Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI BIAYA DAN KINERJA WAKTU PELAKSANAAN

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN TOL NGAWI-KERTOSONO

Anis Alkuratuaini1, Cahyo Dita Saputro2

1
Departemen Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta,
2
Departemen Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta,
Jl. Glagahsari No.63, Warungboto, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55164

Abstrak
Kondisi jalan yang menghubungkan antara Kota Ngawi dan Kota Kertosono sendiri sebenarnya tidak
cukup untuk menyelesaikan permasalahan transportasi saat ini dan mengantisipasi perkembangan
transportasi dimasa mendatang. Jalur Ngawi-Kertosono ditetapkan sebagai lintasan strategis dalam
tataran transportasi nasional, oleh sebab itu Jalan Tol Ngawi-Kertono ini diharapkan dapat mendukung
jaringan jalan yang ada sekarang yang menghubungkan kota Ngawi-Kertosono saat ini. Dengan
demikian fungsi dan peran tersebut dapat mendorong berkembangnya sektor perdagangan dan jasa,
industri, pertanian, perkebunan kawasan yang dilalui oleh jalur jalan ini dan kawasan regional Jawa
Timur sehingga dapat meningkatkan ekspor non-migas dan pendapatan perkapita penduduk Propinsi
Jawa Timur.
Penelitian tentang kinerja biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam pembangunan Tol Ngawi-
Kertosono meliputi dampak dari keterlambatan terhadap waktu maupun biaya total proyek. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak keterlambatan terhadap waktu total proyek dan biaya
total terhadap keterlambatan waktu pengerjaan proyek.
Analisis yang dilakukan mengenai metode EVC (Earned Value Concept) dan data yang dibutuhkan
adalah ACWP (Actual Cost of Work Performanced), BCWS (Budgeted Cost of Work Scedule), dan BWP
(Budgeted Cost of Work Performanced). Biaya pelaksanaan proyek lebih besar dari pada nilai kontrak.
Hal ini ditunjukkkan dari besarnya biaya yang keluar sampai dengan minggu ke-25 sebesar Rp.
32.336.433.758,33 dan prakiraan biaya untuk sisa pekerjaan Estimate Temporary Cost atau (ETC)
sebesar Rp. 41.056.542.885,14 didapat nilai akhir Estimate At Completion atau (EAC) sebesar Rp.
76.626.619.793,09 sedangkan nilai kontrak sebesar Rp. 67.854.887.000,00 yang artinya kontraktor harus
menambah biaya sebesar Rp. 8.771.732.793,09 untuk dapat menyelesaikan proyek jalan Tol Ngawi-
Kertosono. Waktu yang dibutuhkan untuk proyek pembangunan jalan tol Ngawi-Nganjuk mengalami
keterlambatan 1 minggu dari waktu rencana 35 minggu. Pada akhir peninjauan minggu ke-25, kinerja
jadwal proyek SPI sebesar 0,98% lebih kecil dari 1, menunjukkan bahwa proyek mengalami
keterlambatan. Sedangkan dari kinerja biaya, nilai CPI adalah 0,88 % lebih kecil dari 1 yang berarti
biaya aktual dilapangan yang dikeluarkan lebih besar.

Kata kunci: Earned Value, Jalan tol, Kinerja biaya, Kinerja waktu.

Abstract
[Title: Influence of mixture between dry rattan fiber with percentages of 1% and 5% against split
tensile strength and flexural strength of concrete]
Concrete is material which has high compressive strength yet low tensile strength. Utilization of
additional materials that can increase the tensile strength of concrete, one of them with natural material
which is rattan fiber which is strong against tensile because it has flexible and lightweight properties.
This research aims to find out how much the tensile strength of dry rattan is; the influence of the mixture
of dry rattan with percentages of 1% and 5% against the concrete’s split-tensile strength and flexural
strength; the most economical cost production between the normal concrete and the fiber concrete. The
method used a laboratory examination which referred to SNI 03-2834-2000. The examination was
carried out at the Building Materials Laboratory of Universitas Negeri Yogyakarta, with the test
specimen samples in the form of cylinder and beam, each of nine specimens with three variations which
were: BN, BSR-1%, and BSR-1%. From the data analysis results, obtained the value of rattan’s tensile
strength as much as 38,48 MPa; the split-tensile strength of BN, BSR-1%, and BSR-5%, in order, were
3,050 MPa; 3,255 MPa; and 3,021 MPa; The greatest of split-tensile strength and flexural strength was
on the fiber concrete with the level of 1%, costed IDR 911,553.00 however, it was more expensive if
compared to the normal concrete coasted IDR 848.485,00. Therefore, it can be concluded that the more
amount of fibers was added, the more the values of split-tensile strength and flexural strength would
decrease. This was due to the imperfect hardening during the production of the test specimen.

Keywords: fiber, flexible, rattan, split, tensile.


kawasan regional Jawa Timur sehingga dapat
1. Pendahuluan meningkatkan ekspor non-migas dan pendapatan
Proyek konstruksi berkembang semakin besar perkapita penduduk Propinsi Jawa Timur.
dan rumit dewasa ini baik dari segi fisik maupun biaya. Penyusun memilih judul pengamatan tentang
Pada prakteknya suatu proyek mempunyai keterbatasan “Evaluasi kinerja biaya dan waktu dengan metode
akan sumber daya, baik berupa manusia, material, biaya Earned Value Concepth (EVC) studi kasus jalan Tol
ataupun alat. Hal ini membutuhkan suatu manajemen Ngawi-Kertosono” ini untuk mengetahui bagaimana
proyek mulai dari fase awal proyek hingga fase cara menanggulangi suatu proyek besar yang mengalami
penyelesaian proyek. Meningkatnya tingkat keterlambatan dan efeknya terhadap biaya yang ada.
kompleksitas proyek dan semakin langkanya
sumberdaya maka dibutuhkan juga peningkatan sistem 2. Metodelogi Penelitian
pengelolaan proyek yang baik dan terintegrasi. Analisis proyek menggunakan metode Konsep
Pembuatan rencana kerja merupakan salah satu Nilai Hasil (Earned Value Concept). Pengambilan data
dari langkah awal perencanaan untuk mencapai dilakukan pada proyek Jalan Tol Ruas Ngawi-
efektifitas dan efisiensi yang tinggi dari sumber daya Kertosono, Desa Sukomoro Nganjuk.
yang akan digunakan selama pelaksanaan proyek
konstruksi. Sumber daya yang direncanakan adalah
tenaga kerja, peralatan, metode, bahan, dan uang.
Sumber daya ini harus direncanakan seefisien dan
seefektif mungkin agar diperoleh biaya pelaksanaan
yang minimum. Pelaksanaan membutuhkan penyusunan
dalam penggolongan pekerjaan sesuai dengan
kualifikasinya masing-masing. Penjadwalan yang tepat
dengan pengalokasian sumber daya yang tepat dapat
mendukung keberhasilan suatu proyek.
Pelaksanaan suatu proyek sangat jarang ditemui
yang berjalan tepat sesuai dengan yang direncanakan.
Umumnya mengalami keterlambatan dengan berbagai
macam hal baik waktu maupun dana, tetapi ada juga
proyek yang mengalami percepatan dari jadwal awal.
Untuk menghindari kerugian dalam proyek kita dapat
meramalkan (forecasting) terhadap biaya penyelesaian
proyek dengan Konsep Nilai Hasil (Earned Value
Concept).
Kondisi eksisting jalan yang menghubungkan
antara Kota Ngawi dan Kota Kertosono sendiri
sebenarnya tidak cukup untuk menyelesaikan
permasalahan transportasi saat ini dan mengantisipasi
perkembangan transportasi dimasa mendatang. Jalur
Ngawi-Kertosono ditetapkan sebagai lintasan strategis
dalam tataran transportasi nasional, oleh sebab itu Jalan
Tol Ngawi-Kertono ini diharapkan dapat mendukung
jaringan jalan yang ada sekarang yang menghubungkan
kota Ngawi-Kertosono saat ini. Dengan demikian fungsi
dan peran tersebut dapat mendorong berkembangnya
sektor perdagangan dan jasa, industri, pertanian, Gambar 1. Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Penelitian
perkebunan kawasan yang dilalui oleh jalur jalan ini dan (Hasil Analisis, 2020)
Diagram/bagan alir dijelaskan secara ringkas sebagai sebesar 1% dan 5% dari berat semen. Alasan peneliti
berikut: menambahkan serat rotan kering sebagai bahan tambah
a. Persiapan Alat dan Bahan pada beton adalah untuk mengetahui seberapa besar
Melakukan studi literatur untuk memperdalam pengaruh perubahan kekuatan tarik belah dan lentu pada
ilmu yang berkaitan dengan topik penelitian. Kemudian beton yang diakibatkan penggunaan campuran serat
menentukan rumusan masalah, tujuan dan manfaat. rotan kering.

b. Pemeriksaan Material Bahan Penyusun Beton e. Perawatan Benda Uji


Pemeriksaan material yang digunakan pada Perawatan benda uji dengan melakukan
penelitian ini harus dilakukan untuk menentukan apakah perendaman pada beton yang sudah dilepas dari
material tersebut layak atau tidak untuk digunakan bekisting/cetakan sesuai dengan umur beton yaitu beton
sesuai dengan standart dan peraturan yang berlaku. direndam didalam bak yang berisi air selama 28 hari.
Pengujian material bertujuan agar diketahui sifat dan Proses perendaman ini bertujuan untuk menjaga
karakteristik yang terdapat dalam material tersebut. kelembaban beton selama proses kimia pengikatan
Tahapanpemeriksaan material diantaranya adalah semen.
sebagai berikut.
1) Pengujian material agregat halus f. Pengujian Benda Uji
2) Pengujian material agregat kasar Setelah selesai proses perawatan beton, maka
3) Pengujian Serat Rotan selanjutnya dilakukan pengujian beton terhadap kuat
4) Pengujian Air tarik belah dan kuat lentur beton. Berikut langkah-
langkah pengujian beton :
c. Mix Design a. Pengukuran Benda Uji (Silinder dan Balok )
Mix design dilakukan untuk mengetahui proporsi b. Uji Kuat Tarik Belah Beton
kebutuhan material (kerikil, pasir, semen dan air serta c. Menentukan Dua Buah Titik Pembebanan pada
bahan tambah lainnya) dalam campuran beton, sehingga Balok Beton
tidak terjadi kelebihan material maupun kekurangan d. Uji Kuat Lentur Beton
bahan material pada campuran beton. Adapun langkah-
langkah perencanaan campuran beton dengan g. Pengolahan Data
menggunakan mix design adalah sebagai berikut : Setelah pengujian dilaksanakan sesuai prosedur
1) Menentukan data material/bahan. pelaksanaan pengujian, selanjutnya hasil yang diperoleh
2) Menetapkan kuat tekan beton yang direncanakan (beban maksimum) masih perlu diolah lebih lanjut agar
pada umur 28 hari. didapatkan nilai kuat tarik belah dan kuat lentur pada
3) Menghitung kuat tekan rencana perlu. beton. Sehingga dapat diketahui berapa pengaruh
4) Penetapan jenis semen portland dan jenis agregat. penambahan serat rotan kering pada kuat tarik belah dan
5) Menentukan nilai faktor air semen. kuat lentur beton.
6) Menentukan nilai slump.
7) Menghitung jumlah air yang diperlukan tiap 1 m3. 3. Hasil dan Pembahasan
8) Menghitung berat semen tiap 1 m3 beton. Data penelitian merupakan data yang diperoleh
9) Menghitung proporsi berat agregat terhadap agregat dari hasil penelitian bahan material yang digunakan
campuran. untuk pembuatan beton. Pengujian dilakukan secara
10) Menghitung berat jenis agregat campuran. eksperimental di laboratorium dengan melakukan
11) Menghitung berat beton tiap 1 m3. pemeriksaan bahan penyusun beton yaitu meliputi:
12) Menghitung kebutuhan berat agregat campuran semen portland, agregat halus (pasir), agregat kasar
bahan untuk 1 m3 beton. (kerikil/split) dan kemudian data tersebut digunakan
13) Menghitung berat agregat halus yang diperlukan per sebagai pedoman pembuatan mix desain.
meter kubik.
14) Menghitung berat agregat kasar yang diperlukan per a. Hasil Pemeriksaan Bahan
meter kubik. 1) Semen Portland
Semen portland merupakan jenis semen yang sering
d. Pembuatan Benda Uji digunakan sebagai bahan dasar pada pembuatan beton
Pembuatan benda uji pada penelitian ini segar. Semen ini berpengaruh terhadap kekuatan pada
dilakukan dengan cara pengadukan dengan beton. Semen yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan mesin molen, benda uji beton berbentuk semen portland tipe I berbentuk kemasan 40 kg dari PT.
silinder dan balokdibuat dengan tiga buah variasi yaitu Semen Gresik Tbk.
beton normal, dan beton yang ditambahkan bahan
tambah berupa serat rotan kering dengan persentase 2) Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus yang digunakan yaitu pasir dari Progo 100
Yogyakarta dan telah diuji bahan dengan hasil sebagai

Persen Lewat Ayakan, %


80
berikut:
a) Pemeriksaan Kandungan Lumpur dalam Pasir 60
Hasil dari pemeriksaan kandungan lumpur dalam
40
pasir adalah 2,889 %, jadi menurut Persyaratan
Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) pasir 20
yang digunakan sebagai bahan bangunan layak
digunakan, jika kandungan lumpur di dalamnya tidak 0
lebih dari 5%. 2.40 24.00
Lubang Ayakan, mm
b) Pemeriksaan Modulus Halus Butiran Pasir
Nilai modulus halus butiran pasir 2,54 dikatakan Gambar 3. Grafik Hasil Modulus Halus Butiran Kasar
memenuhi syarat karena lebih besar dari 2. (Sumber: SNI 03-2834-2000)
100
90 Sesuai grafik MHB untuk agregat kasar, maka agregat
Persen Lewat Ayakan, %

80 kasar masuk pada batas 1. Batas ini menyatakan bahwa


70 agregat kasar yang digunakan untuk pengujian ini
60
50
termasuk kategori kerikil agak kasar (berdasarkan SNI
40 03-2834-2000).
30
20 b. Mix Design
10
Mix design dilakukan untuk mengetahui proporsi
0
kebutuhan material (kerikil, pasir, semen dan air serta
0.15 1.50
bahan tambah lainnya).
Lubang Ayakan, mm Tabel 1. Formulir Perencanaan Beton per m3 28 MPa.
Zona I
Variabel Nilai Satuan
Gambar 2. Grafik Analisis Modulus Halus Butiran Kuat tekan beton yang disyaratkan
28 MPa
Pasir (Sumber: SNI 03-2834-2000) pada umur 28 hari (f’c)
Kuat tekan rata-rata perlu (f’cr) 36,3 MPa
Sesuai grafik MHB untuk agregat halus, maka Faktor air semen (fas) 0,44
agregat halus masuk pada batas dua. Batas ini Kebutuhan air permeter kubik beton 185 Liter/m3
menyatakan bahwa agregat halus yang digunakan Kebutuhan semen permeter kubik
420,455 Kg/m3
beton
untuk pengujian ini termasuk kategori pasir agak
Kebutuhan agregat halus permeter
kasar (berdasarkan SNI 03-2834-2000). kubik beton
610,653 Kg/m3
Kebutuhan agregat kasar permeter
c) Pemeriksaan Kandungan Organis dalam Pasir 1133,14 Kg/m3
kubik beton
Hasil dari pemeriksaan zat organis dalam pasir Berat beton (w) 2348,75 Kg/m3
adalah warna NaOH 3% di atas pasir lebih tua dari (Sumber : Data Pribadi, 2019)
warna standar jadi menurut Persyaratan Umum c. Nilai Slump
Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) pasir yang Pengujian slump dilakukan untuk mengetahui
digunakan sebagai bahan bangunan layak digunakan, nilai kelecakan pada campuran beton yang digunakan.
jika cairan diatas endapan tidak lebih gelap dari
warna larutan pembanding. 12
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut maka pasir 10
10 9 9.4
8.77 8.48.5
yang digunakan memenuhi syarat Persyaratan Silind
Nilai Slump (cm)

8 er
Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) karena
Beton
berat jenis yang baik adalah 2,4-2,9. 6
4 Balok
3) Agregat Kasar (Kerikil) Beton
2
Agregat kasar yang digunakan yaitu kerikil dari
Merapi Yogyakarta dan telah diuji bahan dengan hasil 0
BN BSR- BSR-
sebagai berikut: 1% Beton
Kode 5%
Pemeriksaan modulus halus butiran kerikil yaitu untuk Gambar 4. Grafik Hasil Nilai Slump Rata – rata
mengetahui nilai kehalusan atau kekasaran suatu agregat Silinder Beton (Sumber: Data Pribadi, 2019)
Nilai modulus halus butiran kasar 5,09 dikatakan
memenuhi syarat karena lebih besar dari 5.
Berdasarkan gambar 4, nilai slump yang 2,117 MPa. Beban maksimum yang bekerja pada beton
diperoleh oleh beton serat semakin menurun dari nilai normal dan beton berserat mengalami kenaikan dan
slump beton normal. Pada beton berbentuk silinder, penurunan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
slump pada beton normal, beton serat rotan 1% dan salah satunya yaitu kepadatan beton yang kurang dan
beton serat rotan 5% mengalami penurunan yaitu 9 cm sebaran serat rotan yang tidak merata. Kurangnya
untuk beton normal, 8,77 cm untuk beton serat 1% dan kepadatan beton disebabkan pada saat penumbukan dan
8,4 cm untuk beton serat 5%. Sama halnya dengan beton perataan beton segar pada cetakan tidak merata dan
silinder, pada beton berbentuk balok pun mengalami kurang kuat. Dapat disimpulkan bahwa, semakin banyak
penurunan pada beton normal sebesar 10 cm, beton serat kadar serat rotan yang terdapat dalam beton maka akan
1% sebesar 9,4 cm dan beton serat 5% sebesar 8,5 cm. semakin menurun kuat tarik belahnya.
Nilai slump yang menurun disebabkan karena serat rotan
tersebut menyerap air yang digunakan untuk pembuatan f. Pengujian Kuat Lentur Balok Beton
beton segar sehingga adukan beton segar kurang Pengujian kuat lentur balok beton dalam
tercampur merata. Berikut merupakan salah satu gambar penelitian ini dilakukan pada umur beton 28 hari. Kuat
hasil slump pada beton normal, beton serat 1% dan tarik belah yang direncanakan (f’c) pada penelitian ini
beton serat 5%. adalah 36,3 MPa sebanyak 9 benda uji dengan 3 variasi
d. Pengujian Kuat Tarik Rotan yaitu beton normal tiga buah benda uji, beton serat 1%
Pengujian kuat tarik rotan dilakukan pada benda tiga buah benda uji, dan beton serat 5% tiga buah benda
uji serat rotan dengan diameter ± 1 mm dengan panjang uji.
rotan ± 300 mm dengan kedua ujung diberi plat dan lem 4.500
sepanjang masing masing ± 50 mm untuk menempatkan 4.000 3.82
rotan pada alat uji agar tidak patah di titik penempatan 3.500 3.25
3.02
benda uji pada alat uji. Dari hasil analisis data diperoleh Kuat Lentur (MPa)
3.000
nilai kuat tarik rotan rata-rata sebesar 38,48 MPa. 2.500
2.000
e. Pengujian Kuat Tarik Belah Silinder Beton 1.500
Pengujian kuat tarik belah silinder beton dalam 1.000
penelitian ini dilakukan pada umur beton 28 hari. Kuat 0.500
tarik belah yang direncanakan (f’c) pada penelitian ini 0.000
BN BSR- BSR-
adalah 36,3 MPa sebanyak 9 benda uji dengan 3 variasi 1% 5%
yaitu beton normal tiga buah benda uji, beton serat 1%
Kode Beton
tiga buah benda uji, dan beton serat 5% tiga buah benda
uji. Gambar 6. Grafik Hasil Kuat Lentur Balok Beton
(Sumber: Data Pribadi, 2019)
3.500
3.05 2.95
3.000 Dari hasil analisis data, diperoleh nilai kuat lentur
Kuat Tarik Belah (MPa)

2.500 2.12 rata-rata pada beton normal yaitu sebesar 3,816 MPa.
2.000 Pada beton serat dengan kadar serat 1% diperoleh nilai
kuat lentur rata-rata sebesar 3,255 MPa, sedangkan pada
1.500
beton serat dengan penambahan kadar serat 5%
1.000 diperoleh nilai kuat lentur rata-rata sebesar 3,021 MPa.
0.500 Pada saat beton diuji kekuatan lenturnya, beban
0.000 maksimum yang bekerja pada beton normal dan beton
BN BSR- BSR- berserat bervariasi dan mengalami kenaikan dan
1% 5% penurunan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
Kode Beton salah satunya yaitu kepadatan beton yang kurang dan
sebaran serat rotan yang tidak merata sehingga
Gambar 5. Grafik Hasil Kuat Tarik Belah Silinder menimbulkan rongga udara dalam beton tersebut. Selain
Beton (Sumber: Data Pribadi, 2019) itu, proses penumbukan dan pemadatan yang tidak kuat
pun menimbulkan rongga pada beton. Dapat
Dari hasil analisis data, diperoleh nilai kuat tarik disimpulkan bahwa, semakin banyak kadar serat rotan
belah rata-rata pada beton normal yaitu sebesar 3,050 yang terdapat dalam beton maka akan semakin menurun
MPa. Pada beton serat dengan kadar serat 1% diperoleh kuat lenturnya.
nilai kuat tarik belah rata-rata sebesar 2,951 MPa,
sedangkan pada beton serat dengan penambahan kadar g. Tinjauan Biaya Produksi
serat 5% diperoleh nilai kuat tarik belah rata-rata sebesar
Tinjauan harga produksi beton ini dilakukan sebesar 3,255 MPa dan 3,021 MPa dibawah kuat
peneliti untuk mengetahui atau menentukan harga lentur beton normal yaitu 3,816 MPa, sehingga
produksi beton sesuai dengan bahan yang digunakan dapat dikatakan mengalami penurunan setiap
peneliti. Biaya produksi pada penelitian ini terfokus penambahan serat rotan dikarenakan adanya rongga
pada jumlah biaya produksi yang dikeluarkan antara udara akibat pemadatan yang tidak sempurna pada
beton normal dengan beton serat rotan. saat pencetakan benda uji.
d. Hasil produksi beton menggunakan bahan tambah
serat rotan dengan kadar serat 1% dan 5% lebih
mahal dibandingkan produksi beton normal dengan
selisih sebesar 7% dan 37% karena pada campuran
beton ini memiliki biaya tambahan untuk produksi
serat rotannya. Biaya produksi paling ekonomis
didapatkan pada beton serat 1% yaitu sebesar Rp.
911.553,00 per 1 m3.

Ucapan Terima Kasih


Terima kasih disampaikan kepada Fakultas Teknik
Undip yang telah mendanai keberlangsungan jurnal ini

Daftar Pustaka
Gambar 7. Hubungan Harga Total Produksi Beton Abdurachman, Jasni. (2015). Penggolongan performans
Normal dan Beton Serat Rotan (Sumber: Data Pribadi, 25 Jenis Rotan Indonesia Berdasarkan Kerapatan,
2019) Kekakuan, dan Kekuatan (Performance
Classification of 25 Indonesia’s Rattan Species
Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa harga Based on Density, MOE, and MOR). Pusat
pembuatan beton normal jauh lebih murah dibandingkan Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.
dengan beton serat dengan biaya produksi sebesar Rp Bogor.
848.485,00. Sedangkan untuk harga pembutan beton ACI Committee 544. (2002). Design Considerations for
serat rotan sebesar 1% dan 5% sebesar Rp 911.553,00 Steel Fiber Reinforced Concrete, ACI 544.IR-96.
dan Rp 1.163.826,00. Dari harga tersebut dapat American Concrete Institute (ACI), Farmington
disimpulkan bahwa harga beton serat yang paling Hills.
ekonomis terdapat pada beton serat rotan dengan kadar Amna, Wesli, dan Hamzani. (2014). Pengaruh
serat 1%. Penambahan Serat Tandan Sawit Terhadap Kuat
Tekan Dan Kuat Lentur Beton. Program Studi
4. Kesimpulan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium dan Malikussaleh.
data penelitian yang telah diperoleh serta analisa data Anonimous. (2003). Jati Plus Perhutani, Unggulan.
yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan Leflet: Tidak diterbitkan.
sebagai berikut: ASTM C.33-03, (2002). Standard Spesification for
a. Serat rotan yang digunakan untuk material beton Concrete Aggregates. Annual Books of ASTM
serat memiliki nilai kuat tarik sebesar 38,48 MPa Standards. USA.
maka rotan termasuk material alami yang memiliki Badan Standarisasi Nasional Indonesia.. (1982).
kuat tarik cukup tinggi yang dapat digunakan Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
sebagai bahan campuran beton serat. (PUBI-1982). Jakarta: BSN.
b. Beton berbahan tambah serat rotan dengan kadar Badan Standarisasi Nasional. (1993). SNI 03-2834 Tata
serat 1% dan 5% menghasilkan kuat tarik belah Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
sebesar 2,951 MPa dan 2,117 MPa dibawah kuat Normal. Bandung: BSN.
tarik belah beton normal yaitu 3,050 MPa, sehingga Badan Standarisasi Nasional. (2002). SNI 03-2847 Tata
dapat dikatakan semakin banyak jumlah serat rotan Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
yang digunakan kuat tarik belahnya mengalami Bangunan Gedung. Bandung: BSN.
penurunan dikarenakan pemadatan yang tidak Badan Standarisasi Nasional. (2004). SNI 15-2049
sempurna pada saat pencetakan benda uji sehingga Semen Portland. Bandung: BSN.
menimbulkan adanya rongga udara. Badan Standarisasi Nasional. (2011). SNI 4431 Cara Uji
c. Beton berbahan tambah serat rotan dengan kadar Kuat Lentur Beton Normal dengan Dua Titik
serat 1% dan 5% menghasilkan kuat lentur rerata Pembebanan. Jakarta: BSN.
Badan Standarisasi Nasional. (2012). SNI 7656 Tata Triono, Kimin. (2019). Hasil Uji Kuat Lentur Balok
Cara Pemilihan Campuran Untuk Beton Normal, Beton Dua Titik Beban. Laboratorium Bahan
Beton Berat, dan Beton Massa. Jakarta: BSN. Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan
Badan Standarisasi Nasional. (2013). SNI 7974 Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas
Spesifikasi Air Pencampur yang digunakan Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
dalam Produksi Beton Semen Hidraulis (ASTM Triono, Kimin. (2019). Hasil Uji Kuat Tarik Belah
C1602-06, IDT). Jakarta: BSN. Beton Silinder. Laboratorium Bahan Bangunan
Badan Standarisasi Nasional. (2014). SNI 2491 Metode Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan
Uji Kekuatan Tarik Belah Spesimen Beton Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas
Silinder. Jakarta: BSN. Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Foermansah, Rony. (2013). Tinjauan Kuat Tekan dan Triono, Kimin. (2019). Hasil Uji Kuat Tarik Rotan.
Kuat Tarik Belah Beton dengan Serat Kawat Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan
Bendrat Berbentuk “Z” Sebagai Bahan Tambah. Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan,
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Yogyakarta.
Hannant, D.J. (1978). Fibre Cements and Fibre Widodo, Slamet. (2003). Mekanika Bahan Untuk Teknik
Concretes. New York: John Wiley & Sons. Sipil. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan
Kustanrika, Irma. (2016). Pemanfaatan Sumber Daya Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas
Alam dengan menggunakan Batang Rotan Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Sebagai Pengganti Tulangan Beton. Program
Studi Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik-PLN.
Jakarta Barat.
Neville, A.M., dan J.J. Brooks. (1987). Concrete
Technology. New York: Longman Scientific and
Technical.
Nuha, R Nibrassa Ulin. (2015). Perilaku Beton Serat
Bambu dan Beton Serat Rotan terhadap Kuat
Tekan, Kuat Tarik dan Ketahanan Beban
Ledakan. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Prasetyo, Widodo. (2015). Pengaruh Cara Perawatan
Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Lentur High
Early Strength Fiber Reinforced Concrete.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan
Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Rusynanto. (2012). Kajian Kuat Tarik Beton Serat
Bambu. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Pakuan. Bogor.
Sahrudin, Nadia. (2016). Pengaruh Penambahan Serat
Sabut Kelapa Terhadap Kuat Tekan Beton.
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Sukismo, Goetomo, dan Budi. (2016). Studi
Eksperimental Pengaruh Penggunaan Stell Fiber
Terhadap Uji Kuat Tekan, Tarik Belah Dan Kuat
Lentur Pada Campuran Beton Mutu F’c 25 MPa.
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Tanjungpura.
Trapsilo, Suhendro dan Yenni. (2015). Analisis Kuat
Tekan, Kuat Tarik dan Kuat Lentur Beton
menggunakan Bahan Tambah Sika Viscocrete-10
dan Fly Ash (Tinjauan Analisis pada Umur
Delapan Jam sampai dengan Dua Puluh Empat
Jam). Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai