dapat timbul dengan adanya dorongan dari diri siswa dan adanya bantuan guru melalui
kegiatan motivasi dan apersepsi sehingga perhatian siswa dapat terpusat pada
pembelajaran. Perhatian dapat berarti sama dengan konsentrasi, Rahyubi (2012: 106)
menyatakan bahwa proses pembelajaran akan semakin efektif apabila perhatian siswa
terhadap pembelajaran besar.

Menurut Farida (2016: 40) siswa akan terdorong mempelajari sesuatu apabila apa yang
dipelajarinya memiliki relevansi dengan kehidupan siswa dan tujuan yang jelas. Adanya
keterkaitan antara materi yang dipelajari siswa dengan apa yang ada dalam kehidupan
siswa dapat memunculkan motivasi siswa untuk belajar, karena siswa merasa apa yang
dipelajarinya memiliki manfaat bagi dirinya. Pemberian contoh tentang pemanfaatan
senyawa hidrokarbon dalam kehidupan merupakan salah satu cara agar siswa merasa
pembelajarannya menjadi bermakna. Berdasarkan angket motivasi yang diberikan, aspek
Relevance memiliki persentase sebesar 77,38% dengan kategori motivasi siswa adalah baik.

Menurut Uno (2011:34) pemberian pernyataan penghargaan secara verbal terhadap


perilaku yang baik atau hasil kerja maupun hasil belajar siswa yang baik merupakan cara
yang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar yang baik.

6
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.1 (13-22)

Penghargaan secara tidak langsung dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri siswa selama
proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa. Berdasarkan angket
motivasi yang diberikan kepada siswa dapat diketahui bahwa persentase kepercayaan diri
siswa sebesar 77,37% dengan kategori baik.

Aspek kepuasan merupakan aspek yang menunjukkan perasaan gembira dan perasaan puas
terhadap pembelajaran. Aspek ini dapat muncul dalam diri siswa jika ia merasa dihargai
atas kerja kerasnya dan memperoleh penghargaan sesuai dengan apa yang menjadi
tujuannya, baik itu penghargaan yang berupa nilai atau komentar. Berdasarkan hasil angket
motivasi yang diberikan kepada siswa, persentase aspek Satisfaction (kepuasan) siswa
terhadap pembelajaran yang menggunakan model ARCS adalah sebesar 80,95% dengan
kategori baik. Berdasarkan data hasil angket motivasi pada Gambar 4.3 secara keseluruhan
dapat diketahui bahwa motivasi siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model
ARCS memiliki persentase rata-rata sebesar 78,96% dengan kategori motivasi siswa baik.

Motivasi siswa dalam belajar dapat timbul karena adanya faktor dari luar dan faktor dari
dalam, faktor dari luar dapat berupa adanya penghargan yang diterima, lingkungan belajar
yang mendukung dan kegiatan belajar yang mampu menarik perhatian siswa. Sedangkan
faktor dari dalam dapat berupa adanya keinginan dari diri siswa untuk berhasil dalam
belajar, dan adanya harapan untuk mencapai cita-cita masa depan. Sementara itu, indikator
motivasi siswa dalam belajar menurut Uno (2011:31) dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa hal, diantaranya karena adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya
penghargaan dalam belajar yang dapat menimbulkan rasa puas dan rasa percaya diri siswa,
adanya hal yang menarik perhatian siswa saat belajar, dan adanya lingkungan belajar yang
kondusif, sehingga memungkinkan siswa untuk belajar dengan baik dan nyaman.

Minat Siswa
Menurut Slameto (2010:180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
pada suatu hal atau aktivitas. Kegiatan belajar yang didasari dengan minat yang tinggi akan
mendorong siswa untuk belajar dengan lebih baik sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar. Minat dapat muncul apabila siswa merasa bahwa apa yang dipelajarinya bermanfaat
dan berkaitan dengan kehidupannya, baik pada saat sekarang atau dimasa yang akan
datang. Menurut William (dalam Nuswowawi & Asfuriyah, 2015: 740), minat belajar
merupakan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran sebagai faktor yang menentukan
derajat keaktifan belajar siswa. Minat siswa dalam penelitian ini diketahui dengan
pemberian angket ARCS yang menekankan pada empat aspek, yaitu Attention, Relevance,
Confidence dan Satisfaction. Informasi mengenai minat siswa terhadap pembelajaran pada
materi hidrokarbon dengan menerapkan model ARCS dapat dilihat pada Gambar 4.4

Hasil Angket Minat Siswa


85,00%
84,00% 84,52%
83,00% 83,52%
82,00% Attention
82,14%
81,00%
Relevance
80,00%
79,00% Confidence
79,30%
78,00% Satisfaction
77,00%
76,00%
Attention Relevance Confidence Satisfaction 7
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.1 (13-22)

Gambar 4.4 Grafik hasil angket minat siswa

Menurut Nuswowawi & Asfuriyah (2015: 744) aspek perhatian menuntut siswa untuk lebih
berkonsentrasi dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih terpusat perhatiannya
terhadap materi yang dipelajari. Jika siswa terpusat perhatiannya, maka akan muncul
perasaan tertarik pada pembelajaran. Minat mempengaruhi aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran, jika siswa memiliki minat yang tinggi maka perhatiannya terhadap
pembelajaran akan terpusat terhadap materi yang dijelaskan oleh guru, dan aktivitas siswa
juga akan baik. Secara keseluruhan hasil persentase perhatian siswa dalam angket minat
terhadap pembelajaran hidrokarbon adalah 79,30% dan tergolong baik.

