Laporan. Pert. 4 - Modul 5 - K1C019034 - Razah Deden G
Laporan. Pert. 4 - Modul 5 - K1C019034 - Razah Deden G
Praktikum kali ini memeiliki tujuan agar mahasiswa dapat memahami prinsip kerja
penguat penjumlah pada Op-Amp, menentukan rumus untuk penguatan tegangan, dan
menentukan pergeseran fasa penguat tak membalik. Operational amplifier atau yang
biasa disebut sebagai op-amp merupakan sejenis IC yang didalam nya terdiri dari
beberapa komponen pasif seperti transistor, resistor, dan dioda yang telah didesain
sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah komponen yang dapat digunakan untuk
berbagai macam fungsi. Beberapa aplikasi op-amp yang sering digunakan diantaranya
rangkaian dasar penguat diferensial, rangkaian buffer sinyal, rangkaian penguat tak-
membalik (non-inverting amplifier), rangkaian penguat membalik (inverting amplifier)
dan rangkaian penjumlah(adder) [2]. Op-Amp mempunyai karakteristik ideal sebagai
berikut, yaitu: lebar pita yang tak berhingga (Infinite Bandwith), impedansi masukkan
yang tak berhingga (Infinite Input Impedance) sehingga arus masukkan dapat diabaikan,
dan impedansi keluaran sama dengan nol (Zero Output Impedance) sehingga keluaran
penguat tidak terpengaruh oleh pembebanan [3]. Penguat tak membalik (non-inverting)
adalah sebuah Op-Amp yang diterapkan dalam modus penguat tak membalik atau non
inverting, yaitu tegangan keluarannya, Vo mempunyai polaritas yang sama seperti
tegangan masukan. Dari cara penyusunannya pun dapat dilihat bahwa sinyal masukan
dihubungkan ke masukan non inverting, sehingga sinyal keluaran mempunyai fase yang
sama dengan sinyal masukan. Rangkaian non inverting ini hampir sama dengan
rangkaian inverting hanya perbedaannya adalah terletak pada teganganinputnya dari
masukan non inverting [1].
A. Penguat Penjumlah
Rangkaian dibuat seperti Gambar 5.1. pada Kit Penguat Op-Amp. Bagian masukan
rangkaian dihubungkan dengan generator isyarat. Generator isyarat diatur agar
menghasilkan gelombang sinus dengan frekuensi 1 kHz dan tegangan 2 Vpp.
Potensiometer (VR1) diatur agar menghasilkan V1 sebesar 200 mVpp. Potensiometer
(VR2) diatur agar menghasilkan V2 sebesar 300 mVpp. Tegangan keluaran (Vo) dari Op-
Amp diukur. Hambatan R3 diganti dengan hambatan 2,2 kΩ. Potensiometer (VR1) dan
potensiometer (VR2) diatur kembali dan tegangan keluaran Op-Amp diukur seperti
sebelumnya. Hambatan R3 diganti dengan hambatan 10 kΩ. Potensiometer (VR1) dan
Rangkaian dibuat seperti Gambar 5.2. pada Kit Penguat Op-Amp. Bagian masukan
rangkaian dihubungkan dengan generator isyarat. Generator isyarat dihubungkan agar
menghasilkan gelombang sinus dengan frekuensi 1 kHz dan tegangan 100 mVpp.
Tegangan keluaran (Vo) diukur dari Op-Amp. Hambatan R3 diganti dengan hambatan
10 kΩ. Tegangan keluaran (Vo) diukur kembali. Hambatan R3 diganti dengan hambatan
100 kΩ. Tegangan keluaran (Vo) diukur kembali. Pergeseran Fase diukur antara sinyal
masukan dan keluaran, dengan cara kanal Y CRO dihubungkan dengan bagian keluaran
penguat (Vo), kanal X CRO dihubungkan dengan bagian masukan penguat (Vi), terakhir
sinyal yang tampak di layar CRO diperhatikan. Pergeseran Fasenya ditentukan.
VG Vi Vo A=Vo/Vi Rumus
Penguatan
Penguat penjumlah berfungsi menjumlahkan beberapa level input signal yang masuk ke
operasional amplifer. Untuk rangkaian penguat penjumlah rumus penguatan tegangan
ialah hambatan(R3)/hambatan(R1), sedangkan untuk rangkaian penguat tak membalik
rumus penguat tegangannya ialah (hambatan(R3)/hambatan(R1))+1. Pergeseran fase
dari rangkaian tak membalik untuk hambatan 1 kΩ, 10 k Ω, 100 k Ω dapat dilihat di
Gambar 5.5, Gambar 5.6, dan Gambar 5.7.
Gambar 5.7 Pergeseran fase untuk rangkaian tak membalik untuk 100 kΩ