Anda di halaman 1dari 44

PANCASILA

SEBAGAI
ETIKA POLITIK
Pokok Bahasan
1. Etika Politik
2. Pengertian Nilai, Norma dan Moral
3. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai
Praksis
4. Pancasila sebagai nilai dasar fundamental
bagi bangsa dan negara RI
5. Etika politik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
Etika 🡪 Etika Politik
• Etika 🡪 tanggung jawab dan kewajiban
manusia
• Etika umum 🡪 berkenaan prinsip yang berlaku
bagi setiap tindakan manusia.
• Etika khusus 🡪 berkenaan prinsip yang
berlaku bagi setiap tindakan manusia dalam
hubungannya dengan lingkup tertentu dalam
kehidupan manusia
• Etika politik termasuk etika khusus
Politik
Banyak pendapat mengenai politik tetapi pada
umumnya berkenaan dengan:
– negara (state),
– kekuasaan (power),
– pengambilan keputusan (decision making),
– kebijaksanaan (policy),
– pembagian (distribution) serta alokasi (allocation)
sumberdaya
Etika Politik
• Etika Politik (EP) adalah etika yang berkenaan
dengan demensi politis kehidupan manusia.
• Tugas EP membantu agar pembahasan masalah
ideologis dapat dijalankan secara obyektif.
• Fungsi EP dalam masyarakat adalah menyediakan
instrumen teoretis untuk mempertanyakan serta
menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung
jawab.
• EP memberikan patokan orientasi dan pegangan
normatif 🡪 tatanan dan kehidupan politik dengan
tolok ukur martabat manusia atau legitimasi moral
suatu keputusan politik
Pokok Bahasan EP
Karena sifat kodrat manusia 🡪 makhluk individu dan
sosial 🡪 demensi politis manusia selalu berkaitan
dengan dua hal pokok:
– Hukum 🡪 lembaga penata masyarakat yang normatif
– Kekuasaan Negara 🡪 lembaga penata masyarakat
yang efektif sesuai dengan struktur ganda kemampuan
manusia (makhluk individu dan makhluk sosial)

OKI: Etika politik selalu berkaitan dengan kehidupan


masyarakat secara keseluruhan
Prinsip-prinsip EP
1. Adanya cita cita the rule of law
2. Partisipasi demokratis masyarakat
3. Jaminan hak asasi manusia menurut
kekhasan paham kemanusiaan dan struktur
sosial budaya masyarakat masing masing
4. Keadilan sosial
Legitimasi Kekuasaan
• Legitimasi etis dan legitimasi yuridis
– LE pembenaran atau pengabsahan kekuasaan / wewenang
berdasarkan prinsip-prinsip moral
– LY pembenaran atau pengabsahan kekuasaan/ wewenang
berdasarkan aturan hukum yang berlaku
• Legitimasi menuntut pertanggung jawaban sesuai
yang mendasarinya
• Etika politik mempertanyakan legitimasi etis
kekuasaan.
• Penguasa memiliki kekuasaan dan masyarakat
memiliki hak untuk menuntut pertanggungjawaban.
Wibawa Penguasa
• Kekuatan batin penguasa terpancar pada
wibawa
• Wibawa tidak hanya sekedar psikis dan mistis
tetapi harus ditunjang kemampuan
mengorganisasikan orang banyak termasuk
kemampuan menegakkan sanksi bagi
pembangkang.
• Wujud yang meyakinkan kewibawaan
penguasa adalah keselarasan sosial:
masyarakat sejahtera, tenang dan tenteram.
Budi Luhur
• Budi luhur penguasa tercermin pada kehalusan
pemerintahan 🡪 keselarasan sosial 🡪 kesejahteraan,
ketenangan dan ketentraman.
• Pamrih (keinginan yang berlebihan akan
materi/kekuasaan) 🡪 tidak sanggup memusatkan
diri pada alam batin atau hati nurani 🡪 budi luhur 🡪
luntur
• Lunturnya budi luhur 🡪 keresahan dalam masyarakat
🡪 timbul berbagai ancaman terhadap kekuasaan.
Moralitas Kekuasaan
• MK ditentukan oleh nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya oleh masyarakat
• Pada masyarakat religious 🡪 moral agama yang
dianut 🡪 kekuasaan adalah amanah dari Allah dan
harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah
• Raja adil raja disembah raja zalim raja disanggah
• Alat ukur etika politik yang dilaksanakan penguasa
dikembangkan berdasar nilai moral dan norma yang
berkembang dalam masyarakat
Nilai
• Filsafat Nilai 🡪 Aksiologi 🡪 hakikat nilai 🡪 berkenaan
dengan kata benda abstrak keberhargaan
(worthiness) atau kebaikan (goodness) dan kata
kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu
dalam menilai.
• Nilai adalah ukuran keyakinan berkenaan dengan
harga, kegunaan, keindahan, pengkayaan batin atau
hal lain seperti pembangkit kesadaran manusia akan
harkat dan martabatnya.
Jenis Nilai
(Prof. Dr. Notonagoro)

