1 K 1 K
-
680
+
Vo
G Vi
Disusun oleh:
Hartono, M.Si
Bilalodin, M.Si
Abdullah Nur Aziz, M.Si
TUJUAN
TEORI
Ic
C
IB
B
E
IE
CARA KERJA
A. Penguat Commond Base (Basis Bersama)
1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 1.2 pada breadboard
2. Mintalah asisten untuk memeriksa rangkaian anda sebelum dihubungkan
dengan sumber tegangan ataupun peralatan yang lain.
3. Hubungkan bagian masukan rangkaian dengan generator isyarat dan CRO.
4. Aturlah agar generator isyarat mempunyai tegangan masukan sebesar 100
mVPP pada frekuensi 1 kHz.
5. Ukurlah tegangan keluaran dari rangkaian dengan menggunakan CRO.
6. Variasikan tegangan masukan sesuai dengan Lembar kerja untuk Penguat
Commond Base (Basis Bersama).
Vcc
RB
1,2 M
RC
2,2 k
C1 RL
C2 10 k
Vout
RE Vin
56
Vcc
RB
RC
C2
Vout
Vin
C1
RL
RE
RB
RC
Vin C2
C1
Vout
RE
RL
Data Pengamatan
A. Data Nilai-nilai Komponen
RL : C1, C2 :
RE : hfe :
RB : VCC :
RC :
B. Data Pengamatan
50
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
Mengetahui
Asisten Praktikum
TUJUAN
TEORI
Tinjau Gambar 2.1 yang menunjukkan penguat emitter bersama
menggunakan transistor NPN.
Vcc
RB
RC
C2
C1
RL
RE
Untuk rangkaian Gambar 2.1, hambatan yang terlihat dari arah masukan
adalah :
(1)
RO = RL //RC (2)
(3)
(4)
(5)
Misalkan dipilih nilai RC sebesar 2200 ohm (sebab nilai tersebut termasuk
dalam nilai baku resistor di pasaran). Dengan demikian RC // RL adalah sekitar
1800 ohm. Untuk penguatan tegangan yang diinginkan sebesar 15 kali, maka:
Resistor baku seharga 100 ohm dapat dipilih untuk RE. Untuk mendapatkan
IC = 2mA, arus basis seharusnya sama dengan:
Dalam Gambar 2.1, arus basis berasal dari VCC 9 V, mengalir melewati RB,
re, dan RE. dengan hukum ohm, maka :
Resistor baku seharga 1,2 M dapa dipilih untuk RB. Sekarang telah ada
gambaran nilai-nilai RB,RC,RE, dan RL agar penguat menghasilkan penguatan
sebesar 15 kali. Namun untuk mengetahui seberapa tepat hasil perhitungan di
atas dengan penguatan yang sebenarnya, lebih dulu perlu diketahui hambatan
sumber isyaratnya (RS). Misalnya sumber isyarat memiliki hambatan keluaran
sebesar 6 ohm. Tegangan masukan penguat adalah (gunakan persamaan 1)
27481 ohm. Tegangan masukan (Vi) merupakan hasil pembagian tegangan oleh
Ri dan Rs yaitu:
Tugas Pendahuluan
Hitunglah RB, RC, RE dari rangkaian Gambar 2.1 jika diinginkan sebuah penguat
dengan penguatan sebesar 10 kali. Diketahui β ransisor adalah 250, RL adalah
10 Kohm, RS adalah 6 Kohm, dan VCC adalah 9 V.
CARA KERJA
Rancanglah sebuah penguat praktis satu tingkat dengan penguatan tegangan
sebesar 10 kali. Nilai komponen sebaiknya dihitung agar menghasilkan
penguatan yang lebih besar dari 10.
1. Anggap resistansi beban keluaran (RL) adalah 10 Kohm. Pilih nilai resistor
standar terdekat untuk RC yang nilainya antara 10% sampai 25% dari RL.
2. Hitung RC // RL, kemudian carilah (RE+re) untuk penguatan sebesar 10 kali.
Gunakan persamaan 5.
3. Hitung IE (dalam hal ini IE ≈ IC), kemudian hitung pula re dan RE. Saat
memilih RE, pilihlah dengan komponen dengan nilai yang rendah.
4. Ukurlah β transistor dengan MMD.
5. Hitung IB, kemudian carilah RB
6. Carilah nilai-nilai komponen yang standar yang terdekat dengan nilai-nilai
komponen hasil perhitungan. Tuliskan nilai-nilai komponen standar yang
terdekat dengan nilai-nilai komponen hasil perhitungan pada lembar kerja 1.
7. Buatlah Rangkaian pada Kit Praktikum Penguat Transistor.
8. Hubungkan generator isyarat dan osiloskop pada bagian masukan penguat.
Atur masukan tegangan puncak sampai 0,01 V (10 mV). Tegangan tersebut
juga dapat diartikan sebagai berikut
PEAK TO PEAK : 0,02 VPP (20 mVPP)
9. Atur frekuensi generator sebesar 100 Hz.
10. Setelah sinyal masukan diatur (100 Hz, 0,02 VPP), hubungkan osiloskop
pada bagian keluaran penguat.
Data Pengamatan
A. Data Perhitungan Nilai-nilai Komponen
RL : C1, C2 :
RE : hfe :
RB : VCC :
RC :
B. Data Pengamatan
Frekuensi 100 Hz Frekuensi 1000 Hz
V out V out
Vin (mV) Vout (mV) K
V in
Vin (mV) Vout (mV) K
V in
10 10
20 20
30 30
40 40
50 50
60 60
70 70
80 80
90 90
100 100
110 110
120 120
130 130
140 140
150 150
Mengetahui
Asisten Praktikum
TUJUAN
Mahasiswa akan dapat merancang pengaut audio (frekuensi 20 Hz – 20
KHz) menggunakan penguat transistor dua tingkat sehingga diperoleh penguatan
total yang besar.
TEORI
Penguat audio merupakan penguat AC. Untuk penguat AC, diperlukan
pemisahan isyarat AC dari tegangan panjar penguat. Oleh karena itu,
ditambahkan sebuah kapasitor pada bagian masukan dan bagian keluaran
penguat. Rangkaian Gambar 2.1 beserta nilai-nilai komponen yang telah diketahui
ketika merancang penguat pada acara 2 akan digunakan kembali untuk penguat
audio pada acara ini. Gambar 3.1 menunjukkan rangkaian penguat commond
emitter dua tingkat.
Penentuan nilai-nilai kapasitor C1, C2 maupun C3 sebenarnya dilakukan
secara acak. Nilai kapasitor dipilih agar memberikan nilai yang cukup baik dalam
mencegah DC, tetapi reaktansinya tidak terlalu tinggi pada frekuensi-frekuensi
audio yang relatif rendah. Reaktansi sebuah kapasitor ditentukan oleh rumus
, dimana XC adalah reaktansi kapasitif (dalam ohm), f adalah
frekuensi isyarat (dalam Hz), dan C adalah kapasitansi kapasitor (dalam Farad).
Jika dipilih nilai 5 F untuk kapasitor, maka reaktansi kapasitif dari kapasitor
tersebut pada frekuensi 20 Hz adalah 1,59 Kohm dan pada frekuensi 20 KHz
adlah 1,59 ohm.
Rektansi kapasitor (dari kapasitor) akan berkombinasi dengan reaktansi
resistif (dari resistor) dalam mempengaruhi kerja rangkaian pada berbagai
frekuensi. Tetapi penguatan pada frekuensi tengah tetap sama dengan
persamaan 5 pada acara 2. Skema rangkaian penguat dua tingkat dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
RE2
RE1
Tugas Pendahuluan
Bagaimana bentuk persamaan untuk penguatan dua tingkat pada Gambar
3.1 pada frekuensi tengah ( kapasitor dianggap terhubung singkat ), gunakan
rangkaian setara parameter h!
CARA KERJA
1. Rancanglah sebuah penguat satu tingkat dengan penguatan tegangan
sebesar 10 kali (seperti yang telah dilakukan pada acara 2). Nilai
komponen sebaiknya dihitung agar menghasilkan penguatan yang lebih
besar dari 10.
2. Buatlah rangkaian penguat satu tingkat pada Kit Penguat Transistor yang
ada (sebagai penguat tingkat 2).
3. Lakukan pengujian terhadap rangkaian yang telah dibuat. (Apakah hasilnya
sesuai dengan rancangan?).
Data Pengamatan
A. Data Perhitungan Nilai-nilai Komponen
RL : C1,C2,C3 :
RE1 : RE2 : hfe1 :
RB1 : RB2 : hfe2 :
RC1 : RC2 : VCC :
B. Data Pengamatan
10 10
100 Hz 20 100 Hz 20
30 30
10 10
500 Hz 20 500 Hz 20
30 30
10 10
1 Hz 20 1 Hz 20
30 30
10 10
5 Hz 20 5 Hz 20
30 30
10 10
10 kHz 20 10 kHz 20
30 30
10 10
100 kHz 20 100 kHz 20
30 30
10 10
100 Hz 20 20 kHz 20
30 30
10 10
500 Hz 20 50 kHz 20
30 30
10 10
1 Hz 20 100 kHz 20
30 30
10 10
2 Hz 20 200 kHz 20
30 30
10 10
5 Hz 20 500 kHz 20
30 30
10 10
10 kHz 20 1 MHz 20
30 30
Mengetahui
Asisten Praktikum
TUJUAN
1. Menentukan hambatan masukan Op-Amp
2. Menentukan hambatan keluaran Op-Amp
3. Mengukur penguatan Op-Amp sebagai Penguat Membalik
4. Menentukan sudut fase antara sinyal masukan dan keluaran
TEORI
Penguat Op-Amp yang sempurna akan mempunyai sifat-sifat yang
sempurna juga, antara lain impedansi masukan yang sangat besar (tak berhingga),
impedansi keluaran yang sangat kecil (nol), dan penguatan yang sangat besar.
(Untuk selanjutnya dapat dipelajari dari buku Elektronika 2, Sutrisno).
Gambar 4.1. adalah rangkaian penguat Op-Amp yang dirancang untuk
menentukan impedansi masukan. Sementara Gambar 4.2. adalah rangkaian
penguat Op-Amp untuk menentukan impedanasi keluaran. Gambar 4.3.
merupakan Rangkaian Pembalik dari penguat Op-Amp.
9V
G VG Vi
-
+
R1
1 M 9V
-
+
R1
1 k Vout RB
G Vi - VCC 33
R1 R2
A B 1 k 1 k
+ VCC
-
G VG Vi
+
680 VO
- VCC
Data Pengamatan
A. Data Pengukuran dan Perhitungan Hambatan Masukan Op-Amp
VR Vi
VG Vi VR = VG – Vi I Rin
R1 I
R2 = 10 K
R2 = 100 K
Mengetahui
Asisten Praktikum
TUJUAN
1. Memahami prinsip kerja penguat penjumlah pada Op-Amp
2. Menentukan rumus untuk penguatan tegangan.
3. Menentukan pergeseran fasa penguat tak membalik.
TEORI
Rangkaian penjumlah adalah rangkaian penguat Op-Amp yang mempunyai
masukan dua jalur (dua Vi). Tegangan keluaran dari Op-Amp adalah sebesar
jumlah semua tegangan masukan. Teori lebih lengkap untuk Op-Amp dapat
dipelajari dari buku Elektronika 2, Sutrisno. Rangkaian Penguat Penjumlah
ditunjukkan pada Gambar 5.1. sedangkan untuk Rangkaian Tak Membalik
ditunjukkan pada Gambar 5.2.
R1
P1 1 k
R3
1 k
R2
VG P2 1 k
G
V1 -
+
V2
680
-
680
+
Vo
G Vi
CARA KERJA
A. Penguat Penjumlah
1. Buatlah rangkaian seperti Gambar 5.1. pada Kit Penguat Op-Amp.
2. Hubungkan bagian masukan rangkaian dengan generator isyarat.
3. Aturlah generator isyarat agar menghasilkan gelombang sinus dengan
frekuensi 1 kHz dan tegangan 2 Vpp
4. Aturlah Potensiometer (VR1) agar menghasilkan V1 sebesar 200 mVpp.
5. Aturlah Potensiometer (VR2) agar menghasilkan V2 sebesar 300 mVpp.
6. Ukurlah tegangan keluaran (Vo) dari Op-Amp.
7. Gantilah hambatan R3 dengan hambatan 2,2 k
8. Lakukan pengukuran seperti pada langkah 4 s/d 6
9. Gantilah hambatan R3 dengan hambatan 10 k
10.Lakukan pengukuran seperti pada langkah 4 s/d 6
Data Pengamatan
A. Data Pengukuran dan Perhitungan Penguat Penjumlah
Vo Rumus Penguatan
VG Vi1 Vi2 Vo A
Vi
R3 = 1 K
R3 = 2,2 K
R3 = 10 K
R2 = 10 K
R2 = 100 K
Mengetahui
Asisten Praktikum
TEORI
Catu daya merupakan perangkat baku dalam dunia elektronika. Suatu
rangkaian elektronika akan bekerja secara optimal apabila mendapatkan catu
daya yang sesuai dengan kebutuhannya. Terkadang suatu peralatan
membutuhkan catu daya dengan tegangan yang relatif kecil (misal 5 volt) tetapi
banyak juga peralatan yang membutuhkan tegangan operasional cukup tinggi,
bahkan sampai ribuan volt (sebagai contoh laser, sinar X). Untuk mengantisipasi
hal tersebut maka dibuatlah rangkaian yang dapat digunakan untuk memenuhi hal
tersebut, yaitu pembagi tegangan dan pelipat tegangan.
Rangkaian Pembagi Tegangan yang paling sederhana pada dasarnya
adalah menggunakan prinsip dari hukum Kirchhoff, seperti terlihat pada Gambar
6.1.
V1 V2
R1 R2
I
Menurut hukum Kirchhoff, pada rangkaian seri arus yang melalui R1 dan R2 adalah
sama, sedangkan beda potensial pada R1 adalah V1 dan pada R2 adalah V2,
sehingga dapat ditulis:
V V1 V2 (1)
V IR 1 IR 2 IR ek (2)
Berdasarkan persamaan (2) maka kita dapat mengatur besarnya tegangan yang
diinginkan, dengan cara mengatur nilai hambatannya.
A C E
in
out
B D F
+
Gambar 6.2. Rangkaian Pelipat Tegangan
CARA KERJA
A. Rangkaian Pembagi Tegangan
1. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 6.1 dengan R1 20 k dan R2 10
k pada papan rangkaian
2. Aturlah agar tegangan keluaran dari generator isyarat sebesar 20 VPP pada
frekuensi 1 kHz
3. Hubungkan rangkaian dengan pembangkit isyarat
4. Ukurlah tegangan pada R1 dan R2 dengan Osciloskop. (Apakah V1 + V2 =
VG ?)
5. Gantilah R1 dengan Variabel Resistor (VR) 100 K.
6. Aturlah VR agar tegangan pada R2 (V2) bervariasi dari minimum sampai
maksimum. (variasikan setiap 2 VPP)
7. Ukurlah nilai VR pada setiap variasi tegangan tersebut.
Data Pengamatan
A. Rangkaian Pembagi Tegangan
R1 R2 V1 V2 VG
No R2 V2 VR1 V1 VG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
TUJUAN
Mahasiswa dapat membuat dan memahami prinsip kerja dari rangkaian
Jembatan Wheatstone
TEORI
Pemrosesan sinyal merupakan bagian dari sebuah pemrosesan data.
Sering kali dalam suatu rancangan sistem pengukuran harus membuat
pengaturan tegangan mulai dari nol. Selain itu beberapa sensor bekerja dengan
merubah besaran fisis menjadi perubahan resistensi dari sensor tersebut,
sementara guna pemrosesan data lebih lanjut dibutuhkan data berupa tegangan.
Salah satu rangkaian yang dapat digunakan untuk menjawab kebutuhan tersebut
adalah rangkaian Jembatan Wheatstone.
Rangkaian Jembatan Wheatstone seperti ditunjukkan pada Gambar 7.1.
Dengan memberikan tegangan pada titik A dan B pada rangkaian maka akan
mengalir arus melewati R1 sebesar I1 dan melewati R2 sebesar I2. Besarnya arus
yang mengalir adalah:
V AB V AB
I1 dan I2 (1)
R1 R3 R2 R4
Besarnya tegangan pada titik C dan D adalah:
Dimana
V AB V AB
VCB xR dan V DB xR (4)
R2 R X X R1 R3 3
Sehingga bisa didapatkan tegangan pada titik CD. Tentukan besarnya
tegangan di titik CD.
I1 I1
R1 R3
A B
VCD
R2 RX
I2 I2
I
C
CARA KERJA
8. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 7.1 dengan R1 , R2 dan R3 1 k pada
breadboard.
9. Hubungkan titik AB dengan sumber tegangan DC 9 V.
10. Ukurlah tegangan pada titik CD dengan MMD
11. Aturlah potensiometer (VR) agar tegangan pada titik CD bernilai nol.
12. Variasikan tegangan pada titik CD mulai dari minimum setiap 1 volt dengan
cara mengatur potensiometer. Catatlah nilai VR setiap perubahan tegangan.
Mengetahui,
Asisten Praktikum