Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,

Volume 2, Nomor 2, April 2013


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR KESELAMATAN DAN


PEMAKAIAN PERALATAN PANJAT TEBING UNTUK MENINGKATKAN
KESELAMATAN KERJA PADA KEGIATAN SPORT CLIMBING
(Studi Pada FPTI Jawa Tengah)

Febrina Pongky Sugiarto1, dr. Daru Lestyanto, M.Si2,


dr. Siswi Jayanti, M.Sc2

1.
Mahasiswa Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2.
Staf Pengajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT
Broadly speaking, the climbing wall is divided into two: Climbing Natural and
Artificial Climbing. Artificial Climbing identical with Sport Climbing or Climbing
Achievement commandeered By FPTI (Indonesian Rock Climbing Federation).
Since rock climbing is a high-risk activity that is necessary to conduct research on
the safety standards of rock climbing. The purpose of this study was to
analyzeimplementation of safety standards and the use of rock climbing
equipment to improve safety work in the sport climbing activities (Studies in
Central Java FPTI). This study includes a descriptive study using observational
methods to approach in-depth interviews and surveys, the data collection
information and compare it with the standards prescribed. The subjects of this
study were climbers in which the lead climber, speed climbers, and boulder
climbers. The object of this study is the use of Safety Standards and rock
climbing equipment owned by FPTI Central Java. The results are then analyzed
by the standards they have made based on the standards of the
UIAA(International Mountaineering and Climbing Federation).

Keywords : Analyzes, Climbing Safety Standard, UIAA Standard


JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN sendiri dari waktu kewaktu telah ada


Panjat tebing atau istilah asingnya bentuk dan standart baku dalam
dikenal dengan Rock Climbing aktifitas dalam panjat tebing yang
merupakan salah satu dari sekian diikuti oleh penggiat panjat tebing.
banyak olah raga alam bebas dan Banyaknya tuntutan tentang
merupakan salah satu bagian dari perkembangan olah raga ini memberi
mendaki gunung yang tidak bisa alternatif yang lain dari unsur
dilakukan dengan cara berjalan kaki petualangan itu sendiri. Dengan lebih
melainkan harus menggunakan mengedepankan unsur olah raga
peralatan dan teknik-teknik tertentu murni (sport).Secara garis besar panjat
untuk bisa melewatinya. Pada tebing dibedakan menjadi dua yaitu
umumnya panjat tebing dilakukan Panjat Tebing Alam, dan Panjat
pada daerah yang berkontur batuan Tebing Buatan. Panjat Tebing Buatan
tebing dengan sudut kemiringan identik dengan Panjat Tebing Sport
mencapai lebih dari 45o dan atau Panjat Tebing Prestasi yang
mempunyai tingkat kesulitan tertentu. dikomandoi Oleh FPTI (Federasi
(1)
Pada dasarnya olah raga panjat tebing Panjat Tebing Indonesia).
adalah suatu olah raga yang Orang-orang dari semua umur dan
mengutamakan kelenturan, kalangan semakin minat dalam
kekuatan/daya tahan tubuh, olahraga yang menantang ini.
kecerdikan, kerja sama team serta Sehingga kegiatan panjat tebing
ketrampilan dan pengalaman setiap semakin berkembang menuju wisata
individu untuk menyiasati tebing itu minat khusus. Karena dibutuhkan
sendiri. Dalam menambah ketinggian teknik memanjat serta gear dan
dengan memanfaatkan cacat batuan peralatan, dibutuhkan ahli–ahli para
maupun rekahan/celah yang terdapat pemanjat agar dapat memberikan
di tebing tersebut serta pemanfaatan keamanan, keselamatan, kesehatan
peralatan yang efektif dan efisien dan kenyamanan kepada para
untuk mencapai puncak pemanjatan.(1) wisatawan yang ingin menikmati panjat
Pada awalnya panjat tebing tebing tawarkan.(3)
merupakan olah raga yang bersifat Keselamatan sistem kerja
petualangan murni dan sedikit sekali merupakan dasar pencegahan
memiliki peraturan yang jelas, seiring kecelakaan dan harus secara penuh
dengan berkembangnya olah raga itu mendokumentasikan potensi bahaya,
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

tindakan pencegahan dan metode prosedur keselamatannya mengadopsi


kerja yang aman termasuk training langsung dari UIAA tersebut. Tetapi
pekerjaan. Keselamatan sistem dapat prosedur yang dadopsi FPTI tersebut
direncanakan dengan menggunakan lebih untuk panjat tebing yang
teknik yang disebut dengan “Analisis dikompetisikan yaitu berupa Peraturan
Keselamatan Tugas-Tugas” (Task Kompetisi Panjat Tebing.(2)
Safety Analysis) atau juga dapat FPTI Jawa Tengah merupakan
disebut dengan “Analisis Keselamatan organisasi yang menaungi panjat
(5)
Pekerjaan” (Job Safety Analysis). tebing di Jawa Tengah Khususnya
Atas dasar tersebut, kita perlu Sport Climbing dan Panjat Tebing
mengimplementasikan sistem Prestasi (panjat ttbing yang
keselamatan panjat. Sistem diperlombakan) yang telah
keselamatan panjat merupakan sistem menerapkan sistem keselamatan
pengembangan dari penerapan Sistem panjat. Hal ini dikarenakan kegiatan
manajemen K3 pada kegiatan panjat panjat tebing sport yang mempunyai
tebing sport sebagai proses yang potensi bahaya yang cukup tinggi,
memastikan pengendalian risiko, yang akan mengakibatkan terjadinya
sebelum, pada saat, dan setelah kecelakaan kerja atau near miss.
pelaksanaan kegiatan pemanjatan Menurut survey awal yang dilakukan
tebing sport. Ini berisi kewajiban untuk dan wawancara kepada pelatih dan
mengidentifikasi bahaya yang melekat pemanjat tebing itu sendiri, pemanjat
pada pemanjatan dan evaluasi risiko tebing di FPTI Jawa Tengah pernah
(8)
yang terkait. mengalami near miss seperti
Secara Internasional semua tergelincir dari tebing karena safety
perlengkapan dan prosedur hardness yang tidak sesuai standar
keselamatan pemanjatan tebing diatur dan tidak dipakai dengan benar, juga
sesuai dengan standar UIAA karena point panjat yang licin akibat
(International Mountaineering and tidak menggunakan chalk bag, dan
Climbing Federation) selain dari dan mengalami cedera ringan seperti lecet
KOI (Komite Olahraga Internasional) dan benturan badan ke dinding panjat.
yang lebih Universal. Sedangkan di Berdasarkan latar belakang tersebut
Indonesia sendiri diatur oleh FPTI peneliti ingin menganalisis
(Federasi Panjat Tebing Indonesia) pelaksanaan sisitem keselamatan
dimana standar perlengkapan dan panjat tebing sport yang ada di FPTI
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

mulai dari pembuatan jalur oleh Root pelaksanaan sisitem keselamatan


Seater perlengkapan yang dipakai, panjat tebing sport yang ada di FPTI
dinding dan point panjat, penggunaan mulai dari pembuatan jalur oleh Root
jalur panjat, sistem pemanjatan, Seater perlengkapan yang dipakai,
belaying, sampai selesainya dinding dan point panjat, penggunaan
pemanjatan. Selain itu, peneliti juga jalur panjat, sistem pemanjatan,
melakukan cross checkkepada pihak belaying, sampai selesainya
Pengurus FPTI Jawa Tengah. pemanjatan. Selain itu, peneliti juga
melakukan cross checkkepada pihak
METODE PENELITIAN Pengurus FPTI Jawa Tengah.
Jenis penelitian yang digunakan Subjek dalam penelitian ini adalah
adalah penelitian kualitatif, dengan Informan yang terdiri dari pemanjat
tujuan utama untuk menemukan data tebing dan routesetter, pelatih panjat
dengan interpretasi yang tepat untuk tebing FPTI Jawa Tengah, dan
membuat gambaran atau deskripsi pengurus FPTI Jawa Tengah Sendiri.
tentang suatu keadaan secara Sementara objek dalam penelitian ini
obyektif. Dengan pendekatan adalah Standar Keselamatan dan
observasional melalui observasi Pemakaian Panjat Tebing yang dimiliki
langsung terhadap informan yang akan oleh FPTI Jawa Tengah. Yang
diteliti. didalamnya terdapat manual
Menurut survey awal yang procedure keselamatan panta tebing.
dilakukan dan wawancara kepada Jumlah pemanjat tebing sport dan
pelatih dan pemanjat tebing itu sendiri, Routesetter yang akan diteliti
pemanjat tebing di FPTI Jawa Tengah sebanyak 6 informan dari seluruhnya
pernah mengalami near miss seperti 16 responden. Enam informan tersebut
tergelincir dari tebing karena safety diambil masing-masing 2 dari
hardness yang tidak sesuai standar pemanjat lead, 2 dari pemanjat
dan tidak dipakai dengan benar, juga boulder, dan 2 pemanjat speed yang
karena point panjat yang licin akibat mana terdiri dari 1 informan laki-laki
tidak menggunakan chalk bag, dan dan 1 informan perempuan dari ketiga
mengalami cedera ringan seperti lecet bidang panjat sport tersebut. Pemilihan
dan benturan badan ke dinding panjat. ini berdasarkan variabel-variabel
Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian yang akan diteliti yaitu dari
peneliti ingin menganalisis metode pemanjatan (Lead, Boulder,
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

dan Speed), dan karakteristik indovidu kepala pengurus FPTI Jawa Tengah.
(jenis kelamin, umur) dan peraturan Dua informan ini dipilih karena
dalam perlombaan. Dengan penentuan merupakan bagian dari FPTI Jawa
karakteristik ini diharapkan keenam Tengah yang telah memahami standar
informan yang dipilih dapat mewakili keselamatan panjat yang telah
populasi. diimplementasikan. Selain itu kedua
Untuk proses triangulasi sumber informan juga mengetahui kegiatan
dalam penelitian ini, peneliti serta perilaku pemanjat tebing dan
menggunakan informan tambahan routesetter baik saat latihan, ataupun
untuk triangulasi dari pelatih dan perlombaan.
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Informan
a. Karakteristik Subyek Penelitian

Nama Umur Pendidikan Kategori


No. Jenis Kelamin
(Inisial) (th) Terakhir Pemanjatan
1. TTL 23 Laki-laki SMA Pemanjat Lead 1
2. S 19 Perempuan SMA Pemanjat Lead 2
3. MM 22 Laki-laki SMA Pemanjat Boulder 1
4. TIF 19 Laki-laki SMA Pemanjat Boulder 2
5. CB 20 Laki-laki SMA Pemanjat Speed 1
6. RER 19 Perempuan SMK Pemanjat Speed 2

b. Karakteristik Informan Triangulasi


Nama Umur Jenis
No. Pendidikan Jabatan
(Inisial) (th) Kelamin
1. KR 35 Laki - laki STM Pelatih
2. ISA 42 Perempuan S2 Ketua FPTI

2. Pengetahuan Tentang Standar mengenai satandar keselamatan


Keselamatan Panjat Tebing panjat, pengetahuan fungis standar
Pengetahuan yang menjadi objek keselamatan panjat, pengetahuan
penelitan ini adalah pengetahuan mengenai sosialisasi standar
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

keselamatan panjat, pengetahuan singkat mengenai fungsi standar


tentang jenis-jenis pemanjatan dan keselamatan panjat.
resiko bahayanya, serta pengetahuan Berdasarkan hasil jawaban
mengenai dokumen standar subyek penelitian dan informan
keselamatan panjat dan orang triangulasi, hampir semuanya
berwewenang untuk memvalidasi menyebutkan kalau sosialisasi standar
dokumen tersebut. keselamatan panjat sudah dilakukan
Berdasarkan hasil jawaban subyek meskipun pelaksanaanya bersamaan
penelitian dan informan tringulasi, dengan sosialisasi kepelatihan. Dan
masih kurang pengetahuan mengenai untuk selanjutnya dapat langsung
standar keselamatan panja. Sehingga dipraktekkan di lapangan. Untuk
perlu adanya sosialisasi, tidak hanya mengatasi sosialisasi standar
mengenai keselamatan pemanjat saja, keselamatan panjat ini dapat dilakukan
tetapi juga mengenai apa itu standar dengan metode briefing singkat yang
keselamatan panjat dan apa saja yang membahas khusus mengenai standar
menjadi ruang lingkup dari standar keselamatan panjat.
keselamatan panjat. Baik bagi Secara garis besar baik Seubyek
pemanjat, routesetter, maupun tim Penelitian maupun Informan
teknis FPTI Jawa Tengah yang dalam Triangulasi telah mengerti tentang
hal ini terlibat langsung dalam jenis-jenis pemanjatan tebing sport
pelaksanaan standar keselamatan dan karakteristik bahayanya tentunya
tersebut. Sosialisasi dapat dilakukan dengan kadar pengetahuan yang
dengan metode briefing singkat berbeda antara informan satu dengan
mengenai standar keselamatan panjat. yang lainnya. Berdasarkan hasil
Masih kurangnya pengetahuan wawancara juga menggambarkan
mengenai fungsi dari pelaksanaan kalau informan triangulasi dalam hal ini
standar keselamatan panjat. Sehingga pelatih adalah informan yang memiliki
perlu adanya sosialisasi mengenai pengetahuan terbaik mengenai jenis-
standar keselamatan dan fungsi jenis pemanjatan tebing sport dan
standar keselamatan panjat tersebut. karakteristik bahayanya.
Baik bagi pemanjat, routesetter,
maupun tim teknis. Sosialisasi ini
dilakukan dengan metode briefing
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

3. Pelaksanaan Standar pelatih, belayer, dan pemanjat itu


Keselamatan Panjat Tebing sendiri dan yang paling bertanggung
Berdasarkan keterangan dari jawab adalah tim teknis. Namun
subyek penelitian maupun informan terkadang identifikasi bahaya tersebut
triangulasi sudah sesuai, yaitu tidak masih kurang lengkap atau kurang
adanya briefing standar keselamatan sesuai dengan yang ada di lokasi
panjat. Dengan alasan semua atlet, pemanjatan. Alat pelindung diri yang
routesetter dan tim teknis yang terlibat digunakan sudah sesuai dengan
langsung dalam pelaksanaan standar bahay yang ada, tetapi yangb kurang
keselamatan panjat sudah memahami adalah koordinasi antar pihak dalam
betul tentang keselamatan itu sendiri. identifikasi bahaya tersebut.
Ditambah lagi dengan pernyataan Evaluasi penerapan standar
kalau peran-peran tersebut memang keselamatan panjat belum dilakukan
sudah diberikan kepada ahlinya (Right secara optimal. Evaluasi dilakukan
man in the right place). Hal ini seketika itu juga saay aktivitas
mengakibatkan pengetahuan pemanjat pemanjatan. Dan biasanya
kurang kurang, karena pemanjat dan pelaksanaanya bersamaan dengan
tim teknis bisa lupa akan sosialisasi pelaksanaan evaluasi kepelatihan.
yang pernah diberikan. Sebaiknya Namunn evaluasi keselamatan ini
briefing mengenai keselamatan panjat memiliki porsi yang sangat minim jika
dijelaskan secara keseluruhan, mulai dibandingkan dengan evaluasi
dari maksudnya, tujuan, fungsi, jenis- kepelatihan. Hasil observasipun
jenis pemanjatan dan resiko bahaynya, menunjukan kalau evaluasi khusus
pelaksanaannya, dan pengawasan mengenai pelaksanaan standar
standar keselamatan panjat. Briefing keselamatan panjat memang belum
ini dilakukan sebelum aktivitas dilakukan.
pemanjatan, dengan metode briefing Tindakan perawatan dan
ini diharapkan akan terjalin koordinasi perbaikan peralatan telah telah
yang baik antara pemanjat, belayer, dilakukan. Pihak yang bertanggung
routesetter, dan tim teknis. jawa untuk aktivitas ini adalah tim
Berdasarkan hasil pengamatan teknis agian peralatan, namun untuk
selama penelitian, identifikasi bahaya perlengkapan pribadi seperti harness
dilakukan dari hampirsemua pihak. dan sepatu panjat dirawat sendiri oleh
Yaitu pihak routesetter, tim teknis, atlet dengan tetap diawasi oleh piha
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

FPTI Jawa Tengah. Namun terkadang karakteristik dari ketiganya. Pada


masih ada kekurangan, terutama untuk pemanjatan lead ada dua metode yaitu
perlengkapan pribadi khususnya top roof dan runner. Pemanjatan lead
harness yang perannya sangat vital dengan top roof maka anchor
untuk keselamatan pemanjat. Atlet pengamannya hanya ada satu di
seringkali mencuci harness dengan puncak dinding panjat, sementara
sabun dan menjemurnya langsung di pada lead dengan menggunakan
bawah terik sinar matahari, padahal runner maka runner dipasang satu
aktivitas ini dapat mengurangi masa persatu dari bawah secara berurutan
pemakaian alat karena berpengaruh jadi semakin tinggin pemanjatan
pada kekuatan harness tersebut. semakin aman karena berarti semakin
Subyek penelitian maupun banyak pengaman (runner) yang
informan triangulasi mampu dipasang. Untuk pemanjatan speed
menyebutkan peralatan dan material ada dua macam speed klasik dan
yang digunakan dalam aktivitas speed record, perbedaanya hanya di
pemanjatan termasuk perbedaan ppoin panjat saja. Intinya pada
antara peralatan yang digunakan pemanjatan speed menggunakan dua
dalam pemanjatan speed, lead, dan belayer, karena pergerakan pemanjat
boulder. Sebagian besar peralatan yang cepat. Sementara pemanjatan
pemanjatan seperti papan panjat, boulder tidak menggunakan tali
carabiner, figure of 8, carnmentel, dan pengaman tetapi cukup menggunakan
instalasi belayer pada pemanjatan matras untuk pengaman.
telah dipersiapkan oleh tim teknis. Menurut jawaban subyek
Untuk pemanjat speed dan lead penelitian maupun informan
menggunakan harness, chalkbag, triangulasi, sumber dana peralatan
sepatu panjat, figure of 8, dan kalau safety yang digunakan berasal dari
untuk pemanjat boulder cukup Pengurus Daerah FPTI Jawa Tengah
menggunakan sepatu panjat dan di bawah KONI. Sementara untuk
chalkbag. peralatan pribadi seperti harness dan
Subyek penelitian dan informan sepatu panjat atlet ada yang
triangulasi mampu menyebutkan memilikinya secara pribadi.
metode yang diguanakan yang Berdasarkan jawaban dari subyek
digunakan dalam pemanjatan yaitu penelitian maupun informan
speed, lead, dan boulder, berseta triangulasimengenai kondisi yang tidak
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

aman saat aktivitas pemanjatan, untuk diri kita dan lingkungan sekitar,
didapatkan bahwa hal demikian sehingga tidak ada yang celaka.
kadang terjadi. Kondisi tidak aman
yang paling kerap terjadi adalah point 4. Pengawasan Pelaksanaan
panjat yang berputar karena kurang Standar Keselamatan
kecncang, atau atau licin karena bekas Berdasarkan hasil observasi
terkena air hujan, sementara untuk mengenai pengeawasan standar
pemanjatan boulder biasanya karena keselamatan yang telah diikuti,
kondisi matras pengaman yang tidak pengawasan standar keselamatan
rapi sehingga membahayakan telah dilakukan. Namun dalam
pemanjat boulder apabila jatuh.. Atlet pelaksanaannya terkadang
juga pernah bertindak tidak aman pada pengawasan dilakukan hanya oleh tim
saat pemanjatan. Hal ini dapat dipicu teknis saja, atau oleh pelatih saja
karena pengawasan kurang, untuk pengawasan teknis saat aktivitas
keisengan pemanjat, dan pemanjatan. Sementara untuk
pelanggaranterhadap standar pengawasan kelengkapan peralatan
keselamatan panjat itu sendiri. dan dinding panjat dilakukan oleh tim
Berdasarkan jawaban dari subyek teknis. Tetapi pengawasan yang
penelitian maupun informan dilakukan dalam aktivitas
triangulasimengenai kecelakaan pada pemanjatanpun lebih banyak ke
aktivitas pemanjatan dibenarkan prestasi atlet dan teknis pemanjatan
adanya oleh keduanya. Kecelakaan yang baik untuk meningkatkan prestasi
ringan tidak jarang terjadi di atlet. Sementara untuk pengawasan ke
lingkungan FPTI Jawa Tengah. Seperti arah keselamatan memiliki porsi yang
lecet atau terkilir terutama pada atlet lebih sedikit. Tetapi secara tidak
atlet baru. Tetapi sejauh ini tidak ada langsung pengawasan sudah
yang sampai di rawat inap di rumah dilakukan dengan cukup baik. Hanya
sakit atau perawatan medis lainnya. saja perlu ada pihak yang telah diberi
Kerja yang aman adalah kerja amanat mengawasi keselamatan
yang selamat, yang mengikuti tata aktivitas pemanjatan secara khusus.
tertib kompetisi maupun FPTI, atau
sesuai prosedur dan menggunakan
perlengkapan keselamatan, aman
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Kesimpulan 5. Pelaksanaan standar kselamatan


Berdasarkan hasil dan panjat FPTI Jawa Tengah sudah
pembahasan maka dapat ditarik memenuhi langkah – langkah
beberapa kesimpulan sebagai berikut: yang tertulis di dalam standar,
1. Jenis – jenis aktivitas pemanjatan akan tetapi pelaksanaannya masih
di FPTI Jawa Tengah yaitu speed, kurang konsisten. Implementasi
lead, dan boulder. FPTI Jawa atau penerapan standar
Tengah sendiri telah menerapkan keselamatan panjat di FPTI Jawa
standar keselamatan disesuaikan Tengah belum dilaksanakan
dengan karakteristik dari ketiga sesuai dengan standar yang
metode pemanjatan tersebut. ada.Dampak dari implementasi
Teknik Keselamatan panjat pada standar keselamatan panjat yang
masing-masing jenis pemanjatan terlihat selama observasi di
sudah sesuai prosedur, akan lapangan yaitu tidak adanya
tetapi untuk pelaksanaanya masih kecelakaan panjat, sedikitnya near
kurang konsisten. miss, dan sedikitnya pemanjat
2. Persiapan pelaksanaan yang bekerja tidak aman.
pemanjatan tebing dilakukan oleh 6. Pengawasan implementasi
routesetter dan tim teknis, tetapi Standar Keselamatan di FPTI
pelaksanaanya belum optimal Jawa Tengah sudah dilaksanakan
karena masih terdapat kondisi dengan baik meskipun tidak
tidak aman. dilakukan selama 24 jam dan
3. Peralatan, Metode, dan bahan walaupun atlet terkadang masih
yang digunakan dalam suka melakukan kesalahan
pemanjatan sebagian besar telah terutama di saat tidak ada
sesuai standar. pengawas.
4. Pemanjat tebing dan tim teknis
telah mematuhi standar DAFTAR PUSTAKA
keselamatan panjat yang telah 1. Ramli, Soehatman. Sistem
dibuat, meskipun belum seratus Manajemen Keselamatan dan
persen. Untuk proses aba-aba Kesehatan Kerja OHSAS 18001.
panjat telah sesuai, yaitu telah Jakarta: Dian Rakyat, 2010.
dipahami oleh kedua belah pihak 2. Tarwaka. Keselamatan dan
yaitu belayer dan pemanjat. Keselamatan Kerja Manajemen
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 2, April 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

dan Implementasi K3 di Tempat 5. FPTI. Technical Handbook Panjat


Kerja. Surakarta: Harapan Press, Tebing 1. Jakarta: Federasi Penjat
2008. Tebing Indonesia, 2010.
3. Iwan, Setiawan dkk. Standar 6. Sarwono, Jonathan. Metode
Keselamatan dan Pemakaian Penelitian Kuantitatif dan
Peralatan Panjat Tebing. Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu,
Semarang: FPTI Jawa Tengah, 2006.
2012 7. Santoso, Gempur. Manajemen
4. Budiono, AM Sugeng, dkk. Bunga Keselamatan dan Keselamatan
Rampai Hiperkes & KK, Edisi Kerja. Jakarta: Prestasi Pustaka
kedua. Badan Penerbit Universitas Publisher, 2004.
Diponegoro, Semarang; 2003.

Anda mungkin juga menyukai