Anda di halaman 1dari 106

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

PRAKTIKUM 1 Karakteristik Transistor

A. Tujuan 1. Mahasiswa mengerti struktur dan simbol pada transistor 2. Mahasiswa mampu memahami karakteristik dari transistor 3. Mahasiswa mempelajari untuk menentukan kualitas dari transistor dengan menggunakan instrumen

B. Dasar Teori (1) Struktur dan karakteristik dari transistor 1. Struktur dari transistor Sebuah transistor dapat dibedakan dalam 2 tipe utama tipe PNP dan NPN . Struktur diagramnya ditunjukkan pada gambar 5.1(a)(b). E(Emittor), B(Basis) dan C(Colector) berturut turut di gambarkan dalam tiga sambungan transistor.

Gambar 5.2 (a) (b) (c) (d) Metode Bias untuk Transistor NPN

Gambar 5.3 Metode Bias untuk Transistor PNP 2. Karakteristik dari transistor

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.2(a). Jika forward bias (P dan N terhubung pada muatan kutub positif dan negatif) diaplikasikan pada jarak lintas sambungan dari E B jadi Vbe akan mencapai tegangan cut in (0.6 v untuk silikon, dan 0.2v untuk germanium), sebuah arus forward Ib akan dibangkitkan diantara E-B . Seperti ditunjukkan pada gambar 5.2(b), jika reverse bias (P dan N terhubung pada muatan kutub negatif dan positif ) diaplikasikan pada sambungan E-B , tidak ada arus yang akan mengalir melewati B C (sebuah kebocoran arus reverse sangat kecil jadi dapat diabaikan), dan arus Ic yang mengalir melewati C tidak memiliki nilai . Jika 5.2(a)( b) digabungkan seperti gambar 5.2(c) atau (d) , meskipun keaslian reverse bias antara B C (seperti ditunjukkan pada gambar 5.2(d), Vcb = Vcc Vbe , Vcc >> Vbe, Vcb juga merupakan bias pembalikan ), sebuah arus Ic yang signifikan akan dibangkitkan yang disebabkan oleh konduksi forward dari Vbe. Persamaan Ic = Ib ( adalah faktor penguatan arus) menggambarkan hubungan antar Ic dan Ib . Mengapa Ib memiliki nilai yang jauh lebih kecil dari Ic? Karena basis dari transistor sangat sempit dan sangat rendah dari pembersihan muatan kotor . Vbe akan membawa elektron pada E (tipe NPN) untuk memasuki B . B sangatlah sempit hanya bagian kecil dari elektron mengkombinasi dengan lubang dan akan menuju ke arah B , sedangkan sebagian besar elektron akan menuju kearah persilangan B-C. Ini merupakan fenomena pada dengan tegangan yang lebih tinggi (Vbc atau Vcc) diaplikasikan dalam C yang akan membangkitkan kwantitas yang signifikan dari Ic. Seperti pada gambar 5.2 (c) (d) , kita dapat melihat bahwa Ie = Ib+Ic . Dengan cara sama , jika bias ditunjukkan pada gambar 5.3 yang diaplikasikan pada PNP transistor , transistor ini akan berfungsi seperti transistor NPN . Hubungan antar Ie , Ib dan Ic : 1. Ic = Ib , 2. Ie = Ib +Ic Persimpangan Emittor E P Emittor N P Kolektor Persimpangan Kolektor C

B Basis (a) E N P N C

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(2) Simbol dan Rangkaian Dasar Transistor 1) Simbol :

Gambar 5.4 Simbol dari Transistor Gambar 5.4 menunjukkan simbol dari transistor yang memiliki beberapa arti : 1) Digunakan untuk membedakan antara NPN dan PNP , dimana anak panah yang menunjukkan arah keluar menunjukkan bahwa transistor tipe NPN , dan anak panah yang menuju kedalam menunjukkan bahwa transistor tipe PNP. 2) E memiliki panah , tetapi C tidak memiliki panah. 3) Panah digunakan untuk menunujukkan arah arus. 2) Rangkaian Dasar Bias dasar dan arah arus dari tipe NPN dan PNP ditunjukkan pada gambar 5.5 (a) dan (b).

Gambar 5.5 3) Kurva karakteristik V-I dari transistor Transistor memiliki dua V I kurva karakteristik: 1) Input kurva karakteristik : digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara Vbe dan Ib 2) Output kurva karakteristik : digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara Ib, Vce dan Ic. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.6 , ketika Vbe melebihi 0.6v , Ib akan menunjukkan kenaikan arus . Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.7,1. Ib = 0A , Ic = 0 2. Ib = 10A ,Ic = mA(Vce = 15v)

(a) Karakteristik Kurva input Gambar 5.6

(b) Karakteristik Kurva Output Gambar 5.7

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


C. Peralatan (1) KL 200 Linear Circuit Lab. (2) Module Percobaan: KL 23002. (3) Instrumen Percobaan : 1. Multimeter atau digital multimeter . 2. Oscilloscope. 3. Signal Generator. (4) Alat : Basic hand tolls. (5) Materi : KL 23002. D. Prosedur Percobaan Percobaan Pertama (5-1): Percobaan untuk karakteristik dari transistor pengukuran Ie,Ib dan Ic. 5-1-1 5-1-1-1 Prosedur Percobaan :

(1) Pertama siapkan module KL 23002 pada KL 200 Linear Circuit Lab , kemudian letakkan pada blok bertanda 23001 block a. (2) a. Masukkan rangkaian pendek jepitan seperti pada gambar 5-1(a) dan rangkaian pendek jepitan atur seperti diagram 23002 block a.1. b. Hubungkan ammeter untuk mengukur Ib , Ic dan Ie . Jika ammeter tidak cukup tersedia , maka ammeter yang belum mengukur dapat dihubungkan pada rangkaian pendek jepitan. c. Atur VR3 (VR 10K) sampai Ic = 3mA dan Ic bernilai maksimum (Ic(sat)). d. Lihat Ib , Ic dan Ie , kemudian catat hasilnya

5-1-1-2 Hasil Percobaan : Catat Pada Tabel 5 -1 .

Gambar 5 -1 (a) Ic 3mA Ic(sat) Ib

Gambar 23002-block a.1 Ie = Ic/Ib

Tabel 5 -1 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 4

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Percobaan kedua(5-2) : Percobaan untuk karakteristik dari transistor NPN. 5-2-1 Pengukuran untuk Ie , Ib dan Ic 5-2-1-1 Prosedur Percobaan : (1) Masukkan rangkaian pendek jepitan seperti pada gambar 5-2 (a) dan diagram rangkaian pendek jepitan 23002 blok a.2. (2) Ulangi percobaan pertama , langkah (2) b,c dan d. 5-2-2 Pengukuran dan pembuatan kurva karakteristik transistor 5-2-2-1 Prosedur Percobaan : (1) Masukkan rangkaian pendek jepitan seperti pada gambar 5-2 (b) dan diagram rangkaian pendek jepitan 23002 blok a.3 (2) Atur VR2 (VR10K) hingga Ib = 0A (3) Atur VR1(VR1K) hingga Vce bernilai 0.1 v -> 0.3 v -> 0.5v->0.7v->1.0v->2.0v ---- ------>3.0>4.0->5.0 , dan akan secepatnya bernilai sama dengan Vcc. Catat setiap nilai dari IC 5-3 (g) .

(4) Atur VR2 untuk hingga Ib memiliki nilai seperti pada Tabel 5-3 langkah (3) untuk mengukur Vce dan Ic . Catat hasil dari T 53

(5) Seperti kurva karakteristik output , menggunakan data yang ditunjukkan pada Tabel 5-3 buatlah kurva karakteristik pada gambar 5 -3.

Gambar 5 2(a) Ic 3mA Ic(sat) Ib

Gambar 23002 blok a.2. Ie =Ic/Ib

Tabel 5-2

Gambar 23002 block a.3

Gambar 5-2(b) 5

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


a) Ib = 0A 0.3v 0.5v 0.7v

Vce(v) Ic(mA)

0.1v

0.2v

1.0v

3v

5v

----

Vce(v) Ic(mA)

0.1v

0.2v

b) Ib=10A 0.3v 0.5v 0.7v

1.0v

3v

5v

----

Vce(v) Ic(mA)

0.1v

0.2v

c) Ib = 20A 0.3v 0.5v 0.7v

1.0v

3v

5v

----

Vce(v) Ic(mA)

0.1v

0.2v

d) Ib = 30A 0.3v 0.5v 0.7v

1.0v

3v

5v

----

Vce(v) Ic(mA)

0.1v

0.2v

e) Ib = 40A 0.3v 0.5v 0.7v

1.0v

3v

5v

----

f) Vce(v) Ic(mA) 0.1v 0.2v 0.3v

Ib = 50A 0.5v 0.7v

1.0v

3v

5v

----

Vce(v) Ic(mA)

0.1v

0.2v

g) Ib = 60A 0.3v 0.5v 0.7v

1.0v

3v

5v

----

Tabel 5 -3

Gambar 5-3 Pembuatan Vce Kurva Ic

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

PRAKTIKUM 2 Rangkaian Amplifier Pada Transistor

A. Tujuan 1. Mahasiswa mampu memahami karakteristik dasar dari rangkaian amplifier (penguat) 2. Mahasiswa mampu memahami maksud dari tiga jenis yang digunakan pada transistor 3. Mahasiswa mampu memahami penggunaan transistor

B. 1. a.

Dasar teori Istilah Baru : Penguat CE : CE adalah singkatan dari common emitter. Rangkaiannya disebut rangkaian penguat common-emitter.

b.

Penguat CC : CC adalah singkatan dari common collector. Rangkaiannya disebut rangkaian penguat common-collector.

c.

Penguat CB : CB adalah singkatan dari common base. Rangkaiannya disebut rangkaian penguat common-base.

d.

Saturasi Ketika arus input (Ib) dari transistor naik tetapi arus output tidak naik, CE pada transistor menjadi mirip dengan rangkaian tertutup. Nilai dari Ic akan ditentukan oleh Vcc dan hambatan rangkaian output.

e.

Cutoff Arus input pada transistor adalah nol, arus outputnya juga nol. Dengan kata lain, dua terminal dari CE tidak bekerja, dan menjadi mirip dengan rangkaian terbuka.

f.

Region Aktif Penggunaan dari transistor bukan di daerah saturasi maupun daerah cutoff.

g.

Bias DC Tegangan atau arus DC dibutuhkan untuk transistor untuk operasi saturasi, cutoff, dan daerah aktif.

h. i. j. k. l.

hfe hfb hie hib hre

: Faktor penguat arus pada pengaturan CE (sinyal rendah) : Faktor penguat arus pada pengaturan CB (sinyal rendah) : Impedansi pada CE : Impedansi pada CB : Rasio tegangan reverse pada CE : Rasio tegangan reverse pada CB : Alih-hantaran output pada CE : Alih-hantaran output pada CB

m. hrb n. o. hoe hob

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


2. Prinsip Dasar : Tergantung pada status grounding, pada rangkaian penguatan dasar pada transistor dapat dikelompokkan menjadi tiga konfigurasi berikut : a) Penguat CE b) Penguat CC c) Penguat CB

Di antara ketiganya konfigurasi CE adalah yang paling sering digunakan dan akan ditunjukkan berikut ini : 1) Penguat CE Rangkaian dasar pada penguat CE ditampilkan pada gambar 6.1, dimana di gambar itu sinyal input dan output memiliki E yang sama. Dengan kata lain, E digunakan sebagai titik co o y s y s ro s r s s or E s r y

digunakan sebagai common terminal pada rangkaian, dan berbeda dari ro

rangkaian listrik. Pada rangkaian sesungguhnya, keberadaan dari Vbb dan Vcc tidak ekonomis dan tidak praktis. Satu power supply Vcc biasanya disediakan untuk Ib dan Ic. Sebuah rangkaian khusus ditampilkan pada gambar 6.2.

Gambar 6.1 Susunan bias dari konfigurasi CE

Gambar 6.2 Susunan bias konfigurasi CE menggunakan Single Power Supply

1) Susunan bias pada penguatan CE : 1.1. Rangkaian bias tetap 1.2. R B s DC rh j s s f-bias)

Untuk meningkatkan stabilitas pada rangkaian, rangkaian bias di atas telah ditingkatkan menjadi : rangkaian bias fix dengan hambatan emitter; rangkaian bias dan collector-feedback. Prinsip dasar untuk susunan bias pada umumnya ditunjukkan sebagai berikut : A. Rangkaian Bias Fix (Tetap) a. C r (1) (2) (3) rs DC =

s DC S =

r = 100A

r62

= 50

Ib =

Ic = I = 50 x 100 A = 5000 A = 5 mA Vvce = Vcc IcRc = 10 V 5 A 1K = 5 V

Hasil perhitungan di atas dapat ditampilkan dalam kurva karakte-ristik output seperti berikut : Garis yang terhubung antara koordinat (0,Vcc/Rc) dan (Vcc,0) disebut garis beban.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Gambar 6.3 (4) Q: adalah titik kerja

(5) Ketika transistor pada rangkaian ini mengalami saturasi, maka Ic = Vcc / Rc dan Vce = 0 (titik A). Ketika transistor pada kondisi cut-off maka Ic = 0 dan Vce = 12V = Vcc (titik B) (6) Titik kerja pada rangkaian ini di-set pada Ic = 5,7 mA dan Vce = 6,3 V. Lalu, transistor bekerja pada region aktif. b. Keadaan kerja dengan sinyal input AC 1)Dari garis beban DC kita dapat mencari nilai maksimum Vo (= Vce) yaitu sama dengan Vcc (= 12V), dan nilai minimum Vo adalah 0V, dengan variasi antara 0 12V. Dengan kata v r s r Vo Vo r 0V 12V, terlepas dari variasi sinyal input. r s s or = 50 r s AC 50A

2)Seperti pada gambar 6.2, Rc = 1K R = 100K

dialirkan ke terminal input. Seperti pada gambar 6.3, setelah garis beban DC ditentukan, kita dapat mengetahui bahwa Ib pada titik Q adalah 100A. Variasi pada arus input ada di antara 50A dan 150A. Jika Ib = 50A, Ic = x I = 50 x 50A = 2,5mA Vce = Vcc Ic x Rc = 10V 2 5 A x 1K = 7 5V Jika Ib = 150A, Ic = x I = 50 x 150A = 7,5mA Vce = Vcc Ic x Rc = 10V 7,5mA x 1K = 2 5V Relasi antara Vo (Vce) dan Ic yang berhubungan dengan Ib ditampilkan pada gambar 6.4

Gambar 6.4 Relasi antara Vo (Vce) dan hubungan Ic dengan Ib

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


c. Efek bias DC (titik Q) pada rangkaian penguat a) Rangkaian bias DC pada rangkaian transistor dirancang sesuai dengan kelas penguatan (kelas A, B, AB, dan C) pada transistor. Letak titik Q pada tiap kelas penguatan secara berurutan ditampilkan pada gambar 6.5

Gambar 6.5 (a) dan (b) Ciri Kurva Input dan operasi titik Di antaranya, Kelas A : Kelas B : Kelas C : Titik kerja terletak di bagian titik tengah garis lurus pada kurva karakteristik Titik kerja terletak di titik cut-off dimana Vbe = 0 Titik kerja terletak di bawah titik cut-off, dan Vbe negatif

Kelas AB : Titik kerja terletak di antara Kelas A dan Kelas B b) Letak dari titik kerja akan menentukan nilai maksimum tegangan output. Titik kerja sebaiknya dirancang menyesuaikan dengan kekuatan sinyal input Ib, seperti pada gambar 6.6. Pada gambar 6.6, ditampilkan : (a) Untuk rangkaian dengan sinyal input lebih besar, titik kerja sebaiknya dirancang di titik tengah pada garis beban (Vce = Vcc) seperti pada gambar 6.6(a) (b) Jika sinyal input lebih kecil, titik kerja dapat dirancang pada bagian atas seperti pada gambar 6.6(b), atau bagian bawah seperti pada gambar 6.6(c). (c) Jika titik kerja tidak dirancang pada titik tengah garis beban, gelombang output akan membuat distorsi seperti yang terlihat pada gambar 6.7(a) atau (b) ketika sinyal input lebih besar, dimana puncaknya akan terpotong saat distorsi ini. (d) Walaupun titik kerja dirancang pada titik tengah garis beban, distorsi yang memotong kedua puncak setengah-gelombang positif dan negatif akan terjadi seperti pada gambar 6.8 ketika sinyal input sangat tinggi. Satu-satunya cara untuk menghi-langkan distorsi dengan menaikkan Vcc, dapat dilihat pada gambar 6.8.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

10

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Maksimum Vop = 1/2 Vcc (a) Kemungkinan Vo maksimum

Gambar 6.6

(a) Distorsi yang disebabkan oleh cut off

(b) Distorsi yang disebabkan oleh saturasi

Gambar 6.7 Distorsi yang disebabkan oleh operating point yang tidak memadai

Gambar 6.8 Distorsi yang diakibatkan oleh input tegangan yang terlalu banyak POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 11

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


d. Kekurangan pada rangkaian bias tetap Titik operasi ( Vce, Ic) dari rangkaian bias tetap akan tergantung pada besaran Ic = xI Vce = Vcc-Ic Rc B s r rv r s j r s s or y r J r

transistor digunakan (walaupun tipe nomer transistor mungkin sama dan di produksi oleh r y s j s r o h s s or r s o s o r s

rv r s

Status operasi rangkaian secara keseleruhan tidak akan sesuai dengan desain asli. Selanjutnya, gelombang output akan di distorsi, dan arus yang diam akan lebih lebar, yang mungkin transistor menjadi terbakar.

B. Rangkaian bias DC independen dari nilai Setelah desain rangkaian telah lengkap, daerah operasi akan tetap dan tidak akan bergeser akibat perbedaan nilai S mengunci titik operasi, ra r r j s r s y r rs s c rc s c r oo s

s f-

Contoh : Seperti ditunjukkan pada Gambar 6.9 menyelidiki Ic, Vce

Gambar 6.9 Solusi : Rangkaian setara Gambar 6.9 ditunjukkan dalam Gambar 6.10

Gambar 6.10 Menurut Teorema Thevenin,

Menurut Teorema Thevenin,

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

12

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Dari Gambar 6.10, kita dapat memperoleh Vbb = Ib x Rbb + Vbe + Ie x Re = Ib x Rbb +Vbe+Ib(1 + ) Re = Ib (Rbb + (1 + ) Re) + Vbe ( Q { ( ) ) ( ( ) )

Untuk penafsiran :

Kita dapat mengambil perkiraan Ic = 1.5 mA ( nilai belum dipertimbangkan). Ketika nilai dipertimbangkan, Ic = 1.38 mA ( jika Re lebih luas, dua solusi diatas akan lebih diperiksa). Rangkaian ini biasa disebut Rangkaian bias independen dari nilai . Titik operasi rangkaian bias tidak akan bisa diubah berkat perbedaan transistor. C. Collector-Rangkaian bias umpan balik Collector-Rangkaian bias umpan balik ditunjukkan pada gambar 6.11. kita kan menganalisa rangkaian berikut : Menurut hukum tegangan Kirchhoff, kita bisa mendapatkan ( ) ( ) ( )

Gambar 6.11 Collector-Rangkaian bias umpan balik Contoh :

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

13

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.11, Vcc = 12, Rc = 10K, Rb = 500K, = 50, temukan Ic, Vce Solusi : 1. 2. 3. , 1. 2. 3.

Diantara perbedaan nilai , lokasi titik operasi perbedaannya tidak jelas. Membandingkan dengan rangkaian bias-fixed collector-rangkaian bias umpan balik stabil secara signifikan. Jika = 50, Ib=12A;jika = 100, Ib akan menurun hingga 8A. Seperti pada rangkaian ini akan berfungsi secara otomatis ketika di atur, Ic tidak akan r s c r s f r y rv r s

2) Analisa rangkaian AC untuk penguat CE Rangkain yang ditunjukkan pada gambar 6.12(a), dan itu setara dengan yang ditunjukkan pada gambar 6.13(b)(c). Hitung Ai, Av, Zi dan Zo

Gambar 6.12

Rangkaian Ekuivalen Gambar.12(b) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 14

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Solusi : 1) Ai = Io/Ii Dari gambar 6.12(b) kita dapat menemukan I2=100Ib dan hfe=Ic/Ib

2)
( )

3) 4) (2) Penguat CC 1) Pengetahuan dasar tentang penguat CC Penguat CC ditunjukkan oleh gambar 6.13. Seperti Vcc dapat dilihat layaknya short-circuit dengan mengenai sinyal AC ( dari konsep teori superimposition), C adalah common terminal dari Vi dan Vo. Dengan kata lain, C dalah ground. Karena tegangan output terletak pada emitter yang mengikuti tegangan input, rangkaian ini juga disebut emitter-follower.

Gambar 6.13 2) Rancangan bias DC untuk penguat CC a. Emitter-Rangkaian bias umpan balik Emitter-Rangkaian bias umpan balik ditunjukkan oleh gambar 6.14 Daya tahan emitter Re dapat meningkat secara stabil pada rangkaian, sehingga bisa dianalisa sebagai berikut : ( ( ( Gambar 6.14 b. Rangkaian bias titik konstan POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 15 ) ) ( ) )

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Seperti yang ditunjukkan pada gambar 6.14, rangkain bias titik konstan adalah rangkain bias independen dari nilai ; Ie=Ve/Re Karena c s hr s s s

signifikan secara stabil 3) Analisa AC untuk penguat CC Rangkaian AC ekuivalen untuk rangkaian pada gambar 6.15(a) ditunjukkan pada gambar 6.15(b). Gambar 6.15(b) sama dengan Re // RL Karena ( ( D R =V /I ( ) ) ) ( )

Karena itu Impedansi input d. ( )

( ( ( ( )

) ) )

Karena Ri << (1+hfe) Rac, maka dari itu Av = 1, bue lebih kecil dari pada 1. e. Ai = (Ib + hfe Ib) / Ib = 1 + hfr Dari analisa diatas kita dapat memahami bahwa CC amplifier memiliki karateristik sebagai berikut : a. Zi sangatlah besar b. Av = 1 c. Ai dari CC amplifier sedikit lebih besar dari pada CE amplifier nya. Ai dari CC amplifier sama dengan 1+hfe. d. Zo sangatlah kecil. e. Vo sama dengan Vi. CC amplifier tidak dapat dipakai pada tegangan amplifikasi, namun cocok untuk pencocokan impedansi. CC amplifier adalah sesutau yang digunakan pada penerapan dari pada penguatan arus.

Gambar 6.15 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 16

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(3) CB Amplifier Sikuit dasar dari CB amplifier ditunjukkan pada Gambar 6.16. Sebagai dasar dari terminal pada lazimnya untuk kedua Vi dan Vo, sirkuit ini kemudian disebut common-base (CB) amplifier.

Gambar 6.16 1) DC bias yang di desain untuk CB amplifier

Seperti yang ditunjukkan pada Fig 6.17 (a), CB Nampak sbegai sikuit pedek untuk AC. Demikian nampaknya B di groundkan untuk Vi dan Vo. Analisa dari DC bias adalah sebagai berikut :

Sirkuit dari gambar 6.17 (a) juga dapat diekspresikan sebagai konfigurasi seperti pada gambar 6.17 9b) dibawah ini.

2) Anilisa AC untuk CB amplifier Sirkuit pada Gambar 6.18 (a) dapat pula diwakili dengan sikuit yang sama dengan Gambar 6-14 (b). Coba hitung Av, Ai, Zi dan Zo.

Gambar 6.18 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 17

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Solusi : Ai : Io = 5K x I2 / (5K + 20K) = 0.2 I2 I2 = hfb x Ie = hfb x Ii Io = 0.2 I2 = 0.2 hfb ii hib << 0.5K hfb = I2 / Ii

Ai = Io / Ii = 0.2 hfb = 0.2 hfb 0.2 (-0.98) = -0.196 Av = RL = Rc // RL = 50K/20K

Z : Z = R = h = 20 Zo : Zo | V =0 Rc = 5K Dari analisa diatas kita dapat menemukan beberapa karakteristik dari CB amplifier : Zi (input impedansi) adalah sangat kecil. Av (tegangan yang didapat) adalah sangat besar. Ai (arus yang didapat) hamper mendekati 1, dan tidak ada penguatan arus. Saat output sama dengan saat pada input. (4) Perbandingan Karakteristik Diantara Konfigurasi CE, CC dan CB Berdasarkan Percobaan yang telah didiskusikan pada Tabel (1), kita dapat menemukan bahwa : 1) Konfigurasi CE : tegangan yang didapat, arus yang didapat dan tenaga yang didapat seluruhnya bernilai tinggi; perbedaan keadaan antara input dan output dalah 180 derajat; dan konfigurasi ini digunakan pada kebanyakan penguat. 2) Konfigurasi CC : Konfigurasi ini memiliki input impedansi yang tinggi, output impedansi yanbg rendah; arus yang didapat tinggi, namun tidak ada tegangan yang didapat; konfigurasi ini hanya digunakan pada penyesuaian impedansi atau penguatan arus; dan keadaan output sama dengan input. 3) Konfigurasi CB : Konfigurasi ini memiliki input impedansi yang rendah, output impedansi yang tinggi; tegangan yang didapat tinggi, namun tidak ada arus yang didapat; keadaan input sama dengan input; dan konfigurasi ini biasanya digunakan pada penghubung pada sumber sinyal dengan ouput impedansi yang rendah sebagai penguat tegangan. (5) Transistor sebagai Switch Saata transistor digunakan sebagai switch, dia akan dioperasikan dalam dua mode : 1. Saturasi Vce (sat) = 0.2 V Ic=Vcc/Rc (CE dari transistor dalah arus pendek) 2. Cutoff Vce=Vcc Ic=0 (CE dari transistor adalah sirkuit terbuka) Output karakteristik kurvanya ditunjukkan pada Fig 6-5 (b). (6) Sirkuit Darlington POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

18

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Karakteristik sirkuit Darlington adalah sebagai berikut : 1. Arus yang didapat sangatlah besar. 2. Input impedansinya sangatlah besar Kita akan menganalisanya sebagai berikut : 1) Ar s y r sr r on ditunjukkan pada Gambar 6.19

Ic2 = 2 I 2 = 2 I 1 = 2 1+ 1 I 1 = 2 1 D P 2) rh s Ic2/I 1 = 1 2=100x50 = 5000 f h s r r r s r s s or

f c or 5000 s c r s

Input impedansi Zin dari dari sirkuit darlington

Seperti yang ditunjukkan pada gambar 6-20, jika kita membutuhkan 1A untuk Ie, Zi = ? Solusinya :

Penaksiran dari Zin : Z = R x 1 x 2 = 10 x 50 x 100 = 50 K Dari analisa diatas kita dapat menemukan bahwa : Arus yang didapat dan impedansi input dari surkuit darlington jauh lebih besar dari single transistor. Konfigurasi darlington dapat dibangun dengan 4 jenis yang terdapat pada Tabel 6.1. Untuk mendapatkan konfigurasi darlington, kamu dapat mendapatkannya secara komers r r s s or r o y r

single transistor sesuai dengan Tabel 6.1.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

19

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Tabel 6.1 Empat Konfigurasi dari Sirkuit Darlington (7) Gunakan transistor untuk mengendarai perlatan induktiv sebagai penyampai pesan, motor Saat transistor digunakan untuk mengendarai peralatan induktiv, kamu harus

mempertimbangkan jika arus yang melewati C selama saturasi dari transisr menyesuaikan diri pada kebutuhan tertentu, dan kamu seharunya juga mempertimbangkan jika tegangan yang ada selama C mencapai cutoff dari transistor akan melebihi Vceo yang mana transistor masih dapat menopangnya (Vceo : tegangan yang mana CE dapat menopang selama CE dari transistor berstatus terbuka). Seperti yang ditunjukkan pada Fig 6.20, dikarenakan tenaga dari reverse lectromotive akan dibangkitkan selama cutoff dari transistor dengan pengkutuban yang diindikasi pada jumlah ini, CE adan menopang 2 kali dari Vcc.

Gambar 6.20 Agar dapat menghilangkan arah gaya gerak listrik yang berlawanan yang dihasilkan oleh perangkat induktif, dioda dapat dihubungkan secara paralel di dua terminal kumparan ditampilkan dalam gambar 6.20. Sebagai rangkaian discharge untuk gaya gerak listrik terbalik. Vceo sehingga dapat menurun dan mencapai fungsi untuk perlindungan dari transistor. (8)Pengganti bias dari transistor

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

20

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(a) Rangkaian pengganti Ico (b) Rangkaian pengganti Vbe

(c) Rangkaian pengganti thermistor Gambar 6.21 Rangkaian Pengganti Suhu Penjelasan a) Ico Pengganti Diode dan transistor pada gambar 6.21 terbuat dari bahan yang sama dan Ico akan berubah-ubah ketika suhunya berubah Ib = I Io , Ic = I + 1+ Ico Ic = I Io + Ico Ic = I h s b.) + 1 = Io = Ico of Ico

Rangkaian Compensation Vbe - Ib = , Vbe akan berkurang 2.5 mV untuk tiap 1C dari kenaikan suhu.

Oleh karena itu, saat Vbe berkurang, Vf akan berkurang juga, dan Ib, Ic akan tetapi konstan. c.) S Rangkaian Thermistor Compesation s h Ic r h R r r S r V I Ic

suhu juga akan berkurang pula. C. Peralatan

(1) KL-200 Linear Circuit Lab (2) Module Percobaan : KL 23003. (3) Instrumen Percobaan : 1. Multimeter atau digital multimeter . 2. Oscilloscope. (4) Alat : Basic hand tools. (5) Materi : KL 23003.

D.

Prosedur percobaan

Percobaan pertama (6-1) : percobaan pada penguat CE POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

21

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


6-1-1 Percobaan untuk fixed bias :

6-1-1-1 Prosedur Percobaan

(3) Pertama siapkan modul KL 23003 pada KL-200 Linear Circuit Lab, kemudian letakkan pada blok bertanda 23003 block a. (4) a. Masukkan rangkaian pendek jepitan seperti pada gambar 6-22 (a) dan rangkaian pendek jepitan atur seperti diagram 23003-block a.1 , hubungkan ke DC +12V tetapi tidak menghubungkan ke masukan . b. Hubungkan ammeter untuk mengukur Ib, Ic . c. Atur VR4 (1 M) sehingga Ib = 0 A, kemudian catat nilai Ic . Atur VR4 (1 M) sehingga Ic mencapai nilai maksimal (Ic sat) , catat nilai Ib . Ketika Ic saturasi , atur VR4 sehingga Ib akan naik, kemudian catat kenaikan Ic (sat) d. Atur VR4 dan gunakan voltmeter untuk mengukur Vbe Vce (out) sehingga Vce = Vcc , kemudian catat Vbe dan Vce e. Hubungkan signal generator pada terminal input (IN) dan hubungkan oscilloscope (posisi AC) ke terminal output (OUT) , kemudian atur sinyal generator sehingga tidak terlihat perubahan maksimum dari bentuk sinyal sinus 1KHz, dan buatlah catatan . f. Saat maksimum tidak ada perubahan bentuk sinyal oleh keluaran , gunakan oscilloscope untuk mengukur sinyal masukan, kemudian buat catatan g. Sinyal input tidak ada perubahan dan atur VR4 ( 1 M) kemudian catat perubahan bentuk sinyal keluaran . 6-1-1-2 Hasil Percobaan :

Catat pada Tabel 6-1(a) , kemudian hitung : nilai Av = Vop-p / Vip-p dan nilai = Ic / Ib. Dasar DC Ic Ib Vce Vbe

Tabel 6-1(a)

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

22

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Gambar 6-22 (a)

Gambar 23003-block a.1 6-1-2 Percobaan untuk bias Emitter

6-1-2-1 Prosedur Percobaan : (1) Masukkan rangkaian pendek jepitan seperti gambar 6-22 (b) dan seperti diagram 23003-block a.2 , hubungkan ke DC +12V tetapi lepaskan masukkan . (2) Hubungkan ammeter untuk mengukur Ib, Ic. (3) Atur VR1 (VR 1 K) ke 0 (4) A r VR4 1M s h I = 0A c Ic s c Ic s c Ic I

A r VR4 1M s h

c. Ketika Ic saturasi, atur VR4 sehingga Ib akan naik, kemudian amati kenaikan pada Ic(sat) . (5) Atur VR4 dan gunakan voltmeter untuk mengukur Vbe dan Vce (out) sehingga Vc = Vcc , kemudian catat Vbe dan Vce . (6) Hubungkan signal generator pada terminal input (IN) dan hubungkan oscilloscope (posisi AC) ke terminal output (OUT) , kemudian atur signal generator sehingga tidak POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 23

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


terlihat ada perubahan maksimum pada bentuk sinyal oscilloscope dari sinyal sinus 1 KHZ dan buat catatan . (7) Saat tidak ada perubahan bentuk sinyal yang dihasilkan pada OUT , gunakan oscilloscope untuk mengukur sinyal masukan, dan buat catatan . (8) Tetap tidak berubah sinyal masukkan dan atur VR4 (VR 1M) , amati perubahan bentuk sinyal output . (9) Atur VR1 (VR 1 K) ke maksimum . (10) Ulangi langkah (5) (6) (7) (8) . 6-1-2-2 Hasil Percobaan : catat pada Tabel 6-1 (b)

Gambar 6-22 (b)

Gambar 23003-block a.2 Ib = 0, Ic = Ic(sat) = Ib= Vc = Vcc = Vbe = Tabel 6-1 (b) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 24

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


6-1-3 P rco s r

6-1-3-1 Langkah-langkah percobaan 1. Masukkan klip sambungan dengan merujuk pada gambar 6-22 (c) dan aturan diagram klip sambungan 23003-block a.3. sambungkan C2 ke DC +12V tetapi input terputus. 2. Sambungkan Ammeter untuk mengukur Ib,Ic. 3. Atur VR2(VR10K) sehingga Vc(out) = Vcc, kemudian lihat nilai Ib dan Ic. 4. Ketika Vc=1/2 Vcc, gunakan voltmeter untuk mengukur Vbe. 5. Sambungkan sinyal generator ke terminal input (IN) dan sambungkan oskiloskop ke terminal output (OUT), kemudian atur gelombang sinus 1KHZ pada sinyal generator sehingga oskiloskop dapat menampilkan bentuk gelombang output yang halus. 6. Jangan ubah sinyal input dan atur VR2 (VR10K), kemudian lihat jika bentuk gelombang output terdistorsi. 7. Lepaskan C2 (20F), kemudian ulangi langkah (4) (5) (6). 6-1-3-2 Hasil percobaan : tercatat pada tabel 6-1 (c)

Tabel 6-1 (c)

Gambar 6-22 (c)

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

25

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


6-1-4 percobaan untuk collector-bias balik 6-1-4-1 Langkah-langkah percobaan 1. Masukkan klip sambungan dengan merujuk pada gambar 6-22 (d) dan aturan diagram klip sambungan 23003-block a.4. 2. Atur VR4 VR1M s h Vc o = Vcc

3. Gunakan voltmeter untuk mengukur Vbe. 4. Sambungkan sinyal generator ke terminal input (IN) dan sambungkan oskiloskop ke terminal output (OUT), kemudian atur gelombang sinus 1KHZ pada sinyal generator sehingga oskiloskop dapat menampilkan bentuk gelombang output yang halus. 5. J h s y r VR4 VR1M h j

gelombang output terdistorsi. 6-1-4-2 Hasil percobaan Lihat setiap bentuk gelombang, kemudian catat pada tabel 6-1(d) Vce=1/2 Vcc

Tabel 6-1 (d)

Gambar 23003-block a.4

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

26

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(6-2) : Percobaan untuk CB amplifier 6-2-1 6-2-1-1 Langkah-langkah percobaan 1. Masukkan klip sambungan dengan merujuk pada gambar 6-23 dan aturan diagram klip sambungan 23003-block b, sambungkan C2 ke DC +12V tetapi input terputus. 2. Atur VR2(VR10K) sehingga Vc(out) = Vcc, kemudian gunakan voltmeter untuk mengukur Vc. 3. Sambungkan Ammeter untuk mengukur Ib, Ic 4. Sambungkan sinyal generator ke terminal input (IN) dan sambungkan oskiloskop ke terminal output (OUT). 5. Atur gelombang sinus 1KHZ pada sinyal generator dan naikkan amplitude secara bertahap, sehingga oskiloskop dapat menampilkan bentuk gelombang output yang halus, dan catatlah 6. Ic=Vc/Rc (arus AC bergerak melewati C)=? 7. Gunakan oskiloskop untuk mengukur Va,Vb (Ve) kemudian catat 8. Ie=(Va-Vb)/Rab=(Va-Vb)/R10=? 9. Atur VR2, kemudian lihat jika bentuk gelombang output terdistorsi 6-2-1-2 Hasil percobaan : Lihat masing-masing hasil pengukuran, kemudian catat pada table 6-2 (a) (b) .

Tabel 6-2 (a) VBE DC IC AC IE VIN (VP-P) Ve (VP-P) VOUT (VP-P) Ai Av Zi Ap VC IE IC

Table 6-2 (b) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 27

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


A = I / Ic Avs = Vout / Vin Av = Vout / Ve Vin : tegangan masuk pada amplifier. Ve : tegangan masuk pada transistor.

Zi = 26mv / Ie or Ve / Ie : apakah kedua tegangan masuk diatas bernilai sama?

Gambar 6-23.

Gambar 23003-block b Percobaan ketiga (6-3) : percobaan pada CC amplifier 6-3-1 Percobaan untuk uji statis

6-3-1-1 Prosedur percobaan : 1) Masukkan rangkaian pendek jepitan dari gambar 6-24 (a) dan diagram rangkaian pendek jepitan 23003-block c.1 . 2) Gunakan voltmeter untuk mengukur Ve (OUT) dan Vb, kemudian atur VR2 (VR 10 K) untuk merubah Vb dan catat perubahan pada Ve . 6-3-1-2 Hasil percobaan : Catat pada table 6-3 (a) Vb Ve Table 6-3 (a) 6-3-2 Percobaan untuk uji dinamis 6-3-2-1 Prosedur Percobaan : (1) Masukkan rangkaian pendek jepitan dari gambar 6-24 (b) dan diagram rangkaian pendek jepitan 23003-block c.2, hubungkan ke DC +12 Volt tetapi lepaskan masukan (2) Atur VR2 (VR 10K ) hingga Ve = Vcc. POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 28 2V 3V 4V 5V

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(3) Hubungkan sinyal generator pada sambungan masukan dan hubungkan oscilloscope ke sambungan keluaran . Atur keluaran dari sinyal generator kesinyal sinus 1 KHz dan naikkan sedikit demi sedikit amplitudo dari oscilloscope sehingga tidak terlihat perubahan maksimum dari bentuk sinyal , dan buatlah gambar . (4) Gunakan oscilloscope untuk mengukur Va, Vb berturut-turut, kemudian catatlah . (5) Atur resistansi pada VR2, kemudian amati perubahan bentuk sinyal keluaran .

6-3-2-2 Hasil percobaan : Lihat tiap hasil pengukuran , kemudian catat pada Tabel 6-3 (b), (c).

Gambar 6-24 (a)

Gambar 23003-block c.1

Gambar 6-24 (b)

Gambar 23003-block c.2 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 29

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Table 6-3 (b) Va (Vpp) Vb(Vpp) Vo(Vpp) Ie Ib

Av

Ai

Ap

Zin

Tabel 6-3 (c)

Percobaan 4 (6-4) : Percobaan rangkaian Switch 6-4-1 Percobaan Arus Transistor saat ON (Saturasi) dan OFF (Cutoff)

6-4-1-1 Langkah Percobaan : (1) Masukkan short-circuit clip seperti pada gambar 6-25 (a) dan short-circuit clip seperti pada diagram 23003-block c.3 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 30

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(2) Hubungkan ammeter untuk mengukur Ib dan Ic (3) Sambungkan terminal input dengan tegangan 5V , kemudian catat nilai Ib, Ic dan Vce. (4) Lepaskan tegangan dari terminal output, kemudian catat nilai Ib, Ic, dan Vce

6-4-1-2 Hasil percobaan : Catatlah pada Tabel 6-4 (a) : Vbe Q Saturasi Q cutoff 5V 0V Table 6-4 (a) Hitung : Jika Q saturasi : Ic = Vcc / R ? Vce=0 ? Jika Q cutoff : Ic = 0? Vce = Vcc? Ib Ic Vce

Gambar 6-25 (a) Gambar 23003 - block c.3 6-4-2 Menggunakan Transistor mengaktifkan (drive) relay 6-4-2-1 Langkah Percobaan (1) Rangkai short- circuit clip seperti pada gambar 6-25(b) dan diagram short- circuit clip 23003 block c.4. (2) a. Berikan tegangan pada terminal input , kemudian amati , jika relay sudah ON (maganetized) . Kemudian gunakan voltmeter untuk mengukur Vc dan Vbe dari Transistor untuk memastikan Vc = 0V. b. Putuskan tegangan dari input terminal , kemudian pastikan relay sudah kembali OFF dan Vc sudah kembali mendekati Vcc. (3) Rangkai short- circuit clip seperti pada gambar 6-25(c) dan diagram short- circuit clip 23003-block c.4. (4) a. Hubungkan input terminal ke ground , kemudian amati , jika relay ON (jika relay tidak beroperasi, anda bisa menaikkan tegangan Vcc dan nyalakan relay). Kemudian gunakan voltmeter untuk mengukur Ve dan Vbe. b. Biarkan input terminal terbuka , kemudian jika relay sudah OFF , maka ukur Ve , Vbe. POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 31

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


6-4-4-2 Hasil Percobaan : Bandingkan Vbe dan Vce ketika keadaan relay ON maupun OFF , Seperti tabel 6 4(b).

Tabel 6-4(b)

(b) Gambar 6-25

(c)

Gambar 23003 blok c.4. Percobaan kelima (6-5) : Percobaan untuk darlington circuit 6-5-1 Percobaan karakteristik dasar 6-5-1-1 Prosedur Percobaan (1) Rangkai short circuit clip seperti pada gambar 6-26 (a) dan diagram short -circuit clip 23004- block a.1. POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 32

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(2) Sambungkan ammeter untuk menghitung Ib , Ic (3) Atur VR4 (VR1M Ohm) hingga mencapai maximum, kemudian lihat Ib , Ic dan catat nilainya. (4) Atur VR4 sehingga Ic akan mencapai arus maximum, kemudian lihat nilai dari Ic. Kemudian atur VR4 hingga resistansinya semakin kecil , dan amati kenaikan arus Ic (5) Atur VR4 hingga mencapai nilai maximum , kemudian gunakan ammeter untuk mengukur Ib dan Vb, dan catat nilainya. (6) Atur VR4 hingga mencapai nilai minimum , kemudian gunakan ammeter untuk mengukur Ib dan Vb , kemudian catat nilainya . 6-5-1-2 Hasil Percobaan : Amati setiap hasil pengukuran , kemudian catat pada tabel 6-5(a), kemudian hitung nilai Ai.

Tabel 6-5(a)

Gambar 23004-block a.1 6-5-2 photoelectric control circuit 6-5-2-1 Prosedur Percobaan :

Gambar 6-26(a)

(1) Rangkai short circuit clip seperti pada gambar 6-26(b) dan diagram short circuit 23004 block a.2 (2) Hubungkan ammeter untuk mengukur Ic.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

33

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(3) Ketika photoresistanse(CDS) diterangi , atur VR4 (VR1M ohm) hingga relay dalam keadaan OFF (be not magnitized) . Ukur Vb , Vce dan Ic , dan catat nilainya (4) Ketika photoresistanse(CDS) tidak diterangi , lihat nilai dari Ic dan ketika keadaan relay ON (be magnitized) . Ukur Vb , Vc dan Ic dan catat nilainya . `6-5-2-2 Hasil Percobaan : Catat Pada Tabel 6-5(b). V1 Relay CDS illuminated Not iluminated Tabel 6-5(b)

Vb

Vc

Ic

Relay State

Gambar 6-26(b)

Gambar 23004 block a.2 6-5-3 Waktu Jeda Pada Rangkaian 6-5-3-1 Prosedur Percobaan : (1) Rangkai short circuit clip seperti pada gambar 6-26(c) dan diagram short circuit clip 23004 block a.3. (2) Hubungkan +12V power supply , kemudian amati kondisi relay , relay akan ON setelah beberapa detik . Ukur tegangan pada two terminals dari capasitor (C1), kemudian lihat berbagai kondisi dari Vc1 (jika relay tidak ON (magnitized) , Vcc dapat dinaikkan hingga 14V). POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 34

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(3) Lepaskan +12V power supply , kemudian biarkan two terminal dari C1 mengalami (discharge) selama beberapa saat . Atur VR4 (VR1M) hingga mencapai nilai tengahnya , kemudian lihat waktu jeda relay untuk relay kembali ON . Ukur tegangan pada two terminals pada C1 , kemudian lihat berbagai macam kondisi dari Vc1. (4) Ubah rangkaian relay pada collector dari transistor seperti pada gambar 6-26 (d) dan gambar 23004 block a.4 , kemudian ulangi langkah (2)(3) 6-5-3-2 Hasil Percobaan : (1) Hasil dari catatan waktu jeda relay untuk dapat ON , jika waktu jeda berubah ubah , maka itu dipengaruhi oleh nilai dari VR4 yang telah diubah ( )

(2) Perhatikan gambar dibawah ini , jika merubah rangkaian relay dari collector akan mengakibatkan waktu jeda pada relay .

(c) Gambar 6-26

(d)

Gambar 23004-block a.3

Gambar 23004- block a.4

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

35

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

PRAKTIKUM 3 Rangkaian Penguat Bertingkat

3.1 Tujuan :
Memahami prinsip dari penguat dengan berbagai macam penghubung Memahami prinsip dari rangkaian penguat OTL Memahami prinsip dari rangkaian penguat OCL Memahami secara umum penggunaan dari IC penguat suara

3.2 Dasar Teori :


3.2.1. Istilah-istilah baru 1. OTL Amplifier : Merupakan singkatan dari Output Tansformer Less Ampl,Penguat di manaoutput transformatordiambil darijalurkeluaran. 2. OCL Amplifier : Merupakan singkatan dari Output Capacitor Less Ampl,Penguat di manaoutput capasitornyadiambil darijalurkeluaran. 3. Respon Frekuensi : Kemampuan penguat yang ditentukan oleh adanya perbedaan frekuensi.Penguatan secara khusus mengalami penurunan di saat frekuensi tinggi dan frekuensi rendah. 4. Thermal cycle damage : Aliran arus pada transistor (semiconduktor) akan terus meningkat setara dengan meningkatnya suhu (temperatur).Meningkatnya arus mengakibatkan naiknya temperature yang akan menghasilkan lingkaran panas dan akan secepatnya membakar transistor. 5. Efesiensi : Perbandingan dari daya AC dari sebuah Ampl untuk pemakaina daya DC oleh Ampl. % efesiensi = 3.2.2. Prinsip Dasar Ada 3 tiga pengubungan yang dipakai secara umum pada Ampl : 1. penghubung menggunakan RC. 2. penghubung menggunakan transformator. 3. penghubung secara langsung. (1). Dengan RC 1) Pada gambar 9.1 (a) ditunjukkan bahwa tahap sebelumnya adalah resistansi Rc1 dan kapasitor Cc digunakan untuk menghubungka sinyal output untuk menyelesaikan tinngkat dari tahap sebelumnya. 2) Fungsi dari penghubung kapasitor Cc adalah untuk membuka rangkaian dengan tegangan DC sehingga komponen DC akan ditahan(Karena Xc =1/2 fc dan f = 0,Xc mendekati nilai ).Nilai Cc diantara 2-50 uF. Saat sudah menjadi komponen DC

menggunakan kapasitor ini,rangkaian akan terbebas dari pengaruh dari yang lainnya. POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 36

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


3) Kelebihan : Merupakan rangkaian penghubung yang sederhana,harganya murah,lebih mudah dan secara umum digunakan dalam metode penghubung. Respon frekuensi sangat baik. Dengan noise yang rendah dan menurunkan sinyal AC dari induksi magnet. Kekurangan : Penguatan berubah di range frekuensi rendah akan dibatasi penghubung kapasitor (saat Xc =1/2 fc,Xc sangat besar saat f rendah akan menghasilkan penipisan sinyal yang signifikan) Resistansi akan digunakan pada daya DC yang besar,type dari penghubung ini akan hanya sesuai untuk penguatan dengan daya rendah atau tegangan Ampl. Tipe penghubung ini akan rusak saat efesiensi rendah karena tidak mensesuaikan dengan impedansi dari transistor pada tahap sebelum dan tahap penyelesaiannya. (2). Kopling Trafo Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9-3, trafo dapat digunakan untuk memisahkan bias DC menjadi dua tahap, selama trafo ini , pada saat yang bersamaan juga dapat berfungsi sebagai sinyal kopling dan pencocokan impedansi. 1) Karakteristik dasar transformator Tampil pada Gambar 1. T h T h R s o o or o or r r r s r : V1/V2 = N1/N2 r s: 2/ 1 = N2/N1

si sama dengan kuadrat rasio tahapannya: Z1/Z2 = (N1/N2) 2

Gambar 1. 2) Keuntungan : T o h coco s rf s

sebagai tegangan naik dan tegangan jatuh . T T o o h s h efisisnesi yang tinggi . r s r DC r

2 tahap berturut-turut . 3) Kekurangan : K r kopling RC. K r r fo o dalah sebuah alat induktif dan gulungan yang ada diantara r r fo o s h y r r

kapasitansi , respon frekuensinya lebih lemah . h h r o RC

(3). Kopling langsung POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

37

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Seperti yang ditunjukkan pada gambar 9-2 , output yang mendahului tahap kopling secara langsung untuk terminal input dari tahap berurutan . 1) Kopling dari kopling langsung dapat menyesuaikan dengan mengikuti 2 prinsip : B s DC Ar h r s y coco h h r r

2) Tegangan pada power supply dapat distabilkan . Itu lebih baik memilih transistor silicon selama transistor silicon digunakan untuk arus bocor dan stabilitas sempurna Sebaliknya , reaksi rangkaian diantara aliran bertahap akan menghasilkan keburukan terhadap rangkaian. 4) Keuntungan : D D J s co mengurangi hilangnya rangkaian coupling r f s y r s r y s r s o fr o h r s y s L r

frekuensi rendah hampir dapat menyampai 0 Hz tanpa akibat dari L (XL) dan C (XC). Rangkaian ini menguatkan sinyal pada spektrum dengan frekuensi yang sangat rendah yang mendekati DC. Kekurangan: A r r h f r s s v r s I r j rj

terpicu pada variasi temperatur akan menghasilkan ketidakstabilan yang serius dalam keseluruhan rangkaian. K r rs r y h h r s y r r s s s

sebaliknya kebisingan akan dengan mudah dibangkitkan dan tenaga akan dilemahkan.

AmplifierDanKeuntungan (1). BlokDiagramSistemAmplifier 1)

1. Input sinyal transduser: mengubah sinyal fisik(voice. ..) menjadi sinyal listrik. 2. Kecil-sinyal Amplifier: menyediakan amplifikasi ragu cukup linier untuk sinyal masukan, dan meningkatkan keuntungan. 3. Penguat sinyal besar:Menyediakan penguatan daya untuk output dari Nilai-nilai karakteristik dari bagianyang dipilih harus seakurat mungkin, jika suaraakan mudah dihasilkan dan kekuatan akan semakin lemah. 4. Transduser sinyal output: mengubah sinyal dari penguat sinyal besar kesinyal yang sesuai dengan impedansi perangkat output . 2) penguat sinyal besar juga disebut daya atau listrik atau penguat arus. Diskusi penguat ini biasanya berfokus pada efisiensi daya, kapasitas daya maksimum operasi, dan pencocokan impedansi output. POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 38

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(2). Keuntungan dari penguat: Faktor Amplifikasi, radio sinyal output untuk sinyal masukan. 1) Av (gain Voltage): Rasio tegangan output untuk tegangan input. Av = Vo / Vi. 2) Ai (gain Sekarang): Rasio arus keluaran untuk masukan saat ini. Ai = Io / Ii. 3) Ap (memperoleh kekuasaan): rasio output daya keluaran tegangan masukan. Ap = Po / Pi = Eo Io / Ii Ei = Av x ai. (3). Decibel: Decibel digunakan untuk mengekspresikan kepekaan telinga dalam menanggapi volume dengan ukuran logaritmik, dan denored sebagai db. 1) 0dB = sesuai dengan yang diterapkan adalah tegangan 0.77V sementara 1mW s o s s 600

5) dbm: Nilai db dihitung ketika 600ohm resistensi digunakan sebagai acuan beban dan 1mW kekuasaan digunakan sebagai tingkat referensi. (4). Keuntungan dan db sistem casscade

1) Secara keseluruhan keuntungan dari sistem kaskade

2) Jika nilai db adalah positif. Ini merupakan sirkuit yang berfungsi sebagai keuntungan atau amplifikasi, jika nilai db negatif, ia menyatakan bahwa adalah sirkuit berfungsi sebagai atenuasi.

Penguat respon frekuensi (1) Sementara gain dari penguat biasanya digunakan rentang frekuensi menengah sebagai referensi. nilai-nilai gain pada frekuensi rendah atau frekuensi tinggi akan berkurang. Frekuensi rendah, misalnya kopling RC, akan terpengaruh oleh capasitor kopling (karena) Xc = 1/2 fc, fXc), amplifikasi akan terpengaruh oleh kapasitansi masukan dan POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 39

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


distribusi kapasitansi dari transistor secara paralel dengan beban sehingga tha f, Xc dan keuntungan akan menurun. respon frekuensi ini digambarkan dalam Gambar 3.

Gambar 3 (2) Jika gain dari rentang frekuensi menengah ditetapkan sebagai 1 (0dB), dua poin (Fl Fh) dengan 0,707 dari Av disebut setengah kekuatan poin. Fl: dilambangkan sebagai cut-off frekuensi frekuensi rendah. Fh: dilambangkan sebagai cut-off frekuensi frekuensi tinggi. Bw (Bandwith). Besar-penguat sinyal (1) Klasifikasi dan distorsi sehubungan dengan pengoperasian amplifier 1) Tergantung pada status bias operasi power amplifier dapatdiklasifikasikan ke dalam kelas A, kelas AB, kelas B dan kelas c. apalagi, dalam rangkauntuk meningkatkan kemampuan mengatur, penguat push-pull telah desain. dengan memberikan perbandingan antara keempat jenis amplifier sebagai berikut: Klasifikasi penguat Lokasi titik diam 1. Bias ditetapkan sebesar linier wilayah, dan sinyal input ayunan juga terletak di linier daerah. 2. Titik diam terletak ditengah titik garis beban (output pengumpul arus ada selama Seluruh siklus) Keuntungan 1.Pengerasan Bisa selesai dengan satu transistor 2.Pengalaman Terendah distorsi Kelemahan 1. Efisiensi terendah (25%). 2. Tidak bisa menghapuskan Harmonis distorsi 3. Mengkonsumsi Sangat besar daya selama diam kondisi 4.Sulit untuk besar Kekuasaan pengerasan Aplikasi Amplifika si untuk daya kecil ini kami

Class A

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

40

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Klasifikasi amplifier class B Titik Q point (quiscent/tidak bergerak ) 1. Bias ditetapkan di persimpangan daerah linier dan daerah cutoff, dan setengah sinyal terletak didaerah linier dan setengah terletakdi daerah cutoff. 2.Titik quiscent(Q point) terletak pada titik cutoff(output dari arus kolektor ada selama siklus positif) Keuntungan Kelemahan Aplikasi

1.tiap-tiap distorsi harmonik dapat dihilangkan. 2.besar daya amplifikasi bisa kita dapatkan. 3.efficiency lebih tinggi(78,5%) 4.terdapat konsumsi daya pada kondisi quiscent .(Q point)

1. amplifikasi dapat kita dapatkan hanya dengan konfigurasi pelengkap. 2.ada distorsi crossover.

Amplifika si untuk daya yang besar.

Klasifikasi dari amplifier

Lokasi dari Q point Quiscent point(Q pint) terletak diantara cutoff point dan garis beban

Kelebihan bisa diganti kelas B sebagai push-pull amplifikasi dan bebas dari kelemahan distorsi crossover.

Kelemahan 1. efisiensi sedikit lebih rendah dari kelas B (70%) 2. arus yang kecil ada pada kondisi diam. (Q point)

Aplikasi Amplifikasi untuk daya besar

Titikdiam ( Q point) terletak di bawah cut off point.

Efisiensi tertinggi Distorsi (lebih dari 78,5%) tertinggi

LC-osilator pemancar. Harmonik produser.

2) Klasifikasidistorsi: 1. Distorsi dapat diklasifikasikan menjadinon-linear distorsi, distorsi frekuensi dan delay(fase) distorsi. non-linier distorsi(juga disebut amplitudo distorsi): titik operasi tidak diatur di daerah linier sehingga output tidak hanya mereproduksi sinyal asli tapi juga menghasilkan komponen harmonik. Misalnya, sinyal asli 1kHz dapat menghasilkan sinyal harmonik seperti 2kHz dan 3KHz. Distorsi ini juga disebut sebagai distorsi harmonik seperti yang ditunjukkan pada Gambar4(a) (b).

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

41

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

2. Distorsi Frekuensi: Distorsi yang disebabkan oleh amplifier yang memiliki faktor amplifikasi yang berbeda sesuai dengan frekuensi yang berbeda. 3. Delay distorsi (fase distorsi): distorsi yang disebabkan oleh amplifier yang memiliki berbagai fase-pergeseran sudut sesuai dengan frekuensi yang berbeda. (2). Push-pull amplifikasi Jika daya output yang lebih besar diperlukan di sirkuit amplifier, dua transistor biasanya digunakan dalam tahap output untuk mengoperasikan bersama sebagai penguat push-pull. Push-pull amplifier diklasifikasikan lebih lanjut kedual-end push-pull amplifier dan singleend push-pull amplifier yang masing-masing digambarkan sebagai berikut. 1) Dual-end push-pull amplifier Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5, rangkaian dasar push-pull amplifier terdiri dari masukan transformator, transformator output dan dua transistor. Komponen-komponen funcions transformator masukan sebagai fase splitter, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6, untuk membagi sinyal input menjadi dua sinyal yang sama besarnya tetapi terbalik dalam fase.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

42

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Gambar 6.

Gambar 7.

Gambar 8 (a) dan 8 (b). Siklus positif dari sinyal input diperkuat oleh Q1 push-pull amplifier, seperti ditunjukkan pada gambar 5(a). Siklus negatif dari sinyal input diperkuat oleh Q2, seperti ditunjukkan pada gambar 5(b). Ic1 dari Q1 dan Ic2 dari Q2 dikombinasikan dengan cara output trafo. Meskipun dua siklus dari sinyal input yang masing-masing diperkuat oleh Q1 dan Q2, pengumpan sinyal ke beban sinyal AC lengkap yang proporsional ke Vin. Gambar 7 menunjukkan bentuk gelombang output arus dan tegangan pada penguat push-pull. Kurva transfer transistor ditunjukkan pada gambar 8(a). Jika bias tidak diterapkan untuk transistor atau bias diterapkan begitu kecil sehingga Ic = 0, transistor akan beroperasi di wilayah kelengkungan kurva transfer. Sebagai bias tidak diterapkan untuk kedua Q1 dan Q2 dualend push-pull amplifier ditunjukkan pada gambar 5, kurva komposit ditunjukkan pada gambar 8(b). Ketika sinyal input feeder, distorsi akan dihasilkan di persimpangan siklus positif dan negatif dari gelombang keluaran, di mana distorsi ini diarahkan untuk sebagai distorsi crossover. Dalam rangka untuk menghilangkan distorsi crossover, bias memadai diterapkan untuk Q1 Dan Q2 sehingga transistor ini akan beroperasi di wilayah seperti linear kurva transfer ditunjukkan pada gambar 9.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

43

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

(c) distorsi penyebrangan yang menghasilkan korespondensi dari Ic ke Vin Gambar 8. Ilustrasi dari distorsi penyebrangan yang menghasilkan push-pull amplifier pada class B

(a) b) gabungan transfer kurva yang menggunakan Q1 dan Q2 sebagai push-pull

b) Pada gambar ini tidak ada distorsi penyerbangan yang dihasilkan dari korespondensi Ic ke Vin (keterangan : titik Q pada gambar adalah titik kerja) Gambar 9. Ilustrasi dari class AB push-pull amplifier

a) bias yang dibutuhkan, dihasilkan oleh tegangan drop yang melewati 2 terminals dari R2 (TH adalah inkorporasi)

b) bias yang dibutuhkan, dihasilkan oleh tegangan drop yang melewati dioda

Gambar 10. Push-pull amplifier

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

44

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


1. Pengaturan Bias untuk Dual-End Push-Pull Amplifier

Dua metode banyak digunakan untuk memberikan bias untuk transistor ditunjukkan pada gambar 10. Sirkuit ditampilkan jika ara 10 (a) memanfaatkan penurunan tegangan dua terminal R2 sebagai bias untuk transistor. Sebuah termistor dengan koefisien temperatur negatif terpasang secara paralel dengan dua terminal R2 sebagai kompensasi suhu. Jika suhu dari Q1 adn Q2 naik, Ic akan meningkat dengan suhu, yang akan menghasilkan dalam pergeseran dari titik operasi. Saat ini nilai resitance dari termistor akan berkurang sehingga bias maju dari Q1 dan Q2 akan menurun, dan diam saat transistor, yaitu dibatasi, tidak akan meningkat dengan suhu. Sirkuit ditunjukkan pada gambar 10 (b) memanfaatkan penurunan tegangan terminal derek dari dioda sebagai bias untuk transistor. Karena kesamaan antara dioda yang terbuat dari PN junction, ketika suhu meningkat, Vd VBE Vc dan Ic tidak akan meningkat. Yang umpan balik negatif dari fungsi saat ini di Re akan mencegah transistor dari kerusakan akibat "siklus termal" yang disebabkan oleh kenaikan suhu dan sesuai peningkatan Ic (panas panas). 2. Kelebihan dan kekurangan dari dual-end push-pull amplifier Sebagai dual-end push-pull amplifier menggunakan dua trafo, frekuensi respon miskin, distorsi yang lebih tinggi, volume yang lebih besar, dan berat lebih berat. Namun, di bawah power supply yang lebih kecil Vcc lebih mudah untuk mendapatkan daya output tinggi. ini dual-end penguat push-pull karena itu banyak digunakan dalam megafon diangkut. 2) Single-End Push-Pull Amplifier Penggabungan transformator dalam mendorong dual-end - pull amplifier menghasilkan respon frekuensi yang buruk. dalam rangka meningkatkan kekurangan dual-end pushpull amplifier, single-end penguat push-pull karena itu dibuat. single-end push-pull amplifier diklasifikasikan lebih lanjut menjadi dua jenis dijelaskan selanjutnya. 1. OTL amplifier : OTL (output Transformer Kurang) amplifier adalah amplifier tanpa

output tansformer. Namun, 1000 mF kapasitor akan dihubungkan secara seri antara output terminal dan beban. 2. OCl penguat : OCl (output capasitor kurang) ampifier lanjut menghapus keluaran

capasitor dari sirkuit, dan ini adalah penguat tanpa capasitor. Keluaran terminal akan langsung terhubung ke beban. OTL sirkuit mirip dengan rangkaian OCL, tetapi dengan pengecualian sebagai berikut: a) OTL hanya menggabungkan satu setpower supply, tapi Ocl menggabungkan positif dan pasokan listrik negatif dengan magnitudo yang sama. pusat-titik tegangan OTL adalah sama besarnya. pusat-titik tegangan OTL adalah sama dengan1/2Vcc, tetapi 0V untukOCl. b) Walaupun transformator output dihapus dari OTL, keluaran kapasitor masih tergabung dalam OTL. POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 45

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


c) Ce amplfier yang typically incorporated dalam tahap input OTL, namun penguat diferensial digunakan dalam Ocl karena kesamaan antara Ocl sirkuit dan sirkuit OTL, hanya sirkuit OTL diperkenalkan disini. Sirkuit OTL diklasifikasikan lebih lanjut keberikut dua jenis:

Penguat OTL yang menggunakan transformator sebagai fase splitter. Melengkapi simetris OTL yang paling banyak digunakan. dengan ini kami

menggambarkan sirkuit ini sebagai berikut. Karena NPN dan PNP transistor ditandai dengan melengkapi mereka dimana transistor NPN akan dilakukan jika"positif" tegangan diterapkan kedasar dan transistor PNP akan dilakukan jika"negatif" tegangan diterapkan ke dasarnya, positif dan negatif siklus dari sinyal input dapat splitter dengan incarporating sepasang NPN dan PNP transistor dengan karakteristik yang sama, bukan masukan transformator sebagai splitter fase. Rangkaian dasar saling melengkapi simetris singleend mendorong tarik amplifier ditunjukkan pada gambar11. Ketika sinyal input tidak pengumpan, baik Q1 dan Q2 adalah cutoff, dan tidak ada arus berikut melalui beban. Selama setengah siklus positif dari sinyal input, Q1 bias maju dan dilakukan dengan jalan saat ini ditunjukkan pada gambar11(a) di mana beban keuntungan setengah siklus positif. Pada Q2 ini terputus. Selama setengah siklus negatif dari Q2 sinyal input bias maju dan dilakukan dengan jalan saat ini ditunjukkan pada gambar11(b) di mana keuntungan beban setengah siklus negatif.Pada saat ini Q1 terputus. Karena bias tidak diterapkan untukQ1atauQ2ara10, beroperasi sebagaipenguat kelas B yang akan menghasilkan Crossover distartion seperti yang ditunjukkan pada gambar b. Karena output terminal sirkuit ini dasar direcctly terhubung ke beban dan pasokan listrik ganda yang insorporated, karena itu adalah sirkuit OCl

(a) selama setengah siklus positif dari sinyal input,Q1 bekerja dan Q2 cut off. Dan beban bertambah pada setengah siklus positif.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

46

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

(b) Selama setengah siklus negative dari sinyal input,Q2 bekerja dan Q1 cut off. Dan beban bertambah pada setengah siklus negative.

Rangkaian pada gambar 11 dapat sedikit di modifikasi sebagai sirkuit seperti ditunjukkan pada gambar 12 yang hanya membutuhkan 1 set power supply. Tapi membutuhkan kapasitor besar yang menghubungkan antara terminal output dan beban. Rangkaian ini adalah rangkaian dasar dari komplementer OTL yang majorlymemanfaatkan pengisian dan pengosongan adalah sifat dari kapasitor jadi output AC dapat diberikan pada beban. Untuk menghilangkan banyaknya distorsi,Vbe yang memadai akan diterapkan untuk transistor dalam rangkaian sederhana seperti yang ditunjukkan pada gambar 13 dengan ini kami menggambarkan operasi dari gambar 13 sebagai berikut: 1. Sebelum memberikan sinyal input,sejak Q1 dan Q2 bernilai simetris dan sama-sama bias,kedua transistor sama-sama bekerja jadi titik pusat tegangan = Vcc 2. Selama setengah siklus positive dari sinyal input,Q1 akan bekerja forward dengan arus ditunjukkan pada gambar 13(b) yang didalamnya Co terisi dan beban bertambah pada setengah siklus positive 3. Selama setengah siklus negatve dari sinyal input,Q2 akan bekerja forward dengan arus ditunjukkan pada gambar 13(c) yang didalamnya Co kosong dan beban bertambah pada setengah siklus negative 3) Driving Stage Karena output diambil emitter dari Q1 dan Q2 seperti ditunjukkan pada gambar 13, fungsi rangkaian ini adalah sebagai pengikut emitter yang dikombinasikan untuk mendapatkan tegangan tinggi dan mendapatkan tegangan rendah. Untuk mendapatkan penambahan tegangan sebuah penguat CE dihubungkan sebelum Q1 dan Q2 seperti ditunjukkan gambar 14. Sejak tegangan output dari Q3 yang ditunjukkan gambar 14 yang memanfaatkan pengaturan Q1 dan Q2, Q3 yang terhubung sehingga disebut Driving Stage. Salah satu rangkaian pada gambar 15 dapat diadopsi sebagai circuit bias untuk memberikan bias yang dibutuhkan Q1 dan Q2 seperti pada gambar 14. Dimana variable resistor akan dihubungkan lalu di adjust bias untuk mengontrol arus diam .

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

47

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

(b)Selama setengah siklus positif dari sinyal input, Q1 terkonduksikan, Co terbebankan dan muatan memperoleh setengah siklus positif

(c)Selama setengah siklus negatif dari sinyal input, Q2 terkonduksikan, Cotidak terbeban,dan muatan memperoleh setengah siklus negatif Gambar 13 analisa untuk mencapai suatu tingkatan OTL AMP

Gambar 14 pelengkap amplifier simetris daya kecil

Gambar 15 sirkuit bias

4)Tahap output daya besar Dalam hal untuk mendapatkan tenaga yang lebih besar, disamping untuk memperoleh peningkatan atau penambahan tegangan, arus harus memperoleh tegangan POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 48

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


atau meningkat selama lebih besar dari pada I0 yang akan terlihat lebih besar dari P0, P0 berasal dari persamaan P0=Io2R. untuk memperoleh peningkatan arus, keluaran atau output dapat diubah ke konfigurasi darlington. Gambar 16 menunjukkan full-symmetrical OTL AMP,di mana pada Q4 dan Q5 adalah PNP dan NPN dengan daya transistor sama. Resistor Re bertindak sebagai negatif feedback untuk mencegah daya transistor dari pembakaran akibat kenaikan cyclic arus panas.contohnya, Vbe = Vb Ve = Vb Ie x Re ketike suhu Ic , Vbe akan menurun dan Ib VB Ic x Re)

Ic (suhu kedepan tidak akan naik) , karena

peningkatan transistor bias, Vbe1 + Vbe4 + Vre4 + Vre5 + Vbe2 akan menjadi minimum 2.4 V di basis Vbe = 0.6 V. Karena Rangkaian bias itu dimodifikasi sebagai rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 17 yang dapat memberikan fungsi bias serta kompensasi temperatur.

5) Umpan Balik DC Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9-5, resistor umpan balik VR100K (R6) dari OTL AMP terhubung ke titik tengah sehingga membentuk umpan balik negatif DC.Jika pusat-titik tegangan bergeser, keadaan ini akan dikirim ke tengah-titik dan secara otomatis akan memperbaiki tengah-titik tegangan ke Vcc.Sebagai contoh AMP OTP ditunjukkan pada Gambar 9-5, jika kenaikan tegangantengah-titik bertambah, Vc1 naik Vb2 naik Vc2 turun Vb4 turun Ve4 turun, dan tengah-titik tegangan akan menurun. 7) Daya OutputMaksimum Tegangan output maksimum dari OTL AMP tidak akan melebihi Vcc. Oleh karena itu, Po max =
(

. Hal tersebut, karena tegangan drop

akan ada di antara C dan E dari transistor, daya output maksimum akan kurang dari nilai secara teori. 3.3 Peralatan Percobaan : (1) KL-200 Linear Circuit Lab. (2) Modul KL-23005. POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 49

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(3) Multimeter. (4) Oscilloscope. (5) Signal Generator. 3.4 Prosedur Percobaan : Item pertama (3-1): JFET CS Amplifier (self-bias) 3-1-1 3-1-1-1 Prosedur Percobaan: (1) Pertama tempatkan modul KL-23005 pada KL-200 Linear Circuit Lab, kemudian cari 23005-blok a. (2) Masukkan klip seperti pada Gambar 3-1 (a) dan klip diagram susunan rangkaian 23005-blok a. (3) Atur VR4 dan VR3 sehingga baik Vc1 Q1 collector dan Vc2 Q2 collector akan Vcc. (4) Hubungkan function generator dan oscilloscope di input terminal (IN) dan hubungkan oscilloscope ke output terminal. (5) Atur function generator sampai 1 KHz gelombang sinus dan secara bertahap menambah tegangan output dari function generator sehingga output terminal (OUT1) menampilkan gelombang maksimum non distorsi. (6) Gunakan osiloscope untuk mengukur gelomabang dari Vb1, Vc1, Vb2 dan Vout1 dan buat rangkumannya. (7) Putus C3 (47 F), kemudian ulangi langkah (5) dan (6). (8) Atur dengan acak VR4 (VR 1M), kemudian lihat jika gelombang dari Vb1, Vc1, Vb2 dan Vout akan bervariasi. 3-1-1-2 Hasil Percobaan : Tulis hasil dari percobaan di tabel 3-1, kemudian hitung nilai yang sesuai dengan data dari tabel. (C3 harus terhubung) Av1 = V01/Vi1 = Vc1/Vb1 = Av2 = V02/Vi2 = Vc2/Vb2 = Av = Vout/V1 = Avs = Vout1/Vin = Bandingkan perbedaan diantara nilai teori dan sebenarnya dengan mengacu pada rumus Av.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

50

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Tabel 3.1

Gambar 3.1 RC coupling amplification

Gambar 3.2 23005 blok a Percobaan Dua (3-2): persamaan langsung. 3-2-1 3-2-1-1 Prosedur Percobaan : (1) Masukkan clip penghubung ke rangkaian tertutup sesuai gambar 3-2(a) dan rangkaian tertutup sesuai gambar diagram 23005 blok a.2. (shortkan C3 lalu isiulangkan). POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 51

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(2) A r VR4 VR1M s h Vc1 Q1 =1/2 Vcc r

mengukur(skala DCV) Vb1e1 dan Vb2e2,dan catat hasilnya. (3) Hubungkan sinyal generator dan oscilloscop ke input terminal (IN) dan hubungkan oscilloscope ke output terminal (OUT1). (4) Atur sinyal generator 1KHz pada gelombang sinus dan secara berangsur-berangsur menambah output tegangan dari sinyal generator sehingga oscilloscop dapat menampilkan gelombang maksimum yang tidak terdistorsi. (5) Gunakan oscilloscope untuk mengukur gelombang dari Vb1,Vc1,Vb2,dan Vc2(Vout) dan catat hasilnya. (6) Lepaskan C3(47uF) kemudian ulangi langkah (5). (7) Hubungkan C3(47uF) dan atur secara c VR4 VR1M h j o

dari Vb1,Vc1,Vb2,dan Vc2(Vout) akan berbeda-beda. (8) Atur VR4 ke range normal dan atur input sinyal frekuensi antara 0Hz ~ 20 KHz,kemudian lihat gelombang IN dan OUT,dan catat hubungan f dan Vout. 3-2-1-2 Hasil Percoban : Catat hasil percobaan pada table 3-2 (a) (b).

Tabel 3.2 (a) Output power maksimum non-distorted = Vop-p2 / 8RL = Mw Avo : Keadaan AV ketika V0 maksimum

Tabel 3-2(b) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 52

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Gambar 3-2(b)

Gambar 23005-blok b 3-3-1 Percobaan Penggabung Rangkaian Coupling 3-3-1-1 Prosedur percobaan : (1) Tambahkan klip short-circuit sesuai dengan gambar 9-3 dan klip short-circuit yang disusun pada diagram 23005-blok b, lalu hubungkan power supply (+12V) (2) Hubungkan sinyal generator osc osco r h 8

resistor (sudah ada dalam board, dan jangan dihubungkan) dan oscilloscope ke output terminal. (3) Atur sinyal generator ke gelombang sinus 500Hz dan naikkan perlahan tegangan output sinyal generator agar oscilloscope dapat menampilkan gelombang maksimum yang tidak terdistorsi. (4) Atur frekuensi sinyal input dari 0Hz-20KHz, lalu amati gelombang Vin dan Vout, dan catat hubungan antara Vout dan f. (5) Hubungkan sinyal generator atau output (earphone) jack walkman ke input terminal lagi, lalu amati suara yang dihasilkan output terminal 3-3-1-2 Hasil Percobaan: Catat hasil percobaan ke dalam tabel 9-3 (b), dan hitung daya outputnya.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

53

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Daya output maksimum tidak terdistorsi = Vop-p2 / 8RL = _____ Mw Avo: Av ketika Vo maksimum

Percobaan ke empat (3-4) : Percobaan untuk penguatan dual-end dan push pull 3-4-1 3-4-1-1 Langkah Percobaan : 1) Masukkan clip penghubung sesuai dengan Fig 3-4 dan clip pengubung pada diagram 23005-blok c, selanjutnya hubungkan power s dihubungkan ke OUT). 2) Hubungkan ammeter (A2) (clip penghubung bias digunakan pada A1 untuk menggantikan ammeter saat ini) untuk menghitung arus yang diam. Jika arus disini >> 20 mA, transistor push-pull Q6 dan Q7 akan dengan mudah panas, dan pada keadaan tersebut power supply harus dicabut dari surkuit. (VR1 terhubung) 3) Disamping mengecek kemungkinan salah koneksi, voltmeter bias digunakan, saat power supply terhubung, untuk menghitung Vbe dan Vce dari tiap transistor. Keadaan setiap transistor dapat ditentukan dari Vbe dan Vce sesuai dengan analisa dibawah ini : a. b. c. 4) Vbe > 0.7V Buka sirkuit antara B dan E dari transistor V V 0 2V Ar s rC E r r s s or s turasi. y +12V A 8/ W r s s or s h r s y

0 6V Vc 0 2V Tr s s or

Jika keadaan a atau b, transistor harus diganti. Jika keadaannya adalah c, Vbe (Ib) sh r s y r r A1 r VR1 VR 1K s s R15 SVR 20K s h F 3-4. Vc1 = Vcc

5)

lalu lihat variasi yang terindikasi pada ammeter. 6) B r 10mA. 7) Hubungkan signal generator dan osiloskop pada input, dan hubungkan osiloskop pada output. 8) Berikan nilai pada signal generator sebesar 500Hz gelombang sinus dan secara berangsur-angsur meningkatkan tegangan output dari signal generator shingga POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 54 VR1 VR 1K s h A2 A r r s s r

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


osiloskop dapat menampilkan gelombang maksimum tak terdistorsi dari output penguatan ini. 9) Gunakan osiloskop untuk menghitung tgangan dari Vb5, Vc5 dan Vb6. VR1 VR 1K s s r 0 s j y h s ors crossov r

10) B r

terbentuk pada gelombang dari Vout. 11) Hubungkan TP8, TP9 ke speaker, dan secara acak tetapkan nilai dari output signal generator yang diterapkan kepada input dari penguatan ini, selanjutnya lihat jika kerasnya suara berubah dan jika Q6 dan Q7 memanas saat sinyal dengan frekuensi tinggi atau amplitude yang tinggi diterapkan. 12) Saat singnal generator dilepaskan dan menggunakan jari intuk menyentuh input dari penguat, deruman akan terdengar pada speaker. (Suara berisik akan meyelimuti input dengan menyentuh terminal dengan jari) 13) Hubungkan earphone output dari Walkman ke input dari penguat ini, lalu dengarkan musiknya.

3-4-1-2 Hasil Percobaan : Catat hasil percobaan pada Tabel 3-4, dan hitung nilai maksimum output tak terdistorsi. Uji Static

Arus diam (A2)

Vb5e5

Vc5

Vb6e6

Vb7e7

Uji Dinamis

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

55

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Gambar 3.4

Gambar 23005-blok c 3.5 : Percobaan untuk Penguat OTL 3-5-1 3-5-1-1 Prosedur Percobaan : 1) Pertama-tama atur modul KL-23006 ke dalam KL-200 Linear Circuit Lab, kemudian temukan 23006-blok b. 2) Tambahkan klip short-circuit berdasarkan pada gambar 3-5 dan klip short-circuit yang disusun pada diagram 23006- o beban. 3) Hubungkan ammeter ke input power supply untuk mengukur arus diam, dengan muatan yang terlihat pada gambar 3-5. 4) Atur power supply secara perlahan (V+) dari 3V ke 18V, lalu amati arus diamnya. Jika r s y h 20 A r R8 SVR500K aka arus diam dapat ditahan h A 8/20W r s s or s agai

disekitar 20mA. Jika pengaturan tidak berpengaruh, maka lanjut ke langkah 5. 5) Atur VR3 (VR100K) hingga tegangan pada poin A (tegangan middle-point) = Vcc = 9V (kemungkinan error 2%). 6) Jika tegangan middle-point tidak dapat diatur ke Vcc dan arus diam >> 20 mA (transistor memanas), matikan power supply. Lalu, pertama-tama lakukan tes ohmic yang sesuai dengan metode pengukuran transistor untuk mengecek jika terjadi shortcircuit pada transistor. 7) Hubungkan voltmeter (DCV) ke power supply untuk tes statis. Dengan tambahan pada tegangan middle-point, Vbe dan Vce pada masing-masing transistor yang mungkin terukur secara berurutan. POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

56

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


8) Setelah tegangan middle-point dan arus diam telah normal, hubungkan sinyal generator dan oscilloscope ke dalam input terminal (IN) dan hubungkan oscilloscope ke output terminal (OUT). Atur sinyal generator sebesar 1KHz gelombang sinus dan naikkan secara berangsur tegangan output dari sinyal generator maka oscilloscope dapat menampilkan gelombang maksimum yang tidak terdistorsi dari output amplifier. 9) Gunakan oscilloscope untuk mengukur gelombang pada TP2, TP3, TP4, TP6, TP7, dan TP11. 10) Atur SVR500 R8 ke minimal, kemudian lihat jika distorsi yang dihasilkan gelombang dari Tp11 (OUT). 11) Atur SVR500 R8 ke maksimal, kemudian lihat jika Q3 dan Q4 pada saat kelebihan panas. Saat status Q3 dan Q4 normal harus sedikit lebih panas, sementara sinyal input yang diterapkan pada penguat ini. 12) Ketika nilai tengah dari tegangan dan arus diam setelah mengatur secara normal, ubah sambungannya ke speaker 8/20W untuk terminal output dan ke sumber sinyal lainnya seperti CD dan walkman dab lainnya. Untuk terminal input kemudian mendengarkan musik. 13) Hilangkan sumber sinyal, kemudian gunakan jari untuk menyentuh terminal input dan frekuensi kebisingan yang rendah untuk didengarkan dari speaker. 3-5-1-2 Hasil percobaan Lihat gelombang dari setiap titik uji dan Vbe, Vce dari masing-masing transistor, kemudian catat dari item berikut: 1. Titik tengan tegangan (Va) 2. Arus diam (Icc) 3. Vin 4. Gelombang output; Kemudian hitung Po= /8 dan catat pada tabel 3-5.

Tabel 3-5

Gambar 3-5 ( Gambar 23006 blok b) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 57

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Percobaan untuk Penguat OCL 3-6-1 3-6-1-1 Prosedur Percobaan : (1) Tambahkan klip short-circuit sesuai dengan gambar 9-6 dan klip short-circuit yang disusun pada diagram 23007- o beban. (2) Hubungkan ammeter ke input terminal power supply untuk mengukur arus diam, dengan muatan yang terlihat pada gambar 9-6. 3 H 12V s ow r s y r R9 SVR 100 r s h A 8/20W r s s or s

mendekati 20mA, kemudian atur tegangan TP4 (tegangan middle-point) dalam kisaran 0V 0.5V selama kondisi normal. Jika tegangan middle-pointmelebihi 1V, amati jika arus diam terlalu besar (selama pengaturan tidak diperlukan) dan transistor panas. Jika demikian, matikan power supply untuk mengecek rangkaian. Sesuai dengan prinsip dasarnya, pengecekan rangkaian berdasarkan langkah : Ohmic tes cek jika ada short-circuitdi tiap transistor. Tes statis hubungkan power supply, lalu ukur nilai Vbe dan Vce di tiap transistor, dimana nilainya harus sesuai status tiap transistor setelah power supply sudah dihubungkan. (4) Setelah tegangan middle-point dan arus diam normal, hubungkan sinyal generator dan oscilloscope ke input terminal (IN) dan ke output terminal (OUT). Atur gelombang sinus 1KHz sinyal generator dan naikkan tegangan output sehingga oscilloscope dapat menampilkan dengan maksimum gelombang tak terdistorsi atas output penguat tersebut. (5) Gunakan oscilloscope untuk mengukur gelombang di setiap titik, lalu amati gelombangnya 6 A r R9 SVR100 dalam gelombang TP1 (7) adjus R9 SVR100 s s h y Q5 Q6 y s j s ors y y

Selama status normal Q5 dan Q6 akan sedikit panas ketika sinyal input diterapkan pada amplifier (8)ketika berada di titik tengah tegangan dan arus diam telah disesuaikan pada kondisi or h o s 8/20W s r r o s rs y

lainnya seperti CD atau walkman dsb.untuk input terminal,kemudian untuk mendengarkan music (9)pindahkan sumber sinyal,kemudian gunakan jari untuk menekan input terminal dan gangguan frekuensi rendah akan terdengar di speaker 3-6-1-2 Hasil percobaan Perhatikan bentuk gelombang untuk setiap point dan Vbe,Vce untuk setiap transistor,kemudian catat : 1. Titik tengah tegangan(Va). 2. Arus diam(Icc). POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 58

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


3. Vin. 4. Bentuk gelombang dari Vout Kemudian hitung Po=Vop-p2/8RI,dan catat pada tabel 9-6

Percobaan ketujuh (3-7) : Penguatan IC Audio OTL 3-7-1 3-7-1-1 Langkah percobaan 1) Hubungkan short-circuit mengacu pada gambar 3-7(a) dan short circuit berdasarkan diagram 23006 block a,kemudian h A 8/0 5W r s s or R16 .

2) Hubungkan generator ke V2,,Kemudian hubungkan V2 ke terminal input(INPUT)( karena Ic amplifier begitu besar,jadi sinyal input harus rendah).Hubungkan oscilloscope ke terminal input(INPUT) dan terminal output(OUTA).adjust sinyal generator sampai 1 KHz gelombang sinus dan secara bertahap menaikkan tegangan output dari sinyal generator.oleh karena itu oscilooscope dapat diatur maksimum bentuk gelombang tidak terdistorsi dari IC output. 3) U h o s 8/0 5W s r o tput terminal dan untuk sumber sinyal

lainnya seperti output dari walkman untuk input terminal ,kemudian dengarkann efek suaranya. 3-7-1-2 Hasil Percobaan :

Tabel 3-7(a)

Gambar 3-7 ( Gambar 23006-blok a) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 59

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

PRAKTIKUM 4 NEGATIF FEEDBACK UNTUK TRANSISTOR

4.1

Tujuan Pembelajaran 1. Mengerti arti dari setiap rangkaian negatif feedback 2. Mengerti prinsip dari setiap rangkaian negatif feedback 3. Mengerti fungsi dari setiap rangkaian negatif feedback

4.2

Dasar Teori 10.2.1 Istilah baru:

1. Penguat Tegangan (Av): 1. Tegangan keluar adalah sama dengan tegangan input 2. Penguat tegangan ideal: Zi: = 0,Zo= 0, Av = Vo/Vs 2. Penguat Arus (Ai); 1. Arus keluar adalah sama dengan arus masuk 2. Penguat tegangan ideal: Zi: =0 ,Zo= 0, Av = Vo/Vs 3. Penguat Transkonduktansi (Gm) 1. Arus pada output digantikan dengan arus input 2 P r s o s : Z : = Zo= G = Io/Vs

3. Penguat Transresistansi (Rm) 1. Tegangan pada output digantikan dengan tegangan input 2.Penguat transresistansi ideal: Zi: =0,Zo= 0, Gm = Io/Vs 10.2.2 Prinsip Dasar (1) Penguat Feedback 1) Rangkaian Topology yang mana bagian atau semua sinyal output dari sebuah penguat digunakan lagi ke input terminal melewati sebuah gelombang feedback yang berkaitan seperti feedback. Jika fase dari sinyal feedback sama dengan sinyal input, feedback ini biasa disebut positive feedback. Jika fase dari sinyal feedback berkebalikan dari sinyal input dan sinyal feedback ini akan berkurang dari sinyal input untuk mengurangi pemasukan. Maka sinyal feedback ini dapat disebut negative feedback. 2) Diagram blokpenguatdengan umpan balikditunjukkan pada Gambar10.

3) Untuk negative feedback , Untuk positif feedback , POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 60

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(2) Topologi sirkuit umpan balik negative Tergantung pada akuisis isinyal umpan balik dan metode input, umpan balik negatif, sirkuit dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori berikut: 1) Tegangan-seri sampel-umpan balik negative pencampuran : Bagian dari tegangan diambil dari terminal output dan kemudian diterapkan ke terminal input jaringan seri. 2) Tegangan-sampel shunt-umpan balik negative pencampuran : Bagian dari tegangan diambil dari terminal output dan kemudian diterapkan ke terminal input meskipun jaringan shunt. 3) Saat ini pengambilan sampel shunt-umpan balik negative pencampuran: Bagian dari saat ini (alternatif, saatinidapat dikonversi ketegangan) diambil dari terminal output dan kemudian diterapkan ke terminal input meskipun jaringan seri. 4) Saat sampel shunt-umpan balik negatif pencampuran: Bagian dari saat ini diambil dari terminal output dan kemudian diterapkan pada jaringan shunt terminal input.

Dari gambar diatas kita dapat diketahui : 1 ) Tegangan dari rangkaian yang tersusun paralel untuk bagian nilai tegangan pada rangkaian seri umpan balik negative dan juga nilai tegangan pada rangkaian paralel dari umpan balik negative. 2 ) Arus dari rangkaaian yang tersusun seri untuk bagian nilai Arus pada rangkaian seri umpan balik negative dan juga nilai Arus pada rangkaian parallel dari umpan balik negative. 3 ) Sinyal balikan yang dipakai untuk input rangkaian paralel untuk bagian bentuk tegangan dan Arus pada rangkain paralel rangkaian umpan balik negative 4 ) Sinyal balikan yang dipakai untuk input rangkaian seri untuk bagian bentuk tegangan dan Arus pada rangkaian seri rangkaian arus balik negative POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 61

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Table 1 Menunjukkan variasi dari impedansi input rangkaian umpan balik negative
Tegangan pada Rangkaian seri Meningkat Menurun Arus pada Rangkaian seri Meningkat Meningkat Tegangan pada Rangkaian paralel Menurun Menurun Arus pada Rangkaian paralel Menurun Meningkat

Zif Zof

Kita dapat mencari dari tabel (1): 1. Zif akan bertambah jika sinyal feedback yang diterapkan ke terminal input melalui pengaturan seri, dimana input impedansi bertambah karena jaringan feedback terhubung ke sirkuit input di dalam seri. Sebaliknya Zif akan berkurang untuk shunt pencampuran feedback. 2. Zof akan berkurang jika sinyal feedback diambil oleh pengaturan shunt dimana input impedansi bertambah karena jaringan feedback terhubung ke sirkuit input di dalam shunt. Sebaliknya Zif akan bertambah jika sinyal feedback diambil oleh pengaturan seri. 3. Teganganh arus diambil oleh pengaturan shunt; arus harus diambil oleh pengaturan seri. Sifat dari negatif feedback: 1. Akan didapatkan berkurang. 2. Kestabilan rangkaian akan bertambah 3. Distorsi non linear akan berkurang. 4. Gangguan akan berkurang. 5. Bandwidht akan diperpanjang. 6. Zi dan Zo akan berganti dengan topologi feedback.

4.3

Peralatan Percobaan 1. KL-200 linear circuit lab. 2. Modul percobaan: KL-23007. 3. Bahan: sudah terdapat dalam KL-23007. 4. Alat percobaan: 1. Generator sinyal. 2. Oscilloscope. 3. multimeter. 5. alat:alatpegangan dasar

4.4

Prosedur Percobaan

Percobaan untuk voltage-sampling series-mixing pada rangkaian negative feedback 4-1-1-1 Langkah Percobaan (1) Pertama pastikan menggunakan modul KL-23007 pada KL-200 Linear Circuit Lab, kemudian tandai pada 23007 pada bagian block b (2) Masukan short-circuit clip dengan mengacu pada Gambar 10-2 dan susunlah shortcircuit clip sesuai dengan 23007-block b.1. Lepaskan pada bagian negative feedback (short-circuit clip tidak terhubung pada rangkaian C14 R31) (3) Gunakan multimeter (DCV) untuk mengukur Vc10 dan Vc9 ( Q9.Q10 collector) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 62

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(4) Hubungkan signal generator dan oscilloscope pada terminal input (IN3), dan hubungkan oscilloscope ke terminal output (OUT). Atur output dari signal generator menjadi 1 KHz sinyal sinus dan naikkan berkala tegangan output sehingga oscilloscope dapat menampilkan bentuk gelombang tidak terdistorsi pada terminal output. Lihat dan gambarlah bentuk gelombang pada IN3 dan OUT (5) Gunakan oscilloscope untuk mengukur bentuk gelombang pada TP3 dan TP7, kemudian catat hasilnya (6) Hubungkan rangkaian negative feedback ( short-circuit clip dihubungkan dengan rangkaian C14 R31) (7) Ulangi langkah (3), (4) dan (5) (8) Atur output dari signal generator pada 10 Hz ~ 20 KHz, kemudian lihat bentuk gelombang pad Vin dan Vout pada kedua rangkaian dengan dan tanpa negative feedback. Catatlah hasilnya, dan bandingkan respon frekuensi dari kedua rangkaian tersebut. Grafik respon frekuensi dari Av pada f dicatat di Tabel 10-1 (b)(c). 4-1-1-2 Hasil Percobaan Hasil percobaan harus di catat pada tabel 10-1 (a) (b) dan (c), kemudian bandingkan perbedaan antara rangkaian dengan dan tanpa negative feedback.

Tabel 10-1 (a) feedback

(b)

Respon

frekuensi

tanpa

negative

(c) Respon frekuensi dengan negative feedback

Gambar 4 2 Arus-sampling campuran Arus-sampling Seri-campuran Tegangan-sampling Terputus Seri-campuran shunt-

pada langkah (2) 63

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Percobaan 4 2 : Percobaan tegangan-sampling shunt-campuran rangkaian negatif feedback 4-2-1 4-2-1-1 Prosedur Percobaan : (1) Masukkan klip short-circuit sesuai dengan gambar 4-3 dan susun klip short-circuitsesuai dengan diagram 23007-blok c. Negatif feedback tidak terhubung (klip short-circuittidak terhubung ke R34 C16 pada rangkaian). (2) Gunakan multimeter (DCV) untuk mengukur Vc17 (tegangan pada colector transistor). (3) Hubungkan signal generator dan oscilloscope pada terminal input (IN), dan hubungkan oscilloscope ke terminal output. Aturlah output dari signal generator pada 1 KHz gelombang sinus dan naikkan berkala tegangan output sehingga oscillscope dapat menampilkan gambar gelombang maksimum yang tidak terdistorsi pada terminal output. Lihat dan catat gambar gelombang pada IN dan OUT 4) Hubungkan rangkaian negative feedback (short-circuit clip terhubung pada rangkaian R34 C16) 5) Ulangi langkah (2) dan (3) 6) Aturlah output dari signal generator pada 10 Hz ~ 20 KHz, kemudian perhatikan respon frekuensi pada kedua rangkaian tanpa dan dengan negative feedback. Kurva respon frekuensi dari Av yang berhubungan dengan f di gambar pada tabel 10-2 (b) (c)

4-2-1-2 Hasil Percobaan Catatlah hasil percobaan pada tabel 10-2 (a) (b) (c), kemudian bandingkan perbedaan antara rangkaian dengan dan tanpa negative feedback

Avo : Av saat Vo maksimum

(b) Umpan balik frekuensi

(c) Respon frekuensi dengan umpan balik negative POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 64

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Percobaan 3 (4-3) : Percobaan untuk rangkaian sampling-arus pada penguat umpan balik negative seri-campuran 4-3-1 4-3-1-1 Langkah Percobaan : (1) Pasanglah connection clip seperti pada gambar 10-4 dan module KL-23007 block b.2 H s or C9 R25 1K s r j s r r

penguat umpan balik negative seri-campuran . Impedansi AC pada kapasitor sangat kecil atau lemah. (2) Gunakan multimeter (DCV) untuk mengukur VC9 (Q9 collector) (3) Hubungkan sinyal generator dan oscilloscope pada input (IN2) , dan hubungkan oscilloscope ke output (OUT) . Atur keluaran sinyal generator ke 1KHz gelombang sinus dan secara perlahan sehingga pada tampilan oscilloscope terlihat gelombang maximum non-distorted pada keluaran. Gambar dan catat hasil gelombang IN dan OUT . (4) Lepaskan kapasitor C9 (lepas connection clip) sehingga rangkaian ini akan beroperasi seperti topologi dari penguat umpan balik negative . (5) Ulangi langkah (2) dan (3) 4-3-1-2 Hasil Percobaan : Catat hasil percobaan pada Table 10-3 , kemudian bandingkan antara rangkaian dengan kapasitor dan tanpa umpan balik negative .

Table 10-3.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

65

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Percobaan 4 (4-4): percobaan rangkaian umpan balik current-sampling shunt-mixing 4-4-1 4-4-1-1 Langkah-langkah percobaan (1) Pasang connection clip sesuai gambar 10-5 dan sesuia diagram 23007-blok b.3. kapasitor C7(10 F) untuk umpan balik negative dilepas. (2) Gunakan multimeter (DCV) untuk mengukur Vc8 dan Vc9 (Q8 Q0 collector) (3) Hubungkan function generator dan oscilloscope ke dalam terminal input (IN1), dan hubungkan oscilloscope ke terminal output (OUT). Atur output dari function generator sampai 1KHz gelombang sinus dan secara bertahap meningkatkan tegangan output sehingga oscilloscope dapat menunjukkan gelombang maksimum non distorsi di terminal output. Lihat dan gambar masing-masing gelombang IN dan OUT. (4) Gunakan oscilloscope untuk mengukur Vc8 dan Vc9 (Q8 Q9 collector). (5) Hubungkan C7 (10F) sehingga rangkaian ini akan digunakan sebagai topologi saat pengambilan sampel pencampuran umpan balik negatif. (6) Ulangi langkah (2)(3)(4). 10-4-1-2 Experiment Result: Hasil Percobaan harus ditulis pada Tabel 10-4, kemudian bandingkan perbedaan antara rangkaian dengan dan tanpa negativ feedback (umpan balik begatif)

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

66

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

PRAKTIKUM 5
Positif Feedback Transistor
5.1 Tujuan pembelajaran :
- Mengetahui hubungan antara positif feedback dengan oscillasi - Memahami prinsip dari Oscillasi pergeseran fase RC - Memahami prinsip dari Oscillasi Wien-bridge - Memahami prinsip dari Oscillasi frekuensi tinggi

5.2 Dasar Teori :


5.2.1. Istilah baru
6. : faktor feedback 7. OSC : singkatan dari osilasi 8. Resonansi seri : Untuk gambar dari rangkaian ini, dimana XL = XC yang disebut dengan resonansi. Z akan minimum selama resonansi. Rangkaian akan resistif selama resonansi. 9. Resonansi pararel Untuk gambar dari rangkaian ini, dimana XL = XC yang disebut dengan resonansi. Z akan maksimum selama resonansi. Rangkaian akan resistif selama resonansi.

5.2.2. Prinsip Dasar


(1) Oscillator 1) Oscilator : Artinya bahwa rangkaian dapat mengubah energy listrik dari DC power supply menjadi energy listrik AC dengan spesifikasi frekuensi, tanpa menggunakan sinyal keluaran 2) Hubungan antara positif feedback dengan oscillation : Avf dari rangkaian feedback adalah sama dengan 0(- A=1 osc o s c r . Jika yang dimaksud adalah rangkaian feedback maka 1+A = s h s r h r r s bilan. Avf y

Selama kita berasumsi bahwa sinyal keluaran Vi=0 ,bagaimanapun,Vi tidak akan bernilai 0 jika noise tidak dihillangkan. Vi akan menghasilkan Vo = Av x Vi mengikuti amplifier,dan akan h s Av=1 s hf c J f s Av k sama dengan Vi,input

sinyak akan bertambah,dan oscillation akan dihasilkan dengan sendirinya. Jika ini di POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 67

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


butuhkan untuk membuat - Av y s f s V - A = 1 < 0o . Dengan kata lain

keseluruhan fase pada amplifier dan feedback akan sama dengan 0o atau 360o. 3) Kondisi oscillation : - rangkaian positif feedback - amplifier dengan sufficient didapat dari A 1. 4) Oscillator dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori : 1) Oscillator sinusoidal, dapat diklasifikasikan pada : a. Oscillator frekuensi rendah Oscillator ini sama dengan feedback RC. Sebagai contoh dari oscillator ini temasuk RC phase-shift oscillator, Wien-Bridge oscillator, dll. b. Oscillator frekuensi tinggi Oscillator ini sama dengan feedback LC. Sebagai contoh dari oscillator ini termasuk Hartley oscillator, colpitss oscillator, crystal oscillator, dll. 2) Oscillator non sinusoidal a. Gelombang persegi oscillator. Sebagai contoh dari oscillator ini termasuk astable multibibrator, dll. b. Pulsa oscillator. Sebagai contoh dari oscillator ini termasuk intermittent oscillator, dll. c. Triangular (saw-tooth) oscillator. Contoh dari oscillator ini termasuk UJT oscillator, dll.

(2) Pengertian untuk sinusoidal OSC : 1) RC phase-shift OSC 1) Karena tiap sector RC akan berimbas pada fase shift 60, tiga sektor network dari RC akan menghasilkan pada fase shift 180 (dasarkan pada rangkaian differensial dan integrator yang dijelaskan pada chapter 4 untuk dasar fase shift). Fase shift 180 ini, dihaslkan oleh hubungan feedback yang dijelaskan diatas. Selama dengan fase inversi 180 yang dihasilkan oleh amplifier akan berdampak pada 360 dari total fase shift A f s sh f o 360 coco f s s y y

sama. Jika pertambahannya cukup, osilasi akan dihasilkan dan diteruskan. 2) Transistor RC phase sihft oscillator a. Gambar 5.1 (a) menunjukkan phase-lag RC phase-shift oscillator. Gambar 5.1 menunjukkan hubungan antara I, Vi dan Vf pada rangkaian single-section RC. Fig 11.2 menunjukkan rangkaian tiga sesi RC, dengan beda fase antara Vf dan Vo 180. Jika Fo

. Frekuensi sinus dari oscilasi oleh rangkaian Gambar 5.1 (a) Fo C= 0 01 F K r

, dimana R= 4.7

= Vf/Vo =-1/29 untuk rangkaian RC phase-shift ditunjukkan

pada gambar 5.2 dengan operasi frekuensi dari Fo, oscilasi dapat didukung jika amplifier mempunyai amplifikasi minimum factor 29 mencukupi A = 1

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

68

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Gambar 5.1

Gambar 5.2

b. Gambar 5.3 menunjukkan phase-lead RC phase-shift OSC, dengan Fo =

. Kondisi

tunggal RC phase-shift ditunjukkan pada Gambar 5.4(a) dan Gambar 5.4(b) menunjukkan hubungan antara Vi, Vf dan I.

Gambar 5.3

Gambar 5.4

Gambar 5.5 Wien-Bridge Oscillator 2) Wien-bridge OSC a. Diagram rangkaiannya dapat dilihat pada gambar 5.5, dimana dua jaringan umpan balik ada : C1 R1 dan R2 C2 terdiri dari rangkaian umpan balik positif, dan R3 dan R4 terdiri dari rangkaian umpan balik negatif. Rangkaian umpan balik negatif independen dari frekuensi osilasi, tetapi jumlah umpan balik negatif tidak akan lebih besar dari jumlah umpan balik positif sehingga A tidak akan kurang dari 1. b. Jika jumlah umpan balik positif lebih besar dari jumlah umpan balik negatif di sirkuit, osilasi akan diproduksi dalam sirkuit ini dengan osilasi frekuensi = 1/2 Karena R1 = R2 dan C1 = C2, f = 1/2 R1C1. c. Mengubah jumlah umpan balik negatif, dengan menyesuaikan R3, akan menghasilkan osilasi hasil ini. 3) Harley OSC a. Rangkaian seperti ditunjukkan pada gambar 5.6 : .

a) jaringan umpan balik: jaringan ini dibentuk dengan menghubungkan L1 dan L2 dalam seri, kemudian menghubungkan C secara paralel.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

69

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


b) Tanah titik ini jaringan umpan balik: Titik ini terletak di tengah-tengah L1 dan L2, dan terhubung ke tanah melalui kapasitor CC2 (ground AC). c) Umpan balik tegangan diambil dari dua terminal L1. d) Penguat dapat terdiri dari khas CE rangkaian penguat. b. dimana M berinduktansi. c. Kategori dari Hartley OSC : a) Umpan paralel Hartley OSC : The Hartley OSC di mana DC tidak akan mengalir melalui rangkaian penyimpanan energi LC disebut umpan paralel Hartley OSC. b) Umpan seri Hartley OSC : The Hartley OSC di mana DC akan mengalir melalui sirkuit penyimpanan energi LC disebut seri-pakan Hartley OSC, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.6 (a) adalah L1 dan L2 yang saling

Gambar 5.6 (a) Umpan paralel Hartley OSC 4) Colpitts OSC a. Rangkaian ini ditunjukkan pada Gambar 5.6 (b) a) Jaringan umpan balik dimasukkan oleh LC osilasi rangkaian tangki, di mana C = C1 terhubung ke C2 secara seri, tengah C1 dan C2 terhubung ke tanah, dan VC1 sinyal umpan balik diterapkan ke terminal input. b)

c) RFC (Radio Frequency Choke) biasanya dihubungkan secara seri untuk kolektor dalam penyediaan rangkaian listrik untuk membelokkan sinyal RF diproduksi dalam osilasi dari umpan ke power supply DC. Xl = 2 fL f XL

d) Penguat ini sama dengan penguat CE pada umumnya.

Gambar 5.6 (b) Colpitts OSC 5) Kristal OSC a. Cara kerja dari dari kristal OSC memanfaatkan faktor Q tinggi dan efek piezoelektrik sehingga sinyal osilasi dengan frekuensi tetap dapat dihasilkan. b. Efek piezoelektrik pada kristal POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 70

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(a) Jika sebuah tegangan diberikan pada kristal, akan terjadi sebuah beban mekanik pada kristal ini untuk memproduksi getaran yang merupakan tipe getaran ekspansi dan ekstraksi. (b) Karena ekspansi dan ekstraksi disebabakan oleh getaran dari kristal, sebuah output tegangan AC akan dihasilkan pada permukaan. Frekuensi dari tegangan AC akan ditentukan oleh frekuensi getaran dari kristal ini. c. Ciri-ciri osilasi pada kristal Jika sebuah tegangan diberikan pada kristal, akan dihasilkan getaran dalam kristal untuk memproduksi sebuah tegangan AC. Karena osilasi kristal akan mengkonsumsi energi disebabkan pergeseran internal, osilasi ini akan melemah dan akhirnya berhenti. Akan tetapi, jika energi diberikan secukupnya, osilasi kristal dapat diperlama. d. Simbol elektrik, rangkaian setara dan kurva karakteristik kristal

Dari rangkaian ekivalen dan kurva karakteristik pada gambar 5.7, kita dapat memahami bahwa kristal quartz dapat digunakan pada osilator dengan resonansi seri atau paralel. Gambar 5.3 menampilkan osilator kristal dengan resonansi paralel. (3) Deskripsi OSC non-sinusoidal : 1. Multivibrator Multivibrator dikelompokan menjadi : 1. Multivibrator astable; 2. Multivibrator monostable; dan 3. Multivibrator bistable.

Di antara beberapa multivibrator di atas, multivibrator monostable dan bistable hanya dapat dioperasikan jika ia dipicu oleh sinyal kontrol eksternal, dimana multivibrator astable dapat berosilasi, tanpa pemberian sinyal kontrol eksternal, cukup dengan

menghubungkannya ke power supply. Multivibrator berbeda dengan osilator sinusoidal yang disebutkan sebelumnya dalam operasi berikut : Transistor pada multivibrator bekerja pada daerah saturasi dan cutoff sebagai switch, dimana transistor pada osilator sinusoidal bekerja pada daerah aktif sebagai penguat. Kita akan menjelaskan secara singkat ketiga multivibrator ini seperti berikut : a. Multivibrator astable pada umumnya

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

71

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Gambar 5.8 Sebelum memulai penjelasan mengenai astable multivibrator, pertama kita harus mengerti h Vc rh r RC R E1 K K SW s s 1 s SW r 2 r58 Vc

meningkat dari E1 ke E2(karena berbedaan potensial antara E2 dan Vc selama interval, C akan diisi oleh Ic hingga Vc= E2). Tipe dari astable multivibrator seperti ditunjukkan pada gambar 5.9. Akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini : a) Ketika power supply dihubungkan, Q1 dan Q2 akan forward bias seperti transistor pada Rb1 dan Rb2. Karena karakteristik Q1 dan Q2 tidak sama, satu dari transistor Q1 akan dinonaktifkan terlebih dahulu. b) Ketika Q1 diaktifkan, seperti pada gambar 5.10. Q1 diaktifkan, Vc2 (B2 terminal negatif) berfungsi seperti Vbe dari Q2 jadi Q2 akan dinonaktifkan. Tegangan polaritas melewati C1 dan C2 menandakan locasi pada level lebih tinggi pada kapasitor. Karena nilai dari RC2 lebih kecil dari rangkaian charge dari RC2 C1 Q1 kepada C1, Vc1 akan di charge pada Vcc pada interval yang relativ, dengan gelombang seperti gambar 5.12. C2 akan diisi dari Vcc +0.6V setelah interval T2 = 0.7 Rb2 C2(kedua) jadi C2 akan aktif oleh forward bias. c) Ketika Q2 aktif, seperti gambar 5.11. Tegangan reverse Vcc akan mengisi C1 (dengan polaritas seperti gambar 5.10) akan bekerja pada BE pada Q1 jadi Qi akan dinonaktifkan. Seperti gambar 5.11, C1 dan C2 telah diisi dengan polaritas yang ditandakan pada lokasi yang lebih rendah di capasitor, dimana pengisian dari rangkaian dari C1 adalah Rb1 C1, pengisian untuk C2 adalah RC2 C2 Q2be, dan perubahan dari gelombang telah ditunjukkan pada gambar 5.12. C1 akan diisi sebesar +0.6V setelah interval T = 0.7 Rb1 C1 jadi Q1 akan aktif lagi. Dua transistor ini akan mengulang operasi yang dijelaskan pada (b) dan (c) untuk osilasi. Gelombang kotak akan di generate dari Vo1 dan Vo2 seperti gambar 5.12.

Gambar 5.9 Tipe astable multivibrator

Gambar 5.10 Jalan Arus ketika Q1 aktif

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

72

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Gambar 5.11 Jalan Arus Ketika Q2 Aktif

Gambar 5.12 Gelombang Multivibrator Astable d) ketika rangkaian simetris sempurna.ketika terbentuk satu gelombang kotak T = 1.4 RbC F = 1 / T = 1 / 1.4 RbC b. Monostable multivibrator Monostable multivibrator juga menunjukan sekali proses. kemudian akan dijelaskan konsep dasarnya sebagai berikut :

Gambar 5.13 Keluaran dari monostable multivibrator tidak akan berubah sampai trigger. Hubungan antara sinyal trigger dan keluaran ditunjukkan pada gambar (b) dan (c) berturut-turut. Ada dua tipe keluaran : 1. Saat ON, delay OFF (level high menyatakan ON) 2. Saat OFF, delay ON (level low menyatakan OFF) Ada dua macam trigger : 1. Trigger oleh Pulsa Positif 2. Trigger oleh Pulsa Negatif Prinsip operasi monostable multivibrator dinyatakan sebagai berikut : Gambar 5.14 menunjukkan monostable multivibrator trigger oleh pulsa positif. a) Sebelum sinyal trigger digunakan, Q2 dinyalakan pada forward bias. Jika Q1 nyala pertama, Cb akan digantikan setelah jangka pendek Rb2 Cb (Q1ce kira-kira short-circuit) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 73

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


dengan polaritas ditunjukkan diatas Cb, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.14 (b). Ketika Cb diberi tegangan 0,6V, Q2 akan nyala pada forward bias, maka Vbe1 akan diturunkan dan Q1 akan mati. b) Ketika sinyal trigger digunakan ke sinyal input, sinyal akan dibedakan oleh C1 R2 maka lalu melalui clipping D. Impulse positif akan

digunakan dasar Q1 untuk menyalakan forward bias Q1. Saat Q1 menyala (CE kira-kira short-circuit), tegangan Cb (dengan polaritas pada lower Cb seperti yang terlihat pada gambar 5.14 (b) ), melalui Rc1 Cb Qbe saat Q2 menyala, akan mematikan Q2. Sejak Q1 menyala, Cb akan mengisi arus pada Rb2 Cb Q1ce dengan polaritas diatas Cb seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.14 (b). Tegangan Cb akan diisi dari 0,6V, Q2 akan menyala. Waktu yang dibutuhkan Vcb untuk mengisi dari disebut waktu delay (T). c) Perbedaannya hanya diantara rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 5.5 (b) dan 5.14 (a) (gambar 5.5 (b)) yang merupakan gelombang kotak awal yang digunakan Vin yang dirubah pulsa oleh tombol manual, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.15. ke ke

d) Gelombang terbentuk dalam trigger monostable multivibrator oleh positif impulse yang ditunjukkan pada gambar 5.14 (d).

Gambar 5.14 (a) Monostable Multivibrator Cb discharged melewati TR1, Vcc dan Rb2

Gambar 5.14 (b) Charge Circuit Cb ketika Q1 menyala

Gambar 5.14 (c) Charge Circuit Cb ketika Q2 menyala

Gambar 5.14 (d) Gelombang 74

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


c. Bistable Multivibrator

Bistable Multivibrator akan bekerja dengan cara sebagai berikut : Ketika sinyal trigger digunakan ke terminal input, keadaan akan berubah dan keadaan ini (keadaan kedua) akan ditahan. Jika trigger selanjutnya digunakan, keadaan kedua akan berubah (dilanjutkan ke keadaan awal), seperti ditunjukkan pada gambar 5.15.

Gambar 5.15 Dari gambar tersebut, kita dapat mengerti dua fungsi bistable multivibrator. a) RS Flip-flop R : Reset T r Q s v ow 0V).

S : Set Terminal Q diset level high ( Vcc). Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.16, jika S1 (set) ditekan, Vbe1 = 0V maka Q1 akan mati dan terminal Q akan mengantar output high-level. Q2 akan menyala selama bias diam V V 2=0 2 Q2 r Q r Q r output low-level. Jika S2 (set) ro h h-level. Q1

akan menyala selama bias diam digunakan pada Vbe1, dan terminal Q akan mengantar output low-level.

Gambar 5.16

Gambar 5.17 T Flip-flop

Flip-flop T adalah bistable multivibrator yang hanya menggabungkan satu terminal input T (trigger). Ketika sinyal trigger di inputkan, tingkat output dari Q dan Q dapat berubah secara bersama. Karena satu gelombang kotak dapat di tunjukkan pada rangkaian ini setelah dua pemicu signal berturut-turut telah di masukkan ke input terminal ( seperti pada gambar 5.15). T flip-flop ini dapat berfungsi sebagai pembagi menjadi dua. kemudian akan di jelaskan dasar T flip-flop seperti pada gambar 5.17. 1. Sebelum pemicu signal dipicu kita asumsikan bahwa Q1 menyala dan Q2 mati. Cb1 akan terisi terhadapat Vcc melewati dua terminalnya , dengan charge circuit pada gambar 5.17 (a). Karena Ce1 sangat kecil selama Q1 menyala, Cb2 tidak dapat dibebankan. 2. Input sinyal pertama akan dibedakan oleh Ct Rt untuk merubah yang akan di potong menjadi menjadi ,

(negative impulse) oleh D1 dan D2. Negatif inpulse

ini kemudian akan diteruskan ke basis dari transistor. POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 75

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


3. Ketika negative impulse ini diteruskan ke basis dari Q1 dan Q2, Q1 dan Q2 akan menjadi off secara bersamaan. Ketika Q1 berubah dari ON ke OFF, Vce1 akan naik sebesar Vcc yang akan mengisi Cb2. Arus pengisian akan menyalakan Q2 dan Vce2 sangat rendah ketika Q2 menyala. Q1 sebagai sustained ketika OFF , dan Cb tidak akan terisi selama kapasistor siap untuk tersaturasi. Ketika Q1 OFF dan Q2 menyala, Cb2 akan terisi toward Vcc, dan tidak akan ada pengisian yang akan terakumulasi pada Cb2 selama Cb2 tidak terisi melalui Rb1. 4. Ketika dorongan negatif kedua diterapkan pada basis Q1 dan Q2, Q1 dan Q2 akan dimatikan secara bersamaan. Ketika Q2 berubah dari ON ke OFF, Vce2 akan naik ke Vcc yang akan mengenakan Cb1. Muatan arus akan menghidupkan Q1, dan Vce1 sangat rendah ketika Q1 dihidupkan. Oleh karena itu Q2 terus menerus dalam keadaan OFF, dan Cb2 tidak akan dikenakan biaya karena kapasitor ini telah jenuh. Ketika Q1 dihidupkan dan Q2 dimatikan, CB1 akan dikenakan terhadap Vcc, dan Cb2 akan dibuang melalui Rb1. 5. Ketika sinyal input diterapkan terus menerus, sirkuit akan ulangi langkah 3 dan 4 dan akan mempertahankan operasinya, dengan output bentuk gelombang yang ditunjukkan pada gambar 5.18.

Gambar 5.18 Gelombang T Flip-flop d. Osilator Intermittent Intermiten osilator adalah nama untuk ini osilator penginapan yang transistor hanya sesekali dilakukan, di mana dalam transistor memiliki selang konduksi sangat pendek dan selang cutoff sangat panjang. Prinsip-prinsip dasarnya memanfaatkan konsep tegangan induksi induktansi, , dan charge/discharge C. Rangkaian dasar ditunjukkan pada gambar 5.19 (a), yang akan dianalisa sebagai berikut : a) Bila catu daya tersambung, transistor akan bias maju oleh Ib = (Vcc - 0.6V). R. Oleh r Ic = I Ic 0 Ic (sat). Tegangan induksi Lp juga menghasilkan

medan magnet sehingga tegangan induksi akan dihasilkan dalam Ls dengan terminal atasnya sebagai polaritas positif dan terminal yang lebih rendah sebagai polaritas negatif. b) Tegangan induksi Ls, dalam hubungannya dengan Vcc, akan mengisi C melalui jalur yang ditunjukkan pada gambar 11.19 (b). Arus pengisian ini akan meningkatkan arus POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 76

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


basis transistor sampai transistor di titik saturasi. Setelah transistor pada titik saturasi, Ic tidak akan meningkat, yang akan membuat Ic = 0 dan . Tegangan

induksi dari Ls dengan demikian akan menghilang, yang akan membuat Vb= -Vc + Vcc < 0 (Vc = VLS + Vcc ). Karena itu transistor akan mati karena reverse bias dari transistor tersebut. c) Setelah transistor mati, kapasitor C akan dikosongkan melalui jalur yang ditunjukkan pada gambar 11.19 (c), yang secara bertahap akan menurunkan reverse bias dari transistor. Setelah reverse bias telah tidak ada, transistor akan melakukan lagi. d) Ketika transistor kembali ke keadaan pada langkah (b), VLS + Vcc akan mengisi C untuk menghasilkan Ib, yang dengan cepat akan membuat transistor pada titik saturasi dan membuat Ic = 0 sehingga transistor akan cepat mati. Karena itu maka konduksi waktu transistor sangat pendek. e) Waktu cutoff transistor tergantung pada waktu pengosongan RC secara konstan. Setelah pengosongan C telah selesai, transistor akan melanjutkan konduksinya. f) Selama ON / OFF transistor, tegangan induksi Ls tidak berbentuk gelombang persegi standar, sedangkan komponen frekuensi tinggi osilasi yang teredam digambarkan dalam bentuk gelombang. g) Jika diperlukan untuk menghilangkan osilasi yang teredam, dioda dapat dihubungkan secara paralel untuk dua terminal L untuk meningkatkan fenomena seperti ini, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.19 (d). h) Bentuk gelombang dari poin yang terkait dengan sirkuit ini diperlihatkan pada gambar 5.19 (e).

Ketika transistor berubah dari ON ke OFF, kumparan akan menginduksi tegangan dengan polaritas terbalik relatif terhadap tegangan aslinya

Gambar 5.19 Intermittent Oscillator POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 77

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


e. Schmitt trigger Schmitt trigger juga disebut sebagai gelombang membentuk sirkuit, dengan hubungan input-output yang ditunjukkan pada gambar 5.20 (a) dan simbol yang ditunjukkan pada gambar 5.20 (b).

Gambar 5.20 Input dan Output gelombang Schmitt Trigger a). Rangkaian dasar Schmitt triger ditunjukkan pada gambar 5.21 (a) ketika Vi = 0, Q1 akan berubah dari Q2 dan akan dihidupkan. saat ini tegangan Re adalah ketika Vi-Ve2> 0,6 V baik Q1 dan Q2 akan dihidupkan. saat ini VC1 akan menurun dan Vb2 akan menurun Sejalan , sehingga Vb2 <Ve dan Q2 akan berubah

dari karena membalikkan bias. oleh karena itu Vo = Vcc r Q1 ON V 2 r h j

Ketika Vi terus menerus naik, Vi-Ve "2 akan masih lebih besar dari 0,6 V yang akan membuat Q1 tetap aktif. Q1 akan OFF jika Vi V 2 kita dapat memahami item berikut dari uraian di atas: a. Jika itu diperlukan untuk menyalakan Q1, Q2 mematikan dan membuat Vo = Vcc, Vi harus lebih besar dari Ve2 + 0,6 V. Vi ini disebut ambang atas yang dinotasikan sebagai Vu. b. Jika diperlukan untuk menyalakan Q1, Q2 mematikan dan membuat Vo = 0V, Vi harus r r V 2 + 0 6V r r 06V

c. Vh = Vu VL disebut hysteresis voltage

b). Pengaplikasian Schmitt Trigger dengan bias. Seperti ditunjukkan pada gambar 5.21, ketika sinya AC diaplikasikan pada terminal input, Schmitt Trigger akan memberikan simetris gelombang non persegi. jika gelombang persegi simetris diperlukan, suatu bias DC yang memadai harus diterapkan di terminal masukan seperti ditunjukkan pada Gambar 5.22 (a). bentuk gelombang yang sesuai ditunjukkan pada Gambar 5.22 (b).

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

78

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Gambar 5.22 F. Saw-tooth Oscillator Konsep dasar dari bentuk gelombang ditunjukkan pada gambar 5.23.

Gambar 5.23 Keika SW di matikan, C akan diisi. Ketika SW di hidupkan, C akan dilepaskan. Bentuk gelombang ditunjukkan pada gambar 5.23 (b) yang akan dihasilkan. Untuk membentuk gelombang dengan linearitas yang sangat baik, kapasitor akan dibebankan menggunakan arus yang tetap. Rangkaian dasar ditunjukkan pada gambar 5.24 (a). Generator sawtooth dengan linearitas yang lebih baik ditunjukkan pada gambar 5.24 (b)

Gambar 5.24 Generator Saw-tooth SW pada gambar 5.23 diganti dengan transistor yang ada pada rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 5.24 (a), dimana transistor yang hidup dan mati dikontrol oleh gelombang kotak. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.24 (b). Rangkaian dengan arus yang konstan untuk saw-tooth genarator dengan linearitas yang baik terdiri dari Q1, R1, R2 dan Zd dan gelombang kotak dapat dilengkapi oleh pembangkit gelombang kotak (seperti astable multivator)

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

79

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

5.3 Peralatan percobaan :


(1) KL-200 Linear Circuit Lab. (2) Modul KL-23008. (3) Bahan : Seperti yang tertera pada KL-23008 (4) Alat percobaan : 1. Multimeter 2. Ossciloscope 3. Sinyal Generator (5) Perkakas peralatan tangan.

5.4 Prosedur percobaan :


Percobaan pertama (5.1) : percobaan untuk voltage-sampling seri-campuran rangkaian umpan balik negatif 5-1-1 Fase RC shift oscillator 5-1-1-1 Langkah-langkah percobaan : 1. Masukkan klip rangkaian pendek seperti pada Gambar 5-25 dan klip rangkaian pendek diagram susunan rangkaian 23008-blok a. 2. Gunakan oscilloscope untuk mengukur bentuk gelombang ke dalam terminal output, lalu acak nilai VR2 (VR10K). Jadi, terminal output akan menjadi output sinusoidal dan catat. 3. Gunakan osciloscope untuk mengukur gelombang dari Vb1, Vb2, dan Vd. 5-1-1-2 Hasil Percobaan : Catat hasil percobaan pada tabel 5-1 (a), kemudian bandingkan relasi fase antara tegangan masing-masing

Tabel 5-1 (a)

Tabel 5-1 (b)

Gambar 5.25 (Gambar KL-23008 blok a)

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

80

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


5-1-2 Wien-bridge Oscillator 5-1-2-1 Prosedur Percobaan : 1. Masukkan klip pendek-sirkuit dengan mengacu pada Gambar 5-26 dan susun sirkuit pendek klip sesuai diagram 23008-blok b. 2. Gunakan osiloskop untuk mengukur gelombang di output terminal, kemudian menyesuaikan VR2 (VR 10K) sehingga output terminal akan memberikan output sinusoida dan catat. 3. Gunakan osiloskop untuk mengukur bentuk gelombang dari TP1, TP2 dan TP3 masingmasing. Lihat fasenya, dan catat. 5-1-2-2 Hasil Percobaan : Hasil percobaan dicatat dalam tabel 5-1 (b), maka pengantar hubungan fase antara tegangan masing-masing.

Gambar 5.26 (Gambar 23008 blok a) Percobaan kedua (5-2): Osilator sinusoida frekuensi tinggi 5-2-1 Hartley oscillator 5-2-1-1 Prosedur percobaan : 1. Masukkan klip pendek-sirkuit dengan mengacu pada Gambar 5-27 dan susun sirkuit pendek klip sesuai diagram 23.008-blok c. Hubungkan C17 (1000p) sebagai emitor memotong Capasitor. 2. Hubungkan catu daya, kemudian sesuaikan tegangan 3V-18V (18V harus disesuaikan terlebih dahulu). 3. Gunakan osiloskop untuk mengukur TP1 TP2 dan masing-masing, kemudian sesuaikan VR2 (10K sehingga hasilnya sinusoida dapat dihasilkan dari osilator ini. 4. Ubah emitor memotong kapasitor terhadap C18 (50P) 5. Ulangi langkah (3). 6. Perlahan-lahan turunkan tegangan, kemudian lihat tegangan nilai power supply, kemudian lihat volt nilai tegangan listrik dimana osilasi akan berhenti. 5-2-1-2 Hasil percobaan : Catat hasil penelitian pada Tabel 5-2.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

81

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Tabel 5.2

Gambar 5.27 (Gambar 23008 blok c) 5-2-2 Colpitts oscillator 5-2-2-1 Prosedur percobaan (1) Masukkan rangkaian short menurut pada gambar 5-28 dan rangkaian short pada diagram pengaturan klip 23009-block a.1. (2) Gunakan oscilloscope untuk mengukur gelombang pada sisi output pada oscillator 5-2-2 Hasil Percobaan Vout(p-p) = ? F = ? Nilai ini didapatkan dari perkiraan nilai teori

Gambar 5.28 (gambar 23009 blok a) Percobaan Tiga (5-30) : Crystal Oscillator 5-3-1 5-3-1 Prosedur Percobaan (1) Masukkan klip rangkaian short menurut gambar 5-29 dan klip diagram susunan rangkaian short 23009-block a.2 (2) Gunakan oscilloscope untuk mengukur gelombang input dari oscillator 5-3-1-2 Hasil Percobaan Vout(p-p) = ? F=?

Gambar 5.29 (gambar 23009 blok a) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 82

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Percobaan Empat (5-4) : Astable Multivibrator 5-4-1-1 Generator Gelombang Kotak 5-4-1-1 Prosedur Percobaan (1) Masukkan rangkaian short menurut gambar 5-30 (a) dan klip diagram susunan rangkaian short 23008-block d.1. (2) Gunakan voltmeter(DCV) untuk mengukur masing-masing Vbe5, Vce5, Vbe6, Vce6 dan catat hasilnya (3) Gunakan oscilloscope(dua jalur) untuk mengukur masing-masing Vbe5, Vce5, Vbe6, Vce6 dan catat hasilnya (4) Jika tidak ada pembangkit gelombang kotak pada Vce5 dan Vce6. Silahkan hapus C11 dan C13 (0,1) dan ulangi langkah-langkah (2). Lalu lihat jika Vce5 dan Vce6 bernilai kira-kira 0.2 V dan jika Vbe5 dan Vbe6 kira-kira 0.6 V. Jika tidak, anda harus mengecek jika ada kesalahan sambungan pada rangkaian ini. 5-4-1-2 Hasil Percobaan Catat hasil percobaan pada tabel 5-3(a)

Gambar 5.30 (a) Bandingkan hubungan antara gelombang dan nilai DCV dari setiap gelombang

Gambar 23008 blok d.1 5-4-2 Frekuensi-adjustable square wave generator 5-4-2-1 Prosedur Percobaan: (1) Masukkan klip pendek-sirkuit dengan mengacu pada Gambar 5-30 (b) dan klip pendeksirkuit diagram pengaturan 23.008-blok d.2. (2) Gunakan osiloskop untuk mengukur masing-masing Vbe5, Vce5, Vbe6 dan Vce6. (3) A j s VR3 VR100K J J VR3 = 0 f =? VR3 = 100 K f =? h h o fr s r h

5-4-2-2 Hasil Percobaan : J VR3 = 0 f = _______Hz POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 83

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


J VR3 = 100 K f = _____ Hz

Gambar 5.30 (b)

Gambar 23008 blok d.2 5-4-3 Flashlight 5-4-3-1 Prosedur Percobaan : (1) Masukkan klip pendek-sirkuit dengan mengacu pada Gambar 5.30 (c) dan klip pendeksirkuit diagram pengaturan 23.008-blok d.3. Hubungkan 47 F ke C11 dan C12. (2) Lihat jika LED berkedip. (3) Ubah C11 dan C12 menjadi 0,1 F, kemudian lihat jika LED masih berkedip. Jika tidak, jelaskan alasannya. Gunakan osiloskop untuk mengukur masing-masing Vce5 dan Vce6, kemudian lihat f dan periksa apakah f ini lebih tinggi dari langkah (2).

Gambar 5-30 (c) 5-4-4 Buzzer Elektronik 5-4-4-1 Prosedur Percobaan :

Gambar 23008 block d.3

(1) Masukan short-circuit clip dengan mengacu pada Gambar 5-30 (d) dan tatalah shortcircuit clip seperti pada diagram 23008-block d.4 Hubungkan speaker 0.5 W/8 (2) A r VR3 VR100K hj o r r r speaker akan berubah.

Kemudian gunakan oskiloskop untuk mengukur OUT2 (VCE 6 ) untuk melihat jika siklus sinyal akan berubah dengan VR3, kemudian catat hasilnya. 5-4-4-2 Hasil Percobaan : Hasil percobaan harus di catat pada Tabel 5-3 (b)

Tabel 5-3 (b)

Gambar 5-30 (d) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 84

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Gambar 23008 block d.4

Percobaan lima (5-5): Monostable multivibrator 5-5-1 Monostable multivibrator dipicu oleh dorongan positif 5-5-1-1 Prosedur Percobaan : (1) Masukkan clip seperti gambar 5-31(a) dan clip pendek sesuai modul 23009 blok b1. (2) Gunakan voltmeter untuk mengukur Vbe2, Vbe3 dan Vce3, dan catat hasilnya. (3) Hubungkan function generator dan oscilloscope ke input (IN), dan hubungkan oscilloscope ke output. Atur output function generator ke 500Hz dan tambahkan secara perlahan tegangan output, kemudian lihat gelombang pada osciloscope dan catat hasilnya. (4) Atur sinyal output function generator ke frekunsi yang lebih tinggi kemudian lihat jika gelombang Vout berubah. 5-5-1-2 Hasil Percobaan : Hasil percobaan harus ditulis di tabel 5-4(a) dan lihat jika waktu delay T dari monostabel multivibrator adalah hampir sama dengan 0,7 Rb2 Cb.

Gambar 5.31 (a)

Tabel 5.4 (a)

Gambar 23009-blok b.1 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 85

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


5-5-2 Timer 5-5-2-1 Prosedur Percobaan : (1) Masukkan clip seperti gambar 5-31(b) dan clip pendek sesuai modul 23009 blok b2. (2) Tekan tompul push kemudian lihat waktu periode yang LED tidak menyala (terang). (3) Atur VR3 dan tekan tombol push lagi, kemudian periksa jika periode waktu LED menyala (terang) akan berubah.

Gambar 5.31 (b) Percobaan enam (5-6): Bistable multivibrator 5-6-1 RS flip-flop 5-6-1-1 Prosedur Percobaan :

Gambar 23009-blok b.2

(1) Masukkan clip seperti gambar 5-32(a) dan clip pendek sesuai modul 23009 blok c1. (2) Tekan S2, kemudian gunkan voltmeter (DCV) untuk mengukur Vbe4, Vce4 dan Vce5 dari Q4 dan Q5 dan catat hasilnya. (3) Tekan S3, kemudian gunkan voltmeter (DCV) untuk mengukur Vbe4, Vce4 dan Vce5 dari Q4 dan Q5 dan catat hasilnya. 5-6-1-2 Hasil Percobaan Hasil eksperimen harus dicatat di tabel 5-5 (a). Tekan S2 VBE4 VCE4 VBE5 VCE5 Tabel 5-5 (a) Tekan S3 VBE4 VCE4 VBE5 VCE5

Gambar 5-32 (a) Gambar 23009 blok c.1 5-6-2 T flip flop (dibagi menjadi 2) 5-6-2-1 Prosedur percobaan :

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

86

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


(1) Masukkan klip sirkuit pendek dengan mengacu pada gambar 5-32 (b) dan susunlah klip circuit pendek diagram 23009-block c.2 (2) Hubungkan sinyal generator dan oscilloscope ke terminal masukkan (IN), dan

hubungkan oscilloscope ke terminal keluaran (OUT). Adjust output dari sinyal generator ke 1KHz dan dan perlahan naikkan amplitude sampai OUT1 mengirim gelombang kotak. Lihat bentuk gelombang dari IN dan OUT1, kemudian hitung f. (3) Gunakan oscilloscope untuk mengukur bentuk gelombang dari OUT2, kemudian hitung f. (4) Adjust sinyal generator to 3KHz, kemudian ukur OUT1 dan OUT2 lagi, dan lihat hubungan f diantara IN, OUT1 dan OUT2.

5-6-2-2 Hasil Percobaan Hasil Percobaan harus dicatat di tabel 5-6 (b), dan lihat jika frekuensi dari OUT adalah dari frekuensi IN

IN OUT1 OUT2 Tabel 5-5(b)

f=1KHz f= f=

IN OUT1 OUT2

f=3KHz f= f=

Gambar 5-32 (b) Percobaan tujuh (1-7) : Intermittent OSC 5-7-1 Basic Circuit 5-7-1-1 Prosedur Percobaan :

Gambar 23009-blok c.2

(1) Masukkan klip sirkuit pendek dengan mengacu pada gambar 5-33 (a) dan susun klip sirkuit pendek seperti diagram 23009-blok d.1. (2) Gunakan oscilloscope untuk mengukur bentuk gelombang yang melewati Vce, Vbe, dan VLS (coil) respectively, kemudian buat catatan (3) Gunakan voltmeter (DCV) untuk mengukur Vbe dan Vce berturut-turut, kemudian buat catatan (4) Lepaskan C13 (0.1 ) dan ulangi langkah (3), kemudian lihat jika osilasi membangkitkan sirkuit ini (gunakan oscilloscope untuk mengukur Vce). 5-7-1-2 Hasil Percobaan :

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

87

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Hasil percobaan harus dicatat di tabel 5-6 (a) (b), kemudian bandingkan perbedaan antara langkah (3) dan (4)

Tabel 5.6 (a)

Tabel 5.6 (b)

Gambar 5.33 (a) 5-7-2 Electronic Bird 5-7-2-1 Langkah Percobaan :

Gambar 23009 block d.1

1) Masukkan klip sambungan dengan mengacu pada gambar 5-33 (b) dan diagram pengaturan klip sambungan 23009-block d.2. 2) H s r 0 5W/8 r s j h s s r r

3) Gunakan oscilloscope untuk mengukur sisi sekunder dari output trafo. 4) Hubungkan C10 (100 F) dan C11 (220 F) secara parallel, kemudian periksa jika suara burung berubah. 5-7-2-2 Hasil Percobaan : Catat hasil percobaan pada tabel berikut

Gambar 23009 blok d.2 Gambar 5.33 (b) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 88

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Percobaan delapan (18) : Trigger Schmitt 5-8-1 Rangkaian Dasar 5-8-1-1 Langkah Percobaan 1) Masukkan klip sambungan dengan mengacu pada gambar 5-34 (a) dan diagram pengaturan klip sambungan 230010-block a.1. 2) A r VR2 VR10K 0 vo r (DCV) untuk mengukur data

berikut dari rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 5-34 (a). 3) Gunakan Votlmeter untuk mengukur Vout (Vc2) dan secara perlahan atur VR2 (VR10K) untuk perlahan-lahan menaikan Vi hingga Vout terdistorsi.Kemudian gunakan voltmeter untuk mengukur jika Vi = Vu. 4) Ukur kembali Q1 = Vbe1, Vce1, Vc1 Q2 = Vbe2, Vce2, Vc2

5) Gunakan voltmeter untuk mengukur Vout (Vc2), kemudian lanjutkan mengatur VR2(VR 10K) jadi kemudian Vi akan berlanjut bertambah, kemudian lihat jika Vout akan berubah dengan respon untuk mengingkatkan Vi. (6) Atur VR2 untuk mengurangi Vi hingga Vout tiba-tiba turun, kemudian gunakan voltmeter (DCV) untuk mengukur Vi yang VL. Juga mengukur Vbe1 dari Q1. 5-8-1-2 Hasil Percobaan 1. Catat hasil percobaan akan pada tabel 5-7(a). 2. Hitung Vh = VU-VL Vh (tegangan histeresis) = VU VL

Tabel 5-7 (a)

Gambar 5.34 (a)

Tabel 5-7 (b) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 89

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


5-8-2 Generator gelombang kotak 60 Hz 5-8-2-1 Prosedur Percobaan (1) Masukkan clip seperti gambar 5-31(b) dan clip pendek sesuai modul 23010 blok a2. (2)Hubungkan function generator dan oscilloscope ke input (IN), dan hubungkan oscilloscope (DC) ke output. Atur output sinyal function generator sampai 60Hz Vp-p gelombang sinus. Jika tidak, atur VR2 (VR10K) sehingga gelombang akan simetris dan catat hasil gelombang IN dan OUT. (3) Matikan function generator, kemudian gunakan voltmeter (DCV) untuk mengukur Vb dari Q1, dan catat hasilnya. (4)Nyalakan function generator, kemudian atur VR2 untuk menambah Vb dari Q1 sehingga gelombang kotak tidak simetris. Ukur Vin dan Vout, kemudian catat hasilnya. (5) Putar balik VR2 untuk mengurangi Vb dari Q1 dan periksa perbedaan dari gelombang kotak. Ukur Vin dan Vout dan catat hasilnya. 5-8-2-2 Hasil Percobaan : Catat hasil percobaan pada tabel 5-7 (b).

Gambar 5.34 (b)

Percobaan Sembilan (1-9) : Pembangkit gigi-gergaji 5-9-1 Sirkuit dasar dari pembangkit gigi-gergaji 5-9-1-1 Langkah Percobaan : 1) Pasangkan sirkuit sesuai dengan gambar 5-35(a) dan penataan clip penghubung sesuai diagram 230010-blok b.1. 2) Hubungkan signal generator dan osiloskop pada input (IN), dan hubungkan osiloskop pada ouput (OUT). Atur output dari sinyal generator sebesar 1KHz 5Vp-p gelombang kotak, lalu amati gelombang pada IN dan OUT. 5-9-1-2 Hasil Percobaan : Catat bentuk gelombang dari IN dan OUT pada tabel yang telah disediakan.

Gambar 5.35 (a) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 90

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


5-9-2 Pembangkit saw-tooth linier 5-9-2-1 Langkah Percobaan : 1) Masukkan clip penghubung sesuai dengan Gambar 5-35 (b) dan clip penghubung sesuai diagram 230010-blok b.2. 2) Hubungkan signal generator dan osiloskop pada input (IN), dan hubungkan osiloskop pada outoput (OUT). Tetapkan nilai keluaran signal generator 1KHz 5Vp-p gelombang kotak, selanjutnya amati bentuk gelombang pada IN dan OUT. (!KHz 5Vp-p gelombang kotak juga bias dibentuk oleh astable multivibrator). 5-9-2-2 Hasil Percobaan : Catat bentuk gelombang IN dan OUT pada tabel yang telah disediakan.

Gambar 5-35 (b)

Gambar 23010 blok b.2

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

91

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

PRAKTIKUM 6 DASAR PENGUAT OP-AMP


Tujuan : Mahasiswa Mengerti karakteristik dasar rangkaian Op-Amp Mahasiswa Mengerti prinsi dasar rangkaian Op-Amp

Dasar Teori : Rangkaian Virtual ground(Virtual pendek)

Rangkaian pendek normal berarti bahwa tegangan yang ada di dua terminal adalah sama dan arus yang mengalir melalui dua terminal adalah besar(maximum). Walaupun Vdan V + dari terminal input + dan - dari OPA adalah sama, Namun tidak ada arus yang mengalir melalui + dan -. Hal ini yang disebut hubungan singkat virtual dan juga disebut virtual tanah sebagai + terminal biasanya dihubungkan ke tanah pada amplifier.Negative feedback disebabkan oleh Zi = ~ Av= ~ dan Av dari OPA. karena Zi = ~ tidak ada arus akan mengalir ke input terminal. Av = ~ tegangan keluaran signifikan akan diperoleh jika

diabaikan tegangan Vi atau dikatakan Vi sangatlah kecil, V-dan V + demikian memilike kesamaan. The Open loop gain

Tambahan Siklus terbuka adalah nilai yang sangat besar dan ideal The Close loop gain terbuka terlalu

Konfigurasi OPA tidak cocok untuk penguat karena siklus

besar.Penyebabnya adalah keuntungan yang berlebihan akan mudah menyebabkan output dari penguat menglami saturasi.Jika OPA digunakan sebagai penguat, umpan balik negatif harus ditambahkan sehingga keuntungan akan dapat dikendalikan. 15.2.2 Basic Prinsip: Berbagai sirkuit yang rumit dapat dibangun oleh OP AMP. Ini Sirkuit, tidak peduli seberapa rumit mungkin, secara fundamental terdiri dari sirkuit dasar. Kami akan memperkenalkan rangkaian dasar AMP OP digunakan sebagai amplifier. (1) rangkaian penguat Pembalikan. (2) rangkaian penguat noninverting. Beberapa sirkuit aplikasi sederhana yang dikembangkan sesuai dengan di atas dua circuita, seperti yang ditunjukkan dalam daftar berikut: 1). pengikut tegangan 2). Subtracter 3). adder 4). Clipper Circuit (Limiter sirkuit) 5). Sirkuit tegangan konstan 6). rangkaian diferensial 8). integrator Circuit POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 92

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


15-1 Pembalikan rangkaian penguat

Pembalik rangkaian penguat ditunjukkan pada gambar 15.1 (a), dan rangkaian ekuivalen ditunjukkan pada Gambar 15.1 (b). Menurut konsep tanah virtual, kita dapat memahami bahwa tidak ada arus akan mengalir ke input pembalik terminal OPA. Namun, karena V (-) = V (+) = 0V =-lf Rf dan Vi = l1

R1 dan l1 Jika Vo adalah dalam fase terbalik dengan Vi Ketika V2 diterapkan ke terminal input, V1 terhubung ke ground, seperti yang ditunjukkan pada Gambar15.4(c). Vo= V2(R4 /(R3 +R1+R2/R1) Vo =Vo'+ Vo"= V1(-R2/R1) +V2(R4 /(R3 +R4)) ((R1 +R2) /R1) jika R1=R3 dan R2=R4, kita akan mendapatkan Vo =V1(-R2/R1) +V2(R2 /(R1 +R2)) ((R1 +R2) /R1 =V1(- R2/R1) +V2(R2/R1) =(V2-V1) R2/R1

Rangkaian adder, ditunjukkan pada Gambar 15.5(a), dapat menggabungkan berbagai terminal input. Menurut teorema superimposisi, kita akan menganalisis sirkuit ini sebagai berikut: 1. Ketika V1 diterapkan ke terminal input, V2 terhubung ke ground. Karena V(-) adalah potensi yang sama denganV(+), tidak ada arus akan mengalir melalui R2, dan rangkaian akan beroperasi sebagai penguat pembalik, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15.5(b). Vo '= V1(-Rf/R1) 2. Ketika V2 diterapkan ke terminal input, V1 terhubung ke ground. Prinsipnya adalah sama dengan 1, ditunjukkan pada Gambar 15.5(c). Vo Vo = V2(-Rf/R2) = Vo + Vo = V1 -Rf/R1) + V2(-Rf/R2)

If R1 = R2, Vo = -Rf/R1(V1 + V2) If Rf = R1, maka Vo = - (V1 + V2) POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 93

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


15 Sirkuit Clipper (Sirkuit Limiter)

Gambar 15.6 Sirkuit Clipper Dua sirkuit clipper yang berbeda ditampilkan masing - masing di gambar (a) dan (b). Kami menjelaskan secara singkat prinsip sebagai berikut : Sirkuit Clipper ditampilkan di gambar 15.6 (a) Jika

(4) Jika gelombang sinus di terapkan ke terminal input, output dari gelombang akan diperkirakan gelombang kotak . R2 di gambar digunakan untuk membatasi arus Sirkuit Clipper ditampilkan di gambar 15.6 (b) Jika akan di aktifkan, maka Vo akan dipertahankan pada Vzd Constant

15 7 Rangkaian tegangan konstan

Tegangan tetap pada gambar rangkaian 15.7 (a) sebenarnya kombinasi dari rangkaian pada gambar 15.7 (b) berbalik amplifier. Fungsi rangkaian terlihat pada gambar 15.7 (b), membuat tegangan tetap pada rangkaian , akan naik setelah berbalik amplifier dikarenakan : 1. Vo =Vz (1+Rf/R1), besarnya ditentukan oleh Rf/R1 2. Efek selanjutnya tidak dapat terhindarkan.karena berbalik amplifier merupakan karakteristik oleh Zi yang sangat besar dan Zo yang sangat kecil , fungsi itu yang dihasilkan. 3. Besarnya arus output bisa memperoleh gambar sinyal arus output dari OPA 15-8 rangkaian arus tetap

Rangkaian arus tetap terlihat pada gambar 15.8 didalamnya tedapat 3 pokok : 1. Sebuah sumber tegangan , dengan ketetapan R1 ,Zd dan VR10K POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 94

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


2. Sebuah operasi OPA sebagai pengikuut teganagan dan 3. Arus output pada rangkaian terdapat R1 , sebuah transistor dan Re,dimana arus terus mengalir hingga R1 tersedia oleh transistor,dan control sebuah ic pada rangkaian dikeluarkan oleh besarnya Ib, dan dengan menunggu Vref tetap pada rangkaian,ic juga akan pada keadaan konstan jika R1 dipilih, dan dengan operasi r s s or r o f Ic = I c bergantung Ib dan akan

bergantung pada besarnya R1 15-9 Rangkaian Differensial

Rangkaian diferensial, yang ditunjukkan pada Gambar15.9(a), pada dasarnya adalah aplikasi dari rangkaian diferensial RC. Ic dalam rangkaian ini dapat dihitung sebagai berikut:

RC diferensial sirkuit Jika Vi adalah gelombang persegi, Vo akan menjadi gelombang impuls.. Jika Vi adalah gelombang segitiga, Vo akan menjadi gelombang persegi. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 15.9(b), resistor Rs terhubung dalam rangkaian praktis untuk menghindari kebisingan frekuensi tinggi ditingkatkan dan ketidakstabilan yang dihasilkan dari sirkuit karena XCS terlalu kecil dan faktor amplifikasi terlalu besardalam frekuensi tinggi. Ri digunakan sebagai resistor keseimbangan pada terminal input.

Sirkuit integrator, ditunjukkan pada gambar 6.10 (a), pada dasarnya adalah aplikasi dari RC integrator sirkuit. Ic di dalam sirkuit ini dapat dihitung sebagai berikut.

Gambar 6.10 (b) menunjukkan sirkuit practical integrator. R2 di dalam sirkuit ini dapat menghindari output saturasi dari amplifier dan kerusakan integrator karena Xc berlebihan dalam frekuensi rendah.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

95

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


15.3 Peralatan Percobaan 1) Modul KL-200 2) Modul KL-23013 3) Bahan : seperti dalam KL 23013 4) Peralatan tambahan : Voltmeter, oscilloscope, function generator. 5) Alat tangan dasar

15.4 Prosedur Percobaan Bahan pertama (15-1): Percobaan untuk sirkuit penguat pembalik 15-1-1 15-1-1-1 Prosedur percobaan 1) Masukan klip sesuai gambar 15-11(a) 2) Hubungkan function generator ke input (IN1), kemudian atur output dari function generator ke 1KHz gelombang sinus. Perlahan-lahan tambahkan amplitudo sehingga gelombang maksimum tidak terdistorsi di output dapat ditampilkan (gunakan osciloscope untuk mengukur). 3) Tulis gelombang Vin1 dan Vout. 4) lepaskan output dari generator sinyal dengan menghapus klip pendek-sirkuit klip, kemudian menghubungkan terminal masukan ke ground. menggunakan skala DVC dari multimeter (atau oscilosscope) untuk mengukur tingkat DC pada terminal output, kemudian catat 5) menyisipkan klip sircuit singkat dengan mengacu pada 15-11 (b), di mana penguat pembalik dengan offset terhubung, dan hubung singkat klip pengaturan diagram 23013 blok b 1 6) ulangi langkah (2) dan (3) 7) menyesuaikan acak VR100K (VR3), kemudian melihat apakah bentuk gelombang keluaran akan berubah 8) Lepaskan output dari generator sinyal dengan melepaskan klip hubung singkat, kemudian menghubungkan terminal masukan ke ground. menggunakan skala DCV dari multimeter atau osciloscope untuk mengukur tingkat DC pada terminal output. jika tingkat DC tidak 0 V, silahkan sesuaikan VR100K (VR3) sehingga tingkat ini akan menjadi 0V 9) ulangi langkah (2) dan (3) 10) Bandingkan tingkat ouput DC dan bentuk gelombang antara sirkuit dengan offset dan tanpa diimbangi 15-1-12 Hasil Percobaan Catat hasil percobaan pada tabel 15-1

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

96

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Percobaan dua (15-2) : Percobaan untuk sirkuit penguatan tidak berkebalikan 15-2-1 15-2-1-1 Prosedur Percobaan : (1) Masukkan clip sirkuit pendek dengan mengacu pada gambar 15-12 dan clip sirkuit pendek sesuai susunan diagram 23012-blok b.3 (2) Hubungkan signal generator ke terminal masukan (IN2), kemudian adjust keluaran dari signal generator ke 1KHz gelombang sinus. (3) Hubungkan oscilloscope ke terminal keluaran, kemudian secara perlahan tambahkan output amplitude dari signal generator sampai maksimal tidak terdistorsi dan bentuk gelombang akan tampil pada oscilloscope. Catat bentuk gelombang dari Vin2 dan Vout.

15-2-1-2 Hasil Percobaan : Bentuk Gelombang dari Vin2 dan Vout harus dicatat pada tabel 15-2

Tabel 15-2 .

gambar 15.2

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

97

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


Percobaan ketiga (15-3) : percobaan voltage follower 15-3-1 15-3-1-1 prosedur percobaan : (1) Masukkan short circuit clip seperti pada gambar 15-3 dan short circuit clip pada 23013 blok b.4 (2) Hubungkan sinyal generator dan osccilloscope ke terminal input (IN 2), adjust output pada sinyal generator hingga menjadi gelombang sinus 1 KHz (3) Hubungkan oscilloscope ke terminal output (OUT) , secara perlahan naikkan amplitudo pada sinyal generator sampai sinyal pada oscilloscope not-distorted . catat gelombang output IN2 dan OUT (4) Adjust secara acak amplitudo output pada sinyal generator , kemudian lihat jika Vout sama dengan Vin 15-3-1-2 Hasil percobaan : Sinyal pada IN2 dan OUT catat pada tabel 15-3

Tabel 15-3

Percobaan 4 (15-4) : Percobaan untuk membut subtraktor 15-4-1 15-4-1-1 Langkah Percobaan : 1) Masukkan klip sambungan dengan memperhatikan gambar 15-14 dan diagram aturan sambungan 23013-block b.5. 2) Secara berturut- r r R1 R10 j 500 VR s h V1

dan V2 akan septi yang terindikasi pada tabel 15-4. (Langsung ukur nilai R1 sendiri untuk mengetahui tegangan V2). 3) Hubungkan dengan nilai yang terindikasi pada tabel 15-4, gunakan multimeter atau oscilloscope (DCV) untuk mengukur tegangan pada output terminal (OUT), kemudian catat pada tabel 15-4. POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 98

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


VOUT = (V2-V1) R12/R4, dimana nilai dari R4 dan R12 ditunjukkan pada gambar 15-4.

Percobaan 5 (15-5) : percobaan untuk membuat adder 15-5-1 15-5-1-1 1) Masukkan klip sambungan dengan memperhatikan gambar 15-15 dan diagram aturan sambungan 23013-block b.6. 2) S c r r r r VR500 R1 VR3 100K s h r V1 V2

akan bernilai seperti yang terindikasi pada tabel 15-5. 3) Gunakan voltmeter atau oscilloscope (DCV) untuk mengukur tegangan pada terminal output (OUT) bandingkan dengan V1 dan V2. 4) Gunakan persamaan berikut : V0 = Untuk menghitung nilai dari Vo. 15-5-1-2 Hasil Percobaan : (V1+V2)

Percobaan enam (15-6) : Percobaan untuk sirkuit clipper 15-6-1 15-6-1-1 Langkah Percobaan 1. Masukkan clip penghubung sesuai dengan Fig 15-16 (a) dan penataan clip penghubung diagram 23013-blok a.1. hubungkan power supply dengan 12V, lalu lepaskan CR3 dan CR4. 2. Hubungkan signal generator dan osiloskop pada input (IN3), lalu tetapkan keluaran signal generator adalah 1KHz gelombang sinus, dan perlahan naikkan output amplitudonya sehinggan Vout pada rangkaian akan lebih besar dari pada 14Vp-p. POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

99

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


3. Hubungkan CR3 dan CR4 (Zd: 6.2V x 2), lalu amati variasi tegangan pada output, dan catat pada Tabel 15-6. 4. Hubungkan clip penghubung sesuai dengan Fig 15-16 (b) dan penataan diagram clip 23013 blok a.2. 5. Tetapkan sinyal input ke 1KHz gelombang sinus, lalu secara perlahan naikkan amplitude dari sinyal input, dan amati variasi dari Vout. Aapakah nilai maksimum output adalah +6.2V? 15-6-1-2 Hasil Percobaan:

Gambar 23013-block a.1

Gambar 15-16 (b)

Gambar 23013-block a.2 Percobaan ketujuh (15-7) : 15-7-1 15-7-1-1 Prosedur Percobaan (1) Masukkan short-circuit clip mengacu pada gambar 15-17 dan aturlah sesuai dengan diagram 23013-block a.3 pada 6.2 V pada Vin 4 (2) Gunakan voltmeter (DCV) untuk mengukur tegangan terminal output (OUT) pada tegangan konstan ( 9V ) 15-7-1-2 HasilPercobaan POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 100 Percobaan pada rangkaian tegangan konstan

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

Gambar 15-17

Gambar 23013 blok a.3

15-8-1 : 15-8-1-1 Langkah Percobaan : (1) Masukkan klip short-circuit berdasarkan gambar 15-18 dan susun klip short-circuit sesuai diagram 23013- o 4 H 1K R27 s R1

(2) Atur tegangan (Vref) ke 1V, lalu hubungkan ammeter ke nilai ukuran l1. Kemudian gunakan voltmeter untuk mengukur tegangan output (TP5) dari OPA, dan catat. 3 G 4 G R1 R1 2 2K R26 150 R28 kah (2) h 2

15-8-1-2 Hasil Percobaan : Catat hasil percobaan, kemudian periksa jika nilai l1 tetap konstan

Praktikum sembilan (15-9): percobaan untuk sirkuit yang berbeda 15-9-1 15-9-1-1 langkah-langkah percobaan: 1. Masukkan connection clip seperti pada gambar 15-19 dan letakkan connection clip seperti pada diagram 23013-blok a.5. 2. Hubungkan sinyal input ke terminal inpunt (IN2), kemudian atur output dari pembangkit sinyal menjadi 1Vp-p gelombang segitiga dengan frekuensi f<

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

101

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

. Bandwidth dapat dilihat dari spesifikasi manual, dan nilai dari R1 dan C terlihat pada gambar 15-19. 3. Gunakan oscilloscope untuk mengukur sinyat Vout. 4. Atur R20 (50K) ke titik dimana Vout akan maksimum dan tidak akan terdistorsi, c y K D r R

5. Catat gelombang dari Vin2 dan Vout. 6. Ubah frekuensi dari Vin2, kemudian ulangi langkah 4 dan 5. 15-9-1-2 hasil percobaan:

Gambar 15-19

Gambar diagram 23013 blok a.5

Praktikum sepuluh (15-10): percobaan untuk sirkuit integrator 15-10-1 15-10-1-1 langkah-langkah percobaan: 1. Masukkan connection clip seperti pada gambar 15-20 dan letakkan connection clip seperti pada diagram 23013-blok a.6. 2. Hubungkan pembangkit sinyaldan oscilloscope ke terminal input (IN1), kemudian atur output dari pembangkit sinyal menjadi 0,1Vpo o fr s f

. Nilai dari R2dan C terlihat pada gambar 15-20. 3. Hubungkan oscilloscope ke terminal output, kemudian atur magnitude dari R sehingga sinyal segitiga dengan linearitasyang sangat baikakan diperoleh pada Vout. 4. Lihat gelombangnya dari Vin1 dan Vout, kemudian catat hasilnya. 15-10-1-2 hasil percobaan:

Gambar 15-20

Gambar diagram 23013 blok a.6 102

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7

PRAKTIKUM 7 PRAKTIKUM UNTUK RANGKAIAN OSILASI MENGGUNAKAN OP AMP (RANGKAIAN UMPAN BALIK POSITIF)

7.1.
-

TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mengerti aplikasi OP AMP dalam positive feedback Memahami karakteristik dari menggabungkan comparator OP AMP Memahami aplikasi dari OP AMP pada multivibrator Memahami aplikasi dari OP AMP dalam osilasi sinusoida

7.2.

DASAR TEORI

7.2.1.Istilah baru : (1) Duty : seperti pada gambar a :

(2) OSC : OSC adalah singkatan dari Oscillator (3) Multivibrator : Oscillator dapat menghasilkan sinyal square (pulse) yang mana pengaruhnya , pada superimposisi dari sinyal multiple harmonik . Pada Oscillator yang menghasilkan sinyal keluaran square wave dapat dikatakan multivibrator.

7.2.2. Prinsip Dasar Pada OP AMP , selain digunakan penerapan pada negatif feedback yang telah dibahas pada bab sebelumnya , juga digunakan penerapan pada positif feedback . Bab ini akan tersedia sistematika pengenalan untuk beberapa rangkaian yang digunakan.

Gambar 7.13 sinyal dengan titik ysng berhubungan pada monostable multivibrator POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 103

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


7-6 Osilasi Sinusoidal (frekuensi rendah) Kondisi dari osilasi sinusoida yaitu : (1) Positive feedback, (2) A = 1, dimana sebagai faktor feedback dan A sebagai faktor penguatan . Hal tersebut Dikenal sebagai kriteria Barkhausen (1) Shift fasa Osilasi RC

Gambar 7.14 Phase lead RC phase-shift oscillator Seperti ditunjukkan pada gambar 7.14, Fasa-sh f Osc or RC F s 180:

perbedaan dari ketiga fase jaringan R dan C dalam frekuensi spesifik, dalam konjungsi dengan pembalikan sinyal output dari OP AMP, dimana akan disebabkan dari semua perbedaan fase menjadi 0. Hubungan fase dari gelombang a, b, dan c pada gambar 7.14 yang ditandai pada gambar. Dalam kondisi ini, oscilasi dapat dibangkitkan jika penguatan terlalu besar pada A = 1

-- 7-6.1 D =

Vf : tegangan feedback Vo : tegangan output

Jika perbedaan fase yang dibutuhkan 0, bilangan imajiner dari persamaan 7-6.1 seharusnya bernilai 0, dimana dibutuhkan fo = - = -A = 1 A = -29 = = 29 Gambar 7.15 Fase-lag Fase-shift Oscilator RC (2) Wien-bridge OSC Seperti ditunjukkan pada gambar 7.16, oscillator yang seimbang sebagai jaringan feedback negatif yang disebut Wien-bridge OSC. Membandingkan dengan yang dinyatakan sebelumnya fase-shift OSC ini, Wien-bridge OSC yang menunjukkan respon gelombang sinusoida. Seperti terlihat pada gambar, rangkaian ini termasuk dua jaringan feedback, dimana : 1) Jaringan feedback positif dibangun oleh Z1 dan Z2, nomor yang menentukan frekuensi oscillasi; POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA 104

= 6. Frekuensi oscillasi dapat ditunjukkan sebagai berikut :

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


2) Jaringan feedback negatif dibangun oleh R1 dan R2, nomor yang menentukan amplitudo oscilator.

( Dimana = w RC

Menurut Barkhausen criterion, feedback positif harus ada dalam rangkaian, dimana disebabkan ke fase shift 0 dan melawan feedback dengan sendirinya. Bilangan imajiner dengan persamaan 7-6.2 harusnya 0, yang memerlukan 1 - 2 = 0 =1

= wRC = 1 2 fo = K =1 ( ) foRC = 1 , agar mempertahankan oscilasi, -A h r s 0

Gambar 7.16

7.3.

PERALATAN PERCOBAAN

(1) KL 200 Linear Circuit Lab. (2) Module Percobaan: KL 23016. (3) Materi : KL 23016. (4) Instrumen Percobaan : 1. Voltmeter . 2. Oscilloscope. 3. Signal Generator. (4) Alat : Basic hand tolls.

7.4.

PROSEDUR PERCOBAAN

Percobaan keenam (7-6) : percobaan dari osilasi sinusoida 7-6-1 SQUARE WAVE GENERATOR

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

105

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK DAN ELEKTRONIKA 2 Praktikum 7


7-6-1-1 Prosedur Percobaan : (1) Masukkan short circuit clip yang berhubungan untuk gambar 7-22 (a) dan short circuit clip disusun seperti pada gambar 23017 blok b.1 (2) Gunakan oscilloscope untuk mengukur sinyal pada TP1, TP4 (OUT) dan TP5, lalu catat hasil sinyalnya dan bandingkan dengan sinyal lainnya . 7-6-1-2 Hasil Percobaan : Perbedaan fase antara Vtp1 dan Vtp4 adalah ________ Perbedaan fase antara Vtp4 dan Vtp5 adalah ________ Perbedaan fase antara Vtp4 dan Vtp5 adalah ________ Perbedaan fase antara Vtp1 dan Vtp5 adalah ________

Gambar (4)

Gambar 7-22 (a) 7-6-2 Wien Bridge OSC 7-6-2-1 Prosedur Percobaan :

Gambar 23017 blok b.1

(1) Masukkan connection clip yang berhubungan dengan gambar 7-22 (b) dan short circuit clip disusun seperti pada gambar 23017 blok b.2 (2) Gunakan oscilloscope untuk mengukur sinyal pada Vo (TP 4) dan catat hasilnya . 7-6-2-2 Hasil Percobaan :

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

106

Anda mungkin juga menyukai