Anda di halaman 1dari 34

R1 R2

1 K 1 K

-
680 
+
Vo
G Vi

Disusun oleh:
Hartono, M.Si
Bilalodin, M.Si
Abdullah Nur Aziz, M.Si

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO 2021
DAFTAR ISI

No Acara Judul Hal

Acara 1 Rangkaian-rangkaian Dasar 1


Transistor
Acara 2 Merancang Penguat Commond
Emitter Satu Tingkat
Acara 3 Merancang Penguat Commond
Emitter Dua Tingkat
Acara 4 Op-Amp 1
- Menentukan Sifat Op-Amp
- Penguat Membalik
Acara 5 Op-Amp 2
- Penguat Penjumlah
- Penguat Tak Membalik
Acara 6 Variasi Tegangan
- Pembagi Tegangan
- Pelipat Tegangan
ACARA
RANGKAIAN-RANGKAIAN DASAR
TRANSISTOR

TUJUAN

1. Mahasiswa akan dapat mengetahui bagaimana cara transistor bekerja pada


penguat commond emitter, base dan collector
2. Mahasiswa akan dapat mengetahui perbedaan antara penguat commond
emitter, base dan collector

TEORI

Gambar 1.1 menunjukkan polaritas prategangan pada transistor NPN


dalam arah maju. Secara praktis I E  I B  I C . Perbandingan antara arus kolektor
dengan arus emitor disebut dengan alpha (  ). Persamaan untuk menentukan
besarnya  adalah:
I
 C (1)
IE
Perbandingan antara arus kolektor dengan arus basis disebut dengan beta
().Persamaan untuk menentukan besarnya  adalah:
I
 C (2)
IB
Nilai  dapat dihitung dari nilai  -nya atau sebaliknya dengan menggunakan
hubungan sebagai berikut:
 
 dan  (3)
 1  1

Ic
C
IB
B

E
IE

Gambar 1.1. Bias maju prategangan transistor NPN

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 1


Tugas Pendahuluan.
Buktikan bahwa persamaan (3) adalah benar.

ALAT DAN BAHAN


Peralatan yang dibutuhkan antara lain:
1. CRO
2. MMD
3. Generator Isyarat
4. Breadboard
Bahan/Komponen yang dibutuhkan antara lain:
A. Transistor 828
B. Resistor 1,2 M; 10 k; 56 ; dan 2,2 k
C. kapasitor 3 F/16 V 2 buah.
D. Baterai 9 V

CARA KERJA
A. Penguat Commond Base (Basis Bersama)
1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 1.2 pada breadboard
2. Mintalah asisten untuk memeriksa rangkaian anda sebelum dihubungkan
dengan sumber tegangan ataupun peralatan yang lain.
3. Hubungkan bagian masukan rangkaian dengan generator isyarat dan CRO.
4. Aturlah agar generator isyarat mempunyai tegangan masukan sebesar 100
mVPP pada frekuensi 1 kHz.
5. Ukurlah tegangan keluaran dari rangkaian dengan menggunakan CRO.
6. Variasikan tegangan masukan sesuai dengan Lembar kerja untuk Penguat
Commond Base (Basis Bersama).

Vcc
RB
1,2 M

RC
2,2 k

C1 RL
C2 10 k
Vout
RE Vin
56 

Gambar 1.2. Rangkaian Penguat Transistor Basis Bersama

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 2


B. Penguat Commond Emitter (Emitor Bersama)
1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 1.3 pada breadboard
2. Mintalah asisten untuk memeriksa rangkaian anda sebelum dihubungkan
dengan sumber tegangan ataupun peralatan yang lain.
3. Lakukan langkah berikutnya seperti pada Penguat Basis Bersama

Vcc

RB

RC
C2

Vout
Vin
C1
RL
RE

Gambar 1.3. Rangkaian Penguat Transistor Emitor Bersama

C. Penguat Commond Colector (Kolektor Bersama)


1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 1.4 pada breadboard
2. Mintalah asisten untuk memeriksa rangkaian anda sebelum dihubungkan
dengan sumber tegangan ataupun peralatan yang lain.
3. Lakukan langkah berikutnya seperti pada Penguat Basis Bersama
Vcc

RB

RC

Vin C2
C1
Vout
RE
RL

Gambar 1.4. Rangkaian Penguat Transistor Kolektor Bersama

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 3


LEMBAR KERJA
Hari : Tanggal Praktikum :
Acara : Tanggal :
Pengumpulan lap.
Asisten :

Nama Praktikan : NIM :


Teman Kerja : NIM :

Data Pengamatan
A. Data Nilai-nilai Komponen

RL : C1, C2 :

RE : hfe :

RB : VCC :

RC :

B. Data Pengamatan

Penguat Basis Bersama Penguat Emitor Bersama Penguat Kolektor Bersama


V out V out V out
Vin (mVPP) Vout (mVPP) K 
V in
Vout (mVPP) K 
V in
Vout (mVPP) K 
V in

50
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000

Mengetahui
Asisten Praktikum

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 4


ACARA
MERANCANG PENGUAT COMMON
EMITTER SATU TINGKAT

TUJUAN

1. Mahasiswa akan dapat menghitung nilai hambatan RE, RB, RC pada


perancangan prategangan transisor agar diperoleh penguatan yang
dikehendaki.
2. Mahasiswa akan dapat menerapkan hasil perhitungan sebagai pedoman
dalam membuat penguat dengan penguatan yang dikehendaki
menggunakan pengua satu tingkat.

TEORI
Tinjau Gambar 2.1 yang menunjukkan penguat emitter bersama
menggunakan transistor NPN.

Vcc

RB

RC
C2

C1
RL
RE

Gambar 2.1. Rangkaian common emitter satu tingkat

Untuk rangkaian Gambar 2.1, hambatan yang terlihat dari arah masukan
adalah :

(1)

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 5


Dimana Ri adalah hambatan masukan, re adalah hambatan internal pada
emitor (besarnya = ), dan B adalah penguatan arus kolektor terhadap arus
basis. Adapun hambatan keluaran penguat adalah

RO = RL //RC (2)

Dimana RO adalah hambatan keluaran. Tegangan keluaran (VO) dari


Gambar 2.1 adalah :

(3)

Teganangan masukan (Vi) dari gambar 1 adalah :

(4)

Rumus penguatan tegangan (Kv) adalah :

(5)

Persamaan 1 sampai 5 bersifat pendekatan, yang secara kasar


menggambarkan harga-harga hambatan yang harus dipilih agar penguat dapat
bekerja sesuai rencana. Berikut ini akan diuraikan contoh perancangan sebuah
penguat satu tingkat.
Langkah pertama dalam perancangan adalah menentukan karakteristik
rangkaian yang akan diinginkan. Misalnya rangkaian direncanakan bekerja
dengan bateray 9 V, berarti nilai VCC adalah 9 V. Misalkan beban yang akan
diterima oleh penguat dalam bagian ouput adalah 10 Kohm, berarti nilai RL adalah
10 Kohm. Setelah itu menentukan besarnya penguatan dari penguat, misalnya
besar penguatan adalah 15 kali.
Langkah berikutnya adalah mencari nilai beta ransistor, misal diketahui dari
data bahwa beta ransistor adalah 250.
Langkah selanjutnya memilih RC yang nilainya antara 10% sampai 25%
dari RL, jadi RC harus di antara:

RCmin = 10% x 10000 ohm = 1000 ohm


Dan
RCmax = 25% x 10000 ohm = 2500 ohm

Misalkan dipilih nilai RC sebesar 2200 ohm (sebab nilai tersebut termasuk
dalam nilai baku resistor di pasaran). Dengan demikian RC // RL adalah sekitar
1800 ohm. Untuk penguatan tegangan yang diinginkan sebesar 15 kali, maka:

(Re+ re) = 1800 / 15 = 120 ohm

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 6


Untuk menghitung nilai re, harus diketahui besarnya IE, dimana IE = IC.
karena tegangan di kolektor (VC) = ½ x tegangan VCC = 4,5 V, maka IC = VCC /RC =
2 mA. Dengan demikian IE juga kurang lebih sebesar 2 mA. Sekarang re dapat
dihitung yaitu re = 25 / 2 = 12,5 ohm.

RE = 120 – re = 120 – 12,5 = 107,5 ohm

Resistor baku seharga 100 ohm dapat dipilih untuk RE. Untuk mendapatkan
IC = 2mA, arus basis seharusnya sama dengan:

Dalam Gambar 2.1, arus basis berasal dari VCC 9 V, mengalir melewati RB,
re, dan RE. dengan hukum ohm, maka :

Resistor baku seharga 1,2 M dapa dipilih untuk RB. Sekarang telah ada
gambaran nilai-nilai RB,RC,RE, dan RL agar penguat menghasilkan penguatan
sebesar 15 kali. Namun untuk mengetahui seberapa tepat hasil perhitungan di
atas dengan penguatan yang sebenarnya, lebih dulu perlu diketahui hambatan
sumber isyaratnya (RS). Misalnya sumber isyarat memiliki hambatan keluaran
sebesar 6 ohm. Tegangan masukan penguat adalah (gunakan persamaan 1)
27481 ohm. Tegangan masukan (Vi) merupakan hasil pembagian tegangan oleh
Ri dan Rs yaitu:

Penguatan transistor dicari dengan persamaan 5 :

Penguatan tersebut melebihi dari yang dikehendaki. Jika penguatannya


kurang dari yang dikehendaki, maka untuk meningkakan penguatan harga RE
dapat diturunkan, misalnya menjadi 68 ohm. Penguatanya menjadi :

Penguatan lebih besar dari yang dikehendaki akan memberi ruang


terhadap ketidak akuratan nilai dari komponen-komponen yang digunakan. Jadi
penguatan rangkaian yang sesungguhnya akan sangat dipengaruhi oleh

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 7


hambatan keluaran sumber isyarat dan beban. Oleh karena itu, perancang
penguat harus sungguh-sungguh memperhatikan hal tersebut.
Penguatan yang lebih besar dapat diperoleh dari penggabungan dua atau
lebih penguat tunggal.

ALAT DAN BAHAN


Peralatan yang dibutuhkan antara lain:
1. CRO
2. MMD
3. Generator Isyarat
4. Kit Praktikum Penguat Transistor
Bahan/Komponen yang dibutuhkan antara lain:
Sesuai dengan hasil perhitungan pada perancangan. Kapasitor dapat digunakan
4,7 µF/16 V atau 3.3 µF/16 V.

Tugas Pendahuluan
Hitunglah RB, RC, RE dari rangkaian Gambar 2.1 jika diinginkan sebuah penguat
dengan penguatan sebesar 10 kali. Diketahui β ransisor adalah 250, RL adalah
10 Kohm, RS adalah 6 Kohm, dan VCC adalah 9 V.

CARA KERJA
Rancanglah sebuah penguat praktis satu tingkat dengan penguatan tegangan
sebesar 10 kali. Nilai komponen sebaiknya dihitung agar menghasilkan
penguatan yang lebih besar dari 10.

1. Anggap resistansi beban keluaran (RL) adalah 10 Kohm. Pilih nilai resistor
standar terdekat untuk RC yang nilainya antara 10% sampai 25% dari RL.
2. Hitung RC // RL, kemudian carilah (RE+re) untuk penguatan sebesar 10 kali.
Gunakan persamaan 5.
3. Hitung IE (dalam hal ini IE ≈ IC), kemudian hitung pula re dan RE. Saat
memilih RE, pilihlah dengan komponen dengan nilai yang rendah.
4. Ukurlah β transistor dengan MMD.
5. Hitung IB, kemudian carilah RB
6. Carilah nilai-nilai komponen yang standar yang terdekat dengan nilai-nilai
komponen hasil perhitungan. Tuliskan nilai-nilai komponen standar yang
terdekat dengan nilai-nilai komponen hasil perhitungan pada lembar kerja 1.
7. Buatlah Rangkaian pada Kit Praktikum Penguat Transistor.
8. Hubungkan generator isyarat dan osiloskop pada bagian masukan penguat.
Atur masukan tegangan puncak sampai 0,01 V (10 mV). Tegangan tersebut
juga dapat diartikan sebagai berikut
PEAK TO PEAK : 0,02 VPP (20 mVPP)
9. Atur frekuensi generator sebesar 100 Hz.
10. Setelah sinyal masukan diatur (100 Hz, 0,02 VPP), hubungkan osiloskop
pada bagian keluaran penguat.

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 8


11. Sinyal keluaran harus memiliki bentuk dan frekunsi yang sama dengan
sinyal masukan, tetapi dengan taraf tegangan yang lebih tinggi. Periksalah
hal tersebut dari layar osiloskop.
12. Catatlah tegangan puncak dari sinyal keluaran untuk sinyal masukan pada
berbagai tegangan masukan di lembar kerja 1.
13. Kolom penguatan diisi dengan hasil bagi tegangan keluaran terhadap
tegangan masukan. Nilai yang termaktub di kolom penguatan harus relatif
konstan terhadap berbagai kombinasi keluara / masukan. Jika terdapat
perbedaan yang nyata, mungkin praktikan telah membuat kesalahan
pengukuran dan ulangilah pengukuran dari awal (yaitu dari tegangan
masukan =20 mVPP).
14. Jika penguatan rata-rata masih jauh di bawah 10, coba kecilkan nilai RE.
Jika lebih besar dari 10, gunakan kombinasi resistor sebagai pembagi
tegangan di bagian output.

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 9


LEMBAR KERJA
Hari : Tanggal Praktikum :
Acara : Tanggal :
Pengumpulan lap.
Asisten :

Nama Praktikan : NIM :


Teman Kerja : NIM :

Data Pengamatan
A. Data Perhitungan Nilai-nilai Komponen
RL : C1, C2 :
RE : hfe :
RB : VCC :
RC :

B. Data Pengamatan
Frekuensi 100 Hz Frekuensi 1000 Hz
V out V out
Vin (mV) Vout (mV) K 
V in
Vin (mV) Vout (mV) K 
V in

10 10
20 20
30 30
40 40
50 50
60 60
70 70
80 80
90 90
100 100
110 110
120 120
130 130
140 140
150 150

Mengetahui
Asisten Praktikum

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 10


ACARA
MERANCANG PENGUAT COMMON
EMITTER DUA TINGKAT

TUJUAN
Mahasiswa akan dapat merancang pengaut audio (frekuensi 20 Hz – 20
KHz) menggunakan penguat transistor dua tingkat sehingga diperoleh penguatan
total yang besar.

TEORI
Penguat audio merupakan penguat AC. Untuk penguat AC, diperlukan
pemisahan isyarat AC dari tegangan panjar penguat. Oleh karena itu,
ditambahkan sebuah kapasitor pada bagian masukan dan bagian keluaran
penguat. Rangkaian Gambar 2.1 beserta nilai-nilai komponen yang telah diketahui
ketika merancang penguat pada acara 2 akan digunakan kembali untuk penguat
audio pada acara ini. Gambar 3.1 menunjukkan rangkaian penguat commond
emitter dua tingkat.
Penentuan nilai-nilai kapasitor C1, C2 maupun C3 sebenarnya dilakukan
secara acak. Nilai kapasitor dipilih agar memberikan nilai yang cukup baik dalam
mencegah DC, tetapi reaktansinya tidak terlalu tinggi pada frekuensi-frekuensi
audio yang relatif rendah. Reaktansi sebuah kapasitor ditentukan oleh rumus
, dimana XC adalah reaktansi kapasitif (dalam ohm), f adalah
frekuensi isyarat (dalam Hz), dan C adalah kapasitansi kapasitor (dalam Farad).
Jika dipilih nilai 5  F untuk kapasitor, maka reaktansi kapasitif dari kapasitor
tersebut pada frekuensi 20 Hz adalah 1,59 Kohm dan pada frekuensi 20 KHz
adlah 1,59 ohm.
Rektansi kapasitor (dari kapasitor) akan berkombinasi dengan reaktansi
resistif (dari resistor) dalam mempengaruhi kerja rangkaian pada berbagai
frekuensi. Tetapi penguatan pada frekuensi tengah tetap sama dengan
persamaan 5 pada acara 2. Skema rangkaian penguat dua tingkat dapat dilihat
pada Gambar 3.1.

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 11


VCC
RB1 RC1 RB2 RC2
Q2
C2 C3
Q1 RL
C1

RE2
RE1

Penguat tingkat I Penguat tingkat II

Gambar 3.1. Penguat common emitter dua tingkat

Tugas Pendahuluan
Bagaimana bentuk persamaan untuk penguatan dua tingkat pada Gambar
3.1 pada frekuensi tengah ( kapasitor dianggap terhubung singkat ), gunakan
rangkaian setara parameter h!

ALAT DAN BAHAN


Peralatan yang dibutuhkan antara lain:
1. CRO
2. MMD
3. Generator Isyarat
4. Dua buah Kit Praktikum Penguat Transistor
Bahan/Komponen yang dibutuhkan antara lain:
Sesuai dengan hasil perhitungan pada perancangan. Kapasitor dapat digunakan
4,7 µF/16 V atau 3.3 µF/16 V.

CARA KERJA
1. Rancanglah sebuah penguat satu tingkat dengan penguatan tegangan
sebesar 10 kali (seperti yang telah dilakukan pada acara 2). Nilai
komponen sebaiknya dihitung agar menghasilkan penguatan yang lebih
besar dari 10.
2. Buatlah rangkaian penguat satu tingkat pada Kit Penguat Transistor yang
ada (sebagai penguat tingkat 2).
3. Lakukan pengujian terhadap rangkaian yang telah dibuat. (Apakah hasilnya
sesuai dengan rancangan?).

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 12


Cara melakukan pengujian sebagai berikut:
a. Hubungkan generator isyarat dan osiloskop pada bagian masukan
penguat. Atur masukan tegangan sampai 0,02 VPP (20 mVPP).
b. Atur frekuensi generator sebesar 100 Hz.
c. Pindahkan probe asiloskop pada bagian keluaran penguat. Sinyal
keluaran harus memiliki bentuk dan frekunsi yang sama dengan
sinyal masukan, tetapi dengan taraf tegangan yang lebih tinggi.

4. Jika langkah ke-3 sudah sesuai, lanjutkan dengan membuat rangkaian


penguat satu tingkat lagi pada Kit Penguat Transistor yang lain (sebagai
penguat tingkat 1)
Yang perlu diperhatikan adalah Rin2 berlaku sebagai RL1. Sebelum
penguat tingkat I digandengkan dengan penguat tingkat II, RL1
sementara diganti dengan sebuah resistor yang memiliki nilai dekat
dengan nilai Rin2. Persamaan 1 dapat digunakan untuk menghitung
Rin2. Penguatan pada penguat tingkat I sebaiknya dibuat lebih besar
dari 20, misalnya 25 kali.

5. Lakukan pengujian terhadap rangkaian kedua yang telah dibuat. (Apakah


hasilnya sesuai dengan rancangan?) Cara melakukan pengujian sama
seperti pada langkah ke-3.
6. Jika langkah ke-5 sudah sesuai, gabungkan kedua rangkaian tersebut
seperti Gambar 3.1. Jangan lupa untuk melepaskan RL pada rangkaian
penguat tingkat 1
7. Hubungkan generator isyarat dan osiloskop pada bagian masukan penguat
tingkat I. Atur masukan tegangan sampai 0,02 Vpp (20 mVpp).
8. Atur frekuensi generator sebesar 100 Hz.
9. Setelah sinyal masukan diatur (100 Hz, 0,02 Vpp), hubungkan osiloskop
pada bagian keluaran penguat tingkat 2.
10. Sinyal keluaran harus memiliki bentuk dan frekuensi yang sama dengan
sinyal masukan, tetapi dengan taraf tegangan yang lebih tinggi. Periksalah
hal tersebut pada osiloskop.
Jika sinyal keluaran pada asiloskop kelihatan cacat, maka sinyal masukan
sebaiknya diperkecil.
11. Catatlah tegangan dari sinyal keluaran untuk sinyal masukan pada
berbagai tegangan dan frekuensi di lembar kerja .
12. Gambarkan hubungan antara frekuensi dengan penguatan pada lembar
kerja dalam diagram bode. Caranya, hitung penguatan rata – rata pada
masing – masing frekuensi terlebih dahulu, kemudian nyatakan dalam dB
(20 Log (V0/Vi)). Gambar dibuat di kertas semilog.

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 13


LEMBAR KERJA
Hari : Tanggal Praktikum :
Acara : Tanggal :
Pengumpulan lap.
Asisten :

Nama Praktikan : NIM :


Teman Kerja : NIM :

Data Pengamatan
A. Data Perhitungan Nilai-nilai Komponen
RL : C1,C2,C3 :
RE1 : RE2 : hfe1 :
RB1 : RB2 : hfe2 :
RC1 : RC2 : VCC :

B. Data Pengamatan

Penguat Tingkat 1 Penguat Tingkat 2


V V out
Frek Vin (mV) Vout (mV) K  out
V in
Frek Vin (mV) Vout (mV) K 
V in

10 10
100 Hz 20 100 Hz 20
30 30
10 10
500 Hz 20 500 Hz 20
30 30
10 10
1 Hz 20 1 Hz 20
30 30
10 10
5 Hz 20 5 Hz 20
30 30
10 10
10 kHz 20 10 kHz 20
30 30
10 10
100 kHz 20 100 kHz 20
30 30

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 14


. . . Data Pengamatan

Penguat Dua Tingkat


V out V out
Frek Vin (mV) Vout (mV) K 
V in
Frek Vin (mV) Vout (mV) K 
V in

10 10
100 Hz 20 20 kHz 20
30 30
10 10
500 Hz 20 50 kHz 20
30 30
10 10
1 Hz 20 100 kHz 20
30 30
10 10
2 Hz 20 200 kHz 20
30 30
10 10
5 Hz 20 500 kHz 20
30 30
10 10
10 kHz 20 1 MHz 20
30 30

Mengetahui
Asisten Praktikum

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 15


ACARA
OP-AMP (Operasional Amplifier)
Menentukan sifat Op-Amp dan Penguat Membalik

TUJUAN
1. Menentukan hambatan masukan Op-Amp
2. Menentukan hambatan keluaran Op-Amp
3. Mengukur penguatan Op-Amp sebagai Penguat Membalik
4. Menentukan sudut fase antara sinyal masukan dan keluaran

TEORI
Penguat Op-Amp yang sempurna akan mempunyai sifat-sifat yang
sempurna juga, antara lain impedansi masukan yang sangat besar (tak berhingga),
impedansi keluaran yang sangat kecil (nol), dan penguatan yang sangat besar.
(Untuk selanjutnya dapat dipelajari dari buku Elektronika 2, Sutrisno).
Gambar 4.1. adalah rangkaian penguat Op-Amp yang dirancang untuk
menentukan impedansi masukan. Sementara Gambar 4.2. adalah rangkaian
penguat Op-Amp untuk menentukan impedanasi keluaran. Gambar 4.3.
merupakan Rangkaian Pembalik dari penguat Op-Amp.

9V
G VG Vi
-
+
R1
1 M 9V

Gambar 4.1. Rangkaian Op-Amp untuk menentukan impedansi masukan

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 16


+ VCC

-
+
R1
1 k Vout RB
G Vi - VCC 33

Gambar 4.2. Rangkaian Op-Amp untuk menentukan impedansi keluaran

R1 R2
A B 1 k 1 k

+ VCC

-
G VG Vi
+

680  VO
- VCC

Gambar 4.3. Rangkaian Penguat Membalik

ALAT DAN BAHAN


Peralatan yang dibutuhkan antara lain:
1. CRO
2. Generator Isyarat
3. Kit Praktikum Op-Amp
Bahan/Komponen yang dibutuhkan antara lain:
1. IC Op-Amp 741
2. Dua buah baterai 9 V
3. Resistor: 1 M; 100 k; 10 k; 1 k (3 bh); 680 ; 33 

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 17


CARA KERJA
A. Menentukan Impedansi Masukan
1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 4.1. pada Kit Penguat Op-Amp.
2. Hubungkan bagian masukan rangkaian dengan generator isyarat.
3. Aturlah generator isyarat agar menghasilkan gelombang sinus dengan
frekuensi 1 kHz.
4. Aturlah generator isyarat agar menghasilkan nilai VG sebesar 1 Vpp.
5. Ukurlah tegangan masukan setelah melewati hambatan 1 M (Vin).

B. Menentukan Impedansi Keluaran


1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 4.2. pada Kit Penguat Op-Amp.
2. Hubungkan bagian masukan rangkaian dengan generator isyarat.
3. Aturlah generator isyarat agar menghasilkan gelombang sinus dengan
frekuensi 1 kHz.
4. Aturlah generator isyarat agar menghasilkan tegangan pada keluaran Op-
Amp (Vo) sebesar 1 Vpp (tanpa beban)
5. Sisipkan hambatan beban (RB) sebesar 33  pada bagian keluaran Op-
Amp. Catatlah pembacaan tegangan pada CRO setelah disisipkan
hambatan beban.

C. Menentukan Penguatan dan Fase Penguat Pembalik


1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 4.3. pada Kit Penguat Op-Amp.
2. Hubungkan secara langsung dengan kawat antara titik A dan B.
3. Hubungkan bagian masukan rangkaian dengan generator isyarat.
4. Aturlah agar generator isyarat menghasilkan tegangan (VG) 100 mVpp pada
frekuensi 1 kHz.
5. Ukurlah tegangan masukan pada rangkaian (Vi).
6. Ukurlah tegangan keluaran dari rangkaian (Vo).
7. Gantilah hambatan R2 dengan hambatan 10 k
8. Lakukan pengukuran seperti pada langkah 5 dan 6.
9. Gantilah lagi hambatan R2 dengan hambatan 100 k
10. Lakukan pengukuran seperti pada langkah 5 dan 6.
11. Ukurlah Pergeseran Fase antara sinyal masukan dan keluaran, dengan
cara sebagai berikut:
a. Hubungkan kanal Y CRO dengan bagian keluaran penguat (Vo)
b. Hubungkan kanal X CRO dengan bagian masukan penguat (Vi)
c. Perhatikan sinyal yang tampak di layar CRO. Tentukan Pergeseran
Fasenya.

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 18


LEMBAR KERJA
Hari : Tanggal Praktikum :
Acara : Tanggal :
Pengumpulan lap.
Asisten :

Nama Praktikan : NIM :


Teman Kerja : NIM :

Data Pengamatan
A. Data Pengukuran dan Perhitungan Hambatan Masukan Op-Amp
VR Vi
VG Vi VR = VG – Vi I Rin 
R1 I

B. Data Pengukuran dan Perhitungan Hambatan Masukan Op-Amp


Vo Vo VR = VG(tanpa beban) – Tegangan pd RB Hambatan
Tanpa beban dengan beban Vi(dgn beban) keluaran Op-Amp

C. Data Pengukuran dan Perhitungan Penguatan Op-Amp pada Penguat Membalik


Vo Rumus Penguatan
VG Vi Vo A
Vi
R2 = 1 K

R2 = 10 K

R2 = 100 K

D. Perbedaan fasenya adalah :

Mengetahui
Asisten Praktikum

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 19


ACARA
OP-AMP
PENGUAT PENJUMLAH
DAN PENGUAT TAK MEMBALIK

TUJUAN
1. Memahami prinsip kerja penguat penjumlah pada Op-Amp
2. Menentukan rumus untuk penguatan tegangan.
3. Menentukan pergeseran fasa penguat tak membalik.

TEORI
Rangkaian penjumlah adalah rangkaian penguat Op-Amp yang mempunyai
masukan dua jalur (dua Vi). Tegangan keluaran dari Op-Amp adalah sebesar
jumlah semua tegangan masukan. Teori lebih lengkap untuk Op-Amp dapat
dipelajari dari buku Elektronika 2, Sutrisno. Rangkaian Penguat Penjumlah
ditunjukkan pada Gambar 5.1. sedangkan untuk Rangkaian Tak Membalik
ditunjukkan pada Gambar 5.2.

R1
P1 1 k
R3
1 k
R2
VG P2 1 k
G
V1 -
+
V2
680 

Gambar 5.1. Rangkaian Penguat Penjumlah

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 20


R1 R2
1 K 1 K

-
680 
+

Vo
G Vi

Gambar 5.2. Rangkaian Penguat Tak Membalik

ALAT DAN BAHAN


Peralatan yang dibutuhkan antara lain:
1. CRO
2. Generator Isyarat
3. Kit Praktikum Op-Amp
Bahan/Komponen yang dibutuhkan antara lain:
1. IC Op-Amp 741
2. Dua buah baterai 9 V
3. Resistor: 100 k; 10 k; 2,2 k; 1 k (3 bh); 680 ;

CARA KERJA
A. Penguat Penjumlah
1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 5.1. pada Kit Penguat Op-Amp.
2. Hubungkan bagian masukan rangkaian dengan generator isyarat.
3. Aturlah generator isyarat agar menghasilkan gelombang sinus dengan
frekuensi 1 kHz dan tegangan 2 Vpp
4. Aturlah Potensiometer (VR1) agar menghasilkan V1 sebesar 200 mVpp.
5. Aturlah Potensiometer (VR2) agar menghasilkan V2 sebesar 300 mVpp.
6. Ukurlah tegangan keluaran (Vo) dari Op-Amp.
7. Gantilah hambatan R3 dengan hambatan 2,2 k
8. Lakukan pengukuran seperti pada langkah 4 s/d 6
9. Gantilah hambatan R3 dengan hambatan 10 k
10.Lakukan pengukuran seperti pada langkah 4 s/d 6

B. Penguat Tak Membalik


1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 5.2. pada Kit Penguat Op-Amp.
2. Hubungkan bagian masukan rangkaian dengan generator isyarat.

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 21


3. Aturlah generator isyarat agar menghasilkan gelombang sinus dengan
frekuensi 1 kHz dan tegangan 100 mVpp
4. Ukurlah tegangan keluaran (Vo) dari Op-Amp.
5. Gantilah hambatan R3 dengan hambatan 10 k
6. Lakukan pengukuran seperti pada langkah 4.
7. Gantilah hambatan R3 dengan hambatan 100 k
8. Lakukan pengukuran seperti pada langkah 4.
9. Ukurlah Pergeseran Fase antara sinyal masukan dan keluaran, dengan
cara sebagai berikut:
a. Hubungkan kanal Y CRO dengan bagian keluaran penguat (Vo)
b. Hubungkan kanal X CRO dengan bagian masukan penguat (Vi)
c. Perhatikan sinyal yang tampak di layar CRO. Tentukan Pergeseran
Fasenya.

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 22


LEMBAR KERJA
Hari : Tanggal Praktikum :
Acara : Tanggal :
Pengumpulan lap.
Asisten :

Nama Praktikan : NIM :


Teman Kerja : NIM :

Data Pengamatan
A. Data Pengukuran dan Perhitungan Penguat Penjumlah
Vo Rumus Penguatan
VG Vi1 Vi2 Vo A
Vi
R3 = 1 K

R3 = 2,2 K

R3 = 10 K

B. Data Pengukuran dan Perhitungan Penguat Tak Membalik


Vo Rumus Penguatan
VG Vi Vo A
Vi
R2 = 1 K

R2 = 10 K

R2 = 100 K

C. Perbedaan fasenya adalah :

Mengetahui
Asisten Praktikum

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 23


ACARA
VARIASI
TEGANGAN
TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami berbagai variasi yang dapat dikerjakan
dengan tegangan, diantaranya membuat rangkaian pembagi tegangan dan pelipat
tegangan.

TEORI
Catu daya merupakan perangkat baku dalam dunia elektronika. Suatu
rangkaian elektronika akan bekerja secara optimal apabila mendapatkan catu
daya yang sesuai dengan kebutuhannya. Terkadang suatu peralatan
membutuhkan catu daya dengan tegangan yang relatif kecil (misal 5 volt) tetapi
banyak juga peralatan yang membutuhkan tegangan operasional cukup tinggi,
bahkan sampai ribuan volt (sebagai contoh laser, sinar X). Untuk mengantisipasi
hal tersebut maka dibuatlah rangkaian yang dapat digunakan untuk memenuhi hal
tersebut, yaitu pembagi tegangan dan pelipat tegangan.
Rangkaian Pembagi Tegangan yang paling sederhana pada dasarnya
adalah menggunakan prinsip dari hukum Kirchhoff, seperti terlihat pada Gambar
6.1.

V1 V2

R1 R2
I

Gambar 6.1. Rangkaian loop tertutup yang terdiri dua buah


resistor tersusun seri dan sebuah sumber tegangan

Menurut hukum Kirchhoff, pada rangkaian seri arus yang melalui R1 dan R2 adalah
sama, sedangkan beda potensial pada R1 adalah V1 dan pada R2 adalah V2,
sehingga dapat ditulis:
V  V1  V2 (1)
V  IR 1  IR 2  IR ek (2)
Berdasarkan persamaan (2) maka kita dapat mengatur besarnya tegangan yang
diinginkan, dengan cara mengatur nilai hambatannya.

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 24


Dioda merupakan sebuah komponen yang hanya dapat melewatkan arus
listrik dalam satu arah, yaitu jika diberikan bias maju. Sebaliknya apabila diberikan
bias mundur akan berperan sebagai hambatan.
Rangkaian pelipat tegangan digunakan untuk menghasilkan sumber tegangan
tinggi dari sumber tegangan rendah.

A C E

in
out

B D F
+
Gambar 6.2. Rangkaian Pelipat Tegangan

ALAT DAN BAHAN


Peralatan yang dibutuhkan antara lain:
1. CRO
2. Generator Isyarat
3. Breadboard
4. MMD
Bahan/Komponen yang dibutuhkan antara lain:
1. Resistor 10 k; 20 k
2. VR 100 k
3. Dioda
4. Capasitor 1000 pF/100 V

CARA KERJA
A. Rangkaian Pembagi Tegangan
1. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 6.1 dengan R1 20 k dan R2 10
k pada papan rangkaian
2. Aturlah agar tegangan keluaran dari generator isyarat sebesar 20 VPP pada
frekuensi 1 kHz
3. Hubungkan rangkaian dengan pembangkit isyarat
4. Ukurlah tegangan pada R1 dan R2 dengan Osciloskop. (Apakah V1 + V2 =
VG ?)
5. Gantilah R1 dengan Variabel Resistor (VR) 100 K.
6. Aturlah VR agar tegangan pada R2 (V2) bervariasi dari minimum sampai
maksimum. (variasikan setiap 2 VPP)
7. Ukurlah nilai VR pada setiap variasi tegangan tersebut.

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 25


B. Rangkaian Pelipat Tegangan
1. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 6.2 pada breadboard (mulailah
dengan 3 buah dioda terlebih dahulu)
2. Aturlah agar tegangan keluaran dari pembangkit isyarat sebesar 2 VPP pada
frekuensi 1 KHz (pastikan ini benar)
3. Hubungkan rangkaian dengan pembangkit isyarat.
4. Dengan osciloskop, Ukurlah tegangan pada titik-titik A, B, C dan seterusnya.

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 26


LEMBAR KERJA
Hari : Tanggal Praktikum :
Acara : Tanggal :
Pengumpulan lap.
Asisten :

Nama Praktikan : NIM :


Teman Kerja : NIM :

Data Pengamatan
A. Rangkaian Pembagi Tegangan

R1 R2 V1 V2 VG

No R2 V2 VR1 V1 VG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

B. Rangkaian Pelipat Tegangan

Posisi Tegangan VG Faktor Mengetahui,


kelipatan Asisten Praktikum
A
B
C
D

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 27


ACARA
RANGKAIAN JEMBATAN
WHEATSTONE

TUJUAN
Mahasiswa dapat membuat dan memahami prinsip kerja dari rangkaian
Jembatan Wheatstone

TEORI
Pemrosesan sinyal merupakan bagian dari sebuah pemrosesan data.
Sering kali dalam suatu rancangan sistem pengukuran harus membuat
pengaturan tegangan mulai dari nol. Selain itu beberapa sensor bekerja dengan
merubah besaran fisis menjadi perubahan resistensi dari sensor tersebut,
sementara guna pemrosesan data lebih lanjut dibutuhkan data berupa tegangan.
Salah satu rangkaian yang dapat digunakan untuk menjawab kebutuhan tersebut
adalah rangkaian Jembatan Wheatstone.
Rangkaian Jembatan Wheatstone seperti ditunjukkan pada Gambar 7.1.
Dengan memberikan tegangan pada titik A dan B pada rangkaian maka akan
mengalir arus melewati R1 sebesar I1 dan melewati R2 sebesar I2. Besarnya arus
yang mengalir adalah:

V AB V AB
I1  dan I2  (1)
R1  R3  R2  R4 
Besarnya tegangan pada titik C dan D adalah:

VCD  VCB  V DB (2)

Dimana

VCB  I 2 x R X dan V DB  I 1 x R3 (3)

Sehingga jika substitusi dengan persamaan (1) akan didapat:

V AB V AB
VCB  xR dan V DB  xR (4)
R2  R X  X R1  R3  3
Sehingga bisa didapatkan tegangan pada titik CD. Tentukan besarnya
tegangan di titik CD.

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 28


Jika nilai hambatan RX berubah maka akan menyebabkan perubahan nilai
tegangan pada titik CD.

I1 I1

R1 R3
A B
VCD

R2 RX

I2 I2
I
C

Gambar 7.1. Rangkaian Jembatan Wheatstone

ALAT DAN BAHAN


Peralatan yang dibutuhkan antara lain:
5. CRO
6. Generator Isyarat
7. Breadboard
8. MMD

Bahan/Komponen yang dibutuhkan antara lain:


5. Resistor 1 k (3 bh); 2 k (3 bh)
6. VR 5 k

CARA KERJA
8. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 7.1 dengan R1 , R2 dan R3 1 k pada
breadboard.
9. Hubungkan titik AB dengan sumber tegangan DC 9 V.
10. Ukurlah tegangan pada titik CD dengan MMD
11. Aturlah potensiometer (VR) agar tegangan pada titik CD bernilai nol.
12. Variasikan tegangan pada titik CD mulai dari minimum setiap 1 volt dengan
cara mengatur potensiometer. Catatlah nilai VR setiap perubahan tegangan.

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 29


13. Gantilah R1 , R2 dan R3 dengan hambatan 2 k
14. Lakukan pengukuran seperti pada langkah 3 s/d 5.
15. Lakukan langkah 1 s/d 7 tetapi dengan menggunakan tegangan AC (bolak
balik) pada titik AB. (Gunakan generator isyarat sebagai sumber arusnya dan
CRO untuk mengukur tegangan)

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 30


LEMBAR KERJA
Hari : Tanggal Praktikum :
Acara : Tanggal :
Pengumpulan lap.
Asisten :

Nama Praktikan : NIM :


Teman Kerja : NIM :

C. Data pengukuran untuk tegangan DC.

Vsumber (V) R1 , R2 dan R3 1 k R1 , R2 dan R3 2 k


VR () VCD (V) VR () VCD (V)

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 31


D. Data pengukuran untuk tegangan AC.

Vsumber R1 , R2 dan R3 1 k R1 , R2 dan R3 2 k


(Vpp) VR () VCD (Vpp) VR () VCD (Vpp)

Mengetahui,
Asisten Praktikum

Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi FISIKA 32

Anda mungkin juga menyukai