Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

BIPOLAR JUNCTION TRANSISTOR


(BJT)
2.1 PENDAHULUAN
Komponen semikonduktor yang dekat dengan struktur dioda adalah
BJT. Struktur BJT terdiri dari dua macam yaitu tipe npn(negatif positif
negatif) dan tipe pnp.

SIMBOL BJT
C
B

negatif
positif

C
B

positif

E
pnp

E
npn

Gambar 2.1 struktur dan simbol BJT


Secara umum ada tiga terminal atau kaki BJT yang disebut kolektor
(C), basis (B), dan emitor (E). Tanda panah menunjukkan arah arus bias
DC. Untuk dapat berfungsi, BJT memerlukan arus bias dari catu daya DC.
Fungsi transistor dalam rangkaian elektronika beragam, ada yang
difungsikan sebagai saklar elektronik, penguat sinyal atau lainnya.
2.2 DASAR-DASAR BIAS TRANSISTOR
Arus basis digunakan untuk mentriger arus dari E ke C (pnp) atau dari
C ke E (npn). Nilai arus basis jauh lebih kecil dari arus kolektor I C atau arus
kolektor IE. Dari ketiga arus ini, arus IE paling besar nilainya, kemudian IC
dan paling kesil IB dengan hubungan sbb:

Ada parameter khusus yang menghubungkan IC dan IB yaitu DC (beta)

Nilai DC ditentukan oleh pabrik transistor (ada pada lembar data).

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


34

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.2 Macam rangkaian bias BJT npn

C
B

Gambar 2.3 Macam rangkaian bias BJT pnp


2.2.1 Cara Kerja Transistor
BJT bekerja berdasar arus bias Basis, selama ada arus basis mengalir
maka akan muncul arus kolektor dan emitor. Sehingga jika tidak ada arus
basis mengalir tidak akan ada arus kolektor maupun arus emitor. Kalaupun
ada aliran arus kolektor atau emitor, arus tersebut disebut arus bocor
(leakage current) dengan jumlah yang sangat kecil (nA atau pA). Syarat
agar arus basis mengalir adalah sebagai berikut:
Perhatikan Gambar 2.4,
- VE harus lebih positif terhadap VC ( VE>VC)
- VE harus lebih positif terhadap VB (VE> VB)

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


35

Jika VE > VB, maka akan ada arus


mengalir pada basis (arah keluar).
Arus basis ini akan mentriger aliran
arus
menuju
kolektor
(IC)
sehingga ada aliran arus dari
Emitor menuju Kolektor(C) dan
sebagian kecil arus dari Emitor
menuju Basis.

VC
VB

VE

Untuk transistor npn, konsepnya


sama tetapi polaritas tegangan
dibalik.

Gambar 2.4 bias BJT pnp


Karakteristik keluaran transistor diperlihatkan dalam Gambar 2.5
IC

DAERAH AKTIF

DAERAH SAT.

IB

DOC HDBEng

Gambar 2.5

DAERAH Cut Off (IB=0).

VCE

Gambar disamping memperlihatkan kurva hubungan IC, VCE


dan IB. Pada daerah aktif, makin besar IB makin besar IC
dan makin besar IC, makin
kecil nilai VCE dan pada daerah saturasi, arus IC cenderung tetap.

Karakteristik BJT

Gambar 2.6 Kurva tracer BJT


(sumber: Boylestad, 1995:134)
BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


36

2.2.2 BJT Sebagai Saklar Elektronik


Jika VB = VE, arus IB tidak mengalir dan BJT dalam kondisi tidak mengalirkan
arus (Off) sehingga tidak ada arus yang mengalir pada beban. Jika VB < VE, arus IB
mengalir dan arus kolektor mengalir (on). Dengan demikian BJT dapat berfungsi
sebagai saklar elektronik.

2.2.3 BJT Sebagai Penguat


Penguat artinya BJT dikonstruksi sebagai sistem, yaitu ada sinyal
input, ada sinyal output dan ada proses penguatan sinyal sehingga sinyal
output lebih besar amplitudonya dibanding sinyal input. Sistem penguat
diperlihatkan dalam Gambar 2.8

Beban

IB
off

off

Saklar

on

Gambar 2.7 BJT sebagai saklar elektronik

V supply

Sinyal output dan sinyal input


dalam Gambar 2.8 merupakan
sinyal AC dan sinyal output lebih
besar dari sinyal input. V supply
diperlukan untuk membias transistor dan penyedia energi sinyal
output. Dengan demikian energi
atau daya sinyal output lebih
kecil dari daya V supply.
Penguat harus tidak menghasilkan sinyal output yang cacat dan
ber noise rendah (S/N tinggi).
Untuk mencapai kondisi tersebut
penguat mempunyai karakteristik linear.

Gambar 2.8 Sistem penguat BJT

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


37

Gambar 2.9 Fisik Transistor

Gambar2. 10 Identifikasi kaki transistor


(sumber: Boylestad,1995:136)

Gambar 2.11 Konstruksi bagian dalam transistor


(sumber: Boylestad, 1995:137)

Gambar 2.12 Transistor dalam bentuk IC (integrated Circuit)


(sumber: Boylestad, 1995:137)

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


38

2.2.4 Perhitungan Arus Bias DC BJT


Cara membias DC BJT tergantung dari tipe BJT npn atau pnp. Berikut
adalah perhitungan arus bias DC BJT npn.
Untuk menghitung arus IB, perhatikan Gambar disamping;
R-2

R-1

C
B

R-3

Gambar 2.13 Bias DC

R1

R2

C
B

R3

Gambar 2.14 Bias DC dengan umpan balik


Rangkaian pada Gambar 2.15 lebih komplek dari rangkaian
bias lainnya tetapi rangkaian ini lebih stabil terhadap
perubahan suhu transistor. Uraian akurat dapat dibuat dengan
menyederhanakan rangkaian tersebut. Dengan teori Thevenin
(supply) dihubung singkat maka

R3

R1

C
B

VCC
E

R2

R4

Gambar 2.15 Bias DC dengan hFE stabil


BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


39

R3

RTH

C
B

VCC

IB
IE

dan
VTH

R4

Gambar 2.16 Penyederhanaan


Gambar 2.15
2.2.5 Daya yang hilang pada rangkaian bias DC
Konsekuansi dari rangkaian bias DC adalah terjadi daya hilang pada
rangkaian tersebut yang diubah menjadi panas (I2R watt). Makin besar nilai
I makin besar daya yang hilang. Dari Gambar 2.16 terlihat daya yang hilang
adalah IC2 xR3, IC x VCE, dan IE2xR4
Agar dapat difungsikan sebagai sistem penguat, rangkaian bias di atas harus
diberikan port yaitu 2 port sisi input dan dua port sisi output.
2.2.6 Arus Bias Yang Tidak Tepat
Ketika transistor dibias DC maka terjadi aliran arus DC dari kolektor
menuju emitor (npn BJT) atau dari emitor menuju kolektor (pnp BJT). Nilai
arus bias DC yang tidak tepat pada sistem penguat satu tingkat
menyebabkan;
1) Bentuk sinyal output output tidak sama dengan bentuk sinyal input atau
dapat dikatakan menghasilkan sinyal output cacat.
2) Tidak keluar sinyal output.
3) Rugi daya pada penguat tinggi atau dapat dikatakan efisiensi penguat
rendah.
Contoh arus bias yang tidak tepat diperlihatkan dalam Gambar 2.17.

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


40

IC

DAERAH AKTIF

IC

DAERAH AKTIF

DAERAH SAT.
DAERAH SAT.

IB
IB

DAERAH Cut Off (IB=0).

DOC HDBEng

VCE

(a) Arus IB dan IC


terlalu besar
IC

DAERAH Cut Off (IB=0).

DOC HDBEng

VCE

(b) arus IB dan IC


terlalu kecil

DAERAH AKTIF

IC

DAERAH AKTIF

DAERAH SAT.
DAERAH SAT.

IB
IB

DAERAH Cut Off (IB=0).

DOC HDBEng

DAERAH Cut Off (IB=0).

DOC HDBEng

VCE

(c) Sinyal output cacat

VCE

(d) sinyal output cacat

IC

DAERAH AKTIF

DAERAH SAT.

ICQ

IB

DOC HDBEng

(e)

DAERAH Cut Off (IB=0).

VCQ

VCE

Kondisi ideal (sinyal output tidak cacat)

Gambar 2.17 Berbagai posisi titik kerja transistor

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


41

2.2.7 Contoh Hitungan Arus Bias


Berikut adalah contoh rangkaian penguat satu tingkat common ..........

C2

R3

R1

C1

Out

B
RL

In

VCC

E
C3
R2

Gambar

R4

R1 = 39 k
R2 = 3.9k
R3 = 10k
R4 = 1.5k
Vcc = +24 volt
DC = 100
Hitung ;
IB ?
mA
IC ?
mA
IE ?
mA
VCE ? volt

2.18 Penguat satu tingkat

Dengan acuan Gambar 2.18, buatlah gambar lengkap sesuai dengan nilai
yang anda peroleh!
Apa yang harus saudara lakukan jika transistor Gambar 2.18 diganti dengan
jenis pnp dengan nilai beta yang sama hitung kembali nilai, IB, IC, IE dan VCE
nya.
Apa kesimpulan saudara tentang penggantian transistor dari npn ke pnp?
2.3 RANCANGAN BIAS UNTUK RANGKAIAN PENGUATAN ARUS
STABIL
Hitungan teori untuk bias DC penguat arus stabil cukup panjang,
namun ada cara pendekatan sederhana yang direkomendasikan oleh para
ahli diantaranya R Boylestad seorang profesor di bidang listrik. Pendekatan
tersebut adalah
1). VE mendekati 0,1 VCC.
2). Arus yang mengalir di emitor transmistor maksimum 0,5 arus
maksimumnya yang diinformasikan pada lembar data transistor (ICQ
ditentukan berdasar kemampuan transsistor).
3). RC selalu lebih besar dibanding RE.
Contoh sebuah transistor npn 2N1711L, arus maksimum IC yang dapat
dialirkan 1A dengan VCE maksikum 50 volt, VCBO 75 volt, hFE diasumsikan
BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


42

200. Jika transistor digunakan pada penguat sinyak kecil, maka bias yang
dapat dibangun sebagai berikut;

C2

R3

R1

C1

Out

B
RL

In

VCC

E
C3
R2

R4

Gambar 2.19 Penguat satu tingkat

VCC yang dipilih 25Volt.


IC operasional = 50 mA.
VE = 0,1 x 25 volt = 2,4 volt.
R4 = 2,5 V / 50 mA = 50 ohm.
R3 = 10 V/ 50 mA = 200 ohm.
VB = 0,7 V + 2,5 V = 3,2 V.
IB = 50 mA/ 200 = 250 A.
I R1 = 10. IB = 2,5 mA.
R1+R2 = 25V/2,5 mA = 10 K.
R2= 3,2/25 x 10 k = 1,28 k.
R1 = 10 k - 1,28 k = 8,72
k.

Jika
IC operasional diubah menjadi 10 mA.
VE = 0,1 x 25 volt = 2,4 volt.
R4 = 2,5 V / 10 mA = 250 ohm.
R3 = 10 V/ 10 mA = 1000 ohm.
VB = 0,7 V + 2,5 V = 3,2 V.
IB = 10 mA/ 200 = 25 A.
I R1 = 10. IB = 250 mA.
R1+R2 = 25V/2,5 A = 100 K.
R2= 3,2/25 x 100 k = 12,8 k.
R1 = 100 k - 12,8 k = 87,2 k.
Buatlah kesimpulan dari kedua contoh hitungan tersebut !

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


43

2.3.1 Latihan-latihan
1. Tentukan level DC untuk arus IB dan VC rangkaian di bawah.
Jawab:

VCC=
18 V
33 k

R3
91 k

110 k

10 F
Out

R1

R2
10 F
C

10 F

In

= 75
E

510

C3
50 F

2. Tentukan VC dan VB rangkaian


Jawab:

VCC = +20 V

8k2

R3

C1

In

2k7

R1

C2

10 F

= 120

10 F

Out

RL

1k8

R2

2k2

R4

VEE = -20 V

3. Jika ICQ = 2 mA dan VCEQ = 10 volt, hitung R1 dan R2.


VCC = +18 V

R3

R1

C1

C2

10 F

In

Jawab:

10 F
E

18 k

R2

1k2

R4

VEE = 0 V

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


44

4. Hitung R1, R2, R3, dan R4 .


Jawab:

VCC = +20 V

R3

R1

AC In

AC
Out

ICQ = 10 mA

C1

10 F

VCEQ = 8 V dan
hFE = 140

10 F

R4

R2

18 k

100 F

VEE = 0 V

2.3.2 Beban DC
Garis beban DC muncul pada kurva karakteristik BJT karena adanya
beban DC yaitu beban yang muncul hanya dari pengaruh arus DC (arus dari
catu daya Vcc). Perlu diingat kapasitor pada arus DC sebagai komponen
bereaktansi tak terhingga () sehingga tidak ada arus DC yang melalui
kapasitor ini.

C2

R3

R1

C1

Out

VCC
In

Beban DC pada sistem penguat disamping adalah R3 dan R4. Garis beban DC dari penguat ini diperlihatkan
dalam Gambar 2.20

C3
R2

R4

Gambar 2.20 Penguat satu tingkat

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


45

GARIS BEBAN DC

Titik
beban
menginformasikan
hubungan VCE dan IC saat tidak ada
sunyal AC dari luar. Titik ini berada
disekitar pertengahan garis beban
DC agar sistem penguat bersifat
linear sehingga sinyal output tidak
cacat. Kelemahan dari titik beban
ditengah adalah adanya arus IC dan
VCE saat tidak ada sinyal input AC
sehingga daya yang hilang besar.

IC
IC= VCC/ (R3+R4)

DAERAH AKTIF

DAERAH SAT.

TITIK BEBAN (Q)

IB

DAERAH Cut Off (IB=0).

DOC HDBEng

V CE = VCC

VCE /2

VCE

Gambar 2.21 Garis beban DC

2.4 SINYAL OUTPUT MAKSIMUM


Sinyal OUTPUT maksimum sangat ditentukan oleh besarnya catu daya
DC penguat. Untuk rangkaian di atas, sinyal output AC p-p maksimum
sebesar 25 volt (kondisi ideal), namun karena adannya tegangan VCE
transistor maka besarnya sinyal output pada beban selalu lebih kecil dari
nilai tersebut.
Keberadaan beban RL dan sinyal input menyebabkan munculnya garis beban
AC. Garis beban AC ditentukan oleh besarnya beban AC sedangkan garis
beban DC ditentukan oleh beban DC.
Beban DC adalah beban yang hanya disebabkan arus DC sedangkan beban
AC adalah beban yang disebabkan arus AC,
Beban DC = R3 + R4
C2

R3

R1

Beban AC = R3 // RL atau
C

C1

Out

B
RL

In

VCC

E
C3
R2

R4

Beban AC dan beban DC akan


menghasilkan garis beban DC dan garis
beban AC

Gambar 2.22 Penguat dengan bebanRL

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


46

IC

Garis beban DC ditentukan oleh dua


titik VCE sama dengan nol sehingga
IC maksimum dan titik VCE = VCC
dengan demikian garis beban DC
menggambarkan hubungan antara
IC terhadap VCE yang terjadi . Sekali
lagi nilai IC sangat ditentukan oleh
IB, IC = hFE x IB .

DAERAH AKTIF

DAERAH SAT.

Imax

GA

IB
RI
SB

EB

AN

DC

DOC HDBEng

DAERAH Cut Off (IB=0).

VCE = VCC

VCE

Gambar 2.23 Garis beban AC


IC
GARIS BEBAN AC, DC, DAN TITIK
KERJA TRANSISTOR Q
R
GA

VCC/RAC

DAERAH AKTIF

IS
BE
BA

VCC/RDC

DAERAH SAT.

AC

ICQ

IB

Q
GA
R

IS
B

EB

AN

DC

DOC HDBEng

DAERAH Cut Off (IB=0).

VCEQ

VCE = VCC

VCE

Vout

Gambar 2.24 di samping memperlihatkan peran garis beban


AC pada sinyal input dan sinyal
output. Sinyal output AC akan
terjadi jika ada sinyal input AC
dari
luar
sistem
penguat.
Terlihat bahwa sinyal output AC
selalu lebih kecil dari VCC untuk
rangkaian penguat tersebut.
Jika sinyal input yang diberikan
terlalu besar akan menyebabkan sinyal output AC menjadi cacat.

Gambar 2.24 sinyal input & output

2.5 PENGUAT IDEAL


Karakteristik terpenting sebuah penguat adalah penguatan (gain) yang
biasanya berarti penguatan tegangan. Untuk penguat ideal (Bhisop, 1998)
1. Pengatan tegangan(Av) dan penguatan Arus (Ai) tetap
berapapun nilai tegangan input (Vin) dan arus input (Iin).
BAHAN AJAR

untuk

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


47

2. Gain tidak terpengaruh frekuensi, sinyal untuk semua rentang


frekuensi dikuatkan dengan jumlah yang sama.
3. Penguat tidak menambahkan noise, jika memungkinkan mengurang
kan atau menghilangkan noise yang ada si sinyal.
4. Kinerja penguat tidak dipengaruhi suhu sekitar.
5. Stabil.
2.6 KONFIGURASI PENGUAT

Ada tiga model sistem penguat yaitu penguat common base (CB), common
cellector (CC), dan common emitor (CE). Arti CB adalah basis dipakai bersama
atau basis digroundingkan demikian juga untuk CC dan CE. Tetapi pemahaman di
atas dapat dikembangkan

Port sisi input

V supply

Port sisi out put

Gambar 2.25

yaitu
CB artinya terminal
Emitor BJT sebagai sisi input
dan
kolektor
sebagai
sisi
output, CE
artinya terminal
Basis BJT sebagai sisi input dan
kolektor sebagai sisi output,
dan CC artinya terminal Basis
BJT sebagai sisi input dan
Emitor sebagai sisi output

2.6.1 Contoh dari CB, CC, dan CE


.
Gambar disamping memperlihatkan basis digroundingkan melalui C1, sehingga terminal
basis dipakai bersama oleh terminal input dan
output. Selain itu terminal input dihubungkan
ke E melalui C3 dan terminal output disambungkan ke C melalui C2 maka rangkaian
tersebut adalah CB
Gambar 2.26 Common Basis
R3

R1

C2

Out

VCC

C3

C1

In

R2

R4

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


48

Jelaskan Gambar disamping !


C2

R3

R1

C1

Out

VCC
In

E
C3
R4

R2

Gambar 2.27 Penguat CE

Jelaskan Gambar disamping !


R3

R1

C2

C1

VCC
In

E
C3

Out

R4

R2

Gambar 2.28 Penguat CC

R-2

R-1

Dengan bantuan C1,C2 dan C3 buatlah model penguat CB, CC dan


CE !

C
B

R-3

Gambar 2.29 Penguat sederhana

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


49

Dengan bantuan C1,C2 dan C3 buatlah model penguat CB, CC dan


CE !

R1

R2

C
B

R3

Gambar 2.30 Penguat dengan umpan balik


2.6.2 Rangkaian Ekivalen Sistem Penguat
Rangkaian ekivalen sistem penguat sangat ditentukan oleh model
penguat khususnya BJT. Rangkaian ekivalen BJT adalah sebagai berikut
B

Rbb

Rbc

re

ro
Ib.

E
E
Gambar 2.31 Model rangkaian ekivalen BJT sinyal kecil
frekuensi menengah (sumber: Smith, 1986:16)

Rbb adalah resistansi antara terminal basis dan persambungan basis yang
bernilai antara 10-50 ohm, resistansi basis kolektor Rbc bernilai tinggi
dalam satuan megaohm karena persambungan basis kolektor terbias balik,
sedangkan re adalah resistansi persambungan antara basis emitor yang
nilainya berbanding terbalik dengan aris DC kolektor IC (Smith,1986),

Keterangan:

adalah penguatan arus basis ke kolektor transistor


IC adalah arus bias DC di kolektor
q adalah muatan pada elektron.
k adalah tetapan Boltzmann.
T adalah temperatur (kalvin)

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


50

Penyederhanaan rangkaian ekivalen BJT menurut Boylestad(1986) untuk CB,


CE dan CC adalah sebagai berikut
E
Ib

Ie

re

re

ro

ro

Ie. a

Ib.
E

Gambar 2.32 Model re CE dan CB


(sumber: Boylestad, 1995)
Selain model re model hibrid h juga sering digunakan

Ib

hie

Ie

hib

hoe

Ie hfb
hob

Ib. hfe
E

Gambar 2.33 Model hibrid h untuk CE dan CB


(sumber: Boylestad, 1995)
Setelah
mengetahui rangkaian ekivalen BJT model re atau hibrid h,
rangkaian ekivalen sistem penguat dapat dibuat dengan menggunakan
prinsip teori thevenin yaitu semua sumber tegangan dapat dihubung singkat
dan sumber arus dihubung buka.

R3

R1

Out
C2

C1

VCC
In

E
C3
R2

R4

Gambar 2.34 Penguat CE

Langkah pertama adalah menghubung


singkatkan sumber tegangan VCC sehingga
R1 dan R2 terlihat paralel. Kapasitor C1, C2
dan C3 bereaktansi reandah sehingga dpt
dianggap hubung singkat. Dengan demikian
R4 paralel dengan 0 ohm dan emitor
terhubing langsung dengan ground. BJT CE
model re

Sehingga rangkaian ekivalennya sebagai berikut;

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


51

Ib

re
R1

Rin = R1//R2//re

Vout = - Ib x R3

ro

, Rout = R3 // ro = R3
,

Vin = Ib x re

Ib.

R2

AV = Vout/Vin = - R3/re

R3
E

E
Ie

AI = Iout/Iin = Ib/Ib =

Rout

Rin

Gambar 2.35 Rangkaian ekivalen CE


Keterangan:
Rin adalah resistansi input penguat ().
Rout adalah resistansi output penguat ).
Av
adalah penguatan tegangan (tanpa satuan).
AI
adalah penguatan arus (tanpa satuan)
Rumus penguatan tegangan diatas menunjukkan bahwa nilai penguatan
berbanding lurus dengan resistansi R3. Bila beban dengan resistansi RL
dipasang, besarnya penguatan tegangan sangat ditentukan nilai RL ini,
karena biasanya RL bernilai lebih rendah dari R3 (dalam hal ini R3 dan RL
terhubung paralel) sebagaimana diperlihatkan Gambar .... dengan demikian
nilai penguatan tegangan akan turun. Perlu diperhatikan bahwa sinyal
output yang dihasilkan tidak boleh cacat
Model Common Base

C2

R3

R1

C1

Out

B
RL

In

E
C3
R2

R4

VCC

Model CB artinya input diberikan pada


kaki emotor dan output pada kaki
kolektor dan basis di ground kan
seperti ditunjukkan dalam Gambar......
Cara pembiasan BJT sama dengan
model CE sehingga arus yang mengalir
pada kaki kolektor untuk CB sama
dengan CE.

Gambar 2.36 CE dengan beban RL

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


52

R3

R1

C2

E
C

RL

re

VCC
C3

Ie

Out

Ie a
ro

R4

C1

RL

In
R2

R4

Rout

Rin

Gambar 2.37 Penguat model CB dan rangkaian ekivalennya


Dengan menggunakan konsep yang sama dengan CE, jabarkan perumusan
Rin, Rout, Av dan Ai !

LATIHAN-LATIHAN
1. Mengacu gambar di bawah (gambar 1.34), tentukan nilai Rin, Rout, Av
dan Ai

10k

39k

C2

C1

Out

=100
1k

In

24V

E
C3
3,9k

1,5k

2. Jika penguat soal nomor 1 digunakan pada frekuensi terendah 300 Hz,
tentukan nilai C1, C2 dan C3 yang sesuai.
3. Jika kapasior C3 dilepas, hitung Rin, Rout, Av dan Ai penguat.
BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


53

4. Tanpa merubah rangkaian dan nilai-nilai komponen,


rangkaian soal nomor satu menjadi Common Base (CB)
5. Hitung Rin, Rout, Av dan Ai untuk rangkaian soal nomor 4.
6. Tanpa merubah rangkaian dan nilai-nilai komponen,
rangkaian soal nomor satu menjadi Common Collector (CC)

ubahlah
ubahlah

2.7 PENGUAT BERTINGKAT


Penguat bertingkat diperlukan jika penguatan sinyal atau daya yang
dikeluarkan penguat belum sesuai dengan yang diingikan. Untuk memperoleh daya, misal 5 watt, sudah tentu diperlukan lebih dari satu tingkat
penguat.
VCC
C
PENGUAT
DEPAN
MIKROPHONE

C
PENGUAT
PENGGER
AK

PENGUAT
AKHIR

BEBAN

Gambar 2.39 Diagram penguat bertingkat


Masing-masing penguat mempunyai tugas yang unik. Penguat depan
fungsinya menguatkan sinyal yang dikeluarkan sumber sinyal yang biasanya
sinyal kecil sehingga penguat depan harus mampu memberikan penguatan
tegangan yang cukup tinggi. Selain penguatan tegangan cukup tinggi,
penguat depan harus menghasilkan noise rendah sehingga akan
memperbaiki kinerja penguat secara keseluruhan. Pengaruh gain terhadap
kinerja akan dibahas di semester II.
Penguat penggerak harus mampu menghasilkan sinyal output yang
cukup untuk dikuatkan penguat akhir sehingga penguat tersebut
mengeluarkan daya yang diinginkan. Gambar 2.40 memperlihatkan contoh
penguat bertingkat sederhana

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


54

Gambar 2.40 Contoh Penguat bertingkat


Latihan
Berdasar gambar 2.41, 1) hitung arus DC yang mengalir pada masingmasing transistor, 2) Penguatan tegangan total, 3) resistansi input
penguat, 4) resistansi output penguat
VCC = +9 V

18k

R-1

C1

AC In

R-3

1k

R-5

C
Q-1
2N6004

R-7

33k

C2

25 F

C
Q-2
2N2102

C4

AC
Out

25 F

25 F

8,2 k

500

R-2

470

C3

R-6

R-4

10 k

R-8

C5

100

100 F

100 F

Gambar 2.41 Sistem sistem penguat bertingkat


Sumber:(Zbar, Malvino, Miller, 1990)

BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


55

2.8 PENGUAT AKHIR


Penguat akhir adalah penguat yang langsung berhubungan dengan
beban. Dengan demikian tugas penguat akhir adalah harus menghasilkan
daya sesuai yang diinginkan, menghasilkan gelombang output yang tidak
cacat, berefisiensi tinggi dan secara sistem tidak menguatkan noise yang
berasal dari sistem penguat tersebut. Untuk sistem audio, beban yang
tersebut di atas adalah loudspreaker sedangkan untuk sistem penguar
frekuensi radio, beban yang dimaksud umumnya adalah antena.
Ada banyak jenis penguat akhir berdasarkan kelas bias, diantaranya
kelas A, kelas AB, kelas B, Kelas C dan lainnya. Pembahasan penguat akhir
akan diperdalam pada BAB III
2.9 BIAS TRANSISTOR DENGAN BOOTSTRAP
Pada aplikasi tertentu, kadang diperlukan sistem penguat dengan
resistansi input yang tinggi. Rangkaian bias yang telah kita pelajari belum
memberikan resistansi input yang tinggi karena adanya kendala pada
resistansi paralel R1 dan R2 pada 2.32. Untuk memperbesar resistansi input
perlu ditambahkan komponen resistor dan kapasitor seperti diperliharkan
dalam Gambar 2.34. Fungsi kapasitor adalah untuk menjadikan tegangan
pada resistor 3 bernilai sama sehingga arus yang mengalir pada resistor ini
mendekati 0 A. Dengan demikian tegangan AC pada basis dan emitor
bernilai hampir sama.
VCC = +20 V

RC

R1

C3

AC
Out

C1

AC In
R3

E
C2

R2

RE

Gambar 2.42 Bias dengan bootstraping


Fungsi dasar C2 adalah melalukan sinyal AC dan mengeblok sinyal DC.
Analisa AC memperlihatkan R1 dan R2 terhubung paralel dan akan
terhubung seri dengan R3. Dengan asumsi reaktansi kapasitif XC2 bernilai
kecil maka tegangan pada kedua kaki resistorR3 sama sehingga arus AC
yang mengalir ke resistor mendekati NOL ampere. Akibatnya nilai resistansi
BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


56

R3 akan menjadi besar sehingga eksistansi reristor paralel R2 dan R3 tidak


akan mempengaruhi nilai resistansi input penguat secara signifikan.
Ketika tidak ada rangkaian bootstrap
[

Ketika dipasang bootstrap,


[

Karena AV mendekati satu maka R3 >>> R3


Penguatan tegangan
2.10 PASANGAN DARLINGTON
Tujuan penggunaan pasangan darlington adalah untuk memperoleh
penguatan arus yang lebih besar. Dalam Gambar 2.35, Q2 harus mempunyai
kemampuan mengalirkan kuat arus yang lebih besar dibanding Q1. Dengan
menggunakan konsep yang sudah saudara pelajari, buktikan babwa
oenguatan arus pasangan darlingtan adalah hasil kali dari penguatan arus
masing-masing transistor.

Gambar 2.43 Pasangan Darlington


Dari Gambar 2.43, jabarkan kalau penguatan arus total sama dengan
perkalian dari penguatan arus masing-masing transistor.
BAHAN AJAR

KOMPONEN & RANGKAIAN ELEKTRONIKA


57

Anda mungkin juga menyukai