Anda di halaman 1dari 8

DASHBOARD PROGRAM EMAS

1. DEFINISI PROGRAM EMAS


Program EMAS atau Expanding Maternal and Neonatal Survival adalah program
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang didanai oleh United States Agency
for International Development (USAID), yang diluncurkan pada tahun 2011. Program
5 tahun (2011-2016) ini bekerja untuk mengurangi kematian ibu dan bayi baru lahir di
enam provinsi di Indonesia, yang berkontribusi terhadap 50 persen kematian ibu dan
bayi baru lahir.  Yaitu, Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur (USAID, 2012).
Hampir 70 persen dari semua kematian ibu dan 75 persen kematian bayi, terjadi
di Jawa dan Sumatra, yang sebagian besar diakibatkan oleh penyebab yang dapat
dicegah. Demi peningkatan layanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, program
EMAS bermitra dengan instansi pemerintah (nasional, provinsi dan kabupaten),
organisasi kemasyarakatan, fasilitas kesehatan milik negara dan swasta, organisasi
kesehatan profesional serta sektor swasta.  Program EMAS adalah jalinan kemitraan
dari lima organisasi : Jhpiego (mitra pimpinan), Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan
(LKBK), Muhammadiyah, Save the Children dan Research Triangle Institute (RTI)
(USAID, 2012).

2. TUJUAN PROGRAM EMAS


Menurunkan AKI dan AKN Indonesia sebesar 25% (USAID, 2012).

3. DAERAH INTERVENSI
Daerah intervensi dilakukannya Program Emas ini ada di 6 Propinsi dan 30
Kabupaten pada tahun pertama, adapun 6 Provinsi tersebut adalah:
a. Sumatra Utara
b. Banten
c. Jawa Barat
d. Jawa Tengah
e. Jawa Timur
f. Sulawesi Selatan (USAID, 2012).
4. CARA KERJA PROGRAM EMAS
a. Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di
150 rumah sakit (PONEK) dan 300 Puskesmas/Balkesmas (PONED)
1) Memastikan intervensi medis prioritas yang mempunyai dampak besar pada
penurunan kematian diterapkan di RS dan Puskesmas
a) Melakukan kajian kinerja fasilitas
b) Melakukan pendampingan (on the job mentoring) dan pelatihan
c) Melaksanakan rotasi klinis di LKBK dan dari puskesmas ke rumah sakit
d) Memastikan peralatan esensial tersedia
e) Mengembangkan pembelajaran berkelanjutan menggunakan SMS dan hotline
2) Pendekatan tata kelola klinis (clinical governance) diterapkan di RS dan
Puskesmas
a) Penggunaan standar kinerja
b) Pelaksanaan audit kasus-kasus sulit (Near-miss audit)
c) Penggunaan panel indikator (dashboard indicators)
d) Pemanfaatan Maklumat Pelayanan (service charters)
e) Pemanfaatan mekanisme umpan balik
b. Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan Rumah
Sakit
1) Penguatan sistim rujukan yang berfungsi secara optimal
a) Standar Kinerja Sistim Rujukan
b) Koordinasi dan komunikasi dalam jaringan rujukan antara fasilitas publik
dan swasta
c) Referral Exchange : Pertukaran informasi dalam sistim rujukan dengan
menggunakan teknologi informatika dan komunikasi (ICT) yang berbasis
web dan nirkabel
d) Audit Maternal Perinatal
e) Penguatan Bidan Koordinator
2) Meningkatkan peran serta masyarakat dan organisasi sosial kemasyarakatan
dalam menjamin akuntabilitas dan kualitas tenaga kesehatan, fasilitas
pelayanan dan pemerintah daerah
a) Mengembangkan mekanisme umpan balik dari masyarakat ke pemerintah
daerah menggunakan sosial media dan SMS gateaway
b) Memperkuat forum masyarakat agar dapat menuntut pelayanan yang lebih
efektif dan efesien melalui maklumat pelayanan ( citizen charter )
3) Meminimalkan hambatan keuangan kelompok miskin dan rentan, dalam
mengakses dan memanfaatkan pelayanan kesehatan
a) Meningkatkan peran serta fasilitas swasta dalam Jamkesmas, Jamsostek,
Jamkesda dan Jampersal
b) Organisasi sosial kemasyarakatan khususnya Muhammadyah dan Aisyiah
mempromosikan peran serta masyarakat dan pihak swasta
c. Program ini dirancang agar dapat memberi dampak nasional (tidak hanya sebatas
area kerja) (USAID, 2012).
Pendekatan EMAS
a. Dilaksanakan di propinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian yang besar
b. Mengadvokasi kabupaten dan mitra bestari lain untuk proaktif menerapkan
pendekatan program EMAS
Pendekatan ‘Vanguard’
a. ‘Vanguard Network’ (1 RSUD, 2-3 RS Swasta, 5-10 Puskesmas)
b. Memilih dan memantapkan 30 RS dan 60 Puskesmas yang sudah cukup kuat agar
berjejaring dan dapat membimbing jaringan Kabupaten yang lain
c. Melibatkan RS/RB swasta untuk memperkuat jejaring sistim rujukan di daerah
(USAID, 2012).

