Nama Peserta :
Adha Panca Wardanu Agum Try Wardhanu
KATA PENGANTAR 3
BAB I PENDAHULUAN 4
a. Kesimpulan 10
b. Saran 10
BAB IV LAMPIRAN 11
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat Rahmat yang diberikan pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
OSHA Manager Training dalam rangka Program Pelatihan Kompetensi SDM
Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi tahun 2020 secara daring di PPNS dengan
baik.
Pelatihan OSHA Manager ini berisi tentang konsep Dasar K3,management
safety, hygiene industri, risiko dan bahaya di lingkungan kerja, dan kesiapsiagaan
keadaan darurat. Diharapkan dengan adanya pelatihan ini, tingkat kompetensi para
dosen dan PLP meningkat sehingga mampu menjawab tantangan industri dan
menghasilkan lulusan yang siap kerja dan kompeten di bidangnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya Panitia
penyelenggara dan para trainer Pelatihan OSHA Manager yang telah memberikan
ilmu dan pelayanan terbaik kepada kami. Semoga laporan ini bermanfaat dan dapat
menjadi bahan informasi bagi institusi kami dan dapat dimplementasikan.
BAB
PENDAHULUAN
b. Tujuan Kegiatan
Tujuan mengikuti kegiatan Pelatihan Tata Kelola Implementasi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja antara lain:
c. Manfaat Kegiatan
Beberapa manfaat dari mengikuti kegiatan kompetensi ini dapat diperoleh
oleh semua pihak. bukan hanya untuk institusi penyelenggara dan dosen yang
mengikuti kegiatan i i tetapi juga untuk program studi dan universitas asal dari
para dosen yang mengikuti kegiatan ini. Manfaat yang diperoleh oleh para dosen
yang mengikuti kegiatan ini adalah dapat meningkatan kompetensi dosen dalam
menjalankan tugas Tri Darma Perguruan tinggi dengan memperoleh sertifikasi
sebagai Ahli Muda K3 dan OSHA Manager. Selain itu, manfaat yang diperoleh
untuk program studi dan Universitas asal peserta kegiatan adalah dapat
mendukung dalam pengembangan kurikulum program studi terkait mata kuliah
keselamatan dan kesehatan kerja, mendukung pelaksanaan program revitaliasi
Perguruan Tinggi dan dapat menjalin kerjasama dengan industri.
d. Keluaran
Keluaran dari kegiatan ini adalah modul terkait keselamatan dan kesehatan
kerja yang dapat dijadikan acuan dalam peningkatan mata kuliah.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
INFORMASI PELATIHAN
6
Pelatih/Instruktur/Narasumber
Occupational Safety and Health Manager
Kualifikasi Kompetensi Mata pelajaran Asal
No. Nama
Pendidikan Pendidikan pelatihan lembaga
1. Soehatman Strata-2 Safety 1. Introduction to WSO
Ramli (S2) Management Safety Indonesia
Management
2. Safety
Supervision and
Leadership
3. Safety
Management
System
Evaluation
4. Fleet Safety
Management
2. Koesnoto Strata-1 Safety 1. Effective Safety WSO
(S1) Management Committee Indonesia
Operation
2. Fire Prevention
Plan
3. Emergency
Action Plan
4. Accident
Investigation
3. Djamal Strata-2 Higiene 1. Industrial WSO
Thaib (S2) Industri Hygiene and Indonesia
Ergonomic
4. Ismet Strata-2 Process 1. Penjelasan PT
Somad (S2) Safety SKKNI K3 Prosafera
Umum dan Unit
Kompetensinya
2. Undang-
Undang,
Standar &
Peraturan K3
3. Dasar-dasar K3
4. Identifikasi
Bahaya dan
Pengendalia
Resiko
5. Isolasi Energi
Berbahaya
6. Work Permit
7. Prencanaan,
Program dan
Promosi K3
8. Implementasi
Health Risk
Assessment
(HRA)
9. Prosedur Cara
Kerja Aman
10. Taktik dan
Strategi
Pemadaman
Kebakaran
11. Simulasi
Keadaaan
Darurat
12. Sistem
Pelaporan dan
Dokumentasi
Kegiatan K3
13. Pengenalan HI
dan Teknik
Pengukuran
bahaya
kesehatan
14. Praktek
Penyelidikan
Kecelakaan
15. Penyediaan
dan
Pemantauan
APD
a. PROSES PELAKSANAAN
alur pelatihan dan kontrak belajar. Pelatihan berlangsung selama dua minggu,
Dilanjut minggu kedua asisitensi , pengisian form terkait K3, pembuatan video
APAR dan diakhiri dengan post test disertai ujian kompetensi secara lisan.
Tempat dan waktu pelaksanaan pelatihan
Occupational Safety and Health Manager
Kegiatan Waktu
No. Jumlah JP Tempat**
Pembelajaran Pelaksanaan*
1. Teori 53 4 – 16 PPNS melalui
November Video
2020 Conference
(Zoom)
2. Praktek 15 1 – 16 PPNS melalui
November Video
2020 Conference
(Zoom) dan
LMS (Google
Classroom)
3. Magang -
4. Lain-lain -
Jumlah 68
a. Kesimpulan
b. Saran
Diharapkan pelatihan seperti ini dapat terus berlanjut baik melalui daring
maupun luring demi pengembangan SDM di khususnya lingkungan perguruan
tinggi vokasi
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Pembukaan
Pemberian Materi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN NASIONAL
DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI VOKASI DAN PROFESI
TAHUN 2020
KESELAMATAN &
KESEHATAN
KERJA (K3)
Modul Bahan Ajar
TIM PENYUSUN
MODUL BAHAN AJAR PRODUK DARI PELATIHAN OSHA MANAGER PENYELENGGARA PPNS
Judul :
BAB 1
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI
a. Pelajari daftar isi serta mekanisme pembelajaran modul dengan cermat dan teliti
sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan sistematis dan tertib.
b. Kerjakan semua soal dalam cek kemampuan untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan yang telah Anda miliki sebelum mulai mempelajari satu
pembelajaran tertentu.
c. Pelajari materi sebelum pembelajaran di kelas. Pelajari dengan seksama hingga
Anda benar-benar memahami materi tersebut. Selanjutnya tandai/warnai hal yang
penting dalam topik tersebut serta tandai hal yang belum dipahami untuk
didiskusikan dengan teman sekelompok atau semeja Anda dan ditanyakan kepada
dosen pada saat pembelajaran di kelas.
d. Lakukan kegiatan belajar secara sistematis berdasar Mekanisme Pembelajaran
yang telah ditulis di modul ini. Sebaiknya mempelajari modul ini berkelompok
dan selalu mendiskusikan materi yang telah dipelajari dengan teman sekelompok
Anda.
e. Sebelum membaca modul ini perlu dipahami terlebih dahulu indikator tiap
pembelajaran.
f. Pelajarilah referensi lain yang berhubungan dengan materi modul sehingga Anda
mendapatkan tambahan pengetahuan.
g. Selesaikan semua tugas baik berupa tugas kelompok maupun individu dengan
segera, baik, dan benar.
h. Untuk menjawab tes formatif usahakan memberi jawaban secara singkat, dan
jelas.
3
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Akhir
2. Tujuan Antara
Tujuan antara yang ingin dicapai melalui modul ini berkaitan dengan capaian
D. KOMPETENSI
Tabel 1. Kompetensi
d. Semua Benar
d. Semua Benar
a. Meningkatkan produktivitas
d. a dan b benar
a. Sebab kecelakaan
a. Risk assessment
b. Hazard indetification
c. Risk control
d. JSA
a. Eliminasi
b. Penggunaan APD
c. Subsitusi
d. Isolasi
12. Berikut ini adalah kewajiban pengusaha/pengurus terkait dengan K3
berdasar UU K3, kecuali ……
a. Memeriksa kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
9
13. Berikut ini adalah manfaat dari alat pelindung kepala kecuali ......
d. Langkah dan urutan kerja dibuat fleksibel serta tidak selalu mengikuti
prosedur operasi baku (SOP)
a. Faktor operasional
b. Faktor social
c. Faktor alam
d. Semua benar
20. P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan salah
satu lembaga yang bergerak di bidang pengelolaan K3 yang berfungsi
11
STOP
SELESAIKAN SOAL EVALUASI
DULU SEBELUM KE HALAMAN BE
RIKUTNYA
13
1. D 11. B
2. D 12. D
3. B 13. D
4. C 14. D
5. C 15. D
6. C 16. B
7. B 17. D
8. C 18. D
9. B 19. A
10. C 20. D
16
BAB II
PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran dengan Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini akan terdiri
dalam 6 (enam) kegiatan pembelajaran. Ke-6 kegiatan pembelajaran tersebut adalah:
1. Pembelajaran I: Konsep Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2. Pembelajaran II: Safety Management
3. Pembelajaran III: Hygiene Industri
4. Pembelajaran IV:Risiko dan Bahaya Lingkungan Kerja
5. Pembelajaran V: Kecelakaan Kerja
6. Pembelajaran VI: Kesiapsiagaan Keadaan Darurat
Keenam kegiatan pembelajaran tersebut akan dijelaskan secara detil pada BAB II di
bagian setelah ini.
17
PEMBELAJARAN I
A) TUJUAN PEMBELAJARAN
B) AKTIVITAS
1. Bacalah dengan cermat materi dalam modul ini
2. Sebaiknya modul ini dipelajari secara berkelompok, tetapi jika tidak
memungkinkan sadara dapat mempelajari sendiri
3. Sebelum membaca modul ini perlu difahami terlebih dahulu indikator
pembelajaran
4. Kerjakan semua evaluasinya
18
C) MATERI
b) Defenisi K3
K3 Merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja melalui
penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi
membahayakan para pekerja. Pengendalian juga ditujukkan pada sumber
yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat jenis pekerjaan tersebut,
upaya pencegahan kecelakaan, penyerasian peralatan
kerja/mesin/instrument, dan karakteristik manusia yang menjalankan
pekerjaan tersebut ataupun orang-orang yang berada di sekelilingnya.
Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bermacam-macam, ada
21
Referensi
D) RANGKUMAN
Latihan :
Jawab pernyataan di bawah ini dengan pilihan B jika benar atau S jika salah :
Essay :
STOP
SELESAIKAN SOAL EVALUASI DULU
SEBELUM KE HALAMAN BE RIKUTNYA
28
Kunci Jawaban:
Latihan
1.B
2.B
3.S
4.B
Essay
1. Kompetensi K3 adalah
Kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan
sikap/perilaku keselamatan dan kesehatan kerja dalam pelaksanaan profesi
di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Di Indonesia kompetensi bidang K3 yang kualifikasikan sbb:
a. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Muda
-
K3 di rumah sakit atau lebih terkait pada aspek kesehatan kerja
dibandingkan dengan keselamatan kerja. Hal tersebut disesuaikan terhadap
tugas dan fungsi dari Departemen Kesehatan.
30
PEMBELAJARAN II
SAFETY MANAGEMENT
A) TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum:
Memahami penerapan safety management di lingkungan kerja
B) AKTIVITAS
1. Bacalah dengan cermat materi dalam modul ini
2. Sebaiknya modul ini dipelajari secara berkelompok, tetapi jika
tidak memungkinkan sadara dapat mempelajari sendiri
3. Sebelum membaca modul ini perlu difahami terlebih dahulu
indikator pembelajaran
4. Kerjakan semua evaluasinya
31
C) MATERI
SAFETY MANAJEMENT
b. Kebijakan SMK3
Langkah awal untuk mengimplementasikan SMK3 adalah
dengan menunjukkan komitmen serta kebijakan K3 yaitu suatu
pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau
pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan,
komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan program kerja
yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat
umum dan/atau operasional. Kebijakan K3 dibuat melalui proses
konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja yang kemudian
harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga kerja,
pemasok dan pelanggan. Kebijakan K3 bersifat dinamik dan selalu
ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3. Menetapkan
kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3
35
b. Permenaker 05/MEN/1996
Beberapa yang harus diperhatikan untuk pengelolaan operasi yang
disyaratkan dalam Permenaker 05/MEN/1996 seperti berikut.
1) Perancangan dan rekayasa Pengendalian risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (PAK) dalam proses rekayasa harus dimulai
sejak tahap perancangan dan perencanaan
2) Tinjauan ulang kontrak Pengadaan barang dan jasa yang melalui
kontrak harus ditinjau ulang untuk menjamin kemampuan
perusahaan dalam memenuhi persyaratan K3 yang telah ditentukan.
Pembelian System pembelian barang dan jasa beserta prosedur
pemeliharaannya harus terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2. Safety Supervision and Leadership
SAFETY LEADERSHIP
Tujuan :
1. Budaya HSSE dibangun dan tumbuh melalui komitmen nyata dan
keteladanan dari jajaran manajemen ke seluruh jajaran pekerja dan mitra
kerja.
2. Upaya HSSE didukung oleh jajaran manajemen melalui keterlibatannya
37
KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIF
1. Role model yang sejati
2. Menginspirasi orang lain dengan menciptakan saling berbagi dan fokus
goalnya
38
3. Menstimulasi kecerdasan
4. Memberikan perhatian individu, melihat manusia sebagai maklhuk hidup
5. Ke-manusiawi-an
GOOD LEADER
1. Good Leader adalah seseorang yang baik, menghargai dan mendengarkan
apa yang orang lain katakan, percaya diri, dan pintar.
2. Kita semua adalah pemimpin. Kita semua bisa menjadi pemimpin masa
depan jika kita menggunakan potensi kita secara maksimal.
3. Hanya ada satu orang yang bisa menghalangi Anda untuk menjadi versi
terbaik diri Anda Orang itu adalah Anda.
4. Hanya Anda yang bisa mengubah hidup Anda dan hanya Anda yang bisa
mempengaruhi kebahagiaan dan kesuksesan Anda.
5. Hidup Anda tidak berubah ketika bos Anda dan karir Anda berubah.
Hidup Anda berubah jika Anda berubah.
6. Ketika Anda yakin pada diri Anda, ketika Anda menyadari bahwa hanya
Andalah yang bertanggungjawab atas diri Anda. Buatlah diri Anda untuk
39
3. SAFETY COMMITE
Panitia Pembina K3 (P2K3)
• Tujuan:
Mengembangkan keterlibatan semua unsur dalam program HSE
Membantu Manajemen dalam mengimplementasikan program HSE
dalam perusahaan.
• Implementasi :
a. Membentuk komite HSE dalam setiap unit kegiatan.
b. Menyelenggarakan kegiatan Komite HSE secara berkala dengan
melibatkan semua unsur terkait dalam perusahaan.
c. Menyelenggarakan rapat Panitia secara berkala dan memberikan
masukan kepada manejemen tentang upaya peningkatn HSE dalam
perusahaan.
DASAR PEMBENTUKAN PANITIA PEMBINA K3 (P2K3)
• UU no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, bab VI, pasal 10
• Permeneaker No 04/1987 tentang P2K3 dan tata cara penunjukan
Ahli K3
Tugas
• Membangun dan mengembangkan kerja sama dalam bidang K3
antara pengurus/pengusaha dan tenaga kerja
• Membangun dan mengembangkan saling pengertian dalam bidang
K3
• Membangun dan mengembangkan partisipasi efektif
RANGKUMAN
.
43
E.REFERENSI
Stranks, Jeremy 2003. The Handbook of Health and Safety Practice, 6th ed.
Great Britain Pearson Education Limited 2003: Prentice Hall.
Latihan Soal
1. Budaya HSSE dibangun dan tumbuh melalui komitmen nyata dan keteladanan
dari jajaran manajemen ke seluruh jajaran pekerja dan mitra kerja.
BENAR/SALAH
STOP
SELESAIKAN SOAL EVALUASI DULU
SEBELUM KE HALAMAN BE RIKUTNYA
48
PEMBELAJARAN III
HYGIENE INDUSTRY
B) TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum:
Memahami penerapan hygiene industri
B) AKTIVITAS
1. Bacalah dengan cermat materi dalam modul ini
2. Sebaiknya modul ini dipelajari secara berkelompok, tetapi jika
tidak memungkinkan sadara dapat mempelajari sendiri
3. Sebelum membaca modul ini perlu difahami terlebih dahulu
indikator pembelajaran
4. Kerjakan semua evaluasinya
49
C) MATERI
HYGIENE INDUSTRI
tekanan udara. b. Kelompok kimia yang meliputi gas, uap, debu, kabut,
fume, asap, awan, cairan dan benda padat. c. Kelompok biologi meliputi
baik dari golongan hewan ataupun tumbuhan baik yang bersel satu atau
lebih. d. Kelompok fisiologi atau ergonomic, seperti konstruksi mesin,
sikap dan cara kerja yang salah, dan hubungan pekerjaan dengan
lingkungan kerja yang tidak sesuai. e. Kelompok psikologi, seperti
suasana kerja yang tidak baik, hubungan antar pekerja yang kurang
harmonis, pemilihan kerja yang tidak sesuai dan lain-lain.
Mengantisipasi Bahaya (Hazards Anticipation) dengan beberapa
langkah. Beberapa langkah dalam mengantisipasi bahaya (hazards
anticipation), yaitu. a. Melakukan pemetaan bahaya kesehatan kerja. b.
Mengadakan inventarisasi Occupational Health Hazard (fisik, kimia,
biologi, ergonomic dan psikologi). c. Mengidentifikasi Occupational
Health Hazard (fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi). d.
Melakukan walkthrough survey. e. Mempelajari proses alur produksi f.
Mempelajari referensi unit kerja terkait. 3.1.4 Mengenal Bahaya (Hazards
Recognition) Beberapa langkah dalam mengenal bahaya (hazard
recognition), yaitu. a. Mengenal bahaya kesehatan kerja. b. Membangun
file MSDS (Material Safety Data Sheet) dan membantu pembuatan MSDS
utnuk produk perusahaan. c. Mengenal production flow dengan berbagai
permasalahan industrial hygiene-nya. d. Mengenal peralatan keselamatan
kerja guna penyesuaian pemakaian dan pemeliharaannya. e. Membuat self-
assessment kondisi industrial hygiene di unit operasi secara berkala. f.
Mengetahui atau memahami peraturan atau perundangan
Menilai Bahaya (Hazards Evaluation) pun dengan beberapa
langkah. Beberapa langkah dalam menilai bahaya (hazards evaluation),
yaitu. a. Mengumpulkan data kualitatif lingkungan kerja (sistem
pencacatan dan pelaporan hazards identification). b. Mengadakan
pemantauan atau monitoring terhadap potensi bahaya kesehatan
(kuantitatif). c. Mengadakan analisa data untuk penetapan suatu
rekomendasi. d. Melaksanakan audit terhadap upaya hygiene industri. e.
51
b. Getaran
1) Vibrasi meter yang setara dengan Sound Level Meter & Analyzer
2) Vibratometer
g. Ventilasi
1) Fane anemometer
2) Mini anemometer
3) Incline Manometer
4) Gas Analyzer.
h. Dust/ Debu/Asbest
1) Grafimetric dust sampler dan asesoris (cyclone, sample head dan filter).
2) Dust counter.
3) Timbangan.
4) Stereo microscope
5) Polaryze microscope
i Mikrobiologi
1) Active Sampler with Cascade Impacter.
2) Membrane filter
3) Mikroscope
60
Soal latihan :
1. Bagaimana cara mengatasi resiko kebisingan saat bekerja ?
2. Bagaimana cara mengatasi stress saat bekerja ?
3. Bagaimana cara mengatur posisi kerja yang nyaman ?
Jawaban:
STOP
SELESAIKAN SOAL EVALUASI DULU
SEBELUM KE HALAMAN BE RIKUTNYA
61
Kunci Jawaban
1. Cara mengatasi kebisingan saat kerja
d. Audiometry Evaluation
1) Konduksi udara diikuti oleh Air bone conduction untuk diagnose
2) Paling sedikit dilakukan ahunan
e. Pendidikan dan Motivasi
c. Istirahat harus dilakukan setiap 4 jam tanpa terpapar panas saat istirahat
Pemantauan keluhan kesehatan
d. Promosi kesehatan keluhan kesehatan yang berhubungan dengan stres
panas kepada pekerja
e. Jaminan status kesehatan sebelum bekerja di luar ruangan
f. Alarm keluhan kesehatan individu saat bekerja di luar ruangan
g. Mendidik posisi kerja yang baik 9. Didik bagaimana mengatur kursi dan
meja 10. Istirahat singkat 11. Minimalkan silau 12. Organisasi meja
63
PEMBELAJARAN IV
A) TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum:
Memahami tentang risiko dan bahaya lingkungan kerja
B) AKTIVITAS
1. Bacalah dengan cermat materi dalam modul ini
2. Sebaiknya modul ini dipelajari secara berkelompok, tetapi jika
tidak memungkinkan sadara dapat mempelajari sendiri
3. Sebelum membaca modul ini perlu difahami terlebih dahulu
indikator pembelajaran
4. Kerjakan semua evaluasinya
64
65
C) MATERI
2. Identifikasi Bahaya
Gambar 4.1 Pekerja berada dalam lingkungan kerja yang memiliki resiko bahaya
Menurut OSHA, unsur penting dalam setiap program keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) yang efektif adalah melaksanakan identifikasi bahaya dan
penilaian risiko yang proaktif dan berkelanjutan.
Identifikasi bahaya dan penilaian risiko merupakan salah satu tahap
perencanaan dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
yang diwajibkan dalam standar ISO 45001:2018 maupun standar PP No.50 Tahun
2012 terkait SMK3.
Identifikasi bahaya adalah upaya untuk mengetahui, mengenal, dan
memperkirakan adanya bahaya pada suatu sistem, seperti peralatan, tempat kerja,
proses kerja, prosedur, dll.
Penilaian risiko adalah proses penilaian suatu risiko dengan
membandingkan tingkat/kriteria risiko yang telah ditetapkan untuk menentukan
prioritas pengendalian bahaya yang sudah diidentifikasi.
Sesuai ISO 45001:2018, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
pengurus dan pekerja dalam melakukan identifikasi bahaya dan penilaian risiko di
tempat kerja, di antaranya:
a) Aktivitas rutin dan non-rutin di tempat kerja
yang tepat yang memungkinkan semua bahaya dan risiko di tempat kerja
teridentifikasi dan pengendaliannya dilaksanakan secara berkelanjutan.
2) Material Safety Data Sheet (MSDS) yang disediakan oleh produsen bahan
kimia
9) Saran dan masukan dari pekerja, survei atau notulen pada pertemuan
komite K3
10) Hasil analisis Job Hazard Analysis (JHA), juga dikenal sebagai Job Safety
Analysis (JSA).
dokumentasi dapat berupa form, foto atau video pada area kerja yang
terdapat potensi bahaya
g) Investigasi insiden yang efektif tidak berhenti pada identifikasi satu faktor
pemicu insiden saja. Tim investigasi biasanya akan mengajukan
pertanyaan, "Kenapa?" dan "Apa yang menjadi penyebab insiden?".
76
e. Area kerja yang belum bebas dari pekerja atau peralatan ringan.
Tag-Out). Tujuan dari isolasi energi bahaya dan lock-out tag out (LOTO)
antara lain adalah untuk:
a) Pencegahan kecelakan karena paparan energ berbahaya dengan melakukan
isolasi energi berbahaya yang sesuai.
b) Sistem dan prosedur untuk proses isolasi energi sampai dengan aktivasi
energi kembali dengan aman.
1) Memahami besar dan tipe energi serta energi yang akan diisolasi.
2) Memastikan alat isolasi yang diperlukan dan ketersediaan alat tersebut di
tempat.
3) Memberi tahu pekerja yang terkait dengan sumber energi tersebut
4) Memahami pengaruh dari pemutusan sumber energi dan dimatikannya
operasi peralatan tersebut
5) Memahami prosedur “shut-down” normal untuk peralatan /mesin.
Gambar 4.6 Peralatan pengunci dan label berbagai macam sumber energi LOTO
83
Ketika alat penguncian telah terpasang ke semua alat isolasi energi, semua
potensi bahaya energi yang tersimpan dan sisa energi harus dilepaskan, dibuang
agar tidak mencelakakan pekerja. Beberapa contoh pelepasan energi sisa melalui:
a) Membuang energi dalam kapasitor (discharging capacitor).
Energi yang tersimpan ini harus dilepas sedemiki hingga tidak ada potensi
sisa energi pada bagian hilir dari titik isolasi. Jika ada kemungkinan ener untuk
kembali terakumulasi sampai tingkat yang membahayakan, verifikasi isolasi harus
diteruskan hingga perbaikan atau perawatan mesin telah selesai atau sampai
kemungkinan terakumulasinyo energi tidak menjadi bahaya lagi.
84
D. Rangkuman
1) Langkah-langkah identifikasi bahaya dan penilaian risiko menurut OSHA:
a) Kumpulkan semua informasi mengenai bahaya yang ada di tempat kerja
b) Lakukan inspeksi secara langsung untuk menemukan potensi bahaya
yang ada di tempat kerja
c) Lakukan identifikasi bahaya terhadap kesehatan kerja
d) Lakukan investigasi pada setiap insiden yang terjadi
e) Lakukan identifikasi bahaya yang terkait dengan situasi darurat dan
aktivitas non-rutin
f) Kelompokkan sifat bahaya yang teridentifikasi, tentukan langkah-
langkah pengendalian sementara, dan tentukan prioritas bahaya yang
perlu pengendalian secara permanen
2) Terdapat beberapa penyebab kecelakaan sehubungan dengan isolasi energi
berbahaya, antara lain:
a) Kesalahan karena tidak mematikan sumber energi.
b) Ketidak sengajaan menghidupkan mesin atau peralatan
c) Ketidak-akuratan pemasangan isolasi terhadap proses fluida (gas atau
cairan).
d) Terlupakannya atau tidak dilakukannya pembuangan sisa-sisa energi
(listrik statik, tekanan sisa dalam peralatan proses gas atau cairan).
e) Area kerja yang belum bebas dari pekerja atau peralatan ringan
3) Tujuan dari isolasi energi bahaya dan lock-out tag out (LOTO) antara lain
adalah untuk:
a) Pencegahan kecelakan karena paparan energ berbahaya dengan melakukan
isolasi energi berbahaya yang sesuai.
b) Alat bukti bahwa pelaksanaan isolasi energi berbahaya telah dilakukan
dengan benar.
86
E. Referensi
1. National Vet. (n.d.). Spot The Hazard In Workplace. Retrieved 6 13, 2015,
from National Vet
Content: https://nationalvetcontent.edu.au/alfresco/d/d/workspace/SpacesS
tore/bd
2. Ismet Somad, “Identifikasi Bahaya”, Materi Training Occupational Safety
Health dan Administration, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, PPNS
2020
3. Ismet Somad, “Isolasi Energi Berbahaya”, Materi Training Occupational
Safety Health dan Administration, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,
PPNS 2020
4. Kumpulan Modul K3, Direktorat Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3,
Kemenaker, 2017.
5. Ismed Somad, Teknik Efektif dalam membudayakan Keselamatan
Kesehatan Kerja, 2019
6. SKKNI Nomor : Kep.42/MEN/III/2008 tentang Penetapan Standar
Kompetensi Nasional Indonesia Sektor Ketenagakerjaan Bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
88
F. Evaluasi
Pada Gambar di bawah terdapat setidaknya 8 bahaya dan resiko keselamatan dan
kesehatan kerja. Silakan Anda identifikasi dan tentukan pengendaliannya
STOP
SELESAIKAN SOAL EVALUASI
DULU SEBELUM KE HALAMAN BE
RIKUTNYA
89
PEMBELAJARAN V
KECELAKAAN KERJA
B) TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum:
Memahami konsep kecelakaan kerja
B) AKTIVITAS
1. Bacalah dengan cermat materi dalam modul ini
2. Sebaiknya modul ini dipelajari secara berkelompok, tetapi jika
tidak memungkinkan sadara dapat mempelajari sendiri
3. Sebelum membaca modul ini perlu difahami terlebih dahulu
indikator pembelajaran
4. Kerjakan semua evaluasinya
91
C.MATERI
V. KECELAKAAN KERJA
sama agar tidak terulang kembali. Jika manajemen keselamatan kerja efektif maka
seharusnya tidak ada kecelakaan kerja yang terjadi. Berdasarkan asalnya,
penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Teknikal, yaitu segala hal yang berkaitan dengan perangkat keras seperti
mesin, alat, transportasi, dan lain-lain
2. Organisasional, yaitu segala hal yang berkaitan dengan sistem manajemen
seperti prosedur, instruksi kerja, rambu-rambu, dan lain-lain
3. Personel, yaitu segala hal yang berkaitan dengan sifat manusia seperti sifat
tergesa-gesa, sifat pelupa, menegur ketika tidak aman, dan lain-lain.
Kelima faktor ini tersusun layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika
satu kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya
akan roboh secara bersama.Ilustrasi ini mirip dengan efek domino yang telah
kita kenal sebelumnya, jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu
peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan lain.
Fenomena ini yang oleh Heinrich digambarkan sebagai domino effects
dimana setiap faktor dapat mendorong/ berkontribusi terhadap terjadinya
kecelakaan hal yang sama bahwa menghilangkan satu faktor tersebut didalam
barisan domino akan memutus urutan tersebut.
Teori ini menjelaskan bahwa kunci untuk mencegah kecelakaan adalah
dengan menghilangkan tindakan tidak aman sebagai poin ketiga dari lima
faktor penyebab kecelakaan. Sesuai dengan analogi efek domino, jika kartu
ketiga tidak ada lagi, seandainya kartu kesatu dan kedua jatuh, ini tidak akan
menyebabkan jatuhnya semua kartu. Adanya Gap atau jarak dari kartu kedua
dengan kartu keempat, jika kartu kedua jatuh, ini tidak akan sampai
meruntuhkan kartu keempat. Pada akhirnya, kecelakaan (kartu keempat) dan
dampak kerugian (kartu kelima) dapat dicegah.
98
Model Epidemiologikal
Model kecelakaan epidemiologikal dapat dilacak dari studi epidemiologi
penyakit dan penelitian dari faktor penyebab pada perkembangan mereka.
Gordon (1949) menyadari bahwa “Luka, meskipun berbeda dari penyakit,
sebenarnya sama-sama rentan dengan menggunakan pendekatan ini, berarti
pengertian kita terhadap kecelakaan dapat ditingkatkan dengan menganggap
bahwa kecelakaan disebabkan oleh kombinasi dari 3 sumber: manusia, agen,
dan lingkungan. Benner (1975) seorang praktisi faktor manusia pada psikologi
mengajukan model penyebab kecelakaan dengan prinsip epidemiologikal.
Model ini menyatakan bahwa kecelakaan merupakan kombinasi dari faktor
lingkungan dan agen yang memiliki efek negatif kepada organisme.
101
Model Sistemik
Pada tahun 1980, peneliti-peneliti di bidang keselamatan kerja menyadari
bahwa model kecelakaan yang sebelumnya tidak mencerminkan realitas dari
fenomena kecelakaan. Banner (1984) menyatakan bahwa realitas yang ada
harusnya juga mengakomodasi kejadian yang non-linear.
Model kecelakaan sistemik menguji ide bahwa kegagalan sistem lebih
berkontribusi terhadap kegagalan manusia dalam kecelakaan kerja. Model ini
menyatakan bahwa kecelakaan tidak terjadi dalam lingkungan sistemik yang
terisolasi.
James Reason (1990) menerima bahwa kecelakaan tidak melulu
disebabkan oleh kesalahan individu (active errors) tetapi juga terletak pada
faktor organisasional yang sistemik dan lebih luas (latent condition). Reason
mengeluarkan model yang disebut Swiss Cheese Model.
102
Penjelasan konsep 4P :
a. Position
- Posisi dapat berarti orang,peralatan, material, bagian-bagian lain dari
lingkungan ditempat kejadian.
- Posisi orang dicatat/ sket untuk analisis selanjutnya
- Lakukan pengukuran dari sket/ gambar
b. People
Setiap orang yang secara langsung melihat atau yang terkena dampaknya
atau orang yang terlibat dalam proses, peralatan atau system. Bisa juga setiap
orang yang dapat memberikan informasi mengenai kejadian, seperti : korban
langsung, saksi mata, teman sekerja, pimpinan dan ahli.
c. Part
Peralatan atau semua benda yang terkait dengan kejadian atau kecelakaan
seperti: komponen mesin yang pecah, alat angkat yang digunakan, Peralatan
keselamatan, Instrumen dan lain-lain.
d. Papers
Semua informasi atau dokumen yang berkaitan dengan kejadian seperti:
Ijin kerja, dokumen data korban, dokumen kerja, SOP terkait, sertifikat, data-
data korban, pemeriksaan lingkungan kerja dan lain sebagianya.
e. Rekomendasi (Recommandation)
Rekomendasi merupakan langkah-langkah perbaikan yang diusulkan
berdasarkan hasil analisa kejadian dengan harapan kejadian tersebut tidak terulang
kembali di kemudian hari. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat
rekomendasi perbaikan adalah :
- Membedakan antara Intermediate dan underlying/ root causes
- Rekomendasi berdasarkan faktor-faktor pendukung kunci dan underlying/root
causes
- Rekomendasi harus dapat dikomunikasikan secara jelas dan objektif.
- Konsisten dengan jadwal yang ditetapkan.
- Follow-up dengan langkah tindak lanjut yang dapat mencegah terulangnya
kembali secara langsung maupun tidak langsung.
LEMAHNYA KONTROL
1. Program tidak sesuai
Fakta :
- Tidak ada program kampanye, sosialisasi, dan pelatihan K3 yang terjadwal secara periodik
oleh manajemen/ pengurus.
2. Kepatuhan
Fakta :
- Lemahnya system pengawasan penerapan K3 di lingkungan kerja
- Kesadaran tentang keselamatan rendah.
- Tidak mematuhi prosedur kerja yang telah ditetapkan.
3. Standar
Fakta :
- Tidak ada SOP kerja yang baku dalam melaksaakan pekerjaan
- Tidak ada SOP tentang penyimpanan alat kerja pada saat bekerja di atas pada area kerja.
112
REKOMENDASI
1. Menyelenggarakan Kamapanye, Promosi dan Pelatihan K3 secara berkala pada setiap orang
yang berada dilingkungan kerja.
2. Melakukan Inspeksi secara periodik pada tiap unit dan proses dan memberikan laporan serta
rekomendasi perbaikan pada pimpinan terkait K3 dilingkungan kerja.
3. Membuat Standar Kerja untuk pekerjaan yang dilakukan di bagian atas tempat kerja dan
mengidentifikasi bahaya yang ada pada tiap unit kerja dan disosialisasikan.
4. Melakukan eliminasi, subsitusi, rekayasa engineering, pengendalian administrasi dan
penggunaan APD.
Latihan Praktek Investigasi Kecelakaan Kerja :
KASUS INSIDEN
Pada tanggal 21 Maret 2019 jam 17.25 WIB telah terjadi kebakaran pada SPBU Cemara,
kebakaran dan ledakan telah mengakibatkan 2 orang mengalami luka bakar bakar dan mengalami
kerusakan properti pengisian minyak. Tidak ada korban manusia.
Hasil Analisa :
Dari hasil analisa pemeriksaan lapangan, diskusi dengan semua pihak terkait, pemeriksaan
prosedur kerja, bahan dari youtube dan lainnya, maka tim menyimpulkan sebagai berikut :
Penyebab Langsung:
• Sumber bahan bakar: berasal dari uap BBM jenis Premium yang sudah terakumulasi didalam
Jirigen 20 L yang sudah berisi 10%. Pada saat pengisian jirigen juga sedang dilakukan
pengisian Tanki timbun sehingga uap HC yang terbentuk bisa mempengaruhi jumlah uap HC
yang dimasukkan kedalam Jerigen.
• Sumber panas : adalah timbulnya listrik statis saat nozzle mengisi Premium kedalam Jerigen.
Listrik statis sangat berpotensi bisa timbul karena jerigen tidak dalam posisi pembumian
sehingga terjadi beda muatan listrik, yang menimbulkan loncatan bunga api.
• Kejadian terjadi diruang terbuka sehingga Oksigen berasal dari udara yang ada diruang
terbuka.
Penyebab Dasar:
Personal Factors
• Lack Of Knowledge: Dari data personil yang bekerja telah mendapatkan training HSE. Namun
dari hasil wawancara, pemahaman pekerja tentang aspek keselamatan dalam operasi masih
belum lengkap, misalnya ketika ditanyakan bagaimana proses timbulnya listrik statis pada saat
pengisian Jerigen pihak pengawas dan pekerja kurang memahaminya. Disamping itu,
pengetahuan pekerja mengenai cara berkeja yang aman masih belum memadai.
• Lack of skill : Para pekerja tidak mengetahui cara bekerja yang aman untuk pengisian BBM
dan bahaya pengisian BBM ke jerigen.
Job Factors
• Inadequate leadership:
- Inadequate standard: Pengisian BBM ke Jerigen tidak diperbolehkan karena tidak memenuhi standard
- Inadequate policy/procedure/practice: Prosedur yang ada dilapangan tidak secara jelas menyebutkan larangan
penggunaan jerigen untuk mengisi BBM.
• Inadequate Supervison/ coaching
- Tidak ditemukan prosedur dan training pekerja yang spesifik pada pengisian BBM ke jerigen dan pelarangan
aktifitas pengisian selama proses unloading BBM dari Truk Tanki BBM ke Tanki Pendam.
113
No. Formulir :
LAPORAN PENYELIDIKAN KEJADIAN Revisi :
T.M.T :
Halaman :
KEJADIAN
● Diisi „TINGGI” jika kejadian merupakan major event (lihat Bagian 1.4)
BAGIAN 1
1. Jenis Kejadian
□ Kecelakaan fatal / mati □ Kerusakan properti □ Gangguan Keamanan
□ Lost Time Incident (LTI) □ Kerugian proses melebihi ambang □ Kondisi tidak aman
□ Restricted Work Incident (RWI) batas □ Keluhan
□ Penyakit akibat kerja □ Parameter proses melebihi □ SSD (Safety Stand Down)
□Medical Treatment Incident (MTI) ambang batas □ Kecelakaan diluar jam kerja
□ Absen tanpa laporan □ Kegagalan aset □ Kejadian yang menarik media
□ Kecelakaan lalu lintas □ Insiden lingkungan □ Demonstrasi
□ First Aid Incident (FAI) □ Ketidaksesuaian produk □ Pembobolan keamanan
□ Penyimpangan higiene industri □ Hampir celaka (Near Miss) □ Lainnya…………………….
*pengertian istilah mengacu kepada TKO Penyelidikan Kejadian No: B-001/p/A3/EP8000/2020
2. Jenis Kegiatan
Transportasi: □ Darat; □ Udara; □ Air;
□ Kerja sipil; □ Kerja mekanik; □ Kerja elektrik; □ Kerja Instrumen; □ Peralatan; □ Perpipaan; □ Pengangkatan;
□ Kerja galian; □Normal proses; □ Comissioning; □ Inspeksi; □ Ruang terbatas;
□ Kantor; □ Workshop; □ Warehouse; □ Perumahan □ Luar jam kerja; □ Lainnya:_____________
3. Konsekuensi Kejadian
4. Kronologis Kejadian
114
5. Temuan Fakta
- Dari data personil yang bekerja telah mendapatkan training HSE. Namun dari hasil wawancara, pemahaman pekerja tentang aspek
keselamatan dalam operasi masih belum lengkap, misalnya ketika ditanyakan bagaimana proses timbulnya listrik statis pada saat pengisian
Jerigen pihak pengawas dan pekerja kurang memahaminya. Disamping itu, pengetahuan pekerja mengenai cara berkeja yang aman masih
belum memadai.
- Para pekerja tidak mengetahui cara bekerja yang aman untuk pengisian BBM dan bahaya pengisian BBM ke jerigen.
- Pengisian premium ke dalam jerigen tidak memenuhi standard
- Tidak ada kebijakan yang secara jelas melarang menggunakan jerigen.
- Tidak terdapat prosedur dan record training pekerja terkait aktivitas pengisian selama proses unloading BBM dari truk tanki BBM ke tangki
pendam.
- Para pekerja tidak melakukan identifkasi resiko terhadap aktifitas unloading BBM dan pengisian BBM ke Jerigen
- Standard yang tersedia tidak terpublikasi sampai ke SPBU
- Tidak ditemukan adanya standard pengisian BBM ke jerigen di SPBU
- Pekerja tidak mendapatkan training yang memadai tentang standar kerja yang aman
- Kurangnya tanda instruksi kerja dan kondisi aman dilapangan.
- Tidak ditemukan bukti inspeksi dan MWT (management walk through) terkait bahaya process safety di SPBU
1. □ Mengoperasikan tanpa ijin 21. □ Kondisi lantai/ permukaan yang tidak layak
2. □ Gagal untuk mengingatkan 22. □ Peralatan yang rusak
3. √ Gagal untuk mengamankan 23. □ Peralatan/ perkakas yang tidak tepat
4. □ Operasional dengan kecepatan yang tidak sesuai 24. □ Integritas peralatan yang kurang
5. □ Membuat peralatan safety tidak bekerja sesuai fungsinya 25. □ Mode/ system operasi yang tidak memadai
6. □ Memakai Peralatan Yang Rusak 26. □ Gagal untuk mendeteksi/ mengukur
7. □ Cara penggunaan peralatan yang tidak tepat 27. □ Sinyal yang tidak tepat
8. □ Pemeliharaan peralatan yang tidak memadai 28. √ Material yang tidak tepat
9. □ Penggunaan material/ bahan yang tidak tepat 29. □ Komposisi material/ gas yang tidak tepat
10. □ Gagal untuk Memakai APD secara tepat 30. □ Kurang penghalang/ pengaman
11. √ Pemuatan yang tidak tepat 31. □ APD yang kurang/ tidak layak
12. □ Penempatan yang tidak tepat 32. □ Tempat kerja yang terbatas
13. □ Pengangkatan yang tidak tepat 33. □ Sistem peringatan kurang
14. □ Salah Posisi dalam kaitan dengan posisi kerja 34. □ Adanya gas mudah terbakar/ meledak
15. □ Tingkah laku/ kebiasaan yang tidak tepat 35. □ Penggunaan material berbahaya tanpa ijin
16. □ Dibawah pengaruh alkohol / obat terlarang 36. □ Housekeeping yang buruk
17. □ Gagal untuk mengikuti prosedur/ instruksi 37. □ Kebisingan
18. √ Gagal untuk mengidentifikasi bahaya 38. □ Bahaya radiasi
19. □ Gagal mengalokasikan sumber daya 39. □ Pencahayaan yang kurang/ berlebih
20. □ Unsafe act oleh pihak external yang tidak di bawah 40. □ Bahaya getaran
pengawasan sendiri 41. □ Temperatur extreme
21. □ Lainnya : ___________________ 42. □ Tekanan extreme
43. √ Informasi tidak memadai
44. □ Kondisi/ lingkungan kerja yang berbahaya
45. □ Bahaya dari sumber external
115
3. Penyebab Dasar
Faktor Personal Faktor Pekerjaan
3. Lack of Control
Didistribusikan kepada:
□ Ditjend Migas □ Depnaker/Disnaker □ KLH / BLHD √ SKK Migas
□ General Manager …….. √ Manajer HSSE □ Lainnya: ........
Jabatan
116
dan berhak;
n) Biasakan anda berdoa sebelum mengoperasikan suatu mesin dan peralatan;
o) Isilah kartu pemakaian mesin dan peralatan, jika disediakan;
p) Jangan menyentuh unsur-unsur kimia yang berbahaya dengan tangan
telanjang;
q) Kecerobohan seorang pekerja akan berakibat fatal terhadap mesin dan
peralatan, diri sendiri, orang lain di sekitarnya, atau ketiga-tiganya.
Kenyamanan bekerja
a) Pakailah pakaian kerja yang terkancing rapat, rapi dan tidak kedodoran;
b) Gunakan alat lindung diri sesuai dengan porsinya;
c) Jagalah agar rambut dan kuku tetap pendek. Kalaupun memang rambut
agak panjang, usahakan untuk mengikatnya dengan rapi;
d) Jangan meletakkan alat-alat bantu, perkakas dan alat pengukuran di
sembarang tempat;
e) Jangan merubah posisi atau kedudukan mesin dan peralatan yang
menyulitkan untuk ditata kembali hanya untuk kepentingan sesaat;
f) Jangan menyimpan alat-alat yang tajam dan berbahaya dalam saku
pakaian kerja;
g) Usahakan untuk menemukan suatu metode kerja yang lebih baik, nyaman
dan efesien;
h) Buanglah sampah pada tempatnya;
i) Dan lain-lain.
Perawatan mesin dan peralatan
a) Peliharalah mesin dan peralatan agar selalu berada dalam kondisi baik;
b) Gantilah alat-alat atau perlengkapan mesin yang telah rusak dengan yang
baru;
c) Penempatan kartu perawatan harus terlihat jelas pada suatu mesin dan
peralatan;
d) Bersihkan mesin, peralatan, dan lingkungannya setelah menggunakannya.
Jangan lupa untuk memberikan oli pada bagian-bagian yang diperlukan;
118
D. REFERENSI
British Standard Institution. 2018. ISO 45001:2018 Occupational Health &
Safety management systems Requirements with guidance for use. Geneva,
March 31.
Safe Institute of Australia. 2013. Model of Causation Safety. OHSBOK. Dec.
Accessed Oct 10, 2018. http://www.ohsbok.org.au/wp-
content/uploads/2013/12/32-Models-of-causation-Safety.pdf. m
Wartakota, 2019. Data BPJS Ketenagakerjaan, Setiap Hari Terjadi 40.273
Kasus Kecelakaan Kerja. Diakses di
https://wartakota.tribunnews.com/2019/08/28/data-bpjs-ketenagakerjaan-
setiap-hari-terjadi-40273-kasus-kecelakaan-kerja?page=2.
121
F.EVALUASI
Latihan Soal
STOP
SELESAIKAN SOAL EVALUASI DULU
SEBELUM KE HALAMAN BERIKUTNYA
122
Kunci Jawaban
PEMBELAJARAN VI
A) TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum:
Memahami tentang kesiapsiagaan keadaan darurat
B) AKTIVITAS
1. Bacalah dengan cermat materi dalam modul ini
2. Sebaiknya modul ini dipelajari secara berkelompok, tetapi jika
tidak memungkinkan sadara dapat mempelajari sendiri
3. Sebelum membaca modul ini perlu difahami terlebih dahulu
indikator pembelajaran
4. Kerjakan semua evaluasinya
124
C.MATERI
Kebakaran terjadi jika ada tiga unsur yang disebut segitiga api yaitu bahan
bakar, sumber panas dan oksigen. Tanpa salah satu unsur tersebut api tidak
terjadi. Segitiga api digambarkan pada gambar 12.1.
Panas dapat dihasilkan dari energi (energi mekanik, energi listrik, energi kimia,
energi surya, energi nuklir), kondisi alam maupun lingkungan (listrik,
sambaran petir, listrik statis, rokok, api terbuka, pemotongan/pengelasan,
permukaan panas, gesekan, bunga api pembakaran, bunga api mekanik, dan
reaksi kimia). Jenis bahan yang mudah terbakar adalah combustable material,
flammable material (mudah nyala). Sedangkan jenis bahan bakar dapat berupa
padat (solid material), cair (liquid material), gas. Pada dasarnya semua bahan
bakar bisa terbakar harus dalam bentuk uap, kecuali logam atau bahan padat
yang dibuat dalam bentuk partikel yang halus/kabut. Bahan bakar padat dapat
berubah dalam bentuk gas melalui proses pirolisis. Pirolisis adalah
dekomposisi termokimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau
sedikit oksigen atau pereaksi kimia lainnya, di mana material mentah akan
mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Titik nyala (Flash
Point) dipakai sebagai ukuran kemudahan bahan dapat terbakar. Unsur ketiga
dari segitiga api adalah oksigen. Oksigen di udara sebanyak 21 % dari jumlah
udara yang ada di atmosfer. Oksigen dapat berupa oksigen murni maupun zat-
126
zat kimia penghasil oksida (oksidator). Oksigen yang diperlukan untuk proses
pembakaran paling sedikit sekitar 16 %. Api dapat menjadi kebakaran dalam
waktu 3-10 menit. Ketiga unsur tersebut dapat menjadi api apabila memiliki
perbandingan yang optimum. Hal ini digambarkan pada gambar 12.2.
4) Autoignition temperature.
Titik bakar dari suatu zat dimana ia menyala secara spontan di atmosfer normal
tanpa sumber pengapian external / tanpa adanya sumber api.
5) Activation Heat Energy.
Energi panas suatu zat tidak terdistribusi secara merata di antara atom, ion atau
molekulnya. sehingga beberapa diantaranya membawa energi panas yang
cukup untuk menghasilkan reaksi
b. Penyebaran Panas
Panas dapat menyebar, melalui empat cara. Empat cara tersebut
adalah radiasi, konveksi, konduksi, dan kontak langsung. Radiasi adalah
penyebaran melalui gelombang panas. Konveksi adalah penyebaran panas
129
Kebarakaran yang terjadi pada ruang tertutup (vakum) apabila ada udara yang
masuk dapat menyebabkan terjadi ledakan. Hal ini sering disebut dengan
back draft.
c. Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran menurut kepmenaker No. PE-04/MEN/1980
tentang “ syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api
ringan” kebakaran dibagi menjadi 4 yaitu:
1) klas-a : kebakaran bahan padat bukan logam. Bahan padat bukan logam
contohnya kayu, pakaian, kertas, karet dan dari bahan plastic.
2) klas-b : kebakaran bahan cair atau gas mudah terbakar. Bahan cair atau gas
mudah terbakar misalnya minyak bumi, oli, lemak, tar, cat pelapis, dan gas
mudah meledak.
130
Proteksi kebakaran dibagi menjadi dua yaitu aktif dan pasif. Proteksi
kebakaran aktif yaitu sistim proteksi kebakaran yang digerakkan secara
aktif baik manual atau otomatis untuk memadamkan kebakaran. Proteksi
kebakaran aktif antara lain deteksi, alarm, APAR, sprinkler, hydrant.
Proteksi kebakaran pasif yaitu sistem, alat atau bagian dari suatu
bangunan, peralatan atau sistim yang berfungsi untuk melindunginya dari
kebakaran. Proteksi kebakaran pasif antara lain kompartemen, smoke
control, fire damper, fire retardant/ treatment. Gambar 12.6 merupakan
contoh proteksi kebakaran aktif.
1) Cek apakah terdapat kebocoran pada tabung dan pastikan gas pendorong tidak
bocor, indikasinya adalah keberadaan posisi jarum yg terletak di pressure
gauge tepat berada di posisi 15 s/d 20 Bar.
2) Cek segel di tabung Cartridge yg berada di leher tabung, apakah masih dalam
keadaan utuh, lalu kembalikan pada posisi semula. (Berlaku untuk tabung type
Cartridge)
3) Bersihkan tabung dari debu, air, maupun korosi. Caranya gosok tabung dgn
kain basah hingga tak ada lagi debu, lalu gosok lagi dgn kain kering. Setelah
itu oleskan sedikit solar pada body tabung secara merata, lalu akhiri dgn
penggosokan menggunakan kain kering.
4) Bolak-balikan tabung guna menghindari pembekuan pada cairan dalam
tabung. Caranya, satu tangan memegang bagian atas tabung, dan tangan
satunya lagi memegang bagian bawah tabung. Lalu bagian atas tabung dibalik
ke bawah dan sebaliknya, bagian bawah tabung dibolak ke atas. Lakukan
hingga 3 sampai 5 kali secara perlahan.
5) Pastikan Valve, Selang, Meter Pressure dan Segel dalam keadaan baik.
6) Yakinkan posisi Bracket dalam keadaan kuat dan melekat sempurna dgn
dinding.
7) Jangan hadapkan tabung pemadam api ringan dengan sinar matahari dan hujan
8) Usahakan agar tabung APAR terhindar dari kontak langsung matahari dan
disarankan untuk memberi penutup / canopy / pelindung pada tabung demi
menjaga kualitas tabung lebih tahan lama.
9) Buatlah Kartu Check List Perawatan Bulanan dan Tahunan untuk mengecek
kondisi tabung sebagai bahan laporan dan evaluasi.
Jenis alarm lainnya adalah Smoke detectors. Alarm ini lebih tahan lama dibanding
alat lain. Kekuatan suara hingga 85db, mampu bertahan hingga 2 tahun, dengan
supply baterei sekitar 9 volt. Detektor asap memiliki dua sensor yang berbeda.
Pertama yang berhubungan dengan mata detektor, dan yang kedua melalui
ionisasi. Adanya asap akan dideteksi melalui mata detektor menggunakan
inframerah untuk mendeteksi partikel unsur/butir di dalam atmospir, sedangkan
ionisasi detektor menggunakan komponen elektrik untuk menentukan kehadiran
asap.
Jenis alarm yang ketiga adalah stand Alone Alarm. Alarm ini memiliki kekuatan
suara hingga 105 db dan dilengkapi strobe biru ekstra terang [cahaya/ ringan].
Biaya lebih rendah. Stand Alone Alarm ini ideal digunakan untuk kerja dan
gudang tempat terisolasi (Fakultas Teknik, 2003)
138
D.RANGKUMAN
E.REFERENSI
F) EVALUASI
3. Dibawah ini cara pemadam api yang dilakukan oleh petugas pemadam kebakaran
kecuali :
a. Starvation
b. Cooling
c. Conduction
d. Smothering
4. Salah satu system Pasif Fire Protection adalah Fire/smoke damper. Yang
dimaksud dengan Fire/Smoke damper adalah :
a. Damper pada koridor
b. Damper pada ducting AC Sentral
c. Damper pada setiap bukaan
d. Jawaban a, b dan c benar.
5. Kebakaran adalah proses kimiawi yang dapat terjadi karena bersatunya tiga
unsur segitiga apiyang terdiri atas :
a. Sumber panas, bahan bakar dan minyak
b. Sumber minyak oksigen dan listrik
c. Bahan bakar, panas dan oksigen
d. Semuanya benar
6. Terdapat beberapa cara perpindahan panas pada kejadian kebakaran seperti dibawah
ini kecuali :
a. Radiation
b. Reduction
141
c. Convection
d. Conduction
7. Pasif Fire protrection antara lain sebagaimana tertera dibawah ini, kecuali:
a. Kompartemen
b. Fire/smoke damper
c. Fire Extinguisher
d. Fire Reterdant
10. Pilih salah satu jawaban yang paling tepat sebagai perlindungan terhadap
bahaya kebakaran listrik akibat beban arus listrik yang berlebihan :
a. Sistem Isolator (Electrical protection)
b. Sistem proteksi/ penangkal petir (Lightning protection)
c. Sistem Pengaman (Switch breaker/ Sekering))
d. Sistem Grounding/ Bounding
2) Jenis pemadam kebakaran apa yang harus digunakan jika terjadi kebakaran
pada kondisi berikut :
III. PRAKTEK
1) Tentukan sistem proteksi aktif dan sistem proteksi pasif yang ada di gedung
kampus!
2) Gambar dan amati bentuk serta spesifikasi dari sistem proteksi kebakaran
yang anda temukan!
STOP
SELESAIKAN SOAL EVALUASI
DULU SEBELUM KE HALAMAN BE
RIKUTNYA
143
Kunci Jawaban
1. C. 6. B
2. D 7. A
3. C 8. B
4. D 9. C
5. C 10. C
187
3) Saat terjadi kebakaran atau bahaya kebakaran smoke detector dan atau
dapat diketahui zona bagian mana yang terjadi kebakaran sehingga bisa
normal fire alarm protection akan kembali ke posisi siaga (atau operator
BAB III
EVALUASI
8. Berikut ini adalah manfaat dari alat pelindung kepala kecuali ......
a. Melindungi rambut pekerja supaya tidak terjerat mesin yang berputar
b. Melindungi kepala dari panas radiasi, api, percikan bahan kimia
c. Melindungi kepala dari benturan dan tertimpa benda
d. Melindungi dari temperatur yang ekstrim baik terlalu panas/ dingin
12. Apabila terjadi kebakaran pada bahan baku busana, maka media yang
dapat dipilih untuk memadamkan kebakaran adalah ……
a. debu, busa, gas CO2 c. air, debu
b. air, gas CO2 d. busa, gas CO2
13. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cara bekerja yang
aman sehingga penampilan diri ketika kerja selalu baik, kecuali ……
a. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
b. Menerapkan Konsep 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin)
dalam bekerja terutama setelah selesai melakukan pekerjaan
c. Memposisikan badan sewaktu bekerja sesuai prinsip ergonomis
d. Langkah dan urutan kerja dibuat fleksibel serta tidak selalu mengikuti
prosedur operasi baku (SOP)
.
192
BAB IV
PENUTUP
Daftar Pustaka
Ramli, Soehatman. 2011. Fire Preventive Plan (Presentasi pada Training OSHA
management November 2020
Capaian Pembelajaran (CP) CPL-PRODI (Capaian Pembelajaran Lulusan Program Studi) yang Dibebankan pada Mata Kuliah
S5 Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan
P5 Menguasai sistem perencanaan, pelaksanaan, pengarahan, pemantauan, evaluasi, dan pengendalian produk
cetak;
KU2
Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan terukur;
KK4
Mampu mengelola proses produksi cetak;
CPMK (Capaian Pembelajaran Mata Kuliah)
CPMK1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar dan perundang-undangan K3L
CPMK2 Mahasiswa mampu menganalisis risiko dan bahaya di lingkungan kerja grafika
CPMK3 Mahasiswa mampu menyebutkan penyakit akibat kerja di lingkungan kerja grafika
CPMK4 Mahasiswa mampu menganalisis kecelakaan kerja di lingkungan kerja grafika
CPMK5 Mahasiswa mampu menjelaskan hygiene industri ergonomi di lingkungan kerja grafika
CPMK6 Mahasiswa mampu mempraktikkan penggunaan APD yang digunakan dalam produksi cetak/manufaktur
CPMK7 Mahasiswa mampu mempraktikkan kesiapsiagaan keadaan darurat
CPMK8 Mahasiswa mampu mempraktikkan P3K dari berbagai cedera dalam produksi cetak/manufaktur
CPMK9 Mahasiswa mampu menerapkan metode 5R dalam lingkungan kerja grafika
CPMK10 Mahasiswa mampu menjelaskan cara pengelolaan limbah produksi cetak,manufaktur
CPMK11 Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip safety management
POKOK BAHASAN
1. Konsep Dasar K3
2. Risiko dan Bahaya Lingkungan Kerja
3. Penyakit Akibat Kerja
4. Kecelakaan Kerja
5. Hygiene Industri Ergonomi
6. Alat Pelindung Diri
7. Kesiapsiagaan Keadaan Darurat
8. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
9. Metode 5R
10. Limbah
11. Safety Management
Mata kuliah K3 dan Manajemen Lingkungan akan membekali mahasiswa dengan pengetahuan tentang Konsep Dasar K3 dan
Deskripsi Singkat MK Undang-Undang, Risiko dan Bahaya Kerja, Penyakit Akibat Kerja, air, Kecelakaan Kerja, ergonomi, APD, kesiapsiagaan
keadaan darurat , P3K, metode 5R, pengelolaan limbah, dan safety management di lingkungan kerja grafika
Catatan:
1. Capaian Pembelajaran Lulusan PRODI (CPL-PRODI) adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap lulusan PRODI yang merupakan
internalisasi dari sikap, penguasaan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan jenjang prodinya yang diperoleh melalui proses
pembelajaran.
2. CPL yang dibebankan pada mata kuliah adalah beberapa capaian pembelajaran lulusan program studi (CPL-PRODI) yang digunakan untuk
pembentukan/pengembangan sebuah mata kuliah yang terdiri dari aspek sikap, ketrampulan umum, ketrampilan khusus dan pengetahuan.
3. CP Mata kuliah (CPMK) adalah kemampuan yang dijabarkan secara spesifik dari CPL yang dibebankan pada mata kuliah, dan bersifat
spesifik terhadap bahan kajian atau materi pembelajaran mata kuliah tersebut.
4. Sub-CP Mata kuliah (Sub-CPMK) adalah kemampuan yang dijabarkan secara spesifik dari CPMK yang dapat diukur atau diamati dan
merupakan kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran, dan bersifat spesifik terhadap materi pembelajaran mata
kuliah tersebut.
5. Kriteria Penilaian adalah patokan yang digunakan sebagai ukuran atau tolok ukur ketercapaian pembelajaran dalam penilaian berdasarkan
indikator-indikator yang telah ditetapkan. Kreteria penilaian merupakan pedoman bagi penilai agar penilaian konsisten dan tidak bias.
Kriteria dapat berupa kuantitatif ataupun kualitatif.
6. Indikator penilaian kemampuan dalam proses maupun hasil belajar mahasiswa adalah pernyataan spesifik dan terukur yang mengidentifikasi
kemampuan atau kinerja hasil belajar mahasiswa yang disertai bukti-bukti.
POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF
JURUSAN TEKNIK GRAFIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK GRAFIKA
2019-2020
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
Nama Mata Kuliah Kode Semester Tgl Penyusunan
Bobot (sks)
Mata Kuliah
K3 dan Manajemen Lingkungan TCG-5228 2 5 November 2020
Kedudukan Matakuliah sebagai penciri Nama Koordinator Pengembang Koordinator Bidang
Ka PRODI
Polimedia RPS Keahlian (Jika Ada)
Capaian Pembelajaran (CP) CPL-PRODI (Capaian Pembelajaran Lulusan Program Studi) yang Dibebankan pada Mata Kuliah
S5 Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan
P5 Menguasai sistem perencanaan, pelaksanaan, pengarahan, pemantauan, evaluasi, dan pengendalian produk
cetak;
KU2
Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan terukur;
KK4
Mampu mengelola proses produksi cetak;
CPMK (Capaian Pembelajaran Mata Kuliah)
CPMK1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar dan perundang-undangan K3L
CPMK2 Mahasiswa mampu menganalisis risiko dan bahaya di lingkungan kerja grafika
CPMK3 Mahasiswa mampu menyebutkan penyakit akibat kerja di lingkungan kerja grafika
CPMK4 Mahasiswa mampu menganalisis kecelakaan kerja di lingkungan kerja grafika
CPMK5 Mahasiswa mampu menjelaskan hygiene industri ergonomi di lingkungan kerja grafika
CPMK6 Mahasiswa mampu mempraktikkan penggunaan APD yang digunakan dalam produksi cetak/manufaktur
CPMK7 Mahasiswa mampu mempraktikkan kesiapsiagaan keadaan darurat
CPMK8 Mahasiswa mampu mempraktikkan P3K dari berbagai cedera dalam produksi cetak/manufaktur
CPMK9 Mahasiswa mampu menerapkan metode 5R dalam lingkungan kerja grafika
CPMK10 Mahasiswa mampu menjelaskan cara pengelolaan limbah produksi cetak,manufaktur
CPMK11 Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip safety management
POKOK BAHASAN
1. Konsep Dasar K3
2. Risiko dan Bahaya Lingkungan Kerja
3. Penyakit Akibat Kerja
4. Kecelakaan Kerja
5. Hygiene Industri Ergonomi
6. Alat Pelindung Diri
7. Kesiapsiagaan Keadaan Darurat
8. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
9. Metode 5R
10. Limbah
11. Safety Management
Mata kuliah K3 dan Manajemen Lingkungan akan membekali mahasiswa dengan pengetahuan tentang Konsep Dasar K3 dan
Deskripsi Singkat MK Undang-Undang, Risiko dan Bahaya Kerja, Penyakit Akibat Kerja, air, Kecelakaan Kerja, ergonomi, APD, kesiapsiagaan
keadaan darurat , P3K, metode 5R, pengelolaan limbah, dan safety management di lingkungan kerja grafika
Catatan:
1. Capaian Pembelajaran Lulusan PRODI (CPL-PRODI) adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap lulusan PRODI yang merupakan
internalisasi dari sikap, penguasaan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan jenjang prodinya yang diperoleh melalui proses
pembelajaran.
2. CPL yang dibebankan pada mata kuliah adalah beberapa capaian pembelajaran lulusan program studi (CPL-PRODI) yang digunakan untuk
pembentukan/pengembangan sebuah mata kuliah yang terdiri dari aspek sikap, ketrampulan umum, ketrampilan khusus dan pengetahuan.
3. CP Mata kuliah (CPMK) adalah kemampuan yang dijabarkan secara spesifik dari CPL yang dibebankan pada mata kuliah, dan bersifat
spesifik terhadap bahan kajian atau materi pembelajaran mata kuliah tersebut.
4. Sub-CP Mata kuliah (Sub-CPMK) adalah kemampuan yang dijabarkan secara spesifik dari CPMK yang dapat diukur atau diamati dan
merupakan kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran, dan bersifat spesifik terhadap materi pembelajaran mata
kuliah tersebut.
5. Kriteria Penilaian adalah patokan yang digunakan sebagai ukuran atau tolok ukur ketercapaian pembelajaran dalam penilaian berdasarkan
indikator-indikator yang telah ditetapkan. Kreteria penilaian merupakan pedoman bagi penilai agar penilaian konsisten dan tidak bias.
Kriteria dapat berupa kuantitatif ataupun kualitatif.
6. Indikator penilaian kemampuan dalam proses maupun hasil belajar mahasiswa adalah pernyataan spesifik dan terukur yang mengidentifikasi
kemampuan atau kinerja hasil belajar mahasiswa yang disertai bukti-bukti.