Anda di halaman 1dari 69

Youtube Video Webinar 1 : https://youtu.

be/czqdmFr5xmA
PENDAHULUAN
Peningkatan Jumlah penduduk perkotaan di 33,4%
Indonesia menurut BPS diperkirakan pada
tahun 2020 sebesar 56,7% dan
diperkirakan pada tahun 2035 penduduk 66,6%
perkotaan mencapai 66,6%.

Perkotaan Pedesaan

56,7 60,0 63,4 66,6


49,8 53,3
Proyeksi Jumlah Penduduk
Perkotaan sampai dengan
2010 2015 2020 2025 2030 2035 tahun 2035 diperkirakan
Perkotaan Pedesaan mencapai 66,6 %. Atau
sekitar 203,6 juta jiwa.
DAMPAK PERTUMBUHAN SEKTOR
EKONOMI DI PERKOTAAN

PERTUMBUHAN PENDUDUK SARANA PRASARANA KAWASAN TERBANGUN


MENINGKAT MENINGKAT MENINGKAT
Pertumbuhan penduduk Meningkatnya sarana dan Semakin bertambahnya
perkotaan di Indonesia yang prasarana di perkotaan penduduk pendatang memberi
diperkirakan sekitar 66,6% sangat berpengaruh implikasi meningkatnya
atau 203,6 juta jiwa. kebutuhan ruang untuk
besar terhadap peningkatan permukiman serta sarana dan
ekonomi prasarana penunjangnya.
SIAPA YANG 33,4%

MENJADI 66,6% Perkotaan


Pedesaan

KORBAN?

Kawasan Terbangun Kota Pohon di Kota

LOADING ......
HUTAN KOTA
PENGERTIAN HUTAN

Undang-undang No.41 tahun Stephen H. Spurr (1973)


1999 tentang kehutanan Hutan ialah sekumpulan pohon-
“Hutan adalah suatu kesatuan pohon atau tumbuhan yang
ekosistem berupa hamparan lahan berkayu yang terdapat
berisi sumber daya alam hayati kerapatan dan luas tertentu yang
yang didominasi pepohonan dalam dapat menciptakan iklim setempat
persekutuan alam lingkungannya, serta keadaan ekologis yang
yang satu dengan lainnya tidak berbeda dengan di luarnya.
dapat dipisahkan.”

Food and Agriculture Organization (FAO)


Hutan adalah lahan yang luasnya lebih dari 0,5
hektar dengan pepohonan yang tingginya lebih dari
5 meter dan tutupan tajuk lebih dari 10 persen, atau
pohon dapat mencapai ambang batas ini di
lapangan. Tidak termasuk lahan yang sebagian
besar digunakan untuk pertanian atau permukiman.
Black Law Dictionary
Hutan adalah suatu lapangan pohon-
pohon secara keseluruhan yang
merupakan persekutuan hidup alam
hayati besertaalam lingkungannya, dan
yang ditetapkan oleh pemerintah
sebagai hutan.

International Union of Forest Research Organizations


Hutan adalah daratan yang memiliki area tutupan kanopi
10 % atau sebelumnya memiliki pepohonan dengan
tutupan kanopi sebesar itu atau lebih dari itu, baik itu
secara alami ataupun buatan yaitu melalui reboisasi.
PENGERTIAN KOTA
UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
“Kota adalah adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan, dan distribusi pelayanan pemerintah,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.”

Max Weber(1864 - 1920) Louish Wirth (1897 – 1952)


Kota adalah sebagai tempat Kota adalah suatu wilayah yang
pemenuhan kebutuhan dan memiliki umumnya memiliki luas yang cukup
norma atau hukum sendiri. besar dan padat serta dihuni
masyarakat yang heteroge.

Jorge E. Hardoy (1959) John Brinckerhoff Jackson


(1909 - 1996)
Kota adalah suatu permukiman yang
bersifat permanen dengan jumlah Kota adalah suatu tempat tinggal
penduduk besar memiliki fungsi manusia yang merupakan
perkotaan minimum yaitu sebuah manifestasi dari perencanaan dan
pasar, pusat administrasi, pusat perancangan yang dipenuhi oleh
militer, pusat keagamaan, dan pusat berbagai unsur seperti bangunan,
intelektualitas. jalan, dan ruang terbuka hijau.
PENGERTIAN HUTAN KOTA
PP NO.63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA:
Hutan Kota adalah Suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan

rapat di dalam wilayah perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan
sebai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.

Jorgensen, E. Deneke, F. G. Kuchelmeister Robert W. Miller


(1974) (1993) (1993) (1997)
Hutan Kota adalah cabang Hutan Kota adalah Hutan Kota adalah perpaduan Hutan Kota dapat
khusus dari kehutanan yang perencanaan berkelanjutan, antara arborikultur, hortikultura didefinisikan sebagai jumlah
bertujuan untuk budidaya dan penanaman, perlindungan, hias dan pengelolaan hutan. Ini dari semua kayu dan vegetasi
pengelolaan pohon untuk pemeliharaan, dan perawatan terkait erat dengan arsitektur terkait di dalam dan sekitar
kontribusi saat ini dan pohon, hutan, ruang hijau dan lansekap dan manajemen pemukiman padat manusia,
potensialnya bagi sumber daya di dalam dan taman dan harus dilakukan mulai dari komunitas kecil di
kesejahteraan fisiologis, sekitar kota dan masyarakat bersama-sama dengan para pedesaan hingga wilayah
sosiologis dan ekonomi untuk manfaat ekonomi, profesional di bidang ini serta metropolitan.
masyarakat perkotaan. lingkungan, sosial, dan dengan perencana kota.
kesehatan masyarakat bagi
masyarakat.
PENGERTIAN HUTAN KOTA
WIKIPEDIA
Sebuah hutan kota adalah hutan , atau koleksi pohon, yang
tumbuh dalam kota , kota atau pinggiran kota . Dalam arti yang
lebih luas, ini dapat mencakup semua jenis tumbuhan berkayu yang
tumbuh di dalam dan sekitar pemukiman manusia

SINGAPURA MENGACU KEPADA FAO


FAO mendefinisikan hutan kota sebagai “jaringan atau
sistem yang terdiri dari semua hutan, kelompok pohon, dan
pohon individu yang terletak di daerah perkotaan dan
pinggiran kota ” - istilah tersebut mencakup segala sesuatu
mulai dari taman hingga satu pohon

MALAYSIA
Hutan kota dapat didefinisikan sebagai semua pohon milik publik
dan pribadi di dalam wilayah perkotaan
KONTRADIKTIF
HUTAN KOTA

Yang Mana Hutan Kota ?


SEJARAH HUTAN KOTA
DI INDONESIA
SEJARAH HUTAN KOTA DI INDONESIA

SEBEUM INDONESIA
MERDEKA
Awal mula terbentuknya hutan kota telah
dimulai sebelum Indonesia merdeka. Saat
itu, pemerintahan Hindia Belanda
melakukan penanaman pohon secara
teratur pada setiap pinggiran jalan. Bukti
dari program penanaman tersebut masih
dapat kita lihat di banyak tempat, seperti
Bogor, Bandung, Medan dan kota lainnya.
Fungsi pepohonan yang ditanam tersebut
ialah sebagai peneduh jalan.

TAHUN 1963
Selanjutnya, pada masa kemerdekaan
penanaman pohon di perkotaan
dimulai ketika Indonesia menjadi
penyelenggara Games of the New
Emerging Forces (GANEFO) pada
tahun 1963. Panitia acara tersebut
melakukan program penanaman di
sekitar area senayan dengan berbagai
jenis pohon. Bahkan, hingga saat ini
kita masih dapat menjumpai pohon-
pohon yang ditanam tersebut.
TAHUN 1978
Kemudian pada Kongres Kehutanan Sedunia
ke-7 yang diadakan di Jakarta pada tahun
1978 menjadi awal mula nama “Hutan
Kota” secara resmi dikenal. Pada waktu itu,
pemerintah mencanangkan pembangunan
hutan kota di daerah senayan yang
dilakukan oleh peserta kongres pada lahan
seluas 5 hektar. Lahan yang digunakan
adalah halaman gedung Manggala
Wanabakti atau Kantor Kementerian
Kehutanan.

TAHUN 1980
Isu menurunnya kualitas lingkungan
perkotaan mulai digalakan
Program/kegiatan penghijauan
perkotaan. Dinas Pertamanan DKI
Jakarta memprogramkan
pembangunan jalur hijau dan
pertamanan kota, sedangkan Dinas
Kehutanan DKI Jakarta mulai
menerapkan program pembangunan
dan pengembangan hutan kota.
TAHUN 1990
Semakin meningkatnya pencemaran udara,
mulai disadarinya pentingnya hutan kota.
Pada Pekan Penghijauan Nasional (PPN) ke
30 di Pulai Sulawesi Tengah, Presiden RI
mencanangkan pembangunan hutan kota.
Pembangunan hutan kota ditumbuhkan di 11
kota besar, dengan diawali pembangunan
hutan kota Jakarta seluas 2.327 Ha.

TAHUN 1999
Dibuatnya Undang-undang Nomor 41
Tahun 1999 yang mengatur tentang
Hutan Kota dalam pasal 9 ayat (1)
bahwa untuk kepentingan pengaturan
iklim mikro, estetika dan resapan air,
disetiap kota ditetapkan kawasan
tertentu sebagai hutan kota.
TAHUN 2002
Dibuatnya Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia (PP) No.63 Tahun 2002 tentang
Hutan Kota, mengamanatkan presentase
penyediaan hutan kota di suatu wilayah
seluas paling sedikit 10% (sepuluh per
seratus) dari wilayah perkotaan dan atau
disesuaikan dengan kondisi setempat.

TAHUN 2007
Dibuatnya Undang-undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
yang mengatur Ruang Terbuka Hijau
(RTH) sebagai bagian dari Tata Ruang
Wilayah Kota. Ruang Terbuka Hijau,
terdiri dari ruang terbuka hijau public
dan ruang terbuka hijau privat.
Proporsi ruang terbuka hijau pada
kota paling sedikit 30 % dari luas
wilayah dan proporsi ruang terbuka
hijau pada wilayah kota paling sedikit
20 % dari luas wilayah kota.
TAHUN 2007
Dibuatnya Pertaruan Menteri Dalam Negeri
No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.
Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan (RTHKP) meliputi kegiatan
peencanaan, pemanfaatan dan
pengamanan yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari rencana tata ruang
wilayah propinsi dan kabupaten/kota. Luas
ideal RTHKP minimal 20 % dari luas
kawasan perkotaan yang mencakup RTHKP
public dan privat.

TAHUN 2008
Dibuatnya Pertaruan Menteri Pekerjaan
Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyelenggaraan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan yang menjadi
acuan pemangku kepentingan baik
pemerintah kota, perencana maupun
pihak-pihak terkait, dalam
perencanaan, perancangan,
pembangunan, dan pengelolaan ruang
terbuka hijau.
TAHUN 2009
Dibuatnya Pertaruan Menteri Kehutanan
Nomor P.71/Menhut-II/2009 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Hutan Kota
yang menjadi rujukan dalam
penyelenggaraan hutan kota meliputi
penujukan, pembangunan, penetapan dan
pengelolaan hutan kota.

TAHUN 2009
Telah dibangun Hutan Kota seluas
20.379 Ha dengan dana APBN, APBD
dan swadaya.
TAHUN 2010
Telah dibangun Hutan Kota Seluas 1.117,56
Ha dengan dana APBN.

TAHUN 2010
Telah dibangun Hutan Kota Seluas
1.444 Ha dengan dana APBN.
TAHUN 2020
Pada 20 Mei 2020, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah
menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun
2020 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan. Dimana
pelaksanaan rehabilitasi hutan termasuk didalamnya adalah
penghijauan dalam Pasal 27 sala satunya adalah
Pembangunan Hutan Kota.
RENCANA ZONA LINDUNG PERMEN ATR NO.16 TAHUN 2018
RUANG TERBUKA HIJAU
UU NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENANTAAN RUANG
Dalam Pasal 29 menjelaskan bawah Ruang Terbuka Hijau (RTH)
terdiri dari RTH Publik paling sedikit 30% dan RTH Privat paling
sedikit 20% dari luas wilayah Kota.

PERMEN ATR NO.16 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN


PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN
PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA
Menetapakan Ruang Terbuka Hijau sebagai Kawasan Lindung
dalam Rencana Pola Ruang yang didalamnya terdapat Hutan
Kota yang menjadi bagian dari Ruang Terbuka Hijau.
KEPRES NO. 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN
KAWASAN LINDUNG
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian Lingkungan Hidup yang
mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah
serta budaya bangsa guna kepentingan Pembangunan
berkelanjutan.
INFRASTRUKTUR
Infrastruktur merupakan salah satu komponen
penting yang tidak dapat dipisahkan dari
suatu perkotaan.

Mengapa demikian?
Karena infrastruktur adalah
suatu sarana yang mendukung
perkembangan suatu kota,
baik perkembangan ekonomi,
pendidikan, sosial dan
budaya.
PENGERTIAN
INFRASTRUKTUR
(Menurut PP No.38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur)

Infrasturktur adalah fasilitas teknis, fisik, sistem,


perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kepada masyarakat dan
mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan
ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan
dengan baik.
PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR
(Menurut PP No.38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur)

Penyediaan Infrastruktur adalah


kegiatan yang meliputi pekerjaan
konstruksi untuk membangun atau
meningkatkan kemampuan
infrastruktur dan/atau kegiatan
pengelolaan infrastruktur dan/atau
pemeliharaan infrastruktur dalam
rangka meningkatkan kemanfaatan
infrastruktur.
What is green infrastructure?
“Infrastruktur hijau perkotaan dapat diartikan sebagai jaringan
yang direncanakan dan ruang hijau tak terencana, yang
mencakup ranah publik dan privat, dan dikelola sebagai sistem
terintegrasi untuk memberikan berbagai manfaat ”(Norton et al.
2014)

HUTAN KOTA
INFRASTRUKTUR
HIJAU KOTA
MANFAAT HUTAN KOTA SEBAGAI
INFRASTRUKTUR HIJAU KOTA
Manfaat dan penggunaan hutan dan pohon perkotaan (diadaptasi dari Tyrväinen 1999)

Perbaikain

Peluang Rekreasi
1. Lingkungan
Rumah dan
Pekerjaan

MANFAAT
SOSIAL
Berdampak Nilai budaya
Pada Kesehatan dan Sejarah
Fisik dan Mental Kawasan Hijau
MANFAAT HUTAN KOTA SEBAGAI
INFRASTRUKTUR HIJAU KOTA
Manfaat dan penggunaan hutan dan pohon perkotaan (diadaptasi dari Tyrväinen 1999)

Variasi lanskap Pertumbuhan


melalui berbagai
warna, tektur,
bentuk dan
kerapatan tanaman
2. pohon, dinamika
musiman dan
alam yang
mengalami

MANFAAT
ESTETIKA DAN
ARSITEKTUR

Mendefinisikan ruang
terbuka, membingkai dan
Menyaring pandangan
bangunan lansekap
MANFAAT HUTAN KOTA SEBAGAI
INFRASTRUKTUR HIJAU KOTA
Manfaat dan penggunaan hutan dan pohon perkotaan (diadaptasi dari Tyrväinen 1999)

Dampak pada iklim


Kontrol Angin perkotaan melalui suhu

3. dan kelembaban

MANFAAT
Pengurangan
Polusi Udara IKLIM DAN Kontrol Suara

FISIK

Pencagah banjir dan


Pengurangan silau pengendali erosi
dan Refleksi
MANFAAT HUTAN KOTA SEBAGAI
INFRASTRUKTUR HIJAU KOTA
Manfaat dan penggunaan hutan dan pohon perkotaan (diadaptasi dari Tyrväinen 1999)

4.
MANFAAT
EKOLOGIS
Biotop untuk flora burung yang menjadikan
dan fauana di hutan kota sebagai
lingkungan habitat hidupnya sangat
perkotaan baik untuk keseimbangan
eksosistem di perkotaan.
MANFAAT HUTAN KOTA SEBAGAI
INFRASTRUKTUR HIJAU KOTA
Manfaat dan penggunaan hutan dan pohon perkotaan (diadaptasi dari Tyrväinen 1999)

Nilai manfaat dari Nilai properti


harga pasar
(jumlah, beri,
jamur, dll) 5. meningkat

MANFAAT
EKONOMI

Pariwisata
TAHAP PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
HIJAU KOTA

1. PERENCANAAN
Dalam studi kajian perencanaan aspek yang diteliti meliputi : lokasi, fungsi dan
pemanfaatan, aspek tehnik silvikultur, arsitektur lansekap, sarana dan prasarana,
tehnik pengelolaan lingkungan. Bahan informasi yang dibutuhkan dalam studi
meliputi:

Data fisik Sosial ekonomi Keadaan Rencana Bahan-bahan


(letak, wilayah, (aktivitas di lingkungan (lokasi pembangunan penunjang lainnya
tanah, iklim dan wilayah dan sekitarnya) wilayah
lain-lain) bersangkutan (RDTRK,RTBL,RTH)
dan kondisinya)
Hasil studi berupa Rencana Pembangunan
Inftrastruktur hijau yang terdiri dari tiga bagian, yakni:

Rencana Tahun
Rencana Jangka Rencana Detail Pertama Kegiatan
Panjang

memuat memuat desain rencana fisik


gambaran fisik atau rancang dan biayanya
tentang hutan bangun untuk
kota yang masing- masing
dibangun, serta komponen fisik
target dan hutan kota yang
tahapan hendak dibangun
pelaksanaannya serta tata
letaknya
KELEMBAGAAN DAN ORGANISASI
2. PELAKSANAAN
Organisasi pembangunan dan pengelolaan hutan kota sangat bergantung kepada
perangkat yang ada dan keperluannya. Sistem pengorganisasian di suatu daerah mungkin
berbeda dengan daerah lainnya. Walikota atau Bupati sebagai kepala wilayah
bertanggung jawab atas pembangunan dan pengembangan hutan kota di wilayahnya.
PERSYARATAN UMUM TANAMAN

Tahan terhadap Cepat tumbuh Kelengkapan jenis Mempunyai umur


hama dan penyakit dan penyebaran yang panjang
jenis

Tahan terhadap Ketika dewasa Kompatibel Serbuk sarinya


hama dan penyakit sesuai dengan dengan tanaman tidak bersifat
ruang yang ada lain alergis
PERSYARATAN UNTUK POHON PENEDUH JALAN

Mudah tumbuh Tidak Tahan terhadap Dahan dan Pohon tidak Buah tidak
pada tanah mempunyai akar hembusan angin ranting tidak mudah tumbang terlalu besar
yang padat yang besar di yang kuat mudah patah
permukaan
tanah

Serasah yang Tahan terhadap Luka akibat Cukup teduh, Kompatibel Daun, bunga,
dihasilkan sedikit pencemar dari benturan mobil tetapi tidak dengan tanaman buah, batang dan
kendaraan mudah sembuh terlalu gelap lain percabangannya
bermotor dan secara
industri keseluruhan indah
TANAMAN JALUR HIJAU
Berdasarkan Permen PU No. 05/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan

Daftar Pohon Tepi Jalan Berukuran Sedang


No. Nama Umum/daerah Nama Ilmiah Tinggi Pertumbuhan Diameter
(m) Tajuk (m)
Adenanthera
1 Saga pavonina 10.00 - 15.00 > 12.00
Calophyllum inophyllum
2 Nyamplung 10.00 - 15.00 > 15.00
3 Kenanga Cananga odorata > 15.00 6.00
4 Kotek mamak Cassia grandis > 15.00 10.00 - 15.00
5 Kasia busuk, beresah Cassia nodosa > 15.00 < 10.00
6 Johar Cassia siamea 10.00 - 15.00 10.00 - 15.00
Medang teja, Kayu
7 manis hutan Cinnamomum iners 10.00 - 15.00 10.00 - 15.00
8 Flamboyan Delonix regia 10.00 - 15.00 10.00 - 15.00
9 Dadap ayam Erythrina variegata 10.00 - 15.00 10.00 - 15.00
10 Kiara payung Fillicium decipiens 10.00 - 15.00 10.00 - 15.00
11 Khaya Khaya senegalensis 10.00 - 15.00 10.00 - 15.00
Melaleuca
12 Gelam leucadendron 10.00 - 15.00 < 10.00
13 Mambu Melia indica 10.00 - 15.00 10.00 - 15.00
14 Nagasari Mesua ferrea 10.00 - 15.00 10.00 - 15.00
15 Cempaka putih/Kantil Michelle alba 10.00 - 15.00 10.00 - 15.00
16 Tanjung Mimusops flame 10.00 - 15.00 10.00 - 15.00
Peltophorum
17 Batai laut pterocarpum 10.00 - 15.00 10.00 - 15.00
18 Asam landi Pithecellobium dulce 10.00 - 15.00 10.00 - 15.00
19 Asam Jawa Tamarindus indica 10.00 – 15.00 10.00 - 15.00
20 Tekoma Tabebuia spectabilis 10.00 - 15.00 10.00 - 15.00
MEMILIH POHON BERDASARKAN
KETINGGIAN DEWASA
MENANAM POHON YANG TEPAT
DITEMPAT YANG TEPAT
ZONA PENANAMAN

• Zone l akan mengakomodasi pohon hias untuk menghindari konflik antara pohon dan
kabel listrik.
• Zona 2 disarankan pohon berukuran sedang sebagai yang terbaik untuk meningkatkan
penampilan rumah dan properti.
• Zona 3 adalah tanah di belakang rumah, yang cocok untuk berbagai pilihan pohon,
termasuk jenis yang lebih besar yang tidak direkomendasikan untuk zona lain
PENANAMAN TEPI JALAN
PENANAMAN DI AMBANG PINTU
PENANAMAN DI JALUR LALU LINTAS
JARAK TANAMAN TERHADAP PERKERASAN

Jarak Titik Tanam Pohon dengan Tepi Perkerasan

Jarak Titik Tanam Perdu/Semak dengan Tepi Perkerasan


PENANAMAN PADA DAERAH PERSIMPANGAN
1. Persimpangan Tidak Bersinyal

Jarak Atur Tanam Pada Persimpangan 3 Arah Jarak Atur Tanam Pada Persimpangan 4 Arah

2. Persimpangan Bersinyal

Jarak Atur Tanam Pada Persimpangan 3 Arah Jarak Atur Tanam Pada Persimpangan 4 Arah
KONFLIK INFRASTRUKTUR KOTA
KONFLIK DENGAN
1. LAYANAN ATAS
(Arieal Service)
Konflik antara pohon dengan infrastruktur
layanan atas seperti kabel listik, lampu
penerangan jalan, kamera CCTV, rambu-
rambu lalulintas yang disebabkan ukuran
pohon akan bertambah tinggi di masa
depan dan berpotensi menghalangi atau
bahkan merusak fasilitas tersebut.
SOLUSI KONFLIK INFRASTUKTUR
LAYANAN ATAS (Arieal Service)
KONFLIK INFRASTRUKTUR KOTA
KONFLIK DENGAN
2. LAYANAN PERMUKAAN
(Surface Service)
Infrastuktur perkotaan seperti trotar, jalan,
tempat parkir dan pagar bangunan
berpotensi rusak oleh akar pohon,
dimana akar pohon dapat mengangkat
area permukaan yang telah dibangun
fasilitas tersebut.
KONFLIK INFRASTRUKTUR KOTA
KONFLIK DENGAN
3. LAYANAN BAWAH
TANAH (Underground
Service)
Pemetaan layanan bawah tanah perlu
dilakukan untuk menentukan lokasi pipa,
kabel, dan sarana layanan lain yang
berada dibawah tanah. Karena pohon
yang tumbuh disekitar fasilitas tersebut
menjadi rusak.
SOLUSI KONFLIK INFRASTUKTUR
LAYANAN BAWAH TANAH (Underground Service)

• Harus berurusan dengan situs


yang tumbuh berdasarkan pada
pertumbuhan tanaman.
• Perbedaan antara jenis pohon
membutuhkan pertumbuhan.
• Titik rawan sistem saluran
pembuangan.
• Variasi antara spesies pohon
dalam kemampuan mereka untuk
menembus titik-titik rawan di
pipa saluran pembuangan.
• Variasi antara spesies pohon
dengan perkembangan radikal
dalam lingkungan perkotaan.
• Pentingnya posisi poros terkait
dengan jenis, kedalaman dan
posisi pipa
PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR HIJAU
PERLINDUNGAN POHON
TUMBUHAN YANG
PALING MERUSAK
POHON

Tumbuhan yang saat ini


paling merusak pohon di jalur
hijaua perkotaan adalah jenis
tanaman Paku sisik naga atau
Pyrrosia piloselloides adalah
salah satu jenis tumbuhan
paku famili Polypodiaceae
yang merupakan tumbuhan
epifit bukan sejenis tumbuhan
benalu
Rhizoma
bentuk percabangan
Sumber : Anonim, 2015 dan sumber pribadi
monopodial semu paku
sisik naga
Variasi habit

Pola pertulangan daun tropofil a) habit I b) habit II


dan sporofil paku sisik naga

a) daun sporofil b) tropofil paku sisik naga


Akar Pelekat

Sporangium (A) dan Spora (B)

Anda mungkin juga menyukai