• Nilai material: segala sesuatu yang berguna


bagi unsur manusia
• Nilai vital: segala sesuatu yang berguna bagi
manusia untuk melakukan aktivitasnya
• Nilai kerohanian: segala sesuatu yang
berguna bagi rohani manusia
Nilai Kerohanian
• Nilai kebenaran yang bersumber kepada unsur rasio,
budi dan cipta
• Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa
atau intuisi
• Nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak
manusia atau kemauan (karsa, etika)
• Nilai religi /agama yang bersumber pada nilai
ketuhanan merupakan nilai yang tertinggi dan
mutlak.
Nilai Agama
• Bersumber kepada keyakinan dan keimanan
manusia kepada Tuhan
• Berhubungan dengan nilai penghayatan yang
bersifat transendental dalam usaha manusia
untuk memahami arti dan makna
kehadirannya di dunia
• Berfungsi sebagai sumber moral yang
dipercayai sebagai rahmat dan anugerah
Tuhan
Penjabaran Nilai
• Nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran
dan kriteria shg merupakan suatu anjuran,
keharusan atau larangan, tidak dikehendaki
atau tercela.
• Nilai berperan sebagai dasar pedoman yang
menentukan kehidupan setiap manusia.
Moral
• Kata asal ‘mores’ (Yunani) artinya kesusilaan, tabiat
atau kelakuan
• Ajaran moral adalah ajaran tentang baik dan buruk
yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan
manusia.
• Wujud ajaran moral: peraturan, prinsip-prinsip yang
dianggap benar, baik, terpuji dan mulia.
• Ada berbagai jenis moral: moral ketuhanan, moral
filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu dlsb
Norma
• Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus
dijalankan dalam kehidupan sehari hari berdasarkan
motivasi tertentu
• Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi
dengan adanya kelengkapan yang disebut sanksi.
– Norma agama sanksi dari Tuhan
– Norma kesusilaan sanksi dari diri sendiri: rasa malu,
penyesalan yang mendalam, stress
– Norma kesopanan sanksi dari masyarakat: pengucilan dari
pergaulan
– Norma hukum sanksi dari penegak hukum berupa
hukuman penjara, denda dlsb
Nilai Dasar
• Setiap nilai mampunyai nilai dasar
• Nilai dasar berupa hakikat, esensi,intisari atau makna
yang dalam dari suatu nilai
• Nilai dasar bersifat universal karena berkenaan
dengan kenyataan obyektif dari segala sesuatu.
• Nilai dasar berkenaan dengan hakikat Tuhan🡪
bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima
• Yang berkenaan dengan hakikat manusia 🡪
dijabarkan dalam bentuk norma hukum yang
diistilahkan sebagai hak dasar atau hak asasi manusia
Nilai Dasar dan Norma
• Apabila nilai dasar dikembangkan dari hakikat
suatu benda, kuantitas, aksi, ruang dan waktu,
maka nilai dasar itu dapat juga disebut norma
yang direalisasikan dalam kehidupan praksis.
• Nilai dasar yang menjadi sumber etika bangsa
Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila.
Nilai Instrumental
• Nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai
dasar
• NI memiliki formulasi serta parameter atau ukuran
yg jelas dan nyata
• NI berkenaan tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari hari 🡪 norma moral
• NI berkenaan dengan organisasi atau negara 🡪
arahan kebijakan/ strategi 🡪 eksplisitasi atau
operasionalisasi nilai dasar
• Ketentuan2 dalam pasal2 UUD 45 merupakan NI dari
nilai dasar yang terdapat pada Pancasila
Nilai Praksis
• NP merupakan penjabaran lebih lanjut dari
nilai instrumental dalam kehidupan nyata.
• NP dapat diketemukan dalam uu organik yaitu
semua undang undang dibawah UUD 1945
hingga peraturan pelaksanaan yang dibuat
pemerintah.
Tingkatan Nilai
• Nilai Dasar 🡪 Pembukaan UUD’45
• Nilai Instrumental 🡪 Pasal pasal pada Batang
Tubuh UUD ’45 dan Tap MPR
• Nilai Praksis 🡪 Peraturan perundangan
undangan lain: UU, PP, Perpu; Perpres;
Keppres; Perda.
Nilai Dasar Sila Pertama
• Pengakuan eksplisit eksistensi Tuhan sebagai
sumber dan pencipta universum (jagad raya).
• Memperlihatkan relasi esensial antara yg
mencipta dan yang dicipta
• Menunjukkan ketergantungan ‘yang
diciptakan’ kepada ‘yang menciptakan’
Nilai Dasar Sila Kedua
• Manusia karena kedudukannya yang khusus
diantara ciptaan lain di jagad raya,
mempunyai hak dan kewajiban
meningkatkan harkat dan martabatnya
sebagai manusia
• Manusia secara alami dengan akal budinya
mempunyai kewajiban untuk
mengembangkan dirinya menjadi pribadi
yang bernilai
Nilai Dasar Sila Ketiga
Setiap warga negara memiliki hak, kewajiban
dan tanggung jawab kepada negara,
khususnya dalam menjaga eksistensi negara
dan bangsa yang satu Indonesia.
Nilai Dasar Sila Keempat
• Pengakuan serta perlindungan negara
terhadap:
– kedaulatan rakyat yang dilaksanakan dalam iklim
musyawarah dan mufakat;
– iklim keterbukaan untuk saling mendengarkan,
mempertimbangkan satu sama lain;
– sikap belajar serta saling menerima dan memberi;
dan
– setiap orang diakui dan dilindungi untuk
berpartisipasi dalam kehidupan politik
Nilai Dasar Sila Kelima
• Keseimbangan antara hak dan kewajiban;
• Setiap warga negara harus bisa menikmati keadilan
secara nyata;
• Iklim keadilan yang merata hanya bisa dicapai
apabila struktur sosial masyarakat adil;
• Keadilan sosial menuntut formasi struktur sosial
(ekonomi, politik, budaya dan ideologi) ke arah yang
lebih akomodatif terhadap kepentingan masyarakat
Pokok Pikiran
Pertama Pembukaan UUD 45
• Negara Indonesia adalah negara persatuan
yaitu negara yang melindungi segenap bangsa
Indonesia, dan seluruh tumpah darah
Indonesia. Negara mengatasi segala faham
golongan dan perseorangan.
• Pokok pikiran ini merupakan penjabaran dari
sila ketiga.
Pokok Pikiran Kedua
Pembukaan UUD 45
• Negara hendak mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
• Dalam hal ini negara berkewajiban
mewujudkan kesejahteraan umum bagi
seluruh rakyat Indonesia, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
• Pokok pikiran ini Merupakan penjabaran dari
sila kelima
Pokok Pikiran Ketiga
Pembukaan UUD 45
• Negara berkedaulatan rakyat, berdasarkan
atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan.
• Pokok pikiran ini menunjukkan bahwa negara
Indonesia adalah negara demokrasi yaitu
kedaulatan di tangan rakyat; suatu pokok
pikiran yang sesuai dengan sila keempat
Pokok Pikiran Keempat Pembukaan
UUD 45
• Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab.
• Pokok pikiran ini merupakan penjabaran sila
pertama dan kedua.
Pokok Kaidah Negara Yang
Fundamental
• Pancasila dan pembukaan UUD 45 dapat dinyatakan
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental
karena di dalamnya terkandung konsep sebagai
berikut:
– Dasar pembentukan negara: tujuan negara, asas politik
negara (negara republik yang berkedaulatan rakyat), dan
asas kerohanian negara (pancasila)
– Ketentuan diadakannya undang undang dasar.
“ .. …. maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia dalam suatu undang undang dasar Negara
Indonesia ….” Hal ini menunjukkan adanya sumber hukum
Pancasila dan Etika Politik
Sebagai dasar filsafat negara, Pancasila tidak
hanya sumber derivasi peraturan
perundang-undangan, ia juga sebagai sumber
moralitas terutama dalam hubungannya
dengan legitimasi kekuasaan, hukum serta
berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara.
Legitimasi
• Sila 1 dan 2🡪 dasar legitimasi moral (moral
religius🡪 1, moral kemanusiaan sila 2) kekuasaan
dan penyelenggaraan negara harus dilaksanakan
berdasar prinsip moral atau tidak bertentangan
dengannya.
• Sila 4 🡪 dasar legitimasi demokratis kekuasaan dan
penyelenggaraan negara harus disahkan dan
dijalankan secara demokratis.
• Sila 5 🡪dasar legitimasi hukum kekuasaan dan
penyelenggaraan negara haruslah sesuai hukum
yang berlaku
Wadah Infrastruktur
Praktek Etika Politik
• Mimbar bebas, unjuk rasa, bicara secara lisan
dan tulisan
• Aktivitas organisasi politik seperti kampanye
pemilihan umum, perhitungan suara dalam
wakil di DPR atau pimpinan eksekutif
• Aktivitas di lembaga sosial kemasyarakatan, di
Panti Jompo, Panti asuhan dll
Wadah Supra Struktur
Praktek Etika Politik
• Semua lembaga legislatif di semua tingkatan
(DPR, DPRD, DPD)
• Semua lembaga eksekutif di semua tingkatan
(mulai dari Presiden hingga RT/RW)
• Semua lembaga judikatif disemua tingkatan
(komisi judisial, kekuasaan kehakiman,
penegak hukum, pengacara)
Praktek Etika Politik
Jabatan publik 🡪 jabatan yang terhormat, mulia dan
suci,
Pejabat publik yang merasa mencemarkan
kehormatan atau kemuliaan jabatan yang
dipangkunya 🡪 mengundurkan diri.
Contoh:
Muhammad bin Muhammad Tahib Gubernur Negara
Bagian Selangor. Walau akhirnya terbukti tidak
bersalah .. Dia dengan ikhlas tidak kembali
menduduki jabatan semula.
Bagaimana di Indonesia?
Dewan Kehormatan
• Dewan Kehormatan
– di DPR
– di organisasi profesi
– di partai politik
• Inikah solusi yang tepat bagi perbaikan
praktek etika politik di Indonesia?
5 Faktor Dalam Negeri
1. Masih lemahnya pengamalan ajaran agama dan
munculnya pemahaman ajaran agama yang sempit
atau keliru
2. Sistem sentralisasi pemerintahan menimbulkan
fanatisme kedaerahan
3. Tidak berkembangnya pemahaman kemajemukan
dalam kehidupan berbangsa
4. Terjadinya ketidak adilan ekonomi dalam kurun
waktu yang panjang dan timbulnya perilaku
ekonomi yang bertentangan dengan moralitas
5. Kurangnya keteladanan bersikap dan berperilaku
sejumlah pemimpin bangsa
Dua Faktor Luar Negeri
1. Pengaruh Globalisasi yang luas dengan
persaingan bangsa yang semakin tajam
2. Makin tingginya intensitas intervensi
kekuatan global dalam perumusan kebijakan
nasional
Etika Kehidupan
Menurut Tap MPR No. VI/MPR/2002
• Etika sosial budaya
• Etika politik dan pemerintahan
• Etika ekonomi dan bisnis
• Etika penegakan hukum yang berkeadilan
• Etika keilmuan
• Etika lingkungan
Etika Politik dan Pemerintahan
• Untuk mewujudkan
– pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif serta
– menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang
bercirikan keterbukaan, rasa bertanggung jawab, tanggap
akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam
persaingan, kesediaan untuk menerima pendapat yang
lebih benar, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia
dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan
berbangsa
Etika Pemerintahan
• Mengamanatkan agar penyelenggara negara:
– Memiliki kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan
kepada publik
– Siap mundur apabila merasa dirinya telah melanggar
kaidah dan sistem nilai atau dianggap tidak mampu
memenuhi amanah masyarakat, bangsa dan negara.
• Etika ini diwujudkan dalam bentuk sikap yang bertata
krama dalam perilaku politik yang toleran, tidak
berpura pura, tidak arogan, jauh dari sikap munafik,
serta tidak melakukan kebohongan publik, tidak
manipulatif dan berbagai tindakan yang tidak terpuji
lainnya

Anda mungkin juga menyukai