5. STRATEGI PROGRAM EMAS


Strategi Program EMAS adalah Laser Focus, yaitu:
a. Penanganan penyebab utama kematian ibu (perdarahan, eklamsi dan infeksi) dan
kematian neonatal (asfiksia, bayi berat lahir rendah/prematuritas & sepsis)
b. Peningkatan clinical governance yaitu suatu rangka/ struktur melalui organisasi
pelayanan kesehatan nasional berupa tanggung jawab peningkatan kualitas
pelayanan yang berkelanjutan dan standar asuhan dengan tingkat keamanan tinggi
yang akan menciptakan asuhan klinis berkualitas.
c. Penerapan good governance untuk meningkatkan pengawasan dari masyarakat
madani
d. Membangun jejaring fasilitas pelayanan kesehatan publik dan swasta
e. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk memperbaiki rujukan
(USAID, 2012).
6. PELAKSANAAN PROGRAM EMAS
Di daerah yang melaksanakan Program EMAS, dibentuk Vanguard Network
yaitu sistem rujukan antara 1 RSUD, 2-3 RS Swasta, dan 5-10 Puskesmas. Dalam
sistem ini, dipilih RS dan Puskesmas yang sudah cukup kuat agar membangun
jejaring dan dapat membimbing jaringan Kabupaten yang lain dengan melibatkan
RS/RB swasta untuk memperkuat jejaring sistim rujukan di daerah. Untuk itu
diperlukan Kerjasama yang baik antara Dinas Kesehatan dengan Rumah Sakit.
Dengan pembentukan Vanguard Network, maka daerah di sekitar wilayah intervensi
pun akan mendapat kemudahan dalam sistem rujukan. Dalam pelaksanaannya di
lapangan, upaya tersebut dilakukan dengan pendekatan “Vanguard”, yaitu:
a. Memilih dan memantapkan sekitar 30 RS dan 60 Puskesmas di daerah intervensi
yang sudah cukup kuat agar berjejaring dan dapat membimbing jaringan
Kabupaten yang lain
b. Melibatkan RS/RB swasta untuk memperkuat jejaring sistem rujukan di daerah.

7. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM EMAS


Implementasi program mengikutsertakan upaya policy makers (pembuat
kebijakan) untuk mempengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia
memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran. Implementasi dan
prinsip kebijakan adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.
Kompleksitas implementasi bukan saja ditunjukkan oleh banyaknya aktor atau unit
organisasi yang terlibat, tetapi juga dikarenakan proses implementasi dipengaruhi oleh
berbagai variabel yang kompleks, baik variabel individual maupun variabel
organisasional dan masing-masing variabel pengaruh tersebut saling berinteraksi satu
sama lain (Subarsono, 2012).
a. Tujuan Kebijakan Program EMAS

Setiap kebijakan publik harus mempunyai tujuan kebijakan yang jelas.


Tujuan kebijakan yang tidak jelas akan menimbulkan multiinterpretasi dan
kesalahpahaman serta konflik di antara para pelaksana implementasi (Subarsono,
2012). Pelaksanaan program EMAS sudah memiliki tujuan yang jelas yaitu
meningkatkan kualitas pelayanan obstertri dan neonatal esensial dasar (PONED)
dan pelayanan obstertri dan neonatal esensial komprehensif (PONEK) dengan
memastikan intervensi medis prioritas yang mempunyai dampak besar pada
penurunan kematian diterapkan di RS dan Puskesmas serta meningkatkan
efektifitas dan efisiensi sistem rujukan antar Puskesmas dan Rumah Sakit
(Alamsyah, 2012). Hasil akhir yang ingin dicapai dari Program EMAS ini ialah
adanya penurunan AKI dan AKB.
b. Standar Kebijakan Program EMAS
Setiap kebijakan publik harus mempunyai standar kebijakan yang jelas dan
terukur, supaya dapat tercapai semua tujuannya. Sebaliknya kebijakan publik
memiliki standar yang tidak jelas akan terjadi multiinterpretasi dan mudah
menimbulkan kesalahpahaman dan konflik di antara para pelaksana implementasi
(Subarsono, 2012).
Standar kebijakan Program EMAS diperlukan untuk mengarahkan pelaksana
kebijakan yang tertuang dalam dokumen resmi (Rekawati dkk, 2013) misalnya
buku panduan pelaksanaan EMAS yang berisi indikator keberhasilan program
EMAS, sasaran, maksud dan tujuan dilaksanakannya Program EMAS pasca
petugas dilatih agar sesuai dengan program yang sudah direncanakan.
c. Sumberdaya Program EMAS
Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Dalam implementasi kebijakan perlu
dukungan sumberdaya, baik sumberdaya manusia (human resources) maupun
sumberdaya materi (matrial resources) dan sumberdaya metoda (method
resources). Dari ketiga sumberdaya tersebut, yang paling penting adalah
sumberdaya manusia, karena disamping sebagai subjek implementasi kebijakan
juga termasuk objek kebijakan publik (Agustino, 2008).
Implementasi tidak akan berjalan efektif apabila implementor kekurangan
sumberdaya untuk melaksanakan program. Sumberdaya merupakan sumber energi,
tenaga, kekuatan (power) yang diperlukan untuk menciptakan daya, gerakan,
aktivitas, kegiatan dan tindakan. Sumber daya tersebut antara lain terdiri atas
sumberdaya manusia (human resources) maupun sumber daya materi (matrial
resources) dan sumberdaya metoda (method resources) (Agustino, 2008).
Bidan sebagai pelaksana program EMAS merupakan sumberdaya yang
paling penting, untuk itu kelancaran pelaksanaan Program EMAS sangat
ditentukan oleh kemampuan/kompetensi bidan untuk melaksanakan tugas dan
ditinjau dari keberadaan fasilitas yaitu berupa ketersediaan sarana dan fasilitas,
obat yang dibutuhkan, ketersediaan dana untuk pelaksanaan program dan insentif.
d. Komunikasi Antar Organisasi Terkait Program EMAS
Dalam implementasi kebijakan, sebagai realitas dari program kebijakan perlu
tercipta adanya hubungan yang baik antar instansi yang terkait, yaitu dukungan
komunikasi dan koordinasi. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar
instansi bagi keberhasilan suatu program. Komunikasi dan koordinasi merupakan
salah satu urat nadi dari sebuah organisasi agar program-program dapat
direalisasikan sesuai tujuan dan sasaran (Subarsono, 2012).
Implementasi yang berhasil seringkali membutuhkan mekanisme prosedur
program dari organisasi. Hal ini sebenarnya akan mendorong kemungkinan yang
lebih besar bagi pengambil kebijakan (pimpinan) untuk mendorong bagi
pelaksana (staf) untuk bertindak dalam suatu cara yang konsisten dengan ukuran-
ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan (Winarno, 2008).
Semua kebijakan hendaknya dikomunikasikan oleh pengambil kebijakan
secara jelas dan disertai dengan petunjuk pelaksanaan (Subarsono, 2012) sehingga
pelaksanaan program EMAS hendaknya juga dikomunikasikan oleh pengambil
kebijakan secara jelas dan konsisten disertai dengan petunjuk pelaksanaan
(Rekawati dkk, 2013).
Hasil pelatihan / sosialisasi berupa informasi tentang program dan tujuan
Program EMAS, siapa yang melakukan Program EMAS, kapan melaksanakan
Program EMAS, bagaimana pelaksanaan dan penerapan Program EMAS
diharapkan dapat disosialisasikan oleh pelaksana atau perwakilan masing-masing
fasilitas kesehatan kepada semua pelaksana di fasilitas kesehatan. Namun
komunikasi yang disampaikan kepada petugas lainnya yang tidak mengikuti
pelatihan seringkali tidak jelas dan tidak secara detail sehingga mendorong
terjadinya interpretasi yang salah.
e. Karakteristik Badan Pelaksana Program EMAS
Dalam implementasi kebijakan agar mencapai keberhasilan maksimal harus
diidentifikasikan dan diketahui karakteristik agen pelaksana, meliputi struktur
birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi,
semua itu akan mempengaruhi implementasi suatu program kebijakan yang telah
ditentukan (Subarsono, 2012). Prosedur kerja dalam program EMAS dapat
diartikan langkah-langkah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (bidan) dalam
melakukan setiap tindakan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.
f. Disposisi/ Sikap Pelaksana Program EMAS
Dalam implementasi kebijakan sikap atau disposisi pelaksana dibedakan
menjadi tiga hal, yaitu: respons pelaksana terhadap kebijakan yang terkait dengan
kemauan pelaksana untuk melaksanakan kebijakan publik, kondisi yakni
pemahaman terhadap kebijakan yang telah ditetapkan, dan intens disposisi
pelaksana, yakni preferensi nilai yang dimiliki tersebut (Subarsono, 2012).
Respon pelaksana terhadap kebijkan akan mempengaruhi kemauannya untuk
melaksanakan kebijakan (Subarsono, 2012). Apabila bidan mempunyai komitmen
yang kuat terhadap pelaksanaan program EMAS maka pelayanan kepada semua
ibu dan bayi akan menerapkan pedoman pelaksanaan Program EMAS. Untuk itu
pemahaman bidan terhadap penerapan Program EMAS juga sangat dibutuhkan
supaya dapat menerapkan Program EMAS sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Komitmen bidan dapat dilihat dari sikap bidan dalam menerima program tersebut,
dan sikap bidan dapat positif dan negatif yang bisa diukur melalui pertanyaan
yang berupa pendapat bidan tentang pelaksanaan Program EMAS.
g. Kondisi Lingkungan Sosial, Politik dan Ekonomi Program EMAS
Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan (Subarsono, 2012). Dalam
Program EMAS terkait kondisi lingkungan sosial, politik dan ekonomi antara lain
dukungan dari kelompok-kelompok yang berkepentingan, karakteristik para
partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang
ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, (2012). “Manajemen Pelayanan Kesehatan”. Yogyakarta: Nuha Medika

Expanding Maternal and Newborn Survival (EMAS). USAID. 2012.


http://kebijakankesehatanindonesia.net/images/2012/SLLO/EMAS%20overview%20PIT
%20HOGSI_ed.pdf

Rekawati, Susilaningrum, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta :
Salemba Medika

Subarsono. 2012. Analisis Kebijakan Publik (Konsep, teori, dan Aplikasi). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Tentang Program EMAS. http://emasindonesia.org/tentang-program-emas/

Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik, Pt. Buku Kita: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai