Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN STUDI KASUS BIOKIMIA

PERTEMUAN 14

Patogenesis, Skrining, Diagnosis,


dan Penatalaksanaan Phenylketonuria

Dosen pengampu :
Ika Sukmawati,S.Pd.,M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 3
1. Akhid Fandy Ramdhani (2010305079)
2. Laila Mar’atus Sholekhah (2010305043)
3. Vira Maulana Ristyowati (2010305019)

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
2021
A. Jurnal yang Dianalisis
Kurniawan, L. B. (2015). Patogenesis, Skrining, Diagnosis, dan Penatalaksanaan
Phenylketonuria. Cermin Dunia Kedokteran, 42(9), 668-673.

B. Hasil Analisis
1. Relevansi topik artikel dengan materi yang sedang di pelajari
Menurut kelompok kami topik artikel jurnal tersebut sesuai dengan materi yang
di pelajari yaitu metabolisme asam amino dan protein karena penyakit
Phenylketonuria merupakan penyakit gangguan metabolisme asam amino bawaan.
Penyakit ini disebabkan oleh mutasi gen phenylalanine hydroxylase (PAH) yang
terletak pada kromosom 12q23.2. Phenylketonuria yang tidak diterapi
menyebabkan peningkatan kadar phenylalanine di dalam darah dan akumulasinya
pada otak berakibat toksik, sehingga dapat terjadi gangguan intelektual progresif,
gangguan pertumbuhan, tingkah laku dan kejiwaan seiring pertumbuhan anak.
Phenylketonuria yang tidak diterapi menyebabkan peningkatan kadar
phenylalanine di dalam darah dan akumulasinya pada otak berakibat toksik,
sehingga dapat terjadi gangguan intelektual progresif, gangguan pertumbuhan,
tingkah laku dan kejiwaan seiring pertumbuhan anak.

2. Apa yang dimaksud dengan penyakit Phenylketonuria Jelaskan!


Penyakit Phenylketonuria merupakan penyakit gangguan metabolisme asam
amino bawaan akibat kelainan genetik. Penyakit ini menyebabkan penderitannya
tidak bisa menguraikan asam amino fenilalanin, sehingga zat ini menumpuk di
dalam tubuh.
Gejala Phenylketonuria antara lain kejang, gemetar, dan pertumbuhan yang
lambat. Phenylketonuria dibagi menjadi dua jenis yaitu berat dan ringan. Pada
Phenylketonuria berat dibutuhkan enzim unuk mengubah fenilalanin hilang atau
berkurang derastis. Phenylketonuria berat dapat memicu fenilalanin menjadi sangat
tinggi dan menyebabkan kerusakan otak yang parah.

3. Jelaskan penyebab penyakit Phenylketonuria!


Fenilketonuria merupakan penyakit yang disebabkan oleh mutasi genetik,
yang akan menyebabkan hilang dan berkurangnya enzim pengurai fenilalanin.
Mutasi terjadi pada gen phenylalanine hydroxylase (PAH) yang terletak pada
kromosom 12q23.2. Penurunan aktivitas PAH pada PKU dan HPA disebabkan oleh
mutasi gen PAH yang mengakibatkan terbentuknya enzim PAH yang tidak
fungsional.1,2 PAH mengkonversi phenylalanine (phe) menjadi tyrosine dan
memerlukan tetrahydrobiopterin (BH4) sebagai kofaktor, molekul oksigen, dan Fe
dalam prosesnya. Defisiensi PAH selain dapat mengakibatkan PKU juga dapat
menyebabkan varian lebih ringan yaitu hyperphenylalaninaemia (HPA). Mutasi
genetik ini juga bisa menyebabkan enzim pengurai fenilalanin tidak bekerja dengan
baik. Hal-hal ini akan menyebabkan terjadinya penumpukan fenilalanin.
Hingga kini, penyebab mutasi genetik tersebut belum diketahui dengan pasti.
Fenilketonuria diwariskan melalui kromosom autosom secara resesif. Artinya,
seseorang hanya akan menderita penyakit ini jika mendapatkan gen fenilketonuria
dari kedua orang tuanya. Jika hanya ada salah satu orang tua yang memiliki gen
fenilketonuria, keturunannya tidak akan mengalami penyakit ini. Meskipun
demikian, anak dari orang tua tersebut bisa menjadi pembawa atau carrier gen
fenilketonuria.

4. Bagaimana metabolisme Phenylanaline pada tubuh manusia yang normal?


Jelaskan!
Phenylalanine memiliki 2 bentuk, yaitu D dan L-phenylalanine yang
merupakan asam amino esensial yang diperlukan untuk sintesis protein pada
manusia. Kadar phenylalanine dipertahankan dalam kadar yang relatif stabil. Diet
mengandung phenylalanine serta daur ulang asam amino endogen menjadi sumber
utama phenylalanine; penggunaan phenylalanine terjadi melalui integrasi protein,
oksidasi menjadi tyrosine, ataupun konversi menjadi senyawa lain.

Konversi phenylalanine menjadi tyrosine terjadi melalui sistem hidroksilasi


yang melibatkan PAH, kofaktor pterin tidak terkonjugasi, BH4, dihydropterine
reduktase, dan 4α-carbinolamine dehydratase. Sistem hidroksilasi phenylalanine
ditunjukkan pada gambar berikut.
Enzim PAH mengkatalisis hidroksilasi L-phenylalanine menjadi tyrosine.
Katabolisme phenylalanine dan aktivitas PAH umumnya berkaitan dengan organ
hati. Enzim PAH pada manusia merupakan kombinasi tetramer dan dimer,
monomernya terdiri atas 452 asam amino dengan berat molekul 50 kDa. Aktivitas
enzim PAH memerlukan BH4 sebagai kofaktor dan molekul oksigen. Enzim PAH
terdiri dari beberapa domain fungsional.
Domain regulasi (regulatory) mengandung residu serin yang diperkirakan
terlibat dalam aktivitas enzim ini melalui fosforilasi. Domain katalitik yang terdiri
dari 26 atau 27 asam amino berfungsi dalam pengikatan kofaktor dan ion ferri.
Domain C-terminal diperkirakan berhubungan dengan pengikatan inter subunit.

5. Jelaskan Haruskah penderita Phenylketonuria diberikan terapi? Jelaskan


dampaknya jika penyakit ini tidak ditindaklanjuti dengan benar
Harus melakukan terapi diet dengan tujuan utama penatalaksanaan pada
penderita PKU adalah mempertahankan kadar phenylalanine darah dalam batas aman
(120-360 µmol/L, 120-240 µmol/L pada ibu hamil) untuk mencegah retardasi
mental, menyokong pertumbuhan normal hingga dewasa. Hal ini dapat dicapai
dengan pemberian diet rendah phenylalanine. 10,11 Pembatasan diet phenylalanine
merupakan terapi utama PKU dan biasanya dimulai setelah konfirmasi penyakit ini
pada neonatus. Penderita PKU harus menghindari makanan kaya protein (daging,
ikan, telur, roti, produk susu, kacang-kacangan, dan bijibijian) serta makanan dan
minuman yang mengandung pemanis aspartame, tepung, kedelai, bir. Diet penderita
PKU umumnya terdiri dari makanan alami yang mengandung protein rendah (sayur-
sayuran, buah, dan beberapa jenis sereal). Di negara-negara maju sejumlah makanan
berprotein rendah seperti roti rendah protein dan pasta rendah protein sudah tersedia.

Dampaknya jika penyakit ini tidak ditindaklanjuti dengan benar


Fenilketonuria yang tidak diobati bisa menyebabkan komplikasi pada pengidapnya,
baik pada bayi, anak-anak, maupun orang dewasa. Berikut beberapa komplikasi yang
bisa terjadi akibat fenilketonuria:
 Kerusakan permanen pada otak.
 Gangguan saraf, seperti tremor atau kejang
 Ukuran kepala kecil, sehingga terlihat tidak wajar.
 Cacat lahir atau keguguran.

6. Perlukah skrining dilakukan untuk bayi yang beresiko menderita penyakit


Phenylketonuria? Jelaskan prosedurnya!
Fenilketonuria bisa terdeteksi dengan melakukan skrining terhadap bayi baru
lahir dengan mengambil sampel darahnya. Tes skrining dilakukan ketika bayi
berusia satu sampai dua hari yang biasanya masih di rumah sakit. Selain itu, tes
tambahan mungkin perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil tes awal. Tes
tambahan tersebut bertujuan untuk mencari keberadaan mutasi gen PAH yang
menyebabkan fenilketonuria.Bila gejala fenilketonuria dialami olah anak-anak atau
orang dewasa, seperti keterlambatan pertumbuhan, dokter akan menganjurkan
untuk melakukan tes darah untuk menegakkan diagnosis. Tes ini melibatkan
pengambilan sampel darah dan menganalisanya untuk mengetahui adanya enzim
yang diperlukan untuk memecah fenilalanin.
Phenylketonuria diidentifikasi melalui skrining neonatus nasional. Tes
pertama yang efisien untuk mendeteksi hyperphenylalaninemia adalah tes inhibisi
bakterial yang dikembangkan oleh Robert Guthrie. Dasar tes ini adalah Bacillus
subtilis memerlukan phenylalanine untuk pertumbuhannya. Tes Guthrie sangat
berguna untuk skrining massal dengan sampel dried blood spot (DBS)
menggunakan kertas filter terstandarisasi (Guthrie Card) dan dikirim ke
laboratorium rujukan dalam amplop. Tandem massspectrometry (TMS)
dikembangkan sebagai metode yang cepat menentukan kadar asam amino secara
kuantitatif pada sampel darah/ plasma yang volumenya sedikit. Metode ini
memberikan hasil positif palsu lebih kecil dengan mengukur kadar phenylalanine
dan tyrosine serta memberikan hasil rasio phenylalanine/tyrosine Semua bayi
sebaiknya dilakukan skrining PKU pada hari pertama kelahiran untuk mengatur
intervensi diet agar mencegah anak-anak PKU dari kerusakan neurologis. Jika
skrining dilakukan di ruang nifas, sampel biasanya diambil antara hari ke-2 dan ke-
5, tetapi secara umum skrining dilakukan antara hari ke-2 dan ke-7. Di Amerika
Serikat, sampel umumnya diambil pada 24-48 jam pertama. Nilai cut off diagnosis
PKU adalah 120-130 µmol/L (rasio phenylalanine/tyrosine >2) dengan metode
TMS
Observasi menunjukkan bahwa skrining terlalu dini dapat memberikan hasil
negatif palsu akibat tidak cukup waktu bagi diet untuk memberikan kadar yang
cukup untuk penegakan diagnosis. Meskipun demikian, secara umum diterima
bahwa sensitivitas skrining pada neonatus sehat cukup adekuat dalam 24 jam
pertama kelahiran, khususnya jika hasil tes juga dinyatakan dalam rasio
phenylalanine/tyrosine untuk meningkatkan sensitivitas.9 Pada beberapa bayi
prematur dapat ditemukan sistem enzimatik yang masih immature, termasuk
metabolisme asam amino, sehingga dapat memberikan hasil peningkatan
phenylalanine dalam darah yang bersifat sementara yang jika langsung
diinterpretasikan dapat memberikan hasil PKU positif palsu. Hasil skrining dini
PKU harus diinterpretasikan dengan memperhatikan apakah bayi tersebut sedang
sakit, mendapat nutrisi parenteral ataupun mendapat transfusi darah. Jika ada hal di
atas, skrining kedua harus dilakukan, juga jika tidak diketahui pasti apakah anak
mendapat intake protein yang cukup saat tes pertama dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai