KARAKTERISTIK TRANSISTOR
Disusun oleh :
NIM : 022000005
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Menentukan kurva karakteristik IB = ƒ(VBE) transistor
2. Menentukan kurva karakteristik control arus transistor
3. Menentukan kurva karakteristik keluaran transistor
1.4 MANFAAT
Dalam rangkaian elektronika, transistor dimanfaatkan sebagai stabilitas tegangan pada
adaptor, pencampur frekuensi pada rangkaian mixer, pembangkit frekuensi, penyearah
arus pada rangkaian adaptor, dan penguat arus atau tegangan pada audio amplifier.
BAB II
DASAR TEORI
C C
B B
E E
(a) (b)
Gambar 2-1 (a) Simbol transistor NPN, (b) Simbol transistor PNP
basis basis
(a) (b)
Gambar 2-2. Tiga daerah transistor (a) Transistor npn. (b) Transistor pnp
Transistor pada gambar 2-2 mempunyai dua sambungan (junction), satu di antara emitor
dan basis dan lainnya di antara basis dan kolektor. Karena inilah, sebuah transistor seperti
dua buah dioda. Kita sebut dioda yang terletak di sebelah kiri sebagai dioda emitor basis atau
singkatnya dioda emitor. Dioda yang terletak di sebelah kanan adalah dioda kolektor basis
atau dioda kolektor. Transistor pnp merupakan komplemen dari transistor npn. Pembawa
muatan mayoritas pada emitor adalah hole, sebagai pengganti dari muatan bebas. Ini berarti
pada transistor pnp dibutuhkan arus dan tegangan yang berlawanan dengan transistor npn.
IC
α dc= ¿
Ialignl¿ E ¿¿ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.1)
Semakin tipis dan semakin sedikit basis didope, semakin tinggi dc. Idealnya, jika semua
elektron yang diinjeksikan pergi ke kolektor, dc akan sama dengan satu. Banyak transistor
mempunyai dc > 0,99 dan hampir semua mempunyai dc > 0,95.
Kita telah menghubungkan antara arus kolektor dan arus emitor dengan menggunakan
dc. Kita dapat juga menghubungkan arus kolektor dengan arus basis dengan mendefinisikan
beta dc dari sebuah transistor sebagai
IC
β dc =
I B . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2)
Hampir pada semua transistor, kurang dari 5 persen elektron yang diinjeksikan emitor
berekombinasi dengan lubang basis untuk menghasilkan IB; karena itu dc hampir semuanya
lebih besar dari20. Biasanya di antara 50 dan 300. Dan ada beberapa transistor mempunyai
dc sampai 1000. Dalam sistem analisis yang lain, yang disebut para meter h, dc sama
dengan hFE, digunakan untuk penguatan arus, ditulis
IE = IC + IB. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.4)
Arus emitor (IE) merupakan penjumlahan dari arus kolektor (IC) dan arus basis (IB). Arus
emitor merupakan terbesar dari ketiga arus tersebut, arus kolektor hampir sama besar dengan
arus emitor, dan arus basis jauh lebih kecil. Bila persamaan di atas dibagi dengan I C, akan
memberikan :
IE IB
=1+
IC I C . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.5)
atau
1 1
=1+
α dc β dc . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.6)
β dc
α dc =
β dc +1 . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . (2.8)
Salah satu cara untuk membayangkan bagaimana sebuah transistor bekerja, yaitu dengan
membuat grafik yang menghubungkan arus dan tegangan transistor.
IC
Ic breakdown
RC
IB
+
RB VCE VCC
VBB
+ _
_ VBE
IB
Kurva kolektor
Gambar 2-3 (a) Rangkaian untuk mengukur arus dan tegangan kolektor
Jika VCE = 0, dioda kolektor tidak terbias balik, karena itu arus kolektor sangat kecil. Untuk
VCE antara 0 dan mendekati 1 V, arus kolektor naik dengan cepat dan kemudian menjadi
hampir konstan. Jika kita menaikkan VCE terlalu besar, dioda kolektor akan rusak dan kerja
transistor yang normal akan hilang. Kemudian transistor tidak lagi berfungsi sebagai sumber
arus.
Ic (mA)
IB 5
5
IB 4 IB 3
4
3 IB 1
IB 0IB 2
2 VCE
1
Gambar 2-4. Kurva kolektor dengan bermacam-macam harga IB
Jika kita mengukur IC dan VCE untuk IB yang berbeda-beda kita dapatkan kurva kolektor
seperti gambar 2-4 di atas. Untuk arus basis I B = 0, arus kolektor kecil karena adanya arus
bocor dari dioda kolektor. Untuk transistor silikon arus bocor biasanya cukup kecil sehingga
dapat diabaikan pada sebagian besar aplikasi.
IB
VBE
0,7
Pada kurva kolektor gambar 2-4, kurva yang terendah adalah untuk arus basis nol.
Keadaan IB = 0 ekivalen dengan membuka kawat penghubung basis (lihat gambar 2-6a).
Arus kolektor dengan kawat penghubung basis terbuka ditandai dengan ICEO di mana
subkrip CEO berarti kolektor ke emitor dengan basis terbuka. ICEO disebabkan sebagian oleh
panas yang dihasilkan pembawa muatan dan sebagian lagi oleh arus bocor permukaan.
Gambar 2-6b menunjukkan kurva IB = 0. Dengan tegangan yang cukup besar, kita dapat
mencapai tegangan breakdown, yang dinamakan BVCEO, dimana subkrip berarti kolektor ke
emitor dengan basisterbuka. Agar transistor bekerja normal, kita harus menjada agar VCE
lebih kecil dari pada BVCEO. Sebagain besar lembar data transistor menulis nilai BVCEO di
antara rating maksimumnya. Tegangan breakdown ini dapat kurang dari 20 V atau lebih dari
200V, tergantung pada jenis transistor.
IC
IB = 0
+
TERBUKA
ICEO
ICEO
-
IB = 0
VCE
BVCEO
V CC −V CE
IC =
RC . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . (2.8)
IC
saturasi
Titik cutoff
RC Q IB >IB (sat)
+ - IB
VBE
-
IB = 0
VCE
(a) 0 VCC
(b)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan karakteristik transistor adalah
sebagai berikut, resistor sebesar 1 kΩ sebanyak 2 buah, power supply, project board, kabel
penghubung, multimeter sebagai amparemeter dan voltmeter.
3.2 LANGKAH KERJA
Dalam percobaan untuk mengetahui karakteristik masukan transistor, langkah kerja
yang harus dilakukan adalah rangkaian disusun seperti gambar 3-1 dibawah ini.
Atur arus IB sesuai dengan nilai yang ada Atur IB dan pilih tegangan Vce
pada tabel percobaan 1 dan 2 sesuai nilai pada tabel
Gambar grafik IB
sebagai fungsi VBE, Gambar grafik Ic Gambar grafik Ic sebagai
VCE tetap 0 Volt sebagai fungsi IB, VCE fungsi VCE pada IB
tetap 12 Volt
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
8
6
4
2
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1
VBE (V)
60
50
40
IC (mA)
30
20
10
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 2 3 4
IB (mA)
14
12
IC (µ A )
10
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 1 2 3
VCE (V)
4.2 PEMBAHASAN
Pada grafik 1 dapat dilihat bahwa saat V CE = 0 Volt (dalam keadaan konstan), arus
basis IB lama-kalamaan akan mengalami kenaikan dan menjadi konstan. Seperti yang
diketahui bahwa bagian basis-emitor dari transistor adalah diode, maka saat VBE pada
emitor-basis dibias maju, grafik arus yang terlihat akan menyerupai grafik diode, seperti yang
terlihat pada grafik 1. Untuk karakteristik input transistor ini, apabila tegangan diode
melebihi potensial barriernya maka IB akan mengalami kenaikan dengan cepat, begitu juga
sebaliknya. Sehingga, grafik tersebut sudah relative sesuai dengan teori.
Pada grafik 2, arus kolektor (Ic) merupakan fungsi dari arus dari basis (IB), yang mana
perubahan pada IB menyebabkan perubahan yang diperkuat pada arus kolektor (I C) untuk
VCE tetap. Umumnya, perbandingan arus IC:IB antara 50-300, namun ada pula transistor yang
memiliki perbandingan mencapai 1000. Pada percobaan ini, didapatkan nilai β sebesar 72,22.
Perhitungan tersebut telah sesuai dengan teori bahwa nilai β pada transistor masuk dalam
rentang 50-300. Dari hasil β, dapat diketahui juga nilai α sebesar 0,9863. Hal itu sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa pada umumnya transistor memiliki αDC > 0,99.
Pada grafik 3 dapat dilihat bahwa saat VCE = 0 Volt, diode kolektor tidak terbias
balik. Hal itu menyebabkan arusnya sangat kecil. Saat VCE dinaikan mendekati nilai 1 Volt ,
arus kolektor menjadi naik semakin cepat dan kemudian hamper menjadi nilai konstan. Jika
kita menaikkan VCE terlalu besar, ada kemungkinan prinsip kerja transistor pada diode
kolektor akan rusak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Grafik karakteristik masukan transistor menyerupai grafik diode sinyal forward
bias.
2. Transistor berfungsi sebagai penguat arus, yang ditunjukkan oleh relasi antara IB
dan Ic pada percobaan kali ini, βDC sebesar 72,22.
3. Kurva karakteristik keluaran transistor menunjukkan arus kolektor akan
meningkat dengan semakin bertambahnya tegangan kolektor.
5.2 SARAN
1. Sebelum melaksanakan praktikum, praktikan sebaiknya memahami percobaan apa
saja yang akan dilakukan agar bisa membuat rangkaian seperti yang diinginkan dalam
percobaan.
2. Diperlukan ketelitian dalam membaca skala pada multimeter untuk memperkecil
kemungkinan salah pada data praktikum.
3. Sebaiknya pelaksanaan praktikum dilakukan satu hari sekali agar praktikan lebih
memahami materi.
DAFTAR PUSTAKA
Joko Sunardi, SST, Toto Trikasjono, ST, M. Kes, Nugroho Trisanyoto, SST. 2016. Petunjuk
Praktikum Karakteristik Transistor. Jurusan Teknofisika Nuklir Prodi Elektronika
Instrumentasi STTN BATAN Yogyakarta
LAMPIRAN