Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

IMPLEMENTASI DAN STRATEGI MENEGEMEN PEMASARAN DI


RUMAH SAKIT BAPTIS KOTA KEDIRI

Disusun Oleh :

ERLANGGA MANDALA SAKTI (NIM. 2051B1037)


GALIH DUTA PRIHADI (NIM. 2051B1038)
DIAN JAYANTARI PUTRI K.H (NIM. 2051B1039)
NOVITA HARDIANI (NIM. 2051B1040)
ADETYA WAHYU DWI JAYA (NIM. 2051B1043)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
KOTA KEDIRI
2021
Konsep Penentuan Prioritas Masalah

a. Metode SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan

dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan

pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan.

Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus

menganalisa faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer

untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2016).

b. Metode USG

Metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)

merupakan salah satu metode untuk menentukan prioritas masalah.

Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses

pemecahan masalah dikarenakan dua alasan. Pertama, karena

terbatasnya sumber daya yang tersedia, dan karena itu tidak mungkin

menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan

antara satu masalah dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak

perlu semua masalah diselesaikan (Azwar, 2006). Pada penggunaan


Matriks USG, untuk menentukan suatu masalah yang prioritas,

terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan. Teknik penilaian

berdararkan nilai 1-5. Keterangan dari penilaian terdapat pada Tabel

1. Data kualitatif memerlukan pemrosesan lebih lanjut dengan

menggunakan skala kepentingan. Skala yang paling sering dipakai

untuk mengubah data tersebut adalah skala interval Likert (Basyaib,

2016). Ketiga faktor tersebut adalah urgency, seriuosness, dan

growth. Hasil dari matriks USG adalah menggabungkan nilai dari

ketiga faktor pembanding dan mengurutkan sesuai dengan jumlah.

Yang terbesar sebagai hasil dari prioritas.

c. Metode Fishbond

Fishbone diagram salah satu tool yang 7tool yang

mempermudah pengendalian kualitas. Fishbone digunakan sebagai

alat untuk menemukan akar masalah dari sebuah akibat yang terjadi.
Gambar 2.1 Metode Fishbond

A. 7M (Man, Machine, Method, Mother Nature, Material,

Measurement, dan Management)

B. 4S (Surrounding, Suppliers, Systems, dan Skills)

C. 8P (Product, Price, Place, Promotion, People,Process,

Customer Service dan Physical Evidence)

Marketing mix dalam jasa mengalami penyempurnaan

dengan penambahan variabel People, Process, dan Customer Service

menjadi 7P. Hal ini didasari oleh sifat yang dimiliki jasa yaitu

aktivitas produksi dengan konsumsi jasa yang tidak dapat

dipisahkan. Sifat tersebut melibatkan interaksi secara langsung

antara konsumen dan penyedia jasa. Menurut Lovelock, dkk (2011)

bahwa bauran pemasaran tradisional 4P (Kotler and Armstrong

(1997)) tidak melibatkan unsur antar muka dengan konsumen

(customer interface), sehingga diperlukan perluasan terhadap konsep

4P menjadi 7P dengan menambahkan People, Process dan Customer

Service. Lupiyohadi (2013) menambahkan satu variabel dalam

Service Marketing Mix, yaitu variabel Physical Evidence /


Environment. Variabel physical evidence berkaitan dengan

mengelola lingkungan jasa, sehingga Service Marketing Mix

menjadi 8P.

1) Product (Produk)

Definisi produk menurut Philip Kotler (1997) merupakan

suatu hasil dari proses yang dipengaruhi oleh kekuatan pasar

(supply vs demand) yang diperankan oleh fungsi operation

dalam menciptakan atau pengadaan barang dan jasa pada basis

biaya (cost) dan oleh fungsi marketing dalam hal memahami

kebutuhan dan keinginan customer (consumer behavior).

2) Price (Harga)

Definisi harga menurut Philip Kotler (1997) harga adalah

sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa.

Secara lebih luas, harga adalah keseluruhan nilai yang

ditukarkan konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari

kepemilikan terhadap sebuah produk atau jasa. Sedangkan

Stanton (1994) mendefinisikan harga adalah sejumlah uang dan

atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari

barang yang lain yang disertai dengan pemberian jasa.

3) Place (Lokasi atau Tempat)

Place berkaitan dengan saluran pemasaran yang

merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran

ditribusi (Lupiyohadi, 2013). Definisi menurut Philip Kotler


mengenai distribusi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan

perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan

tersedia untuk konsumen sasaran.

4) Promotion (Promosi)

Definisi menurut Stanton (1994) Promotion mix adalah

kombinasi dari operasi penjualan, sales, dan public relation. Ini

adalah alat promosi yang membantu organisasi untuk

mendapatkan tujuan marketingnya. Sedangkan menurut Kotler

(1997) yang dimaksud dengan promosi adalah mencakup semua

aktivitas perusahaan untuk mengumumkan dan mempromosikan

produknya pada target pasar

5) People (Orang)

People berkaitan dengan sumber daya manusia atau

orang yang menyediakan jasa. Kualitas jasa berbanding lurus

dengan pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa.

6) Process (Proses)

Process mencerminkan koordinasi antara semua elemen

bauran pemasaran untuk menjamin kualitas dan konsistensi jasa

yang diberikan kepada konsumen (Yazid, 2003).

7) Customer Service (Layanan Pelanggan)

Menurut Lupiyohadi (2013) layanan pelanggan meliputi

aktivitas untuk memberikan pelayanan pratransaksi, saat

transaksi, dan pasca transaksi.


8) Physical Evidence (Bukti Fisik)

Menurut Yazid (1999) dalam Kurniawan (2009) bukti

fisik adalah lingkungan fisik jasa disampaikan dan tempat

perusahaan dengan konsumen berinteraksi dan setiap komponen

tangible (berwujud) memfasilitasi penampilan atau komunikasi

jasa.

Tabel 3.1 Analisis SWOT manajemen pemasaran Rumah Sakit

Faktor Internal (IFE) Strengths (S) Weaknesses (W)


a. Tersedianya Poli a. Kurangnya update layanan
Fertility Online
b. Tersedianya Poli b. Kurangnya layanan /
Cosmetik Medi dan aplikasi via online
Antiagic c. Tidak terjalinnya
c. Tersedianya Medical konektivitas antara RS
Ceck Up (MCU) Baptis dengan faskes lain
d. Tersedianya pelayanan d. Belum optimalnya sarana
Faktor Eksternal (EFE) psikobiologi konseling
Opportunies (O) Strategi SO Strategi WO
a. Keberadaan RS sangat a. Menerapkan sistem dan a. Menerapkan sistem dan
dibutuhkan warga prosedur secara prosedur secara
b. Pelayanan 24 jam profesional profesional
c. Pengembangan RS b. Meningkatkan program b. Meningkatkan program
prospektif pendidikan/ pelatihan pendidikan/ pelatihan
d. Sudah bekerjasama SDM SDM
dengan perusahaan c. Memperluas pangsa c. Memperluas pangsa pasar
asuransi pasar d. Memperkuat kerjasama
e. Lokasi RS di pusat kota d. Memperkuat kerjasama
Threaths (T) Stategi ST Strategi WT
a. Dokter jaga sering kosong a. Memberikan instruksi ke a. Melakukan pelatihan ke
b. Pendapatan fluktuatif semua pegawai agar pegawai dengan YAN-
c. Adanya pesaing RSUD bekerja dengan baik PRIMA
maupun swasta b. Menginfokan semua b. Memberikan arahan ke
program RS ke setiap pegawai agar
pasien yang datang mempromosikan RS
melalui akun sosial media
pribadi masing-masing
Dalam menentukan prioritas masalah dengan metode USG ini, di
lakukan bersama dalam diskusi penentuan prioritas masalah. Dimana
masing-masing anggota kelompok memberikan skornya terhadap tiap
masalah yang ada.

Tabel 3.2 Analisis USG managemen pemasaran Rumah Sakit


USG
No Prioritas Masalah Total Ranking
U S G
Kurangnya update layanan
1 5 4 4 80 II
Online
Kurangnya layanan / aplikasi
2 3 4 5 60 III
via online
Tidak terjalinnya konektivitas
3 antara RS Baptis dengan 5 4 5 100 I
faskes lain

Tabel 3.3 Analisis Fishhbond manajemen pemasaran Rumah Sakit


No Prioritas Masalah Solusi
1 Kurangnya update a. Memberikan arahan ke pegawai agar
layanan Online mempromosikan RS melalui akun sosial
media pribadi masing-masing
b. Menerapkan On-IT Rumah Sakit
2 Kurangnya layanan / a. Memberikan instruksi ke semua pegawai
aplikasi via online agar bekerja dengan baik
b. Menginfokan semua program RS ke
setiap pasien yang datang dan melalui
aplikasi WhatsApp
c. Mempromosikan pelayanan unggulan
rumah sakit melalui influencer
Instagram maupun YouTube.
3 Tidak terjalinnya a. Menerapkan sistem dan prosedur secara
konektivitas antara RS profesional
Baptis dengan faskes lain b. Meningkatkan program pendidikan/
pelatihan SDM
c. Memperluas pangsa pasar
d. Memperkuat kerjasama

Anda mungkin juga menyukai