Aspek Keterkaitan materi terhadap apa yang ada dalam kehidupan siswa memiliki
persentase sebesar 84,52% tergolong baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang
dipelajari selama proses pembelajaran hidrokarbon memiliki keterkaitan dengan apa yang
ada dalam kehidupan siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mempelajari materi
hidrokarbon dan persentase minat siswa pada aspek ini adalah yang tertinggi dibandingkan
dengan aspek lainnya sehingga minat siswa dalam tergolong baik sekali.

Aspek Confidence (percaya diri) siswa juga tergolong baik sekali karena memiliki persentase
sebesar 82,14%. Keyakinan siswa untuk berhasil pada pembelajaran ini mengakibatkan
munculnya rasa percaya diri siswa yang besar. Sehingga siswa memiliki minat dan
ketertarikan untuk mengikuti proses pembelajaran. Keingintahuan siswa terhadap materi
pelajaran yang sedang diajarkan mendorong siswa untuk mencari informasi dengan cara
terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat menunjukkan
keberaniannya untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran mulai dari mengemukakan
pendapat, bertanya, menanggapi, hingga menjelaskan hasil diskusi kelompok di depan
kelas. Efek dari keberanian siswa tersebut dapat mengembangkan rasa percaya diri siswa
dan memunculkan rasa bangga dan dihargai. Seperti yang dikatakan oleh Uno (2011: 35)
memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemampuannya di depan umum
akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai di depan umum, dan pada akhirnya hal
tersebut akan meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. kebutuhan untuk dihargai
dan dihormati merupakan salah satu kebutuhan manusia menurut teori Maslow (dalam Uno,
2011:41) kebutuhan manusia secara hirarki mencakup kebutuhan fisiologis (sandang
pangan), kebutuhan rasa aman (bebas bahaya), kebutuhan kasih sayang, kebutuhan
dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri.

Aspek satisfaction (kepuasan) siswa terhadap pembelajaran hidrokarbon juga termasuk


kedalam kategori baik sekali karena memiliki persentase sebesar 83,52%, hal ini
menunjukkan adanya rasa puas pada diri siswa setelah mempelajari materi hidrokarbon
dengan menggunakan model ARCS. Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa minat siswa
terhadap pembelajaran kimia pada materi hidrokarbon yang menggunakan model ARCS
memiliki persentase sebesar 82,37% dengan kategori baik sekali. Hal ini menunjukkan
adanya ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran yang menggunakan model ARCS.
Menurut Sardiman (2011: 94), proses belajar akan berjalan dengan lancar apabila disertai
dengan adanya minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara membangkitkan adanya
kebutuhan, menghubungkan materi yang ada dengan pengalaman sehari-hari siswa,
memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran
dengan tujuan mendapatkan hasil belajar yang baik, dan menggunakan berbagai macam
teknik dalam mengajar. Hal ini sesuai dengan aspek-aspek yang ada dalam model ARCS.

Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa meningkat dari pertemuan I sebesar
87%, pertemuan II sebesar 87,50%, hingga pertemuan III sebesar 89,16%. Berdasarkan
hasil angket, motivasi siswa tergolong baik dengan persentase sebesar 78,96% dan

8
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 1. No.1 (13-22)

persentase minat siswa sebesar 82,37% tergolong baik sekali. Hasil belajar siswa dengan
menerapkan model ARCS memiliki ketuntasan sebesar 80,95%. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model ARCS hasil belajar siswa cukup tinggi,
motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran juga tergolong baik.

Saran
Berdasarkan penelitian, maka dapat diajukan saran bagi peneliti lain yang berminat untuk
menerapkan model ARCS, sebaiknya menggunakan metode campuran agar hasil penelitian
yang diperoleh lebih lengkap. Bagi guru diharapkan penelitian ini dapat dijadikan alternatif
model pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa.

Referensi
Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Farida, A. 2016. Penerapan Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
and Satisfaction) pada Mata Kuliah Matematika Distrit Di Program Studi Teknik
Informatika STMIK Duta Bangsa. Jurnal Sains Tech Politeknik Indonesia, 1(5): 38-47.
Hamoraon. 2010. Pembelajaran Inovatif Model ARCS Keller.
https://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller/ diakses pada
11 April 2016.
Irsaf, Z. 2014. Penerapan Model ARCS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII
SMP Labschool Universitas Tadulako Pada Materi Sudut-Sudut Segitiga. Jurnal
Pendidikan Matematika Tadulako. 01(02): 192-202.
Maidiyah, E., & Fonda, C.Z. 2013. Penerapan Model Pembelajaran ARCS Pada Materi
Statistika Di Kelas XI SMA NEGERI 2 RSBI Banda Aceh. Jurnal Peluang. 1(2): 12-21.
Nuswowati, M., & Asfuriyah, S, 2015. Pengembangan Majalah Sains Berbasis Contextual
Learning pada Tema Pemanasan Global untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa.
Unnes Science Education Journal. 4(1): 739-746.
Pribadi, B.A. 2011. Model Assure untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. Jakarta: PT. Dian
Rakyat.
Rahyubi, H. 2012. Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik Deskripsi dan
Tinjauan Kritis. Bandung: Nusa Media.
Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sudijono, A. 2011. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sutrisno, V.L.P. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa pada
Pembelajaran Praktik Kelistrikan Otomotif SMK Di Kota Yokyakarta. Jurnal Pendidikan
Vokasi, 6(1): 112-120.
Uno, H. 2011. Teori Motivasi & Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai